BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat dari fakta-fakta atau sampel yang diteliti. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif yang cenderung fokus terhadap suatu permasalahan (Sugiyono, 2010). Peneliti hanya menggambarkan kondisi dilapangan sesuai fakta yang terjadi saat itu tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Penelitian ini mendeskripsikan tentang pengembangan dan penerapan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi pada materi sistem ekskresi.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMAN 6 Bandungtahun ajaran 2014/2015.Alasan pemilihan sekolah dikarenakan sekolah tersebut memiliki siswa dengan kemampuan
yang heterogen berdasarkan
observasi peneliti dan wawancara dengan guru biologi.Sedangkan sampel penelitiannya adalah kelas XI MIA 4, XI MIA 5 dan XI MIA 6. Ujicoba tes dilakukan di dua kelas yang berbeda yaitu kelas XI MIA 4 dan XI MIA 6 yang masing-masing berjumlah 30 orang siswa. Sedangkan penerapan dilakukan di kelas XI MIA 5. Waktu Penelitian dimulai dari April 2015 hingga Mei 2015.
C. Definisi Operasional Penelitian ini menitikberatkan pada dua aspek, yaitu pengembangan asesmen autentik dan keterampilan proses sains terintegrasi. Secara terperinci, kedua aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengembangan Asesmen Autentik Pengembangan asesmen autentik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pengembangan soal dimulai dari identifikasi tujuan pembelajaran yang diturunkan dari Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 terkait materi pada sistem ekskresi, penyusunan instrumen,judgment kepada dosen ahli, ujicoba instrumen, kemudian selanjutnya melakukan tahap penerapan instrumen. Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
19
19
Pengembangan ini didasarkan pada langkah-langkah pengembangan menurut Wiggins (2012). 2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dalam penelitian ini merupakan skor keterampilan siswa dengan menggunakan tes esai setelah melaksanakan task yang dinilai menggunakan rubrik. Skor yang dinilai dengan menggunakan rubrik ini adalah skor dalam indikator mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, definisi variabel, pengontrolan variabel, menginterpretasikan data, dan menerapkan konsep.
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal esai untuk menilai kemampuan KPS terintegrasi siswa, angket,catatan lapangan, pedoman wawancara
guru,
dan
pedoman
wawancara
siswa
untuk
mengetahui
pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada materi sistem ekskresi. a.
Instrumen yang diteliti Instrumen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah soal esai. Pembuatan
soal esai mengacu kepada kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi. Soal yang telah dibuat kemudian di judgment kepada dosen ahli. Soal esai diberikan kepada siswa untuk melihat kemampuan KPS terintegrasi siswa setelah pembelajaran. Soal ini dapat mengungkap bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Soal ini diberikan setelah selesai proses pembelajaran. b. Instrumen yang digunakan untuk meneliti 1. Daftar Cek Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek yang diamati. Komponen yang diamati yaitu tahapan-tahapan pada proses pengembangan asesmen yang dilakukan. Daftar cek ini berguna untuk menyatakan ada tidaknya komponen itu dalam penelitian. Dalam hal ini yang mengisi daftar cek adalah peneliti.
