BAB III KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP TRANSFORMASI DIRI PESERTA DIDIK
A. Gambaran Umum STAIN Pekalongan 1. Sejarah berdirinya STAIN Pekalongan 1 STAIN Pekalongan lahir dan berdiri pada tahun 1997. Kelahirannya merupakan bentuk penataan dan pengembangan dari Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo di Pekalongan. Fakultas Syari’ah Pekalongan semula berasal dari Fakultas Syari’ah Bumiayu yang berdiri pada tahun 1968, tetapi kemudian dinegrikan pada tahun 1970 dan menjadi salah satu fakultas cabang dari IAIN Walisongo Semarang. Pada tahun 1973, IAIN Walisongo cabang Bumiayu dipindah ke Pekalongan, karena ada kebijakan “rasionalisasi fakultas-fakultas cabang” dari pemerintah pusat, dengan pertimbangan agar lebih prospektif bagi pengembangan dan kemajuan sebuah fakultas pada masa mendatang. Persiapan kepindahan dari Bumiayu ke Pekalongan telah di rintis sejak awal tahun 1972. Usaha ini berhasil dengan keluarnya SK Rektor IAIN Walisongo Semarang No. 11 tahun 1972, tanggal 31 Desember 1972. Setelah persiapan dianggap cukup, upacara peresmian dilakukan pada tanggal 9 Februari 1973, di Gedung PPIP, Jl. Dr. Wahidin 102 Pekalongan. Peresmian penyerahan kepada masyarakat Pekalongan dilakukan oleh 1
http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/index.php./profil/sekilas-jurusan. Diakses pada 30 Mei 2016.
47
48
Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof. Tengku H. Ismail Ya’kub SH, MA dengan dihadiri oleh Pembantu Gubernur (Residen) Pekalongan, jajaran Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Agama Kota Pekalongan, serta beberapa tokoh masyarakat Pekalongan. Di antara tokoh yang hadir memberi dukungan atas penempatan dan kepindahan tersebut adalah H.A. Djunaidi (pengusaha dan Dirut Primatexo-GKBI), KH. Syafi’i A. Madjid (ulama-Ketua KPB-Buaran), KHM. Sahlan (Kakandepag Pekalongan), HA. Muis Syamas dan HA. Kurdi. Kepindahan lembaga tersebut secara lengkap meliputi personil dan mahasiswa serta beberapa sarana yang dimiliki, seperti meubelair dan perpustakaan yang masih sangat sederhana. Personil yang ikut pindah dan kemudian menetap di Pekalongan adalah Drs. Moh. Amir Thoha, Drs. Masykuri, Drs. Dadang Sudarna, Drs. Iskandar Qomad, Drs. Rozikin, A. Bushoiri, BA, dan Abu Daud BA. Sedang mahasiswa yang mengikuti pindah sebanyak 22 orang. Adapun sarana yang dimiliki baru 9 set mejakursi, dua buah almari perpustakaan beserta buku yang jumlahnya kurang lebih 2500 exemplar, dan satu lapangan tenis meja. Seiring dengan usaha yang dilakukan oleh civitas akademika dan stakeholders Fakultas Syari’ah Pekalongan, terbuka wacana baru di kalangan pejabat Departemen Agama untuk menyelamatkan eksistensi fakultas daerah sebagai asset umat dalam rangka pelaksanaan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Bergulirnya wacana tersebut, menjadikan para pejabat Departemen Agama mengambil kebijakan untuk
49
melakukan perubahan alih fakultas daerah di lingkungan IAIN menjadi STAIN. Kebijakan ini dilakukan, selain agar fakultas daerah dapat berkembang sebagai lembaga tinggi negeri yang mandiri (tidak bergantung pada induknya), juga dalam rangka menata kelembagaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan keinginan ini, sepanjang tahun 1996, Departemen Agama melakukan serangkaian usaha pertemuan dan konsultasi dengan departemen-departemen dan lembaga-lembaga terkait, sementara fakultas daerah mempersiapkan data pendukung yang diperlukan, antara lain: Proposal Rencana Penataan Kelembagaan Pendirian STAIN, Rancangan STATUTA dan Draft Naskah Pengembangan Akademik. Setelah persiapan dianggap cukup, maka pada pidato Hari Amal Bhakti (HAB) Departemen Agama, 3 Januari 1997, Menteri Agama menyampaikan langkah-langkah penataan dan pengembangan lembaga tinggi agama Islam di lingkungan IAIN. Langkah kebijakan itu kemudian dituangkan dalam Keputusan Presiden No.11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997, tentang pendirian STAIN yang jumlahnya 33 buah di seluruh Indonesia, termasuk di dalamnya STAIN Pekalongan. Adapun peresmian berdirinya STAIN dilakukan secara serentak oleh Menteri Agama RI., dr. H. Tarmizi Taher di Auditorium Departemen Agama Jakarta pada tanggal 30 Juni 1997/25 Shafar 1418 H.2
2
http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/sejarah-dinamika.html pada 30 Mei 2016
diakses
50
2. Visi, Misi, Tujuan dan Tujuan STAIN Pekalongan a. Visi STAIN Pekalongan "Pelopor Perguruan Tinggi Agama Islam Berbasis Riset Menuju Kampus Rahmatan Lil 'Alamin” b. Misi STAIN Pekalongan 1) Menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis riset untuk mewujudkan perubahan sosial yang berkeadilan. 2) Menyelenggarakan penelitian, pengembangan ilmu, teknologi, seni dan budaya untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, berkualitas dan bermartabat. 3) Berperan aktif dalam penguatan dan pemberdayaan masyarakat. c. Tujuan STAIN Pekalongan 1) Terimplementasinya budaya riset dalam seluruh program akademik dan non akademik. 2) Pengembangan ma'had sebagai bagian integral dalam pengembangan Perguruan Tinggi berbasis riset. 3) Meningkatnya kompetensi bahasa asing melalui program bilingual (Bahasa Ingris dan Arab). 4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia. 5) Meningkatnya peran sosial dan keagamaan Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 6) Meningkatnya sistem manajemen berbasis Teknologi Informasi.
51
7) Meningkatnya pengakuan dan reputasi Perguruan Tinggi pada level Internasional secara bertahap. 8) Berkembangnya kelembagaaan Perguruan Tinggi. 9) Meningkatnya sumber-sumber pendanaan Perguruan Tinggi. 3 3. Jurusan Tarbiyah Jurusan Tarbiyah lahir pada tahun 1997 bersamaan dengan lahirnya STAIN Pekalongan yang secara resmi dibuka oleh Menteri Agama pada 30 Juni 1997 di Jakarta. Bersamaan dengan tonggak sejarah diatas, saat ini Jurusan Tarbiyah terus berbenah diri dalam semua bidang. Sampai sekarang Jurusan Tarbiyah sudah mengalami kepemimpinan enam orang Ketua Jurusan, Pertama: Drs. H. Chusnan B. Jaenuri, M.A., Kedua:Drs. H. Abdul Mu'in, M.A., Ketiga:Drs. H. Idhoh Anas, M.A., Keempat:Zaenal Mustakim, M.A., Kelima:Drs. Moh. Muslih, M.Pd., Ph.D., dan Keenam: Dr. Sugeng Sholahudin, M.Ag. Dari keenam kepemimpinan Beliau di Jurusan Tarbiyah telah membuat atmosfir dinamika prestasi yang membuat Jurusan Tarbiyah diusia yang relative masih muda eksistensinya sudah dapat sejajar dengan Fakultas Tarbiyah di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) bahkan antar sesama Jurusan Tarbiyah di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Puncak dari kerja keras Jurusan Tarbiyah saat ini sudah terakreditasi B oleh Keputusan Badan
3
http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/visi-misi-dan-tujuan.html diakses pada 30 Mei 2016
52
akreditasi Nasional Perguruan Tinggi ( BANPT ) Nomor: 018/BAN-PT/AkX/S1/VIII/2007, pada tanggal 18 Agustus 2007. Hingga saat ini, Jurusan Tarbiyah telah mengelola 4 program studi, yaitu: S1 Pendidikan Agama Islam (PAI), S1 Pendidikan Bahasa Arab (PBA), S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan S1 Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA). Selain itu juga Jurusan Tarbiyah telah menyelenggarakan program Kualifikasi S1 Guru PAI, program ini diperuntukan bagi guru-guru agama Islam yang belum mencapai sarjana.4 Visi Jurusan Tarbiyah adalah terdepan dalam penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan Islam. Adapun misi Jurusan Tarbiyah adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan mahasisiwa sebagai pendidik, ahli, dan atau praktisi pendidikan lainnya yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan dalam pengembangan pendidikan Islam. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama Islam, khususnya dalam bidang pendidikan. 5 4. Program Studi S.1 Pendidikan Agama Islam Program studi S.1 Pendidikan Agama Islam menyiapkan calon tenaga kependidikan Islam profesional sebagai guru agama di sekolah dan madrasah, sebagai supervisor pendidikan maupun konsultan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan mendapatkan akreditasi “A”oleh Keputusan Badan 4 5
http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/sekilas-jurusan.html diakses pada 30 Mei 2016 http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/visi-misi.html. diakses pada 30 Mei 2016
53
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) Nomor : 042/BANPT/Ak/SI/XI/, pada tanggal 23 November 2012. Pengajar yang disiapkan pun merupakan para ahli dalam bidangnya, yang lulusan dalam negeri maupun luar negeri, serta pendidikan minimal S.2 hingga S.3. Untuk mencetak lulusan yang handal, para mahasiswa Program Studi Agama Islam tidak hanya dibekali dengan teori-teori pendidikan Islam saja tetapi juga mata kuliah yang bersifat praktikum yang memadai. 6
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz7 Pondok Pesantren Al quran Roudlotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan didirikan pada tahun 1980-an oleh Bapak K.H Abdul Malik, pada mulanya pondok pesantren ini hanya terbatas santri putra saja, namun perkembangan berikutnya mulai menerima santri putri. Pada tahun 1986 M pondok pesantren ini diresmikan oleh Bapak Soepadai selaku kepala daerah Kabupaten Pekalongan. Pada tahun 2000 ada perubahan/pemekaran wilayah sehingga pondok pesantren ini masuk ke wilayah Kota Madya Pekalongan. Pondok Pesantren in, tidak seperti kebanyakan pondok yang ada pada era saat ini yang mengacu pada standartkurikulum sekolah umum nasional, namun pondok ini mengkhususkan diri hanya untuk menghafal Al quran 6 7
http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/sekilas-jurusan.html diakses pada 30 Mei 2016 Arsip Profil Pondok Pesantren Roudlotul Huffadz. 1 Juni 2016
54
sesuai dengan kaidah Shalafus Shalih, sehingga para santri rata-rata berlatar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang dari pesantren, ada yang sekolah umum dan ada pula yang mahasiswa. Ada pembagian jenjang pendidikan di pondok pesantren ini, yaitu tingkatan binnadlor (baca) dan tingkatang bilghoib (hafalan).
2. Visi dan Misi VISI Keberadaan Pondok pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan dilahirkan dari sebuah visi yang berbasis jangka panjang yaitu mampu mewujudkan santri-santri yang handal dalam menghafal Al quran dengan bacaan tajwid yang benar sesuai dengan tuntunan Rasululah saw, sejahtera, beriman, dan bertqwa berakhlak mulia, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu agama yang didukung oleh suasana persaudaraan, berkeadilan, mampu mandiri, memiliki etos kerja tinggi dan selalu memiliki motivasi untuk berprestasi. MISI Keberadaan Pondok pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan mempunyai misi mencetak penghafal Al quran yang mampu menjaga, mengamalkan dan mengajarkan Al quran serta mampu berdakwah dengan gigih dan istiqomah di tengahtengah masyarakat.8
8
Arsip Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz
55
3. Struktur Kepangurusan Struktur Kepengurusan Putra Pondok Pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Masa Khidmat Tahun 2016-2017
Pengasuh
: Kh. Ahmad Khozin Muslih Al Hafidz
Pembina
: Ky. Ahmad Zaeni Al Hafidz
Ketua
: Ali Imron
Wakil Ketua
: Abdur Rosyid
Sekretaris
: Basyar Sholah
Bendahara
: Nur Syahidin
Departeman-departeman : 1. Departeman Pendidikan
: Arif Muqodam Mahmud Almuhtadi billah
2. Departeman Sosial
: Zen Jami’ Kurniawan
3. Departeman Keamanan
: Asep Rokhmatul Yahya A. Khudori
4. Departeman Kebersihan : Rohimuddin Ulil Albab Ibrohim 5. Departeman P.U
: Akrom Ali Imron Kendal Fahmi
Ditetapkan di Pekalongan Maret 2016 M Jumadil Akhir 1437 H
56
4. Tata Tertib TATA TERTIB PERATURAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN “ROUDLOTUL HUFFADH”
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN: 1. Patuh dan ta’dzim kepada Pengasuh Dewan Guru dan Ahli Baitnya 2. Mengikuti semua aktifitas kegiatan Pesantren 3. Mengucapkan salam / bersalaman ketika bertemu Pengasuh /Dewan Asatidz 4. Berpakaian rapi dan islami dalam setiap rutinitas Pesantren 5. Mengikuti sholat berjamaah di Masjid serta memakai pakaian lengan panjang 6. Memakai peci saat keluar dari lingkuangan Pesantren 7. Sowan kepada Pengasuh saat
hendak pulang/
meninggalkan
pessantren lebih dari satu hari/ tidak mengikuti setoran 8. Menjaga nama baik Almamater Pesantren baik di dlalam maupun diluar pesantren 9. Menjaga ukhuwah Islamiyah antar santri dan masyarakat 10. Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan Pesantren 11. Mentaati semua peraturan yang ditetapkan LARANGAN-LARANGAN : 1. Berhubungan dengan masyarakat atau santri putri yang bersifat negatif 2. Bermain di rumah orang kampung yang bersifat negatif (ngampung)
57
3. Meningalkan pesantren tanpa sepengatahuan pengurus 4. Bermain di luar pesantren/keluar malam diatas pukul 22.30 Istiwa tanpa seizin dapertemen keamanan/pengurus 5. Merokok bagi anak masih terhitung di bawah umur/merokok di lingkungan pesantren 6. Mengambil atau menggunakan hak milik orang lain tanpa seizin pemiliknya (mencuri / ghosob) 7. Bertengkar atau berkelahi antar santri dan masyarakat 8. Membawa dan menyimpan barang-barang elektronik seperti (HP, tape, radio dan sebagainya) 9. Melakukan aktivitas di kolam masjid ketika sholat berjamaa’ah mulai berlangsung SANKSI : Bagi setiap santri yang melanggar tata tertib peraturan akan diproses oleh Pengurus dan dikenakan sanksi sesuai kebijaksanaan Pengasuh. Hal-hal yang belum termaktub dalam Tata Tertib PPQRH akan dijadikan bahan pertimbangan dan permusyawaratan Pengurus.
Pekalongan, 27 Jumadil Awal 1433 H 19 April 2012 M
Pengasuh,
Ky. Ahmad Khozin Muslih al hafidz
58
TATA TERTIB SETORAN HAFALAN AL QUR’AN PONDOK PESANTREN ROUDHOTUL HUFFADZ
Bersama dengan ini, untuk lebih meningkatkan ketertiban dalam pelaksanaan pengajian Al Qur’an, maka setiap santri diwajibkan melaksanakan tata tertib sebagai berikut: 1. Setiap santri wajib hadir 5 menit sebelum pengajian dimulai 2. Setiap santri wajib berpakaian rapi, sopan dan islami 3. Setiap santri wajib hadir dan menjaga etika selama pengajian berlangsung 4. Setiap santri wajib izin pengasuh/Departemen Pendidikan saat hendak meninggalkan Pengajian, kecuali karena hadast 5. Setiap santri wajib berdo’a saat pengajian dimulai atau berakhir Demikian tata tertib ini dibuat, harap diperhatikan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pekalongan, 27 Jumadil Awal 1433 H 19 April 2012 M
Pengasuh,
Ky.Ahmad Khozin Muslih al Hafidz
59
5. Jadwal Kegiatan di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz JADWAL KEGIATAN PONDOK PUTRA No
Nama Kegiatan
Waktu Kegiatan Subuh
1
Sholat Subuh Berjama’ah
2
4
Ziyadah Gabungan (Santri Bada SubuhTahfidz Dan Anak Sekolah) 07.30 Istiwa’ Tadarus, Ziyadah Dan Murojaah 08.00 - Selesai Pribadi Sholat Dhuhur Berjama’ah Dhuhur
5
Murojaah (Santri-Santri Tahfidz)
6
Sholat Ashar Berjama’ah
7 8
Pengajian Kitab Salaf (Sesuai Jadwal) Sholat Maghriib Berjama’ah
9
Pembacaan Rotibul Athos
10
Sholat Isya Berjamaah
11
Muroja’ah (Anak Sekolah)
12
Jam Belajar (Anak Sekolah)
13
Istirahat
Bada Isya 21.30 Istiwa’ 22.00 – 23.00 Istiwa’ -
14.
Tahajjuud (Qiyamul Lail)
02.30 Istiwa
3
13.30-14.30 Istiwa Ashar Bada Ashar Mahgrib Bada Maghrib Isya
Tempat Kegiatan Masjid Jami’ Ar Rahmah Aula Pondok Pesantren Pondok Dan Masjid Masjid Jami’ Ar Rahmah Aula Pondok Pesantren Masjid Jami’ Ar Rahmah Ndalem Masjid Jami’ Ar Rahmah Aula Pondok Pesantren Masjid Jami’ Ar Rohmah Aula Pondok Pesantren Komplek Atas Kamar MasingMasing Kamar MasingMasing
JADWAL PENGAJIAN KITAB KUNING (KITAB SALAF) Waktu Kitab Pengajar Bada Ashar Fathul Mu’in Ky. Jazuli Fajari Bada Ashar Fathul Manan KH. Ridho, A.h Bada Ashar Tafsir Jalalain KH. Hasan Rumzi Bada Ashar Sulimal Munajjah Ust. Syafi’i Bada Ashar Ziaroh makam pendiri Terjadwal Secara pesantren Bergilir Jum’at Bada Ashar Tajwid Rosh Ushmani Ky. Ali Imron Sabtu Bada Ashar At Tibyan Ky. Assiruddin Hari Ahad Senin Selasa Rabu Kamis
60
C. Periode Pertama (Awal Masuk Pesantren) 1.
Sekilas tentang Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan Saya seorang santri pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan.
Saya mulai mondok pada hari rabu sore, tanggal 2 Agustus 2006. Saya mondok disana selama tiga tahun, tepatnya sejak bulan Agustus 2006 Januari 2009. Kehadiran saya di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan tersebut pada awalnya bukan karena saya ingin menghafalkan Al quran. Melainkan karena saya diperintah oleh abah KH Muchlis Chasani (pengasuh pondok pesantren Asma Chusna, Kranji Kedungwuni Pekalongan) untuk ikut abah KH. Abdul Aziz. Jadi sebelum saya mondok di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan, saya merupakan santri pondok Asma Chusna Kranji Kedungwuni Pekalongan. Saya belajar di pondok pesantren Asma Chusna tersebut kurang lebih selama 6 tahun (tahun 2000 - 2006 M).
Gambar 3.1 Kartu Tanda Santri Pondok Pesantren Asma’ Chusna (berlaku 3 tahun sekali)
Pondok pesantren Asma’ Chusna merupakan pondok salaf yang mengkaji kitab-kitab karya ulama’ terdahulu. Pondok pesantren Asma’
61
Chusna tersebut berada di desa Kranji kecamatan Kedungwuni kabupaten Pekalongan. Selain tinggal dipesantren tersebut, saya juga sekolah di MTs N 01 Islamic Centre Capgawen Kedungwuni Pekalongan dan melanjutkan Sekolah Madrasah Aliyah Salafiyah Simbang Kulon Buaran Pekalongan. Setelah saya lulus sekolah Madrasah Aliyah Salafiyah Simbangkulon, saya dan orang tua sowan ke pengasuh Pondok Pesantren Asma’ Chusna (abah KH. Mukhlis Chasani) untuk pindah pesantren. Namun, saat itu kami belum mempunyai pandangan untuk pindah ke pesantren mana. Ahirnya, beliau menyuruh saya pindah ke Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan tersebut adalah abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz yang saat itu masih menjadi salah satu dewan assatidz di Pondok Asma’ Chusna Kranji Kedungwuni Pekalongan. Orang tua saya mengajak saya silaturahim ke abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz di kediaman istrinya yang terletak di sebelah selatan Pondok Pesantren Asma Chusna Kranji Kedungwuni Pekalongan. Karena pada beliaulah saya berguru bacaan Al quran binnadhor dan khatam bacaan Al quran 30 juz. Saat itu, saya santri Pondok Pesantren Asma Chusna yang pertama kali khatam mengaji Al quran binnadhor kepada abah kyai Abdul ‘Aziz Al hafidz sejak beliau menjadi dewan assatidz di pondok pesantren Asma’ Chusna. Saya khatam Al quran pada hari rabu, 22 Februari 2006 dan abah kyai Abdul ‘Aziz Al hafidz memberi sanad Al quran kepada saya. Abah kyai Abdul ‘Aziz Al
62
hafidz juga meminta saya ikut pada beliau, mondok di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan.
Gambar 3.2 Sanad Al qur’an dari KH. Abdul Aziz Al Hafidz
Mendengar ajakan dan perintah abah kyai Abdul Aziz tersebut, ibu saya merasa setuju mendorong agar saya mengikuti perintah abah KH. Muchlis Chasani maupun abah abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz untuk nyantri di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan karena ternyata ibu juga sangat berharap putra-putrinya menjadi hafidz-hafidzoh quran dikemudian hari. Akan tetapi saya merasa ragu, apakah saya mampu mengikuti pelajaran
63
hifdzil quran (hafalan Al quran) di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan? Sedangkan saya merasa selama ini hafalan saya payah sehingga saya meragukan kemampuan hafalan saya. Saya ingat, dulu saat nyantri di Pondok Pesantren Asma’ Chusna, ketika saya menghafal kitab Amrithy dan kitab Alfiyah hafalan saya terasa payah walaupun sudah berusaha setiap hari untuk tadarus hafalan kitab tersebut. Akhirnya saya bersedia untuk mondok di pesantren Al quran Buaran Pekalongan meskipun bukan karena kemauan pribadi, namun karena saya berusaha ta’dzim mengikuti perintah abah KH. Muchlis Chasani dan abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz serta demi ingin mewujudkan harapan dan citacita ibu saya yaitu menjadi seorang penghafal Al quranul karim. Saya berharap, semoga saya termasuk sebagai murid sekaligus anak yang berbakti pada para kyai (guru) dan juga kepada orang tua. Saya berpikir, seandainya saya tidak mampu untuk menghafal Al quran dengan baik karena keterbatasan saya, setidaknya saya sudah berbakti kepada orang tua serta guru-guru saya. Saya selalu ingin mendapat ridho dari mereka. Dengan ridhonya mereka terhadap saya, semoga menjadi salah satu sebab keridhoan Allah Swt terhadap saya. Mudah-mudahan Allah Swt mempermudah langkah-langkah saya dalam segala urusan, khususnya dalam mempelajari dan menghafal Al quran, amin. Pada bulan Agustus tahun 2007 saya menjadi santri di pondok pesantren Al quran Buaran pekalongan. Saat itu, H. Zaki Arslan Djunaid merupakan ketua umum sekaligus donatur utama Pondok Pesantren Al quran
64
Buaran Pekalongan. KH. Abdul Aziz al hafidz yang “mokoki” (bermukim) di rumah dinas kyai. Terdapat banyak kyai yang mengajar di pondok tersebut. Ada beberapa kegiatan belajar-mengajar di pondok pesantren tersebut. Diantaranya seperti kegiatan mengaji ziyadah, muroja’ah, mudarosah, fashohah, qiro’ah, dan pengajian ulumul quran. Ketika saya mulai menjadi santri baru di pondok pesantren tersebut, saya hanya mengikuti kegiatan belajar-mengajar di pesantren tersebut tanpa ada niat menghafal Al quran. Saat itu belum tumbuh niat untuk menghafal Al quran dalam diri saya, yang ada barulah niat untuk menuruti perintah orang tua dan kyai untuk nyantri di pondok pesantren tersebut.
Namun, lama
kelamaan niat menghafal Al quran tersebut muncul. Saya begitu berminat untuk menghafalkan Al quran meskipun sedikit demi sedikit. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, saya hafal ziyadah Al quran 5 juz. Saat itu, abah kyai Abdul Aziz berpesan kepada saya agar saya tidak melanjutkan hafalan ke juz berikutnya sebelum saya benar-benar hafal Al quran 5 juz tersebut dengan baik. Dengan senang hati, saya mengikuti saran tersebut. 2.
Jadwal Kegiatan Pribadi (Harian) Ketika saya menjadi santri di pondok Pesantren Al quran Buaran
Pekalongan, saya mempunyai jadwal kegiatan harian. Jadwal ini meniru jadwal pribadi teman saya yang sudah berhasil khatam Al quran bil ghoib dengan mendisiplinkan diri menggunakan jadwal harian ini. Beliau adalah Munir, salah satu santri pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan yang berasal dari kota Cirebon Jawa Barat.
65
Suatu ketika, saat saya berada di serambi pondok, saya dipanggil Munir, entah ada apa dia memanggil saya, saya pikir ini pasti ada sesuatu yang penting, maka segera saya menghampirinya. Setelah bertemu, kami membahas tentang kegiatan pesantren dan problematika kepengurusan pesantren saat itu. Setelah itu, Munir menawarkan jadwal kegiatan harian kepada saya. “Kang Yahya, mau tidak kalau saya buatkan jadwal harian? dulu sewaktu saya belum khatam, saya membuatnya dan alhamdulillah berhasil hingga mengantarkan saya khatam hafalan Al quran bilghoib kang”. Kata Munir kepada saya. “Jadwal harian? Jadwal harian seperti apa ya? saya jadi penasaran. “Nanti tak buatin kang, kalo udah jadi nanti dilihat.” Kata Munir. “ya sudah, saya mau. ya, nanti saya lihat. Terimakasih Munir” kata saya. “Ya sama-sama kang Yahya”. kata Munir. Setelah jadwal itu jadi, Munir segera memberikan jadwal tersebut kepada saya. Jadwal tersebut saya baca, saya amati dan kemudian saya praktekkan sedikit demi sedikit,
Alhamdulillah jadwal tersebut sangat
membantu saya. Dengan menepati jadwal harian tersebut, membantu saya menjadi lebih rajin, lebih bersemangat dalam belajar dan membagi waktu, sehingga saya menjadi lebih sering melakukan tadarus Al quran. Terimakasih banyak Munir, semoga jadwal tersebut bermanfaat bagiku hingga aku khatam hafalan Al quran suatu saat nanti, amin ya Robbal ‘alamin.9
9
Percakapan dengan Munir (santri Pondok Pesantren Al quran Buaran), pada tahun 2008
66
Gambar 3.3 Jadwal Harian saat di Pondok Pesantren Al quran Buaran (YPI)
3.
Mushaf Pertamaku
Gambar 3.4 Mushaf Al quran Pertamaku
67
Inilah mushaf pertama saya yang saya gunakan untuk mengaji dan menghafal Al quran. Saya membeli pada tanggal 26 Mei 2006 di koperasi pondok putri Al quran Buaran Pekalongan dengan harga Rp. 35.000. Al quran ini khusus digunakan untuk menghafal. Jarang sekali ada di toko-toko karena dalam Al quran ini terdapat tulisan “untuk kalangan sendiri”. Saya perhatikan, mushaf ini merupakan Al quran cetakan menara Kudus. Mushaf saya ini terbagi menjadi dua jilid. Jilid pertama juz 1-15, sedangkan jilid dua mulai dari juz 16-30. Biasanya, Al quran ini juga disebut Al quran pojok karena setiap halaman berahir dengan lingkaran akhir ayat. Sedangkan pada Al quran-Al quran lain, belum tentu setiap halaman berahir dengan lingkaran akhir ayat. Saya sengaja membeli mushaf Al quran berukuran kecil yang ada terjemahnya. Ukuran mushaf Al quran yang kecil akan mempermudah saya untuk membawanya, sedangkan tarjamah mushaf akan saya pelajari untuk mengetahui arti ayat yang sedang saya hafalkan. Selain itu, tarjamahan ayat tersebut juga saya gunakan untuk membantu hafalan saya ketika menemukan ayat-ayat yang sulit dihafalkan. Dengan mengetahui arti ayat, diharapkan dapat membantu mempermudah saya dalam menghafal Al quran. 4.
Pengajian Ziyadah Setiap pagi selesai sholat subuh, saya, simbah (Muzani), Edi Mulyadi
(mang Edi), Imamudin, dan beberapa santri lainya bertadarus, menghafal Al quran di serambi depan rumah abah KH. Abdul Aziz Al hafidz untuk setoran ziyadah kepada beliau. Satu persatu santri memasuki ruangan untuk setoran
68
ziyadah, sedangkan santri-santri yang lain menunggu giliran masuk dengan bertadarus diluar ruagan. 10 Setoran ziyadah yaitu menambah jumlah hafalan Al quran dengan menyetorkan hafalan kepada guru tahfidz Al quran. Kami menyetorkan hafalan ziyadah kepada KH. Abdul Aziz Al hafidz. Biasanya, ketika kami masuk ruangan untuk setoran ziyadah, kami duduk dihadap abah kyai Abdul Aziz dengan menyerahkan mushaf Al quran dan kertas catatan setoran. Abah Abdul Aziz akan mencatat hafalan tiap santri pada saat itu dan beliau juga menandatanganinya, sehingga buku catatan tersebut bisa digunakan sebagai alat kontrol hafalan, apakah santri tersebut rajin setoran hafalan atau tidak. Apabila santri terbukti tidak rajin setoran hafalan, maka ia akan mendapat peringatan dari abah KH. Abdul Aziz al hafidz.
Gambar : 3.5 Rumah Kyai milik yayasan, tempat mengaji setoran ziyadah dan murojaah pada KH. Abdul Aziz Al hafidz. Tahun 2006-2009
10
Konfirmasi dengan Imamudin (Sahabat di Pondok Pesantren Al quran Buaran), tanggal 12 Juni 2016
69
5.
Pengajian Murojaah Pengajian Muroja’ah merupakan setoran hafalan Al quran berupa
pengulangan hafalan yang sudah pernah disetorkan sebelumnya kepada guru tahfidz. Jumlah setoran murojaah sebanyak ¼ juz (5 halaman) atau ½ juz (10 halaman) tergantung kemampuan dan kesepakatan antara santri dengan guru yang mengajar. Namun, biasanya jumlah setoran murojaah hanya ¼ juz. Kami menyetorkan hafalan murojaah kepada KH. Toha Daruni al hafidz. Waktu pengajian muroja’ah ketika saya mondok dipesantren Al quran Buaran Pekalongan sekitar pukul 20.00-22.00 ISTIWA’ dan dilaksanakan di rumah dinas kyai, sama seperti ketika kami mengaji ziyadah.. Setoran murojaah biasanya dilaksanakan secara bergiliran. Santri-santri putri akan dipersilahkan untuk setoran murojaah terlebih dahulu. Setelah semua santri putri setoran murojaah, barulah kami santri-santri putra setoran murojaah kepada KH. Toha Daruni al hafidz. Satu persatu santri menyetorkan hafalan murojaah kepada Kyai Toha. Saya tidak merasa grogi apabila setoran murojaah kepada beliau karena beliau orangnya santai. Namun, saya tidak boleh sedikitpun meremehkannya karena beliau memiliki kemampuan yang mengagumkan. Beliau seringkali dapat mengkoreksi bacaan hafalan para santri yang sedang setoran hafalan murojaah kepada beliau, meskipun saat beliau dalam keadaan sangat mangantuk, hingga saya sering kali terheran-heran kepada beliau. Pantas saja kalau dahulu beliau pernah mendapat juara satu dalam lomba tahfidz Internasional dan sempat mendapat hadiah haji plus. Di samping beliau sangat hafal Al quran, bacaan
70
beliau juga terkenal fasih dan mampu meniru dengan baik lagu qiro’ah imam As Sudais (imam besar Masjidil Haram, Makkah al Mukarromah). 6.
Pengajian Tadarus Setiap setelah sholat isya, kami para santri wajib mengikuti kegiatan
tadarus bersama di rumah abah KH. Abdul Aziz Al hafidz yang bertempat di dapan asrama pondok putri dan di belakang masjid Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Setelah sholat isya’ berjamaah dimasjid, kami berbondong-bondong memasuki rumah kyai. Tidak hanya para santri putra, para santri putripun wajib mengikuti kegiatan tersebut. Para santri putra menempati ruang atas, sedangkan para santri putri menempati ruang bawah rumah kyai. Kami mulai mengaji setelah isya sampai pukul 21.00 WIB. Kami memulai dengan do’a bersama membaca Asma’ul husna dan diakhiri dengan do’a kalamun Qodim. Tempat mengaji tadarus sanntri-santri putra berada di lantai atas, sedangkan tempat mengaji tadarus santri putri berada di lantai bawah. Pernah suatu ketika, saya dan teman-teman yaitu Mudhor, Fais, Agus, dan Johan, terlambat kumpul. Sedangkan santri-santri putri sudah berkumpul memenuhi ruangan bawah sehingga suit bagi saya dan teman-teman masuk ruangan menuju lantai atas. Saya dan santri-santri putra lain merasa malu bila harus menaiki tangga yang sudah dipenuhi dengan santri-santri putri tersebut, hingga akhirnya saya, agus, fais dan johan seringkali nekat menuju lantai atas dengan cara memanjat pohon mangga yang berada disebelah timur rumah tersebut
71
kemudian naik ke atas melalui genteng atap rumah dan melompat ke ruangan atas tempat para santri putra kumpul mengaji. Hal ini kami lakukan bila kami terlambat memasuki ruangan. Sekali lagi, kami melakukan hal tersebut dari pada kami malu dilihat para santri putri karena terlambat sedangkan mereka sudah memenuhi tempat yang akan kami lalui. 7.
Pengajian Fashohah Setiap pagi sekitar pukul 09.00 saya mengikuti kegiatan pengajian
fashohah. Selain pengajian ziyadah dan murojaah, di pondok pesantren Al quran Buaran juga terdapat pengajian fashohah. Pengajian ini diampu oleh guru kami yang bernama KH. Khadiri yang beralamat di Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Setiap hari beliau datang ke pondok pesantren Al quran Buaran kecuali hari selasa dan jumat. Karena hari itu merupakan hari libur di pondok kami. Setiap hari sekitar pukul 08.45-10.15 ISTIWA’, saya dan teman-teman mengenakan pakaian santri dan membawa mushaf Al quran menuju asrama pondok putri untuk mengaji fashohah kepada KH. Khadiri. Saat itu, tempat pengajian fashohah berada di komplek pondok putri, tepatnya disebelah timur ruang tamu. Dalam ruangan tersebut, terdapat satu papan tulis besar terbuat dari kayu yang digunakan sebagai satir (pembatas) antara santri putra dan putri. Kami mengaji fashohah satu persatu dengan bergiliran antara santri putra dan putri. Saya dan santri-santri putra lainya keluar masuk ruangan melalui pintu depan, sedangkan santri-santri putri keluar masuk ruangan melalui pintu belakang.
72
Saya dan santri-santri lainya sering kali disuruh oleh KH. Khadiri untuk mengeraskan suara dan kepala kami dilarang menunduk kebawah saat melafalkan ayat-auyat suci Al quran, dengan tujuan agar KH. Khadiri dapat melihat dan mendengar dengan jelas ayat-ayat Al quran yang saya baca, sehingga mudah pula bagi beliau untuk mengoreksi dan mamberikan contoh bacaan yang benar kapada para santri. Sering kali, KH. Khadiri memberikan peringatan betapa pentingnya mengaji dengan musyafahah (adu lisan) yang artinya bahwa sang guru harus melihat secara langsung gerak bibir murid saat melafalkan ayat-ayat Al quran, dan murid melihat langsung gerak bibir sang guru saat melafalkan ayat-ayat Al quran sehingga bacaan dapat terlihat jelas bagaimana huruf-huruf dan lafadz Al quran dilafalkan. Disisi lain, musyafahah juga penting karena makhorijul huruf sering kali memiliki sifat-sifat huruf yang hampir sama sehingga apabila tidak melihat gerak mulut secara langsung akan menyebabkan kesalahan kesulitan dalam mengkoreksinya. Misalkan pada pelafalan huruf ضdan ظ. Ketika Huruf
ضdilafalkan,
lidah harus menekan gigi geraham samping kiri
sehingga ujung bibir terlihat miring samping kiri sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw. sedangkan pada palafalan huruf ظ, ujung lidah harus menekan kedua gigi dengan diakhiri hembusan udara keluar dan bibir “muncis”. Bila tidak melihat gerak bibir secara langsung, maka bisa saja seseorang melafalkan huruf ضdan ظdengan hasil suara yang benar, namun ternyata gerak mulut ataupun bibirnya salah dan guru tidak dapat
73
membenarkan karena wajahnya tertutupi kerudung ataupun penghalang lainnya. Sehingga, wajib bagi seorang guru melihat gerak bibir (musyafahah) saat mengajar ayat-ayat Al quran, sekalipun murid berlainan jenis. Keterangan ini sering saya dengarkan saat kami para santri pondok pesantren Al quran Buaran mengaji kepada KH. Khadiri dalam majelis pengajian fashohah, maupun saat berkunjung bersilaturahim di rumahnya. 8.
Pengajian Ulumul Quran Ketika terdengar iqomah ashar, biasanya kami para santri berbondong-
bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat. Selesai sholat, kami antri untuk mandi, disela-sela antri mandi tersebut babarapa santri berolahraga barbel. Setelah mandi, kami bersiap-siap berangkat ke madrasah ulumul quran yang bertempat di ruang kelas Madrasah Aliyah KH. Syafi’i di kompleks Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Pelajaran agama yang diajarkan sangat beragam, diantaranya pengajian kitab tafsir jalalain, pelajaran qiro’ah sab’ah, pengajian kitab minhajuh ‘abidin, dan lain sebagainya. Adapun nama-nama pengasuh pengajian ulumul quran diantaranya KH. Abdul Rosyad, KH. Usfuri (alm), Ustadz Abdul Choliq Jahja (alm). Pengajian ulumul quran tersebut selesai sekitar 17.20 WIB dan masing-masing santri pulang ke asrama pondok putra maupun putri untuk makan sore bersama teman-teman dengan penuh keceriaan. 9.
Harapan dan Cita-cita Membuatku Bertahan Menghafal Al quran Sabtu, 6 Maret 2010. Kegiatan setoran hafalan ziyadah dilaksanakan
setiap pagi setelah sholat subuh. Setiap pagi setelah solat subuh, kami para
74
santri putra pondok pesantren Al quran Buaran segera bergegas menuju rumah dinas bapak KH. Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran untuk hafalan ziyadah Al quran. Rumah tersebut masih satu komplek dengan Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan dan bertempat di sebelah timur Madrasah Aliyah Syafi’i (MAHASYI). Pengajian ziyadah ini dimulai setelah selesai sholat subuh dan berahir sekitar pukul 07.40 WIB. Saya, Agus Saifudin, Durahman (Mas Dur), kang Edi, kang Muzani (Simbah), Johan, Fais, Imam, Reza, dan santri-santri lain biasanya tadarus Al quran untuk membuat hafalan ziyadah di teras rumah pengasuh dengan duduk bersila. Setelah kami marasa hafal dan mantab dangan hafalan kami, kami mengaji ziyadah kepada KH. Abdul Aziz satupersatu. Sering kali kami mengantri untuk mengaji setoran hafalan ziyadah sampai pukul 07.40 WIB. Hal yang sering saya alami dan saya pun merasa aneh, karena meskipun hafalan saya sudah lancar, tiba-tiba menjadi tidak lancar apabila para santri putri dan para siswa lalu lalang lewat dihadapan kami. Hal ini terjadi tidak sekali, namun berkali kali hafalan saya menjadi kacau hingga kami pun menyadari hal ini, akhirnya saya memutuskan untuk pergi dan pindah ke tempat lain yaitu tadarus di dalam masjid agar tidak melihat para santri putri dan para siswi berangkat sekolah dan berlalu lalang dihadapan kami. Sekitar pukul 06.30-07.15 WIB siswa-siswi SD, MTs dan Aliyah berangkat ke sekolah, mereka lewat di depan rumah pengasuh tempat kami tadarus ziyadah dengan lalu lalang dan sering kali bergurau, hingga saya
75
menjadi kurang bisa fokus. Konsentrasi saya menjadi lebih pecah apabila para santri putri mulai berangkat ke sekolah dan melewati tempat kami tadarus ziyadah, karena kami para santri putra menjadi ribut sendiri melihat para santri putri tersebut lewat dihadapan kami. Setelah mengantri setoran hafalan, tibalah saatnya bagi saya untuk menghadap abah KH. Abdul Aziz untuk menyetorkan hafalan ziyadah saya. Saya memulai dengan ta’awudz, basmallah dan kemudian membaca surat al Fatihah. Kemudian saya menyetorkan hafalan ziyadah kepada abah KH. Abdul Aziz untuk di sima’ (didengarkan) dan dikoreksi oleh baliau. Pada pertengahan surat, abah KH. Abdul Aziz membetulkan hafalan saya beberapa kali dan kemudian berkata “hafalannya bagaimana yahya, ko salah-salah?”. Saya menjadi terdiam beberapa saat dan hanya bisa menundukkan kepala. Saya berusaha mengingat-ingat ayat-ayat Al quran yang telah saya hafalkan, namun kali ini tidak berhasil melanjutkan pada ayat selanjutnya. Setelah saya merasa tidak sanggup lagi melanjutkan hafalan ziyadah karena grogi, gugup, minder dan lupa. Saya segera mengahiri bacaan dengan bacaan shodaqollahul ‘adzim sambil mencium tangan KH. Abdul Aziz dan langsung pulang meninggalkan tempat mengaji menuju kamar. Saya membuka pintu kamar dengan penuh emosi dan berkata “aduuuh.. pusiiing.” sambil merebahkan tubuh diatas karpet kamar. Saya berbicara pada diri sendiri “menghafalkan Al quran bagi saya bukan hal yang mudah, Bahkan sangat sulit. Sering kali saya menghafalkannya dengan susah payah, bahkan banyak yang lupa saat disetorkan ke KH. Abdul Aziz.
76
Terkadang saya merasa putus asa. Meskipun saya telah berusaha rajin tadarus siang-malam, tetapi masih saja hafalan saya banyak yang salah dan lupa, hal ini
menjadikan saya benci pada diri sendiri dan katerkadang
membuat saya susah tidur. Sering kali saya merasa heran, mengapa para santri yang lain terlihat begitu mudah dalam menghafal? padahal mereka jarang melakukan tadarus? Seakan hafalan mereka lancar dan seakan tidak ada kesulitan apapun. Bagaimana ini ya Allah, hamba mohon petunjuk-Mu. Astaghfirullahal ‘adzim. Ampuni dosa-dosa hambaMu ini ya Allah. Saya selalu berdo’a dan berharap “Semoga saya mampu untuk terus bersabar dan berusaha dalam belajar menghafalkan ayat-ayat Al quran. Mudah-mudahan saya mampu bertahan dalam perjuangan ini dan bahkan semoga saya menjadi semakin rajin dan dapat beristiqomah dalam tadarus Al quran. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu hati saya untuk mandapat petunjuk-Nya dan menjadikan saya sebagai seorang hamba yang hafidzul Quran dan hamilul Quran yang mendapat ridho-Nya baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin ya Robbal ‘alamiin. 10. Mendapat Nasehat dari Dosen STAIN Pekalongan Selasa, 15 April 2008 pukul 10.30 WIB saya sedang berada di teras rumah KH. Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Saat itu, saya sedang menyapu lantai. Tiba-tiba Sebuah mobil kijang datang dan berhenti di depan rumah pak KH. Abdul Aziz. Pemilik mobil turun dari mobilnya. Beliau mengenakan baju batik lengan panjang,
77
celana warna hitam, peci warna hitam dan bersepatu pantofel warna hitam. Beliau berjalan menuju tepat saya berdiri, beliau hanya seorang diri. “Assalamualaikum, Mas santri, apa pak kyai Abdul Aziz ada?” tanya beliau kepada saya yang kebetulan sedang menyapu lantai rumah kyai. “Maaf pak, abah kyai Abdul Aziz sedang keluar.” jawab saya. “Oh ya sudah ndak apa-apa. terimakasih mas santri.” “Iya pak, sama-sama“ jawab saya. Saya kira beliau akan pergi meninggalkan rumah pak kyai, namun ternyata beliau hanya berbalik badan dan kemudian kembali menghampiri saya yang sedang memandang beliau. Beliau mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri, namanya Pak Misbah, beliau mengaku sebagai Dosen di STAIN Pekalongan. Beliau menanyakan nama lengkap saya, alamat rumah, latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua saya. Kemudian, beliau menanyakan hafalan Al quran saya, kesulitan apa yang sedang saya hadapi dalam menghafal Al quran. “Sudah berapa juz dek menghafalnya?” Tanya beliau. “hafalan Al quran saya masih sedikit pak.” jawab saya. “Ya sudah, selesaikan dulu. Apa saja hambatan adik dalam menghafal Al quran?.” tanya beliau. “Banyak pak, diantaranya saya merasa kesulitan dalam menghafal ayatayat Al quran. Saya ragu apakah saya mampu menghafal Al quran sampai selesai atau tidak.” Jawab saya. Beliau melanjutkan nasehatnya, “Kamu harus yakin dek, kamu harus optimis kalau kamu mampu menghatamkan hafalan Al quran. Ikuti nasehat saya dek, Perbanyaklah beristighfar, memohon ampunan Allah SWT, perbanyaklah amalan-amalan sunnah, lakukanlah puasa sunnah senin-kamis, perbanyaklah qiyamul lail, istiqomahkan sholat sunnah dhuha, jangan tinggalkan sholat lima waktu, lakukan sholat fardhu dengan berjamaah dan datanglah ke masjid sebelum adzan berkumandang.”
78
“Fokuslah pada hafalan Al quran dan bilang pada pak kyai bahwa kamu akan bersungguh-sungguh dan kamu punya target bahwa umur sekian kamu harus sudah hatam hafalan Al quran. Katakan kalau kamu meminta bimbingan khusus dari beliau. Kemudian kamu harus yakin bahwa kamu mampu sesuai apa yang kamu targetkan. Perbanyaklah membaca kalimat Hauqollah “Lahaula Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil Adzim”. Kita bisa melakukan sesuatu karena Allah yang memberikan kemampuan dan kekuatan. Tidak ada perkara yang tidak mungkin bagi Allah.” “Usahakan jangan sering tidur larut malam, tidurlah pada malam hari masksimal pukul 22.00 WIB. Bangun jam 03.00 WIB pagi, lalu lakukan sholat qiyamul lail, sholat hajjat dan setelah itu tadarus Al quran. Adapun urusan-urusan lain seperti masalah kuliah, kerja, dan jodoh dipikirkan nanti. Pikirkan saja apa yang sedang kamu hadapi sekarang yaitu menghafal Al quran agar kamu lebih fokus. Semakin kamu fokus, maka kamu akan semakin cepat dalam melakukan sesuatu.” “Masalah pekerjaan, pada saatnya nanti bukan perkara yang sulit karena semua orang pasti akan mendapatkan pekarjaan. Masalah jodoh juga urusan mudah, karena orang yang tidak sekolah, orang yang tidak tamat SD sekalipun bisa mendapatkan jodoh. Yang sulit itu menuntut ilmu agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan mendapatkan ijazah, oleh karena itu sekarang yang terpenting adalah kamu harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, sungguh-sungguh dalam menghafalkan Al quran. Yakinlah Allah nanti akan mencukupi semua kebutuhanmu.” “Selesaikan hal-hal yang susah dahulu, carilah ilmu dahulu. Ingat kata pepatah “Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” kata beliau. Kalau kamu ingin kuliah, nanti saja setelah hafalan Al quranmu selesai dan nanti kamu akan berkesampatan mendapat beasisawa. Banyak sekali lho beasiswa hafidz quran,.” kata beliau kepada saya. Setelah perbincangan kami selesai, kamudian beliau pamit dan menitipkan salam untuk abah kyai Abdul Aziz. Beliau berjalan menuju mobilnya dan segera meninggalkan pondok pesantren Al quran buaran. Saya merasa beruntung mendapat banyak naasehat dari beliau. Semoga saya dapat melaksanakan nasehat-nasehat beliau dan suatu saat nanti manjadi orang yang berhasil serta menjadi orang sukses, amin ya Allah.11
11
2008
Percakapan dengan Pak Misbah (Dosen STAIN Pekalongan), pada tanggal Selasa, 15 April
79
11. Proses Perpindahan dari Pondok Pesantren Al quran Buaran ke Pondok Pesantren Modern Al quran Buaran Pekalongan Suatu ketika, para pengurus pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan bermaksud menembangkan pesantren. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan di area pondok pesantren al quran Buaran karena lahan yang ada tidak mencukupi, hingga akhirnya pengurus pesantren membeli lahan baru di area persawahan Jalan Pelita II dan segera membangun pesantren baru disana. Pada bulan september tahun 2008 santri-santri putri dipindahkan dari asrama putri Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ke pondok yang baru. Pondok tersebut sering dikatakan sebagai “Pondok Sawah” oleh para santri-santrinya karena letak pesantren tersebut di tengah sawah dan belum diberi nama serta tidak ada bangunan apapun disekitar pondok selain SDLB. Asrama putri Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ditempati para santri putra. Sedangkan bangunan asrama pondok putra dikosongkan untuk sementara waktu dan gerbangnya dikunci gembok. Barulah sekitar bulan maret 2009 semua santri putra Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan dipindahkan dari Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ke “pondok sawah” yang sekarang bernama pondok pesantren Modern Al quran Buaran Pekalongan. Ketika terjadi pemindahan santri-santri putra dari pondok Buaran menuju pondok Modern Al quran Buaran, saya ikut pindah bersama temanteman (Muzani, Abdurrohman, Edi Mulyadi, Agus Saifudin, Mudhor, Imamudin, Teguh, Johan, Faiz, dan lainya) sesuai permintaan para
80
pengasuhnya.12 Di pondok Pesantren Modern Al quran yang baru tersebut, kami melanjutkan hafalan Al quran. Beberapa tahun kemudian, Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan (YPI) yang tadinya ditutup, sekarang dibuka kembali dengan Kyai Husni Farrah sebagai pengasuh.
Gambar 3.6 Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Putra di lingkungan Pondok Modern Al quran Buaran Pekalongan Tahun 2008
Gambar 3.7 Acara Peresmian Masjid, Khataman, Wisuda Santri dan Peringatan Nuzulul Quran di Pondok Pesantren Modern Al quran ( saya no. 1 sebelah kiri) 12
Konfirmasi dengan Edi Mulyadi (santri senior Pondok Pesantren Modern Al quran), pada tanggal 11 Juni 2016
81
12. Mendaftar Sebagai Santri di Pondok Modern Al Qur’an
Gambar 3.8 Formulir Pendaftaran Santri Pondok Modern Al quran
Sekitar bulan april 2009, kami para santri pondok Al quran Buaran di didata ulang sebagai santri Pondok Pesantren Modern Al quran oleh H. Abdul Choliq Jahja. Blangko data ulang tersebut disebarkan kepada santri-santri, kemudian dikumpulkan kepada Pak Abdul Ghoni yang merupakan staf TU pesantren. Saya segera meminta bapak saya untuk datang menjenguk ke pondok sekalian mau minta uang jatah bulanan serta tanda tangan. Bapak saya datang sendirian ke pesantren. Kami mengobrol hal-hal dan info terbaru
82
tentang pesantren saat itu. Kemudian sebelum pulang, bapak saya menandatangani blangko pendaftaran santri baru Pondok Pesantren Modern Buaran pekalongan. 13. Tiga Bulan di Pondok Pesantren Modern Al quran Saat itu saya dan teman-teman termasuk babad santri Pondok Modern. Saya beserta santri-santri Al quran Buaran yang lain dipindahkan ke Pondok Modern. Barang-barang kami seperti almari pakaian, kasur, kursi dan lainlain diangkut menggunakan truk pada siang hari ba’da duhur. Proses berjalan sampai ba’da ashar. Bangunan Pondok Modern kala itu kira-kira sudah 90 % hampir jadi. Sebagian santri yang tadi siang dipindah ke pondok modern kembali lagi ke pondok Al quran Buaran pada malam harinya dan keesokan harinya kami kembali ke Pondok Modern. Ketika kembali ke pondok modern, sedikit demi sedikit kami membersihkan bagian dalam Pondok Pesantren Modern Al quran agar kami menjadi nyaman berada di pondok Modern yang baru ami temati tersebut. 14. Hal-hal yang membuat saya pindah ke pesantren lain Beberapa bulan sebelum perpindahan pesantren, saya mendapat cobaan dari Allah berupa penyakit TBC. Beberapa saat sebelum saya pindah dari pondok Al quran Buaran ke Pondok Pesantren Al quran Modern, saya sudah divonis oleh dokter bahwa saya menderita penyakit TBC hingga saya harus menjalani pengobatan selama enam bulan berturut-turut. Sakit saya makin tersasa setelah berada di Pondok Pesantren Al quran Modern. Mungkin Allah
83
sedang menguji saya. Saya berikhtiyar berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Dokter menyarankan agar saya pindah dari Pondok Pesantren Al quran Modern Buaran Pekalongan karena lokasi pesantren yang berada di tengah sawah ini belum terdapat bangunan-bangunan lain disekitar pesanatren, bahkan belum ada pagar beton yang mengelilingi pesantren sehingga dinginya angin malam semakin membuat dada ini terasa sakit. Saya sowan ke abah Kyai Abdul Aziz (pengasuh pondok pesantren Modern) untuk pindah pesantren dengan alasan kesehatan dan berbagai hal lain sehingga saya diperbolehkan untuk pindah pesantren oleh beliau. 15. Mendaftar sebagai Santri Baru di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz Al Maliky Saat akan pindah pesantren, saya lebih dahulu melakukan survei ke beberapa pesantren di Kota maupun Kabupaten Pekalongan. Beberapa pesantren telah saya datangi. Saya mendapatkan beberapa informasi, diantaranya saya mendapatkan keterangan dari beberapa tetangga pesantren terdapat pesantren tahfidz yang kurang terawat setelah pengasuhnya meninggal serta belum ada kyai yang menggantikan kedudukan pengasuh sebelumnya, ada pula pesantren yang letaknya terlalu jauh dari pemukiman penduduk sehingga terkesan sulit dalam memenuhi kebutuhaan sehari-hari, lain sebagainya. Dari data-data yang saya temui dilapangan menganai pesantren-pesantren tahfidz yang talah saya datangi tersebut, orang tua saya belum bisa merestui saya pindah pesantren lain, sehingga saya harus bersabar untuk menetap di pesantren Al quran Buaran.