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
20
Adapun daftar cek yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Daftar Cek Proses Pengembangan Instrumen Tahap
Sudah dilakukan
Tidak dilakukan
Menyalin Kompetensi Dasar dari kurikulum 2013 Menginventarisasi konsep pada sistem ekskresi Menentukan indikator Mengkonstruk soal Menyusun kunci jawaban Mengujicobakan instrumen Memvalidasi instrumen
2. Angket siswa Angket ini digunakan untuk menjaring respon siswa terhadap kualitas asesmen yang dikembangkan. Angket ini mencakup beberapa aspek diantaranya mengenai kemudahan asesmen yang dikembangkan dan kemudahan task untuk dikerjakan sebagai media untuk membantu siswa menemukan konsep sistem ekskresi. Angket dan wawancara dilakukan setelah pembelajaran pada saat siswa telah mendapatkan pengembangan asesmen autentik. Angket yang disusun adalah angket terbuka. Setiap pertanyaan dalam angket berasal dari tujuan atau informasi apa yang diharapkan direspon oleh siswa, diantaranya a) mengetahui pendapat siswa tentang LKS yang diberikan, b) mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan LKS, c) mengetahui pendapat siswa tentang soal esai yang diberikan, d) mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan soal esai, e) mengetahui pendapat siswa mengenai penilaian yang telah dilakukan, f) mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan
materi
sistem
ekskresi
khususnya
pada
sub
materi
penyakit/gangguan sistem ekskresi, g) mengetahui keefektifan waktu yang digunakan dalam mengerjakan LKS dan soal esai, h) mengetahui umpan balik penilaian yang telah dilakukan. 3. Pedoman wawancara Pedoman wawancara yang digunakan dalam mewawancarai siswa yakni berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai asesmen yang telah dilakukan. Digunakan untuk mengetahui kesesuaian tanggapan siswa mengenai asesmen autentik yang digunakan. Selain itu, angket siswa ini disusun untuk menambah informasi yang diharapkan sekaligus untuk menguji kesesuaian angket dan Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
21
jawaban siswa secara langsung. Pertanyaan tersebut diantaranya a) mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa mengenai asesmen autentik, b) mengetahui keterlaksanaan asesmen autentik di sekolah, c) mengetahui pendapat siswa mengenai asesmen autentik, d) mengetahui kendala yang dialami siswa dalam melakukan asesmen autentik, e) mengetahui saran siswa dalam melakukan asesmen autentik. Sedangkan pedoman wawancara guruberupa daftar pertanyaan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen autentik dan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen autentik tersebut. Pedoman wawancara ini ditujukan secara langsung kepada Guru mata pelajaran Biologi. Berlawanan dengan wawancara kepada siswa, pertanyaan untuk wawancara kepada guru lebih subjektif dimana guru lebih ditekankan untuk mengungkapkan opininya tentang instrumen tes 4. Catatan lapangan (anecdotal record) Catatan lapangan berisi hal-hal penting yang terjadi saat proses penelitian, yaitu mengenai instrumen (soal), siswa, keberlangsungan tes, waktu pengerjaan, serta pengewasan Hal yang dialami, dilihat, dan dipikirkan oleh peneliti, dicantumkan dalam catatan lapangan. Instrumen ini digunakan selama penelitian di lapangan berlangsung untuk memuat kejadian-kejadin faktual selama penggunaan instrumen mulai dari awal hingga akhir penelitian.
E. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pembuatan instrumen penilaian soal tes esaiKPS terintegrasi yang melibatkan proses pengembangan dan penerapan instrumen. Adapun langkah-langkah penelitian ini secara rinci terbagai menjadi tiga tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. 1. Tahap Pertama : Tahap Persiapan Pada tahap pertama ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: a. Mengidentifikasi masalah berupa Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa b. Melakukan studi literatur tentang Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa pada materi sistem ekskresi Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22
c. Melakukan studi kurikukulum yang digunakan di SMA mengenai kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi pembelajaran dari konsep sistem ekskresi. Pemilihan konsep didasarkan pada konsep yang cocok untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi. d. Membuat angket respon siswa, pedoman wawancara siswa dan guru terhadap kualitas asesmen pembelajaran. 2. Tahap kedua : Penyusunan Instrumen a. Menyusun indikator soal pada pembelajaran sistem ekskresi b. Menyusun kisi-kisi soal dan rubrik asesmen dalam pembelajaran. c. Membuat soal esai beserta kunci jawaban serta tabel spesifikasi aspek penilaian soal esaiyang berisi penjabaran aspek peniliaian terhadap kompetensi siswa yang dapat muncul. e.
Membuat rubrik penilaian berikut kriteria yang digunakan dalam penilaian soal tes esai
f.