84
Suatu hari saya diajak orang tua makan siang di daerah Buaran, kemudian orang tua saya bertanya kepada beberapa orang tentang pesantren tahfidz sekitar Buaran. Mereka menunjukkan lamat Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz yang ternyata letaknya masih disekitar Buaran dan tidak jauh dari pesantren Modern Al quran yang saya tempati sebelumnya. Nama pesantren Roudhotul Huffadz tidak terlalu asing bagi saya karena kebetulan saya sudah kenal dengan beberapa pengurusnya, namun pesantren itu baru pernah didengar oleh orang tua saya. Selesai makan siang, kami menuju pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Saat itu saya mengamati keadaan pondok pesantren Roudhotul Huffadz terlihat bersih, hampir disetiap pojok tidak ada satupun sampah. Suasana pesantren dan masjid di depan pesantren juga terkesan tenang, bahkan terkesan teduh dan sejuk, sepertinya nikmat bila menghafal Al quran di tempat ini. Sekilas, terlihat hubungan keakraban antar santri saat saya melihat beberapa santri tidur dalam satu bantal di atas karpet tipis. Dua santri yang sepertinya berusia 23 dan 27 tahun berjalan menemui kami. Mereka menyambut kedangan kami. Sedangkan beberapa santri lain yang masih seperti anak-anak berusia belasan tahun ikut mengerubungi kami, wajah mereka terlihat menampakkan ekspresi kegembiraan saat kami datang. Mereka menjabat tangan kami, kemudian menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah orang tua saya memperkenalkan diri, kami menyatakan maksud dan tujuan datang ke pesantren tersebut yaitu untuk mencari informasi seputar pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Kemudian orang tuaku menanyakan
85
mengenai pengasuh pondok pesantren tersebut dan cara beliau mendidik santri-santrinya, hingga akhirnya orang tuaku merasa yakin bahwa inilah pondok pesantren yang tepat untuk menitipkan putra-putrinya agar bisa mengaji menghafalkan Al quran. Salah satu santri senior menanyakan data diri saya, kemudian beliau menulis kwitansi pembayaran pendaftaran. Pendaftaran saya sebagai santri di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz pada tanggal 5 maret 2009. Saya membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 151.000,-. Kedatangan saya saat itu hanya untuk mendaftarkan diri, barulah pada 23 maret 2009 saya secara resmi menjadi santri ke Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz. Dua santri senior yang berusia sekitar 23 dan 27 tahun tersebut adalah kang Fahrul dan kang Ahkam. Kang Fahrul merupakan wakil lurah pondok pesantren, sedangkan kang Ahkam merupakan sekertaris pesantren Roudhotul Huffadz pada tahun 2009. Hal ini saya ketahui beberapa hari kemudian setelah saya tinggal di pesantren tersebut.13
Gambar 3.9 Kwitansi yang saya dapatkan saat mendaftar sebagai santri baru di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz 13
Konfirmasi dengan Ahkam Failsuf (Pengurus Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz tahun 2009), pada tanggal 16 Juni 2016.
86
Hari-hari pertama saya berada di pondok pesantren Roudhotul Huffadz saya gunakan untuk mengenal lingkungan pesantren. Saya mengamati bangunan pesantren, bagian depan komplek bawah digunakan sebagai ruang serba guna yang berfungsi sebagai tempat santri-santri mangaji ziyadah, latihan muhadoroh atau latihan ceramah dan juga sebagai tempat bermusyawarah. Bagian belakang terdapat terdapat 3 kamar mandi dengan satu sumur yang airnya ditarik dengan menggunakan pompa listrik secara langsung tanpa adanya bak penampung air atau tabung ledeng. Bagian atas kamar mandi terdapat bangunan tingkat yang dikenal sebagai komplek kamar atas. Antara kamar mandi dengan komplek atas terdapat anak tangga. Komplek kamar atas terdiri dari 3 kamar. Kamar barat ditempat khusus untuk anak-anak yang mondok sambil bersekolah diluar pesantren, kamar tengah digunakan sebagai kantor dan kamar timur ditempat oleh beberapa pengurus. Bangunan kamar atas beralaskan lempeng-lempeng kayu. Pada saat itu tidak terdapat stop kontak ataupun terminal listrik yang terpasang di kamar-kamar tersebut, mungkin tidak adanya lubang stop kontak sengaja dilakukan karena dapat disalah gunakan oleh para santri untuk mengeces barang-barang elektronik seperti HP, Radio, Tape Recorder, dan sebagainya. Peraturan pondok pesantren melarang penggunaan barang-barang elektronik karena dapat mengganggu konsentrasi belajar para santri. Pada umumnya santri-santri tahfidz menampati komplek bawah. Namun karena saya sedang sakit TBC dan tidak boleh tidur diatas lantai, akhirnya saya ditempatkan di komplek atas kamar paling timur untuk tinggal
87
satu kamar dengan beberapa pengurus komplek atas. Kamar tersebut dihuni oleh tiga orang santri, mereka adalah kang Abdul Aziz asal Bekasi, Khoirul Anam asal Brebes dan Abdurrohim asal Grobogan Jawa Tengah. Abah kyai Khozin al hafidz merupakan pengasuh pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Beliau berasal dari Jepara Jawa Tengah. Beliau merupakan menantu KH. Abdul Malik al hafidz pendiri pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Abah kyai Khozin al hafidz dikenal sebagai sosok pribadi yang kharismatik, tenang, berwibawa dan sangat disiplin dalam mendidik santri-santrinya. Beliau juga sangat memperhatikan para santri, sehingga para santri benar-benar merasa dibimbing, diarahkan, distimulasi dan dipersiapkan menjadi para hafidz-hafidzoh mumpuni. Santri-santri pondok pesantren Roudhotul Huffadz terlihat sangat ta’dzim kepada para kyainya, terutama pada Pengasuh Pesantren Roudhotul Huffadz yaitu Abah Kyai Ahmad Khozin al hafidz. Sering kali para santri memakai wangi-wangian ketika akan mengaji, mencium tangan para kyai sebelum
dan
sesudah
mengaji,
menata
ruangan
dan
meja
kyai,
mempersiapkan air minum untuk para kyai, menata sandal saat kyai mengajar, mengambilkan payung untuk kyai saat musim hujan, menyiapkan bolpoin bila dimungkinkan abah kyai kehabisan tinta bolpoin, dan lain sebagainya. Para santri melakukannya bukan karena terpaksa, namun karena ta’dzim dan khidmat kepada para kyai dan juga pesantren tempat mereka menuntut ilmu agama.
88
Hari berganti hari, saya semakin senang untuk mengamati keadaan pesantren. Saya terkesan melihat penampilan para santri Roudhotul Huffadz yang penuh dengan kerukunan, kebersamaan, dan kesederhanaan. Saya merasakan, dibalik kesaderhanaan di pesantren ini, terdapat kebersamaan, saling menghormati antar santri, ketaatan pada peraturan dan juga jalinan kasih sayang yang erat antara santri dengan pengasuh Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz. 16. Alasan Memilih Pindah ke Pondok Roudhotul Huffadz Saat saya bingung memilih tempat pindah pesantren. Saya sholat istikhoroh. Saya memohon pada Allah agar diberi petunjuk pesantren mana yang baik untuk saya, karena saya sudah tidak mungkin lagi berada di pesantren Modern Buaran karena penyakit TBC yang saya alami. Saya melakukan sholat istikhoroh pada malam hari. Sekitar pukul 22.00 wib, saya mengambil air wudhu di mushola samping rumah. Setelah saya sholat istikhoroh dan berdo’a, saya merasa lemas dan tertidur di mushola. Saya bermimpi seakan saya mendapat gambaran tentang pondok Pesantren Roudhotul huffadz ini, seakan akan saya berada di lingkungan pesantren ini. Dan mimpi itu baru ku sadari bahwa akhirnya saya menjadi santri pondok pesantren Roudhotul huffadz di banyurip ageng. Hal ini saya sadari pada ahad, 29 Mei 2010 jauh setelah saya menjadi santri Pondok Roudhotul Huffadz. Saya berharap, semoga mimpi itu menjadi pertanda baik yang datang dari Allah SWT dan pertanda baik untukku.
89
Gambar 3.10 Pondok Pesantren Al quran Rodhotul Huffadz
17. Menghafal dari Awal di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz Awal saya mondok di pesantren Roudhotul Huffadz, saya disuruh Abah Kyai Ahmad Khozin untuk mengulangi hafalan dari awal QS. Al Baqarah. Entah apa alasan beliau menyuruh saya mengulang hafalan dari awal. Sebagai seorang santri, saya manut saja yang penting saya bisa ikut nyantri di pondok pesantren tersebut. Saya mulai menghafal pada hari Ahad, yaitu sekitar 4 hari setelah kehadiran saya di pesantren. Sengaja saya gunakan hari-hari pertama untuk beradaptasi dulu dengan lingkungan pesantren Roudhotul Huffadz dan juga untuk tadarus secara pribadi dahulu. Pertama saya hafalan, saya setoran ¼ juz baik setoran hafalan ziyadah maupun murojaah sampai juz 5. Kemudian mulai juz 6-10 saya mulai merasa berat dan kesulitan, saya hanya mampu setoran ziyadah dua atau tiga halaman saja tiap pertemuan dalam pengajian.
90
Saya merasa senang karena bisa melanjutkan mengaji Al quran meskipun dari awal, semoga Allah meringkankan langkah saya hingga saya dapat khatam khatam Al quran suatu saat nanti, Amin ya Robbal ‘alamin. 18. Jadwal Tadarus Harian Malam jum’at kliwon 20 Februari 2015, saya membuka lemari pribadi di kamar pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Saya membuka bagian bawah lemari, saya melihat banyak buku-buku saya. Saya ambil buku tersebut satu persatu, saya menemukan beberapa buku yang dulu sering saya gunakan untuk menulis kegiatan saya di pesantren. Saya membuka halaman demi halaman dengan perlahan. Saya menemukan jadwal-jadwal pribadi yang dahulu pernah saya buat untuk tadarus Al quran. Inilah jadwal-jadwal tersebut: a. Jadwal harian pertama di pondok roudhotul Huffadz
Gambar 3.11 Jadwal Harian saat di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz
91
Jadwal harian ini sudah saya perbarui. Sebelumnya, jadwal ini merupakan jadwal tadarus harian saya saat mondok di pondok pesantren Al quran Buaran pekalongan. Saya merubah isi jadwal sesuai dengan keadaan pesantren, baik waktu maupun kegiatan-kegiatannya. Namun, susunanya masih tetap seperti jadwal pribadi saat di pondok pesantren Al quraan Buaran. b. Jadwal Tadarus Harian (Pribadi) Untuk Menghadapi Ulangan Surat Ba’da ziyadah
: nderes persiapan ulangan surat
Ba’da sarapan
:membuat murojaah, nderes ½ - 1 juz dari juz terjauh sampai awal
Ba’da murojaah siang
: membuat setoran ziyadah ½ halaman
Ba’da ashar
: melanjutkan membuat setoran hafalan ziyadah dan membaca surat al waqiah sebagai rutinitas pribadi.
Ba’da mahgrib
: membuat hafalan untuk di sima’ teman (surat yang sudah pernah di tes)
Membuat 2 halaman untuk persiapan ulangan surat Ba’da isya’
: sima’an mudarosah ¼ juz surat-surat yang sudah pernah di tes + 2 halaman untuk persiapan ulangan surat.
Ba’da qiyamul lail
: memantapkan ziyadah.
c. Jadwal Khusus Menjelang Test Ba’da ziyadah
: nderes untuk ulangan surat
92
Setelah sarapan pagi
: nderes 1 juz untuk persiapan tes
mambuat
murojaah Ba’da murajaah
:
membuat
setoran 1/2
halaman untuk
setoran 1/2
halaman untuk
ziyadah. Ba’da ashar
:
membuat
melanjutkan yang tadi bada murojaah. Ba’da maghrib
: mambuat 1/4 juz untuk persiapan tes.
Ba’da isya
: sima’an 1/4 juz yang akan dites, kemudian besoknya diulang lagi dua kali.
Ba’da subuh
: Nderes 1 juz untuk persiapan tes yang tadi pagi sudah di deres
Khusus untuk bangun tidur atau ba’da tahajjud sampai sebelum setoran ziyadah untuk melancarkan hafalan yang akan disetorkan ke Abah Kyai. Kelemahan saya, saya kurang konsisten dalam melaksanakan jadwal. Bahkan jadwal terkadang saya rubah sesuai keadaan dan tuntutan mengaji saat itu. Misalnya apabila saya sedang tidak lancar setoran ziyadah, maka saya akan memperbanyak jadwal untuk mambuat ziyadah. Begitu pula apabila saya sedang kesulitan dalam murojaah, maka saya merubah jadwal untuk memperbanyak tadarus murojaah, apabila saya sedang menghadapi ulangan surat, maka saya akan merubah jadwal tersebut untuk memperbanyak tadarus untuk persiapan ulangan surat. Sehingga saya menjadi tidak bisa istiqomah dalam waktu yang lama.
93
19. Tempat Saya Tadarus Al quran
Gambar 3.12 Tadarus di Serambi Masjid Ar Rohmah
Sabtu, 7 Maret 2009, saya melihat beberapa santri duduk tadarus Al quran di teras masjid Ar Rohmah depan pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Keesokan harinya, saya melihat mereka tetap tadarus Al quran di tempat itu, seakan mereka selalu tadarus Al quran di tempat tersebut. Mereka melakukan tadarus pada jam-jam tertentu dan di tempat-tempat tertentu pula. Pada hari-hari berikutnya, saya mendekati mereka dan kemudian bertanya kepada kang Uswandi. “Mengapa mereka tadarus di tempat tersebut dan tidak di tempat lain dan apa alasannya?” “Dalam usaha tadarus Al quran, kita perlu istiqomah, Yahya.” Jawab Kang Uswandi. Beliau melanjutkan pembicaraan, “Istiqomah artinya tetap dan tidak berubah. Istiqomah dalam tadarus sangat diperlukan agar santri selalu dapat menjaga hafalan Al quran.
94
Istiqomah dalam tadarus al quran bagi saya ada dua, istiqomah waktu dan istiqomah tempat. Istiqomah waktu berarti kita sebagai orang yang sedang menghafal Al quran harus menyempatkan diri untuk tadarus pada jam dan waktu-waktu tertentu sesuai dengan jadwal dan kebutuhan kita. Adapun istiqomah tempat berarti kita perlu menempati suatu tempat khusus untuk tadarus tersebut. Kalau hanya istiqomah waktu saja, maka hasilnya tidak akan sebagus apabila beristiqomah waktu dan tempat. Karena bagaimanapun, tempat sangat mempengaruhi ketenangan jiwa dan pikiran, sehingga akan berakibat pula pada kualitas hafalan.” Jawab kang Uswandi.14 Kemudian, saya berterima kasih kepada Kang Uswandi karena hal ini merupakan ilmu baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Keesokan harinya, saya meniru apa yang dilakukan kang Uswandi dan beberapa santri lainnya. Saya berusaha melakukan istiqomah waktu dan tempat. Saya memiliki tempat tersendiri yang biasa saya gunakan untk tadarus. Saya bertadarus di serambi masjid sebelah utara di sebelah tiang serambi masjid keempat dari depan. Tiang serambi masjid paling depan adalah tempat yang biasa digunakan untuk tadarus Al quran oleh kang Uswandi, tiang serambi masjid kedua tempat Rozikin, tiang serambi masjid ketiga tempat Umam dan tiang serambi masjid keempat itulah tempat saya. Kami tadarus Al quran sambil bersandar pada tiang-tiang masjid tersebut. Biasanya kami mulai mendatangi tempat tersebut setelah sarapan pagi di Warung Mba Ip. Biasanya saya tadarus 2-3 juz kemudian membuat setoran murojaah siang 3-5 halaman. Sekitar pukul 11.00 WIB kami menyudahi tadarus dan menuju pondok untuk tidur siang. Kami sengaja tidur pada jamjam sekian karena kami melakukan shunnah tidur qoilula. Selain kami melakukan sunnah tidur qoilulla, kami juga bermaksud tidur untuk istirahat, 14
Percakapan dengan Kang Uswandi, santri pondok pesantren Roudhotul Huffadz pada hari Sabtu 7 Maret 2009
95
agar nanti saat mengaji murojaah siang tidak mengantuk dan pada malam harinya juga kami tidak mengantuk dan bisa tadarus Al quran dengan baik. Saya ingat salah satu nasehat KH. Toha al Hafidz pengasuh pondok pesantren tahfidzul Quran Podo Kedungwuni Pekalongan yang mengatakan bahwa istirahat terbaik bagi orang yang sedang belajar menghafalkan Al quran adalah tidur. Sebab otak dan tubuh akan beristirahat total dan ketika bangun tidur dapat tadarus lagi tanpa rasa lelah. Sedangkan apabila hanya istirahat biasa tanpa tidur, dikhawatirkan hanya akan ngobrol dengan temanteman sehingga lalai waktu dan yang lebih dikhawatirkan lagi obrolannya ghibbah pada orang lain. 20. Ingin Menjadi Penulis yang Bermanfaat bagi Orang Lain 27 November 2010. Sejak kecil, saya hobby menulis. Apapun itu bentuk tulisannya. Baik cerita, impian, cita-cita, masalah-masalah yang sedang saya hadapi dalam belajar menghafal Al quran, serta harapan-harapan. Saya berharap, suatu saat tulisanku bisa bermanfaat bagi diri saya sendiri di masa depan dan menjadi inspirasi dan barometer dalam menata kehidupan berdasarkan pengalaman manis pahitnya kehidupan santri yang saya alami. Dan saya juga ingin suatu saat menjadi seorang penulis yang terkenal dan bermanfaat bagi banyak orang. Namun saya tidak tahu bagaimana jalan yang harus saya tempuh untuk dapat mewujudkan cita-citaku tersebut. Saya bukanlah termasuk sebagai seorang yang ahli dalam menulis, saya berharap semoga Allah mrngabulkan suatu saat nanti, amin ya Robbal ‘alamin.
96
Gambar 3.13 Artefak Cita-cita Ingin Menjadi Penulis
21. Beberapa Kenikmatan Hafal Ayat-ayat Suci Al quran a. Nikmatnya bisa duduk santai di masjid sambil tadarus melantunkan ayat-ayat suci kalam Illahi. b. Membaca 1 huruf bernilai 10 kebajikan, berarti kalau tadarus 1 juz berapa kali kebajikan? Saya tidak sanggup untuk menghitungnya sungguh benar-benar hal yang sangat luar biasa. Subhanallah. c. Nikmat rasanya saat mendengarkan MP3 murottal Al quran, nikmat juga terasa saat melihat mushaf cetakan Arab Saudi, juga saat melihat potongan ayat Al quran dibuku LKS yang memerlukan jawaban
untuk
melanjutkannya
dan
ternyata
saya
mampu
melanjutkannya. d. Kenikmatan juga sangat saya rasakan saat saya disuruh membaca Al quran di rumah sakit. Saya merasa senang, karena bisa mendo’akan
97
orang yang sakit dengan membaca Al quran, dan disisi lain saya juga sekalian tadarus guna melancarkan hafalan saya. e. Saat menjadi imam sholat, kemudian saya lancar membaca suratsurat madaniah juga terasa sangat nikmat f. Saya bercita-cita ingin menjadi al hafidz dan dosen. (Kamis, 23 Desember 2010) 22. Mulai diperlukan di Pesantren Tahun 2010, saya diangkat menjadi seksi kebersihan sekaligus pengairan. Karena kebetulan saat itu diperlukan seksi kebersihan baru, yang menjadi lurah pondok adalah kang Asep Saiful Umam, beliau yang meminta saya bersedia megkoordinir kebersihan dan pengadaan air minum. Tugas saya sebagai seksi kebersihan adalah membuat dan menentukan giliran jadwal piket harian, membuat jadwal kebersihan mingguan (sekali setiap hari jum’at) dan juga menentukan teman yang bertugas mambersihkan peralatan makan sehabis digunakan untuk
makan bersama. Suka duka menjadi seksi
kebersihan adalah bila teman yang mendapat tugas bersih-bersih tidak mau dan banyak alasan. "Pin, piket pinnn... kamu belum piket" kata saya pada Ipin untuk sekedar mengingatkan . "Mboh ah, aku ngantuk, Yah.” kata Ipin. “Pikeeeet pin!” kata saya menegaskan. “Nggak mau, aku ngantuk, semalam tidur cuma 2 jam Yahya!” jawab Ipin. Terkadang saya menjadi marah sendiri dan pergi dengan perasaan kesal karena pada akhirnya saya yang disuruh oleh Kang Asep untuk menggantikan tugas piket tersebut. Banyak kebaikan yang saya peroleh dari menjabat
98
sebagai seksi kebersihan, diantaranya saya menjadi lebih mencintai kebersihan dan lebih peduli terhadap kebersihan pesantren karena itu menjadi tugas dan tanggung jawab saya. Tumbuh rasa cinta pada pesantren dan menginginkan agar keadaan pesantren selalu bersih. Tumbuh jiwa kepemimpinan karena mengkoordinir teman-teman untuk menjaga kebersihan Pesantren dan lingkungannya. Semoga saya mendapat keberkahan dari tanggung jawab saya menjadi seksi kebersihan di pesantren ini. Amiin. 23. Saat-saat Putus Asa dalam Menghafal Al quran Senin 11 April 2011, saya merenung di kamar. Saya merasa gundah, resah, dan benci pada diri sendiri karena sulitnya menghafal Al quran. Terkadang saya sudah merasa capek-capek menghafal, namun tidak juga hafal. Karena kesulitan saya dalam menghafal Al quran tersebut mambuat saya semakin giat dalam usaha tadarus Al quran. Selain saya tadarus pada pagi, siang dan sore hari, saya juga berusaha bangun tengah malam untuk melakukan qiyamul lail. Bahkan saya seringkali tiba-tiba terjaga ditengah malam karena kepikiran setoran hafalan yang belum jadi. Terkadang saya bangun pada sepertiga malam terakhir. Saya bangun dan segera berwudhu bersuci dari hadast kecil kemudian melakukan sholat sunnah tahajud dan sholat sunnah hajat. Setelah selesai sholat sunnah dan berdo’a, saya tadarus membuat setoran hafalan ziyadah. Jika masih ada sisa waktu sebelum adzan subuh, saya gunakan untuk tidur sebentar dengan tujuan agar nanti saat sholat subuh dan mengaji ziyadah saya tidak mengantuk. Saat
99
adzan subuh berkumandang, saya bangun dan segera ke kamar mandi untuk cuci muka, sikat gigi dan berwudhu. Terkadang saya juga mandi dahulu agar badan tersasa lebih segar. Saya bersiap-siap memakai pakaian busana muslim, membangunkan teman-teman yang masih terlelap dalam tidur, sholat sunnah qobliyah subuh dan kembali melanjutkan tadarus sambil menunggu iqomah. setelah mendengar iqomah, saya menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh di masjid berjamaah. Apabila pada pagi harinya setoran hafalan saya tidak lancar, maka saya merasa pusing dan marah-marah pada diri sendiri. Sedangkan apabila hafalan ziyadah saya lancar, maka saya merasa sangat senang. Seakan saya menjadi orang paling bahagia di dunia walaupun saya sedang kehabisan uang, sekan jerih payah saya terbayar lunas dengan kesuksesan hafalan ziyadah saya. 24. Usaha Tadarus Persiapan Tes Juz 1-5 Ketika itu, saat saya selesai setoran ziyadah hafalan juz 10, abah Kyai Khozin menyuruh saya untuk persiapan mengikuti tes 5 juz bil ghoib. Saya sangat senang karena saya menjadi bebas, dalam arti saya senang karena setoran hafalannya mudah yaitu mengulang juz 1-5 untuk setoran pagi (ziyadah) dan juz 6-10 untuk setoran malam (murojaah). Karena mudahnya ssetoran hafalan, mambuat saya bermalas-malasan. Namun saya sadar dan berfikir, kalau saya tidak siap-siap untuk tes, berarti saya nanti tidak nambah setoran hafalannya. Sehingga, saya menjadi kembali bersemangat untuk melancarkan hafalan juz 1-5.Kapanpun dan dimanapun, saya selalu berusaha memegang mushaf Al quran sehingga saya menjadi selalu siaga menghafal.
100
Saat pergi ke pasar, ke warung, ke rumah teman, jalan-jalan, kemana pun saya pergi, saya berusaha membaca Al quran. Saya juga menambah jadwal tadarus dan juga menambah tempat untuk tadarus, saya berusaha untuk tadarus murni 5 juz. Juz 1-5 setiap harinya walaupun terkadang prakteknya hanya bisa tadarus 3-4 juz karena juga perlu waktu lain untuk membuat ziyadah dan murojaah. Saya sering mencari tempat yang tenang, seperti pergi ke masjid Pringlangu, ke makam Mbah KH. Syafi’i yang terletak di belakang masjid Pringlangu, ke makam Sapuro, dan juga ke makam Pangestuan di Desa Banyurip (makam ulama penemu/ Babat Desa Banyurip). Di makam Pangestuan inilah saya sering meluangkan waktu untuk ngaji disana. Letaknya di Desa Banyurip sebelah selatan, dekat sawah. suasananya sejuk, tenang dan nyaman, karena banyak pepohonan. Jarak makam dari pesantren sekitar 500 meter. Saya kesana menggunakan sepeda, terkadang juga jalan kaki. Terkadang Saya membawa tas yang berisi mushaf Al quran, dan juga air mineral untuk diminum disana. Keadaan makam disana terkadang sepertinya berubah-ubah, terkadang seperti sedikit angker dan sedikit menyeramkan, namun terkadang menyenangkan dan tentram disana. Namun hal itu tidak merubah tekat saya untuk tadarus di sana sambil mendo’akan sohibul maqom. Disana terdapat kamar mandi, saya sering berwudhu disana. Terkadang saya juga menyapu lantai makam agar nyaman untuk tadarus.
101
Kenikmatan berfikir,yang merupakan buah dari tadarus adalah hafalnya ayat-ayat di luar kepala. Namun terkadangg muncul rasa kantuk dan sedikit jenuh.Apabila hal semacam ini terjadi maka yang saya lakukan adalah segera mengambil air wudhu di dekat makam dan kemudian melanjutkan tadarus. Menjelang waktu sholat duhur, saya segera pulang karena setelah duhur, saya harus mengaji murojaah di masjid depan Pondok. Saya juga perlu mempersiapkan diri dengan makan siang terlebih dahulu agar bisa lebih fokus dalam ngaji murojaah. Setelah saya selesai menghafal Al quran sampai akhir juz 10 dan mengulang-ulang setoran hafalan. Saatnya bagi saya untuk tes hafalan Al quran juz 1-5. Sesuai dengan kurikulum pesantren saat apabila seseorang telah mencapai hafalan 10 juz, maka ia harus mengikuti tes hafalan Al quran lima juz yaitu dari juz 1-5. Adapun caranya adalah dengan membacanya tanpa melihat tulisan Al quran (bil ghoib) dengan sekali duduk. Biasanya santri yang tes hafalan akan disima’ oleh kyai Zaini al Hafidz sebagai dewan pembina Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz dan juga disima’ oleh seorang santri yang sudah khatam hafalan Al quran (khotimin). Santri khotimin ini yang akan membantu kyai Zaini al Hafidz menyima’ hafalan Al quran dalam menyima’ hafalan santri yang sedang tes hafalan Al quran bil ghoib. 25. Pelaksanaan Tes Juz 1-5 Kegiatan pembelajaran tahfidzul quran di pondok pesantren Roudhotul Huffadz sama seperti kegiatan pembelajaran tahfidzul quran lainnya. Diantaranya ada pengajian ziyadah, murojaah, mudarosah dan ada pula
102
kegiatan pembelajaran berupa tes hafalan. Namun dalam tes hafalan ini, setiap pesantren mempunyai cara dan metode tersendiri. Di pondok pesantren Roudhotul Huffadz pelaksanaan tes hafalan dilakukan oleh kyai penguji. Santri yang sudah mendapat hafalan ziyadah 10 juz akan diharuskan melakukan tes hafalan sebanyak 5 juz dalam sekali duduk. Sekitar dua bulan saya tadarus mempersiapkan diri agar hafal Al quran juz 1-5 dengan baik tanpa melihat mushaf Al quran. Saya juga belajar materi hafalan 5 juz dan minta teman untuk menyima’ hafalan saya agar hafalan saya semakin
lancar.
Setelah saya
merasa
siap untuk tes,
saya
memberitahukan bahwa saya sudah siap melaksanakan tes tersebut kepada abah kyai Khozin al hafidz. Suatu hari setelah selesai setoran pengajian ziyadah, saya mengatakan bahwa saya sudah siap tes juz 1-5 kepada abah kyai Khozin al hafidz. Kemudian beliau menyuruh saya melapor kepada seksi pendidikan agar nanti seksi pendidikan yang menyampaikan kesiapan saya untuk mengikuti tes pada kyai Ahmad Zaini. Saat itu yang menjadi seksi. Pendidikan adalah kang Uswandi. Siang harinya, setelah setoran mengaji muroja’ah, saya dipanggil kang Uswandi selaku seksi pendidikan dan beliau mengatakan bahwa pesan sudah disampaikan kepada abah kyai Ahmad Zaini. Kemudian abah kyai Ahmad Zaini berpesan bahwa dua hari lagi (hari selasa) saya akan dites. Saya disuruh agar lebih giat lagi dalam tadarus. Mendengar pesan dari abah kyai Ahmad Zaini saya merasa lebih bersemangat untuk tadarus Al quran. Kemudian saya meminta salah satu dari khotimin (santri senior yang sudah hatam hafalan Al
103
quran 30 juz) untuk bersedia menemani dan membantu menyima’ tes hafalan saya di kediaman abah kyai Ahmad Zaini. Saat itu kang Wasi’at yang bersedia menemani dan membantu abah kyai Ahmad Zaini untuk menyima’ saya. Kang Wasi’at menyuruh agar malam selasa saya tidur lebih awal, agar keesokan harinya sewaktu tes tidak mengantuk, dan sebelum subuh saya disuruh mandi karena akan berangkat menuju kediaman abah kyai Ahmad Zaini tepat setelah subuh. Selasa pagi sebelum subuh, saya dibangunkan oleh kang Wasi’at. Saya disuruh mandi pagi dan segera bersiap-siap. “Nanti kalau sudah adzan subuh, kita jamaah subuh di pondok saja dan tidak usah jama’ah di masjid, karena kita sudah dinanti oleh abah kyai Ahmad Zaini. Nanti kalau menunggu sholat jam’ah di masjid, kita akan kelamaan. Ingat, kita jama’ah sendiri di pondok, paham Yahya?” Kata kang Wasi’at. Saya pun mengiyakan kata-kata kang Wasi’at dan segera mandi walaupun keadaan sangat dingin, biar segar agar nanti saat tes tidak mengantuk. Setelah subuh, saya dan kang Wasi’at berangkat menggunakan sepeda yang sudah saya persiapkan sejak senin sore. Saat itu di pondok belum ada motor. Sepedapun meminjam tetangga pondok. Saya meminjam sepeda mbak Rom. Saya diboncengin kang Wasi’at dari pondok sampai ke rumah abah Kyai Zaini. “Hah…hah… capek Yah.” ucap kang Wasi’at kecapekan. “Eh,, kang kasihan banget kamu kang Wasi’at.” Ujar saya. “Sana Yah, kamu yang mengetuk pintu!” perintah kang Wasi’at. “Tok..tok..tok.. Assalamu’alaikum.” Tidak lama kemudian abah kyai Ahmad Zaini keluar menuju ruang tamu membukakan pintu.
104
“Ouh Yahya, silahkan Yahya masuk.” kata abah kyai Ahmad Zaini. Setelah saya duduk, abah kyai Ahmad Zaini bertanya: “Sudah siap tes Yahya?” “Insya Allah sudah kyai.” “Ya sudah, tunggu sebentar disini, saya mau ke belakang, kamu dan Wasi’at mempersiapkan diri dulu.” Abah kyai Ahmad Zaini kembali menemui saya kemudian menyuruh saya menyerahkan mushaf Al quran kepada beliau dan saya disuruh membaca hafalan dari juz 1-5 dengan sekali duduk. “Nanti kalau salah, tidak langsung saya kasih tahu kesalahannya, nanti saya akan mengetuk meja, baru kalau 3x kamu tidak bisa, baru akan saya beritahu ayatnya” kata abah kyai Ahmad Zaini. Abah kyai Ahmad Zaini al hafidz memimpin pembukaan dengan membaca surat Al Fatihah. Kemudian saya disuruh membaca hafalan dari surat al Baqaroh juz 1 sampai juz 5. Saat saya membaca hafalan, saya merasa sangat senang karena saya melaksanakan tes hafalan juz 1-5. Namun, disisi lain saya juga takut, grogi dan tegang. Saya juga tidak berani menatap ke depan karena abah kyai Ahmad Zaini berada di depan saya. Saya lebih banyak merunduk namun tidak menutup mata karena khawatir manjadi ngantuk. Mendapat hafalan 3 juz, saya distop oleh abah kyai Ahmad Zaini. Saya disuruh istirahat dulu sambil meminum teh hangat yang sudah dituang dalam gelas. Saya disuruh menyantap hidangan yang sudah tersedia, namun saya hanya mengambil jajan yang paling kecil dan kemudian kembali minum. Setelah dirasa cukup, saya dipersilakan melanjutkan hafalan sampai juz 5. Tes pertama saya berhasil, saya hanya mendapat sedikit kesalahan. Saya sangat senang, perasaan saya juga terasa plong (lega). Saya kembali
105
disuruh menyantap hidangan yang sudah disediakan. Saya melihat jam di ruang tamu, ternyata sekitar pukul 07.45. tadi saya memulai tes sekitar pukul 05.05 pagi. Alhamdulillah, tes sukses, terimakasih ya Allah. Tak lama kemudian, kami pamit dan pulang menuju pondok. Kang Wasi’at kembali memboncengkan saya dari rumah abah kyai Ahmad Zaini sampai ke pondok.15 26. Usaha Tadarus persiapan Tes Juz 6-10 Setelah saya selesai setoran hafalan akhir juz 15, saya disuruh mempersiapkan diri untuk mengikuti tes juz 6-10. Saat itu, saya merasa senang karena ngajinya mudah dikarenakan mengulang-ulang juz yang akan di tes dan hanya hafalan seperempat juz (5 halaman). Ada beberapa kesulitan yang saya rasakan dalam persiapan tes hafalan juz 6-10. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain dalam menyatukan sambungan per ayat, sambungan ayat perhalaman, sambungan ayat tiap awal perempatan juz. Karena menghafal juga harus mengurutkan ayat-per ayat, halaman per halaman, surat persurat dan juz perjuz untuk mendapatkan hafalan yang seutuhnya sesuai dengan teks Al quran tanpa manambahi maupun menguranginya. Banyaknya bacaan ayat Al quran yang mirip membuat saya harus ekstra konsentrasi dan benar-banar mampu membadakan perbedaan ayat-ayat yang mirip tersebut. Jika tidak dapat membedakan persamaan dan perbedaan ayatayat Al quran yang mirip, maka hafalan akan berputar-putar atau menyasar pada ayat yang lain yang mirip. Saat bertadarus, biasanya saya mulai 15
Konfirmasi dengan kang Wasi’at (sahabat pondok pesantren Roudhotul Huffadz) pada tanggal 19 Juni 2016
106
beristiqomah waktu dan tempat. Saya memilih waktu dan tempat yang sama dan saya melakukan jadwal tadarus pribadi secara ketat. Berbeda dengan aktifitas tadarus persiapan tes hafalan juz 1-5 sebelumnya yang banyak saya lakukan di makam waliyullah Mbah Estuan Banyurip Ageng (penemu desa Banyurip Ageng Buaran). Aktifitas tadarus persiapan tes juz 6-10 kali ini lebih sering saya lakukan di masjid ar Rohmah Banyurip Ageng. Saya melakukan tadarus di serambi utara masjid ar-Rohmah tepatnya di tiang masjid ke tiga dari depan. Disana juga ada kang Uawandi, kang Umam, kang Rozikin. Biasanya saya mulai tadarus dari pukul 08.00 sampai menjelang dhuhur. Sebelum dhuhur biasanya saya gunakan untuk sunah tidur Qoilula. Saya bukanlah santri yang cerdas, sekian lama saya tadarus, masih saja banyak yang salah. Saya terkadang merasa frustasi, namun saya tetap berusaha sebisa mungkin untuk bisa hafal juz 6-10 dan membacanya dalam sekali duduk. Terkadang saya juga meminta teman untuk menyimak bacaan hafalan saya untuk latihan sebelum nantinya disimak oleh Abah Kyai Zaini. 27. Pelaksanaan Tes Juz 6-10 Beberapa bulan lamanya saya melakukan usaha hafalan persiapan tes, hingga saatnya saya merasa sudah perlu melakukan tes juz 6-10 tersebut. Saya mengatakan bahwa saya sudah siap kepada Abah Kyai saat saya selesai setoran hafalan. “Bah, kulo badhe nderek tes juz 6-10” kata saya kepada Abah Kyai Khozin. “Apa kamu sudah siap?” Beliau bertanya. “Insya Allah sampun, Bah.” Jawab saya.
107
“ Kalau begitu kamu bilang ke abah kyai Ahmad Zaini kapan beliau ada waktu untuk menyima’ tes kamu.” Kata Abah Kyai Khozin. Saya sowan ke abah kyai Ahmad Zaini, kemudian beliau menentukan tanggal kapan saya akan dites. Saya pulang dengan perasaan senang, dan berniat memperbanyak latihan tes sebelum di tes dihadapan abah kyai Ahmad Zaini. Tes adalah mambaca hafalan Al quran dengan disima’ oleh para ahli yang terdiri dari satu orang kyai yaitu abah kyai Ahmad Zaini dan satu orang santri senior yang sudah hafal 30 juz. Biasanya dimulai setelah subuh awal sampai selesai dengan sekali duduk. Seiring berjalannya waktui, tibalah saatnya saya melaksanakan tes juz 6-10. Saya berangkat setelah subuh bersama Kang Durahim. Kang Durahim sudah khatam hafalan Al quran beliaulah santri senior yang saya pilih untuk menemani saya menyima’ hafalan saya bersama abah kyai Ahmad Zaini. 16 Kami berangakat dengan mengendarai motor honda astrea grand milik pondok. Perasaan bahagia dan takut bercampur menjadi satu hal ini menjadikan saya tegang dan gugup. Saya mulai membaca juz 6 dengan suara lirih, sengaja suara saya hemat agar nanti bisa sampai 5 juz tanpa serak. Saya mulai membaca hafalan saya, terkadang saya merasa mulut ini berjalan sendiri tanpa saya tahu sudah sampai mana. Terkadang saya juga tiba-tiba ingat bahwa sudah sampai halaman sekian. Terkadang saya ditegur karena bacaan yang keliru, salah dan lain sebagainya hingga akhirnya saya selesai membaca hafalan 5 juz dari juz
16
Konfirmasi dengan KH. A. Zaini (kyai pondok pesantren Roudhotul Huffadz,) pada tanggal 19 Juni 2016
108
6-10. Saya merasa malu karena saya merasa jauh dari sempurna, namun saya merasa
senang
dan
lega,
karena
tes
juz
6-10
sudah
selesai,
Alhamdulillahirobbil’alamin. 28. Disuruh Kuliah oleh Orang Tua Sekian lama saya menantikan untuk bisa kuliah, hingga keinginan itu menjadi padam karena penantian panjang. Saya sadar bahwa saya tidak bisa kuliah karena keadaan ekonomi keluarga saat itu memang sangat sulit setelah Bapak mengalami kekalahan dalam pemilihan umum mencalonkan diri menjadi perangkat desa. Tidak
hanya
saya
yang
menginginkan
kuliah,
adikku
juga
menginginkan kuliah sampai sakit-sakit hingga harus masuk ke rumah sakit. Dek Rohma meminta dikuliahkan di manapun mau, yang penting kuliah. Setelah Dek Rohma sembuh, saya mendaftarkan Dek Rohma di STAIN Pekalongan, namun Dek Rohma berubah pikiran, ia meminta untuk di kuliahkan di IAIN Walisongo Semarang, hingga akhirnya saya dan Bapak pergi ke Semarang untuk mendaftarkan Dek Rohma di IAIN Walisongo Semarang sekaligus mencarikan pondok pesantren tahfidz untuk Dek Rohma. Hari berganti hari, ibu merasa bahwa saya sebagai kakak juga harus kuliah, apalagi saya seorang laki-laki. Dahulu saya yang ingin kuliah tapi orang tua melarang, sekarang orang tua menyuruh dan saya yang tidak mau karena berbagai macam alasan. Namun, orang tua semakin mengharuskan saya untuk kuliah. Akhirnya saya menerima perintah orang tua dengan alasan menuruti kemauan orang tua.
109
Ibu menyuruh untuk mengambil jurusan Tafsir Hadis karena nantinya akan mendapat beasiswa selama empat semester. Namun, saya dan orang tua masih
ragu
mengambil
jurusan
tersebut.
Akhirnya
saya
meminta
pertimbangan dari guru-guru dan juga para ustadz. Setelah saya meminta pertimbangan, saya disarankan untuk mengambil jurusan tarbiyah. Usulan dari mereka saya sampaikan kepada orang tua dan mereka menyetujui saya kuliah di STAIN Pekalongan jurusan tarbiyah.17 Saya memilih kuliah di STAIN Pekalongan dari pada di IAIN Walisongo karena saya sudah mondok di pesantren Roudhotul Huffadz Buaran dan belum khatam, sehingga sekalian saya mondok bisa sambil kuliah, sedangkan Dek Rohma memilih kuliah di IAIN Walisongo karena merasa ingin suasana baru. Tanggal 04 Juni 2011, saya pergi ke STAIN Pekalongan untuk mendaftar sebagai mahasiswa STAIN Pekalongan. Ada tiga pilihan jurusan ketika seseorang mendaftar. Kegunaan pilihan terebut adalah apabila calon mahasiswa tidak diterima dipilihan pertama, maka ia bisa masuk ke pilihan kedua ataupun ketiga. Pilihan pertama yang saya tulis adalah Tarbiyah Reguler, pilihan kedua adalah PBA Reguler, sedangkan pilihan ketiga Ahwalus Syahsiyah. Beberapa hari setelah saya mendaftar sebagai calon mahasiswa STAIN Pekalongan, saya merasa senang sekaligus sedih. Setelah kurang lebih empat tahun saya menahan hasrat keinginan untuk kuliah namun tidak bisa karena
17
Konfirmasi dengan Sri Lestari (Ibu kandung peneliti), pada tanggal 10 Juni 2016
110
keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendukung, akhirnya sekarang saya bisa kuliah, Saya merasa senang sekali. Disisi lain, saya merasa sedih karena saya belum kkhatam hafalan Al quran. Saya takut nanti kalau sudah kuliah, banyak waktu yang tersita untuk sibuk mengerjakan tugas sehingga makin membuat saya lebih lama lagi untuk bisa kkhatam. Saya terkadang berfikir dan berkata dalam hati “kira-kira bisa nggak ya, saya hafalan Al quran sedangkan banyak tugas kuliah”?. Pasti saya akan sangat pusing nantinya, dan berdasarkan informasi dari beberapa kyai, bahwa biasanya jika mondok menghafal Al quran sambil kuliah, maka hafalan Al qurannya yang akan kalah karena banyaknya tuntutan tugas dan sedikit mahasiswa yang bisa bertahan bias manghafal Al quran sambil kuliah, biasanya mereka merasa pusing dan boyong dari pondok. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu yang dho’if ini, mudahkanlah bagiku untuk menjalankan kedua-duanya (hafalan Al quran sambil kuliah) dengan baik. Ya Allah, selama ini yang hamba cari adalah ridho dari orang tua dan kyai ku. Dulu saya mondok di pesantren tahfidz atas perintah Abah Kyai Mukhlis, dan sekarang saya menuruti permintaan ibuku untuk mondok sambil kuliah, mudah-mudahan dengan ridhonya ibuku dan kyaiku menjadi sebab ridhonya Engkau padaku ya Allah. Mudahkanlah semua urusanku agar hamba-Mu ini bisa khatam hafalan Al quran 30 Juz dengan baik, benar dan lancar. Semoga bisa khatam dalam waktu yang lebih cepat, mudah-mudahan mendapat nilai-nilai yang istimewa di kampus dan mendapat banyak beasiswa hingga ku selesai lulus S1 bahkan bisa S2, mendapat pekerjaan tetap yang
111
ringan namun bergaji besar, halalan toyyibah. Ya Allah, cukupilah kebutuhanku dan semua kebutuhan keluargaku, Amin. 29. Antisipasi Bila Tidak Kuat Mondok Disertai Kuliah Menurut beberapa santri dan juga para kyai, kebanyakan santri yang mondok menghafal Al quran dengan sambil kuliah, para santri yang belum khatam dalam menghafal Al quran, mereka tidak akan bisa mengimbangi waktu kegiatan pondok dan kuliah dengan baik. Sehingga kebanyakan mereka akan memilih kuliah dan meninggalkan pesantren. Mereka keluar dari pesantren karena banyaknya tugas-tugas kuliah dan repotnya membagi waktu. Menanggapi hal ini, saya segera berpesan kepada kang Asep Saiful Umam (lurah Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz saat itu). “Kang, menurut para kyai dan ustadz yang saya temui dan saya mintai pertimbangan, mereka bilang biasanya para santri yang menghafal Al quran sambil kuliah tidak akan bisa bertahan lama di pesantren, mereka dengan terpaksa akan meninggalkan pesantren karena tidak akan sanggup membagi waktu karena sama-sama memiliki tanggung jawab yang berat. Di kampus banyak tugas, di pondok banyak hafalan Al quran yang sama-sama harus dilaksanakan dengan baik.” Kata saya kepada Kang Asep. “Begini saja, Yahya. Kalau suatu saat kamu sangat sibuk kuliah karena memang tuntutanya seperti itu, sementara kamu juga di pondok harus menghafal Al quran dan kamu merasa tidak kuat, maka saran saya kamu jangan keluar pesantren (boyong). Kamu minta saja dispensasi hafalan ke abah kyai Ahmad Khozin, kamu ngaji hafalanya dikurangi, kamu hafalanya malam saja. Paginya sementara minta libur pribadi untuk sementara waktu.” Jawab Kang Asep. “Iya kang, terimakasih atas sarannya. Kang, suatu saat apabila saya benar-benar tidak kuat mondok sambil kuliah dan saya putus asa dan akan keluar pondok (boyong), tolong saya dicegah dan dinasehati, karena saya yakin suatu saat saya akan sangat sibuk di kampus dan tidak kuat bila sambil menghafal Al quran. Suatu saat nanti, mungkin saya akan (boyong) keluar dari pesantren. Mungkin saya akan merasa senang karena bisa fokus, tapi saya yakin suatu saat nanti saya akan sangat menyesal karena keluar dari pondok sedangkan hafalan Al quran saya belum khatam.”
112
“Iya, Yahya, nanti kalau hal ini terjadi saya akan melarangmu keluar pesantren dan akan mengingatkanmu bahwa kamu pernah berpesan hal ini padaku sebelumnya.” Ujar Kang Asep. “Kang, saya belajar menghafal Al quran tanpa kuliah saja sulit apalagi nanti apabila saya mondok menghafal Al quran sambil kuliah”. Kang Asep tersenyum sambil manatap saya, iya saya juga merasa sulit dalam menghafal Al quran. Kita sama-sama dalam proses belajar menghafal Al quran” kata kang Asep Saiful Umam. 18 Maka ini sebagai antisipasi yang mungkin akan saya lakukan nanti. 30. Rencana Pindah Jurusan Saat itu, saya disuruh orang tua untuk mondok sambil kuliah, namun bila nanti saya merasa berat dan tidak kuat, saya ingin pindah saja dari jurusan tarbiyah reguler pagi menjadi reguler sore. Saat ini saya mengambil jurusan reguler pagi sesuai saran ustadz Radun M.Ag. Sedangkan saran yang lain datang dari Kyai Syafiq, beliau menyarankan agar saya mengambil Reguler sore ataupun eksensi dengan tujuan agar saya tidak terlalu berat dalam kuliah. Namun, pendapat dari Kyai Syafiq saya tangguhkan karena biaya reguler sore dan ekstensi lebih mahal daripada reguler pagi, sedangkan saya merasa kasihan dengan orang tua yang membiayai. Rencana perpindahan ternyata benar-benar terjadi, tanpa saya sadari bahwa rencana ini sudah saya rencanakan dari sebelumnya dan sudah saya buat surat pindah jurusan. Namun, rencana ini saya batalkan karena saat ini saya sudah semester enam dan sebentar lagi semester tujuh. Atas dasar pertimbangan dari beberapa sahabatku, surat pernyataan pindah jurusan tidak jadi saya sampaikan ke pihak STAIN Pekalongan. 18
Konfirmasi percakapan dengan Asep Saiful Umam (lurah pondok pesantren Roudhotul Huffadz tahun 2009-2010), tanggal 5 Mei 2016.
113
D. Periode Kedua (Menghafal Al quran saat Kuliah) SEMESTER I (Agustus-Desember 2011) 1.
Menjadi Mahasiswa di STAIN Pekalongan Tahun 2011
Gambar 3.14 Kampus STAIN Pekalongan
Gambar 3.15 Peserta TASKA (Ta’aruf Studi Kampus) Tahun 2011
114
Sebagai mahasiswa STAIN Pekalongan Pekalongan, saya mengikuti kegiatan Taa’aruf Studi Kampus (TASKA). Peraturan Taska mewajibkan setiap peserta Taska harus berangkat pukul 05.00 pagi. Saya harus berangkat ke kampus setelah subuh awal, berarti saya harus bersiap-siap sebelum subuh. Saya juga harus membawa berbagai persyaratan mengikuti kegiatan TASKA seperti tas batik, berpakaian batik, memakai sepatu pantofel, berpeci hitam, membawa kopi, dan makanan ringan dan lain-lain.
Gambar 3.16 Tas Batik dan Pin TASKA Tahun 2011
Saya terpilih menjadi ketua kelompok, kelompok kami bernama grup Bagong. Anggotanya adalah saya, Anamil Choir, Nailatul Izzah, Susi Ernawati, Tafiudin, Nafiudin, Istiqomah, Nur Fitriani, Ana Lailya, Irfa Silvia, Marlihatin, Nur Faiqoh, Faiz, Damsiki, Aulia, Any Yuliani,
Farizatun
Nafilah dan lain-lain. Mereka berasal dari jurusan yang berbeda, ada yang jurusan Perbankan, Ekonom Syari’ah, Ushuludin, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Bahasa Arab.19
19
Konfirmasi dengan M. Nafi’udin, Khamid, dan Damsiki, (Anggota kelompok Bagong TASKA 2011), pada tanggal 10 Juni 2016
115
Gambar 3.17 Anggota Kelompok Bagong Putra (Saya No.2 dari depan mengenakan kemeja biru dongker)
Gambar 3.18 Anggota Kelompok Bagong Putri
116
Hubungan baik yang terjalin antar anggota kelompok kami sangat erat bahkan berlangsung hingga beberapa semester. Kami masih sering bersama dan mengadakan acara kumpul bersama dalam kegiatan yang positif sampai sekarang. Saat teman kami sakit pun, kami berkumpul dan bersama-sama menjenguk kerumahnya. Hubungan harmonis ini semoga dapat terjalin sampai kami lulus bahkan semoga lebih dari itu,karena mereka adalah temanteman pertama kami saat menjadi mahasiswa baru di STAIN Pekalongan. 20 2.
Masuk UKM LPTQ STAIN Pekalongan Hari terakhir TASKA (Ta’aruf Studi Kampus) masing-masing UKM
mengadakan perekrutan mahasiswa. Masa ini lebih dikenal dengan istilah PAB (Perekrutan Anggota Baru). Ada beberapa UKM di kampus STAIN Pekalongan,
diantaranya
El-Fata,
Al-Mizan,
LPTQ,
Racana,
Sport,
Gemalawa, Speac, Sigma. Masing-masing UKM berlomba-lomba melakukan promosi dan perekrutan anggota. UKM-UKM tersebut mempromosikan segala keunggulan dan prestasinya seperti piala, foto-foto kegiatan, piagampiagam penghargaan yang dapat menarik hari mahasiswa baru. UKM-UKM juga memberikan kenang-kenangan kepada para mahasiswa yang mau mendaftar menjadi anggota baru dengan berbagai pernak-pernik, soft drink, snack, alat tulis dan lain sebagainya. Saat itu saya bertemu dengan teman lama, dia adalah ustadz Amir Syarifudin. Saat itu,dia kebetulan dia menjabat sebagai ketua umum UKM LPTQ pekalongan. Ustadz Amir meminta saya bergabung dengan LPTQ 20
2016
Konfirmasi dengan Anamil Choir, teman grup Bagong TASKA 2011, pada tanggal 8 Juni
117
dengan mendaftarkan diri sebagai anggota baru. Beliau juga sempat mepromosikan prestasi dan kebaikan-kebaikan apabila saya bersedia masuk sebagai anggota baru, hingga akhirnya saya menjadi tertarik masuk dan bergabung dengan UKM LPTQ STAIN Pekalongan. 21 Saya mendaftar menjadi anggota baru dengan membayar uang Rp.15.000 untuk administrasi. Setelah saya menulis data diri, saya diberi soft drink, kertas kwitansi pembayaran administrasi dan pin bertuliskan LPTQ. Saat itu saya ingin mengabdi dan juga belajar berorganisasi di UKM tersebut. Saya memiliki keinginan untuk belajar berorganisasi agar saya bisa mengetahui bagaimana cara berorganisasi yang baik dan berharap suatu saat saya bisa mendirikan organisasi kelak di masyarakat. 3.
Masuk Kelas C September 2011, saya mulai menjadi mahasiawa di STAIN Pekalongan.