Melaksanakan judgmentsoal kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan dilakukan revisi kemudian judgment kembali hingga instrumen benarbenar layak digunakan.
3. Tahap ketiga: Ujicoba instrumen a.
Melaksanakan ujicoba 1 yakni tes soal esai kepada siswa kelas XI MIA 4. Hasil uji coba ini menjadi dasar perbaikan dalam pengembangan asesmen. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas dan pengawasan.
b.
Menganalisis hasil ujicoba I dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Jika nilai validitas dan reliabilitasnya rendah, maka perlu dilakukan ujicoba kembali agar instrumennya benar-benar valid.
c.
Melaksanakan ujicoba II yakni tes esai kepada siswa kelas XI MIA 6. Pada penelitian ini dilakukan dua kali ujicoba tes esai. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan. d.
Menganalisis hasil ujicoba II dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
4. Tahap keempat : Penerapan instrumen a. Menerapkan instrumen hasil ujicoba I dan II Melaksanakan penerapan tes esai kepada siswa kelas XI MIA 5. Sama halnya dengan ujicoba I dan II, pada saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan. b.
Menganalisis hasil penerapansetelah melalui proses pengembangan ujicoba I dan II dengan melihat pola-pola jawaban siswa dan analisis pokok uji pada setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
5. Tahap kelima : Validasi a. Melakukan validasi berupa uji kecocokan yang dilakukan melalui pemberian angket kepada siswa b. Melakukan analisis hasil angket dan wawancara yang dilakukan kepada perwakilan siswa c. Menganalisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian yang dikembangkan d. Melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui tanggapan guru tentang perangkat penilaian
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
F. Pengumpulan Data Data yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh melalui tes esai, angket, observasi dan wawancara. 1.
Tes Esai Tes esai digunakan untuk mengungkap kemampuan KPS terintegrasi siswa.
Tahap awal pembuatan soal esai adalah dengan melakukan studi literatur dan studi kurikulum. Studi literatur untuk mencari referensi terkait KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dan studi kurikulum untuk mencari referensi materi sistem ekskresi yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku di sekolah. Tahap selanjutnya yakni pembuatan indikator soal berdasarkan studi literatur dan studi kurikulum. Kemudian, menyusun kisi-kisi soal sebagai acuan pembuatan soal esai. Soal esai yang dibuat di judgmentkepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan saat judgment, instrumen diperbaiki kemudian di judgment kembali hingga instrumen benar-benar layak untuk digunakan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tes esai. Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pelaksanaan tes esai, yakni ujicoba I, ujicoba II, dan penerapan. Jika validitas dan reliabilitas pada ujicoba I sudah baik, maka tidak perlu dilakukan ujicoba II. Data hasil tes yakni berupa jawaban siswa dilakukan pengolahan untuk kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi pola jawaban siswa dan analisis pokok uji untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada ujicoba I dan II dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pengembangan instrumen selanjutnya. 2.
Angket Angket diberikan kepada siswa. Angket ini digunakan untuk menjaring
respon siswa terhadap kualitas asesmen yang dikembangkan serta untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan asesmen yang telah dilaksanakan.Angket ini disebar kepada siswa setelah proses pembelajaran dan penggunaan asesmen selesai. 3.
Wawancara Informasi yang diperoleh dari perangkat penilaian asesmen autentik, angket
siswa, wawancara siswa dan pedoman observasi tidak sepenuhnya dapat Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
digunakan untuk mengungkap KPS terintegrasi siswa dan asesmen autentik yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan juga wawancara langsung kepada guru mata pelajaran Biologi untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen autentik dan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen autentik tersebut, maka disusunlah pedoman wawancara guru. Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru. Wawancarakepada siswa dilakukan untuk memvalidasi hasil tes dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Data yang diambil berupa kecocokan hasil tes dengan jawaban lisan siswa saat dilakukan wawancara. Siswa yang diwawancarai merupakan perwakilan siswa. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Sedangkan wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan instrumen. Hasil wawancara kemudian diolah dan dianalisis untuk dijadikan sebagaia bahan rekomendasi penelitian selanjutnya.
4.
Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer lain secara langsung untuk
mengamati fakta dan peristiwa penting yang terjadi selama penelitian. Hasil observasi dicatat dan dijadikan sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dianalisis. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data No 1
Teknik Observasi
Instrumen Lembar tugas (task), rubrik penilaian daftar cek (checklist), soalesai
2
Angket
Lembar angket
3
Dokumentasi
Catatan penelitian (anecdotal record)
Jenis Data Penilaian aktivitas siswa pada saat tes berlangsung yang dinilai oleh observer selama penggunaan asesmen dan jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan esai Tanggapan siswa mengenai penggunaan asesmen yang telah dilaksanakan Catatan kejadian-kejadian faktual yang terjadi selama penggunaan instrumen Tanggapan guru mengenai pengembangan dan penerapn asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam materi sistem ekskresi
Sumber Data Siswa dan observer
Siswa
Aktivitas penggunaan semua perangkat penilai (instrumen) Guru mata pelajaran
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26
4
Wawancara
Pedoman wawancara
Tanggapan siswa mengenai task yang diberikan ataupun perangkat penilaian (asesmen) yang digunakan
Siswa
G. Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisis meliputi analisis materi, analisis pelaksanaan ujicoba instrumen, analisis jawaban siswa, analisis penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi, analisis perbaikan soal, analisis kekurangan dan kelebihan instrumen, analisis hasil angket siswa, analisis hasil wawancara siswa, dan analisis hasil wawancara dengan guru. 1.
Analisis Materi Langkah awal analisis materi yakni dengan studi literatur dan studi
kurikulum adalah untuk mendapatkan referensi tentang KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi berbasis Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran PBL merupakansuatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman, 2007). Referensi diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan jurnal penelitian. Studi kurikulum dilakukan pada kurikulum 2013 mata pelajaran Biologi kelas XI semseter 2. Tujuan studi kurikulum ini adalah untuk mengetahui Kompetensi Dasar materi sistem ekskresi yang digunakan di sekolah.Langkah selanjutnya yakni menganalisis materi sistem ekskresi berdasarkan hasil studi literatur dan studi kurikulum untuk penyusunan kisi-kisi soal.
2.
Analisis Pelaksanaan Ujicoba Instrumen Saat pelaksanaan ujicoba instrumen, observer dan peneliti melakukan
pencatatan terkait pelaksanan tes seperti instrumen tes soal esai yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan. Hasil pencatatan merupakan data penelitian. Selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis. Analisis data pencatatan dilakukan dengan membaca kembali hasil pencatatan saat pelaksanaan ujucoba kemudian dihubungkan dengan data hasil Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
tes. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil tes dapat dipengaruhi oleh keadaan saat pelaksanaan tes berlangsung. Seperti yang diungkaplan oleh Arikunto (2009) bahwa situasi dan kondisipelaksanaan tes mempengaruhi siswa dalam proses pengerjaan soal sehingga akan turut memberikan efek terhadap hasil tes.
3.
Analisis Jawaban Siswa Analisis jawaban siswa pada ujicoba I dan II dilakukan perbutir soal karena
bentuk soal yang diujicobakan adalah esai. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2009) bahwa untuk menghindari adanya halo effect yakni unsur-unsur yang dapat mempengaruhi pemberian nilai, analisis soal esai dilakukan soal demi soal, bukan siswa demi siswa. Langkah-langkah analisis jawaban siswa pada tes esai yakni ujicoba I dan II adalah dengan membaca jawaban siswa satu persatu setiap butir soal kemudian memahami dan memaknai maksud yang siswa tuliskan. Seperti yang diungkapkan oleh Joni (1986) bahwa soal esai menuntut siswa menunjukkan apa yang dikuasainya secara maksimal, mengorganisir buah pikiran, serta mengekspresikan diri secara tertulis dibandingkan soal objektif. Oleh karena itu jawaban siswa akan beragam dan perlu dimaknai agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penilaian. Jawaban dan alasan siswa dicocokan dengan rubrik penilaian dan kunci jawaban.