Saya memasuki semester satu, dan saya masuk di kelas C. Di kelas ini saya merasa sangat senang karena kebetulan saya mendapatkan dua teman yang sudah saya kenal. Anamil Choir dan Marlihatin, dia adalah teman pertama saya di kampus STAIN Pekalongan. Kami berteman sejak berkenalan pendaftaran mahasiswa baru. Kami berkenalan dan mendaftar bersama sehingga kami mendapat satu kelompok dalam TASKA (Ta’aruf Studi Kampus) bahkan sampai satu kelas di kelas C hal ini membuat kami semakin akrab dan juga mempermudah saya untuk beradaptasi dengan suasana baru sebagai mahasiswa di STAIN Pekalongan. 21
Konfirmasi dengan Amir Syarifudin, saat acara HARLAH ke-18 UKM LPTQ STAIN Pekalongan, pada tanggal 24 April 2016
118
Awal memasuki perkuliahan semester satu ini, kami masih malu-malu, masih suka diam, culun, pakaian kami juga masih tidak enak dipandang karena belum bisa memaduan pakaian yang serasi, terutama para mahasiswi. Kerudung kuning di padukan dengan pakaian warna pink, rok biru dan sepatu warna putih. Ada pula mahasiswi yang membawa plastik es di tangan kanan, dan roti atau cemilan di tangan kiri, kemudian ngobrol dengan sahabatnya dan jalan sambil makan jajan. Sungguh pemandangan yang membuat mata dan pikiran sulit menerima. Namun, sekali lagi hati berkata “maklum, mahasiswa-mahasiswi baru”. Saya mulai berkenalan dengan teman-teman baru di kelas C. Namun perkanalan kami hanya sekedarnya saja, karena untuk perkenalanpun kami masih malu. Kami menjadi lebih saling mengenal ketika dosen mengabsen dan menyuruh mahasiswa memperkenalkan diri beserta asal sekolahnya. Sehingga dengan seringnya absensi kehadiran mahasiswa sangat membantu kami untuk saling mengenal satu sama lain, begitu pula dengan banyaknya tugas kelompok dalam pembuatan makalah, diskusi dan presentasi, sangat membantu kami dalam saling mengenal antar mahasiswa dan saling bekerja sama mengerjakan tugas kelompok. Di semester satu ini, kami mendapat Paket 17 SKS. SKS adalah Satuan Kredit Semester yang merupakan jumlah jam mata kuliah yang wajib di selesaikan selama mengikuti perkuliahan. Jumlah jam per SKS 45 Menit. jumlah SKS wajib bagi mahasiswa STAIN Pekalongan berjumlah 142 SKS. Namun, kami sebagai mahasiswa baru hanya mendapat 17 SKS tidak bisa
119
mengambil 24 SKS. Saat itu STAIN Pekalongan belum menerapkan SIKADU (Sistem Informasi Akademik Terpadu). “Kelas milik dosen, bukan milik mahasiswa.” Mungkin itulah kalimat yang mungkin bisa digunakan untuk membedakan antara ruang kelas di bangku kuliah dengan ruang kelas di bangku sekolah SMP atau SMA. Hal ini mengisyaratkan bahwa mahasiswalah yang membutuhkan dosen, bukannya dosen yang membutuhkan mahasiswa. Saya ingat, dulu ketika saya mengaji di pesantren Asma’Chusna sekitar tahun 2005, abah KH. Ahmad Mukhlis Chasani pengasuh Pondok Pesantren Asma’ Chusna dalam tausiahnya beliau bercerita bahwa jaman dahulu, ketika zaman khalifah Harun Ar-Rasyid dalam dinasti Abbasiyah. Khalifah Harun Ar-Rasyid mamanggil Imam Malik, seorang ulama’ besar yang terkenal ke’aliman dan keluasan ilmunya unuk bersedia datang ke istana kerajaan. khalifah Harun Ar-Rasyid ingin agar putra-putranya dapat belajar kepada Imam Malik dengan mendatangkannya ke istana kerajaan. Khalifah Harun Ar-Rasyid menyuruh para pengawal kerajaan untuk menyampaikan hal tersebut kepada Imam Malik. Namun, saat pengawal kerajaan sampai di kediaman Imam Malik dan menyampaikan maksud serta tujuan pengawal kerajaan tersebut, Imam Malik berkata “semoga Allah Swt memberikan kejayaan kepada amirul mu’minin, ilmu itu datang dari baitun nubuwwah. Jika kamu memuliakannya, ia akan mulia dan jika kamu merendahkannya, maka ia akan menjadi hina dan Imam Malik juga berkata ”
120
" ”العلم يئت واليئت اليهyang artinya “ilmu itu harus didatangi, bukan mendatangi”. Mendengar perkataan Imam Malik tersebut, khalifah Harun Ar-Rasyid lantas menyuruh putranya untuk menemui Imam Malik untuk berguru kepadanya didalam masjid seperti anak-anak lainnya. Namun, Imam malik kembali berkata “putra khalifah harun Al Rasyid boleh menimba ilmu kepada dirinya, namun dengan syarat tidak boleh melangkahi para jamaah yang datang lebih awal.” Kaitan cerita tersebut dengan kehidupan para mahasiswa di kampus adalah bahwa mahasiswa yang harus mendatangi dosen dalam menuntut ilmu pergi ke ruang kalas dosen, bukan sebaliknya. Dalam hal ini, seakan dosen yang memiliki kelas bukan mahasiswa. Apabila sudah saatnya berganti mata kuliah, maka mahasiswa harus menemui dosen di tempat beliau mengajar. 4.
Dosen Saya mulai diajar oleh dosen-dosen STAIN Pekalongan. Mereka
merupakan dosen-dosen hebat yang patut untuk dijadikan sebagai souri teladan. Banyak dosen STAIN Pekalongan lulusan Universitas terkemuka baik dalam maupun luar negeri seperti Malaysia, Canada, Amerika, Australia, Mesir, dan lain sebagainya. Banyak dosen STAIN Pekalongan yang terkenal dengan keluasan ilmu yang dimilikinya. Saya merasa sangat senang dan merasa beruntung karena mendapat banyak ilmu dari para dosen tersebut. Banyak sekali ilmu pengetahuan yang baru saya ketahui setelah kuliah di STAIN Pekalongan. Cara mengajar para
121
dosen dengan para guru ketika saya duduk di SMA sangat berbeda Metode dan cara mengajarnya juga bervariasi. Ada dosen yang sangat disiplin dalam absensi kehadiran, terlambat satu menit saja tidak mendapat absen atau bahkan dilarang masuk kelas. Mungkin beliau mengajarkan pentingnya disiplin waktu. Pada awal perkuliahan, ada kontrak belajar antara dosen dengan para mahasiswa. Kontrak belajar adalah kesepakatan-kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa dalam hal penilaian, kehadiran, kedisiplinan, persentase penilaian, hingga peraturan-peraturan yang bersifat mengikat dan wajib di ikuti seperti pembuatan dan pengerjaan tugas, kesopanan pakaian, larangan penggunaan HP di ruang kelas, dan sebagainya. Awal perkuliahan semester satu ini, kami lebih cenderung menyetujui semua kontrak belajar yang diajukan dosen tanpa mempertimbangkan kemampuan kami. Seperti masuk pelajaran ke ruang kelas maksimal 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai, padahal banyak juga mahasiswa yang rumahnya jauh, sehingga jam tersebut telalu pagi untuk kami berangkat bahkan banyak teman kami yang mengebut agar tak terlambat di kelas, namun masih saja terlambat sehingga masuk ke ruang kelas tanpa absensi kehadiran alias tidak ikut diabsen. Pernah suatu hari saat pelajaran pengantar Psikologi. Pada pertemuan pertama, seorang dosen menyuruh para mahasiswanya untuk menggambar. Serentak semua siswa menggambar. Saya amati teman-teman banyak yang menggambar suasana pegunungan, ada pula sebagian yang menggambar
122
pemandangan laut. Sedangkan saya menggambar dosen tersebut yang sedang duduk manis. Beliau menotak-atik laptopnya sambil menerangkan kepada para mahasiswa. Entah apa karena gambar saya yang mungkin dianggap kurang sopan sehingga nilai pengantar psikologi saya menjadi C, padahal selama perkuliahan, UTS dan UAS nilai saya baik semua. Aduh, apa saya salah? Ada dosen yang cara mengajarnya sangat santai, mahasiswa hanya disuruh menonton film bersama, kemudian setelah pemutaran film selesai mahasiswa disuruh mereview isi film tersebut. Saya sangat suka model belajar yang seperti ini, ada pula dosen yang mewajibkan mahasiswanya membeli buku karangannya, ada juga yang tidak mewajibkan membeli buku mata kuliah yang diampunya, ada pula dosen yang menyuruh mahasiswa meresum setiap materi kuliah sebelum diajarkan. Hal tersebut bermaksud agar mahasiswa mempunyai gambaran materi yang akan disampaikan dosen. Apapun tugas yang diberikan oleh dosen, saya sebagai mahasiswa baru berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan para dosen dengan sebaik-baiknya. Saya bersyukur bisa kuliah di kampus STAIN Pekalongan. 5.
Tugas-tugas a. Makalah Saya harus menyesuaikan diri dengan tugas-tugas sebagai mahasiswa. Saya harus mengerjakan tugas makalah untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen. Biasanya setiap bab dari materi pelajaran dibagi menjadi beberapa kali pertemuan, kemudian mahasiswa juga
123
dibagi berdasarkan jumlah bahan atau materi yang harus diselesaikan oleh mahasiswa. Mahasiswa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 mahasiswa. Setiap kelompok diberi tugas membuat makalah sesuai bab tertentu. Tugas kuliah seing kali berupa pembuatan makalah, sebagai mahasiswa baru, saya sering kali mendapat tugas pembuatan makalah secara berkelompok. Biasanya terdiri dari 5 mahasiswa. Pembagian kelompok makalah di bentuk pada awal perkuliahan dan disertai kontrak belajar dosen dengan mahasiswa sehingga terbentuklah kesepakatankesepakatan dalam kegiatan perkuliahan antar dosen dan mahasiswa. Setiap kali dosen membentuk kelompok mahasiswa, saya segera menulis nama dan materi kelompok makalah saya, kalau perlu saya juga meminta
nomor
HP
kelompok
saya
kepada
mahasiswa
yang
bersangkutan. Hal ini dirasa penting, agar saya ingat siapa saja kelompok pembuatan makalah saya, dan juga materi-materinya. Ini juga bermanfaat bagi saya dan kelompok saya agar dapat dengan mudah menentukan kapan akan ke perpustakaan bersama untuk membuat makalah, kapan akan mengumpulkan hasil pencarian materi di perpustakaan. Saat jam kosong, saya bersama-sama kelompok yang lainya ramairamai ke perpustakaan untuk mencari buku-buku refrensi bersama, setelah kami menemukan buku-bukunya, kami telaah dan kami ketik bersama di lobi perpustakaan lantai 2. Kami manjadi lebih saling mengenal dan lebih akrab dengan tugas kelompok tersebut karena kami
124
belajar bekerja sama dan sama-sama kerja. Setelah makalah selesai dibuat. Kami harus menjilid dan menyerahkan kepada dosen sebelum presentasi. Kami juga harus memfotocopy untuk teman-teman kami agar nanti saat presentasi teman-teman juga bisa menyimak materi yang kami sampaikan dan dapat menanyakan hal-hal yang kurang bisa dipahami dari materi yang kami sampaikan. Dalam pembuatan makalah, kami harus banyak belajar cara membuat makalah agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan penulisan standar makalah di STAIN Pekalongan. banyaknya tugas dan pembuatan makalah kepada para mahasiswa, membuat para mahasiswa menjadi lebih mandiri dan lebih aktif dalam belajar. b. Presentasi dan Diskusi Setelah pembuatan makalah selesai, kami harus mempresentasikan hasil makalah kami di depan kelas. Saat semester satu ini, presentasi makalah biasanya terdiri dari 5 orang atau 6 mahasiswa. Maklum, kelas kali ini termasuk kelas gemuk karena dalam satu kelas terdapat kurang lebih 45 mahasiswa. Dalam presentasi, satu mahasiswa menjadi moderator, dan yang lainnya mempresentasikan makalah dan menjawab pertanyaan dari para audien. Ada dosen tertentu yang mewajibkan mahasiswanya untuk bertanya dalam diskusi makalah. Sehingga pernah kelas kami dibagi agar semua mahasiswa bertanya semua dengan cara digilir pertanyaanya.
125
Semester satu saya belum mempunyai netbook, sehingga dalam mengerjakan makalah dan tugas-tugas yang membutuhkan pengetikan saya serahkan kepada teman yang sudah mempunyai netbook. Saya hanya mencarikan materi di perpustakaan kemudian menulisnya dikertas dan menyerahkan kepada teman untuk diketik. Teman-teman sering menunjuk saya menjadi moderator dalam presentasi makalah di kelas. Pernah suatu ketika saya menjadi moderator saat awal-awal presentasi makalah di depan kelas, kemudian saya rekam diri saya menggunakan handphone dengan sembunyi-sembunyi. Ternyata ketika saya putar ulang rekaman saya, nampak jelas sekali saat presentasi tersebut
grogi. Suara saya gemetar, bahasanya muter-muter dan
terkadang putus-putus suaranya serasa belum mantab. Begitu pula temanteman, mereka juga sama seperti saya. Dengan merekam diri sendiri dan juga merekam teman-teman saat awal-awal presentasi dulu pada tahun 2011, membuat saya menjadi tahu bagaimana gaya berbicara di depan kelas saat awal-awal kuliah di STAIN Pekalongan. Saya mulai belajar merangkai kata-kata agar kalimat-kalimat yang saya sampaikan saat diskusi dan presentasi makalah bisa terarah, teratur, sistematis, berargumen dan ilmiah. Presentasi membuat mahasiswa belajar berbicara dihadapan umum. Hal ini sangat membantu para mahasiswa ketika terjun di masyarakat sebelum nantinya berkiprah di masyarakat bahkan menjadi tokoh masyarakat.
126
6.
Pengalaman Mata Kuliah a.
Mata Kuliah Ilmu Filsafat (Kesesuaian teori Thales dengan ayat Al quran) Thales (624-546 SM) merupakan pemikir terkemuka Yunani Kuno
yang diakui sebagai Bapak Filsafat, karena dialah filosof pertama di Yunani. Ia mengatakan hakikat alam adalah air karena air unsur penting bagi makhluk hidup. Bahwa semua gajala alam berasal dari air, dunia dikelilingi oleh air pada akhirnya berasal dari air.22 Konteks ini sangat tepat dalam menempatkan kebenaran ilmiah yang rahasianya telah ditemukan para cendekiawan, sebab kebanyakan praktek kimiawi itu membutuhkan air. Ternyata hal ini seperti ayat Al quran yang pernah saya baca ketika saya dipesantren yaitu Qs. al Anbiyaa’[17]: 30
………… “…… dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs. al Anbiyaa’: 30) Air adalah unsur pokok bagi kelestarian hidup untuk semua benda hidup dan tumbuh-tumbuhan. Air memiliki keistimewaan-keistimewaan lain yang menunjukan Pencipta alam telah memantapkan dengan sesuatu yang bisa membuktikan adanya Dzat yang mengatur makhluk-Nya. Maka alangkah hebatnya ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al Qur’an yang menjelaskan rahasia hidup dengan kata-kata yang Agung. 22
24
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 23-
127
b. Mata
Kuliah
Ilmu
Alamiah
Dasar
(Kesesuaian
Teori
Terbentuknya Alam Semesta dengan ayat Al quran) Alam semesta atau alam jagad raya ini adalah ruangan yang maha besar, yang di dalamnya terdapat kehidupan biotik dan abiotik serta terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkap manusia maupun tidak. Ada beberapa teori-teori tentang terbentuknya alam semesta, yaitu: 1) Teori Big Bang atau Ledakan Teori Big Bang dikemukakan oleh seorang astronomi Amerika yang bernama Edwin Hubble tahun 1929 yang berpendapat bahwa suatu massa yang sangat besar di jagad raya dan mempunyai berat jenis yang sangat besar meledak dengan hebatnya akibat adanya reaksi inti. Massa yang meledak itu kemudian berserakan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat ledakan atau inti ledakan. Setelah berjuta-juta tahun, massa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang relatif kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang disebut galaksi. 23 Teori ini sesuai dengan apa yang ditunjukan al Qur’an dalam firman Allah Swt Qs. al Anbiyaa’ [17] : 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah 23
Ahmad Ta’rifin, Ilmu Alamiah Dasar, (Pekalongan: STAIN Press, 2010), hlm.56-57.
128
suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs. al Anbiyaa’ [17] : 30). Ini adalah mukjizat al Qur’an yang dikemukakan oleh ilmu pengetahuan, bahwa alam adalah suatu kesatuan benda yang berasal dari gas kemudian memisah menjadi kabut-kabut. Dan matahari, bumi, galaksi, bintang-bintang terjadi akibat dari pecahan bagian itu. 2) Asal Kejadian Cosmos Seorang ahli astronomi, Jean mengamukakan bahwa alam semesta ini pada mulanya gas yang berserakan secara teratur di angkasa luas, sedangkan kabut-kabut atau kumpulan cosmos-cosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat.24 Teori ini sesuai dengan apa yang ditunjukan al Qur’an dalam firman Allah Swt Qs. Fushshilat [41] : 11.
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.(Qs. Fushshilat [41] : 11).
24
Ibnu Mas’ud dan Joko Paryono, Ilmu Alamiah Dasar (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm.75.
129
Ternyata, usaha saya menghafalkan Al quran selama ini dan juga usaha memahami artinya, mambuat saya semakin mengetahui dan mendalami pengetahuan lain di kampus. Saya juga merasa adanya kesesuaian antara teori para ilmuwan dengan teori-teori yang terdapat dalam Al quran, Subhanallah. Maha Suci Allah yang mengetahui segala sesuatu, ilmu yang terdapat dalam Al quran sudah lebih dahulu ada jauh sebelum para ilmuwan menemukan teori-teori tersebut melalui resarch. Sedangkan para ilmuwan tersebut bukanlah dari golongan orang-orang mukmin. Sehingga mau tidak mau mereka juga harus mengakui kebanaran Al quran sebagai mukjizat dari Allah SWT dan semakin terbuktilah kebenaran Al quran. Semoga saya menjadi semakin bersyukur dengan ilmu yang saya dapatkan, Amin. 7.
Membentuk Organisasi Kelas CIC
Gambar 3.19 Mahasiswa Kelas C Angkatan 2011
130
Saya mulai menjadi mahasiswa sejak tahun 2011, saya beradaptasi dengan lingkungan baru, lingkungan kampus STAIN Pekalongan. Saya beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun non-fisik seperti bangunan kampus, budaya mahasiswa, pakaian, makanan, pergaulan dan sebagainya. Saya masuk kelas C, di kelas ini saya menemukan sahabat-sahabat baru, baik laki-laki maupun perempuan. Pada awal perkuliahan di bentuklah ketua kelas. Saat itu, Agus menjadi ketua kelas C. Setelah Agus menjadi ketua, ia mulai membentuk kepengurusan kelas. Saat pulang kuliah, beberapa orang mahasiswa dikumpulkan kemudian dibentuklah pengurus harian kelas C. Beberapa hari setelah pembentukan kepengurusan kelas, saya dan Anamil Choir membuat grup di facebook. Saya membuat grup CIC (Class Independent Community).25 Masih sebatas nama grup facebook yang kami khususkan bagi mahasiswa kelas C angkatan 2011. Organisasi CIC resmi didirikan pada tahun 2011 saat kami semester satu. CIC bergerak di bidang keagamaan, seperti khotmil Quran, ziyaroh makam para waliullah, refreshing dan kunjungan-kunjungan door to door para anggoota CIC. Untuk menunjang kelancaran kegiatan, kami mengadakan kas, dimana kas diperoleh melalui iuran saat dilaksanakan acara khotmil Quran.
25
Konfirmasi dengan Anamil Choir (teman kelas C), pada tanggal 8 Juni 2016
131
Gambar 3.20 Class Independent Community
Sekitar seminggu kemudian, Agus mengajak teman-teman untuk mangadakan kegiatan khotmil Quran dan meminta saya untuk memimpin kegiatan tersebut. Saya sempat ragu apakah kegiatan tersebut bisa berjalan atau tidak karena khotmil quran bukan acara main-main, pesertanya harus mahir membaca Al quran. Namun ternyata Agus merasa mantab dan tetap ingin mengadakan kegiatan khotmil quran akhirnya banyak teman yang setuju, singkat cerita kegiatan CIC diisi dengan acara bulanan yaitu khotmil Quran. Saya diangkat menjadi Mentri Agama di organisasi CIC dan menjadi imam pembacaan khotmil quran. Saya terpilih menjadi imam pembacaan khotmil Quran setelah beberapa teman saya mengetahui kalau ternyata di samping saya kuliah, saya juga mondok menghafalkan Al quran. Mungkin itulah alasan yang paling mendasar pada kedaan saat itu. Pelaksanaan pertama acara khotmil quran diadakan di rumah saudara Imam Mashuri yang beralamat di kabupaten Batang. Disana kami sangat
132
senang, karena ini merupakan acara perdana bagi keluarga CIC. Jamuan acara khotmil Quran juga terbilang luar biasa, seperti ayam, daging, sayur sop, sambal, tahu, tempe, lalapan, buah-buahan, teh panas, es buah dan beberapa makanan cemilan lainnya. Acara ini menjadi lebih terlihat istimewa untuk ukuran mahasiswa baru seperti kami. Jamuan acara di rumah Imam Mashuri ternyata menjadi pengaruh pada acara-acara selanjutnya. Teman-teman ikutikutan menjamu para mahasiswa dalam acara ini dengan menu yang hampir mirip dengan menu makanan acara khotmil Quran di rumah Imam Mashuri. 26 Alhamdulillah, acara khotmil quran keluarga CIC masih dapat berjalan sampai sekarang. Padahal sekarang sudah semester 8,berarti acara ini sudah berjalan kurang lebih selama 4 tahun.Kegiatan CIC meliputi khotmil quran, ziarah, wisata, silaturahim ke anggota CIC dan lain-lain. Semoga acara ini dapat berjalan sampai kapan pun dan dapat mempererat keluarga CIC. Salam sayang rasa damai untuk CIC.27
Gambar 3.21 Acara Kotmil Qur’an Kelas C
26
Konfirmasi dengan Imam Mashuri (Teman Kelas C), pada tanggal 13 Juni 2016 Konfirmasi dengan Mirza Fajrian, Afifatul Aulia, dan Nurul Inayatissaniyah (Teman Kelas C), pada tanggal 8 Juni 2016 27
133
8.
Ziarah bersama CIC Ziarah merupakan salah satu kegiatan CIC. Kegiatan ziarah yang
pertama kali kami lakukan adalah ke makam Auliaullah (keksih Allah), gurunya para kyai Pekalongan dan sekitarnya yaitu makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas yang dimakamkan di pemakaman Sapuro kota Pekalongan. Beliau adalah ualama’ besar yang termasuk babad Islam di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas dilahirkan di kota Hajeriem, Hadramaut, pada tahun 1255 H. Pada masa kecilnya, beliau mendapat didikan langsung dari ayah beliau Al-Habib Abdullah bin Thalib Alatas. Setelah dirasakan cukup menimba ilmu dari ayahnya, beliau kemudian meneruskan menuntut ilmu kepada para ulama besar yang ada di Hadramaut. Diantara para guru beliau adalah : Al-Habib Hasan bin Ali Alkaff Al-Habib Al-Qutub Sholeh bin Abdullah Alatas Al-Habib Al-Qutub Abubakar bin Abdullah Alatas Al-Habib Al-Qutub Thahir bin Umar Alhaddad Al-Habib Al-Qutub Idrus bin Umar Alhabsyi Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Sholeh Al-Bahar Al-Habib Muhammad bin Ibrahim Balfagih Setelah ditempa oleh para ulama besar bahkan para Qutub yang ada di Hadramaut saat itu, keinginan beliau untuk menuntut ilmu seakan tak pernah luntur dan pupus. Hasrat beliau untuk menambah ilmu sedemikian hebat,
134
sehingga untuk itu beliau kemudian melakukan perjalanan ke kota Makkah. Beliau banyak menjumpai ulama-ulama besar yang tinggal di kota Makkah saat itu. Kesempatan baik ini tak beliau sia-siakan. Beliau berguru kepada mereka. Diantara ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau disana adalah: As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Makkah) Al-Habib Abdullah bin Muhammad Alhabsyi Asy-Syaikh Muhammad bin Said Babsail Al-Habib Salim bin Ahmad Alatas Beliau Al-Habib Ahmad dengan giat dan tekun mengambil ilmu dari mereka. Sehingga tak terasa sudah 12 tahun beliau jalani untuk menimba ilmu disana. Beliau terus mengembangkan keilmuannya, sehingga kapasitas beliau sebagai seorang ulama diakui oleh para ulama kota Makkah saat itu. Beliau kemudian dianjurkan oleh guru beliau, As-Sayyid Al-Allamah Ahmad bin Zaini Dahlan, untuk memulai terjun ke masyarakat, mengajarkan ilmu dan berdakwah. Mula-mula beliau berdakwah di pinggiran kota Makkah. Beliau tinggal disana selama 7 tahun. Dalam kurun waktu itu, kegiatan dakwah selalu aktif beliau lakukan disana. Kemudian beliau berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan dakwah beliau ke Indonesia. Sekitar tahun 1295-1300 H. Setibanya Habib Ahmad di Indonesia, beliau memilih tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah karena beliau melihat kondisi keagamaan yang masih sangat minim di sana. Pertama menginjakkan kakinya di Pekalongan, Habib Ahmad melaksanakan tugas sebagai imam Masjid Wakaf di kampung
135
Arab (sekarang Jl. Surabaya). Dari Masjid Wakaf inilah Habib Ahmad memulai dakwahnya. Dari pengajian kitab-kitab fiqih, pembacaan maulid daiba’i, barzanji, pembacaan wirid, dzikir dan lain-lain. Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alathas juga dikenal sebagai ulama hafidz (penghafal alQur’an). Waktu beliau selalu terisi dengan dakwah, ibadah, dzikir kepada Allah dan rajin membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain itu, ilmu beliau selalu tampak bercahaya, terpancar melalui akhlak beliau yang mulia. Beliau selalu berperilaku baik, penyayang dan lemah lembut terhadap sesama. Akan tetapi itupun tidak meniadakan sikap beliau yang selalu ber-nahi mungkar. Jika beliau melihat seseorang yang melakukan suatu kemungkaran, beliau tidak segan-segan untuk menegurnya. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut beliau, selalu beliau ucapkan dengan shidq. Beliau tidak perduli terhadap siapapun jika ada hak-hak Allah yang dilanggar di hadapan beliau. Sehingga berkat beliau, ‘Izzul Islam wal Muslimin tampak terang benderang, menyinari kota Pekalongan. Di samping itu, dari sebagian jasa-jasa baik beliau, beliau membangun beberapa masjid dan madrasah salafiyah, yang berjalan pada thariqah para salaf beliau yang shaleh. Rumah beliau selalu penuh dengan tamu dan beliau sambut dengan ramah tamah. Inilah akhlak beliau yang mensuri-tauladani akhlak dan perilaku datuk-datuk beliau. Sampai akhirnya beliau dipangil Yang Maha Kuasa. Beliau wafat pada tanggal 24 Rajab 1347 H dan dimakamkan di Sapuro kota Pekalongan. Masyarakat berbondong-bondong mengiringi kepergian beliau menghadap
136
Allah SWT. Selang setahun kepergian beliau, untuk menghidupkan kembali kesuri-tauladan dan mengenang jasa-jasa baik beliau, setiap tahun di kota tersebut diadakan Haul beliau. Haul tersebut banyak dihadiri oleh berbagai kalangan umat Islam. Mereka berduyun-duyun dari berbagai kota di penjuru Tanah Air, bahkan dari Manca Negara. 28 Inilah sejarah singkat mengenai biografi beliau. Sesampainya kami di depan makam, kami berbaris. Sebelum memasuki pintu makam, seorang teman menyuruh saya memimpin salam do’a yang biasa di baca ketika berziarah ke makam-makam. “Asep, kamu saja yang memimpin do’a salamun, lengkap dengan yasin dan tahlil. Nanti gantian saya yang memimpin pembacaan Rotibul Athos” kata Agus, ketua CIC pertama. Saya segera mempersiapkan diri, membaca do’a salamun yang tertempel di dinding makam dengan suara keras kemudian teman-teman menirukan dengan penuh hikmat. Bacaan salam tersebut sebagai berikut:
28
https://ahlussunahwaljamaah.wordpress.com/manakib/al-habib-ahmad-bin-abdullah-binthalib-alatas/. Diakses pada hari sabtu, 27 Juni 2015 Pukul 11.53 WIB
137
Gambar 3.22 Bacaan Salam dan Do’a untuk Waliyullah
Setelah itu, kami duduk dan membaca surat Yasin-Tahlil dan tak lupa kami juga membaca kitab Rotibul ‘Athos karya Sohibul Maqom. Biasanya kami CIC mengadakan rutinan ziarah ke makam sapuro ini setiap hari jum’at dengan maksud untuk mendo’akan arwah para habaib dan ulama’ yang ada di makam sapuro tersebut, terutama mendo’akan beliau sang pejuang dan pensyi’ar agama Islam sebagai babad Islam di kota Pekalongan yaitu AlHabib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas. Semoga Allah senantiasa merahmati baliau, keluarganya serta keturunannya hingga akhir zaman. Amin ya Robbal ‘alamin.
138
9.
Waktu Belajar Pelajaran Kuliah di Pondok Sejak saya kuliah, saya menjadi lebih sibuk dibanding sebelum saya
kuliah, sehingga mendorong saya untuk lebih menghargai waktu. Saya membiasakan belajar materi-materi perkuliahan setiap malam. Saya belajar mulai pukul 21.00-23.00 WIB. Saya selalu mempelajari kembali meterimateri perkuliahan yang sudah disampaikan para dosen dan juga mempelajari materi-materi yang akan disampaikan oleh dosen dengan berpedoman pada silabus yang telah diberikan oleh para dosen ketika awal masuk perkuliahan. Jadwal saya belajar pada pukul 21.00-23.00 WIB ini merupakan jadwal pengganti dari jadwal sebalum saya kuliah. Dahulu sebelum saya kuliah, pada pukul 21.00-23.00 biasanya gunakan untuk tadarus Al quraan. Namun semenjak saya kuliah, saya menggunakan waktu tersebut untuk belajar pelajaran kuliah. Saat saya belajar materi kuliah, saya sering khawatir karena belum membuat ziyadah, sehingga sebelum belajar pelajaran kuliah atau setelah belajar pelajaran kuliah, saya tadarus dahulu membuat setoran ziyadah agar besok pagi saya juga bisa setoran ziyadah dengan lancar. Saya mawajibkan diri untuk selalu belajar, entah mengapa saat saya di pesantren sama sekali berbeda dengan saat saya berada di rumah, ketika di rumah saya merasa malas belajar, namun ketika di pesantren saya merasa selalu semangat untuk belajar, mungkin ini salah satu berkah pesantren. Bagi pelajar, selalu menambah ilmu setiap hari itu sangatlah penting. Saya teringat bahwa saya dahulu sekitar tahun 2005, saya pernah mengaji kitab Ta’limul Muta’alim. Abah Mukhlis Chasani saat itu yang
139
mengajar kitab Ta’limul Muta’alim, sebuah kitab klasik karya ulama besar bernama Syekh Az-Zarnuji. Saat beliau sampai pada syi’ir ini beliau melagukannya dengan bahr Thowil dan bersuara keras
وفضل وعنوان لكل محامد# تعلم فان العلم زين الءهله . من العلم واصبح في بحورالفواءد# وكن مستفيد كل يوم زيادة Artinya “Belajarlah, karena sesungguhnya ilmu merupakan hiasan bagi pemiliknya, juga merupakan keutamaan dan bermacam-macam hal bagi sesuatu yang terpuji, dan jadilah engkau sebagai seorang yang berfaidah dengan menambah ilmu, maka suatu saat nanti engkau akan menjadi lautan ilmu yang penuh manfaat. 29 Saya juga pernah menemukan syiir ini dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al Ghozli yang saat itu di ajarkan oleh mbah KH. Ilyas (salah satu pendiri Madrasah Aliyah Salafiyah Simbang kulon Buaran Pekalongan). Sangking senangnya saya dengan syair ini, saya juga menulis di pintu lemari baju saya dengan spidol snowman marker permanen untuk mengingatkan saya akan pentingnya menambah ilmu setiap hari bahkan setiap waktu. Saya juga sering membacanya Ta’alam fainal ilma zainun li ahlihi wa fadlun wa’unwanun likullil ahamidi. Wakun mustafidun kulla yaumin ziadatan minal ‘ilmi fasbah fi buhuril fawaidi. 10. Cara Tadarus Al quran Belajar dan Menghadapi UTS-UAS Pada akhir semester satu ini, saya mengikuti UAS di STAIN Pekalongan dan juga mengaji hafalan Al quran seperti biasa. Ini adalah UAS 29
Syeikh Az Zarnuji, Kitab Ta’limul Muta’alim, (Semarang : Toha Putra), hlm.6-7.
140
pertama kali saya di kampus. Pagi hari ba’da subuh harus hafalan satu halaman untuk ziyadah di pondok pesantren, jam 07.30 harus sudah sampai di kampus untuk mengikuti UAS di kampus, malam hari hafalan murojaah 5 halaman. Saat itu saya sangat semangat belajar mamperjuangkan hafalan Al quran dan juga memperjuangkan nilai UAS. Pengalaman pertama mengikuti UAS di kampus STAIN Pekalongan. Pelaksanaan UAS dilaksanakan serentak, namun dalam jangka waktu yang lama yaitu berkisar satu bulan bahkan terkadang lebih beberapa hari. Dulu, dalam satu kelas hanya diisi sekitar 20 Mahasiswa peserta UAS. Adapun nama-nama mahasiswa tertulis di kertas yang dibawa oleh dua orang pengawas ujian. Saat itu, para mahasiswa masih bebas memilih tempat duduk, yang penting ada nama kami tertera pada kertas daftar peserta ujian dalam ruang tersebut. Kami duduk secara acak, karena saat itu tempat duduk belum disesuaikan dengan NIM. Sehingga sering kali para mahasiswa memilih teman yang akrab untuk duduk disebelahnya atau memlih teman yang pintar dan duduk disebelahnya, dengan harapan dapat memperoleh syafaat jawaban dari sahabat dekatnya tersebut. Namun, sejak semester 4, tempat duduk tidak lagi acak. Para mahasiswa harus duduk teratur sesuai daftar mahasiswa dan juga sesuai urutan NIM. Peraturan ujian pun semakin diperketat sehingga mau tidak mau mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri dengan benyak belajar agar dapat mengerjakan UAS dengan baik, benar dan tepat. Sering kali saya meniru cara belajar ibu saya dahulu yaitu jauh hari sebelum UAS, saya meringkas materi pelajaran dengan menulisnya di kertas
141
folio, tulisanya pun kecil-kecil dan singkat-singkat. Hampir kemanapun saya pergi, kertas itu selalu saya bawa. Saya juga mengikuti cara Mbak Tuti belajar yaitu dengan mempelajari meteri bukan dari halaman depan, namun dari belakang bab yang paling belakang yang belum lama diajarkan,karena biasanya materi pelajaran yag dibelakang justru yang sering keluar di soalsoal seperti UAS. Saya juga sering membawa Al quran ke kempus dan membaca (menghafalnya) ketika suasana terasa nyaman untuk menghafal di kampus, sehingga ketika saya pulang ke pondok saya sudah hafal beberapa ayat atau beberapa lembar. Selama UAS, saya juga menambah asupan gizi, sengaja saya makan makanan yang lebih bergizi dari biasanya agar otak ini memperoleh asupan gizi yang lebih. Saya sering tidur larut malam lebih dari biasanya untuk belajar mata kuliah yang besok akan di ujikan dan sebelum tidur saya juga sering kali menyempatkan diri untuk tadarus, hingga mengantuk berat. Jika sudah mengantuk berat barulah saya tidur, saat-saat seperti itu tidur seperti sangat nikmat, mungkin karena lelah. Setelah UAS pada semester satu ini, saya sakit demam beberapa hari, mungkin karena beratnya beban pikiran saat itu, namun alhamdulillah nilai UAS saya tidak mengecewakan. Saya belajar siang malam, waktupun saya gunakan semaksimal mungkin untuk belajar, disisi lain saya juga harus sering tadarus mempersiapkan hafalan setoran ziyadah dan murojaah di pesantren pada abah kyai Khozin. Alhamdulillah, saya sedikit demi sedikit bisa menyesuaikan dengan kondisi di dua lembaga pendidikan tersebut.
142
SEMESTER II (Februari-Juni 2012) 11. Pelajaran Ilmu Mantiq Saya ingat, dulu ketika mata kuliah ilmu mantiq. Salah seorang dosen memerintahkan untuk mempunyai buku pelajaran mantiq, boleh beli bukunya boleh juga foto copy bukunya. Yang penting ada buku bacaan sebagai penunjang belajar mahasiswa. Saat itu, saya hanya mampu memfotocopy buku ilmu mantiq, karena untuk membeli bukunya saya tidak bisa karena kebetulan sedang tidak punya uang. Teman-teman saya juga sebagian tidak punya buku, hanya memfotocopy. Buku itu adalah karya Prof. Dr. H. Baihaqi berjudul ilmu mantiq teknik dasar berpikir logik. Pada kata pengantar, dijelaskan bahwa buku ini beliau susun setelah mendapat tugas untuk mengajar ilmu mantik oleh Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati. Disamping beliau disuruh mengajar, baliau juga disuruh untuk menyusunnya. Saat beliau menyusunnya, beliau sempat ragu apakah beliau bisa mengerjakannya karena lebih dari 40 tahun lalu beliau tinggalkan saat dulu pernah mengajar di Kutaraja. Kebutuhan akan ilmu mantiq: Akal adalah anugerah yang hanya diberikan oleh Allah kepada manusia. Dengan akal, manusia dapat memahami sesuatu yang belum diketahuinya, atau memahami lebih mendalam lagi sesuatu yang sudah diketahuinya baik tentang dirinya maupun tentang hakikat alam dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, meskipun dengan akal hasil pemikiran manusia tidaklah selalu banar. Hasil pemikirannya terkadang salah, meskipun
143
ia telah bersungguh-sungguh berupaya mencari kebanaran. Kesalahan itu bisa saja terjadi tanpa disengaja. Jika hal itu terjadi, maka ia telah mendapat pengetahuan yang salah meskipun ia telah yakin akan kebenarannya. Oleh kerena itu, supaya manusia terhindar dari kekeliruan berfikir dan terhindar dari kesimpulan yang salah, disusunlah kaidah-kaidah berfikir atau kaidah berfikir ilmiah. Kaidah-kaidah tersebut dapat dipakainya dalam kegiatan berfikirnya sehingga diharapkan akan mencapai kesimpulan yang benar. Kaidah-kaidah tersebut telah tersusun dalam ilmu mantiq. Imam al Ghazali mengatakan bahwa orang yang tidak mengerti ilmu mantiq, pendapatnya atau kesimpulan yang ditemukannya tidak bisa dipercaya. Ilmu
mantiq
adalah
ilmu
tentang
kaidah-kaidah
yang
dapat
membimbing menusia ke arah berfikir secara benar yang menghsilkan kesimpulan yang benar, sehingga terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah. Kaidah-kaidah tersebut tidak saja membimbing manusia ke arah bagaimana ia berfikir melainkan juga mengajarnya tentang cara berpikir supaya dangan segera bisa sampai pada kesimpulan yang benar.30 Pendapat lain mengatakan bahwa Ilmu adalah satu lafadz yang mempunyai pengertian ganda. Pertama; ilmu berarti apa yang diketahui yakni dipercayai dengan pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari argumentasi yang disebut dalil. Kedua; ilmu juga berarti gambaran yang ada
30
Baihaqi, Ilmu Mantiq (Darul Ulum Press), hlm.1
144
pada akal tentang sesuatu. Sehingga apabila lafadz tesebut di katakan atau di dengar, dengan sendirinya akan muncul gambaran pada akal. Sedangkan mantiq adalah dalil yang dipelajari untuk mengetahui sesuatu tersebut sesuai dengan kenyataan atau tidak. Karena mantiq sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq, maka ilmu mantiq dikatakan sebagai ilmu segala yang benar atau seringa dikatakan sebagai Bapak dari ilmu.31 Qodiyah adalah kalimat atau kabar berita, sehingga dapat dikatakan bahwa qodiyah adalah kalimat atau rangkaian kata-kata yang mengandung suatu pengertian. qodiyah selalu mengandung kemungkinan benar dan salah. Dikatakan benar apabila sesuai kenyataan, dan sebaliknya. Ditinjau dari aspek siapa yang mengatakan (subjektifitas), ada qodiyah yang pasti benar. qodiyah yang pasti benar adalah qodiyah tentang firman Allah Swt yang tertulis dalam Al quran. Walaupun mungkin ada ayat-ayat belum bisa dibuktikan kebenarannya saat itu, tetapi qodiyah ini mutlak benar karena yang mengatakan adalah Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Ada pula qodiyah yang mungkin salah atau tidak bisa dibenarkan isinya karena subjek yang mengatakan qodiyah adalah seorang pendusta yang memang berniat berdusta. Qodiyah dibagi 2, yaitu Pertama; qodiyah hamliyah adalah kalimat berita. Contoh guru datang, murid-murid duduk, dan sebagainya. Kedua; adalah qodiyah syartiyah, yaitu qodiyah atau kalimat yang disusun dengan menggunakan adat syarat. Sehingga membutuhkan jawab atau akibat. Dalam
31
Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantiq) (Jakarta: Kancana, 2010), hlm.1
145
bahasa arab, Jika ada kalimat syarat maka harus ada kalimat jawab (sebabakibat) Contoh jika, kalau, betapapun, bagaimanapun. Contoh kalimat jika daging direbus, daging menjadi lunak. Pelajaran mantiq bagiku agak sulit, apalagi terkadang bahasa yang digunakan oleh pengarang (penerjemah buku) seperti berputar-putar karena mereka juga seperti menerjemahkan isi kitab mantiq yang berbahasa arab. Untuk memehami pelajaran ini, saya harus fokus dan terkadang saya memadukan materi tersebut dengan ilmu nahwu (ilmu bahasa) yang pernah saya pelajari di pondok pesantren. Karena bagaimanapun pelajaran mantiq ini adalah pelajaran dari bahasa Arab walaupun pada sejarahnya ilmu mantiq (ilmu logika) sudah ada sejak zaman Yunani pada abad ke-5 SM.32 Tak hanya saya yang merasa agak kesulitan, teman-teman juga. Saya tahu teman-teman merasa sulit memahami bahasa buku mantik karena dulu kami sering belajar bersama di teras gedung E STAIN Pekalongan. Namun, penjelasan dosen kami sangat mudah kami pahami. Hingga terkadang kami marasa heran, ternyata mata pelajaran Mantiq tidak terlalu sulit. 12. Pelajaran-pelajaran Agama di STAIN Pekalongan Di kampus banyak sekali mata kuliah agama diantaranya Ulumul Hadist, Ulumul Qur’an, Ilmu Mantiq, Bahasa Arab, Ilmu Tasawuf, dan lainlain. Dalam mengikuti mata kuliah agama di kampus, saya merasa mudah. Dan seakan ketika saya belajar sedikit saja, saya jadi tahu apa yang dimaksud
32
Ibid.,hlm.3.
146
dengan ayat-ayat atau hadist tersebut. Padahal banyak teman-teman mahasiswa yang kebingungan dengan maksud pelajaran agama tersebut. Saya lebih suka membaca teks bahasa arab daripada membaca artinya. Saya merasa lebih mudah membaca teks bahasa arab dan bagi saya itu lebih mudah saya pahami artinya daripada saya membaca artinya, karena teks terjemah juga terkadang sulit dipahami dalam ungkapan pemiihan kata dalam kalimatnya. Labih baik saya menerjemahkan sendiri sekalian saya belajar menterjemahkan. Namun hal ini tidak saya pahmi dan tidak merasa, hingga suatu saat saya menjadi sadar setelah teman saya bilang pada saya. Teman saya, Asyef bilang ke Nurul yang ketika itu sedang bertanya pada saya tentang maksud suatu hadist. Kemudian Asyef bilang: “kalo bertanya pada Asep dia malah labih mudah membaca arabnya dan bisa langsung paham daripada membaca artinya. Karena saya sering mengamati asep itu seperti itu dari dulu.” 33 Wah, saya menjadi tehentak dan ternyata Asyef benar. Saya menjadi sadar, bahwa saya sering kali merasa lebih mudah menerjemahkan sendiri dan ketika membaca tulisan arab saya merasa paham dengan apa yang dimaksud dengan tulisan tersebut sehingga saya bisa mengartikannya tanpa kamus. Namun bukan berarti saya sudah bisa, hanya saja mungkin lumayan bila dibanding teman-teman yang belum pernah nyantri dipondok pesantren. Karena saya sudah mendapatkan pendidikan bahasa Arab di pesantren. Sejak saat itu, teman-teman banyak yang meminta bantuan kepada saya ketika pelajaran agama. Terkadang sampai saya sendiri belum mengerjakan 33
2016
Konfirmasi percakapan dengan Asyef Nurdiyanto (Teman Kelas C), pada tanggal 8 Juni
147
tugas, hingga ketika saya mengatakan “nanti dulu ya, punya saya saja belum saya kerjakan dan saya mau mengerjakan tugas saya dulu”, beberapa teman menjadi marah kerena saya tidak mengajari mereka. Terkadang teman-teman menganggap saya bisa dan ahli dalam pelajaran-pelajaran agama, padahal terkadang saya juga tidak paham, tidak mengerti dan bahkan kesulitan dalam mengerjakan tugas, hingga ketika saya mengatakan pada teman yang minta diajari mata kuliah agama saya menolak karena tidak paham, mereka juga marah. Dikiranya saya pura-pura tidak tahu dan tidak mau mengajari mereka, padahal saya benar-benar belum paham. Terkadang memang sulit bila sudah dikenal sebagai santri, seakan saya dipandang ahli dalam hal agama, tapi bukan berarti saya tahu segalanya tentang palajaran agama. Karena itu saya mendalami ilmu agama di kampus yang tercinta ini yaitu STAIN Pekalongan. 13. Kesibukan Mondok dan Kuliah Sejak saya mondok disertai kuliah, saya menjadi sangat sibuk. Di kampus, banyak tugas. Di pesantren banyak hafalan yang semuanya harus dijalankan dan diselesaikan. Semakin banyak kegiatan di kampus, maka saya semakin lelah saat kembali ke pesantren. Saya sering pulang sore karena untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ketika saya pulang ke pondok saya sudah kelelahan, setelahn terasa lemas yang akhirnya tidur lebih awal, bahkan terkadang saya sering ketiduran sehingga tidak bisa ikut mengaji. Cara menuntut ilmu di kampus dengan di pesantren sangat berbeda. Kalau ilmu di pesantren didapat lebih menjurus kepada hafalan, sedangkan
148
pelajaran-pelajaran kampus lebih menjurus kepada penalaran atau rasional. Sehingga cara untuk mendapatkan ilmunya pun berbeda. Kalau di pesantren, semakin menyepi, menyendiri, dan mengurangi pergaulan dengan dunia luar pesantren, maka seorang santri akan semakin fokus dan menjadi lebih mudah mendapatkan ilmu. Sedangkan di kampus, semakin mahasiswa mengurung diri dan menghindari pergaulan dunia luar, alias tidak up date, maka ia akan semakin ketinggalan informasi-informasi dan wawasannya tidak luas. Padahal mahasiswa seharusnya berwawasan luas sehingga menjadi mahasiswa yang semakin berkualitas. Masalah makanan juga sepertinya berbeda. Kalau di pesantren, semakin ia menginginkan sukses, maka ia harus sering mungkin untuk melakukan riyadhoh dengan memakan makanan yang sedikit, mengurangi makan, banyak berpuasa, tidak boleh makan ikan laut sebagaimana tertulis dalam kitab Tallimul Muta’alim. Sedangkan kalau di dunia luar pesantren seperti dikampus, maka semakin seseorang menginginkan sukses, maka ia semakin memperbanyak mengkonsumsi makanan yang bergizi. Bila di pesantren yang di asah adalah hati, sedangkan bila di dunia kampus yang di asah lebih tertuju kepada akal (rasio). Bila di pesantren santri yang baik adalah santri yang taat kepada sang kyai, namun bila di dunia kampus, mahasiswa disuruh tidak begitu saja mengikuti perintah dosen dan bahkan harus kritis.
149
14. Perjuangan Menghafal Al Quran Sejak saya kuliah, semakin banyak kegiatan saya. suatu hari saya termenung, saya merasa bahwa otakku sepertinya kurang berkompeten dalam hal hafalan. Saya dapat merasakannya dari dulu saat saya masih berada di pesantren Asma Chusna, saya sulit sekali dalam hal menghafal nadhom, bahkan sering ngelantur muter-muter seperti ngarang sendiri. Saya sudah berusaha untuk rajin menghafal, namun saya sering lupa pada akhir ayat atau pada bagian ayat-ayat tertentu, lagi-lagi salah dalam bagian itu. Bahkan terkadang saya pusing karena kadang terasa sudah hafal tapi begitu maju setoran hafalan dan menghadap Pak kyai terkadang hafalanku menjadi bubar tidak karuan, kadang juga pernah sengaja aku tidakmengaji bukan karena aku malas, tapi karena setoranku belum jadi karena memang hafalan itu bagi saya sungguh sulit. Terkadang saya merasa lelah, letih, karena usahaku menghafal sering gagal. Saya merasa benar-benar tidak mampu, dan memang mungkin cukup sekian, terus apa gunanyasaya dipondok? boyong aja atau gimana? Atau ngalap berkah saja dipondok yang penting ikut ngaji sama kyai, tapi usiaku saat ini sudah dewasa, teman-temanku juga sudah banyak yang bekerja dan sudah berkeluarga, sedangkan aku masih di pondok belum selesai-selesai juga, bagaimana ini ya Allah. Terkadang saya mencari cari motivasi diri, saya merenung, saya bertanya-tanya pada diriku sendiri setelah aku mendapatkan jawabannya saya menjadi termotivasi kembali untuk menghafal dan satu hal yang sering
150
menjadi pilihanku, pilih “melanjutkan hafalan” atau “berhenti saja dan menyudahi semua perjuanganku selama ini”, dan biasanya saya menjadi sadar untuk memilih malanjutkan perjuangan menghafal al Quran daripada harus mundur, apapun resikonya, Insya Allah, I love Quran. 15. Tak Kenal Tetangga dan Wilayah Kecamatan Dulu sebelum saya kuliah, ketika liburan panjang Idul Fitri. Saya pulang ke rumah. Orang tua sering kali bercerita tentang keadaan rumah dan tentang keadaan tetangga. Saya merasa tidak paham dengan nama orangorang di desa walaupun mereka adalah para tokoh masyarakat. Suatu hari Ibu bercerita bahwa Pak Kyai Mansur sakit dan masuk ke rumah sakit. Beliau sudah
beberapa
hari
disana.
Namun
alangkah
terkejutnya
ketika
mendengarkan tanggapan dari cerita ibuku bahwa saya tidak kenal dengan Pak Mansur. Pak Mansur yang mana? Ibu menjelaskan bahwa Pak Mansur itu yang dulu pernah menjadi ketua yayasan madrasah Nurul Huda Sumubkidul. Ibu juga cerita tentang haji ini, haji itu, Pak ini, Pak itu, Bu ini, Bu itu dan lain sebagainya, namun saya merasa tidak menanal mereka. Saya hanya mengiyakan tanpa tahu wajahnya seperti apa. Mungkin inilah akibat saya jarang di rumah karena mondok dari kecil. Bahkan teman-teman sering menanyakan desamu sebelah mananya desa Krasak Ageng? Sebelah mananya desa Bulak Pelem? Sebelah mananya desa Bakungan? Sebelah mananya desa Tengeng? Saya hanya tersenyum, dan menjawab saya tidak tahu desa-desa itu. Saya hanya tahu nama desa, namun tidakk tahu letak desa tersebut secara pasti.
151
Ketika saya menonton TV di rumah, keluarga sering menceritakan nama-nama public figur televisi dan jalan cerita beberapa film, saya sama sekali tidak tertarik. Mungkin bukan karena tidak tertarik tapi karena memang tidak pernah menonton. Kalaupun saya menonton TV saya juga tak peduli nama-nama artisnya, bagaimana kehidupan mereka dan berita-berita yang terkait dengan para astis tersebut di media sosial, sama sekali saya tidak peduli dan tidak penting bagi saya mengenal mereka karena mereka tidak masuk dalam nama-nama tokoh yang saya pelajari di lembaga pendidikan. Dulu sebelum saya kuliah, ketika saya pulang ke rumah, saya lebih suka berada di rumah seakan malu apabila bermain ke tetangga. Walaupun ingin rasanya saya bermain bersilaturahim ke tetangga, namun rasanya saya sangat malu. Ternyata hal ini tidak hanya menimpa pada saya, namun juga pada hampir semua santri di desa saya yang pernah mondok. Ketika mereka pulang, mereka hanya di rumah saja tak berani ke tetangga. Hingga suatu hari ibu saya berinisiatif bagaimana caranya agar saya mau keluar rumah. Ibu jualan kecil-kecilan dan saya disuruh mengantarkan jajan itu ke warungwarung desa dengan tujuan agar saya bersosialisasi dengan masyarakat. Saya juga pernah sengaja jalan-jalan mengendarai motor berkeliling kacamatan dangan minta ditemani seorang sahabat agar saya tahu wilayah kecamatan saya sendiri beserta nama-nama desa serta keadaan masyarakatnya. Hidup di pesantren sejak kecil dan meninggalkan kampung halaman membuat saya tidak mengenal wilayah sendiri.
152
Setelah saya mondok sambil kuliah, sepertinya saya merasa menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan masyarakat seitar. Saya berusaha mengenal nama para tokoh masyarakat, saya mulai tidak malu bersilaturahmi ke tetangga-tetangga, ikut aktif mengadakan perkumpulan remaja membentuk embrio IPNU IPPNU. Saya juga proaktif bersama teman-teman mendirikan ISSIM (Ikatan Santri Simbang) se-kecamatan Sragi. Saya juga sering mengikuti acara tahlilan, manaqiban, pengajian-pengajian yang anggotanya adalah bapak-bapak dan saya peserta termuda. Perubahan-perubahan ini mungkin sebagai akibat pendidikan yang saya tempuh baik di pesantren maupun di pendidikan perguruan tinggi yang merubah pola pikir saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. SEMESTER III (Agustus-Desember 2012) 16. Panitia Kegiatan di UKM LPTQ Sejak saya masuk di UKM LPTQ, saya mulai melibatkan diri untuk aktif di dalam menghidupkan organisasi. Saya membantu teman-teman untuk mensukseskan kegiatan-kegiatan. Saya mau membantu apa saja, yang penting LPTQ bisa sukses dalam menjalankan kagiatan. Namun, usaha saya untuk membantu kegiatan-kegiatan LPTQ tidak boleh membuat saya terlalu sibuk di organisasi, sehingga seringkali saya tidak bisa menginap di kampus bila pondok ada kegiatan mengaji karena bagaimanapun saya tetap mementingkan kegiatan pondok. Suatu ketika saya menjadi pengurus LPTQ dan diminta untuk menjadi panitia pengkaderan dan pelatihan kader dasar. Saya merasa senang dan
153
mambantu sekuat tenaga karena memang saya ingin mengabdikan diri di UKM LPTQ. Saya mengikuti rapat-rapat persiapan, dalam rapat tersebut dibahas kepanitiaan dan tugas-tugas masing-masing panitia, masalah teknis kegiatan, tempat pelaksanaan kegiatan, ijin-ijin penggunaan tempat, proposal dana, undangan-undangan, surat-surat penting, pembuatan sertifikat dan dokumentasi kegiatan. Semua harus jelas dan tepat tersusun rapi sehingga gambaran kegiatan sudah bisa kami
bayangkan sebelum kegiatan
berlangsung. Kami juga membahas kemungkinan-kemungkinan terburuk apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, sehingga perlu juga menyusun rencana A, B dan bahkan C. Dalam rapat satu kegiatan biasanya tidak bisa terselesaikan hanya dengan satu kali rapat karena banyaknya persiapan yang harus di selesaikan apalagi dalam penentuan rapat pun sering kali mendapat halangan karena masing-masing mahasiswa memiliki jam kuliah dan kepentingan yang berbeda-beda. Ada yang mendapat jam kuliah siang, ada yang mendapat jam kuliah pagi, ada yang mendapat jam kuliah sore, sehingga harus benar-benar teliti dalam menentukan jadwal rapat. Berkat kerja keras dan kerjasama dari semua pihak, alhamdulillah kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan semua masalah dapat teratasi dengan baik.