4.
Analisis Pokok Uji Analisis pokok uji dilakukan perbutir soal. Adapun detail hasil analisis yang
akan dilakukan sebagai berikut (Arikunto, 2012). a. Validitas Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki keshahihan yang baik pula. Soal tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, karena akan menyebabkan skor total tinggi atau rendah. Jadi, suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan sedangkan soal yang valid berarti soal tersebut dapat digunakan. Kriteria apabila rhitung > rtabel maka butir soal valid. Dalam menghitung validitas asesmen rubrik tersebut di gunakan validitas isi dan menghitung indeks validitasnya. Data pada Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
penelitian ini diolah dengan bantuan program Anates V4 yang muncul dalam angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk desimal dan diinterpretasi melalui Tabel 3.3. di bawah ini. Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas Koefisien Korelasi 0,80 – 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20
Kategori validasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Arikunto, 2012) b. Reliabilitas Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas atau daya keajegan yang cukup dipercaya sebagai alat pengumpul data. Sama halnya dengan mengukur validitas, untuk mengukur reliabilitas diakukan juga dengan bantuan Anates V4yang akan muncul dengan angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk desimal dan diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.4. Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Korelasi 0,80 – 1,00 0,06 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 0,00 – 0,19
Kategori Reliabilitas Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Arikunto, 2012) c. Taraf kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2012). Tingkat kesukaran ini diperoleh dengan bantuan Anates V4 yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk desimal dan diiterpretasikan sesuai dengan indeks pada Tabel 3.4. Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran Rentang
Keterangan
0,00 – 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00
Sukar Sedang Mudah
(Arikunto, 2012) Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
d. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk memberikan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampan rendah (Arikunto, 2012). Butir-butir soal yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua kemungkinan tindak lanjut yaitu: 1. Ditelusuri kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang. Kelak soal tersebut dianalisis lagi apakah daya pembedanya meningkat ataukah tidak. 2. Dibuang atau didrop dan untuk tes yang akan datang butir soal tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.Untuk memperolah daya pembeda dilakukan dengan bantuan Anates V4 kemudian diinterpretasikan. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 3.6 Klasifikasi daya Pembeda Rentang 0,0 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00
Keterangan Jelek Cukup Baik Baik sekali
(Arikunto, 2012) Untuk mengetahui soal dapat dipergunakan atau tidak, maka dilakukanlah klasifikasi butir soal berdasarkan aturan Zainul (2002) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.7 Kualifikasi Butir Soal Kategori Dipakai
Diperbaiki
Dibuang
Penilaian Apabila : 1. Validitas ≥ 0.40 2. Daya Pembeda ≥ 0.40 3. Tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 Apabila : 1. Daya pembeda ≥ 0.40 tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80 tetapi validitas ≥ 0.40 2. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi ada validitas ≥ 0.40 3. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi validitas antara 0.20 sampai 0.40 Apabila : 1. Daya pembeda < 0.40 dan ada tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80 2. Validitas < 0.20 3. Daya pembeda < 0.40 dan validitas < 0.40
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
5. Analisis Perbaikan Soal Analisis perbaikan soal dilakukan dengan identifikasi letak kesalahan soal. Selanjutnya, dilakukan perbaikan dengan melakukan perubahan pada soal baik dari segi konstruksi maupun isi soal. Perbaikan dari segi konstruksi meliputi bentuk soal, redaksi soal, dan petunjuk soal. Sedangkan perbaikan isi meliputi perbaikan konten soal seperti konsep atau materi yang ditanyakan pada soal, kunci jawaban, dan pemberian bobot skor pada soal.