154
Gambar 3.23 Sertifikat Panitia Pengkaderan dan Pelatihan Kader Dasar (PKD)
17. Mengikuti Lomba Da’i Mahasiswa Suatu ketika saya mendapatkan pesan singkat (SMS) dari mantan ketua LPTQ, yaitu Kang Nasrudin yang saat itu menjadi Mentri Agama BEM STAIN Pekalongan.
155
“Mas Asep, jenengan saya ajukan untuk mengikuti lomba da’i mahasiswa ya. Tolong mau ya?” Tanya kang Nas pada saya. “Tolong Kang, jelaskan lagi kenapa saya dipilih untuk ikut dan kenapa harus saya?” jawabku bingung, dan minta dijelaskan lagi. 34 Kemudian beliau menjelaskan bahwa saat itu Kang Nasrudin selaku mentri agama BEM STAIN Pekalongan mengadakan kegiatann lomba da’i mahasiswa. Lomba ini untuk umum, yang penting masih mahasiswa STAIN Pekalongan. Peserta boleh mengikuti lomba atas nama pribadi, boleh juga mewakili UKM. saat itu sudah banyak mahasiswa yang ikut mendaftar, namun perwakilan dari UKM LPTQ belum ada yang mewakili, sehingga saya meminta Mas Asep untuk mewakili LPTQ. Lomba tersebut dilaksanakan pada 11 Agustus 2012 yang bertempat di Mushola Kampus satu STAIN Pekalongan. Dilaksanaakan pada bulan Ramadhan dan disiarkan live di radio Al Jamiyah STAIN Pekalongan. Tema lomba bebas, yang penting berkaitan dengan kegiatan dibulan puasa baik puasanya, terawih, nuzulul quran, lailatul qodr, keutamaan-keutamaan amaliyah dibulan puasa, dan sebagainya. Seperti itu Mas Asep. Jelas Kang Nas. Singkat cerita saya mengiyakan permintaan dari Kang Nasrudin tersebut. Dalam persiapan lomba, saya memilih materi tentang malam lailatul qodar. Meteri-materinya saya browsing di internet, juga membuka buku-buku bacaan tentang lailatul qodar dan sesekali membuka kitab tentang hadist tentang malam lailatul qodar. Saya susun dalam teks kemudaian saya baca hingga hampir hafal terutama dalil-dalilnya.
34
Percakapan dengan M. Nasrudin (Mentri Agama BEM STAIN Pekalongan Tahun 2012), pada Juli 2012
156
Tibalah hari yang saya tunggu-tunggu, saya berangkat ke mushola kampus. Saya masuk dan bersama-sama dengan peserta lomba yang lain berada di mushola. Saat itu jantung saya berdebar-debar tidak karuan. Sesekali saya membuka teks pidato yang sudah saya persiapkan dan tidak lama kemudian nama saya dipanggil oleh panitia. Sebelum saya maju untuk lomba, saya berusaha membetulkan niat dulu bahwa saya mengikuti lomba ini saya niatkan untuk belajar sehingga apapun hasilnya nanti menang ataupun kalah semuanya saya serahkan kepada Allah dan semoga saya bisa mengambil pelajaran dari perlombaan ini. Saya melangkah kehadapan dewan juri, saya memegang microphone dan membuka pembicaraan dengan salam, hamdalah serta sholawat salam kepada Nabi Muhammad saw. Saya menyampaikan materi ceramah dan berusaha sebaik mungkin untuk tampil. Hingga akhirnya sampai pada penghujung ceramah saya mengucapkan terimakasih dan salam penutup. Selesailah sudah penampilan saya saat itu dan jantung saya berangsur-angsur kembali bertetak normal dan jari tangan saya tidak terasa dingin seperti sebelum tampil lomba dihadapan juri dan para audien. Dewan juri mengumumkan hasil lomba, saya tidak mendengar juri menyebut nama saya. Ternyata memang saya tidak juara, ya sudahlah tidak apa-apa. Berarti saya harus banyak belajar lagi agar kemampuan ceramah saya menjadi lebih baik sehingga bisa digunakan untuk mensyiarkan agama Islam.
157
Gambar 3.24 Sertifikat Peserta Lomba Da’i Mahasiswa
18. Mendirikan Organisasi IPNU IPPNU di Desa Sumubkidul Sebagai seseorang yang mungkin dinilai telah lama menimba ilmu agama, saya sering mendapat tuntutan dari teman-teman dan juga dari ibu saya untuk mulai berkiprah di desa dalam bidang keagamaan. Temanku Ika Nur khasanah pernah berkata saat kami berjumpa disebelah timur Auditorium Kampus STAIN Pekalongan, “Mas Yahya, keadaan masyarakat desa kita kurang baik terutama para remajanya. Tolonglah berkiprah dimasyarakat, siapa tahu mas Yahya bisa membantu membenahi masyarakat desa kita.” Saya hanya dapat mengiyakan tanpa dapat memberikan solusi apapun karena
158
memang saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, apalagi saya masih kuliyah di STAIN Pekalongan dan masih tinggal di pondok pesantren. Tuntutan teman-teman dan juga ibu saya, agar saya mulai berkiprah di desa sumubkidu dalam bidang keagamaan semakin saya rasakan hingga akhirnya saya berniat untuk mendirikan organisasi keagamaan di desa Sumubkidul (desa kelahiranku). Saya berharap semoga organisasi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Organisasi tersebut adalah IPNU IPPNU yang sebenarnya dulu sudah pernah ada sekitar 8 tahun yang lalu, namun karena banyak pengurus maupun anggota yang memiliki kesibukan lain dan juga beberapa pengurus yang pindah rumah setelah mereka menikah atau bekerja d luar kota, membuat organisasi IPNU/ IPPNU di desa kami menjadi vakum selama kurang lebih 8 tahun. Dalam usaha mendirikan organisasi keagamaan di desaku, tentunya saya tidak dapat berdiri sendiri. Saya membutuhkan beberapa teman yang berpotensi baik. Saya berusaha menghubungi mereka dan berusaha memberikan ide agar dapat dijalankan secara bersama-sama untuk saling membantu dalam rangka mendirikan suatu ikatan pemuda-pemudi dalam hal keagamaan di desa Sumubkidul. Untuk membentuk suatu organisasi tersebut, diperlukan beberapa orang yang dipandang benar-benar mampu dalam mengemban tugas dan tanggungjawab. Saya memilih teman-teman
mahasiswa yang kuliah di
STAIN Pekalongan dari golongan NU, dengan alsan bahwa kemungkinan besar para mahasiswa lebih berpengalaman daripada teman-teman yang
159
masih duduk dibangku SMP atau SMA. Selain itu, apabila mereka dari golongan NU terlebih apabila mereka merupakan generasi para tokoh NU pada periode-periode terdahulu, kemungkinan besar meraka akan bersedia meneruskan perjuangan orang tua mereka sebagai tokoh dan pejuang NU di desa Sumubkidul setelah menyadari pentingnya organisasi tersebut. Teman-teman yang saya percaya untuk menjadi pengurus inti saat itu diantaranya Imam Amiruddin, Ika Nur Hasanah, Renita, Ayu, Nadiroh, Rohmah (adikku), Nur Hayati. Untuk menyingkat waktu, saya mengundang mereka melalui SMS untuk berkumpul di rumah Ika Nur Khasanah pada malam Rabu tanggal pukul 19.30 WIB. Saya datang lebih awal kemudian disusul sahabatku Imam Aminudin. Kami menunggu kedatangan rekan-rekan yang lain, namun ternyata mereka tidak bisa datang. Memang untuk membentuk suatu organisasi bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Ahirnya hanya kami bertiga dalam rapat tersebut yaitu saya sendiri, Imam Amirudin dan Ika Nur Khasanah. 35 Hasil pertemuan tersebut diantaranya adalah bahwa kami sepakat mendirikan suatu organisasi keagamaan di Desa Sumubkidul, jamiyah tersebut berhaluan ahlisunnah wal jamaah, pesertanya adalah para pemudapemudi Nahdlatul Ulama, pembentukan badan organisasi akan diatur kemudian hari pada pertemuan berikutnya yang insya Allah adakan di rumah saya. Adapun teman-teman yang akan kami undang pada pertemuan berikutnya masih sama seperti teman-teman yang tidak bisa hadir pada 35
Konfirmasi dengan Ika Nur Khasanah (sahabat dalam mendirikan PPPNU/ IPNU-IPPNU), pada tanggal 8 Juni 2016.
160
pertemuan pertama. Teman-teman yang diharapkan kehadirannya pada rapat dirumah saya diantaranya Imam Amiruddin, Ika Nurhasanah, Renita, Ayu, Siti Rokhmatul Fatihah (adikku), Nurhayati (saudara sepupu) dan Nadiroh. Kami mengundang mereka untuk berkumpul pada hari ahad siang pukul 13.30 Alhamdulillah, semua teman yang saya undang hadir, kami berkumpul di mushola sebelah utara rumah saya. Pembahasan inti dari rapat tersebut langsung menuju pada musyawarah untuk mendirikan jam’iyah keagamaan. Kami beri nama jam’iyah tersebut dengan PPPNU/ P3NU (Pergerakan PutraPutri Nahdhatul Ulama). Dalam rapat tersebut saya menyatakan, bahwa nama organisasi ini suatu saat akan di ganti menjadi IPNU IPPNU ranting Desa Sumubkidul. Hanya saja kalau saat itu nama organisasi langsung di beri nama IPNU IPPNU, saya khawatir teman-teman kurang berminat karena kami saat itu belum memahami seluk-baluk IPNU-IPPNU dangan baik dan saat itu memang belum ada organisasi IPNU IPPNU di desa manapun se-kecamatan Sragi. Dengan alasan tersebut, kami sepakat untuk memberi nama pada jam’iyah ini dengan sebutan PPPNU (Pergerakan Pemuda-Pemudi Nahdlatul Ulama) sebagai alternatif dari permasalahan-permasalahan yang ada. 19. Aktif di IPNU IPPNU PAC Sragi Semester tiga, sekitar akhir tahun 2012 belum ada IPNU IPPNU ranting tingkatan terendah (desa) disemua desa di Kacamatan Sragi. Saya mendapat tugas mewakili desa Sumubkidul untuk menghadiri rapat pembentukan badan
161
organisasi IPNU IPPNU di Kecamatan Sragi. Saat itu rapat pertama dihadiri sekitar 100 pemuda-pemudi dari barbagai desa se-Kecamatan Sragi. Dalam forum tersebut terbentuklah struktur kepengurusan IPNU IPPNU PAC Sragi. Muhtasib sebagai ketua PAC IPNU Kec. Sragi dan saya sebagai wakil ketua. Saat itu juga terbentuk badan kepengurusan PAC IPNU-IPPNU Kec. Sragi. Seiring berjalanya waktu, kami berusaha menjalankan roda kepengurusan dengan mengadakan berbagai rapat kegiatan. Mungkin karena masing-masing dari pengurus belum mengetahui seluk beluk IPNU-IPPNU dan juga karena kesibukan masing-masing pengurus, membuat kami kurang dapat bekerja secara optimal. Suatu ketika, ketua PAC IPNU memiliki kesibukan diluar organisasi. Ia sering kali mengatakan ingin digantikan saja oleh pengurus yang lain dan bermaksud keluar dari organisasi PAC IPNU Sragi. Hal tersebut juga baliau sampaikan kepada pengurus yang lain. namun tak satupun dari kami yang setuju dengan pengunduran diri beliau. Beliau tetap menjadi ketua PAC IPNU Sragi walaupun keinginan beliau karena keinginanya untuk mengundurkan dirasa berat bagi para pengurusnya. Namun, kinerjanya sebagai ketua menjadi menurun bahkan hampir tidak peduli sama sekali. Baliau sudah tidak lagi mau menjadi motor penggerak, sehingga saat itu keadaan kepengurusan menjadi semakin sepi dari kegiatan. Semakin lama, eksistensi pengurusan PAC IPNU menjadi terancam. Dalam kondisi seperti ini, kami sebagai pengurus harus bisa mempertahankan eksistensi PAC IPNU IPPNU Sragi. Saya berinisiatif untuk meminta bantuan
162
kepada berbagai kalangan yang baik masyarakat kecamatan Sragi maupun luar Sragi untuk mempertahankan eksistensi PAC IPNU IPPNU Kec. Sragi . Saya menghubungi kyai-kyai seperti KH. Farhan, KH. Badruddin serta para tokoh masyarakat. Di luar sragi, saya menghubungi Kyai Syafiq ketua MWC kabupaten Pekalongan, saya juga meminta bantuan para pengurus PC kabupaten Pekalongan, saya juga meminta bantuan dan dukungan dari ketua PW Jawa Tengah yaitu kang Qomarudin yang kebetulan dulu beliau adalah kakak kelas saya saat sekolah di MAS Simbang Kulon. Saya menjadi lebih sibuk di luar pesantren, hal ini saya lakukan karena saya membela dan berusaha agar PAC IPNU IPPNU Kec. Sragi. Kesibukan ini sedikit banyak memengaruhi pemikiran saya, sehingga saya menjadi kurang fokus hafalan Al quran. Suatu saat nanti, apabila kepengurusan PAC IPNU-IPPNU sudah kembali normal seperti sedia kala, saya akan kembali menekuni hafalan Al quran saya. Semoga apa yang saya lakukan ini bukan termasuk hal-hal yang dianggap melalaikan hafalan Al quran.
163
20. Lomba Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren (POSPEDA) seKota Pekalongan Tahun 2012
Gambar 3.25 Peserta Lomba POSPEDA Tahun 2012
Gambar 3.26 Piala Pospeda 2012
164
Suatu ketika, Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz mendapat undangan dari pemerintah kota Pekalongan untuk ikut serta dalam ajang Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren se-Kota Pekalongan. Perlombaan tersebut diikuti kurang lebih 20 pesantren se-Kota Pekalongan, yang meliputi lomba sprint, sepak takrow, bulu tangkis, catur, tenis meja, sepak bola dan lain-lain. Perlombaan dalam bidang seni meliputi qiro’ah, kaligrafi, marawis, lomba pidato, puisi, pembacaan kitab kuning, dan lain sebagainya. Ketika itu saya beserta teman-teman pengurus lainya segera membentuk tim pelaksana kegiatan tersebut. Kami menentukan siapa saja yang akan kami kirim untuk mengikuti lomba-lomba tersebut. Sepak takrow di ikuti oleh Ali Imron, Fayet, Fikri, Fatawi, Iman,dll. Lomba seni duror diikuti oleh santrisantri yang biasa menabuh duror di Pondok Roudhotul Huffadz, sehingga tidak terlalu sulit untuk latihan. Lari sprint di ikuti oleh Yeyen dan Iman. Dan masih banyak lomba-lomba lain yang kami sesuaikan dengan bakat minat santri-santri Pondok Roudhotul Huffadz. Kang Labib yang ketika itu menjabat sebagai lurah pondok sangat berperan aktif dalam memperlancar jalanya lomba. Dari mulai sowan ke pengasuh untuk menyampaikan surat undangan dari kota pekalongan, mengurus transportasi atlet, pengadaan
snack, dan lain-lain. Saya juga
mempersilahkan sepeda motor saya untuk dibawa untuk mengurusi persiapan lomba tersebut.36
36
Konfirmasi dengan Mughni Labib (lurah Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz tahun 2012), pada tanggal 19 Juni 2016
165
Saya dan teman-teman santri yang tidak ikut lomba manjadi suporter untuk menemani dan mendukung teman-teman yang mengikuti lomba. Saya membelikan air mineral, jajan, batu baterai kamera digital dan juga balsem untuk teman-teman yang mengikuti lomba, kemudian saya ikut bolak–balik mengantar mereka yang mengikuti lomba. Semua itu saya lakukan demi partisipasi selaku pengurus maupun warga pesantren. Alhamdulillah, dalam perlombaan tersebut, teman-teman mendapat juara II pada perlombaan sepak takrow dan marawis mendapat juara II pula, walaupun hanya mendapat juara dua, kami sangat bersyukur karena usaha kami tidak sia-sia. 21. Berhenti Menjadi Pengurus Pondok agar Fokus Kuliah Sejak april tahun 2012-2014, saya berhenti menjadi pengurus pesantren. Saat itu yang menjadi lurah pondok adalah Kang Labib, SE. Beliau seorang santri senior pindahan dari pesantren Tahfidzul Quran Wonosobo ke pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Beliau mondok sambil kuliah di UNIKAL fakultas ekonomi jurusan akutansi, dengan status beliau yang pernah mondok serta kuliah tersebut membuat beliau berpengalaman. Sehingga saya berani mengusulkan agar saya sementara berhenti menjadi pengurus pesantren. Dan Kang Labib bisa memahami hal tersebut. sejak saat itulah saya tidak lagi masuk dalam jajaran kepengurusan pondok pesantren roudhotul huffadz. Pada semester tiga ini, saya banyak menghabiskan waktu di kampus untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Karena semakin banyak dan beratnya beban tugas-tugas kuliah, seperti mata kuliah Hadist Tarbawi I yang menuntut untuk selalu up date dan online karena pengerjaan tugas, makalah, diskusi,
166
tanya jawab makalah juga dengan cara online sedangkan jawaban-jawaban harus dari buku-buku bacaan. Tugas-tugas makalah mata kuliah lain juga semakin dirasa berat karena kebetulan mendapat jadwal presentasi pelajaranpelajaran dengan waktu yang berdekatan. Semua itu menuntut banyak waktu untuk tinggal di perpustakaan kampus sehingga sering pulang sore demi terselesaikannya tugas demi tugas. Keadaan saya yang aktif di UKM LPTQ, IPNU PAC Sragi dan banyaknya tugas mandiri membuat saya jarang berada di pondok. Lagi-lagi keluar untuk pergi ke warnet mengerjakan tugas atau sekedar mencari tambahan referensi pendukung presentasi makalah. Sering kali saya juga mencari meteri-materi yang besok akan diajarkan sesuai urutan silabus. Kesibukan di luar pesantren membuat saya jarang tidur siang. Tenaga saya seakan sudah terkuras dari pagi sampai sore hari. Hal ini mambuat saya mengantuk saat mengaji setoran murojaah malam hari di pondok. Saya hanya kuat bertahan sekitar setengah jam setelah kumpul di majelis untuk mengaji murojaah. Selebihnya saya mulai menguap, dan terasa hilang kesadaran dan terlelap dalam mimpi. Sering kali saya terbangun dari kantuk dan mulai tadarus menghafal murojaah yang akan disetorkan pada abah Kyai, namun tiba-tiba terasa masuk kembali ke alam mimpi dengan cerita mimpi yang berbeda. Kembali ke alam bawah sadar mengantuk sambil kepala angukangguk bahkan hampir roboh dan kemudian mata membelalak tersadar. Dalam kondisi mengantuk berat seperti ini, betapa hafalpun ayat-ayat Al quran yang akan disetorkan murojaah pada abah Kyai, tetap saja tak akan
167
bisa lancar. Selesai mengaji biasanya saya malah tidak bisa tidur sampai larut malam. Hal ini saya gunakan untuk tadarus membuat ziyadah ataupun belajar kuliah. Kondisi seperti ini berlangsung sampai semester-semester berikutnya. Ulangan surat menjadi lebih lama. Sudah menjadi syarat menambah hafalan adalah dengan ulangan surat. Ulangan surat adalah membaca surat Al quran yang sudah dihafalkan dengan sekali duduk, jika belum bisa sekali duduk, maka tidak boleh menambah hafalan. Misalnya surat Ali Imron yang berjumlah 200 ayat. Maka sekali duduk harus bisa mengulang hafalan 200 ayat tersebut. Baru kemudian diperkenankan menghafalkan surat al Maidah. Apabila santri belum bisa membaca hafalan 200 ayat dalam sekali duduk, maka ia boleh mengulang hafalan 2-5 halaman terlebih dahulu sebelum nantinya membaca hafalan 200 ayat Ali Imron dalam sekali duduk. Demikianlah salah satu metode setoran hafalan di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz. Sejak saya kuliah dan aktif di organisasi, saya semakin lama dalam setoran ulangan surat. Hal ini membuat saya tidak bisa segera menghafal pada surat-surat sebelumnya. SEMESTER IV (Februari-Juni 2013) 22. Punya Netbook Mata kuliah Hadist tarbawi II mendorong saya untuk mempunyai netbook. Dosen pengajarnya adalah Pak Ghufron Dimyati, M.S.I. Cara mengajar beliau yang khas dan lebih banyak menggunakan media internet serta seakan menjadi wajib punya laptop atau netbook sendiri karena keperluan banyaknya tugas mata kuliah.
168
Masih teringat jelas dulu ketika mata kuliah hadist tarbawi II, Pak Ghufron mewajibkan semua mahasiswa memposting makalahnya di blog pak Ghufron jauh hari sebelum presentasi. Semua mahasiswa wajib bertanya dan pembuat makalah wajib menjawab semua pertanyaan tersebut dan harus terjawab semua satu hari sebelum presentasi makalah. Nanti saat presentasi, para mahasiswa juga diberi kesampatan untuk bertanya dan para pemakalah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hasil presentasi juga wajib dipostingakan kembali ke blog pak Ghufron. Ada 12 kelompok makalah dan juga 12 bab pembahasan semua itu harus dilaksanakan tanpa toleransi dengan alasan tak punya netbook atau laptop. Sedangkan tak mungkin pinjam laptop terus-terusan setiap hari untuk memantau pertanyaan-pertanyaan di blog yang telah diposting, menjawabnya dan lain sebagainya sehingga para mahasiswa mau tidak mau harus beli netbook atau laptop. Alhamdulillah, saya juga terdorong untuk mempunyai netbook dan pada saat itu orang tua saya sedang mendapat dana sertifikasi guru. Alhamdulillah beli netbook samsung warna biru.
Gambar 3.27 Netbook Samsung Warna Biru
169
23. Kunjungan Habiburrahman el Shirazy 22 April 2013, Habiburrahman el shirazy sang penulis novel Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, berkunjung ke kampus STAIN Pekalongan. Waktu itu sekitar pukul 15.00 WIB, saya, Aji Triyono dan Asyef Nurdiyanto sedang berjalan kaki menuju tempat parkir sepeda motor kampus STAIN Pekalongan dan hendak pulang ke rumah setelah mengikuti perkuliahan. Tiba-tiba kami diminta oleh seorang dosen untuk masuk ke auditorium mengikuti seminar. Beliau berkata “silahkan mas masuk ke auditorium, ada seminar”. Kami sempat bingung tetapi karena yang menyuruh adalah seorang dosen kami. Ketika saya masuk auditorium, seperti tidak ada acara apa-apa karena semua masih belum tertata. Saya melihat Pak Ade, pak Abdul Aziz dan beberapa pegawai akademik lalu lalang memasuki auditorium sepertinya mereka sibuk mempersiapkan sesuatu yang penting. Tidak lama kemudian, beberapa mahasiswa masuk ke auditorium mereka juga terlihat bingung seperti saya. Beberapa satpam mempersiapkan ruang auditorium dengan cepat sehingga terlihat benar-benar akan diadakan seminar. Setelah keadaan siap, beberapa dosen masuk ke auditorium, disusul katua STAIN Pekalongan Pak Ade, Pak Abdul Aziz, Pak Zawawi dan beberapa pejabat tinggi STAIN Pekalongan masuk dan duduk dikursi depan. Setelah acara seminar dibuka, kemudian Pak Ade memberikan sambutan.37
37
Konfirmasi dengan Dr. Ade Dedi Rohayana, M. Ag (Ketua STAIN Pekalongan), pada tanggal 8 juni 2016
170
Dalam sambutannya, Pak Ade mengatakan bahwa ini adalah acara seminar dadakan yang diadakan tanpa persiapan sebelumnya. Orang yang akan memberikan materi pada seminar kali ini adalah orang hebat, orang yang terkenal dengan tinta emasnya, beliau sudah membuat berbagai buku cerpen yang menjadi best seller di Indonesia secara berturut-turut, Sekitar dua puluh menit dari acara pembukaan seminar, Habiburrahman sampai di kampus STAIN Pekalongan. Beliau disambut oleh beberapa dosen dan berjabat tangan dengan beliau. Pak Ade segera menghentikan sambutan beliau
dalam
acara
seminar
ini,
beliau
menyambut
kedatangan
Habiburrahman setelah itu Pak Ade malanjutkan sambutannya sekitar lima menit sambil menunggu agar Habiburrahman istirahat sejenak sambil meminum air mineral dihadapannya. Beruntung sekali saya dan teman-tema yang dapat melihat orang yang dijuluki “Sang Tinta Emas.” Setelah menunggu beberapa saat, tibalah saatnya habiburrahman menyampaikan materi seminar. Dalam seminar tersbut, Habiburrahman el Shirazy menceritakan bagaimana pendidikan beliau baik di dalam maupun diluar negeri. Beliau adalah teman Pak Zawawi ketika kuliah di Al Azhar Kairo Mesir. 38 Setelah beliau mendapat gelar S1 di Al Azhar, beliau pulang ke tanah air. Pernah suatu ketika beliau mengumpulkan para pemuda dan pemudi sekitar tempat tinggal beliau untuk mengaji. Beliau mempersilahkan mau mengaji kitab apa saja beliau sanggupi. Namun, semakin lama bukanya jamaah pengajian semakin banyak, tapi malah semakin sedikit. Dalam 38
Konfirmasi dengan Dr. Zawawi, MA (Sahabat dekat Habiburrahman saat kuliah di Mesir). Pada tanggal 8 Juni 2016
171
keadaan seperti itulah beliau berfikir bagaimana caranya bersyiar agar dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mereka merasa bahwa mereka sebenarnya adalah sedang belajar. Beliau juga berfikir tema apa yang sekiranya disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Beliau menemukan tema itu adalah “cinta”. Sehingga beliau bermaksud berdakwah mengajarkan nilainilai keislaman lewat cinta yang beliau tulis melalui novel-novel. Ternyata memang novel-novel beliau memang mengandung dakwah. Sehingga banyak orang yang menjadi terinspirasi dan mengambil ilmu agama dari novel-novel beliau seperti bagaimana seharusnya cinta sesama manusia yang diridhoi Allah Swt. Habiburrahman el shirazy juga menyampaikan materi tentang cara menulis yang baik. Beliau mengatakan semua orang bias menulis dengan baik asalkan mau berusaha dengan giat dan tak mudah menyerah. Beliau juga memberikan sedikit trik cara menulis yang baik. Bila tulisan bersifat fiksi maka langkah pertama adalah dengan menuliskan apapun yang ingin kamu tulis. Pada tahap ini, Jangan terlalu pedulikan susunan tulisan karena yang terpenting adalah menulis semua hal yang dapat kamu tulis yang ada pada otak, pikiran, maupun perasaanmu. Langkah kedua adalah apabila sudah selesai menulis, baca kembali tulisanmu berulang ulang, pada tahap ini kamu akan menemukan bahwa tulisan pertamamu tadi harus diganti susunan kalimatnya, selaraskan kembali dengan tema, alur, dan deskripsi yang baik. Langkah ketiga adalah dengan membacanya kembali tulisan tadi dan mengeditnya yagi bila perlu. Maka kamu akan mendapatkan tulisan yang lebih
172
begus dari sebelumnya. Langkah terakhir adalah dengan banyak belajar tekhnik penulisan yang baik dan benar serta menambah ilmu dan wawasan agar tulisanmu juga berilmu, berwawasan serta berbobot. Setelah beliau selesai menyampaikan materi teknik menulis fiksi yang baik, beberapa mahasiswa maupun dosen diberi kesempatan untuk bertanya. Dan acara seminar ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh salah satu dosen STAIN Pekalongan. Acara seminar selesai, saya melihat beberapa dosen dan mahasiswa berebut untuk bersalaman dengan beliau. Namun saya memperhatikan beliau berjabat tangan seperlunya. Saat itu juga saya menjadi berfikir daripada saya berjabat tangan di auditorium yang belum tentu bisa terlaksana, lebih baik saya lari meninggalkan auditorium. Para mahasiswa berebut bersalaman di gedung, saya malah berlari keluar auditorium. Asyef heran melihat kelakuan saya, tapi saya tidak peduli karena saya justru punya inisiatif sendiri. Saya menghadang habiburrahman sekitar 100 meter dari gedung. Dan mepersiapkan HP untuk meminta foto bersama beliau dan tentunya berjabat tangan mengharap Allah Swt menularkan sebagian ilmu Habiburrahman kepadaku. Setelah saya melihat beliau keluar dari auditorium, saya segera menyalami beliau dan meminta foto bersama. Alhamdulillah kesampaian juga foto bersama orang penting. Ternyata apa yang saya lakukan ini ditiru oleh sebagian mahasiswa. Mereka berlarian menuju tempat saya yang ketika itu bersama Habiburahman. Mereka juga meminta foto bersama. Begitu pula dengan Asyef
yang akhirnya memahami maksud tujuanku berlari
173
meninggalkan auditorium saat mahasiswa yang lain berebut berjabat tangan dengan Habiburrahman. “Mohon do’anya Pak, semoga saya dapat meniru seperti Bapak menjadi penulis terkenal yang bermanfaat bagi banyak orang” kira-kira begitulah ucapan saya saat itu.
Gambar 3.28 Foto bersama Habibbirurahman el Shirazy (saya memakai baju merah)
24. Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Banyak pelajaran tentang pendidikan yang saya dapatkan dari mata kuliah ini. Saya dididik untuk menjadi tenaga pendidik sesuai dengan jurusan kuliah saya, yaitu Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam. Yang saya ingat dalam mata kuliah ini ada bab yang membahas tentang batas-batas pendidikan. Sejak kapan pendidikan itu dimulai dan kapan akan berakhir. Hal tersebut membuat saya mengetahui batas-batas pendidikanseseorang berdasarkan para tokoh dan menurut agama Islam. Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat dresur atau belum
174
bersifat murni. Sebab pada pendidikan murni diperlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ciri utama dari yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan intraksi edukatif dari pendidik dan terdidik. 39 a. M. J. Langeveld, Ia berpendapat bahwa pendidikan bagi seorang anak dapat dimuali pada saat ia mengenal kewibawaan dan berakhir bila anak telah dapat bertanggung jawab (mencapai kedewasaan). Dengan demikian, sebelum anak mengenal kewibawaan pendidikannya, ia belum bisa atau belum siap menerima pendidikan. Bila anak sudah menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, ia tidak membutuhkan pendidikan lagi. b. J. J. Rousseau memandang bahwa pendidikan itu mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan dalam arti negatif dimuali sejak anak lahir hingga umur 12 tahun. Sedangkan pendidikan dalam arti positif dimulai sejak anak berumur 12 tahun sampai terwujudnya kedewasaan yang umur 20 tahun. Rousseau berpendapat, bahwa sejak lahir menjelang umur 12 tahun. Anak mempunyai motivasi sendiri (intrinsic motivation) untuk berkembang. Bahkan campur tangan orang dewasa dalam mempengaruhi anak akan merusak kesucian anak. Berbeda halnya bila anak telah mencapai umur
39
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 48-49
175
12 tahun. Pendidikan perlu mendidiknya, mempengaruhinya dalam memberikan motivasi (ekstrinsic motivation) untuk mendapatkan pengalaman yang berguna sampai ia dewasa (berumur 20 tahun). c. Prof. Brodjonegoro menyatakan bahwa pendidikan bisa dimulai sejak pra nikah. Dengan menggunakan basis filosofis jawa ”bibit, bebet dan bobot”. Bibit berarti putranya siapa? Maksudnya apakah dari keturunan orang baik-baik, sebab dikhawatirkan kalau bukan keturunan orang baikbaik akan mempengaruhi keturunannya kelak. Bebet artinya pribadi calon menantu tersebut. Bagaiaman tampang dan sikapnya, bagaimana wataknya, bagaiamana fisiknya, kesehatannya, dan lain-lain. Bobot, berarti apakah anak orang berada atau cukupan atau bahkan kurang. APakah dapat mencari nafkah untuk kehidupan berkeluarga kelak. d. Ki Hadjar Dewantara, menurut beliau pendidikan dimulai dari lahir sampai mati. Dengan istilah yang terkenal “life long education” (pendidikan seumur hidup). Jadi meskipun orang itu sudah tua umurnya, tetapi masih perlu dididik selama orang itu masih hidup. Hal ini sesuai dengan konsep Islam , sebagaimana Nabi memerintahkan agar manusia belajar sejak kecil. Sabda Nabi Saw.
ْ ُا ب ا ْل ِع ْل َم ِمنَ ا ْل َم ْه ِد اِلَى اللَّ ْح ِد ُ ُ طل “Belajarlah (carilah ilmu) sejak engkau dalam buihan (ayunan) sampai ke liang lahat.”
Dasar perlunya pendidikan seumur hidup adalah bahwa semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk
176
mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta ketrampilannya. Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permulaan pendidikan dan berakhirnya pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pendidikan dimulai sebelum kawin dan diakhiri sesudah anak mencapai kedewasaan. b. Pendidikan dimulai sebelum kawin dan diakhiri sampai mati. c. Pendidikan dimulai sebelum anak lahir dan diakhiri sesudah anak mencapai kedewasaan. d. Pendidikan dimulai sebelum anak lahir dan diakhiri sampai mati. e. Pendidikan dimulai setelah anak lahir dan diakhiri sesudah anak mencapai kedewasaan. f. Pendidikan dimulai setelah anak lahir dan diakhiri sampai mati. g. Pendidikan dimulai setelah anak mengenal kewibawaan dan diakhiri sesudah anak mencapai kedewasaan. h. Pendidikan dimulai setelah anak mengenal kewibawaan dan diakhiri sampai mati. 25. Pengajian tentang Falsafah Ilmu 23 Maret 2013 pukul 20.00 WIB, saya menghadiri ceramah di pondok Asma’ Chusna di desa Kranji kacamatan Kedungwuni kabupaten Pekalongan. Pengajian ini diisi oleh pengasuh pondok yaitu abah KH.Muchlis Chasani. Pengajian itu sangat berkesan, sehingga menjadi motifasi belajar bahkan
177
menjadi pedoman saya. pengajian itu sendiri membahas tentang ilmu, kata ilmu dalam bahasa Arab.
ِع ْ مل Huruf ‘ain membuka, yang berarti setiap orang yang sedang menuntut ilmu harus membuka hati dan pikiran. Membuka pikiran, bahwa apabila di beri pelajaran harus mendengarkan, menyimak dan berusaha mau menerima. Sebab apabila hanya melihat, menyimak, mendengar tapi hati tidak berusaha menerima ilmu tersebut, maka ilmu juga tidak akan masuk secara sempurna. Sebagai
contoh,
seorang
murid
yang
kelihatanya
melihat,
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru belum tentu pikiran dan hatinya ada disitu, bisa jadi ia sedang memikirkan sesuatu alias melamun memikirkan kiriman uang yang telat, pergaulan antar santri yang sedang kurang sehat, atau sedang memikirkan tugas kuliah yang belum dikerjakan. Sehingga bentuk ‘ain yang berada di depan selalu membuka, yang berarti membuka diri mau dan rela untuk menerima ilmu dari guru maupun yang lainya. Dalam hal ini yang dimaksud lainnya adalah selain guru baik itu belajar dari buku, kitab maupun media masa. Yang lainya disini juga bisa diartikan selain guru yaitu teman atau orang lain walaupun usianya lebih muda baik itu orang baik ataupun penjahat sekalipun. Sebab Rosulullah Saw pernah bersabda “Undur ma qola, wala tandur man qola” (lihat apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan). Ambillah ilmu dan hikmah walaupun hal itu keluar dari mulut penjahat. Sebab, Hujjatul Islam Imam al Ghozali dahulu pernah suatu ketika menulis
178
ilmu sebanyak-banyaknya hingga suatu saat beliau dalam perjalanan berjalan searah dengan para pedagang. Dalam perjalanan mereka dirampok dan semua barang bawaan mereka dirampas. Diam-diam Imam al Ghozali yang kala itu masih anak-anak membuntuti para perampok hingga ke markas. Di markas, Imam al Ghozali memberanikan diri untuk meminta barang-barangnya “wahai para perampok, tolong kembalikan barang-barang saya, karena barang-barang saya yang tadi kalian rampas bukanlah harta benda yang berarti bagi kalian”. Barang-barang saya tersebut tersebut hanya berisi catatan-catatan ilmu yang saya dapatkan dari hasil belajar kepada para guruguru saya selama beberapa tahun. Sedangkan barang tersebut sangat penting bagi saya dan sama sekali tidak berguna bagi kalian”. Mendengar kata-kata al Ghozali sang kepala rampok (ketua rampok) tertawa terbahak-bahak dan kemudian berkata. “Wahai anak muda, betapa bodohnya kamu karena ilmu kamu hanya kamu simpan dalam catatan-catatan ini, sedangkan apabila catatan-catatan ini hilang kamu sama sekali tak mempunyai ilmu apa-apa, siasialah usaha kamu belajar bertahun-tahun. Wahai anak muda, ilmu bukanlah hanya dicatatan-catatan saja, ilmu itu seharusnya ada di otak dan dihati. Dasar bodoh!! Ini, barang-barangmu aku kembalikan. Setelah kejadian itu, Imam al Ghozali menjadi bepikir dan mengambil hikmah dari apa yang dikatakan ketua rampok tadi sehingga Imam al Ghozali mulai mengafalkan semua ilmu yang ia catat tadi sehingga beliau hafal dan paham. Sejak saat itu beliau menjadi orang yang hebat dan ahli ilmu. Inilah cerita singkat tentang masa kecil baliau yang mau mengambil hikmah dari
179
apa yang dikatakan orang lain, asalkan perkataan atau nasehat itu baik maka beliau terima walaupun yang mengatakan adalah perampok. Huruf ‘ain berharokat kasroh sedangkan letak kasroh itu ada dibawah yang berarti harus tawadhu’, rendah hati, tidak sombong. Sebagaimana hadist Nabi bahwa ilmu itu bagaikan air. Air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah. Tidak ada air yang mengalir ke atas kecuali pompa air (sanyo,disel,dll) ilmu bagai air yang tak akan mengalir ke atas. Ke atas itu ibarat sikap sombong, orang yang sombong tidak akan mendapat ilmu. merasa paling tahu dan merasa paling mengerti dan merasa paling pintar sehingga tak mau mendengarkan ilmu dan nasehat yang disampaikan orang lain. Ini berarti sombong. Kerugian orang yang merasa paling mengerti dan merasa paling pandai adalah bahwa suatu saat ia akan tersadar bahwa ternyata ia adalah orang yang paling tidak tahu karena tertinggal informasi. Nabi juga pernah bersabda kurang lebih demikian“la yadkhulul jannata man fi qolbihi mitsqola dzarrah minal kibri” (tak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sara sombong meskipun hanya sebesar atom). Dzarroh berasal dari Bahasa Arab yang artinya sesuatu yang paling kecil sehingga banyak yang menafsirkan seperti semut dudak. Sebab ,semut dudak adalah jenis semut yang paling kecil. Atau banyak pula orang yang mengatakan dzarroh itu adalah kecil seperti biji sawi sebab biji sawi sangat kecil. Dan menurut orang zaman sekarang, dzarroh diartikan seperti atom. Sebab dalam ilmu kimia, atom adalah satuan molekul yang paling kecil. Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan sombong, sedangkan ia belum
180
bertaubat. Maka haram baginya masuk surga walaupun rasa sombongnya sekecil atom. Ini bahayanya sifat sombong. Ilmu tak akan masuk dan tak akan masuk pula ia kedalam surga. Na’udzubillahimin dzalik. Harokat kasroh juga berarti mau bersusah payah, dalam istilah yang beliau sampaikan adalah ngkan ngkan so, rep-rep so, buk buk so, mes-mes so. Ngkan-ngkan so artinya “sungkan puo dipekso”. Ini berarti seorang santri atau pelajar harus selalu belajar dan beribadah kepada Allah Swt walaupun ia sedang bad mood, atau sedang malas. Rep-rep so artinya “arip puo dipekso” walaupun mengantuk tetapi harus diPaksa untuk belajar ataupun dan beribadah kepada Allah Swt. Buk buk so
artinya “sibuk puo dipekso”,
walaupun ia sibuk tetapi harus diPaksa untuk selalu belajar danberibadah kepada Allah Swt. Mes-mes so artinya “lemes puo sipekso”. Walaupun dalam keadaan lemas, harus dipaksa untuk tetap belajar dan beribadah kepada Allah Swt. Adapun yang memaksa adalah diri sendiri. Sehingga dalam keadaan apapun, dalam kondisi bagaimanapun dan dalam situasi apapun seorang santri atau pelajar harus senantiasa menjalankan kewajibanya untuk selalu menuntut ilmu dengan belajar dan beribadah kepada Allah Swt. Setelah huruf ‘ain adalah huruf lam. Huruf lam itu selalu ke atas. dan penulisanya selalu dari bawah bila ditulis setelah huruf ‘ain. Yang berarti. Dalam menuntut ilmu harus siap keatas. Berkembang, bertambah berat karena tekanan naik keatas. Seorang yang menuntut ilmu harus selalu belajar agar ilmu yang ia dapatkan semakin hari semakin banyak dan bermanfaat. Dalam kitab ta’limul muta’alim disebutkan “ta’alam fainal ilma zainun li ahlihi, wa
181
fadlun wa unwanun likulil mahamidi. Wakun mustafidun kulla yaumin ziyadatan, minal i’lmi fasbah fibuhuril fawaidi”. (belajarlah karena sesungguhnya ilmu menjadi perhiaasan bagi peiliknya. Juga menjadi keutamaan dan berbagai kebaikan bagi setiap sesuatu yang terpuji. Jadilah kamu orang yang menambah ilmu setiap hari, hingga suatu saat kamu menjadi orang yang memiliki lautan keutamaan. Yang kedua selanjutnya huruf lam tersebut berharokat sukun. Sukun berarti menahan. Artinya setiap santri atau pelajar hendaknya ia bisa menahan diri dari gemerlapnya kehidupan dunia yang dapat melalaikanya dari menuntut ilmu. Ia juga harus riyadhoh memparbanyak puasa sunnah, sholatsholat sunnah, memperbanyak dzikrullah, memperbanyak membaca sholawat Nabi, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, mengurangi makan, banyak makan dapat menjadikan perut terlalu kenyang, energi tubuh akan terfokus pada proses pencernaan makanan yang dilakukan perut yang berakibat pada rasa kantuk dan juga dapat menjadikan seseorang menjadi malas untuk berfikir dan hingga sering kali orang yang kebanyakan makan justru ia akan lemas dan manjadi pemalas. Dalam kitab ta’limul muta’lim juga disebutkan wahwa semakin banyak makan semakin ia banyak membutuhkan air untuk minum. Sedangkan semakin banyak cariran akan membuat semakin kecerdasan berkurang. Dalam riyadhoh juga disarankan jangan sering mengkonsumsi makanan yang enak sebab makanan enak akan membuat seseorang tergoda untuk makan sebanyak-banyaknya. Sedangkan banyak makan juga kurang baik bagi
182
kecerdasan. Dalam riyadhoh juga disarankan tidak mengenakan pakaian yang terlalu mewah. Sederhana dalam berpakaian. Sebab pakaian yang terlalu mewah cenderung menyebabkan seseorang ingin dilihat orang banyak oang dan dapat mendorong keinginan untuk pergi-pergi bukan dalam hal menuntut ilmu sehingga kesederhanaan pakaian juga perlu diperhatikan. Dalam hal menahan, seorang yang sedang menuntut ilmu juga harus bisa menahan diri untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan orang lain. Dalam hal ini dimaksudkan agar ia fokus pada ilmu yang sedang ia kerjakan. Begitu pula dengan media masa yang dapat merangsang seseorang manjadi tidak konsentrasi. Sering kali seseorang yang sedang menggarap skripsi berusaha fokus dengan menghentikan akun media sosialnya, seperti Facebook, Twitter, BBM bahkan beberapa mahasiswa mengaku memblokir akun media sosialnya selama beberapa bulan dengan tujuan agar ia lebih fokus dalam mengerjakan skripsi. Banyak juga yang hanya di rumah dan tidak pernah pergi nongkrong bersama teman-temannya selama skripsinya belum selesai, bahkan tak jarang yang tak mau diajak tour bersenang-senang selama skripsinya belum selesai kecuali sekedar refreshing. Ini juga berarti menahan diri dari kesenangan dunia sebelum sukses dalam menunut ilmu. Yang ketiga, huruf mim. Ketika menulis huruf mim, pena selalu berakhir kebawah. Hal ini mengandung arti bahwa seorang yang menuntut ilmu harus merakyat. Menggunakan ilmu yang ia miliki untuk kesejahteraan rakyat banyak. Untuk dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Huruf mim berharokat dhumah. Harokat dhumah berbeda dengan harokat lainya karena
183
dalam penulisan ia seperti sukun namun berakhir dengan aliran kebawah. Ini berarti setelah seseorang mendapatkan ilmu. Ia tak boleh menahannya menggunakan ilmu itu hanya untuk diri sendiri. Tapi ia harus amalkan ilmu tersebut. Nabi bersabda “al’ilmu bila amalin kasyajarotin bila tsamarin” (ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah) maka orang yang menuntut ilmu harus mengamalkan. Ilmu itu harus berguna. Dan lebih kepada tekhnisnya yang berarti mengamalkan ilmu itu sedikit demi sedikit. Sehingga semakin hari derajatnya semakin bertambah dan semakin berguna bagi manusia lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Allah Swt berfirman dalam Qs. al Mujadilah:11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. al Mujadilah: 11).” Setelah saya mendengarkan ceramah tersebut, saya menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat belajar, mengaji, beribadah kepada Allah Swt.
SEMESTER V (Agustus-Desember 2013) 26. Mata Kuliah Psikologi Perkembangan, Teknologi Pendidikan Selama kuiah, saya mendapat banyak mata kuliah yang sebelumnya belum saya pelajari, diantaranya yaitu psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara
184
skrematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenetik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri, baik perubahan struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya yang dimulai sejak konsepsi hingga menjelang meninggal. 40 Perkembangan tidak hanya terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, tetapi juga serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar. 41 Mempelajari psikologi perkambangan sangat bermanfaat bagi diri saya sendiri, karena psikologi perkembangan akan memberikan wawasan dalam pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup saya sendiri dari bayi, kanakkanak, remaja, dewasa bahkan lanjut usia nanti. Psikologi perkembangan juga sangat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dalam merumuskan program-program bantuan bagi anak-anak dan remaja. Banyak manfaat yang saya dapatkan dari mempelajari psikologi perkembangan. Diantaranya saya menjadi lebih tau bagaimana cara bergaul dengan teman-teman santri yang bermacam-macam umurnya dari kecil sampai dewasa sehingga saya bisa lebih menempatkan diri sesuai dengan perkembanggan fisik dan jiwa mereka. Selain mempelajari tentang psikologi perkembangan, saya juga mendapatkan mata kuliah teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan 40 41
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.3. Ibid., hlm.4.
185
meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Dengan adanya teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan, sehingga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara dari pengirim ke penerima pesan. Sedangkan media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, minat, perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 42 Media dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a. Media Grafis, termasuk media visual yang berkaitan dengan indera penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbolsimbol komunikasi visual. Jenis media grafis yaitu gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, globe, papan flannel, papan bulletin. b. Media Audio, berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang dituangkan ke dalam lambiang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal.Jenis media audio diantaranya radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam, laboratorium bahasa. c. Media Proyeksi Diam, mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Contoh: film 42
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Cet. Ke-4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.6-7.
186
bingkai (slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor, microfis, film, televisi, video, permainan stimulasi. 43 Salah satu materi yang dibahas adalah tentang media pendidikan. Saya menjadi tahu tentang macam-macam media yang digunakan dalam pembelajaran. Seorang guru seyogyanya menggunakan media pembelajaran yang menarik agar menumbuhkan gairah siswa untuk belajar, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Hal itu sangat bermanfaat bagi saya sebagai calon guru agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang menarik dengan media-media yang kreatif. 27. Sertifikat-sertifikat Pada semester V, saya masih aktif di UKM LPTQ. Banyak sertifikat yang saya dapatkan diantaranya sertifikat PKD LPTQ. Pada tanggal 21-23 September 2013, saya mendapat tugas untuk menjadi salah satu panitia pelatihan kader dasar dan pelantikan anggota baru LPTQ STAIN Pekalongan dengan tema membentuk kader yang berintegritas dan berjiwa Qur’ani. Acara tersebut dilaksanakan di MI Sudirman yang bertempat di sebelah timur masjid Walisongo. Sebenarnya panitia akan melaksanakan pelantikan di auditorium kampus dan sudah mendapat ijin dari pihak STAIN, namun karena ada acara mendadak sehingga tiba-tiba Auditorium dipakai sehingga kami berinisiatif mengadakan pelantikan di MI Sudirman. Beberapa agenda dalam pelatihan kader dan pelantikan tersebut diantaranya adalah para mahasiswa kader baru diberi kesempatan untuk saling berta’aruf antar
43
Ibid., hlm.28-57
187
anggota baru. Para pengurus LPTQ juga memperkenalkan diri mereka masing-masing. Agenda lainnya yaitu olahraga, baris berbaris, gerak jalan, pemberian ceramah oleh para alumni yang kebetulan sudah menjadi dosen di STAIN Pekalongan. Manfaat mengikuti organisasi LPTQ oleh ketua umum LPTQ (kang Naim) penyaringan dan pengelompokan angota devisi LPTQ sesuai dengan bakat dan minat dalam masing-masing devisi, nonton bersama sambil makan dan minum snack yang sebelumnya sudah dikumpulkan pada awal acara, kemudian pagi harinya sebagai inti acaranya yaitu pelantikan anggota baru LPTQ STAIN Pekalongan.
Gambar 3.29 Panitia Pelatihan Kader Dasar dan Pelantikan Anggota Baru LPTQ
188
Seminar Kaligrafi UKM LPTQ Saya selalu berusaha aktif di UKM LPTQ, kali ini saya ikut menjadi panitia kegiatan seminar Nasional dengan tema Potret dan Potensi Pengembangan Seni Kaligrafi di Indonesia. Kami para pengurus harian UKM LPTQ mengadakan rapat untuk membahas seminar nasional yang harus kami laksanakan sebagai agenda wajib. Kami bermusyawarah dan rapat untuk menentukan siapa yang akan diundang dalam seminar untuk memberikan materi serta tema yang sekiranya menarik bagi para dosen dan mahasiswa. Ada salah satu dari kami yang mengusulkan untuk membangitkan semangat para mahasiswa dalam mengembangkan devisi kaligrafi karena saat itu peminat serta pelatih kaligrafi di UKM LPTQ terasa sangat mengkhawatirkan karena selain sepi dari kegiatan pelatihan kaligrafi, para peminat kaligrafi juga sangat sedikit. Untuk itu ia menanyakan bagaimana caranya agar kaligrafi di UKM LPTQ dapat bangkit. kami mendapat solusi untuk mengundang salah satu tokoh kaligari Nasional. Sulit bagi kami untuk bisa mendatangkan beliau dari Jakarta dan dari kegiatan beliau yang sangat padat. Baliau sering kali mengikuti kegiatan pelatihan kaligrafi di luar negeri. Setelah kami menghubungi beliau dan bernegosiasi akhirnya kami mendapat kesempatan kunjungan dari beliau pada 09 Desember 2013. Pada tanggal tersebut baliau mau memberikan ilmunya dalam seminar yang kami jadwalkan. Kang Amir sebagai mantan ketua Umum LPTQ mendapat tugas menjemput beliau di stasiun Kota Pekalongan, baliau terjadwalkan hadir sehari sebelum seminar berlangsung. Kang Amir
189
mengantarkan menggunakan taksi biru dari stasiun menuju hotel DAFAM di Jl. Urip Sumoharjo atau depan mall Carrefour Pekalongan. Pada hari yang telah dijadwalkan beliau hadir di STAIN Pekalongan. Baliau disambut oleh panitia dan diantarkan masuk ke ruang Auditorium. Beliau disambut oleh Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku ketua STAIN Pekalongan. NamPak pula beberapa dosen yang juga menyambut kehadiran beliau. Dalam seminar tersebut beliau memberi pesan agar kampus memberikan semangat pada para mahasiswa dalam bidang seni agama karena islam akan lebih indah bila dengan seni. Diantara seni islam adalah kaligrafi sehingga kaligrafi juga sangat perlu mendapatkan perhatian khusus. Beliau mengatakan bahwa beliau bisa berkeliling dunia karena beliau mahir dalam kaligrafi. Beliau sering menjadi juri di negara-negara tetangga beliau juga sering memberikan materi dalam seminar nasional. Pada akhir materi yang beliau sampaikan baliau menggambar tulisan kaligrafi sekaligus mengajarkan dan menunjukkan macam-macam bentuk kaligrafi dari zaman dahulu sampai bentuk kaligrafi modern. Banyak hal baru yang bisa kami dapatkan dari adanya seminar tersebut. Dalam seminar tersebut juga dihariri para ahli kaligrafi pekalongan seperti Ustadz Fathur yang juga pernah mengikuti lomba kaligrafi di singapura beberapa waktu lalu. Ustadz Fathur adalah pembuat kaligrafi di STAIN Pekalongan, menulis kaligrafi di Masjid Syuhada’, di Masjid Al Fairus, dan sebagainya. Dengan hadirnya beberapa tokoh kaligrafi tersebut membuat para dosen dan para mahasiswa menjadi lebih antusias dalam mempelajari ilmu kaligrafi.
190
Gambar 3.30 Sertifikat Panitia Seminar Nasional Kaligrafi UKM LPTQ
191
28. Mengikuti Lomba MHQ di Banten
Gambar 3.31 Peserta Pionir VI di Banten Tahun 2011
Suatu hari saya pergi ke kantor UKM LPTQ. Seperti biasa, saya sering kali menyempatkan diri mampir ke kantor karena kebetulan saya pengurus
192
LPTQ. Ternyata dikantor LPTQ ada ketua dan para pengurus UKM LPTQ. Saat itu ada Sohib Naim, Diyah, saya, Dani, Haliv, Maria, Qiqi, dan lain-lain. Kami ngobrol ngobrol seputar kegiatan dan kepengurusan, hingga ahirnya sohibah Diyah membahas surat dari IAIN Syarif Hidayatullah Banten yang di tujukan ke STAIN PEKALONGAN dan di teruskan ke UKM LPTQ. Rupanya itu adalah surat dari IAIN Syarif Hidayatullah Banten menganai Lomba Porseni PTIN Tingkat Nasional. Pihak STAIN meminta agar UKM-UKM mengirimkan atlit-atlit olahraga dan seni untuk mengikuti perlombaan PTIN Tingkat Nasional tersebut. Setelah kami berembug, di tetepkan lah beberapa orang yang akan mengikuti lomba sebagai perwakilan dari Devisi UKM LPTQ. Untuk lomba tilawah:Abdul Latif dan Imroatus Sa’adah, lomba kaligrafi : Subhan, lomba tahfidz : Asep Rokhmatul yahya, Dani Robbina, Maria Mufida, Muhib. Saya merasa terkejut ketika teman-teman meminta saya mewakili lomba Tahfidz Quran 10 Juz. Saya merasa tidak berani karena hafalan saya belum lancar. Namun, teman-teman malah mendesak saya dan langsung menulis nama saya pada blangko pendaftaran, sehingga mau tidak mau terpaksa saya harus ikut lomba tersebut. Kategori lomba tahfidz Quran : Dani Robbina 5 juz. Saya 10 Juz, Mbak Vida 20 juz dan Muhib 30 juz. Namun ternyata Muhib juga mendapat surat dari Depag untuk mengikuti lomba MHQ di luar pulau Jawa dan waktu keberangkatannya bersamaan dengan lomba PTIN di Banten sehingga Muhib mengundurkan diri tidak ikut lomba di Banten.
193
Sepulang dari kampus, saya masih kepikiran lomba 10 Juz. Saya sampaikan hal tersebut kepada orang tua saya dan berharap tanggapan dari mereka. Kedua orang tua saya mengatakan bahwa saya beruntung, kerena saya di ikutkan lomba tingkat Nasional, ini merupakan pengalaman yang belum tentu bisa saya rasakan lagi di masa depan karena mungkin ketika di laksanakan lagi saya sudah lulus kuliah. Hal ini sudah menjadi keputusan UKM LPTQ, sehingga mau tidak mau saya harus berusaha agar saya bisa lancar hafalan, dapat mengikti lomba dengan baik dan mengharumkan nama STAIN Pekalongan. Langkah saya dalam mempersiapkan diri mengikuti lomba di antaranya adalah selalu tadarus Al quran juz 1-10 secara berurutan. Saya juga menambah jam tadarus, mengurangi kesibukan lain, manjaga kondisi badan agar selalu sehat dan selalu berdo’a terutama setiap setelah sholat fardhu. Saya meminta ijin kepada pengasuh Pondok Pesantren tempat saya mondok saat itu, untuk mengubah setoran hafalan Al quran. Setoran hafalan yang tadinya juz 11 ke atas, diganti agar ngajinya juz 1-10 saja dan ternyata abah kyai mengijinkan. Saya juga meminta bantuan ibu, adik dan teman untuk menyimak hafalan Al quran saya. Dua minggu sebelum keberangkatan ke Banten, Saya mendapat SMS dari Sekretaris Jurusan. Ternyata sms itu berisi undangan agar saya mengikuti pertemuan para dosen dan mahasiswa yang akan dilaksanakan hari Sabtu pukul 16.00 WIB di Rumah Makan Ayam Gepuk Tirto Pekalongan.
194
Sepekan sebelum keberangkatan lomba ke Banten, saya menghadiri acara pertemuan antara dosen dengan para mahasiswa STAIN yang akan berangkat ke Banten. Pertemuan itu di adakan di Rumah Makan Ayam Gepuk Tirto Pekalongan. Dalam pertemuan tersebut dibahas hal-hal yang berkaitan dengan lomba di Banten. Mulai dari surat yang di kirim dari IAIN Syarif Hidayatullah
Banten,
data
mahasiswa
peserta
lomba,
waktu
dan
keberangkatan, penginapan, biaya-biaya, dansebagainya. Adapun seluruh biaya akomodasi di tanggung pihak STAIN Pekalongan. Tiga hari sebelum pemberangkatan ke Banten, kami di suruh mengambil kaos olah raga, jaket dan trining di akademik lantai 3, tepatnya di ruang WAKA II STAIN Pekalongan. Tiga hari kemudian, tibalah saatnya kami berangkat ke Banten. Kami berangkat dengan dua bis dan satu mobil trevel. Kami berangkat dari STAIN Pekalongan sekitar pukul 07.30 WIB. Saya memilih naik bis beserta rombongan peserta lomba tahfidz LPTQ. Saya duduk di bangku kedua dari depan, sebangku dengan Dani Robbina, Mbak Vida berada di sebelah barisan kanan kursi saya. Saya sangat menikmati perjalanan. Dani banyak bercerita tentang pengalamanya menghafal Al quran, begitupun dengan saya, kami saling bertukar pengalaman. Saya melihat mba Vida terkadang mengeluarkan Al quran. Ternyata walaupun naik bis, Mbak Vida masih tetap menghafalkan Al quran. Subhanallah. Setelah menempuh perjalanan sekitar 12-13 jam, tibalah rombongan di Banten. Kami beristirahat di hotel Puri Kayana. Letak hotel di sebelah MAN Banten dekat salon kecantikan Sri Atut yang menjadi Gubernur
195
saat itu. Saya menempati lantai dua kamar nomer 13. Saya bersama Dani dan mas Latif. Kami bertiga langsung rebahan di kasur kamar hotel. Nikmat sekali rasanya tidur setelah menempuh perjalanan 12 jam. Namun sebelum tidur kami bertiga menyempatkan diri untuk sholat Isya berjamaah di kamar. Ini adalah pengalaman pertama saya tidur di hotel. Hari pertama kami di hotel, belum ada aktifitas yang berarti. Sengaja dari pihak STAIN memberi waktu kepada kami untuk beristirahat sebelum nantinya
bertanding. Hari pertama di hotel banyak kami nikmati untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Nikmatnya tinggal di hotel, pagi-pagi sudah disiapkan beberapa cangkir, beberapa kopi instan, teh dan gula. Ada juga roti sebagai tambahan. Mandi menggunakan air hangat, kamar AC, TV Indovision, dan tempat tidur yang nyaman serta selimut tebal. Setiap sore terlihat matahari terbenam dari pintu belakang kamar hotel karena kebetulan kamar saya menghadap ke timur dan di lantai dua, sebelah kamar kami adalah kamar mahasiswi, mereka para sahabat kami. Hal ini makin menambah nikmat suasana karena kami bisa bertemu di teras belakang kamar hotel untuk latihan bersama. Sepertinya saya hanya merasakan nikmatnya hotel pada hari pertama saja. Hari-hari berikutnya saya merasa takut, tertekan dan gelisah hari perlombaan saya semakin dekat. Saya merasa memiliki tanggung jawab mental, agar nanti bisa ikut lomba dengan maksimal. Tiga hari berlalu, kini saatnya saya bertanding dalam lomba tahfidz Quran tingkat Nasional di Banten. Lomba dilaksanakan di kampus UIN Banten. Kami dijmput oleh tim khusus yang sudah disiapkan oleh panitia
196
pelaksana Pionir Banten. Kami melaju dengan mobil avanza, melesat dengan kecepatan sekitar 70 Km/Jam mengitari jantung kota Banten kemudian masuk melalui gerbang depan UIN Banten. Disana banyak sekali para atlet yang sedang bertanding sesuai dengan jadwal dan tempat yang sudah di tetapkan oleh panitia. Sepanjang jalan menuju tempat perlombaan tahfidz, saya melihat hiruk piuk penonton yang menjadi suporter lomba pencak silat dan juga perlombaan lain. Saya dan mbak Vida menuju ke ruang perlombaan tahfidz. Sesampainya di ruang lomba, kami duduk di bangku belakang. Sambil kami melihat para peserta lomba, kami sambil tadarus. Saya juga melihat banyak para peserta lomba yang mulutnya komat-kamit dengan didampingi orang yang disebelahnya, sepertinya ia juga sedang tadarus sama seperti saya. Saya mendapat nomor urutan lomba 126. Sekitar setengah jam saya menunggu, akhirnya tibalah saya dipanggil oleh sang juri. Saya maju ke panggung dan segera memposisikan diri siap menerima tes dari para juri. Juri mengajukan 4 soal. Dan alhamdulillah saya dapat meneruskan, namun saya merasa sangat grogi hingga suara saya menjadi bergetar dan telapak tangan saya sangat dingin. Namun, saya merasa senang dapat mengikuti acara perlombaan ini. Akhirnya saya dinyatakan selesai dan dipersilahkan untuk turun dan juri segera memanggil peserta lomba berikutnya. Mba Vida menyambut kedatangan saya dengan tertawa, dia mengatakan bahwa saat saya dipanggung wajah saya terlihat merah dan terlihat grogi. Saya membalas dengan senyuman. Saya merasa lega setelah mengikuti lomba ini. Adapun
197
hasilnya saya serahkan kepada Allah Swt. Kalah menang sudah biasa, dalam lomba pasti akan ada yang menang dan kalah. Pengalamanlah yang saya cari dan sudah saya dapatkan dengan mengikuti perlombaan ini. Perlombaan ini bukan atas kemauan saya sendiri, tapi atas permintaan teman-teman di LPTQ untuk mewakili LPTQ dan STAIN Pekalongan dalam Pionir VI di Banten. 44 29. Menjadi anggota PC IPNU Kabupaten Pekalongan
Gambar 3.32 Pelantikan Pengurus Cabang IPNU Kab. Pekalongan (Saya no.4 dari kanan dibagian belakang) 44
2016
Konfirmasi dengan Dani Robbina, (Peserta Pionir VI di Banten), pada tanggal 13 Juni
198
Suatu saat, saya mendapat undangan pelantikan pengurus PC Kab. Pekalongan di gedung NU Kedungwuni Kab. Pekalongan. Saya hadir mengikuti acara pelantikan tersebut dan tak lama saya bersama teman-teman yang lain dilantik menjadi pengurus PC IPNU IPPNU kabupaten pekalongan dan saya menempati posisi devisi pengembangan sekolah dan pesantren Kabupaten Pekalongan. Hal ini di luar perkiraan saya sebelumnya, saya hanya wakil ketua di PAC IPNU Kecamatan Sragi. IPNU diranting saya pun belum terbentuk namun ternyata saat ini saya diikutkan dalam pelantikan PC IPNU Kab. Pekalongan. Semoga hal ini dapat berdampak baik bagi IPNU IPPNU Sragi terutama bagi desa saya. Walaupun saat itu kepengurusan IPNU IPPNU di semua kecamatan Sragi sedang macet tapi ternyata saya malah menjadi pengurus PC IPNU yang belum tentu bisa diraih oleh pengurus kecamatan lain dengan semudah nasib saya. 30. Mengikuti LATPEL (Latihan Pelatih) PC IPNU Kab. Pekalongan
Gambar 3.33 Peserta LATPEL (Saya nomor 1 dari kiri memakai batik merah)
199
Gambar 3.34 Kegiatan LATPEL
PAC IPNU-IPPNU Sragi mendapat surat dari PC IPNU IPPNU Kab. Pekalongan. Isi suratnya adalah permintaan kesediaan beberapa orang dari pengurus PAC untuk mengikuti acara LATPEL yang akan dilaksanakan di Lebak Barang. Acara ini diadakan pada tanggal 25-27 Mei 2014 di Lebak Barang. Para peserta harus mempersiapkan diri dengan bekal fisik dan non fisik. Pelatihan ini di maksudkan untuk mencetak para pelatih, jadi kami dilatih untuk menjadi pelatih. Setelah sholat dhuhur, saya dan Renita (tetangga saya yang juga ketua PAC IPPNU Sragi) berangkat dari rumah menuju kantor NU di Kedungwuni. Sesampainya disana, kami mengikuti upacara pembukaan dan diakhiri dengan pemberangkatan semua anggota ke Kandang Serang menggunakan mobil
200
doplak (tanpa atap). Sebagian orang memilih naik motor, tetapi saya dan Reni sengaja memilih ikut rombongan naik mobil doplak karena di samping jalan menuju kesana tergolong sulit, hampir tidak ada penerangan di jalan, pemberangkatan menjelang mahrib, serta saya belum mengetahui lokasinya.45 Dalam perjalanan, saya dan teman-teman IPNU bercanda. Dari tadi, saya merasa jalan menuju Lebak Barang banyak sekali belokan dan juga jembatan. Dalam seperuh perjalanan saya sudah menghitung ada 12 jembatan. Saya katakan pada teman-teman “Saya menghitung dari tadi sudah ada 12 jembatan yang kita lalui.” Serentak teman-teman yang tadinya terdiam menikmati perjalanan sampai tidak memperhatikan sekitar tiba-tiba mereka terhentak. Dan mengatakan “Jadi dari tadi Mas Asep menghitung jembatan?” kok aku gak sadar ya kalo banyak banget belokan dan jembatan.” Temanteman yang lain ikut membahas dan suasana menjadi ramai kemudian kami menghitung sisa tikungan dan jembatan yang kami lalui bersama. Ternyata ada sekitar 23 jembatan baik kecil maupun besar. Subhanallah, banyak sekali. Sesampainya di lokasi, kami merasa sangat lapar, karena dari siang kami belum makan nasi, hanya sebungkus snack saja yang kami santab dalam acara pembukaan tadi. Kami segera masuk ke tampat yang sudah disediakan. Sebagian diantara kami, terutama saya dan teman-teman IPNU mencari warung. Tak jauh kami melangkah, kami menemukan warung. Kami pesan mie instan telur dan minta dimasakkan agar kami segera bisa makan. Kami
45
Konfirmasi dengan Renita (rekan IPPNU anggota LATPEL I Tahun 2014), pada tanggal 19 Juni 2016
201
makan sambil bercanda dan saling berkenalan karena diantara kami memang banyak yang belum saling mengenal. Mie instan pakai telur sudah jadi, pemilik warung menawarkan nasi kepada kami, tanpa ragu-ragu kami segera menyantabnya. Kami juga memesan susu, kopi, teh, dan minuman lainya, tidak lupa gorengan, krupuk dan juga rokok sebagai pelengkap. Namun, alangkah terkejutnya ketika kami membayar, semua yang kami makan hanya dihargai perorang lima ribu. Padahal kami sudah makan banyak sekali. Ya Allah saya hanya bayar lima ribu? Dapat mie instan, telur, nasi, kerupuk, susu. Murah banget bu? Kami pulang menuju tempat persinggahan dengan tertawa bahagia karena harga yang sangat murah tersebut. Pagi harinya, kami mulai kegiatan. Senam pagi, jalan-jalan, mandi, dan kenudian sarapan bersama. Kali ini panitia yang menyediakan makanan. Setelah itu, kami masuk pada materi. Banyak materi yang disampaikan. Diantaranya adalah kami dilatih bagaimana cara berkomunikasi yang baik, teknik jitu mengungkap fakta dengan lawan bicara, tentang ke NU-an, tentang pengelolaan organisasi yang baik dan sebagainya. Pada hari kedua, kami mendapat tamu undangan dari pimpinan wilayah IPNU IPPNU Jawa Tengah. Meraka memberikan materi dan juga pengalaman-pengalaman mereka dalam berorganisasi dan juga memberikan kesempatan untuk bertanya-jawab dengan peserta. Acara tetap berlangsung sampai larut malam. Pada malam hari inilah, kami masing-masing mendapat kesempatan presentasi tentang materi-materi yang ada. Saat itu, kelompok
202
saya mendapat materi tentang ASWAJA. Saya merasa bisa mengusai materi tersebut karena ingat pelajaran-pelajaran saat di MAS Simbangkulon dan juga ingat materi-materi yang saya dapatkan di pondok YPI dan juga materi materi di bangku kuliah. Saya maju ke depan menerangkan materi tentang ASWAJA. Saya memperhatikan para audiens dan teman-teman pengurus PC IPNU IPPNU. Mereka terlihat sangat antusias dengan meteri yang saya sampaikan hingga setelah saya selesai beberapa panitia mengatakan penyampaian gaya materi ASWAJA yang saya presentasikan seperti dosen. Saya mengamininya. semoga saja menjadi dosen sungguhan, Amin ya Allah. 31. Mencari Generasi Penerus PAC IPNU IPPNU Sragi dan IPNU IPPNU Ranting Desa Sumubkidul Saat itu saya merangkap jabatan tiga kepengurusan IPNU baik di IPNU ranting (tingkat desa), PAC IPNU (tingkat kecamatan) maupun PC IPNU (tingkat kabupaten). semua ini sangat
menyita waktu. Sebenarnya
kepengurusan ditingkat ranting (desa) maupun PAC (tingkat kecamatan) masih banyak kekurangan, sehingga membuat saya kesulitan menjalankan roda kepengurusan dimasing-masing tingkatan organisasi. Apalagi saya juga diangkat manjadi pengurus kabupaten. Rangkap jabatan tersebut bukan karena saya hebat ataupun berkompeten, namun karena IPNU-IPPNU sragi sedang kekurangan pengurus hingga saya merangkap jabatan ketua IPNU ranting, wakil ketua PAC dan salah satu departeman PC IPNU, hingga pada ahirnya saya jarang sekali dapat menghadiri acara PC IPNU kabupaten Pekalongan karena waktu saya sangat padat (saat itu saya menjadi pengurus
203
LPTQ STAIN Pekalongan, pengurus rangkap jabatan IPNU dan pengurus Pesantren dan sedang belajar menghafal Al quran). Saya berfikir, organisasi IPNU IPPNU harus tetap ada dan jangan sampai vakum seperti generasi-generasi sebelum kami. Saya, Nur Hasanah, Imam Amirudin, Renita, Muhtasib dan para pengurus awal IPNU- IPPNU tak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk terus menerus mengurusi kegiataan karena kami sibuk dengan tanggung jawab pribadi kami masing masing sejalan dengan bertambahnya usia kami. Muhtasib sudah lama keluar dari kepengurusan PAC IPNU dan tak lama lagi ia akan menikah, Renita sekarang mengajar di PAUD desa Sumubkidul, Nur Hasanah menjadi guru honorer di SMP 3 Sragi, Imam Amirudin menjadi TU di SD N 01
Kalijambe,
sedangkan saya dan Ayu sendiri sebentar lagi akan memasuki semester enam dan harus fokus kuliah dan akan mulai membuat skripsi, PPL, KKL, dan KKN. Ini menandakan kegiatan IPNU IPPNU akan menjadi banyak kendala. Disisi lain, orang tua saya sering menesehati agar saya segera berhenti dari kegiatan organisasi baik organisasi IPNU maupun organisasi lainya. Orang tua menesehati saya untuk kembali fokus ke kuliah dan mondok agar pendidikan saya segera selesai. Hal ini juga mendorong saya untuk berfikir mengadakan pergantian kepemimpinan baik di tingkat kecamatan maupun pembentukan IPNU IPPNU di desa-desa dengan mengangkat para anggota baru sebagai pengurus. Segera saya melaporkan hal ini ke MWC NU kecamatan Sragi yaitu Pak Kyai Farhan dan Pak Ilyas agar bisa membantu rencana saya. Beberapa
204
bulan setelah melewati proses yang panjang, para MWC menyampaikan agar segera dibentuk kepengurusan PAC IPNU IPPNU yang baru dengan menjadikan saya sebagai ketua PAC IPNU mengantikan Muhtasib yang sebelumnya sudah lama mengundurkan diri. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengganti kepengurusan PAC IPNU IPPNU dan juga kesempatan saya keluar dari kepengurusan sesuai perintah orang tua saya. sehingga nantinya saya sendiri tidak menjadi ketua IPNU ranting (desa) ataupun pengurus di PAC (kecamatan). Suatu ketika, para pengurus MWC NU menyepakati diadakannya pergantian kepengurusan PAC IPNU-IPPNU dan juga pembentukan IPNUIPPNU tingkat ranting (desa). Setelah undangan dibuat, penyebaran undangan tersebut saya percayakan pada ISSIM. Disisi lain, agar ISSIM nantinya juga dapat menghadiri undangan dan nantinya mereka menjadi salah satu pengurus ranting
masing-masing,
mengingat
pembentukan
ISSIM
juga
saya
programkan agar kelak mereka memperkokoh IPNU-IPPNU. Saya juga meminta teman IPNU-IPPNU ranting Sumubkidul untuk membantu menyebarkan undangan. Dalam undangan tersebut terdapat dua acara inti yaitu pambentukan kepengurusan PAC IPNU-IPPNU dan juga disertai pembentukan kepengurusan IPNU-IPPNU ranting di masing-masing desa. Setelah beberapa kali rapat dan koordinasi acara pembentukan PAC, pada suatu malam saya mengundang teman teman ranting IPNU-IPPNU desa Sumubkidul. Dalam rapat yang diadakan di depan mushola rumah saya. Saat
205
itu mereka yang hadir dalam rapat tersebut adalah Imam Amirudin, Ahmad Mujahid, Didik, Renita, Ika Nur Hasanah, Burhanudin, dan Zainul. Dalam rapat tersebut, saya mempunyai rencana para generasi penerus PAC IPNU-IPPNU akan diambil dari teman-teman ISSIM dan juga dari PPPNU ranting desa Sumubkidul dan sisanya akan diambil dari para tokoh pemuda desa di masing-masing desa se-kecamatan Sragi dalam rapat pembentukan PAC IPNU-IPPNU nantinya. Dengan saya mengambil kepengurusan dari orang-orang yang sebelumnya sudah saling mengenal akan membuat kegiatan menjadi lebih mudah berjalan daripada sebaliknya, dan kerja mereka juga diharapkan akan lebih solid. Selanjutnya, khusus untuk ketua PAC baik IPNU maupun IPPNU saya mohonkan agar Ahmad Mujahid bersedia saya calonkan menjadi ketua PAC IPNU. Renita saya harap tetap menjadi ketua PAC IPPNU. Sebaiknya ketua PAC IPNU-IPPNU harus satu desa karena akan mudah dalam koordinasi dan juga jarak yang dekat sehingga akan memudahkan untuk saling bertemu. Disamping itu, IPNU-IPPNU di Sragi tergolong organisasi baru setelah vakum sekitar 8 tahun yang lalu. Teman-teman di desa lain juga banyak yang belum mengetahui seluk beluk IPNU-IPPNU seperti apa. Sedangkan untuk ketua rantting IPNU, saya mohonkan agar Didik bersedia menggantikan saya menjadi ketua IPNU ranting desa Sumubkidul dan pemilihan ketua IPPNU menyusul setelah kegiatan-kegiatannya berjalan lancar. Pada saat itu, desa yang mempunyai kepengurusan IPNU-IPPNU ranting di kecamatan Sragi barulah desa Sumubkidul. Memang dulu saya
206
mendirikan PPPNU (P3NU) di Sumubkidul nantinya akan kami ganti nama menjadi IPNU-IPPNU ranting Sumubkidul. Adapun penggantuian nama PPPNU dapat terlaksana saat kami mengundang Bu Srinatun yang saat itu menjabat sebagai pengurus Muslimat NU kecamatan Sragi. Beliaulah yang kemudian dengan resmi mengganti nama PPPNU menjadi IPNU-PPNU ranting Sumubkidul.
Dengan berdirinya IPNU-IPPNU ranting desa
Sumubkidul menjadi pelopor pembentukan ranting-ranting IPNU-IPPNU di desa-desa lainnya. SEMESTER VI (Februari-Juni 2014) 32. Boyong dari Pondok (Cuti Paksa) Ketika memasuki pertengahan semester VI, saya merasa sangat repot harus mondok dan kuliah. Saya sering pulang maghrib karena memang banyak tugas dari kampus. Saya langsung mengambil air wudhu dan sholat maghrib, setelah itu secara sadar maupun tidak sadar saya langsung merebahkan diri ditempat sholat. Biasanya saya sholat di kamar atas. Ternyata tidak hanya saya saja yang pulang maghrib, mayoritas temanteman para mahasiswa seangkatan saya seperti Anamil Choir, Mirza Fajrian, Ilma, Dewi dan para mahsiswa yang lain juga pulang maghrib atau mendekati maghrib dan mereka juga langsung tidur karena tidak kuat menahan lelah. Saya tahu karena kami sering bercerita dikampus tentang keadaan kami bila sampai di rumah sekembali dari kampus. Ya kami sama-sama tepar. Keadaan ini terjadi terus menerus,sehingga membuat saya sering tidak mengaji karena kelelahan. Saat mengaji murojaah malam, saya sering tidak
207
mengaji dan saya menjadi sering ditegur Abah Kyai. Saya terkadang dipanggil menghadap Abah Kyai, kemudian di tanya mengapa tidak mengaji, saya jawab jujur bahwa saya klayah bobok karena kelelahan. Abah kyai memaklumi, namun karena hal ini terjadi sering dan terus menerus, saya sampai malu sendiri pada beliau. Kalaupun terkadang saya mengaji murojaah malam, saya sering kali tidak lancar dan selalu mengantuk di majelis pada setiap malamnya. Hal ini terjadi karena saya tidak tidur siang dan pulang sore bahkan terkadang isya baru pulang. Saya sudah berusaha pulang cepat, namun memang ini sedang masa-masa sibuk. Rasa malu atas kesibukan kuliah yang berkepanjangan, kelelahan yang setiap hari, keseringan tidak setoran mengaji murojaah malam dan mengantuk berat saat hendak setoran murojaah malam yang sering terjadi, serta tidak lancaran saat setoran hafalan Al quran membuat saya menjadi berfikir bahwa saat ini saya seperti tidak mampu lagi untuk menjalankan aktifitas menghafal Al quran dan kuliah sekaligus. Saya menceritakan keadaan saya pada para senior dan meminta solusi dari permasalahan saya ini. Solusi dari mereka saya jalankan. Namun, saya merasa benar-benar sudah tidak mampu. Seandainya saya boyong bukan karena saya sudah tidak mau lagi belajar menghafalkan Al quran dan kuliah, namun karena otak dan tenaga saya yang benar-benar didak mampu. Saya merasa inilah batas kemampuan saya, hingga akhirnya saya menceritakan permasalahan ini kepada orang tua. Ibu saya datang kepondok karena ayah sedang sibuk. Ibu datang dan berbincang-bincang kemudian memberikan
208
solusi bahwa sementara meminta cuti mondok. Saya berpendapat, bahwa saya setuju cuti pondok namun untuk sementara saja menghabiskan semester 6 dengan alasan karena kuliah sedang sulitdan sangat sibuk. Namun berbeda dengan keputusan orang tua, bahwa sementara saya cuti dulu karena sedang sibuk kuliah dan akan kembali ke pondok namun dalam jangka waktu yang belum bisa ditentukan sekalian agar skripsi selesai baru kemudian kembali kepondok biar tidak sering ijin. Sekarang ijin karena semester 6 sibuk sekali dan suatu saat cuti lagi karena sibuk skripsi, maka dari itu ibu memutuskan untuk sekalian cuti dan kembali kalau sudah selesai skripsi dan wisuda, ini adalah keputusan orang tua saya. Kami sepakat sowan saat itu juga, kami sowan ke ndalem abah kyai Khozin. “Assalamualaikum” suara bel elektrik yang kami pencet di pintu rumah abah Kyai Khozin. Ibu nyai keluar menuju ruang tamu, baliau tersenyum melihat kehadiran saya dan orang tua saya. “Monggo bu mlebet.” kata bu nyai kepada ibu saya. “Assalmualaikum.” Ibu saya mengucapkan salam, sambil masuk ke ruang tamu kemudian kami dipersilahkan duduk. “ada keperluan apa datang kesini?” “Kami mau silaturim Bu Nyai”. “Ouh, iya sekalian saya panggilkan abah Kyai, mohon tunggu sebentar.” Kata Bu Nyai. Tak lama kemudian, abah kyai keluar dan menuju ke ruang tamu. Saya segera berdiri dan mengecup tangan beliau. “Enten nopo Yahya?” tanya abah kyai kepada saya. Saya tak bisa mengatakan apa-apa, kamudian ibu saya yang menceritakan permasalahan yang sedang saya alami, namun ibu lebih banyak
209
basa-basi dahulu dengan menanyakan kedaan keluarga Abah Kyai beserta anak-anak beliau. Hingga, kami sampai pada permasalahan kami yang sesungguhnya dan ibu memohonkan ijin cuti untuk saya. Memang beginilah dunia pesantren, saat menghadapi kyai, biasanya santri tidak bisa berkata apaapa karena malu, risih, bingung dan grogi sehingga santri hanya bisa lebih banyak diam dan orang tua yang biasanya menjelaskan permasalahannya. Ternyata hal ini berlaku pula pada saya, saya juga seperti santri-santri lain yang ketika sowan dan membawa orang tua mambuat saya lebih banyak diam dan orang tua yang bercakap-cakap dengan Abah Kyai. Abah Kyai mengijinkan saya cuti, namun dari kata-katanya, seakan beliau sangat keberatan. Ibu Nyai juga terlihat sangat sedih karena cuti saya kali ini seakan menandakan bahwa saya boyong dari pesantren. Saya juga hampir meneteskan air mata seakan merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga.Keluar dari ndalem abah Kyai, saya menuju ke pondok dan berkemas-kemas serta berjabat tangan dengan semua santri putra yang ada di pondok. Saya membawa barang banyak sekali, dan ada salah seorang santri yang menanyakan “boyong pok kang?”. Saya hanya tersenyum dan kemudian menaikan pakaian ke motor untuk dibawa pulang ke rumah. Saya mengucap salam pada teman teman sambil malambailkan tangan “Assalamu’alaikum”. Teman-teman menjawab “wa’alaikumussalam”. Saya segera tancap gas pulang bersama ibu saya dengan mengendarai dua motor karena ibu juga datang membawa motor.
210
Sampai di rumah, saya meletakkan barang-barang bawaan saya. kemudian sholat berjamaah dengan ibu di mushola. Saat sujud terahir saya merasa sangat sedih namunsaya sadar bahwa saya sedang sholat sehingga saya segera bangun untuk duduk tahiyat akhir. Setelah salam kami membaca wirid kemudian berdo’a. Selesai berdo’a saya mencium tangan ibu saya, saya menatap wajah beliau seakan menahan sedih yang mendalam. Saya segera masuk ke rumah untuk menata barang-barang yang sudah saya bawa pulang. Sambil menata barang-barang tersebut, saya merasa seakan saya kehilangan sesuatu yang sangat berharga, ya saya seakan kehilangan cita-cita menjadi seorang hafidz Al quran. Saya meneteskan air mata. Beberapa hari kemudian ibu berberceita, bahwa saat saya pulang dari pesantren itu, ibu bersujud dan menangis. Ibu mengatakan bahwa beliau merasa sangat sedih melebihi semua kesedihan yang penah ibu rasakan selama ini hingga pipi ibu basah dan menangis sesenggukan karena merasa kehilangan cita-cita selama ini yang sangat beliau mengimpi-impikan, sebuah cita-cita panjang yang belum terwujud. Ibu teringat, ketika saya lama sekali tidak berangkat ke pesantren karena tidak ada biaya karena ekonomi keluarga sedang sulit. Hingga suatu hari ibu sakit, ibu di opname beberapa hari di rumah sakit Kraton Pekalongan. Banyak sekali orang yang datang menjenguk ibu, hingga orang-orang yang menjenguk pasien yang dirawat sekamar dengan ibu kagum karena banyaknya orang yang yang menjenguk ibu. Banyak sekali orang yang memberi amplop pada ibu, ibu kumpulkan amplop tersebut kemudian
211
uangnya diserahkan kepada saya untuk meneruskan cita-cita berangkat ke pondok menghafalkan Al quran, sedangkan ibu mendapat gratis rawat inap di RS. Kraton tersebut karena ibu adalah seorang PNS. Ibu merasa beruntung dengan ibu sakit, justru Allah memberikan jalan kepada saya untuk meneruskan mondok. Yang membuat saya sedih saat ibu mengulangi katakatanya: “Untuk biaya mondok kamu saja, ibu sampai sakit dan opname di rumah sakit beberapa hari dan uang jengukan dari orang-orang ibu gunakan untuk biaya kamu mondok, ini pengorbanan ibu agar kamu bisa mondok menghafalkan Al quran, Yahya”.46 33. Ngekos sebulan Setelah beberapa hari saya di rumah, saya merasa bahwa saya harus nge-kos untuk sementara seperti yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Saya memilih nge-kos yang sekamar hanya satu orang saja, tujuannya agar saya bisa fokus kuliah. Saya memilih mengambil tempat kos di utara RS.Kraton, kos yang tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh dari kampus dengan pertimbangan apabila ngekos dekat kampus biasanya tidak bisa ngekos perkamar, namun langsung satu rumah langsung dengan pembayaran diangsur bersama-sama. Saya memilih nge-kos perkamar saja dan untuk saya sendiri. Rumah kos yang saya tempati saat itu tergolong bagus dan murah, saya mendapat kamar ukuran 4x6 M. Saya mendapat fasilitas kipas angin dan bebas menggunakan listrik, ada lemari es, dapur yang boleh digunakan untuk memasak. Kalau di tempat kos lain sedikit mahal dan tidak ada kipas angin, 46
Konfirmasi dengan Ibu Sri Lestari (Ibu Kandung Penulis), pada tanggal 10 Juni 2016
212
serta ada pula yang pemakaian listrik dibatasi, bila membawa netbook dan ngeces maka harga kos naik. Ibu kos bernama Bu Lilik, beliau punya 2 rumah. Rumah yang pertama untuk tempat tinggal pribadidan rumah yang keduauntuk tempat kos. Jarak dari kos menuju ke rumahnya sekitar 25M. Rumah itu terdiri dari datu ruang tamu, tiga kamar tidur, satu kamar gudang, dapur dan kamar mandi sekaligus WC. Pertama saya masuk kos, dan di terima untuk menempati rumah tersebut, suasana rumah terasa sangat sepi. Hanya saya yang berada di rumah itu sendirian. Kamar yang paling depan sudah ada orang yang ngekos disitu, mereka suami istri. Namun mereka sedang keluar kota. Sedangkan kamar yang satunya kosong tanpa penghuni. Bangunan rumah ini tergolong bangunan lama, hanya diperbaiki dengan cat. Jarang sekali ventilasi di rumah ini, sehingga udara di dalam rumah terasa agak lembab. Dinding tembok banyak terdapat lukisan jaman dahulu diitambah saya tidur sendirian siang dan malam. Saat malam hari terasa agak seram apalagi sekitar jam 01.30-02.30an, tapi saya tidak terlalu takut, karena saya sudah biasa tidur di kuburan saat ngaji patok. Bahkan saat ngaji patok, sudah menjadi tradisi untuk makan, minum dan tidur di kuburan. Saya merasa senang ketika pasangan suami-istri penghuni kamar depan pulang ke kos. Saya merasa ada temannya. Kami saling berkenalan dan kami cepat sekali akrab. Terkadang kami saling memberi makanan atau sekedar jajan untuk dimakan bersama. Saya seakan menemukan keluarga baru. Saat di kos, saya rajin ke mushola sekitar, namun terkadang saya juga sholat di kamar dan tadarus juz 11-15. Saya usahakan setiap hari untuk tadarus juz-juz
213
itu karena saya juga di pondok akan tes juz 11-15 suatu saat nanti kalau sudah siap. Saya juga memasak di kos, belanja telur, sayuran, kecap, saus, minyak, bawang, sarimi. Saya menikmati kemandirian saat saya berada di kos.
Gambar 3.35 Rumah kos saya di daerah Krapyak Gg. 2
34. Kembali ke pondok Setelah saya nge-kos sebulan, saya merasa jenuh karena tempat kos yang saya tempati lama-lama terasa tidak cocok. Saya merasa kesepian tinggal di kamar sendirian, apalagi saya sudah terbiasa hidup dalam keramaian sekamar dengan banyak teman dalam satu kamar, tidur dikamar pondok seperti pindang dijemur. Di kos terasa pengap, bangunan tua, agak seram juga ketika para penghuni kos yang lain sedang pergi. Yang paling menyedihkan karena di kos semuanya sudah berkeluarga, mereka bersenda gurau dengan istri dan anak-anak mereka sedangkan saya di kos seperti tinggal sendirian tanpa teman sekamar. Kalau mau ngobrol juga kurang nyambung karena tema yang dibicarakan tidak sama, mereka membahas keluarga dan pekerjaan, saya membahas pendidikan sedangkan dalam
214
perbincangan yang lama, masing-masing dari kami tidak bisa menyatu dalam alur yang sama. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali tinggal di rumah. Di rumah saya merasa lebih nyaman daripada di kos. Saya baru merasakan nikmatnya tinggal di rumah setelah saya nge-kos dan mondok. Ternyata tinggal di rumah sendiri lebih menyenangkan, lebih bebas, lebih ekonomis, dan lebih merasakan keceriaan dalam hangatnya tinggal bersama keluarga. Lama saya tinggal di rumah, kali ini saya merasa heran karena biasanya lama saya di rumah akan membuat saya mimpi bertemu temanteman santri maupun mimpi bertemu Abah Kyai. Kali ini saya benar-benar merasa heran. Saya seperti bukan santri lagi namun saat itu saya merasa kehilangan sesuatu yang sangat mendalam. Biasanya kalau di pondok saya merasa pusing dan berharap ngaji libur bila setoran hafalan sulit. Rasa kehilangan itu membuat saya berfikir ulang tentang cita-cita saya. Suatu malam saya sholat istikhoroh dan alhamdulillah saya seperti merasa mendapat petunjuk untuk kembali ke pesantren. Saya bermusyawarah dengan keluarga dan hasilnya adalah saya kembali ke pesantren. Namun tidak bisa segera berangkat karena belum ada biaya. Sambil mempersiapkan biaya saya menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Ketika semua persiapan sudah siap, saya kembali ke pesantren. Berangkat dengan perasaan yang sangat bahagia seperti menemukan air di tengah kemarau panjang, akhirnya saya bisa kembali ke dunia para pencari Ridho Allah dunia para hafidz-hafidzoh yang dimuliakan Allah. Saya kembali hidup bersama teman-teman di penjara suci ROUVA (Roudhotul Huffadz)
215
dan menimba ilmu agama kepada para Kyai yang senantiasa mencintai santrisantrinya seperti mencintai anak sendiri. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. 35. Menjadi MC di acara Peresmian dan Tasyakuran Pondok Putri Roudhotul Huffadz
Gambar 3.36 Santri Putra Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz (Saya memakai baju koko coklat, no 5 dari kiri di tengah bagian belakang)
Alhamdulillah, pondok pesantren putri telah selesai di bangun. Bangunan yang tadinya tidak bertingkat, sekarang sudah menjadi bertingkat. Sore itu, pengajian kitab bada ashar diliburkan. Semua santri putra disuruh berkumpul di pondok putri oleh Abah Kyai Khozin. Saat itu, saya baru pulang dari kuliah. Saya disuruh Kang Labib untuk mempersiapkan diri menjadi MC dalam acara tasyakuran pembangunan pondok putri. Saya menuruti perintah Kang Labib, meskipun perintah menjadi MC mendadak, tapi insya Allah saya bisa. Saya segera mempersiapkan secarik kertas dan
216
meminta Kang Labib menjelaskan format acara yang nantinya akan berlangsung, setelah itu saya segera sholat ashar berjamaah di Masjid. Microfone dibunyikan, kemudian salah seorang santri menyerukan untuk segera berkumpul, dan bersama-sama menuju ke pondok putri. Sebelum saya berangkat, sesaat saya cuci muka, agar terlihat segar dihadapan Abah Kyai. Saya segera mengenakan baju berwarna coklat dan sarung coklat, serta membawa secarik kertas dan bolpoin. Kami berangkat sambil bercanda, sesampainya di gerbang Pondok putri, ternyata kami semua bingung. Harus bagaimana, apakah langsug masuk ke gedung putri ataukah menunggu abah Kyai rawuh. Kami tidak tahu apakah Abah Kyai sudah rawuh atau belum, beginilah sikap santri-santri yang tidak mau melakukan sesuatu sebelum di instruksikan oleh atasan. Informasi yang kami dapat, bahwa abah Kyai belum rawuh. Kami menunggu kehadiran beliau di depan gerbang pondok putri. Sambil menunggu, kami berfoto ria. Maklum, wajah bangunan baru, dan ini juga kerja keras para santri yang turut serta dalam pembangunan fisik pesantren beberapa waktu lalu. Tidak begitu lama, abah Kyai rawuh. Saya dan temanteman segera bersalaman dengan beliau dan mengikuti dari belakang. Kami masuk ke aula pondok putri dan langsung ke lantai. Sesampainya diatas, kami melihat Kyai Zaini dan Kyai Ridho sudah di sana, rupanya mereka sudah hadir dan menunggu kedatangan abah Kyai Khozin dan para santri. Semua santri putra berjabat tangan dengan Kyai Zaini dan Kyai Ridho, termasuk saya. Segera setelah semuanya saling bersalaman, abah Kyai khozin
217
memerintahkan saya untuk duduk di sebelahnya. Rupanya abah Kyai Khozin sudah tau kalo saya yang akan menjadi MC di acara tasyakuran dan khotmil Quran tersebut. Dalam susunan acara tersebut, saya sebagai MC. Kyai Nasiruddin sebagai sambutan, Kyai Zaini memimpin pembacaan juz 30 sebagai pertanda telah dilangsungkanya pembacaan Al quran 30 juz, dan Kyai Ridho memimpin do’a khotmil Quran dan Abah Kyai Khozin do’a penutup. Saya melihat terdapat tempat minum berjajar, seperti galon Aqua, botol-botol aqua, dan teko. Semua dipersiapkan karena mengharap keberkahan dari pembacaan ayat-ayat suci Al quran (banyu kkhataman qur’an).
Gambar 3.37 Acara Peresmian dan Tasyakuran Pondok Putri Roudhotul Huffadz
218
Dalam
sambutanya,
Kyai
Nasiruddin
menyampaikan
bahwa
pembangunan ini dapat barlangsung karena anugrah Allah SWT. Karena tadinya hampir tidak mungkin dapat diselesaikan karena sulitnya aliran dana, namun berkat kerja keras dan do’a dari para Kyai akhirnya pembangunan ini dapat berjalan dengan lancar bahkan melampaui dugaan karena banyaknya donatur yang memberikan bantuan secara sembunyi-sembunyi. Setelah acara ditutup, acara dinyatakan selasai. Para Kyai meninggalkan tempat dan para santri kembali berjabat dengan para Kyai kemudian berjalan keluar di belakang para Kyai. Sambil berjalan, saya melihat-lihat bangunan baru ini, tampak kokoh, indah dan menyenangkan. Catnya berwarna hijau, bagian bawah tingkat terdapat kamar-kamar santri putri, dapur dan aula pondok putri juga diperbaiki. Sepertinya akan terasa nikmat kalau temanteman tadarus di tempat seperti ini. Saat mau keluar dari pondok putri, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Kebetulan payung-payung hanya tersedia untuk para Kyai karena jumlahnya terbatas, terpaksa kami menanti hujan reda. Sambil menunggu hujan reda, beberapa santri junior saling bergurau, namun tidak bisa berlangsung lama, karena ditegur oleh pengurus. Kang Labib menyuruh kami tidak langsung pulang ke pondok putra, namun harus ke rumah Abah Kyai Khozin terlebih dahulu, karena acara masih berlanjut katanya. Hujan tak kunjung reda, akhirnya beberapa santri seperti Ali, Rifqi, Fikri, menerobos hujan dan diikuti oleh santri yang lain. Ada beberapa santri yang mendapat pinjaman payung dari tetangga pesantren namun mereka terlambat ke rumah Abah Kyai.
219
Sesampainya kami di rumah Abah Kyai Khozin, kami disuruh membersihkan kaki dengan air kemudian duduk melingkar. Beberapa santri senior diperintahkan masuk ke ruang tengah dan kembali dengan membawa nampan besi berisi makanan untuk disantap bersama-sama. Saya mengambil teko dan gelas, kemudian menuangkan air ke gelas dan membagikanya kepada teman-teman. Tanpa dibagikan gelas sudah hilang sendiri, karena santri saling berebut mengambil gelas yang telah saya tuang teh panas. Kami menyantab makanan bersama, satu nampan besi untuk 5 santri. Saya makan bersama kang Labib, Fayet, Asa, dan Habibul. Asa dan Habibul terlihat begitu serius dan lahap ketika makan, apa lagi saat itu hujan lebat, memang sangat nikmat untuk makan bersama. Saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi limpahan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya. SEMESTER VII (Agustus-Desember 2014) 36. Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) a. Pembekalan PPL Jum’at, 8 Agustus 2014 di Auditoruim STAIN Pekalongan.Terlihat mahasiswa yang lalu lalang memasuki gedung auditorium. Disanalah semua mahasiswa yang akan PPL mendapat pengarahan dari Jurusan Tarbiyah. Di depan pintu masuk sudah ada beberapa staf jurusan yang bertugas untuk mengabsen mahasiswa yang datang dengan memberikan 1 buku panduan PPL serta snack. Saya datang sekitar pukul 08.10 WIB. Saya disambut dengan ramah oleh staf jurusan, kemudian saya absen dengan tanda tangan
220
diselembar kertas sebagai bukti mengikuti kegiatan pembekalan ini. saya langsung menuju ke dalam gedung auditorium, di dalam gedung sudah banyak mahasiswa yang hadir. Saya memilih duduk dibangku kedua dari belakang. Sebelah saya ada Muhammad Tafi’udin, dia teman saya dari sejak TASKA pada awal masuk di STAIN Pekalongan. Disebelah depan dan belakang saya ada beberapa teman-teman kelas C yang kebetulan pada semester ini sudah bisa mengambil PPL. Pukul 09.00 WIB acara pembekalan PPL dimulai dengan dipandu oleh moderator yakni Bu Mumun, salah satu dosen STAIN Pekalongan. Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan yang disampaikan oleh Ketua Jurusan Tarbiyah, Sekretaris Jurusan Tarbiyah, dan perwalikan dari Dinas Pendidikan Kota Pekalongan. Dalam pembekalan itu, semua mahasiswa dijelaskan bagaimana nanti ketika mahasiswa PPL di sekolah diharapkan mampu berinteraksi baik dengan semua warga sekolah, mampu mengaplikasikan, apa yang sudah didapat selama perkuliahan di kampus, menjadikan PPL sebagai pengalaman sebelum menjadi sebagai seorang guru, dan harus menjaga nama baik STAIN Pekalongan. Acara pembekalan PPL selesai pukul 11.00 WIB, semua mahasiswa menemui kalompok masing-masing sesuai dengan nama-nama yang sudah dijelaskan pada saat pembekalan PPL tadi. Saya bingung karena belum mengenal nama dan wajah anggota PPL saya. Saya berjalan menelusuri kursi-kursi sambil berteriak “Kelompok 14, kelompok 14, mahasiswa PPL kelompok 14 siapa? Mari bergabung.”
221
ternyata teman-teman saya sudah berkumpul beberapa orang, tinggal mencari beberapa orang lagi. Tak lama kemudian, akhirnya kami semua berkumpul. Saat itu, saya merasa sendirian karena kelompok saya mayoritas perempuan. Untunglah ada teman yang mengatakan bahwa kelompok saya ada yang tidak berangkat, namanya Toni. Alhamdulillah, saya tidak laki-laki sendirian. Kami berembug untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua. Beberapa orang menunjuk saya sebagai ketua, mungkin karena saat itu saya satu-satunya laki-laki dikelompok 14. Sepontan saja saya menunjuk balik teman-teman yang menunjuk saya. Namun, teman-teman tetap memilih saya hingga akhirnya saya mengusulkan agar Toni saja yang menjadi ketua walaupun dia tidak hadir, justru ini sebagai pembelajaran pentingnya mengikuti pembukaan PPL, yang tidak berangkat harus jadi ketua karena saya paling anti menjadi ketua. Alasan saya tidak mau menjadi ketua adalah karena saya mondok sambil kuliah. Saya tidak mau menjadi ketua apapun dan dimanapn selama saya mondok sambil kuliah, ini prinsip dasar saya sejak sekolah dan kuliah sambil mondok di pesantren. Menjadi ketua dalam kegiatan dan organisai apapun bukanlah hal yang mudah selama saya masih tinggal dipesantren. Ketua itu harus orang yang paling aktif karena harus menjadi contoh bagi teman-temannya, harus bisa mengkoordinir temanteman, harus bisa mengalah mengerjakan tugas-tugas, ibarat kata pepatah
222
ketua itu adalah kepala dan kakinya organisasi. Kalau saya jadi ketua saya harus siap selalu setiap saat dan setiap waktu. Terkadang sulit bagi saya mengungkapkan alasan mengapa posisi sebagai ketua selalu saya hindari sejak sekolah (kuliah) sambil mondok. Saya juga tidak mau mencalonkan diri ataupun dicalonkan sebagai ketua dalam organisasi. Saya sadar diri bahwa saya hidup dan tinggal di pesantren,saya tidak hidup bebas seperti mereka. Banyak hal yang dibatasi dalam dunia pesantren seperti masalah komunikasi dengan dunia luar, tidak dapat bebas keluar-masuk pesantren sehingga sulit rasanya mengurusi kegiatan full time seperti teman-teman lain yang tidak tinggal di lingkungan pesantren. Saya juga punya kewajiban setoran hafalan dan mengaji Al quran sekembalinya saya ke pondok. Mungkin ini bisa mewakili alasan mengapa saya lebih memilih sebagai anggota bukanya ketua. Memang terkadang sulit menjelaskan sesuatu yang tidak mereka alami sendiri dalam realitas komunitas yang berbeda. Terpaksa saya menyetujui dipilih sebagai ketua, yang menjadi sekretaris yaitu Fatkhul, dan bendaharanya yaitu Iim dan teman-teman yang lain menjadi anggota.47
47
Konfirmasi dengan Naely Fajriah Hasan (Teman PPL di SMP Negeri 14 Pekalongan), pada tanggal 10 Juni 2016
223
Gambar 3.38 Daftar Kelompok PPL di SMP N 14 Pekalongan Tahun 2014
Gambar 3.39 Anggota kelompok PPL di SMP 14 Pekalogan (Saya nomor 1 dari kanan)
b. Hari Pertama PPL di SMP Negeri 14 Pekalongan Kamis, 14 Agustus 2014. Merupakan hari penyerahan mahasiswa PPL STAIN Pekalongan di SMP Negeri 14 Pekalongan. Saya dan 8 teman yang lainnya datang ke SMP Negeri 14 Pekalongan pukul 09.00
224
WIB. Kami sengaja datang tidak terlalu pagi karena sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru pamong bahwa pada hari penyerahan mahasiswa PPL dilaksanakan setelah sholat dhuhur, karena pada hari itu kepala sekolah masih ada keperluan lain. Di waktu senggang tersebut kami gunakan untuk persiapan acara penyerahan, dari mempersiapkan susunan acara, menata ruangan, dan konsumsi yang sudah kami pesan sebelumnya. Memasuki waktu sholat dhuhur, kami bergilir untuk sholat di mushola sekolah, sebagian ada yang di ruangan dan yang lainnya melaksanakan sholat. Pukul 12.30 WIB acara penyerahan dimulai yang dihadiri oleh guru-guru dan kepala sekolah SMP Negeri 14 Pekalongan, serta pembimbing kami yaitu Bapak Nur Kholis, MA. Acara penyerahan mahasiswa PPL dibuka dengan suratul fatikhah oleh Nailatus Syarifah dan Imroatul Maghfiroh sebagai pembawa acara, dilanjutkan sambutan dari perwakilan mahasiswa, sebagai ketua kelompok saya mewakili teman-teman dalam sambutan tersebut. Kemudian penyerahan dari pembimbing yakni Bapak Nur Kholis, MA kepada kepala sekolah SMP Negeri 14 Pekalongan yakni Bapak Abu Bakar Hidayatullah, M.Pd. Selanjutnya acara ditutup dengan do’a oleh M. Azhar Fathoni yang bertugas memimpin do’a. Setelah acara penyerahan selesai, kami bertemu dengan guru pamong. Guru pamong adalah guru yang nantinya akan membantu, membimbing dan mengarahkan selama 45 hari kami praktek mengajar di
225
SMP Negeri 14 Pekalongan. Disini ada dua guru pamong yaitu Bu Hj. Mufarichah, S.Ag dan Bu Eva Kholilah, S.Pd.I. Kami dan guru pamong membahas pembagian kelas yang nantinya akan kami ajar. Guru pamong menginginkan agar kami mengajar untuk semua kelas, itu artinya kami mengajar mata pelajaran PAI dari kelas 7, 8, dan 9. Tidak terbayangkan sebelumnya akan mengajar anak kelas 9, karena biasanya mahasiswa PPL hanya dibolehkan mengajar untuk kelas 7 dan 8. Kami mencoba bernegosiasi dengan guru pamong agar hanya mengajar kelas 7 dan 8 saja. Karena saya pribadi merasa tidak sanggup apabila mengajar untuk kelas 9 kenapa?? Pertama, alasanya karena saat saya berkoordinasi dengan sekolah-sekolah lain, ternyata teman-teman PPL hanya mengajar kelas 7 dan 8. Kedua, sebelumnya pada saat pembekalan PPL, kami sudah diberi tahu kalau nanti guru pihak sekolah meminta mengajar kelas 9 jangan mau karena kelas 9 urusan sekolah dan harus didik betul-betul oleh para guru mereka sendiri. Seandainya nanti ada materi yang tak tersampaikan dengan optimal oleh mahasiswa dalam pembelajaran sehingga
menyebabkan
kekurang
sempurnaan
dalam
persiapan
menghadapi ujian sekolah, dan berbuntut pada kurang penguasaan materi olah pesarta didik, maka para mahasiswa bisa disalahkan karena berani dan mau mengajar kelas 9 ini pesan saat pembelakalan PPL dan juga saat pertemuan akhir mata kuliah micro teaching oleh Bu Chusna Maulida. Disisi lain, pada saat itu setoran hafalan murojaah saya kebetulan pada surat-surat yang sulit dihafal yaitu juz 16 keatas. Saya juga sudah
226
ditunggu-tunggu oleh abah kyai untuk tes 5 juz Al quran dari juz 11-juz 15. Agar bisa fokus, saya tidak ingin terlalu repot diluar pesantren. Ini alasan yang tak bisa saya ungkapkan kepada teman-teman PPL saat itu. Saat itu terjadi konflik pribadi dan juga pada teman-teman. Disisi lain, saya harus menentukan sikap bahwa mengajar sesuai dengan pesan yang disampaikan dosen saat pembekalan PPL dan saya harus mengurangi kegiatan di luar pesantren untuk memperbanyak tadarus sebagai persiapan tes hafalan Al quran dan disisi lain ada teman yang tiba-tiba membatalkan kesepakatan tersebut sehingga kami harus mengajar kelas 7,8,9 padahal hari sebelumnya kami berunding hanya akan mengajar kelas 7 dan 8. Saat itu saya merasa kesal, namun apa boleh buat biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin teman saya itu orangnya pandai dan kreatif, yang penting kita jalankan tugas PPL bersama-sama walaupun mungkin saya tidak dapat seaktif mereka dan lebih sering ke mushola untuk tadarus Al quran atau ke ruang lobi untuk berdiskusi dengan guru. Esok harinya kami diberi jadwal mengajar yang harus dibagi sendiri sesuai kesepakatan kelompok. Pembagiannya jadwal mengajar dilakukan dengan pengundian secara merata. Selembar kertas dipotong kecil-kecil yang berukuran 3x4 cm kemudian ditulis identitas kelas lalu digulung seperti batang rokok. Gulungan-gulungan kertas tersebut dimasukan ke dalam wadah, kemudian kami satu persatu mengambil gulungan kertas tersebut. Melihat kertas yang saya ambil, saya merasa
227
deg-degan, jangan-jangan saya mengajar kelas 9. Ternyata benar dugaan saya, saya mendapatkan kelas 9A dan 8A untuk nantinya saya ajar selama PPL. Ternyata hal ini sesuai keinginan saya dulu sebelum pembukaan PPL bahwa suatu saat saya ingin PPL mengajar kelas 9 karena mengajar kelas 9 lebih saya suka daripada mengajar kelas 7. 48
Gambar 3.40 Jadwal Mengajar (PPL) di SMP Negeri 14 Pekalongan
48
Konfirmasi dengan Fina Ainul Muna dan Nailatus Syarifah (Teman PPL di SMP Negeri 14 Pekalongan), pada tanggal 11 Juni 2016
228
c. Membuat RPP Membuat RPP menjadi tugas kami sebagai mahasiswa PPL. Kami berusaha membuat RPP dengan baik, membuat absensi kehadiran siswa, membuat jadwal piket ruang yang kami tempati, dan juga membuat penilaian dan evaluasi. Saya banyak belajar dari PPL. Selama ini saya hanya
belajar
di
bangku
kuliah
dan
sekarang
saatnya
saya
mengaplikasikan ilmu saya di lapangan, terutama dalam membuat RPP. Di SMP N 14 Pekalongan ada dua kurikulum yang digunakan. Kurikulum KTSP untuk kelas 9 dan kurikulum 2013 untuk kelas 7 dan 8. RPP yang kami buatpun ada dua jenis yaitu RPP KTSP dan RPP 2013. Kami membuat dan menyusun RPP sekaligus satu persatu dengan harapan agar nanti kami tidak perlu membuat RPP setiap hari. Membuat RPP mudah asal kita mengatahui cara-cara pembuatan RPP yang baik.Dalam RPP 2013 materi pembelajaran harus dicantumkan sehingga mempermudah guru dalam mengajar, RPP 2013 lebih tebal daripada RPP KTSP. Selain mencantumkan materi dalam RPP, metode juga harus tercantum dalam RPP tersebut sehingga pembelajaran dapat dievaluasi apakah metode yang digunakan sesuai dengan materi yang disampaikan atau tidak. RPP juga harus ditandatangani olah pembuat RPP dan juga ditandatangani oleh guru pamong sehingga apapun yang akan diajarkan sudah diketahui oleh guru pamong dan di bawah pengawasan beliau.49
49
Konfirmasi dengan M. Azhar Fathoni (Teman PPL di SMP Negeri 14 Pekalongan), pada tanggal 10 Juni 2016
229
Gambar 3.41 Membuat RPP dan Menyusun Materi (Saya nomer 1 dari kanan)
d. Mengajar Kelas VIII A dan IX A
Gambar 3.42 Mengajar di kelas 9A SMP Negeri 14 Pekalongan
230
Setiap hari kami mengajar para siswa sesuai jadwal yang telah kami sepakati bersama. Setiap hari selasa jam ke 3-4 saya terjadwal mengajar kelas VIII A, dan pada hari Rabu jam ke 4-6 saya mengajar di kelas IX A. Kali ini saya mengajar kelas VIII A. Pertama saya memasuki ruang kelas, kemudian saya menuju meja dan kursi guru serta meletakkan semua alat mengajar yang saya bawa. Saya menatap anak-anak kelas VIIIA satu persatu, saya berusaha mengadakan kontak mata dengan mereka. Kemudian saya mengucap salam dengan tenang dan berusaha untuk berwibawa serta berusaha bertindak sesuai teori mengajar yang pernah saya dapatkan di bangku kuliah dan sesuai pesan yang pernah dikatakan Bu Chusna Maulida saat mata kuliah micro teaching. Mengajar kelas VIII A harus menggunakan kurikulum 2013 karena di SMP 14 sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII, sehingga posisi guru hanyalah sebagai fasilitator, siswa dituntut aktif dalam kegiatan belajar mengajar, posisi guru juga bukan merupakan satusatunya sumber utama ilmu pengetahuan, sehingga para murid diajarkan untuk aktif mencari pengetahuan dan memahami materi yang ada. Mengajar menggunakan kurikulum 2013 menuntut keaktifan siswa. Keaktifan siswa inilah terkadang membuat suasana ruang kelas terasa lebih hidup dibanding bila mengajar menggunakan kurikulum KTSP, bahkan terkadang terkesan ramai, seperti mengajar anak TK karena terkadang ada yel-yel, lempar tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, dan sebagainya.
231
Berbeda dengan mengajar di kelas IX A yang masih menggunakan kurikulum KTSP, alokasi waktu yang dalam 1 kali pertemuan pelajaran juga berbeda. Kalau mengajar kelas VIII selama 3x45 menit, sedangkan mengajar di kelas IX hanya 2x45menit. Saya beruntung berkesempatan mengajar yang yang menerapkan 2 kurikulum yang berbeda, sehingga dapat menambah pengetahuan saya tentang kurikulum. Mengajar membuat saya teringat bagaimana saya dahulu menjadi murid di sekolah. Ketika saya melihat anak-anak yang mengantuk saat diajar, saya teringat bagaimana saya dahulu mengantuk di kelas. Ketika saya melihat anak-anak rajin membaca sampai tidak keluar kelas saat jam istirahat, saya menjadi teringat ketika dahulu saya ikut-ikutan rajin membaca karena masuk di kelas favorit. Ketika melihat anak-anak rajin ke perpustakaan saat jam istirahat membuat saya teringat bagaimana saya sangat hobi berkunjung ke perpustakaan dan ketika saya menemukan anak-anak yang tidak mengerjakan PR dan baru mengerjakan di kelas mencontoh milik teman, saya juga teringat bagaimana saya dahulu tidak mengerjakan PR sehingga disindir guru. Dengan mengingat bagaimana saya dahulu ketika masa sekolah membuat saya menjadi tidak mudah marah dalam menghadapi siswa dan berusaha mencari tahu mengapa mereka biasa seperti itu sehingga saya berusaha memberikan solusi agar mereka menjadi lebih baik dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah.
232
Melalui PPL, saya berkesampatan untuk belajar cara menjelaskan materi dengan baik, belajar mempraktekkan teori mengelola kelas agar kondusif sehingga meteri yang disampaikan dapat diserap dengan baik olah siswa-siswi, dan terkadang teori mengajar tidak selamanya sesuai dengan praktek di lapangan. e. Tadarus di Mushola SMP Negeri 14 Pekalongan Sejak PPL, saya sering kali tadarus di mushola SMP N 14 dalam rangka persiapan tes hafalan juz 11- juz 15. Kebetulan waktu awal-awal PPL tidak terlalu sibuk karena hanya mengajar tiga jam dalam seminggu, jadi waktu itu saya gunakan untuk tadarus Quran ba’da sholat dhuha. Terkadang saat saya sholat maupun tadarus, ada guru yang menemani saya karena kebetulan sama-sama sholat dhuha, diantaranya adalah Pak Somali, beliau mengampu pelajaran BK. Dalam beberapa saat di mushola itu terkadang saya dapat tadarus 2 sampai 3 juz atau hafalan beberapa lembar murojaah untuk persiapan ngaji nanti malamnya. Waktu untuk tadarus di mushola saya kurangi saat ada jam-jam sibuk. Misalkan ada penambahan jam pelajaran karena disuruh menggantikan guru yang ijin mengajar, ataupun permintaan teman untuk mengajar di kelas tambahan sebagai badal (pengganti) teman yang berhalangan dalam mengajar. Saya juga mengurangi tadarus di mushola SMP N 14 pula saat menjelang akhir-akhir PPL, karena saat-saat itu merupakan saat-saat sibuk mempersiapkan laporan PPL dan persiapan perpisahan acara PPL
233
antara mahasiswa dengan warga SMP N 14. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin. f. Penutupan PPL Tidak terasa, kami sudah mengajar hampir 45 hari di SMP N 14 Pekalongan. Banyak yang harus kami persiapkan sebelum mengakhiri PPL, diantaranya adalah menyusun laporan kegiatan PPL, mengevaluasi tugas-tugas siswa, merapikan arsip-arsip mengajar, dan juga memberikan kenang-kenangan kepada SMP N 14 Pekalongan sebagai ungkapan terimakasih telah diperbolahkan praktek mengajar di tempat tersebut. Selasa, 30 September 2014 sampailah kami pada acara penutupan PPL. Acara berlangsung setelah dhuhur dilaksanakan di LAP IPA SMP N 14 Pekalongan. Acara dihadiri oleh dosen pembimbing PPL yaitu Bapak Nur Kholis, MA. kepala sekolah SMP N 14, para guru dan staf administrasi serta segenap petugas kebersihan dan juga satpam SMP N 14 Pekalongan. Acara dibuka oleh penampilan rebana siswa SMP N 14 Pekalongan, dipandu oleh pembaca acara yaitu Imroatul Maghfiroh dan Arie Fitriyani. Saya selaku ketua kelompok menyampaikan sambutan mewakili teman-teman PPL mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak sekolah yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan selama kami PPL di SMP N 14 Pekalongan. Selanjutnya, acara inti yaitu pelepasan mahasiswa PPL di SMP N 14 Pekalongan sekaligus pemberian kenang-kenangan kepada guru
234
pamong sekaligus untuk pihak sekolah. Dan acara ditutup dengan do’a oleh M. Azhar Fathoni. Acara pelepasan mahasiswa PPL berlangsung dengan baik dan lancar, dan diakhiri dengan saling berjabat tangan untuk saling memaafkan. 50 37. Kuliah Kerja Nyata (KKN) a. KKN di Desa Sukorejo Limpung Batang Pada semester tujuh ini, STAIN Pekalongan mengadakan KKN yang ke-XXXVII. KKN kali ini bertempat di Kebupaten Batang. Saya mendaftar sebagai peserta KKN. Setelah saya melakukan registrasi dan memenuhi beberapa persyaratan, akhirnya saya diperbolehkan mengikuti KKN tersebut. Kemudian hari, saya mendapatkan informasi bahwa saya ditempatkan di posko KKN Desa Sukorejo Kec. Limpung Kab. Batang. Pembukaan acara KKN dilaksanakan di gedung pascasarjana kampus STAIN Pekalongan, saat itu kami diberi tahu nama anggota kelompok kami masing-masing oleh tim KKN. Kelompok saya terdiri dari 13 mahaiswa. Anggota kelompok saya adalah saya sendiri (Asep Rokhmatul Yahya), Solihatun Nisa, Imroatul Maghfiroh, Dewi Agus Tini, Rizqa Murnia, Titik Dwiningsih, Faroh Maulida, Siti Amalia Imani, Rosihun, Hartanto Baktia Nusa, Teti Barokah, Tri Rizqi Amalia, dan Ibnu Athoillah. Namun ternyata, banyak diantara kami yang belum mengenal satu dengan yang lainya karena kelompok KKN terdiri dari 2 prodi yaitu prodi PAI dan prodi Ekonomi Syariah. 50
Konfirmasi dengan Resti Latifun Nisa (Teman PPL di SMP Negeri 14 Pekalongan), pada tanggal 12 Juni 2016
235
Setelah acara pembekalan selesai, kami dipersilahkan menemui kelompok masing-masing dan menentukan siapa yang akan menjadi ketua kelompok. Kami saling memperkenalkan diri dan kami segera melakukan pemilihan ketua. Kami sepakat memilih Ibnu Athoillah menjadi ketua kelompok kami. Setelah pembekalan di kampus selesai, acara dilanjutkan pada keesokan harinya yaitu berkumpul di depan kampus STAIN Pekalongan guna pemberangkatan para mahasiswa ke posko KKN. Ada sekitar 8 bus yang dipersiapkan untuk memberangkatkan para mahasiswa ke posko KKN kabupaten Batang. Namun banyak juga diantara mahasiswa yang memilih naik kendaraan roda dua milik pribadi dengan alasan agar nanti bisa digunakan untuk transportasi di posko selama KKN berlangsung. Begitu pula dengan saya, saya juga membawa motor sendiri. Setibanya di pendopo kecamatan, kami disambut baik oleh Pak Camat dan juga beberapa Kepala Desa se-Kecamatan Limpung Batang. Pak camat memberikan sambutan dan beberapa kepala desa diberi kesempatan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dan kemudian acara ditutup dengan do’a bersama. Acara penyerah-terimaan tersebut tidak berlangsung lama karena hari sudah siang. Kami segera diantar menggunakan angkutan umum ke posko KKN kami masing-masing. Sesampainya kami di posko, kami disambut dengan baik oleh Pak lurah sekeluarga. Kami segera diantar ke kamar yang akan kami tempati. Kemudian kami diajak makan bersama semua anggota keluarga Pak
236
lurah. Saat itu kami belum saling mengenal. Pak lurah berkata “silahkan makan, masalah perkenalan dan program apapun itu urusan nanti, nikmati dan santai dulu, anggap saja rumah sendiri”. Pada malam ke tiga, kami saling berkenalan. Pak lurah memanggil semua anggota keluarganya yang tinggal di rumah tersebut. Kami berkenalan satu per satu sambil makan makanan ringan buatan bu lurah. Pak lurah tersebut bernama pak Yanto. Beliau juga membebaskan mahasiswa untuk melakukan apa saja, yang penting betah asal tidak sembrono.
Gambar 3.43 Foto bersama keluarga Pak lurah, (saya nomor dua dari kanan sambil mengacungkan jempol tanda OK!)
Setelah kami dan keluarga Pak Lurah Yanto saling mengenal, barulah kami berusaha mengenal dan memperkenalkan diri dengan warga
237
sekitar desa Sukorejo. Saya dan teman-teman mulai bersilaturahim dengan para tokoh masyarakat baik aparat desa maupun tokoh agama serta orang-orang yang dituakan di desa Sukorejo. Pada minggu pertama, kami tidak melakukan kegiatan selain bersilaturahmi sehingga minggu pertama kami berkeliling desa. Kalau perlu, rumah demi rumah kami datangi, namun tak sanggup bila benarbenar per rumah kami datangi karena kami kelelahan sehingga cukuplah bagi kami bersilaturahmi ke para tokoh dan tetangga sekitar posko saja. Beraneka ragam mata pencaharian mereka, ada yang petani, pembuat emping melinjo, pengrajin batu bata, tanah ladang dan para pegawai. Pendidikan mereka tergolong rendah terbukti dari data yang kami dapatkan di balai desa Desa Sukorejo bahwa mayoritas pendidikan mereka hanya lulusan SD. Biasanya, para gadis di daerah tersebut menikah pada usia-usia anak SMP ataupun SMA. Namun, rumah mereka terlihat bagus-bagus terlihat dari bangunan-bangunan perabotan rumah mereka. Ada yang menjadi teka teki yang belum kami temukan hingga kini, mengapa mereka tergolong sebagai orang-orang kaya walaupun pada kenyataanya pendidikan mereka tergolong rendah?. Setelah kami mengenal penduduk sekitar, barulah kami mengadakan program dan kegiatan-kegiatan KKN di desa Sukorejo.51
51
Konfirmasi dengan Imroatul Maghfiroh (Teman KKN di Desa Sukorejo, Limpung, Batang), pada tanggal 18 Juni 2016
238
Gambar 3.44 Bersilaturahim dengan perangkat desa di kantor kelurahan Desa Sukorejo (Saya nomor 1 dari kanan)
Gambar 3.45 Bersilaturahim ke tokoh desa Ta’mir Masjid desa Sukorejo (Saya sedang mencatat hasil pembicaraan kami)
239
Kegiatan kami di posko adalah piket bergilir mencuci piring, menyirami tanaman, manyapu halaman rumah, dan menjaga kebersihan dan ketertiban posko, kami juga mengadakan pembacaan Al quran bersama setiap pagi setelah subuh dan sore setelah sholat maghrib, kami mengadakan sholat berjamaah bersama, berdo’a bersama saat nisfu sya’ban, dan lain-lain. Kegiatan yang kami lakukan untuk masyarakat Desa Sukorejo diantaranya adalah mengadakan workshop guru-guru TPQ se-Kecamatan Limpung, mengadakan pelatihan komputer untuk para perangkat desa mengadakan pelatihan peningkatan ekonomi dangan membuat coklat berbahan daras emping melinjo, membuat kerajinan tangan dari kain flanel untuk yang nantinya bisa dijual dan menghasilkan uang, mengajar di Madrasah Islamiah Salafiyah di Desa Sukorejo, mengadakan les 2 bahasa untuk anak-anak MI yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris terpadu, mengadakan posyandu gratis, mengadakan pengajian-pengajian, mengikuti kegiatan-kegiatan desa seperti selapanan, berpartisipasi dalam membangun mushola, ikut merenovasi balai desa, mengikuti acara Ibu PKK, mengikuti acara yasin tahlil, sholawatan, dan lain sebagainya. b. Tadarus Al quran KKN merupakan momen yang istimewa bagi para mahasiswa. Saat itu adalah waktunya bagi mahasiswa mengabdi kepada Masyarakat sekitar lokasi KKN. Kebetulan waktu KKN kami para mahasiswa STAIN beriringan dengan para mahasiswa UNNES, Sehingga terasa ramai. Kami
240
para mahasiswa/i STAIN ditempatkan di kediaman Pak Yanto, beliau ada;ah seorang Kepala Desa desa Sukorejo. Pak Yanto senang dengan kami para mahasiswa/i karena katanya kami Relligius. Kami selalu tadrus Al quran ba’da maghrib dan ba’da subuh dirumah beliau. Pak lurah merasa nyaman, tentram, bahagia dengan keberadaan kami yang sering tadarus di rumah beliau. Hal itu di ucapkan oleh Pak lurah. Beliau pernah berkata, kurang lebih seperti ini “saya senang dengan panjenangan semua mas/mba KKN STAIN, panjenengan semua itu berbeda dengan yang lain. Berbeda dengan teman-teman KKN dari UNNES, sangat-sangat berbeda. Mulai dari adab tata cara pergaulan, tata cara berpakaian, maupun kebiasaan sehariharinya termasuk gemar membaca ayat-ayat suci Al quran”. Mungkin juga karena background kelompok kami berbasis Agama, sehingga kebiasaan positif kehidupan beragama terbawa juga di tempat KKN” tutur pak Yanto. Terkadang saya tadarus melantunkan ayat-ayat Al quran di tempat yang pemandanganya indah. Contoh, saya melakukan tadarus sebisanya ketika di pantai ujung negoro. Ketika di wisata air terjun 1000. Melantunkan ayat-ayat yang pernah dihafalkan di tempat seperti itu merupakan pengalaman tersendiri yang belum tentu dilakukan oleh orang lain. Hati sayapun merasa sejuk. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin.
241
c. Ceramah Memperingati Tahun Baru Islam 1436 H
Gambar 3.46 Ceramah dalam rangka memperingati tahun baru Islam
Gambar 3.47 Memperingati Tahun Baru Islam 1436 H
242
Saya dan teman teman KKN di minta mengisi kegiatan MI Islam desa Sukorejo Limpung Batang. Kebetulan saya mendapat tugas mengisi ceramah. Saya menolak, namun kata teman-teman mending di terima saja mas, sekalian untuk latihan. Singkat cerita saya menerimanya. Kemudian sebagai rasa tenggung jawab saya mengisi ceramah, saya mulai mencari materi-materi tentang tahun baru islam, terutama tentang sejarah pertama kali diadakan penanggalan kalender Qomariyah dan peringatan tahun baru Islam. Dua hari berlalu, saya telah mendapatkan banyak materi yang akan saya sampaikan pada acara ceramah tersebut. Acara peringatan 1 Muharram di laksanakan pada hari rabu pukul 09.00 WIB. Acara di mulai dengan rebana dari tim duror siswa-siswi MI Islam Sukorejo, kemudian dilanjutkan dengan tari-tarian khas anak-anak. Baru kemudian di lanjutkan dengan acara pembukaan, yang menjadi MC adalah anak-anak MI Islam Desa Sukorejo. Sambutan perayaan 1 Muharram disampaikan oleh teman saya Hartanto. Hingga sampailah pada giliran saya memberikan ceramah kepada anak-anak. Saat awal-awal ceramah, saya merasa percaya diri karena telah menguasai meteri. Waktu berjalan saya masih memberikan materi ceramah sesuai tema, namun keadaan siswa-siswa tersebut mulai ribut dan tidak fokus, mungkin juga karena mereka kurang bisa diajak memahami sejarah 1 Muharram yang baru mereka dengar, tehingga saya bingung bagaimana caranya agar siswa-siswa bisa mendengarkan dengan baik.
243
Saya mengambil inisiatif, ceramah ssaya keluar tema dan tidak lagi terfokus pada materi peringatan tahun baru Islam. Penggantian tema ini saya lakukan karena pemahaman anak-anak ternyata lebih kepada hal-hal yang sudah pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya saya menerangkan tata cara berwudhu yang benar, tentang sholat yang banar, adab ketika makan dan minum serta sopan santun terhadap kedua orang tua. Sungguh benar-benar kaluar dari tema peringatan 1 Muharram karena saya mengikuti pemikiran anak-anak yang sedang saya hadapi. Saya tertawa sendiri, dan merasa seakan sia-sia persiapan materi yang saya lakukan selama ini. Ya begitulah anak-anak, dunia mereka memang berbeda dengan dunia orang dewasa yang lebih sering kepada teori hal-hal baru. Sebaliknya, anak anak lebih tertarik pada meteri yang sudah pernah disampaikan sebelumnya dan yang berkaitan dengan keseharian anak-anak.
Gambar 3.48 Antusias Siswa-siswi MI Islam desa Sukorejo memperingati tahun baru Islam 1436 H
244
38. Sidang Proposal Skripsi Senin, 21 desember 2014, saya di SMS oleh salah satu pegawai STAIN untuk melihat papan pengumuman di gedung F mengenai jadwal siding proposal. Ternyata dalam pengumuman tersebut nama saya tercantum sebagai peserta sidang sidang proposal pada 24 desember 2014 pukul 08.00 WIB. Saya segera mempersiapkan diri dengan mempelajari proposal skripsi saya. Saya juga mempersiapkan hal-hal yang sekiranya mungkin akan ditanyakan selama sidang skripsi. Rabu, desember 2014 saya mengikuti sidang proposal. Saya berangkat tidak terlalu pagi sekitar pukul 07.00 WIB karena kebetulan ngaji ziyadah hafalan Quran selesai agak siang. Saya memakai baju kemeja putih lengan panjang, memakai dasi hitam, memakai jaz hijau almamater STAIN Pekalongan dan tak lupa saya juga memakai sepatu pantofel. Sesampainya di ruang sidang gedung F, saya mengambil kursi paling depan urutan ketiga karena saya adalah peserta ketiga pada sidang proposal ini. Dosen penguji saya ada dua. Penguji pertama Bu Ely Mufidah, M.S.I dan penguji kedua Bu Hj. Fatikhah, M. Ag. Pukul 08.30 WIB sidang dimulai. Satu persatu peserta sidang mempresentasikan proposal skripsinya hingga sampailah pada giliran saya sidang proposal. Judul proposal skripsi saya adalah “Implementasi Metode Pendidikan Tahfidzul Qura’an di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz Pekalongan Selatan” Selama sidang proposal, saya merasa grogi sehingga terkadang kurang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan.
245
Banyak tulisan yang di revisi dan banyak coretan yang tergores melalui bolpoin dua penguji tersebut. Namun tidak apa-apa justru hal ini menunjukkan bahwa para penguji benar-benar menguji proposal saya sehingga saya dapat memperbaikinya lagi menjadi susunan yang lebih baik. Setelah sidang selesai, para dosen penguji memberikan waktu revisi selama dua minggu, artinya saya harus memperbaiki proposal skripsi saya dalam kurun waktu dua minggu. Alhamdulillah sehari sebelum tanggal batas akhir, saya sudah berhasil memperbaiki proposal skripsi saya dan mendapat ACC dari dua dosen penguji untuk nantinya melanjutkan ke bab dua. Saya menemui dosen pembimbing skripsi untuk melaporkan bahwa saya sudah selesai seminar proposal seperti yang beliau sarankan dan saya juga sudah merevisi proposal sesuai anjuran dua dosen penguji proposal skripsi serta sudah mendapat ACC dari mereka. Namun ternyata sesuatu di luar dugaan saya karena dosen pembimbing menyuruh saya mengganti judul penelitian yang baru saja di ACC oleh kedua dosen penguji. Seketika itu saya shock dan pulang tanpa gairah. Namun, saya tetap berusaha patuh pada dosen pembimbing saya untuk membuat skripsi yang baru walaupun saya tidak tahu harus bagaimana lagi karena mendapat perintah ganti judul tersebut. SEMESTER VIII (Februari-Juni 2015) 39. Khotmil Quran di Makam Sapuro Pekalongan Malam ahad, 22 Januari 2015 saya mengikuti kegiatan rutinan pondok pesantren Roudhotul Huffadz untuk mengaji khotmil Quran di makam Sapuro Pekalongan. Makam itu adalah makam ahlul bait (keluarga Habib Lutfi).
246
Kami berangkat setelah isya menggunakan mobil bukaan (jeddeng). Jumlah santri yang ikut acara itu berjumlah 35 orang termasuk saya. Kang Nur Syahidin sebagai lurah pondok Roudhotul Huffadz telah menyewa mobil. Rencananya kami berangkat diangkut dalam satu mobil, namun tidak muat. Sehingga beberapa santri memilih menggunakan motor pribadi. Sayapun akhirnya lebih memilih naik motor boncengan bersama Khaidar. Dalam perjalanan, mobil di depan, sedangkan saya dan teman-teman yang menggnakan motor berada di belakang mobil. Sesekali saya ngobrol dan bercanda dengan Khaidar yang membonceng saya, saya juga menyaksikan beberapa orang menggunakan busana muslim menuju ke arah makam Sapuro, mungkin mereka juga para tamu undangan seperti rombongan kami. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari pondok Roudhotul Huffadz ke makam Sapuro, sekitar 3 km dapat kami tempuh sekitar 10-15 menit. Setibanya di lokasi pemakaman Sapuro, saya melihat banyak sekali para peziarah disana, diantara mereka menggunakan bis, angkutan, mobil pribadi, sepeda motor, dan lain lain. Rupanya banyak cara yang mereka tempuh yang penting bisa sampai di pemakaman ini untuk ikut mendo’akan ahlul baitnya Habib Lutfi yang sudah meninggal. Mobil dan motor kami parkir di tempat parkiran sebelah selatan pemakaman. Kami menuju pemakaman ahlul baitnya Habib Lutfi. Panitia sudah siap menyambut kedatangan kami. Meraka menjabat tangan kami dan menanyakan kami rombongan dari mana. Lurah pondok menjawab bahwa kami dari pondok roudhotul huffadz. Kamipun diminta mengisi formulir.
247
“Monggo kang di isi dulu formulirnya nanti untuk pendataan kami” kata salah satu panitia. Setelah kami mengisi formulir, kami dipersilahkan mengambil Al quran dan membacanya untuk para al marhum ahlul baitnya Habib Lutfi. Saya melewati makam-makam yang terletak sebelum makam ahlul baitnya Habbib Lutfi, saya juga melihat banyak orang membaca Al quran di makam ahlul baitnya Habib Lutfi. Saya dan teman-teman duduk menghadap ke utara karena makam tersebut berada di sebelah utara kami. Kang Adli memimpin pembukaan bacaan Al quran, saya dan teman teman segera membaca Al quran. Saya harus percepat bacaan Al qurannya, karena kami membaca 2 khataman. Saya berharap tidak ketinggalan dalam menyelesaikan bacaan Al quran yang sudah menjadi jatah saya yaitu juz 6. Saya
mencoba
membaca
khusyuk
dan
cepat,
namun
tetap
memperhatikan tanda bacaan Al quran. Setelah saya selesai mambaca Al quran, saya mengambil beberapa foto disekitar makam. Diantaranya foto-foto para jamaah yang mengaji disana. Setelah kami selesai membaca dua khataman, kamipun meninggalkan makam. Saat kami melintasi pintu gerbang, kami di sambut oleh panitia dan kami diberi bungkusan makanan yang kemudian kami makan bersama-sama di luar makam. Sepulang dari pemakaman, saya dan beberapa teman santri melanjutkan perjalanan menuju ke gedung Kanzus Sholawat untuk melihat keramaian lagu-lagu gambus disana. Lagu-lagu gambus ini didendangkan oleh orangorang keturunan Arab. Musiknya menggelitik dan membuat kepala ingin bergoyang karena takjub dengan lagu-lagu gambus asli Arab.
248
Gambar 3.49 Acara Khotmil Qur’an di Makam Sapuro Pekalongan
40. Wawancara dengan Master Tahfidz Quran
Gambar 3.50 Wawancara dengan Ustadz Hadi al Hafidz
Judul
: Wawancara dengan Master Tahfidz Quran
Nama
: Ustadz. H. Abdul Hadi Al Hafidz
Tempat
: Rumah Ustadz. H. Abdul Hadi Al Hafidz Banyurip Ageng, Buaran.
Waktu
: Rabu, 28 Januari 2015. Pukul 09.30-11.00 WIB
249
Hari rabu pagi sekitar jam 09.00 WIB saya berkunjung silaturahim ke kediaman Ustadz H. Abdul Hadi. Dua hari sebelumnya saya sudah mengadakan perjanjian dengan beliau untuk berkunjung dan wawancara mengenai tahfidzul Qur’an dan biografi beliau. Saya berkunjung ke rumah ustadz Hadi bersama teman saya yang bernama Mahmud. “Ayo mud, Mahmud kita ke ustadz Hadi sekarang” kataku kepada Mahmud yang sedang persiapan memakai pakaian untuk pergi kesana. “Iya sebentar lagi.” Jawab Mahmud. Tapi bukannya meneruskan memakai pakaian tapi malah mencopot pakaian dan menuju kamar WC. Setelah saya menunggu lama, saya bilang “Mahmud, ayo jadi nggak?, masih lama nggak?” “Masih lama kang, masih lama banget”. Dengan terpaksa akhirnya saya berangkat sendirian daripada menunggu Mahmud, kasihan ustadz Hadi karena janjinya jam 09.00 WIB sedangkan menunggu Mahmud sudah sampai jam 09.30 WIB. Saya berangkat dari Pondok Pesantren Al quran Roudhotul Huffadz dengan menggunakan motor Honda kesayanganku Supra Fit G 5326 JB. Sesampainya saya di rumah beliau, Ustadz Hadi membukakan pintu sebelum saya mengetuk pintu. Rupanya beliau sudah siap tidak jauh dari ruang tamu. Saya disambut baik oleh beliau. Beliau orang yang ramah dan menyenangkan. Ustadz Hadi menganakan kaos badminton berwarna biru dan sarung, mungkin beliau sedang santai. Setelah saya dipersilahkan duduk, saya mengeluarkan alat-alat wawancara seperti buku, bolpoin, kamera digital, dan alat perekam. Pada awal-awal wawancara suasana terlihat kaku. Namun, sedikit demi sedikit
250
saya menanyakan hal-hal yang sesuai pertanyaan yang telah saya persiapkan sebelumnya hingga akhirnya suasana berubah menjadi tidak tegang. Pertanyaan-pertanyaan yang telah saya persiapkan diantaranya adalah: Saya Ustadz Saya Ustadz Saya Ustadz
: “Bapak sebelumnya mohon maaf, siapa nama lengkap Ustadz?” : “Abdul Hadi.” : “Dimana Bapak dilahirkan?” : “Lahir di Pati, ….... 1977” :“Ustadz, kalau boleh tahu bagaimana riwayat pendidikan Ustadz?” : - Pada tahun 1991 saya menimba ilmu di Pondok Pesantren kitab TBS (Taswiqu Bustani Syu’ban) dan sekolah Diniyah di desa Kradenan Kudus sampai kelas 3 SMP. Sekolah 2 tahun. - PP Darul Furqon (Mbah Kyai Abdul Qodir) alamat Jagalan Kudus. Dan sekolah Diniyah Ibtida’. (menabung 7 Juz) - Tahun 1993. PP. “ Roudhotul Huffadz” (KH. Masyaikh, beliau adalah murid Mbah Kyai Abdul Malik) alamat Babalan perbatasan Kudus. Disini beliau sudah mulai fokus menghafal Al quran. Khatam th. 1995, kaluar dari pesantren th.1997. - PP. Roudhotul Huffadz Banyurip Ageng Pekalongan. Th.2003 diminta mengajar oleh Abah Kyai khozin di pondok ini mulai tahun 2003 (setelah KH. Chusnan meninggal)
Saya
: “Bapak ini kan sebagai Master of tahfidz Qur’an bagaimana cara membuat ziyadah yang baik menurut versi Bapak ?”
Ustadz :“Pertama; Cara yang salah: menghafal satu halaman dengan membaca berulang-ulang sampai hafal tanpa dihafalkan per-ayat.” “Kedua; Cara yang baik dan berefek sangat positif: ziyadah sistem berantai Kyaitu misal setoran halaman 3, maka halaman 1 dan 2 diikutkan. Berarti cuma menambah 1 hafalan, namun 2 halaman sebelumnya di ikut sertakan dalam setoran hafalan.” “Ketiga; Punya jam khusus untuk mengaji binadhor. Ba’da maghrib- ba’da isya. Hal ini berfungsi untuk memperkuat daya ingat pada mata dan akan membuat surat-surat yang belum maupun yang sudah dihafal jadi mudah untuk di hafal. (ini adalah salah satu kunci rahasia beliau dan ini jarang dilakukan olah santri-santri pada umumnya karena meraka mengganggap enteng hal ini). Yang
251
penting adalah kita sediakan waktu khusus untuk membacanya terus. Juz 1-30, misal sebulan khatam.” Saya
: “Kemudian juga dalam membuat murojaah, Bapak sebagai Master of tahfidz Qur’an tentunya tidak sama dengan yang lain bagaimana Bapak mohon penjelasannya?”
Ustadz : Murojaah “Petama; Santri yang tidak tekun tadarus murojaah akan sangat kesulitan karena seperti membuat ziyadah lagi. Jangan meninggalkan hafalan yang sudah di ziyadah-kan.” “Kedua; Nderes juz-juz sampai batas setoran sampai batas setoran dengan juz-juznya dibagi secara urut.” “Ketiga; Tingkat kecerdasan IQ yang berbeda, jadi harus sabar. Allah lebih menyukai usaha daripada hanya sekedar hasil. Orang yang membaca ataupun menghafal dengan susah payah akan mendapat pahala 2x lipat daripada orang yang melakukanya dengan mudah.” “Keempat; Membaca mushaf dengan binadhor bisa mempertajam ingatan dan akan lebih terbayang di mata. “Kkelima; Hikmahnya banyak kajadian buruk namun dibalik itu banyak tersimpan pelajaran dan hal-hal positif yang lebih banyak dibalik musibah yang menimpa tersebut.” Saya
: “Bapak telah mengikuti berbagai macam lomba baik ditingkat propinsi, Nasional, maupun Internasional, bisa menceritakan pengalaman tersebut Bapak?”
Ustadz : Pengalaman lomba tahfidz: a. Pernah mengikuti Lomba tahfidz tingkat provinsi: Tahun 1994, 10 Juz di Banyumas juara I Tahun 1996, 20 Juz di Tegal, juara I Tahun 1999, 30 Juz di Demak, juara II Tahun 2000, 30 Juz di Kedungwuni I Pernah mengikuti 2 lomba lagi yang kebetulan lupa b. Pernah mengikuti lomba Tahfidz tingkat Nasional: Tahun 1997, 20 Juz di Jambi, juara harapan I Tahun 1998, 20 Juz di Bali, tidak juara Tahun 1992, 20 Juz di Jakarta, juara II
252
Tahun 2001, 30 Juz di Jakarta, juara harapan II Tahun 2002, 30 Juz di Mataram, juara III Tahun 2007, 30 Juz di Jakarta juara I (panitia dari Riyadh Arab Saudi) dengan Hadiah Haji Plus. c. Pernah mengikuuti lomba Tahfidz tingkat internasional: Tahun 2002, 30 Juz di Iran, tidak juara. Selama saya melakukan wawancara dengan beliau, rasanya saya ingin bisa seperti beliau. Sehingga bangkitlah hirroh (semangat) dalam diri saya untuk belajar mengkhatamkan hafalan Al quran. Wawancara ini ditutup dengan menyantap roti dan minuman yang telah dihidangkan oleh istri beliau sambil bergurau menambah keakraban antara kami. Setelah dirasa cukup, saya mohon undur diri kepada beliau, namun sebelumnya saya memohon ijin kembali apabila suatu saat saya bersilaturahmi lagi ke rumah beliau dalam rangka wawancara seputar pesantren Roudhotul Huffadz. 52 41. Tadarus Tengah Malam (Warzuqni Tilawatahu Ana Al Laili) Hari senin, sekitar pukul 03.00 WIB saya terbangun disaat sebagian teman-teman terlelap dalam mimpi indahnya. Segera saya menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian kembali ke kamar. Saya ganti baju muslim dan menggelar sejadah. Saya menghadap qiblat, mengangkat tangan seraya bertakbir mengagugkan Asma Allah SWT. Saya melakukan qiyamul lail, semoga amal perbuatan saya itu diterima disisi Allah SWT sebagai salah satu amal sholih yang di ridhoi-Nya.
52
Wawancara dengan Ustadz H. Abdul Hadi, pada hari Rabu, 28 Januari 2015. Pukul 09.3011.00 WIB
253
Setelah saya melakukan qiyamul lail (sholat tahajjud, hajjat, istikhoroh dan sholat witir), saya mengambil mushaf Al quran. Saya dahului dengan basmalah ketika memegang mushaf, saya buka dan sebelum saya membaca, saya terlebih dahulu memuji pada Allah dan memohon pertolongan pada Allah dari godaan syaitan dengan membaca ta’awudz dan basmallah. Saya membaca QS. Toha ayat 77 sampai akhir surat Thoha perempatan terakhir juz 16. Saya membacaa sambil menghafalkan halaman per halaman. Nikmat rasanya membaca Al quran ditengah malam sambil menghafalkan, pikiran masih fresh, udara juga masih segar, rasa kantuk pun mulai terusir dengan sendirinya. Sangat berbeda membaca ayat-ayat yang sudah pernah dihafal dengan ayat-ayat yang belum pernah dihafal. Menghafal ayat-ayat yang sudah pernah dihafal sebelumnya akan terasa ringan dilisan seperti QS. Toha ini, dulu sudah pernah saya hafalkan. Terlalu nikmatnya membaca Al quran hingga
tiba-tiba terdengar suara adzan subuh berkumandang di
angkasa desa Banyurip Ageng Buaran Pekalongan. 42. Membangunkan Santri untuk Sholat Subuh Berjamaah Salah satu bentuk kepedulian santri-santri senior terutama pengurus dalam usaha membiasakan dan membentuk kebiasaan yang baik untuk beribadah adalah dengan membangunkan santri-santri junior untuk bangun pagi guna melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid. Setelah saya bangun duluan, sholat tahajjud dan tadarus kini saatnya saya membangunkan santri-santri untuk bangun. Ini sudah menjadi kewajiban saya setiap hari karena kebetulan saya sebagai pengurus di pesantren ini. Kewajiban saya
254
membangunkan santri-santri terutama komplek atas yang dihuni oleh santrisantri
sekolah
yang
meliputi
tiga
kamar.
Seringkali
setiap
saya
membangunkan mereka tak mau bangun, mungkin karena mereka masih sangat ngantuk akibat belajar terlalu larut malam, atau mungkin karena mereka tadarus sampai larut malam, atau bahkan karena mereka ngobrol sesama teman tanpa peduli dengan waktu yang sudah larut malam. Hasbi, Maftuh, Asa, Ageng, Reza, Fikri, dan lain lain yang masih terlelap dalam mimpi semuanya saya bangunkan satu persatu. Saya panggil nama mereka, saya pegang bahunya, kalau masih belum bangun biasanya saya pegang tangan mereka satu persatu dan saya tarik sampai mereka posisi duduk dengan tanpa menyakiti. Setelah mereka bangun, saya suruh mereka mengambil air wudhu, sikat gigi dan cuci muka terus ganti baju untuk menuju ke masjid guna sholat subuh berjamaah di masjid dan mengaji ziyadah di aula pondok pesantren. 43. Mengajari Teman menjadi MC
Gambar 3.51 Mengajari teman menjadi MC (Saya memakai baju warna biru)
255
Kamis, 29 Januari 2015 pukul 21.30 WIB, ketika saya sedang mengerjakan tugas membuat artikel catatan pribadi. Ada temanku santri putra bernama Wildan Balya meminta diajari membuat teks untuk MC acara muhadoroh pondok pesantren yang akan dilaksanakan jum’at pagi. Dengan senang hati saya membantunya. Saya ingin menularkan ilmu kepada siapapun yag membutuhkan. Kebetulan, dahulu saya banyak belajar tentang MC dan pidato dari para Kyai, kaset, CD, dan dari tema-teman senior di tiga pesantren. Semuanya saya catat dan saya dokumentasikan sehingga bisa saya baca kapanpun saya membutuhkannya. Wildan termasuk santri junior di pesantren ini, jadi sudah sepantasnya saya mengajari semampu saya. Dia belum tahu bagaimana cara membuka acara, bacaan-bacaan wajib dalam MC serta belum tahu bagaimana menyampaikan isi sebuah susunan acara dengan baik. Saya memaklumi semua itu, mungkin karena ia belum pernah mendapat tugas menjadi MC sebelumnya. Saya membaritahu dan menerangkan bahwa ada ciri-ciri khusus sebuah kalimat salam yang wajib dijawab dan kalimat salam yang tidak wajib dijawab. Adapun salam yang wajib dijawab oleh para hadirin adalah kalimat salam yang belum di dahului dengan ucapan apapun seperti dalam maqolah “Assalamu Qoblal kalam” (bahwa salam seharusnya sebelum kalam/ kalimat lain), inilah salam yang wajib dijawab oleh siapapun. Yang kedua adalah salam yang tidak wajib dijawab, yaitu salam yang sudah diawali dengan kalimat selain salam, misalnya kalimat Basmallah, sapaan penghormatan, dll.
256
Kemudian saya sembari saran agar dia menggunakan salam yang pertama, yaitu ucapan salam yang tidak di awali dengan kalimat sebelumnya. Kamudian saya menjelaskan bagian-bagian pada pembuatan teks MC. Diantranya ada pembukaan yang berisi salam, hamdallah dan sholawat, penghormatan dari yang paling dimuliakan menuju paling yang dianggap biasa. Kemudian isi yang memuat pembukaan, pembacaan ayat-ayat Al quran beserta sari tilawah, sambutan-sambutan, mauidhoh hasanah, dan do’a penutup. 44. Pembacaan Sholawat Dhiba’iyah dan Latihan Muhadoroh Jum’at pagi tanggal 30 januari 2015. Setelah subuh di pondok ada acara dhibai’yah dan latihan muhadoroh. Dhiba’iyah adalah membaca sholawat nabi yang terdapat dalam kitab Al Barzanji. Saya datang sedikit terlambat dari teman-teman karena saya keliling ngoprak-oprak dahulu menyuruh santri-santri kecil yang belum berangkat ke aula. Saya memasuki aula tempat membacaan dhibai’yah. Saya duduk di sebelah santri-santri baru, mereka adalah Fadli dan Aris mereka dari Tegal. Beberapa santri bergantian membaca dhibai’yah, sementara santrisantri yang lain mendengarkan. Tugas pembaca dhiba’iyah pada hari itu adalah Ust. Adli Arifin, Rohimuddin, Fatawi, Adam, al Muhtadi billah, Ibrohim, Fikri, Amri. Sesaat pembacaan dhibai’yah diselingi dengan sholawat dan musik duror. Beberapa santri terlihat masih mengantuk, mata mereka terlihat masih sayup namun mereka menahanya agar tidak mengantuk. Ada juga santri-
257
santri kecil yang terlihat merunduk dengan mata terpejam, ada pula santriyang terlihat bercanda dengan teman sebelahnya, namun segera ditegur oleh para santri senior agar tidak ribut, dan teman-teman yang masih mengntuk disuruh bangun. Suasana pun menjadi hikmat dan khusyu’. Pembacaan dhibai’yah terus berlangsung hingga tibalah saatnya mahalul qiyam. Saya dan teman-teman berdiri sebagai tanda penghormatan pada Rosulullah saat mahalul qiyam. Santri-santri terlihat lebih bergairah saat mereka mahalul qiyam. Santri yang tadinya terlihat mengantuk berubah menjadi hilang kantuknya, apalagi iringan sholawat dan musik duror yang serasi menambah nikmat suasana pembacaan sholawat dalam mahalul qiyam. Saya dan teman-teman mengangkat tangan menadahkaan kedua telapak tangan ke atas saat pembacaan mahalul qiyam pada kalimat do’a ”Robbi faghfirli dhunubi ya Allah bi barkatil Hadi Muhammad ya Allah.” Santrisantri yang menabuh musik duror juga mengangkat tangan, dan berhenti tidak menabuh duror, suasana terasa semakin hikmat. Setelah mahalul qiyam selesai, saya duduk ke tempat semula, begitu pula dengan para santri. Ustadz Adli Urifin membaca do’a dhiba’iyah. Pembacaan dhibai’yah sengaja dipersingkat karena ada acara selanjutnya yaitu latihan muhadoroh. Acara muhadoroh ini dilaksanakan rutin setiap hari jum’at pagi bertempat di aula pondok putra. Semua santri wajib mengikuti kegiatan tersebut. Saya mengikuti kegiatan ini, posisi saya ada di sebelah timur. Banyak santri yang tertawa saat menyaksikan penampilan teman-teman yang terlihat gugup dan grogi dalam menyampaikan isi ceramah dalam acara muhadoroh tersebut.
258
45. Mengaji Kitab Rotibul Athos Setiap selesai sholat maghrib saya dan semua santri putra wajib mengikuti pengajian Rothibul Athos. Kegiatan ini dilakukan atas perintah dari Habib Baghir Al Athas, seorang ulama besar di kota Pekalongan. kemudian kegiatan ini di tetapkan menjadi kegiatan rutin pesantren pada setelah maghrib, kecuali malam jum’at dan malam selasa. Kegiatan pembacaan Rothibul Athos ini dilaksanakan di aula pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Suatu ketika saya memimpin pembacaan Rothibul Athos, karena kebetulan sang imam sedang ada tugas di luar pesantren. Saya maju ke depan, kemudian duduk menghadap kiblat. Teman-teman juga duduk menghadap kiblat. Pembacaan Rothibul Athos ini dimulai dengan hadiah surat al Fatihah untuk Nabi Muhammad, para sahabat, para ulama, pengarang kitab, dan juga Hadiah surat al Fatihah untuk semua umat islam, juga terdapat bacaan ayatayat Al quran, do’a, wirid, sholawat yang tujuanya adalah untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Saya memimpin pembacaan Rothibul Athos ini dengan durasi waktu sekitar 15-20 menit. Kegiatan ini termasuk singkat, sehingga sisa waktu yang ada bisa digunakan santri untuk tadarus sampai adzan sholat isya. Pelafalan kalimat-kalimat Rothibul Athos sering dibuat lagu-lagu yang indah, terkadang mengharukan dan terkandang menyemanagatkan, lagunya berfariasi, namun santun. Sehingga tidak membosankan dan tetap hikmat.
259
46. Pengajian Kitab Tafsir Jalalain
Gambar 3.52 Pengajian Tafsir Jalalain (Saya nomor 2 dari kiri)
Sore itu, selasa 20 januari 2015, saya dan teman-teman berjalan menuju rumah abah Kyai Khozin. Kami mambawa Al quran dan kitab Tafsir Jalalain. Di tempat abah Kyai Khozin ini kegiatan pengajian kitab di laksanakan. Hari selasa setelah ashar merupakan jadwal pengajian kitab Tafsir Jalalain. Qori’nya adalah Mbah Kyai Rumzi, ulama’nya desa banyurip Ageng. Setelah sampai di rumah Abah Kyai Khozin, saya dan teman-teman menunggu kehadiran Mbah Kyai Rumzi. Sambil menanti kahadiran beliau, kami tadarus Al quran secara pribadi, lumayan daripada ngobrol yang kurang bermanfaat.Setelah sekian lama menunggu, akhirnya mbah Kyai Rumzi hadir. Sebelum beliau masuk, santri-santri sudah antri menunggu di depan pintu untuk bersalaman dengan mencium tangan beliau, saya juga mencium tangan beliau, berharap keberkahan dari Allh Swt karena mencintai ulama. Mbah Kyai Rumzi masuk dengan mengucapkan salam, kemudian duduk di tempat khusus yang telah dipersiapkan oleh para santri. Saya dan santri lain duduk menghadap ke arah beliau,kami membuka kitab Tafsir Jalalain halaman 143 dan siap mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh beliau.
260
Kitab Tafsir Jalalain ini berbahasa Arab tanpa harokat, kertasnya berukuran folio dan kertasnya berwarna kuning di absai dengan menggunakan arab pegon. Ini adalah kitab karya dua ulama’ besar bernama Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Muhyi dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakkar As Suyuthy. Karena pengarangnya adalah dua orang ulama’ yang namanya sama (huruf depan dua ulama’ tersebut sama-sama Jalal) sehingga kitab ini terkenal dengan kitab Tafsir Jalalain yang berarti dua jalal. Saya duduk bersilah, sebelah kiri saya ada kang Nur Syahidin, lurah pondok putra. Sebelah kiri saya Hendi asal Sragi, dia satu kecmatan dengan saya. Saat pengajian berlangsung, santri putri mengeluarkan nampan berisi gelas air minum untuk Mbah Kyai Rumzi. Nampan berisi air minum tersebut tidak langsung di berikan kepada Kyai yang sedang mengajar, namun harus melalui santri putra dahulu. Pemberian nampan berisi gelas air minum itu pun diberikan dipintu, jadi nanti santri putra yang mengambil nampan tersebut tidak tahu santri putri mana yang membarikan nampan tersebut, hal ini memang sudah menjadi tradisi pesantren dari dulu, yang tidak ada didunia pendidikan formal. Saya mengambil nampan itu, karena merasa bahwa saya ingin meladeni Kyai meski hanya mengantarkan segelas air minum untuk beliau. Sesampainya di hadapan mbah Kyai Rumzi, tiba-tiba saya grogi. Mungkin sudah menjadi kebiasaan saya kalau dihadapan Kyai sering grogi. Apalagi santri-santri putri sengaja batuk-batuk iseng ketika melihat saya yang memberikan air minum itu ke Mbah Kyai Rumzi. Tapi, tidak apa-apa yang
261
penting niat saya baik, saya ingin meladeni Kyai meski hanya mengantarkan segelas air minum untuk beliau. Saya mendengarkan pengajian kitab Tafsir Jalalain dengan sungguhsungguh. Saya banyak mendapat ilmu baru dari pengajian tersebut. Adapun isi pengajian kitab Tafsir Jalalain saat itu adalah berisi tentang: a. Nabi Muhammad SAW, bahwa Muhammad adalah seorang Nabi, ia Rosulullah, utusan Allah SWT maka ikutilah ia. b. Kisah Nabi Musa A.S, Allah membagi bangsa Yahudi menjadi 12 golongan (qobail). c. Allah memberikan wahyu kepada nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke batu ketika kaumnya berada di tanah lapang memohon turunya hujan. Kemudian Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke batu, hingga pukulan ke batu tersebut berakibat mengalirlah 12 mata air sebagaimana jumlah golongan tersebut. Masing-masing golongan mengetahui tempat minum masing-masing. Kemudian Allah memberi kesejukan berupa mendung dari teriknya matahari, kemudian Allah menganugrahkan Manna (manisan) dan Salwa (burung yang gemuk). Kemudian Allah berfirman “makanlah dari apa yang telah Kami rizqikan kepada kalian..ila akhirihi.” Adapun keterangan ngaji dari Mbah Kyai Rumzi: mengenai asal usul tongkat Nabi Musa, tongkat Nabi Musa berasal dari surga, ketika dahulu Nabi Adam as diturunkan ke bumi, Nabi Adam pegangan sebatang dahan kayu pohon surga hingga patah dari pohonya, kemudian terbawa sampai ke bumi bersama Nabi Adam,
262
kemudian dahan kayu surga itu secara turun temurun menjadi tongkat para Nabi hingga sampai kepada Nabi Musa as. Subhanallah. Setelah panjang lebar Mbah Kyai Rumzi manjelaskan isi kitab Tafsir Jalalain, tibahlah saatnya sesi pertanyaan. Ustadz Nur Syahidin bertanya “sampai batasan mana tertawa seseorang dapat mambatalkan sholat?” Mbah Kyai Rumzi manjawab “dalam ilmu fiqih, tertawa yang bisa membatalkan sholat seseorang adalah tertawa terbahak-bahak, sehingga jika seseorang hanya tersenyum tanpa suara tawa, maka hal itu tidak sampai membatalkan sholatnya”. Setelah sesi pertanyaan ditutup dengan jawaban, maka mbah Kyai Rumzi mengakhiri pengajian dengan membaca do’a, kemudian mengucapkan salam penutup. Setelah pengajian ditutup, mbah Kyai Rumzi berdiri, kemudian saya dan santri-santri ikut berdiri dan berbaris untuk salaman dengan beliau satu-persatu dengan mencium tangan beliau sebagai tanda memuliakan orang yang berilmu. “Allah memuliakan orang yang berilmu beberapa derajat” (QS. Al Mujadalah:11). 47. Ngebut Semarang–Pekalongan demi bisa ikut Ngaji Murojaah Jum’at, 27 Januari 2015 saya pergi ke IAIN Walisongo Semarang untuk membawakan surat penting titipan adik tercinta. Saya berangkat sekitar pukul 05.30 WIB mengendarai sepeda motor Jupiter Z warna merah. Saat saya handak berangkat, saya melihat Nofal (santri baru asal Noyontaan Kota Pekalongan). Dia hendak pulang ke rumah. “Pean mau kemana, ko rapi banget?” Tanyaku pada Nofal. “Mau ke Batang kang, ke rumah saudara, karena ada acara haulnya simbah nanti diantar ma kang Abdullah.” Jawab Noval.
263
“Sama saya saja Fal, saya mau ke Semarang, jadi kamu bisa sekalian ikut, nanti tak anter sampe rumah dan saya lanjut ke Semarang, gimana fal?” “Iya deh kang, ku ikut njenengan saja” kata Nofal. 53 Akhirnya saya dan Nofal berangkat bersama. Namun, sekitar 100 m dari Pesantren ternyata ban sepeda motor terasa kempis. Dan ternyata benar, kemudian saya memompa ban ke tetangga pondok baru kemudian berangkat. Saat saya melewati pasar Grogolan, saya mampir untuk sarapan karena hendak melakukan perjalanan jauh ke Semarang. Sebelum saya berangkat, saya berdo’a kepada Allah SWT agar Allah memberi keselamatan pada saya sampai pulang kembali ke pesantren. Nofal hanya ikut sampai Batang dan saya melanjutkan perjalanan ke Semarang. Sampai Semarang sekitar pukul 09.10 WIB. Saya menemui adik di tempat kosnya yang tak jauh dari kampus 3 IAIN Walisongo. Adik saya kuliah di IAIN Walisongo sejak tahun 2011 dan sekarang semester 8. Setelah kami bertemu, saya memberikan surat titipan adik. Sambil saya membuka tas saya bilang: “Nih dek, titipaannya”. “Nggih mas, maturnuwun mas,hehe..” jawab adikku. Terlihat wajah adikku seketika lebih ceria daripada detik-detik pertama ku melihatnya tadi. “Dek, mas tak sekalian pergi ke pasar Johar ya, mau beli buku-buku penelitian, terus motornya bawa dek Rohma dulu, nanti pulang dari pasar Johar tak minta lagi soalnya kalau mas ke pasar Johar naik motor terlalu jauh jadi tambah capek, kan mas ga boleh terlalu capek karena nanti malam ngaji setoran hafalan Murojaah nggak libur”.
53
Percakapan dengan Noval (santri Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz), pada tanggal 27 Januari 2015
264
Setelah kami berembug, saya pergi sendiri ke pasar Johar, sedangkan dek Rohma tidak bisa menemani karena sedang ada kesibukan di kampus. Saya menunggu di halte bus yang terletak tidak jauh dari kampus 3 IAIN Walisongo. Saya hendak menaiki bus trans Semarang. Sekitar 15 menit saya menunggu, datanglah bus trans Semarang warna merah. Saya masuk dan alhamdulillah, saya bisa duduk karena ada bangku yang kosong. Penumpang hanya di kenai tarif Rp. 3.500,-/ orang. Harga yang sangat murah, karena bus ini khusus di sediakan oleh Pemprov Semarang untuk umum. “Mau kemana mas?” tanya kondektur bus trans. “Mau ke Pasar Johar mbak”. Kebetulan kondekturnya perempuan. “Ini mas karcisnya, tolong di simpan karena nanti akan transit dulu dan nanti akan ditanyakan tiketnya setelah transit tersebut, jadi nanti tidak usah bayar lagi, hanya menunjukkan tiket ini saja mas.” kata mbak kondektur menerangkan. “Iya mba, terimakasih informasinya.” Sayapun menganggukkan kepala tanda paham. Bus trans ini masih baru, saya menikmati perjalanan sambil melihat ruangan bus trans yang saya naiki ini. Bus ini tergolong baru tarlihat dari interior bis masih bagus, AC masih beroprasi normal, jendela yang bersih mengkilap, jok mobil penumpang yang empuk, dan tidak terlihat besi yang berkarat. Keadaan mobil semakin nyaman dan full musik, mambuat perjalanan semakin terasa nyaman dan saya menikmati perjalanan ini.Supir dan kondektur yang terlihat bersemangat. Mereka digaji khusus, sehingga beyaran mereka tidak tergantung pada banyak atau sedikitnya penumpang. Mereka juga menggunakan ID Cart Bus trans. Penumpang kebanyakan adalah orang-orang berpendidikan, seperti mahasiswa, dosen, pegawai, tak saya jumpai penumpang yang membawa barang dagangan yang akan di pasarkan.
265
Saya melihat salah satu mahasiswa memegang tasbih, ada pula mahasiswi yang mulutnya komat kamit, mungkin mereka sedang berdzikir mengagungkan Asma Allah Swt atau mungkin sedang membaca Sholawat untuk Nabi Muhammad Saw. Memang sebaiknya kita memperbanyak berdzikir atau membaca sholawat pada hari jum’at karena hari jum’at. Hari ini adalah hari jum’at. Sedikit mengenai keistimewaan hari jum’at. Hari jum’at adalah hari yang diberkahi (jum’atil Mubarok). Hari jum’at juga hari yang paling utama sayyidul ayyam. Dianjurkan sering-sering membaca sholawat nabi pada hari jum’at, karena sholawat yang dibacakan pada hari jum’at akan disampaikan langsung kepada beliau, demikian yang pernah saya dengar dari ceramah para Kyai. Tak terasa sampailah saya di pasar Johar, sampai disana saya bertemu dengan seorang mahasiswi yang kebetulan turun juga dari bus trans. Saya menanyakan dimana Masjid sekitar pasar johar, karena saya hendak jum’atan dulu sebelum masuk ke pasar membeli buku-buku. Itu mas masjidnya, silahkan kalo mau jum’atan lewat sini saja. Kemudian saya diantar sampai terlihat bangunan masjid, dan ditunjukkan toko-toko buku yang nanti kirakira sesuai dengan yang saya butuhkan. Entah siapa nama mahasiswi itu, karena saya sengaja tidak ingin berkenalan, cukup sekedar tanya hal-hal yang sekiranya penting dan kemudian membiarkannya pergi begitu saja, namun tetap mengucapkan terimakasih banyak atas informasi dan bantuannya. Saya sholat jum’at di msjid dekat pasar Johar, masjid tersebut berwarna hijau. Saat sholat jum’at berlangsung, saya mendengar suara sang imam
266
begitu bagus, sepertinya beliau al hafidz. karena setelah beliau membaca al Fatihah, tidak membaca juz 30, tapi membaca surat-surat lain diluar juz 30, bacaanya juga fasih dan merdu. Subhanallah. Setelah saya jum’atan, saya masuk ke pasar Johar. Saya mencari bukubuku penelitian. Saya juga mencari buku-buku autobiografi, ternyata tidak ada semua. Saya lanjutkan dengan mencari an membeli buku biografi tokoh. Buku itu berisi tentang biografi Bung Karno pada masa pra kemerdekaan. Sekitar pukul 14.10 WIB saya pulang, saya mengantri di halte bus trans depan pasar johar. Disitu banyak orang yang mengantri, kebanyakan mereka adalah perempuan. Sekitar 15 menit kemudian, datanglah bus yang kami tunggu-tunggu, bus berwarna trans merah. Langsung saja saya masuk ke dalam bus dan saya kembali mendapatkan tempat duduk. Di dalam bus, saya mengantuk, saya melihat jam digital yang ada di dalam ruang bus, sambil berfikir. Tadi perjalanan saya ke pasar johar sekitar setengah jam, berarti nanti setengah jam lagi kira-kira sudah sampai atau mendekati sampai. Dan kemudian saya menutup mata sambil niat akan tidur sebentar dan bangun sebelum setengah jam dari sekarang. Sedikit saya bercerita, sepertinya saya menuruni bakat ibu saya. Beliau bisa tidur dalam hitungan menit dan bisa bangunya pun bisa diperkirakan sesuai kebutuhan, seperti punya timer dan nanti akan bangun sendiri sesuai menit yang diharapkan. Saya mulai memejamkan mata, tak lama kemudian saya masuk ke alam mimpi dan al hamdulillah saya bengun sebelum setengah
267
jam, saya tahu kerena ketika saya bangun saya segera melihat jam di ruangan bus trsans tersebut. Namun, apa yang terjadi? saya kaget dan merasa aneh arena saya merasakan jalan yang dilalui menanjak naik. Kemudian saya melihat gerbang kampus UNDIP. Seakan ada yang aneh, saya langsung sms adik. Apa benar, jalan yang saya lalui ini? Ternyata salah dan saya di sms disuruh untuk segera turun ke halte terdekat. Beberapa saat kemudian saya turun di halte beberapa ratus meter setelah pasar Banyumanik Semarang. Saya menuju halte seberang jalan untuk naik bis trans lagi, dan ternyata benar, bus itu membawa saya kembali ke tempat semula. Saya diturunkan di halte dan diruruh transit di suatu tempat beserta beberapa orang lainnya, tak lama kemudian datanglah bus trans warna putih, petugas bilang, bis ini yang akan membawa saya ke Mangkang depan kamus 1 IAIN Walisongo. Akhirnya saya naik bis tersebut, namun kali ini saya tidak mendapat tempat duduk, karena kebetulan penuh dengan penumpang. Saya diturunkan di dapan rumah sakit Mangkang. Saya segera menuju mushola kampus 1 IAIN Walisongo. Saya sms dek Rohma “Dek, mas nunggu di mushola kampus 1, dek Rohma kesini ya, mas ga bisa ke kos karena terlalu lelah dan belum makan.” “Iya mas, tapi ini mau sholat dulu, tunggu saja disitu, nanti adik segera kesana”. Jawab Dek Rohma. Sambil menunggu dek Rohma datang, saya membaca Al quran sambil menghafal, membuat murojaah untuk setoran ke Abah Kyai nanti malam ba’da isya. Saya tetap harus membuat setoran hafalan murojaah, karena nanti malam tidak libur. Alhamdulillah, saya mendapat 2 halaman. Berarti kurang 3
268
halaman lagi. Biasanya di pondok Roudhotul Huffadz ngaji setoran murojaah 5 halaman. Setelah agak lama saya menunggu, Dek Rohma datang. “Mas sini, ayo ke kos adik dulu, tapi nanti mas nunggu di luar karena laki-laki ga boleh masuk.” Saya bergegas menuju motor, adik mbonceng, kami menuju kos. Sesampai di kos, saya tidak masuk ke kos, tapi saya ke masjid untuk sekedar istirahat, adik datang sambil membawakan helm milik saya. Akhirnya saya pulang. “Dek, mas pulang dulu ya?” “Nggih, hati-hati di jalan mas.” Saya pulang sekitar pukul 17.00 WIB, hal ini di luar jadwal, tadinya saya akan pulang dari Semarang sekitar pukul 15.00 WIB. Gara-gara salah naik jurusan, saya menjadi telat 2 jam dan baru bisa pulang pukul 15.00 WIB. Saya mengebut, saya berharap nanti malam saya bisa ikut ngaji murojaah. Saya juga khawatir kalau ditanyakan Abah Kyai, masa saya tidak ngaji malam ini? Padahal kemaren hari kamis saya tidak ikut ngaji sima’an di masjid karena ngurusi surat-surat dek Rohma yang akan di antar ke Semarang. 54 Demi mengikuti ngaji murojaah, Bismillah, niat ingsun ngebut, mugomugo slamet lan biso melu ngaji murojaah niat saya dalam hati. Saya mengebut, dengan kondisi yang lelah seharian pergi ke Semarang, tidak tidur siang. Hanya ngantuk dan membawa saya menjadi lebih khawatir karena salah naik bus, salah naik jurusan. Sampai di Plelet, saya semakin lelah. 54
2016
Konfirmasi dengan Siti Rohmatul Fatihah (Adik kandung penulis), pada tanggal 10 Juni
269
Pandangan mulai sedikit kabur, dalam perjalanan saya selalu berdo’a semoga saya nyandak waktunya dan bisa ngaji murojaah ba’da isya. Saya mengebut tak peduli dengan kecepatan. Mata saya seakan akan segera tertutup karena lelah, namun saya paksa untuk tetap terjaga dan ngebut sengebut-ngebutnya. Dalam perjalanan saya selalu membaca sholawat dan memohon pada Allah SWT agar saya sampai pondok pas isya. Namun terkadang, saya merasa siasia, paling nanti sampai pondok sudah lebih dari jam 20.00 WIB, karena menurut perkiraan tidaklah mungkin bisa. Walaupun saya mengebut akan siasia karena jaraknya masih sangat jauh dan sepertinya tidak mungkin bisa sampai sebelum ngaji dimulai. Saat-saat seperti itu, saya ingin istirahat untuk sekedar minum kopi. Namun, sekeliling saya adalah warung tidak diketahui warung apa karena terdengar musik-musik karaoke saat maghrib-maghrib seperti ini. Saya menahan kantuk, dan tetap berusaha fokus, hingga akhirnya saya menemukan mini market di samping jalan. Saya berhenti dan segera membeli kopi botolan. Setelah saya bayar, segera saya meminumnya. Tak lama kemudian, badan saya seakan-akan menjadi fit kembali, rasa kantuk pun menjadi berkurang. Saya melanjutkan perjalanan, namun sebelumya saya sholat dulu di mushola dekat pantura. Saya kembali menaiki motor, dan berdo’a memohon keselamatan sampai di pondok. Alhamdulillah, benar-benar di luar perkiraan saya, saya sampai di Buaran pas saat adzan isya’. Saat itu saya merasa sangat lapar. Karena khawatir bila tidak makan dulu nanti ngajinya mungkin jadi ngantuk,
270
akhirnya saya mencari warung. Namun saya memilih warung Mba Ip saja (warung yang paling dekat dengan pondok) dengan harapan nanti setelah makan bisa langsung ke pondok dengan jarak yang dekat. Setelah makan, saya mendengar suara iqomah masjid Banyurip, segera saya membayar makanan dan segera bergegas ke pondok. Saat saya ngaji murojaah, saya belum jadi. Karena harusnya 5 halaman, sedangkan saya baru menghafal 2 halaman saja tadi siang saat di mushola kampus 1 IAIN Walisongo Semarang saat menunggu adik menjemputku pulang dari pasar Johar. Segera saya melancarkan 2 halaman yang sudah saya hafalkan tersebut dan melanjutkan menghafal sisanya yang 3 halaman. Alhamdulillah, ternyata saya hafal 5 halaman dan setoran murojaah dengan lancar, saya merasa senang sekali karena di luar perkiraan. Saya kira hampir tidak mungkin saya hafalan secepat itu, tapi ternyata Allah memberi saya kemudahan sehingga saya bisa hafal 5 halaman dan lancar. Saya juga tidak mengantuk, padahal saya tidak tidur siang dan hanya mengantuk sebentar saat di bus. Bahkan setelah ngaji murojaah, saya bisa tadarus 1 juz dan mengetik tugas
penelitian
sampai
sekitar
pukul
01.00
WIB.
Subhanallah,
walhamdulillah. 48. Usahaku Tadarus di Jam-jam Sibuk a. Tadarus di dalam ruang kelas Saya terkadang melakukan tadarus di ruang kelas. Terutama saatsaat dosen belum datang, atau saat-saat ruang kelas agak sepi. Biasanya dalam tadarus dikelas saya menggunakan HP Android yang ada aplikasi
271
Al qurannya, ataupun menggunakan netbook. Usaha saya dalam tadarus di kelas sering kali tidak dapat berlangsung lama. Saat asyik melantunkan ayat-ayat Al quran, tiba-tiba teman datang secara bergerombol, ataupun dosen tiba-tiba datang, sehingga saya menutup Al quran digital saya, karena merasa risih atau tidak enak. Namun demikian, ya alhamdulillah bisa tadarus walaupun sedikit, buat tabungan hafalan. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin b. Tadarus di kantor LPTQ Dulu sewaktu saya masih aktif sebagai pengurus di UKM LPTQ, saya sering menyempatkan diri untuk memasuku kantor LPTQ guna tadarus disana sambil jaga kantor LPTQ. Saya membawa satu mushaf warisan santri bernama Idam Yunus. Sampai sekarang mushafnya mungkin masih ada di kantor LPTQ sengaja saya tinggal disana agar dimanfaatkan oleh teman-teman LPTQ untuk mengaji. Saya tadarus disana biasanya untuk persiapan setoran murojaah. Sebab kalau saya membuat setoran murojaah di pondok, akan sulit karena saya merasa sangat lelah, apalagi wajib bagi santri untuk mengikuti ngaji kitab disore hari. Seakan tidak ada waktu bagiku untuk tadarus bila pulang ke pondok sore hari. Dengan tadarus di LPTQ ku bisa membuat setoran hafalan murojaah sekaligus ngeces HP, netbook dan juga istirahat sebentar. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin
272
c. Tadarus di tempat kost Akhir semester 6 saya nge-kos di daerah dekat RS Kraton guna konsentrasi membuat proposal skripsi. Usaha yang saya lakukan ini atas dasar perintah orang tua. Saya kost selama sebulan penuh. Di tempat kos inilah saya menggarap proposal skripsi. Dan disaat tertentu saya tadarus. Dan Alhamdulillah saya menjadi hampir hafal satu juz yaitu juz 11. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin d. Tadarus di mushola SMP N 14 saat PPL Saya tadarus di Mushola SMP N 14 dalam rangka persiapan teshafalan juz 11- juz 15. Kebetulan waktu awal-awal PPL tidak terlalu sibuk karena hanya mengajar tiga jam dalam seminggu, jadi waktu itu saya gunakan untuk tadarus Al quran ba’da sholat dhuha. Terkadang saat saya sholat maupun tadarus, ada guru yang menemani saya karena kebetulan sama-sama sholat dhuha, diantaranya adalah Pak Somali. Beliau salah seorang guru S2, beliau mengampu pelajaran BK. Dalam beberapa saat di Mushola itu terkadang saya dapat tadarus 2 sampai 3 juz atau hafalan beberapa lembar murojaah untuk persiapan ngaji nanti malamnya. Waktu untuk tadarus di mushola saya kurangi saat ada jam-jam sibuk. Misalkan ada penambahan jam pelajaran karena disuruh menggantikan guru yang ijin mengajar, ataupun permintaan teman untuk mengajar di kelas tambahan sebagai badal (pengganti) teman yang berhalangan dalam mengajar.
273
Saya juga mengurangi tadarus di mushola SMP N 14 pula saat menjelang akhir-akhir PPL, karena saat-saat itu merupakan saat-saat sibuk mempersiapkan laporan PPL dan persiapan perpisahan acara PPL antara mahasiswa dengan warga SMP N 14. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin e. Tadarus di tempat rekrasi atau tempat yang pemandanganya bagus sekalian tadabbur alam Terkadang saya tadarus melantunkan ayat-ayat Al quran di tempat yang pemandanganya indah. Contoh, saya melakukan tadarus sebisanya ketika di pantai Ujung Negoro dan Curug Sewu. Melantunkan ayat-ayat yang pernah dihafalkan ditempat seperti itu merupakan pengalaman tersendiri yang belum tentu dilakukan oleh orang lain. Hati sayapun merasa sejuk. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang saya lakukan tersebut. Amin f. Tadarus di tempat KKN KKN merupakan moment yang istimewa bagi para mahasiswa. Saat itu adalah waktunya bagi mahasiswa mengabdi kepada Masyarakat sekitar lokasi KKN. Kebetulan waktu KKN kami para mahasiswa STAIN beriringan dengan para mahasiswa UNNES, Sehingga terasa ramai. Kami para mahasiswa/i STAIN ditempatkan di kediaman Pak Yanto, beliau adalah seorang Kepala Desa desa Sukorejo. Pak Yanto senang dengan kami para mahasiswa/i karena katanya kami Relligius. Kami selalu tadarus Al quran setelah maghrib dan setelah
274
subuh di rumah beliau. Pak lurah merasa nyaman, tentram, bahagia dengan keberadaan kami yang sering tadarus. Hal itu di ucapkan oleh Pak lurah. Beliau pernah berkata, kurang lebih seperti ini “saya senang dengan panjenangan semua mas/mba KKN STAIN, panjenengan semua itu berbeda dengan yang lain. Berbeda dengan teman-teman KKN dari UNNES, sangat-sangat berbeda. Mulai dari adab tata cara pergaulan, berpakaian, maupun kebiasaan sehari-harinya termasuk gemar membaca Al quran”. Mungkin juga karena kelompok kami mayoritas juga sebagai santri yang pernah mondok di pesantren, sehingga kebiasaan positif kehidupan pesantren terbawa di tempat KKN. Semoga Allah menerima dan meridhoi tadarus yang kami lakukan tersebut. Amin. 49. Pengajian di Masjid Ar Rohmah Banyurip Selasa, 03 februari 2015. Setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB, masjid Ar Romah desa Banyurip Ageng yang terletak depan asrama pondok pesantren putri mengadakan pengajian rutin. Pengajian kali ini diisi oleh pak Kyai Ali Shodiqin. Pagi ini, saya sedang sarapan di kamar atas. Seperti biasa, setiap pagi anak-anak sekolah membeli sarapan di warung bu Maimun, tetangga pondok. Saat saya sedang menikmati sarapan, saya mendengar pengajian rutin di masjid Ar Rohmah yang kebetulan diisi oleh pak Kyai Ali Shodiqin. Sembari saya sarapan di pondok, saya mendengarkan ceramah beliau. Pengajian ini khusus bagi orang-orang pribumi, jama’ah pengajian juga berusia lanjut, sehingga tidak ada santri yang mengikuti pengajian tersebut.
275
Isi ceramah kali ini, bahwa manusia tidak boleh mengandalkan amal ibadahnya untuk masuk surga, tapi yang harus ia harapkan adalah rohmat belas kasihan dari Allah dan syafa’at dari Nabi Muhammad saw ada sebuah cerita tentang Nabi Daud a.s. Bahwa Nabi Daud a.s. merasa lelah karena telah beribadah dengan sungguh-sungguh. Ia merasa matanya menjadi tidak jelas penglihatanya, air matanya telah habis karena siang malam untuk menangis, punggungnya telah membungkuk karena telah digunakan untuk selalu ruku’ dan bersujud. Dalam kelelahan beribadah, Nabi Daud a.s. berdo’a “Ya Allah, saya telah beribadah dengan sungguh-sungguh pada tahun terakhir ini, air mataku telah habis karena siang malam untuk menangis, punggungku telah membungkuk karena telah digunakan untuk selalu ruku’ dan bersujud, maka sudah patutlah amal ibadah saya mengantarkan saya ke surga?” Kemudian Allah Swt menjawab dengan memberikan wahyu lewat seekor kodok, kemudian kodok tersebut bisa berbicara berbahasa manusia dengan izin Allah. Sang kodok berkata “wahai Nabi Daud a.s, kenapa engkau berbicara seperti itu pada Tuhanmu? Aku saja (kodok) sudah tiga tahun berada disini. Siang malam selalu beribadah dan berdzikir kepada Allah, tapi aku tak pernah berani menyebut-nyebut amal ibadahku, yang ku pikirkan hanyalah aku memohon belas kasihan dari Allah Swt. Karena tidaklah patut bagi hamba menyebut-nyebut ibadahnya dihadapan Robbnya, karena kenikmatan yang telah diberikan Allah jauh lebih banyak dan lebih luas daripada amal ibadah hambaNya. Seorang hamba
276
melakukan segala amal sholeh dan segala amal lainnya itu tidak lain atas taufik, hidayah dan inayah dari Allah Swt. Tanpa itu semua, seorang hamba nihil tidak bisa melakukan suatu amal apapun. 50. Mengikuti Lomba Cerpen Berisi Pendidikan Tahfidz Suatu hari saya ditawari teman saya untuk mengikuti lomba penulisan cerpen dan artikel yang di selenggarakan oleh Penerbit Pena Idris dalam rangka menyambut milad Pena Indis yang ke-3 dalam event spesial dengan tema “Motivasi”. Awalnya saya tidak tertarik, namun teman saya bernama Fatkhul (nama panggilan) meyakinkan saya kalau saya bisa mengikuti lomba tersebut dan dia mengatakan bahwa kisah perjalanan hidup saya cukup menarik bila dikisahkan dalam bentuk novel. Akhirnya saya pun bersedia walaupun saya ragu apakah tulisan dan gaya bahasa saya baik atau tidak. Fatkhul bersedia membantu mengedit tulisanku agar lebih baik tanpa mengubah isi yang terkandung dalamnya. Saya diberi tahu bahwa deadline pengiriman cerpen tanggal 15 februari 2015, itu artinya saya harus mengirim sebelum tanggal 15 februari. Dua hari berlalu, saya sudah selesai membuat cerpen yang di dalamnya berkisah tentang pendidikan tahfidz yang saya alami. Hari ke tiga saya gunakan untuk berdiskusi dengan Fatkhul tentang tulisan yang sudah saya buat. Dan malam harinya sekitar pukul 00.45 WIB saya mengirim hasil karya saya ke panilia lomba menulis motivasi melalui email. Beginilah tulisan yang saya kirim pada perlombaan tersebut:
277
PEJUANG KALAM ILLAHI Sejak dibangku sekolah dasar, saya mempunyai cita-cita ingin menjadi ABRI (TNI). Saya dan teman-teman sering membicarakan cita-cita kelak ingin jadi apa. Namun, pada umur 12 tahun setelah lulus SD, saya di pondokkan di Pondok Pesantren Asma Chusna Kedungwuni. Lingkungan pesantren sedikit demi sedikit merubah pola hidup saya menjadi lebih disiplin dan lebih menghargai waktu. Pesantren ini adalah pesantren kitab, artinya bahwa disini diajarkan tentang cara membaca kitab-kitab karya ulama salaf, seperti kitab Jurumiyah, Amrithy, Alfiyah, kitab Tafsir Jalalain, kitab Ihya’ Ulumuddin, dan sebagainya. Sambil mondok saya juga sekolah formal, tepatnya di MTs N 01 Buaran
Pekalongan.
Kemudian
saya
melanjutkan
pendidikan
menengah atasdi MAS Simbang Kulon Buaran Pekalongan, dan masih tetap mondok di pesantren Asma Chusna. Semakin lama saya semakin mendapatkan pendidikan berbasis agama baik di sekolah maupun di pesantren. Hal ini membuat saya tidak lagi memikirkan cita-cita saya waktu kecil, hingga saat itu saya jadi bingung cita-cita saya ingin menjadi apa?. Setelah lulus Aliyah, ingin rasanya menambah pengetahuan lagi di luar pengetahuan yang sudah saya dapatkan di Pondok Pesantren. Saya ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda di luar sana. Akhirnya saya diperbolehkan pindah pesantren oleh KH. Mukhlis Chasani selaku pengasuh Pondok Asma Chusna. Namun, dengan catatan saya harus ikut belajar kepada KH. Abdul Aziz, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al quran YPI Buaran Pekalongan. Berbeda dengan pondok pesantren saya sebelumnya yang pelajaranya berbasis kitab kuning (salaf), Pondok Pesantren Al quran YPI Buaran Pekalongan in adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Quran, yaitu pondok pesantren mengajarkan cara-cara menghafal Al quran, sedangkan pelajaran kitab hanya sebagai pelajaran tambahan saja.
278
Kehidupan saya di pesantren tersebut hanya mengikuti kegiatan pesantren. Saya tidak memiliki cita-cita untuk menghafal Al quran. Setahun, dua tahun berlalu, saya semakin mengikuti kegiatan pesantren dan ikut-ikutan menghafal Al quran sedikit demi sedikit, hingga saya mulai merasa nikmat dalam melafalkan ayat-ayat Al quran. Pada tahun 2009, terjadi pemekaran pesantren, pondok pesantren YPI dikembangkan dan dibangunlah pesantren Al quran Modern. Saya dan teman-teman di pindahkan ke pesantren Modern tersebut. Suatu ketika saya terkena cobaan berupa penyakit TBC, dengan kondisi tersebut mambuat saya harus pindah pesantren. Kemudian saya pindah ke pesantren Al quran Roudhotul Huffadz. Saya mengaji dan menghafalkan Al quran tanpa punya cita-cita bisa kkhatam. Hingga sedikit demi sedikit mulai tumbuhlah hasrat keinginan saya untuk mengkhatamkan hafalan Al quran. Namun saat itu saya harus kuliah, sehingga saya mondok sambil kuliah di salah satu perguruan tinggi di Pekalongan. Kehidupan kuliah sangat menyita waktu, banyak waktu yang saya habiskan di luar pesantren, seperti sering pergi mengerjakan tugas bersama teman-teman. Saya juga menjadi aktifis UKM LPTQ di kampus, mendirikan Jam’iyah PPPNU (Pergerakan Pemuda-Pemudi Nahdlatul Ulama) di desa Sumub Kidul, yang kemudian jamiyah ini menjadi cikal bakal berdirinya IPNU IPPNU di desa saya. Saya juga menjabat sebagai wakil ketua PAC IPNU Kec. Sragi dan juga Departemen Pengembangan Sekolah dan Pesantren PC IPNU Kab. Pekalongan. Hingga suatu saat saya menjadi sadar bahwa saya harus mengurangi kegiatan agar bisa lebih fokus di hafalan Al quran. Perjuangan saya menghafal Al quran tidaklah mudah, di desa saya belum ada seorang pun yang hafidz Quran, dan saya adalah orang pertama yang berjuang agar ada seseorang yang menjadi hafidz Quran. Kewajiban hafal (hafidz) Quran adalah fardlu kifayah, yaitu
279
apabila sudah ada yang mengerjakan kewajiban tersebut maka gugurlah kewajiban orang-orang di sekitarnya, namun apabila tidak ada yang mengerjakan maka ia dan semua orang di sekitarnya terkena beban dosa. Adapun ukurannya adalah satu kecamatan, apabila dalam satu kecamatan tidak ada yang hafidz Quran, maka semua orang se kecamatan akan menanggung dosa karena tidak ada orang yang memenuhi kewajiban. Saya ingin berusaha menjadi Hafidz Quran, agar seluruh orang di satu kecamatan tidak menanggung dosa. Perjuangan saya menghaf Al quran berbeda dengan temanteman yang lain. Saya sebagai babad, artinya dalam keluarga saya dari jalur kakek dan nenek belum ada yang hafidz Quran. Sedangkan keluarga teman-teman saya kebanyakan sudah ada yang menjadi hafidz Quran. Saya berjuang dari nol karena belum memiliki darah keturunan hafidz. Menghafalkan Al quran bukanlah hal yang mudah, saya bukan termasuk orang yang kuat dalam hafalan. Mungkin saya adalah santri yang daya ingatnya paling jelek, namun saya tidak putus asa. Saya tetap belajar menghafal Al quran walaupun sambil kuliah. Saya sering melakukan tadarus di luar pesantren, terkadang di jalan sambil naik motor, di teras toko-toko sambil menunggu hujan reda saat musim hujan dan situasi sepi, di ruang kelas kampus saat sepi mahasiswa dan tidak ada dosen, di masjid, di mushola, dan juga saat saya pergi rekreasi saya sempatkan membaca Al quran karena ingin meninggalkan kenangan bahwa saya pernah menghafalkan Al quran di tempat rekreasi tersebut, karena belum tentu suatu saat saya bisa kembai ke tempat tersebut. Seringkali saya merasa kesulitan dalam menghafal Al quran, terkadang muncul rasa pesimis, rasa malas, dan lain sebagainya. Namun ketika saya terpuruk saya menjadi berfikir dan selalu berusaha menasehati diri sendiri agar tetap berusaha menghafal Al quran walaupun sedikit demi sedikit. Di kampus, saat dosen menerangkan mata kuliah, saya sering teringat usaha menghafalkan Al quran dan
280
entah mengapa saya menjadi mengkait-kaitkan keterangan dosen tersebut dengan usaha menghafal Al quran. Saat saya jatuh cinta, saya juga sering mengkaitkan dengan hafalan Al quran. Jika seseorang mencintai pasangannya, ia akan rela menunggu pasangannya dengan setia bertahun-tahun, begitu pula jika saya cinta pada Al quran, maka saya juga harus mau dan rela menunggu agar saya bisa hafal Al quran walaupun bertahun-tahun lamanya. Jika ada orang yang merana karena cinta, maka saya harus tetap mencintai Al quran walaupun saya merana karena sulitnya menghafal Al quran. Saya yang berusaha mencintai hafalan Al quran juga harus bersedia berlama-lama membaca Al quran. Hal-hal tersebut sering membuat saya menjadi bertahan dan terpacu dalam menghafal Al quran. Saya sadar, bahwa sesuatu yang baik dan langka memang harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh meski harus menangis karena pedihnya perjuangan yang panjang. Bagi saya mempelajari Al quran adalah bagian dari long live education.Saya senantiasa memohon pertolongan agar cita-cita saya yang sekarang menjadi hafidz Quran menjadi tercapai. Amin ya Robbal ‘alamin. Orang yang paling bahagia adalah orang yang menjadikan puncak dan tujuan utamanya adalah mencintai Allah SWT.
Beberapa hari kemudian, saya menunggu keputusan juri. Saya menunggu tanpa terlalu berharap akan masuk nominasi lomba cerpen. Malam Ahad 28 Februari 2015, setelah selesai ngaji murojaah, saya mendapat sms dari Fatkhul, saya disuruh membuka facebook dan membuka wall Pena Indis II. Alangkah terkejutnya ketika saya membuka Facebook, saya melihat nama saya masuk nominasi kontributor lomba cerpen yang diadakan Pena Indis II.
281
Saya tidak menyangka, ini pengalaman pertama kali bagi saya mengikuti lomba cerpen dan ternyata masuk menjadi salah satu kontributor dalam buku yang bertema Motivasi “Jalan Terjal Menuju Cita-cita.” Saya merasa sangat senang karena dapat berbagi penglaman menghafalkan Al quran lewat karya sebuah buku yang Insya Allah akan terbit bulan April 2015. Alhamdulillah ya Allah, semoga cerpenku bisa bermanfaat bagi para pembaca, Amin. 55
Gambar 3.53 Sertifikat Kontributor pada event Motivasi oleh Penerbit Pena Indis
55
Konfirmasi dengan Fatkhul Ribkhah (Teman yang menyarankan mengikuti lomba cerpen), pada tanggal 10 Juni 2016
282
Gambar 3.54 Antologi Cerpen Motivasi “Pejuang Kalam Ilahi”
51. Nasehat dari KH. Toha al Hafidz Senin sore 16 februari 2015, saya pergi ke masjid As-Syuhada’ kota Pekalongan. Saya berangkat sebelum adzan maghrib berkumandang. Sore itu saya ingin menemui salah seorang master hafidz Pekalongan, beliau adalah KH. Toha al Hafidz. Beliau adalah salah satu guru (kyai) saya saat saya mondok di Pesantren YPI dan Pondok Pesantren Modern. Kepergianku menemui beliau adalah dalam rangka wawancara tentang pengalaman beliau menjadi pecinta sekaligus penghafal ayat-ayat suci Al quran. Saya sampai di halaman masjid setelah adzan maghrib. Setelah motor saya perkirkan di tempat parkir masjid As-Syuhada’, saya mengambil air wudhu. Tak lama kemudian terdengar iqomah, tanda sholat akan dimulai, sayapun bergegas masuk masjid. Beberapa meter dari masjid terdengar suara
283
dan nada khas KH. Toha al Hafidz, suara beliau seperti imam masjid Haromain Makkah dan lagu qiro’ahnya juga mirip. Saya segera masuk ke barisan shof sholat dan langsung takbiratul ikhram kemudian mengikuti gerakan sholat imam. Setelah salam, wirid dan sholat sunnah, saya menghampiri beliau. Beliau tersenyum melihat saya, ternyata beliau masih ingat wajahku yang pernah menjadi muridnya beberapa tahun lalu. Kami saling menanyakan kabar, terutama masalah Al quran. Beliau menanyakan “Yahya dulu sudah hafal berapa?” Saya manjawab dengan kepala merunduk karena malu, hehe.. kemudian beliau banyak menasehati saya terutama jangan nambah hafalan sebelum hafal apa yang sudah pernah dihafal sebelmnya. Beliau juga menasehati agar saya membaca Al quran dengan tartil, sebab orang yang membaca dan menghafalkan dengan tartil akan lebih melekat hafalannya di kepala dari pada yang membaca Al quran dengan cepat. Sayang sekali, belum sempat ngobrol banyak, beliau melihat jam tangan dan kemudian mengatakan bahwa beliau ada perlu dan harus segera pergi mungkin lain kesempatan bisa dilanjutkan lebih lama tentunya membahas tentang tahfidz Quran. 52. Kerja Bakti, Halaman Pondok akan di Batako Malam senin, lurah pondok putra memasang pengumuman bahwa pada hari selasa pagi, 10 februari 2015 semua santri dimohon untuk kerja bakti di halaman pondok pesantren karena halaman pondok akan dibatako. Keesokan harinya, Abah Kyai datang ke pondok putra sambil membawa parang dan menuju ke pohon mangga, beliau berniat menebang pohon mangga di
284
halaman pesantren. Santri-santri yang melihat langsung ganti pakaian dan segera menghampiri beliau, begitu pula dengan saya. Saya langsung ganti kaos dan segera menghampiri Abah Kyai untuk ikut mambantu. Para santri berkumpul mendekati abah kyai dan segera merusaha menebang pohon mangga. Begitulah kebiasaan para santri, apabila melihat Abah Kyai sedang mengharapkan sesuatu mereka segera menghampiri Abah Kyai dan langsung membantu beliau tanpa harus disuruh-suruh. Fahmi dan kawan-kawan memotong batang menggunakan kapak dan parang secara bergantian. Setelah itu, kami tarik menggunakan selang air, karena memang di pondok tidak ada tali tambang. “Ayo tarik….!!!” teriak Fahmi dan kawan-kawan. “1,,,2,,,3,,,” Kang Adli menghitung. “Bruuuuug.” Suara pohon yang tumbang setelah kami tarik. Sebagian batang pohon mengenai tembok dan tembok sedikit rusak karena kuat dan kerasnya kami menarik. Namun kerusakan tembok tidak parah. Sekarang giliran memotong batang pohon mangga menjadi ukuran kecil sekitar 1 meter. Sambil memotong batang pohon yang sudah tumbang, beberapa santri melanjutkan membakar daun mangga yang masih basah. Zen Jami’ mengusulkan agar daun bisa dibakar dan cepat habis, sebaiknya disiram campuran bensin dan solar. Usulannya pun kami terima, Fahrul berangkat ke pom bensin dengan meminjam salah satu motor santri. Sambil menunggu Fahrul yang pulang membawa bensin dan solar, kami membakar daun itu sebisanya. Untuk mempercepat waktu, beberapa santri saya perintahkan untuk mengambil batako di depan pondok putri. Perintah saya tersebut
285
sebelumnya sudah saya komunikasikan dengan abah Kyai Khozin. Fahri, Tuying, Mahmud, Abdullah, Ageng, dan Ucil dan Haris mengambil batako menggunakan grobak milik tetangga pondok. Kami bekerja 2 tim. Tim saya mengurusi pemotongan batang kayu mangga dan membakarnya, sedangkan tim yang satu bekerja mengambil batako di depan gedung pondok putri. Fahrul datang dengan mambawa campuran bensin dan solar. Sedikit demi sedikit campuran bensin dan solar tersebut disiramkan ke daun yang masih basah, hingga akhirnya daun dapat terbakar. Namun karena daun masih basah, pembakaran tersebut menjadi lama dan apinya segera padam. Salah seorang santri menyiram campuran bensin dan solar tersebut merata disemua daun mangga tersebut. “DUUEEEMMM.” suara ledakan dari arah pembakaran daun mangga. Tiba-tiba saja daun mangga yang tadi disiram dengan campuran bensin dan solar meledak dengan kerasnya. Saya kaget, Zen kaget dan semua santri yang ada disitu juga kaget bukan main. Orang-orang keluar dari rumah mereka melihati kami yang sedang bakar bakar tersebut. Suara ledakan yang sangat keras tersebut membuat para santri dan tetangga pondok takut, dikiranya suara bom karena suaranya sangat keras menyerupai suara bom. “Haduh,, serem bangetttt.... untunglah kaca dan tembok pesantren tidak ikut pecah. Alhamdulillah.” Ternyata ledakan tersebut dikarenakan penyiraman campuran bansin dan solar pada tumpukan daun yang masih basah. Hingga akhirnya kami lebih berhati-hati agar tidak meledak lagi. Sedikit demi sedikit pekerjaan kami menebang pohon mangga dan mengambil batako selesai. Beberapa hari
286
kemudian, tempat tersebut dibangun ruang tamu dan halaman pesantren dibatako hingga terkesan rapi. Begitulah jalinan kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam dunia pesantren.
Gambar 3.55 Kerja Bakti Mengangkut Batako dari Pondok Putri ke Pondok Putra
Gambar 3.56 Penebangan Pohon Mangga
Gambar 4.57 Pembakaran Daun Mangga
287
53. Ngaji Patok Rabu, 18 februari 2015 jam 09.00 WIB, Kang Abdul Ajiz seorang alumni datang ke pondok. Beliau berbicara tentang temannya Yang meninggal bernama Aisyah binti H. Usman. Saya diminta mendatangi rumah almarhummah untuk mengaji Al quran disana sendirian, karena kebetulan santri-santri akan ngaji murojaah dan mereka sedang mempersiapkan hafalan sehingga tidak bisa ngaji di tempat al marhummah Aisyah. Karena merasa tidak ada yang lain dan terdesak, saya segera mengiyakan dan berangkat bersama kang Ajiz ke rumah al marhumah Aisyah di Banyurip Alit Gang 3, sebelah selatan pasar Banyurip. Setelah menemui tuan rumah dan berbincang-bincang, saya segera diminta membaca Al quran dan mengambil posisi duduk didekat janazah. Kang Ajiz meninggalkan saya karena kang Ajiz ada keperluan di luar. Saya mengaji dengan bersemangat karena sekalian saya tadarus. Saat saya membaca Al quran saya melihat banyak orang dari Dinas yang malayat, ada beberapa dosen yang saya kenal ikut malayat,banyak juga para ustadzah dan banyak para hafidzoh yang hadir melayat. Mereka semua merasa kehilangan almarhummah Aisyah. Menurut tuan rumah, Aisyah adalah hafidzoh Quran, beliau juga sedang mengambil S2 dan masih berstatus sebagai mahasiswi. Saya mengaji selama sekitar 3 jam. Sebelum duhur, jenazah dibawa ke masjid Simbang Kulon untuk di sholati. Saya ikut menyolati jenazah alm. Aisyah binti H. Usman di masjid jami’ Simbang Kulon. Terdengar suara imam yang hendak memimpin sholat
288
janazah menyeru untuk berapatkan barisan, tanda sholat janazah akan di mulai, saya segera masuk ke barisan (shof sholat). Saya melihat banyak orang yang ikut menyolati. Jama’ah berbaris lebih dari tiga shof. Memang memperbanyak jumlah shof merupakan suatu kesunahan. Rosulullah pernah bersabda yang isinya kurang lebih bahwa janazah yang disholati oleh lebih dari tiga shof, maka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Mudahmudahan ustadzah almarhummah Aisyah diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Amin. Setelah selesai sholat, jenazah di bawa ke tempat pemakaman umum desa Simbang Kulon menggunakan ambulan. Saat jenazah akan di masukkan ke dalam ambulan, saya bertemu dengan guru-guru saya dahulu saat saya sekolah di MAS Simbang Kulon seperti Pak Kyai Qomar, Pak Kyai Annas, Gus Nurul yang sekarang juga menjadi dosen STAIN Pekalongan, saya juga bertemu dengan salah seorang pegawai akademik STAIN Pekalongan. Saat saya bertemu dengan mereka, saya berjabat tangan dengan mencium tangan guru-guru saya tersebut. Saya ikut mengiring janazah sampai ke kubur. Latak kubur berjarak sekitar 500 M dari masjid. Jenazah di makamkan di desa Simbang Kulon Buaran Pekalongan. Ternyata pemakaman tersebut dekat dengan teman saya dulu di MAS Simbang Kulon Buaran, ia bernama Said. Said terlihat gemuk dan segar padahal dulunya ia kurus seperti saya, mungkin karena sekarang ia sudah jadi bos. Saya menitipkan motor saya di rumah Said. semoga saya termasuk orang yang memenuhi hak muslim atas muslim yang lain. Sebagai
289
mana salah satu Hadist bawa ada beberapa hak muslim atas muslim yang lain: tasmiyatul athis (mendo’akan saudara muslim yang bersin), wa i’adatul marid (memjenguk orang sakit), manyolati dan mengantarkan jenazah sampai ke liang kubur. Almarhumah Aisyah adalah seorang hafidzoh Quran sekaligus seorang guru di SMP IT, pantas saja banyak para orang yang bertakziyah yang mengenakan pakaian dinas abu-abu, mungkin mereka adalah teman beliau mengajar disana. Saya mengikuti acara penguburan jenazah sampai selesai, saat para petakziyah pulang, saya tetap disitu untuk membacakan Al quran. Saya melanjutkan ngaji saya yang tadi sudah saya baca di rumah almarhumah Aisyah. Saat saya mengaji, ada dua orang yang sedang mendirikan bangunan menggunakan seng setengah set. Setelah saya tanyakan ternyata bangunan tersebut adalah untuk tempat saya dan teman-teman membaca Al quran nantinya. Mereka juga mendirikan panggung untuk tempat duduk beserta sebuah meja. Beberapa saat setelah panggung jadi, saya duduk di panggung tersebut sambil tetap membaca Al quran. Inilah tempat yang digunakan untuk mengajikan jenazah. Beberapa menit kemudian, datanglah Udin. Dia mengaku datang karena disuruh Kang Ajiz. Udin adalah salah satu alumni pondok Roudhotul Huffadz. Udin menjadi partner ngaji saya sore itu. Dua jam kemudian, datanglah kang Ajiz. dia mengajak kami berembuk masalah tekhnis pengajian patok yang akan kami jalani selama beberapa hari kedepan. Saya ijin ke toilet sekalian berwudhu. Saat saya kembali, ternyata
290
sudah ada nasi bungkus dan teh panas di teremos. Kang Ajiz mangatakan bahwa baru saja sohibul bait datang dan membawa ini semua, saya di suruh menikmati makanan. Kami pun makan bersama. Beginilah makan ala ngaji patok, kami harus makan dan minum di atas kuburan. Bagi orang yang tidak pernah, mungkin hal ini akan terasa tabu dan mungkin mereka tidak jadi makan karena hal ini terasa aneh. Namun bagi kami, hal ini sudah menjadi adat kabiasaan karena ngaji patok benar-benar tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang mengaji sebelum benar-benar yang manjadi badal (pengganti) sudah hadir ditepat pemakaman. Setelah kami merasa kenyang, kami cuci tangan dan memulai ngaji kembali. Setelah mendapat 5 juz, saya merasa lelah dan perlu istirahat. Saya dan teman-teman meluangkan istirahat dengan makan rambutan yang tadi di belikan oleh sohibul bait. Tiba-tiba terdengar bunyi adzan maghrib. Saya dan teman saya tidak langsung sholat, tapi menunggu waktu tidak pas sedang maghrib, sebab waktu bada maghrib pas, merupakan waktu-waktu pemakaman terasa seram, beberapa saat kemudian, baru lah keadaan pemakaman kembali seperti semula. Biasanya ngaji seperti ini dinamakan ngaji patok. Patok adalah nama lain dari batu nisan, jadi ngaji patok adalah mengajikan jenazah yang baru dikubur dan tidak boleh di tinggal selama beberapa hari. Biasanya selama satu minggu atau empat puluh hari sesuai kesePakatan antara keluarga dengan para ustadz yang mengaji. Ngaji patok tidak boleh ditinggalkan walaupun semanit dan walaupun beberapa langkah. Jadi tempat ngaji patok tidak boleh
291
alfa dari penunggu sebelum genap seminggu ataupun empat puluh hari sesuai kesepakatan. Jika ingin meninggalkan tempat patok, harus sudah ada orang yang menggantikan sehingga tempat tersebut tidak kosong penghuni. Biasanya dalam seminggu disa menghasilkan 6 kali khatam bacaan Al quran 30 juz. Kalau empat puluh hari sekitar 35 kali khatam Al quran 30 Juz. Pembacaan Al quran ini dispesialkan untuk dihadiahkan kepada jenazah yang sedang di kubur tersebut. Subhanallah, semoga orang yang diberi hadiah bacaan tersebut sampai kepada jenazah dengan izin Allah. Amin. 54. Nasehat dari Adik Tercinta tentang Hafalan Al quran Dek Rohma termasuk santri teladan, abah Kyai Khozin sering memuji Dek Rohma. Berbeda dengan saya yang sering kali tidak lancar ketika menghafal Al quran, Dek Rohma justru memiliki potensi yang sangat bagus untuk menghafal Al quran. Dulu Dek Rohma pernah mondok di pondok pesantren Roudhotul Huffadz, hanya dalam beberapa bulan saja, Dek Rohma hampir khatam. Dia bisa melebihi teman-teman santri putri yang sudah terlebih dahulu menghafalkan. Bahkan ketika saya dan keluarga sowan ke abah Kyai Khozin, Dek Rohma sering dipuji. Saya bangga dengan Dek Rohma, sayangnya Dek Rohma tidak mau melanjutkan menghafal, dan lebih memilih kuliah di Semarang. Dan justru saya yang kurang memiliki potensi menghafal, malah memilih bertahan di pesantren ini, dengan harapan mudahmudahan suatu saat nanti saya bisa khatam hafalan Al quran. Ketika saya pulang dalam rangka pernikahan saudara sepupu, saya bertemu adik di rumah, saya mengajak ngobrol tentang metode menghafal Al
292
quran. Saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada Dek Rohma, namun sebelum Dek Rohma menjawab, dia meminta saya untuk terlebih dahulu menceritakan metode menghafal yang selama ini saya gunakan. Saya menceritakan bahwa selama ini saya menghafal, terutama dalam murojaah, saya menghafal dari halaman pertama sampai halaman ke lima halaman tanpa perlu banar-benar hafal karena nantinya akan di deres kembali, hal ini saya maksudkan untuk mengukur halaman mana yang paling sulit dihafal, karena biasanya tingkatan bacaan tiap halaman tidaklah sama. Selanjutknya, saya menghafal kembali dari halaman pertama dengan di rangkai dengan halaman selanjutnya sampai lima halaman. Setelah menghafal dari depan, saya berganti menghafal dari belakang. Halaman terahir saya hafalkan kemudian saya rangkai dengan halaman sebelumnya sampai halaman pertama. Karena saya beranggapan, bahwa halaman yang sering tidak lancar biasanya pada halaman terahir karena otak sudah lelah saat menghafal dari depan 4 halaman. Hasilnya saya sering kali bingung ketika maju ngaji setoran di hadapan abah kyai, saya menjadi bingung mengurutkan ayat dan halaman, seakan pikiran menjadi sangat kacau walaupun saya tadinya sudah hafal, jarang sekali saya lancar ketika maju setoran murojaah. Adik menilai metode hafalan yang saya gunakan tidak baik dan harus di rubah, adik menyarankan agar jangan berpindah satu halaman ke halaman lain sebelum halaman tersebut benar-benar sudah dihafal dengan baik, baru kemudian menghafal halaman berikutnya dan kemudian dirangkai menjadi satu. Hal ini dilakukan sampai lima halaman. Kalau tidak mampu maka
293
sampai tiga halaman saja, adapun dua halaman terahir dihafalkan secara terpisah. Langkah terakhir adalah merangkai 3 halaman dan 2 halaman itu menjadi satu. Mudah-mudahan dengan metode yang disampaikan adikku bisa merubah hafalanku menjadi lebih lancar dan lebih baik, Amin. 56 55. Gelisah bila belum mempersiapkan hafalan Al quran Jum’at, 20 februari 2015. saya menengok teman bernama Imam Mashuri. Dia sakitdan di rawat di RS. Batang. Saya berangkat sekitar pulul 11.30 WIB. Imam Mashuri di rawat di ruang kenanga no. 7 di RS. Kalisari Batang. Baru sekitar setengah jam saya menjenguk Imam, terdengarlah suara adzan. Akhirnya saya mengakhiri pembicaraanku dengan Imam, sekaligus minta izin puang untuk sholat jum’at. Setelah selesai sholat jum’at,rencananya saya akan menemui dua orang teman karena kami ada urusan penting. Mereka menyuruh saya menunggu di mushola dekat makam beji sebelah selatan STAIN Pekalonan. Saya pun mengiyakan dan akhirnya dari rumah sakit Batang langsung menuju ke mushola tersebut. Sambil menunggu dia datang, saya menjadi banyak berfikir bahwa saya belum nderes buat setoran murojaah nanti malam dan saya juga belum tidur siang, saya khawatir apabila saya tidak tidur siang nanti saya mengantuk saat ngaji, karena sudah biasa mengantuk kalau tidak tidur siang. Hal seperti ini sering mambuat saya menjadi sengaja tidur di manapun berada dengan mencari tempat yang aman dan nyaman. Hal ini semata-mata saya lakukan bukan karena saya tukang tidur disembarang tempat, namun semata56
2016
Konfirmasi dengan Siti Rohmatul Fatihah (Adik kandung penulis), pada tanggal 10 Juni
294
mata hanyalah persiapan agar nanti malam tidak mengantuk saat mengaji hafalan murojaah dengan abah kyai Khozin ataupun dengan ustadz Hadi. Saya juga sering memikirkan kalau saya belum tadarus membuat hafalan untuk setoran, sehingga sering kali saya berusaha membawa Al quran kecil yang khusus saya gunakan untuk tadarus di perjalanan. Saya juga dulu pernah sengaja membeli HP android untuk bisa mengakses dan mendownload aplikasi Al quran sehingga menjadi lebih perktis. Saya tidak perlu membawa wujud mushaf Al quran, cukup dengan aplikasi android yang saya mainkan di HP. Penggunaan aplikasi ini juga bermanfaat bagi saya karena bila membawa mushaf biasanya bingung ketika hendak masuk ke kamar mandi atau WC karena harus meletakkan mushaf di luar kamar mandi ataupun WC, saya beberapa kali kehilangan mushaf Al quran karena saya kadang tertinggal di dekat kamar mandi, shingga saya merasa kehilangan dan boros. Beginilah kalau saya memiliki aktifitas di luar pesantren sedangkan saya belum membuat hafalan setoran murojaah dan ziyadah. Pikiran kadang tertekan karena berfikir bagaimana caranya saya bisa mempersiapkan diri baik fisik maupun non-fisik agar nanti malam saya bisa sukses dalam menghafal murojaah dan juga persiapan ziyadah. 56. Uang Habis Jum’at sore, 20 februari 2015 saya pulang ke rumah karena uang habis. Ya beginilah kalau mondok sambil kuliah, banyak pengeluaran. Padahal baru kemarin diberi uang tambahan, ternyata sudah habis lagi. Mungkin karena
295
kemarin saya periksa kesehatan dan disuruh cek darah dan memang kemarin sedang banyak pangeluaran yang tak terduga. Seperti biasa, saya tidak pernah meminta uang kecuali untuk kebutuhan selain makan. Kalau untuk urusan makan saya biasanya hanya pulang ke rumah dan diam saja tanpa membahas keuangan, biasanya orang tua bertanya: “Kenapa pulang? uangnya habis ya?” Tanya Ibu. “Hehe.. nggih" jawabku. Biasanya, saya tidak meminta nominal, terserah mau ngasih berapa. Suatu saat saya pernah kembali lagi ke pondok dengan hanya mendapat uang ganti bensin. Ya sudahlah, karena kebetulan orang tua sedang tidak ada uang. Sebenarnya saya punya keinginan untuk sambil bekerja. Jadi mondok, kuliah dan kerja. Namun, sering kali orang tua saya melarang kerja dengan alasan nanti saya tidak fokus dan malah tidak selesai-selesai kuliah dan mondoknya. Mungkin alasan orang tuaku benar, karena untuk mondok dan kuliah saja saya sering merasa kurang waktu. Tapi bagaimana dengan masalah keuangan? Saya juga malu kalau belum bisa mandiri. Saya membutuhkan pekerjaan, namun jenis pekerjaan yang ringan saja, sehingga wakunya bisa sambil membuat skripsi walaupun sedikit, atau bisa saya sambi tadarus Al quran agar hafalan saya semakin cepat lancar dan khatam. Tapi kira-kira pekerjaan apa ya yang seperti itu? Saya bingung? Ya Allah, berilah hamba-Mu ini kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Hamba ingin sukses dunia akhirat dan bisa berdikari (berdiri diatas kaki sendiri dengan mandiri). Berilah hamba pekerjaan yang mendukung pula untuk kuliah, mondok sambil kerja. Amiin.
296
57. Belajar pada Teman Lulusan Africa Wawancara dengan Fadly Rosyadi pada hari Sabtu, 21 februari 2015 Nama
: Fadly Rosyadi
Tempat, tanggal lahir : Tegal, 8 April 1993 Pendidikan terakhir
: Madrasah Arbaiah Islamiyah Darul Ulum Azzadville South Africa.
Sabtu, 21 februari 2015 saya mengantar Fadli ke optik untuk mengganti lensa kacamata Fadli yang sudah tidak layak dipakai karena miopnya sudah bertambah. Kami berangkat sekitar pukul 08.10 WIB. Dengan mendendarai bebek supra fit kesayanaganku yang paling irit, kami menuju toko optik lilis yang berjarak sekitar 400 M dari pesantren Roudhotul Huffadz. Dalam perjalanan Fadli lebih banyak diam, dalam percakapan Fadli hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat yang saya tanyakan agar mempererat hubungan pertemanan kami, memang Fadli merupakan santri baru di pondok Roudhotul Huffadz ini baru sekitar sebulan disini, Fadli salah satu alumni madrasah Darul Ulum Azzadville South Africa. Sesampainya kami di optik, saya membuka percakapan dengan petugas toko optik tersebut karena saya dulu sering kesini dan sudah agak kenal dengan petugasnya. Setelah kami saling mananyakan kabar, saya mengatakan bahwa saya membawa teman yang mau ganti lensa kacamata dan saya mempersilahkan Fadli untuk mengatakan keluhan tentang kacamatanya yang sudah tidak cocok lagi untuk dipakai. “Monggo kang, silahkan bilang sendiri tentang kacamatanya, biar lebih enak.” kataku kepada Fadli.
297
Setelah Fadli konsultasi dengan petugas optik, kemudian ia diukur ulang miop matanya, ternyata miopnya bertambah, pantas saja kacamatanya sudah tidak lagi nyaman dipakai, kemudian sesuai saran petugas optik untuk mengganti lensa, ia segera mengiyakan “yang penting beres Pak” kata Fadli kepada petugas. Sambil menunggu penggantian optik, saya menanyakan asal muasal Fadli dan pendidikan terahirnya. Ia mengatakan bahwa ia pernah mendapat beasiswa belajar tahfidzul Quran ke Africa. Tepatnya di Darul Ulum Azzadville south africa. Ia menceritakan secara singkat bagaimana ia bisa mendapat beasiswa ke sana. Kemudian saya menanyakan bagaimana sistem pendidikan disana, serta metode yang digunakan di lembaga pendidikan tersebut. Ia menceritakan bahwa ia mendapat beasiswa dari salah seorang kyai yang dulu pernah mondok di Darul Ulum Azzadville South Africa. Sang Kyai mendapat kepercayaan untuk mencarikan orang untuk mondok dan mendapat beasiswa tahfidz kesana, kebetulan ia kenal dengan Fadli dan menawari agar mau diikutkan kesana, hingga akhirnya ia ikut belajar dan berangkat ke Darul Ulum Azzadville South Africa. Fadli mondok disana selama tiga tahun, sistem pendidikan disana sangat baik, santri didik dengan penggunaan waktu yang terjaga dangan bebar-benar produktif. Ia menceritakan bahwa salama disana tiga tahun, ia tak mengenal teman-temannya dan sepertinya begitu pula teman-temannya. Mereka memilih istirahat dengan tidur daripada sekedar ngobrol ataupun saling sapa karena pikiran mereka sangat lelah dengan hafalan yang ada.
298
Suatu ketika teman seasramanya ada yang meninggal, namun teman-temanya tidak ada yang mengetahui dan tidak ada yang mengenalinya, baru mereka tahu dan kenal setelah jenazah disholatkan dan diberitahu bahwa ia adalah salah satu santri asal Indonesia putra angkat Pak Wiranto ketua umum partai Hanura saat itu. Petugas optik memberitahu bahwa kacamata sudah selesai diperbaiki. Kami tidak bisa mengobrol terlalu lama di optik ini karena keadaan yang tidak memungkinkan, hingga obrolan kami akhiri dan dia berjanji untuk menceritakan kelanjutan kisah-kisahnya dalam menghafal Al quran nanti kami di pondok roudhotul huffadz. Fadli segera membayar ongkos perbaikan sebesar Rp.80.000 sekalian ganti lensa mika. Sesampainya kami di pesantren, kami melanjutkan pembicaraan kami seputar tahfidz Quran. Kami menuju kamar atas, sambil menyantap buah rambutan segar, kami melanjutkan pembicaraan. “Bagaimana kegiatan sehari-hari para santri disana?” Tanyaku. “Kegiatan disana bisa dikatakan sangat padat kang, sehari-hari waktu benar-benar digunakan untuk mengaji Al quran, sampai fisik ini terasa sangat letih karena otak ini selalu dipacu untuk menghafal. Kami sangat lelah, padahal kami tidak melakukan pekerjaan, kami hanya mengaji dan menghafal. Kami disibukkan dengan menghafal, hingga diantara kami tidak sempat bertutur sapa, apalagi untuk bercanda. Kami lebih memilih waktu istirahat kami, kami ganakan untuk tidur. Bisa dikatakan kami disana hanya ngaji, makan dan tidur, segala keperluan kami semuanya sudah ditangggung oleh pihak sana seperti makan, minum, mencuci, memasak, bahkan bersihbersih, semuanya sudah ada yang mengerjakan dari pihak sana, tugas kami hanya khusus mengaji dan menghafal Al quran.” Fadli menjelaskan. “Bagaimana jadwal kegiatan anda disana Fadli?” Saya bertanya lagi. “Jadwal kegiatan disana dibagi menjadi dua. Yaitu jadwal kegiatan musim dingin dan jadwal kegiatan musim panas. Kegiatannya sama, cuma ada sedikit perbedaan, yaitu apabila musim dingin waktu lebih panjang,
299
sehingga waktu ngajinya kami pun lebih banyak. Adapun kegiatan di musim dingin sebagai berikut: Pukul 04.30- 07.30 kami ngaji ziyadah Kami masuk kelas dan di absen, kami setoran ziyadah hafalan miniman satu setengah halaman. Satu ustadz memegang sekitar sepuluh santri. Hafalan kami disetorkan ke ustadz. Pukul 07.50-10.30 kami istirahat dan sarapan. Setelah sarapan, kami langsung disuruh masuk kelas lagi untuk ngaji murojaah. Murojaah pada ngaji kali ini adalah untuk setoan ngaji murojaah hafalan juz yang belum genap satu juz penuh. Kami mengaji sampai pukul 10.30. Pukul 10.30-11.40 istirahat. Pukul 11.40-12.30 kami kembali masuk kelas untuk ngaji murojaah juz-juz yang sudah full dihafal. Pukul 12.30-13.00 ISHOMA Pukul 13.00- 15.45 ngaji murojaah untuk juz yang sudah full dihafal sebagai lanjutan dari kegiatan sebelumnya (pukul 11.40-12.30 ) Pukul 15.45-16.00 sholat ashar dan makan sore. Saat itu maghrib biasanya pukul 17.00. Setelah maghrib-21.00 tadarus membuat ziyadah untuk di setorkan esok harinya. Pukul 21.00 kegiatan ngaji semua selesai, waktunya untuk istirahat dan tidur. Dan hari jum’at libur mengaji. Semua itu adalah kegiatan dimusim dingin. Adapun jadwal kegiatan di musim panas, hampir sama hanya perbedaan waktu saja sehingga ngaji di musim dingin waktunya lebih panjang dan lebih lama.” Fadli menerangkan.57
58. Menyimak Teman Tadarus untuk Persiapan Tes 10 Juz (Juz 11-20) Ahad 22 februari 2015, ba’da maghrib Akhinal Kirom, M. Haidar Ali meminta agar nanti bada ngaji murojaah saya menyimak hafalan Haidar karena dua hari lagi ia akan tes juz 11-20. “Kang, tolong nanti ba’da murojaah, saya di sima’ ya? Soalnya untuk persiapan tes juz 11-20.” Kata Haidar. “Insya Allah, nanti saya bisa nyimak sampean Haidar.” Saya pun menyanggupi permintaan Haidar.
57
Wawancara dengan Fadly Rosyadi pada hari Sabtu, 21 februari 2015
300
Kemudian saya menuju masjid untuk tadarus. Tak lama kemudian, adzan isya berkumandang. Saya segera mengambil air wudhu dan sholat sunah 2 rokaat, dan iqomah. Saya memasuki barisan shof paling depan, saat itu abah Kyai Khozin yang menjadi imam sholat isya. Setelah sholat isya, ternyata ada pengumuman bahwa ngaji murojaah diliburkan dan diganti dengan ngaji khotmil Quran. Santri-santri mengambil Al quran per juz. Saya mengambil juz 13. Kami semua membaca Al quran dan ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh ustadz Hadi Al Hafidz. Setelah ngaji selesai, saya di menemui Haidar untuk menyimak hafalannya. Saya menyimak hafalan Haidar, bacaanya bagus, hafalannya juga lancar, namun suaranya terdengar serak. Setelah saya tanyakan, ternyata karena ia salah pola makan. Ia banyak makan gorengan, pedas, es dan makanan-makanan lainya yang bisa merusak kejernihan suara. Setelah bacaan Al quran saya dengarkan dan saya sima’, kami ngobrol-ngobrol sebentar. Saya menanyakan mengapa hafalannya bisa lancar? Bagaimana cara tadarus jika mendekati tes? Ia manjawab, bahwa untuk menghafal persiapan tes dia menggunakan metode sebagai berikut: Setiap hari menghafal ¼ juz dengan cara seperti akan setoran murojaah, namun tidak di setorkan. Kemudian besoknya menghafal kembali ¼ juz yang kemaren dihafalkan sebanyak tiga kali. Setelah benar-benar hafal, maka menambah ¼ juz yang kedua. Dan besoknya di ulang 3 kali. Kemudian manghafal ¼ juz yang ke tiga dalam satu hari dan besokya di hafal lagi yang ¼ terahir. Namun, nantinya di tadarus dengan di gabungkan menjadi 2 atau 3
301
perempatan juz. Setelah satu surat selesai, maka kembali mengulang hafalan surat tersebut sampai tiga kali karena biasanya bila tadarus pertama tidak lancar, namun hafalan yang ketiga insya Allah lancar. Hal ini dilakukan terus sampai juz 20. Kalau sudah lancar, minta teman untuk di sima’kan agar hafalan menjadi lebih tajam. 59. Istiqomah Waktu dan Tempat Sore itu, saya sedang tadarus di serambi utara masjid. Saya sedang tadarus membuat murojaah yaitu QS. Al Isro juz 15 perempatan juz kedua. Karena saya lelah, saya beristirahat. Di depan saya ada secarik kertas dan bolpoin. Segera saja saya ambil kemudian saya menulis disecarik kertas tersebut. Sepertinya kertas ini sudah tidak digunakan lagi karena terdapat coretan-coretan yang kata-katanya tidak penting, namun Insya Allah nanti saya akan bilang ke santri yang punya kertas tersebut untuk meminta ijin, Insya Allah. Saya terinspirasi untuk menulis tentang tadarus menurut pengalaman pribadi saya. Rajin tadarus merupakan kunci hafal, lancar dan khatam Al quran. Dalam hal manghafal Al quran, tadarus dibagi menjadi beberapa hal. Tadarus biasa, yaitu tadarus dengan membaca dan melihat mushaf Al quran. Tadarus bil ghoib adalah tadarus dengan tanpa malihat mushaf dan hanya melihat mushaf apabila ayat yang di baca terasa salah atau tidak bisa melanjutkan karena lupa. Tadarus membuat ziyadah, yaitu tadarus dengan menghafal ayatayat yang belum pernah dihafal. Tadarus murojaah yaitu tadarus menghafal ayat-ayat yang dulunya sudah pernah menghafal Al quran.
302
Macam-macam tadarus menjadikan waktu yang digunakan untuk bertadarus juga banyak. Tidak cukup satu atau pun dua jam saja. Karena berdasarkan pengalaman saya dan juga teman-teman (sudah sering saya tanyakan kepada mereka), tadarus membuat ziyadah tidak bisa sekali waktu bisa jadi. Kalaupun jadi, maka hafalanya juga belum matang dan masih mudah lupa, sehingga perlu tadarus membuat ziyadah lagi sebelum maju setoran ziyadah dihadapan abah Kyai. Begitu pula dengan tadarus-tadarus lainnya. Pantas saja Ustadz H. Abdul Hadi al Hafidz pernah mengatakan “sebenarnya waktu 24 jam setiap harinya seakan tidak cukup untuk tadarus, sangkin banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk tadarus, subhanallah.. (belum selesai) hingga beliau pernah mengatakan “terkadang saya kagum dengan santri-santri yang mondok menghafalkan Al quran sambil sekolah, kok mereka bisa ya?”. Padahal sekolah juga banyak waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas maupun kesibukan lainnya”. Teman-teman saya, khususnya alumni santri pondok pesantren Roudhotul Huffadz yang telah berhasil khatam dan lancar dalam hafalan Al quran, kalau saya perhatikan, ternyata mereka memiliki satu kebiasaan yang sama yaitu mereka menghabiskan waktu dan hari-hari mereka di masjid. Bahkan ada istilah “ora medun kadi masjid” dan istilah “dadi soko mesjid”. Yang maksudnya adalah senantiasa berada di masjid untuk tadarus dengan meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat misal bergurau dengan sesama santri yang mungkin terjadi bila di pondok pesantren dengan temantemannya, dan hanya ke pondok bila ada keperluan saja, kurang lebih seperti
303
itu. Bahkan ada salah seorang santri yang tidurnya tidak di pondok, namun di masjid. Sehingga, saat ia bangun, ia langsung sholat sunah dan tadarus siang malam tanpa merasa bosan. Mereka memang orang-orang pilihan. Saya ingin seperti mereka. Mereka selalu beristiqomah waktu dan tempat. Bila tempat pilihannya adalah serambi masjid sebelah utara, maka ia akan berada di serambi utara terus. Bila tempatnya di samping saka masjid, ya di samping saka masjid itu terus. Inilah pengamatan pribadi saya terhadap para alumni selama kurang lebih 4 tahun terharap satu kebiasaan yang dilakukan oleh para alumni yang akhirnya khatam dan lancar dalam hafalan Al quran bil ghoib. Seperti teman saya kang Mursalin, yang sekarang menjadi imam masjid Walisongo dekat kampus STAIN Pekalongan. Beliau juga pernah bilang bahwa beliau saat mondok dan nyantri di pondok pesantren Roudhotul Huffadz beliau mengatakan “saya dulu menghafal beberapa tahun ora mudun dadi Masjid”. Saat beliau akan wisuda dan membaca 30 juz bil ghoib, saya ikut menyimak beliau 15 juz di sebelah warung Maiyah, tepatnya di rumah mas Lutfi Banyurip Ageng Buaran Pekalongan. Begitupula dengan kang Uswandi, kang Badrus, kang Labib, Umam, Rozikin, dan sebagainya. Ada satu istilah lagi menurut saya pribadi, bahwa seseorang tidak akan bisa sukses sebelum ia melakukan hal aneh “nulayani adat kebiasaan”. Namun dalam hal ini adalah kebaikan. Seperti istilah “ora mudun kadi masjid” dan istilah “dadi soko masjid.” Semoga saya bisa menaladani kebaikan mereka dan kebiasaan tadarus di masjid tanpa merasa lelah ataupun bosan, Amiin.
304
60. Ingin bekerja Akhir tahun 2014 - maret 2015 banyak sekali lowongan dan tawaran pekerjaan yang datang kepada saya. Diantaranya lowongan pekerjaan di SMK NU Kesesi yang di sampaikan oleh dek Gio. “Mas yahya, coba njenengan masukin lamaran pekerjaan saja sebagai tenaga pendidik di SMK NU Kesesi tempatku ngajar, soalnya disana sedang mencari tenaga pendidik dan Insya Allah kamu akan banyak kemungkinan di terima.” kata dek Gio kepada saya saat saya kebetulan pulang ke rumah dari pondok pesantren. Ada juga penawaran pekerjaan di dealer Honda Batang. Saat itu saya sering mendatangi diler tersebut untuk kerjasama sponsor acara KKN STAIN Pekalongan tahun 2014 di Batang. Saat-saat seperti itu sang manager dealer berkata: “Mas Asep, kalo kamu ada waktu kamu bisa melamar pekerjaan di sini mas, dealer kami sedang membutuhkan pekerja”. “Iya bu, nanti saya pikirkan dulu, kalo saya siap nanti akan datang melamar pekerjaan disini.” Jawabku. Lowongan pekerjaan di Alma Swalayan. Saat-saat sebelum KKN dan sesudah KKN di Batang tahun 2014, saya sering ditawari pekerjaan oleh teman yang bekerja disana. “Monggo mas, nglamar pekerjaan saja di Alma Swalayan. Disana kerjanya santai namun ya gajinya ndak terlalu tinggi.” Tawaran pekerjaan mengajar di Pondok Pesantren al Fusho oleh Gus Mamat (putra dari KH. Mukhlis Chasani dan masih keluarga pendiri pesantren al Fusho Wonopringgo). Gus Mamat menelephon saya: “Assalamualaikum, Yahya. Pean tak minta ngajar di pondok al Fusho Wonopringgo di tempatnya Abah KH. A. Dzilqon bisa ngga? Tapi syaratnya kamu harus mukim disana.” Tanya Gus Mamad.
305
“Aduh gus, kalau syaratnya nginep ya saya ndak bisa, soalnya saya juga masuk mondok di pondok banyurip Ageng, ngapunten Gus ya”. Jawabku. Lowongan pekerjaan di konter ever cross dekat kampus, di suruh mengajar TPQ di daerah Makam Sapuro serta menjadi guru les di daerah makam Sapuro. Namun, semua itu tidak saya hiraukan karena saya tidak boleh bekerja sama sekali oleh orang tua. Orang tua saya menghendaki agar saya segera menyelesaikan hafalan Al quran dan menyelesaikan tugas pembuatan skripsi secepat mungkin. Sebagai seorang yang sudah dewasa tentu saja saya menginginkan agar saya mempunyai penghasilan sendiri, minimal penghasilan tambahan untuk kebutuhan sehari-hari. Saya juga sebenarnya sangat ingin bekerja, namun beginilah kehendak orang tua terutama ibu saya. Sehingga saya harus meninggalkan
keinginan
bekerja,
saya
niatkan
semata-mata
untuk
menyenangkan hati orang tua sekaligus untuk memuliakan hafalan Al quran agar saya bisa khatam tanpa terhalang oleh pekerjaan. Semoga suatu saat nanti Allah Swt memberikan pekerjaan yang lebih baik untuk saya. Amiin. 61. Sima’an Al quran di Masjid Ar Rohmah
Gambar 3.58 Sima’an Hafalan Al quran
306
Awal maret 2015, malam jum’at ba’da maghrib, pondok mengadakan kegiatan rutinan yaitu sima’an hafalan Al quran di Masjid Ar Rohmah. Saya datang agak terlambat mengikuti sima’an malam jum’at ini. Dengan berjalan cepat, saya melangkah ke majelis sima’an di masjid. Saya membawa sajadah merah kemudian menggelarnya di sebelah depan. Saya mengambil posisi duduk di depan. Sebelah saya ada Ahmad Hudori (santri asal brebes), dan sebelah saya Rohim (santri asal bekasi). Saat itu peserta yang di simak hanya 5 orang mereka adalah Abah Kyai Khozin, Ustad Abdul Hadi, Ustadz Mursalin, Sholah dan Fatawi. Sedangkan 2 orang lainya sedang udzur, mereka adalah Abdul Rosyid dan Ali. Malam itu, hafalan Al quran yang di baca adalah juz 19-20. Abah Kyai Khozin yang pertama membaca hafalan sambil di sima’ oleh para santrisantrinya. Saya perhatikan, bila beliau membaca hafalan sambil menutup mata. Mungkin itu adalah cara agar beliau konsentrasi. Setelah beliau membaca ¼ Juz, selanjutnya giliran ustadz Hadi membaca hafalan ¼ juz kedua juz 19. Sampai pada QS. As Asyu’aro: 84-104. Beliau sambil menangis karena memahami arti ayat-ayat yang beliau baca. Mendengar isakan suara ustadz Hadi, saya menjadi konsentrasi dengan berusaha mengartikan ayat-ayat tersebut di dalam hati, kebetulan sedikit saya bisa mengartikan bahasa arab karena dulu pernah mempelajari kitab Alfiyah di MAS Simbangkulon. Saya kemudian merasa refleks menggeleng-gelengkan kepala karena merasakan dahsyatnya arti ayat-ayat tersebut, Ya Allah.
307
Setelah ustadz Hadi selesai membaca hafalan, kemudian dilanjutkan dengan bacaan hafalan oleh kang Mursalin (santri pondok Roudhotul Huffadz yang sekarang menjadi imam sholat Jum’at di Masjid Walisongo sebelah selatan kampus STAIN Pekalongan). Beliau membaca dengan lancar, namun terdapat dua kekeliruan saat membaca hafalan, mungkin karena gugup atau grogi. Wajar kalau beliau salah sedikit, karena beliau juga manusia biasa yang terkadang memiliki sifat lupa. Setelah beliau selesai membaca ¼ juz kemudian dilanjutkan pembacaan Al quran Bilghoib oleh Fatawi, Adli Arifin, dan sebagainya. Pembacaan sima’an hafalan rutinan kali ini ditutup dengan bacaan surat al Fatihah kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipimpin oleh Abah Kyai Khozin, kemudian beliau meninggalkan majelis, semua santri berdiri dan berjabat tangan dengan mencium tangan beliau sebagai tanda menghormati an memuliakan guru mereka. Acara ini selesai pada pukul 20.45 Istiwa. Segera setelah acara sima’an di masjid selasai, saya langsung membuka QS. As Asyu’ara ayat 84-104. Adapun lafadz dan maknanya sebagai berikut:
308
Artinya: 84. dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian, 85. dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan. 86. dan ampunilah Bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, 87. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, 90. dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, 91. dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orangorang yang sesat", 92. dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya) 93.selain dari Allah? dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" 94. Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, 95. dan bala tentara iblis semuanya. 96. mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: 97. "Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata,
309
98. karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". 99. dan Tiadalah yang menyesatkan Kami kecuali orang-orang yang berdosa. 100. Maka Kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorangpun, 101. dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, 102. Maka Sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya Kami menjadi orang-orang yang beriman". 103. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. 104. dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
62. Sidang Komprehensif
Gambar 3.59 Menjelang Sidang Komprehensif
Rabu, 11 Maret 2015. Saya mendapat sms dari staff jurusan tarbiyah (Bu Alfa) yang isinya pemberitahuan bahwa saya mendapat jadwal untuk mengikuti sidang komprehensif yang sudah saya daftarkan sejak seminggu sebelumnya. Saya segera mempersiapkan diri, menambah jam belajar. Walaupun sebelumnya saya sudah mencicil untuk belajar, namun rasa khawatir dan takut kalau tidak lulus masih menghantui perasaan saya. Saya juga segera mempersiapkan pakaian yang besok akan digunakan untuk sidang
310
komprehensif seperti jas almamater, baju putih, dan dasi. Namun untuk dasi, saya belum punya sehingga saya berusaha untuk meminjam kesana-kemari. Namun akhirnya saya menemukan dasi, saya meminjam dasi Asyef Nurdiyanto karena kebetulan dia yang punya dan siap untuk mengantarkan sampai di daerah Mbendo Buaran. Kami janjian pagi-pagi. Jadi, rencananya sebelum saya berangkat ke kampus, saya menemui Asyef dulu di sana. Sore hari menjelang ujian komprehensif, saya melakukan aktifitas rutin di pesantren yaitu tadarus. Saat tadarus, saya ingat bahwa besok pagi saya akan mengikuti ujian komprehensif. Saya menjadi tidak fokus saat menghafal Al quran. Saya memutuskan untuk memilih salah satu antara mengikuti setoran hafalan ataukah fokus dulu untuk sementara belajar untuk persiapan ujian komprehensif. Setelah sholat maghrib, saya semakin was-was karena merasa memang saya belum banyak belajar, jangankan untuk mempelajari materi pada semester-semester sebelumnya, untuk membaca kisi-kisi soal saja saya belum selesai. Saya segera mengambil kertas kisi-kisi dan mempelajarinya sampai selesai. Pukul 23.00 istiwa saya istirahat agar besoknya saya tidak mengantuk saat mengikuti sidang komprehensif. Pukul 03.45 istiwa, saya terbangun. Saya segera mengambil air wudhu kemudian sholat tahajud dan hajat serta berdo’a memohon pada Allah SWT agar saya diberi kemudahan dalam mengerjakan ujian komprehansif dan mendapat nilai yang memuaskan. Menjelang subuh, saya belajar kembali dan kemudian sholat subuh berjamaah di masjid Ar Rohmah Banyurip Ageng.
311
Saya menemui Asyef sesuai kesepakatan sebelumya, kami bertemu di Mbendo Buaran karena kebetulan Asyef mengajar PPL di SMP 1 Tirto, sehingga lewat Mbendo dulu. Setelah mendapat dasi dari Asyef, saya langsung bergegas untuk berangkat ke kampus STAIN Pekalongan.Saya sampai di kampus STAIN Pekalongan sekitar pukul 07.30 WIB. Saya segera memarkir sepeda motor di belakang gedung F. Kebetulan tempat parkir terlihat padat, sehingga saya memilih parkir di sebelah tempat parkir depan pintu gedung F. Segera saya menuju lantai 2, ternyata disana sudah banyak mahasiswa. Ada Aji dankawan-kawan. Alhamdulillah balum terlambat. Tak lama kemudian, kami disuruh berkumpul di ruang meeting gedung F lantai 3. Bu Shofiah memasuki ruangan setelah kami memasuki ruang terlebih dahulu. Kami diabsen, dan sebelum acara dimulai kami disuruh berhitung ternyata jumlah kami ada 40. Jumlah yang lebih banyak daripada jumlah peserta sidang komprehensif sebelumnya. Setelah Bu Shofiah memberitahukan dosen siapa saja yang akan menguji kami, kami segera menghubungi dosen-dosen penguji kami. Ternyata, saya dan Aji Triyono mendapat dosen yang sama. Ya, kami mendapat penguji yaitu Bu Fatikhah dan Bu Ely Mufidah. Segera saya dan eji bergegas menemui Bu Fatikhah, beliaulah yang nantinya akan menguji komprehensif dibidang keagamaan. Namun, ternyata Bu Fatikhah belum hadir sehingga kami menunggu kehadiran beliau. Sambil menunggu, saya dan Aji belajar kembali materi yang akan di ujikan. Saya dan Aji saling bertanya dan saling mengetes kemampuan masing-masing. Sekitar 15 menit kemudian
312
bu Fatikhah datang. Saya segera menyambut kedatangan beliau dengan berdiri dan menghampiri beliau. Kemudian saya menjelaskan bahwa beliau merupakan dosen penguji komprehensif saya dan Aji Triyono, saya juga mengatakan bahwa Insya Allah saya dan Aji sudah siap untuk mengikuti ujian komprehensif. Kemudian kami disuruh mengikuti beliau ke ruang dosen dan dipersilahkan masuk ruangan. Bu Fatikhah mempersilahkan saya dan Aji duduk dihadapan beliau dan beliau mulai mengetes kemampuan kami. Banyak pertanyaan yang beliau ajukan kepada saya dan saya juga disuruh membaca hafalan Al quran dari surat al Baqoroh sebanyak 4 halaman. Alhamdulillah saya bisa. Sedangkan Aji disuruh membaca hafalan surat-surat pendek dari QS. Ad duha - An Nas. Kami juga disuruh menulis ayat-ayat Al quran dan menerjemahkan artinya. Namun, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kami jawab dengan baik, Insya Allah. Selesai dites oleh baliau, saya optimis akan lulus. Namun untuk masalah nilai saya tidak tahu, apakah sedikit atau banyak, Wallaahu’alam. Setelah selesai, kami keluar dari ruang dosen Bu Fatikhah. Kami beristirahat sebentar, sambil mempelajari meteri pengetahuan umum yang sebentar lagi akan diujikan kepada kami. Kami belajar dan terus belajar sambil menunggu giliran menemui penguji komprehensif II yaitu Bu Ely Mufidah. Setelah teman-teman keluar dari ruang Bu Ely Mufidah, saya dan Aji Triyono segera masuk keruangan. Kami mendapat soal-soal komprehensif dari Bu Ely Mufidah. Alhamdulillah, saya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari beliau, namun jawaban saya kurang baik
313
dibanding Aji. Ia menjawab dengan lebih rinci, jelas dan teoritis. Memang Aji pandai dan seperti menguasai meteri dengan sempurna. Setelah kami dinyatakan selesai mengikuti tes ujian komprehensif, kami dipersilahkan meninggalkan ruang Bu Ely Mufidah. Seperti biasanya, pembukaan sidang komprehensif, pelaksanaan sidang komprehensif dan pengumuman hasil sidang komprehensif serta penutupan sidang komprehensif dilaksanakan dalam satu hari sehingga kami dapat segera mengetahui hasil sidang tersebut. Sambil menunggu hasil sidang dan pentupan ujian komprehensif, kami beristirahat dan mengobrol dengan teman-teman seangkatan di gasebo kampus STAIN Pekalongan. Kami makan siang dan sholat di area kampus. Umumnya mereka kelelahan karena menunggu berjam-jam pengumuman hasil sidang tersebut dengan mengobrol. Sedangkan saya lebih memilih mencari tempat yang tenang dan sepi untuk tidur siang. Saya harus tidur siang, menjaga energi tubuh, karena nanti malam saya harus setoran hafalan murojaah 5 halaman. saya meminta Aji membangunkan saya, sebagai antisipasi bila saya tidur kebablasan. Bangun tidur, saya segera menemui Aji Triyono. Tak lama kemudian, kami disuruh kumpul karena 15 menit lagi akan ada pengumuman hasil sidang komprehenspi dan penutupan sidang tersebut.
Semua mahasiswa peserta sidang diminta segera masuk
keruang sidang. Pak Sugeng memberikan pengumuman hasil sidang komprehensif dan membacakannya. Semua peserta sidang komprehensif tegang. Kami takut tidak lulus, namun entah mengapa saya tidak merasa
314
tegang. Padahal saya tidak tahu apakah saya lulus atau tidak, apakah nilai saya bagus atau tidak. Saya biasa-biasa saja. Namun, saya tetap berharap dan berdo’a semoga saya lulus sidang komprehensif dan nilainya bagus. Pengumuman dibacakan, satu persatu mahasiswa peserta sidang berteriak histeris kegirangan ketika mereka dikatakan lulus. Hingga tibalah dibacakan pengumuman bahwa nama saya dan Aji Triyono lulus. Saya tersenyum bahagia dan bersyukur pada Allah dengan mengucap hamdallah. “Alhamdulillah kita lulus ji”, Aji pun tertawa, kami gembira. Selesai pembacaan hasil sidang komprehensif lulus atau tidak, kami keluar ruangan dan menunggu pengumuman tulisan pernyataan bahwa kami lulus beserta nilainya di ruang kajur tarbiyah. Pengumuman tersebut juga ditempel di mading gedung F. Saya dan Aji segera melihat dan alhamdulillah nilai rata-rata saya 81. Sedangkan Aji mendapat nilai rata-rata 84. Kami pulang dengan membawa senyum kebahagiaan. 58 63. Metode Mengulang Hafalan Sebanyak 20 kali Rabu, 18 maret 2015 saya mengaji ziyadah pagi. Seperti biasa, saya berusaha istiqomah duduk berada dibagian barat aula. Saya tadarus membuat ziyadah 3 halaman. Saya merasa belum lancar walaupun kemarin dan tadi malam sudah saya deres. Tiba-tiba saya teringat metode hafalan yang pernah saya baca yaitu dengan mengulang bacaan 20 kali dan dulu metode ini juga pernah saya lakukan sebelum saya membaca metode menghafal Al quran.
58
Konfirmasi dengan Aji Triyono (Teman Sidang Komprehensif), pada tanggal 8 Juni 2016
315
Setelah saya hafal satu halaman, saya tidak segera berpindah menghafalkan halaman yang lain. Tapi saya mengulang hafalan saya tersebut selebar halaman saya baca berulang-ulang sampai refleks dengan batasan maksimal 20 kali pengulangan bacaan dengan melihat mushaf teks Al quran. Setelah selesai, kemudian baru saya menghafalkan halaman yang lain, setelah saya hafal, saya mengulang lembaran tersebut satu lembar saya baca kira-kira 20 kali pengulangan, kemudian baru menghafalkan halaman yang lain, begitu seterusnya. Lamanya pengulangan bacaan, membuat saya mengurangi pengulangan yang tadinya 20 kali penglangan saya kurangi menjadi sekitar 15 kali pengulangan pada tiap lembarnya dan saya merasa sudah sangat lancar bahkan mulut bisa refleks mengucapkan ayat-ayat Al quran. Namun, apa yang terjadi? Setelah saya selesai mengulang bacaan pada halaman ke tiga, dan saya kembali ke halaman awal, saya malah tidak lancar dan malah bingung. Hingga akhirnya saya meminta teman menyimak bacaan hafalan saya sebelum maju ke hadapan Abah Kyai untuk menyetorkan hafalan, saat saya di sima’ teman juga hafalan saya tidak lancar, kemana hafalan saya yang tadi lancar dan bahkan sudah refleks? Mungkin ini disebabkan karena saya mengulang perhalaman tanpa mengulang dengan menyambungkan halaman. Seakan saya meninggalkan satu kunci menghafal beberapa halaman yaitu harus menyambungkan hafalan tiap halaman. Jadi, bila saya menghafal 2 halaman dan akan melakukan pengulangan, maka di samping saya melakukan pengulangan perhalaman,
316
saya juga harus mengulang dua halaman itu juga sekaligus sehingga otak tidak menjadi bingung. Inilah kesalahan saya dari dulu mengapa saya melakukan pengulangan tapi malah bingung ketika kembali pada halaman awal. Yang perlu saya lakukan adalah membaca halaman-halaman tersebut dengan merangkai bukan tetap perhalaman, sehingga apabila saya menghafalkan 5 halaman berarti juga perlu mengulang bacaan dengan melihat mushaf beberapa kali, misalnya 20 kali. 64. Mengaji Patok di Makam Mbah Jihan Simbangkulon Kamis, 19 maret 2015. Setelah ngaji ziyadah, Fahrul berangkat ke kuburan makam Mbah Jihan. kemudian saya menyusul setelah saya selesai setoran ziyadah. Saya berangkat ke makam Mbah Jihan Simbang Kulon Buaran Pekalongan. Saya sampai di kubura Fahrul dan Rifqi sedang tadarus Al quran, saya segera bergabung dan membaca Al quran untuk almarhum Hj. Halimah. Saya membaca Al quran dari juz 1 surat al Baqoroh. Sedangkan Fahrul membaca mulai dari juz 14 surat al Hijr. Tidak lama kemudian Rifqi pulang karena akan sekolah, keberadaamnya disini bukan karena mendapat tugas ngaji patok, tapi sekedar menemani Fahrul yang sendirian di kuburan. “Kang, saya pulang dulu ya, mau sekolah.” Kata Rifqi pamit kepada kami. “Iya dan ini kunci motornya, tadi motor ku parkir di sebelah selatan kuburan.” Jawabku sambil memberikan kunci motor vario tecno milik santri bernama Zen Jami Kurniawan.” Rifqi berjalan meninggalkan kami langkahnya semakin jauh dan hilang tertutup pepohonan di kuburan. Tinggallah saya dan Fahrul berdua di tenda
317
patok kuburan Mbah Jihan. Kuburan Mbah Jihan adalah sebuah nama pemakaman umum di daerah Simbang Kulon gang 4 Buaran Pekalongan. Saya melantunkan ayat ayat suci Al quran dengan khusyuk dan terasa nikmat. Setelah mendapat 1 juz Al quran saya istirahat dan sarapan. Sarapan sudah disiapkan oleh tuan rumah dan sudah diantarkan ke tenda patok tadi pagi sebelum saya tiba di tempat. “Ayo Fahrul, sarapan dulu.” kataku. “Sudah kang, saya sudah sarapan tadi bersama Rifqi sebelum kang Yahya datang.” Ujar Fahrul. Saya segera menyantap sarapan dan tidak lupa berdo’a sebelumnya. Selesai makan, saya melanjutkan tadarus juz 2. Setiap akhir juz saya istirahat sejenak untuk sekedar minum atau yang lainya. Kemudian saya melanjutkan kembali tadarus untuk juz-juz Al quran berikutnya. Saat adzan duhur berkumandang, saya menghentikan bacaan Al quran karena memamg disunahkan mendengarkan adzan meskipun sedang membaca ayat Al quran. 21 maret 2015 adalah hari ke tiga saya ngaji patok. Saya berangkat setelah setoran ziyadah. Ngaji ziyadah belum selesai, namun saya meninggalkan majelis karena mendapat tugas ngaji patok di makam. setelah ngaji ziyadah saya mandi kemudian berkemas-kemas memakai pakaian ala santri (sarung, peci, pakaian koko busana muslim), saya juga membawa mushaf Al quran yang saya masukkan ke dalam tas kesayangan. Biasanya memakai wangi wangian dan tidak lupa siwak. Setelah siap saya mengambil kontak motor dan segera menuju ke makam Mbah Jihan Simbang Kulon.
318
Sesampainya di makam, ternyata Fahrul sudah sampai di tenda patok di dalam makam. Saya melihat tempat nasi, piring, dan peralatan makan lainya di tenda patok. Sepertinya sang sohibul bait sudah datang tadi pagi. Melihat Fahrul yang sedang membaca ayat ayat Al quran membuat saya tak ingin makan. Saya segera menjabat tangan Fahrul sambil tersenyum dan segera mengambil mushaf dari dalam tas kemudian membuka dan membaca Al quran dengan khusyuk. setelah mendapat sekitar 1 juz saya berhenti untuk sarapan. “Kamu sudah sarapan apa belum Rul?” Tanyaku pada fahrul yang juga istirahat sambil manutup mushaf Al qurannya. “Sudah kang, tadi saya begitu datang langsung sarapan, silahkan kamu sarapan kang.” Jawab Fahrul. Sayapun sarapan, lauknya mie, krupuk, dan daging. Tidak lupa saya membaca do’a sebelum makan dan bersyukur atas rizqi yang Allah berikan pada saya. Selesai makan, saya kembali melanjutkan bacaan Al quran. Saya membaca juz 16, 17 dan 18. Memang dalam ngaji patok ada peraturan untuk tadarus minimal 3 juz untuk almarhum. Kemudian sisa waktu selanjutnya boleh untuk tadarus surat yang lain ataupun untuk tadarus membuat ziyadah dan murojaah. Kalau kami lelah, kami istirahat sebentar dengan memakan makanan yang sudah disediakan oleh sohibul bait ke tenda makam. Kami mengaji, makan dan minum di tenda patok. tenda patok berada di pemakaman tepatnya di samping jenazah yang baru dimakamkan. tenda patok harus dijaga tidak boleh di tinggalkan, itulah sebabnya kami mengaji, makan, minum dan juga tidur di tenda patok.
319
“Kang, saya mau buang hajat kang. Saya mau ke pondok, pinjam motormu kang Yahya ya..” pinta Fahrul sambil menutup mushaf dan memegang perutnya. “Iya, ini silahkan Rul. Sekalian saya nitip sekembalinya dari pondok setelah kamu buang hajat, tolong belikan saya gantungan kunci di toko barokah karena kontak motor ini tidak ada gantungan kuncinya, saya khawatir kalo hilang akan susah mencarinya.” Kataku sambil memperlihatkan kontak motor pada Fahrul. Ada pengalaman pribadi, menurut apa yang saya rasakan bahwa biasanya akan ada perubahan suasana tenda patok di dalam kuburan. Pada akhir minggu pertama, biasanya keadaan suasana kuburan sudah mulai berubah. Perubahan akan sangat terasa apabila pelaksanaan patok dilakukan selama 40 hari menunggu di samping makam jenazah tersebut. Baik bau, suasana yang menjadi kurang menyenangkan menjadikan saya sering tidak betah berada di situ. Kemudian juga rasa capek, walaupun di kuburan saya dan teman-teman hanya mengaji dan duduk di samping kuburan jenazah, makan dan minum juga disana, namun rasanya sangat capek. Mungkin suasana di kuburan juga mempengaruhi kesehatan kami. Sampai terkadang saya dan teman-teman terkadang meriang ringan. Semoga saja pengajian patok saat ini tidak seperti yang sudah-sudah, semoga suasana tetap nyaman sehingga kamipun nyaman mengajikan untuk almarhummah. Namun apapun yang terjadi, saya senang bisa ikut mengajikan orang yang sudah meninggal. semoga pahala mengaji saya dan teman teman santri di tempat patok ini sampai kepada si mayit (Alm. Bu Hj. Halimah binti H. Abdul Syukur). Amin.
320
Gambar 3.60 Saat Ngaji Patok di Makam Mbah Jihan Simbang Kulon Buaran Pekalongan
Gambar 3.61 Jadwal Ngaji Patok di Makam Mbah Jihan
321
65. Wasiat Buyut Sebelum Meninggal Rabu, 25 maret 2015 buyut saya meninggal. Saya mendapat kabar meninggalnya buyut saat subuh. Ibu mengabarkan menginggalnya buyut melalui pesan SMS. “Innalillahi wainna ilaihi roji’un, buyut telah meninggal dunia, mohon mas Yahya mengaji dan berdo’a untuk buyut sebanyakbanyaknya.” Waktu itu saya sedang mengikuti acara patok di makam Mbah Jihan mengajikan bu Hj. Halimah binti H. Abdul Syukur. Saya sangat sedih, namun juga bahagia. Sedih karena merasa kehilangan buyut, sedangkan saya merasa bahagia karena buyut meninggal dalam ketaatan kepada Allah. Ya saya ingat, sebelum buyut meninggal beliau menjadi taat beragama dibanding masa lalunya yang kurang taat beagama bahkan tidak sholat. Buyut pernah mengalami mati suri, sejak itu buyut menjadi berubah menjadi sosok hamba Allah yang taat beragama. Inilah yang membuat saya bahagia bahwa buyut meninggal dalam keadaan ketaatan pada Allah Swt. Ada kenangan beberapa kali menjelang wafatnya buyut saat saya salaman (jabat tangan) dangan beliau, dulu buyut sering bilang: “Lahhhh, kok sekolah bae ndung, mondok bae ndung. Kapan kawin’e ndung? Kok durung kawin-kawin”. Namun menjelang wafatnya, buyut sekarang sering berwasi’at “ojo nganti gagal yo ndung”. Wasiat Kata-kata inilah yang sering kali menjadi motifasi saya dalam menghafalkan Al quran. Walaupun tadinya buyut merasa jenuh karena saya belum saja selesai dalam pendidikan, namun akhirnya
322
buyut memberikan wasiat agar saya bertahan dalam cita-cita meskipun lama belum berhasil. Walaupun buyut kurang paham bahwa saya menghafal Al quran, namun buyut memberikan semangat agar saya bisa mencapai cita-cita. Semoga saya dapat menjalankan wasiat buyut untuk bertahan dalam berjuang mencapai cita-cita terutama dalam usaha saya menghafal Al quran. Saya bertekat akan rajin tadarus agar bisa segera tes hafalan Al quran yang ketiga yaitu juz 11-20. Tadarus-tadarus ini saya niatkan untuk almarhum buyut saya, jika saya bisa segera tes dan berhasil, berarti saya sudah menjalankan sebagian Wasi’at dari buyut. namun, bila saya mengalami kesulitan dalam usaha tes juz 11-20 karena tidak hafal-hafal, maka Insya Allah buyut akan mendapat semakin banyak kiriman bacaan Al quran saya yang saya hadiahkan untuk beliau. Semoga Allah SWT meridhoi niat baik saya ini, Amin. 66. Ngelindur Menghafal Al quran Kamis, 2 april 2015. Saya sedang belajar di rumah, tiba-tiba saya dipanggil ibu untuk sarapan bersama keluarga. “Yahya,, sarapan..!!” “Nggih, bu.” Jawabku dengan segera melangkah ke ruang makan. Kami makan bersama keluarga. Sambil makan, ibu bertanya: “Apa kamu punya pengalaman aneh dan mengesankan saat menghafal Al quran?” “Ada sih bu, beberapa. Begini ceritanya, suatu malam saya tidur. Namun sebelum tidur saya tadarus, mengulang ulang hafalan karena akan segera ulangan surat. Entah ulangan surat apa saya lupa. Biasanya saya akan rajin tadarus bila dalam usaha ulangan surat. Saya terlelap setelah tadarus. Tiba-tiba saya bermimpi dan tertidur pulas, dalam mimpi saya tadarus dengan melafalkan ayat-ayat Al quran. Saya terbangun, namun saya merasa bibir ini
323
bergerak sendiri melafalkan ayat-ayat Al quran tanpa saya sadari, hingga akhirnya saya sadar dan segera terdiam.” Jawabku. Hal seperti ini tidak hanya terjadi padaku. Saya ingat, dulu teman saya yang bernama Taqi juga pernah ngelindur atau ngigo hafalan Al quran. Malam hari saat ia sedang tidur, mulutnya melafalkan ayat ayat Al quran tanpa ia sadari. Saya dan Ageng yang melihat hal tersebut segera mendekat pada taqi yang terlelap. Hebat banget tadi, ngelindurnya hafalan Al quran. Kemudian pagi harinya saya menceritakan hal tersebut pada Taqi. Ia terkejut dan mangatakan bahwa ia tak menyadari apa yang dia lakukan tadi malam. Ia hanya tahu kalau tadi malam ia tidur sangat lelap. Ternyata ia benar-benar ngelindur hafalan Al quran, subhanallah. Pernah suatu ketika saya tadarus terus-menerus karena ingin lancar setoran murojaah. Suatu malam saya setoran mengaji murojaah dihadapan Ustadz Hadi. Seperti biasanya, ketika saya setoran hafalan saya memejamkan mata agar lebih konsentrasi. Namun, karena mungkin kelelahan, pada halaman tertentu saya terlelap dan langsung bermimpi. Agak panjang durasi mimpi saya, hingga akhirnya saya sadar dan terbangun. Namun, ternyata mulut saya masih juga melafalkan ayat ayat Al quran. Hingga saya berusaha mengingat kembali sudah sampai mana bacaan hafalan saya dengan mulut tetap melafalkan ayat-ayat Al quran. Setelah saya sadar ternyata sudah sampai mendekati ahir perempatan juz dan sekitar 4 baris lagi setoran murojaah saya selesai. Ternyata selama saya tadi terlelap, mulut saya melafalkan hafalan ayat-ayat Al quran dengan refleks. Ya Allah, Engkau Maha Kuasa.
324
67. Ulangan Surat Yusuf Ketika saya akan menghadapi ulangan Quran Surat Yusuf. Mungkin bagi beberapa santri hafalan surat yusuf tidak begitu sulit, namun bagi saya saat itu, saya merasa sangat kesulitan. Mungkin pada awal awal surat, lafalnya mudah, namun pada pertengahan sampai akhir, bahasanya banyak yang serupa hingga hafalan saya sering meleset dan muter-muter. Beberapa hari saya tekuni, namun tak kunjung bisa, hingga saya merasa putus asa, dalam lelahnya hafalan, tak terasa air mata ini menetes. Betapa sulitnya hafalan Al quran bagi saya. Ya Allah, Mudahkanlah Ya Allah. Saya tidak menyerah sampai disitu, saya berusaha agar saya benarbenar bisa hafal diluar kepala. Alhamdulillah, suatu ketika Allah memudahkan hafalan saya. Saya berhasil ulangan surat Yusuf meskipun beberapa ayat keliru karena keterbatasan ingatan saya. Saya bersyukur kepada Allah Swt, semoga usaha saya tidak sia-sia dan mendapat Ridho Allah Swt. Ini merupakan bagian kecil dari pahit-manisnya perjuangan menghafalkan ayat suci Al quran yang penuh kenikmatan. Semoga Allah merahmati kita semua dengan Al quran. Allhmmarhamna bil quran. 68. KHS Komulatif KHS komulatif adalah Kartu Hasil Studi mahasiswa dari semester pertama sampai semester akhir. Setiap semester saya harus malakukan perwalian kepada wali dosen yaitu Pak Ta’rifin agar mendapat persetujuan melanjutkan perkuliahan pada semester berikutnya. 59
59
Konfirmasi dengan Ahmad Ta’rifin, M.A (Dosen Wali Kelas C), tanggal 13 Juni 2016
325
NIM
: 2021111120
Nama Mahasiswa : ASEP ROKHMATUL YAHYA Prodi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DPA
: AHMAD TARIFIN, MA
Kode
Jenis
SKS
SIA-PAI
STI210
Bahasa Arab Dasar
0
WAJIB
B
3
0
SIA-PAI
STI209
Bahasa Inggris Dasar
0
WAJIB
A
4
0
SIA-PAI
STI205
Bahasa Arab I
2
WAJIB
B+
3.8
1
SIA-PAI
STI202
Bahasa Inggris I
2
WAJIB
B
3.2
1
SIA-PAI
TAR204
FIQH I
2
WAJIB
B+
3.7
1
SIA-PAI
TAR401
ILMU AKHLAK
2
WAJIB
B+
3.6
1
SIA-PAI
TAR103
Ilmu Alamiah Dasar
2
WAJIB
B+
3.8
1
SIA-PAI
TAR102
Ilmu Budaya Dasar
2
WAJIB
B+
3.5
1
SIA-PAI
TAR202
ILMU TAUHID
2
WAJIB
B+
3.5
1
SIA-PAI
TAR101
PENGANTAR FILSAFAT
2
WAJIB
B+
3.6
1
SIA-PAI
TAR209
PENGANTAR PSIKOLOGI
2
WAJIB
B
3
1
SIA-PAI
STI206
Bahasa Arab II
2
WAJIB
A
4
2
SIA-PAI
STI201
Bahasa Indonesia
2
WAJIB
B+
3.5
2
SIA-PAI
STI203
Bahasa Inggris II
2
WAJIB
A
4
2
SIA-PAI
TAR201
Ilmu Mantiq
2
WAJIB
B+
3.9
2
SIA-PAI
TAR402
Ilmu Tasawuf
2
WAJIB
B+
3.8
2
SIA-PAI
STI208
Metodologi Studi Islam
3
WAJIB
B+
3.5
2
SIA-PAI
STI101
Pendidikan Kewarganegaraan 2
WAJIB
B
3
2
SIA-PAI
STI103
Ulumul Hadits
3
WAJIB
B+
3.7
2
SIA-PAI
STI102
Ulumul Quran
3
WAJIB
A
4
2
SIA-PAI
STI207
Bahasa Arab III
2
WAJIB
B+
3.5
3
SIA-PAI
STI204
Bahasa Inggris III
2
WAJIB
B+
3.5
3
SIA-PAI
TAR208
FILSAFAT ISLAM
2
WAJIB
B+
3.5
3
SIA-PAI
TAR205
FIQH II
3
WAJIB
A
4
3
SIA-PAI
TAR304
HADITS TARBAWI I
2
WAJIB
A
4
3
SIA-PAI
TAR210
PSIKOLOGI AGAMA
3
WAJIB
B
3
3
SIA-PAI
TAR211
Sejarah Pendidikan Islam
3
WAJIB
B+
3.5
3
SIA-PAI
TAR207
Sejarah Peradaban Islam
3
WAJIB
A
4
3
Kur
MK
Ulang Nilai Bobot
Smt
Kode MK Nama Matakuliah
Paket
326
SIA-PAI
TAR306
TAFSIR TARBAWI I
2
WAJIB
A
4
3
SIA-PAI
TAR203
USHUL FIQH
3
WAJIB
A
4
3
SIA-PAI
TAR206
Fiqh III
3
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
TAR305
Hadits Tarbawi II
2
WAJIB
A
4
4
SIA-PAI
TAR308
Ilmu Pendidikan
2
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
STI212
Metodologi Penelitian
3
WAJIB
B
3
4
SIA-PAI
STI213
Pengantar Komputer
2
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
PAI304
Perencanaan Sistem PAI
3
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
PAI302
Psikologi Pendidikan
3
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
TAR307
Tafsir Tarbawi II
2
WAJIB
A
4
4
SIA-PAI
PAI303
Telaah materi PAI
3
WAJIB
B+
3.5
4
SIA-PAI
TAR311
Bimbingan & Penyuluhan
3
WAJIB
B+
3.5
5
SIA-PAI
TAR312
FILSAFAT PENDIDIKAN
3
WAJIB
B+
3.5
5
SIA-PAI
TAR301
MANAJEMEN PENDIDIKAN
3
WAJIB
A
4
5
SIA-PAI
PAI305
Pengembangan Kurikulum
3
WAJIB
A
4
5
SIA-PAI
TAR503
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
2
WAJIB
B+
3.5
5
SIA-PAI
PAI201
STATISTIK I
2
WAJIB
B+
3.5
5
SIA-PAI
TAR309
Strategi Belajar Mengajar
2
WAJIB
B+
3.5
5
SIA-PAI
TAR314
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
3
WAJIB
C
2
5
SIA-PAI
PAI301
Evaluasi Pendidikan
3
WAJIB
B
3
6
SIA-PAI
TAR501
Masailul Fiqhiyah
2
WAJIB
A
4
6
SIA-PAI
TAR313
Metode Penelitian Pendidikan
2
WAJIB
B+
3.5
6
SIA-PAI
TAR404
Micro Teaching
2
WAJIB
B+
3.5
6
SIA-PAI
TAR504
Perbandingan Pendidikan
2
WAJIB
B+
3.5
6
SIA-PAI
PAI202
Statistik 2
2
WAJIB
C
2
6
SIA-PAI
TAR403
Studi Tokoh Pendidikan Islam
2
WAJIB
B+
3.5
6
SIA-PAI
STI502
Kuliah Kerja Nyata
4
WAJIB
A
4
7
SIA-PAI
TAR405
Praktek Mengajar
4
WAJIB
B+
3.5
7
SIA-PAI
TAR502
Kewirausahaan
2
WAJIB
B+
3.5
8
SIA-PAI
TAR302
Psikologi perkembangan
3
WAJIB
A
4
8
SIA-PAI
TAR303
Telaah Kitab Pendidikan
2
WAJIB
B+
3.5
8
Jumlah Matakuliah : 59 Jumlah SKS
: 138
Nilai IPK
: 3.56