6. Analisis Penilaian KPS Terintegrasi Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Analisis Penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dilakukan berdasarkan hasil ujicoba. Langkah-langkah hasil analisis soal yang dilakukan pada penelitian ini adalah: a. Melakukan skoring pada jawaban siswa.Skoring yang diberikan yaitu skoring dalam bentuk esai. Skoring ini mengacu kepada rubrik pedoman penilaian yang sudah dibuat sebelumnya. Alasan yang siswa tuliskan diberi skor sesuai sesuai bobot yang sudah ditentukan pada rubrik pedoman penilaian. Setiap butir soal memiliki bobot skor yang berbeda-beda. b. Menjumlahkan skor tiap butir soal menjadi skor total. c. Memetakan nilai yang diperoleh siswa dengan kriteria tingkat kemampuan KPS terintegrasi siswa. Skor KPS terintegrasi yang diperoleh siswa kemudian diinterpretasikan menggunakan kriteria berdasarkan skor tertinggi soal dan jumlah soal yang diteskan. Skor tertinggi pada soal yaitu 4 dan jumlah keseluruhan soal adalah 10, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Tabel 3.8 Kategorisasi Skor KPS Terintegrasi Siswa Rentang 1-10 11-20 21-30 31-40
Keterangan Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi
d. Mengakumulasi jumlah siswa pada setiap tingkat kemampuan. Hasil akumulasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan pembacaan data.
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
7. Analisis Kekurangan dan Kelebihan Instrumen Analisis kekurangan dan kelebihan instrumen dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Peneliti akan mengidentifikasi letak kekurangan dan kelebihan instrumen mulai dari pengembangan hingga instrumen yang benarbenar valid. Identifikasi hasil analisis ini akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pengembangan instrumen selanjutnya.
8. Analisis wawancara dengan Guru Wawancara dilakukan kepada guru untuk mendapatkan opini mengenai kelebihan dan kekurangan instrumen. Hasil wawancara dilihat kembali kemudian dijadikan sebagai bahan perbaikan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
9. Analisis wawancara dengan Siswa Wawancara yang dilakukan berupa analisis antara hasil tes dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Kecocokkan yang dianalisis meliputi kesesuaian hasil jawaban dan alasan pada saat tes dengan hasil wawancara.
10. Analisis Data Angket siswa Hasil
angket
siswa
dihitung
dengan
menggunakan
perhitungan
berdasarkan rumus: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 ′𝑌𝑎′ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 Hasil dari perhitungan tersebut di atas kemudian diinterpretasikan menggunakan kriteria menurut Koentjaraningrat (dalam Ginanjar, 2008, dalam Abdussalam 2010, dalam Hardiansyah, 2011) sebagai berikut: Tabel 3.9 Kategorisasi Hasil Angket Siswa Presentase 0% 1%-30% 31%-49% 50% 51%-80% 81%-99% 100%
Kategori Tidak satupun Sebagian kecil Hampir separuhnya Separuhnya Sebagian besar Hampir seluruhnya Seluruhnya
Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
H. Alur Penelitian Mengidentifikasi masalah Tahap pertama: persiapan
Melakukan studi literatur Melakukan studi kurikulum
Membuat indikator soal
Membuat kisi-kisi & tabel spesifikasi Tahap kedua: penyusunan instrumen
Membuat soal esai Judgement ↔ revisi
Tes esai (uji coba I) Analisis hasil uji coba I Tahap ketiga: Ujicoba instrumen
Pengulangan tes esai (uji coba II) Analisis hasil uji coba II Judgement ↔ revisi
Tahap keempat: Penerapan instrumen
Penerapan instrumen Analisis hasil penerapan
Pemberian angket kepada siswa
Wawancara siswa
Tahap kelima: Validasi
Analisis kendala yang dihadapi saat menggunakan perangkat penilaian Analisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian
Wawancara kepada guru untuk Pepi Handayani, 2015 mendapatkan tanggapan PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI 3.1 Diagram Alir |Langkah-langkah Penelitian Universitas Pendidikan Gambar Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu