BAB III KONSEP ZUHUD ABDUL ROZAQ FAKHRUDDIN
A. Biografi Abdul Rozaq Fakhruddin Kiai Haji Abdul Rozaq Fakhruddin atau lebih popular dipanggil Pak AR
adalah
salah
satu
pemimpin
besar
yang
pernah
dilahirkan
Muhammadiyah.Pak AR memiliki kharisma yang kuat berangkat dari kejujuran, kesederhanaan dan keikhlasannya dalam mengemban amanah yang dibebankan kepadanya. Ia memilih hidup sederhana meskipun peluang memperoleh harta benda dan kekuasaan mudah didapatkan. Karena itu tidak heran jika warga Muhammadiyah suka dan rela dipimpin hingga 22 tahun lamanya (1968-1990). Pak AR berhasil memimpin Muhammadiyah dan memajukan umat di tengah situasi di mana Islam dipinggirkan. Bagi Pak AR, Islam adalah agama yang damai dan penuh rahmat, dan ber-Islam itu menurutnya mudah.1 Abdul Rozaq Fakhruddin lahir tanggal 14 Februari 1916 di Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Ayahnya KH. Fakhruddin bin K. Syahid bin K. Istadz yang sehari-harinya disebut Kiai Imampura berasal dari Bleberan
Brosot
Galur
Kulonprogo,
sedang
ibunya
Nyai
Fakhruddin/Maimunah binti KH. Idris Yang bertempat tinggal di Selatan
1
Mochammad Faried Cahyono dan Abu Tsauban Habibullah, Pak AR Santri Desa yang Memimpin Muhammadiyah, (Semarang: Zeropoint, 2013), hlm 1
33
34
Masjid Pakualaman.Pak AR dikenal sebagai ulama besar dan pernah memangku jabatan ketua Muhammadiyah.2
B. Pendidikan Abdul Rozaq Fakhruddin Kiai Haji Fakhruddin termasuk orang tua yang memperhatikan dan mementingkan pendidikan anak-anaknya. Waktu berumur 7 tahun (tahun 1923) Pak AR bersekolah di Standaard School Muhammadiyah Bausasran Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Setelah ayahnya tidak menjadi penghulu dan usaha dagang batiknya juga jatuh, ia pulang ke desanya Bleberan Kelurahan Banaran Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo. Kemudian tahun 1925, ia pindah ke sekolah Standaard School (sekolah dasar) Muhammadiyah Prenggan Kotagede Yogyakarta. Tatkala duduk dikelas tiga, ia ikut kakak perempuan sepupunya. Tahun 1928, Pak AR tamat kelas lima dari Standaard School 1928/1929,
Pak
AR
Muhammadiyah Prenggan. Kemudian tahun masuk
Madrasah
Mu’allimin
Muhammadiyah
Yogyakarta. Baru belajar dua tahun, ayahnya memanggilnya untuk pulang ke Bleberan. Di Bleberan ia belajar mengaji kepada ayahnya dan juga kepada Kiai Abdullah Rosad dan Kiai Abu Amar. Kitab-kitab yang dipelajarinya antara lain Matan Tagrib, Syarah Tagrib, Qattrul Ghaits, Jurumiyah dan sebagainya. Sehabis magrib sampai pukul 21.00, ia belajar di Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.3
2
M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah… hlm 103 Suratmin, Perikehidupan, Pengabdian, dan Pemikiran Abdurrozaq Fakhruddin dalam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000), hlm 7 3
35
Pada tahun 1930 ayahanda Pak AR, KH. Fakhruddin meninggal dalam usia 73 tahun di Bleberan. Mulai tahun 1932 Pak AR yang saat itu berusia 16 tahun, masuk belajar di Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah Wanapeti Sewugalur, Kulon Progo yang dibuka tahun itu juga. Pada tahun 1935 Pak AR melanjutkan belajar ke Tabligh School (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah III selama satu tahun di Suronatan, Yogyakarta. Meski tidak memiliki gelar kesarjanaan, namun kualitas pribadi Pak AR dari segi akademik tidak diragukan, pengalamannya menjadi dosen dan mengajar di perguruan tinggi, menunjukkan hal itu. Dengan kata lain, keilmuan Pak AR dalam bidang agama tidak hanya diakui dikalangan warga Muhammadiyah, melainkan juga diterima di kalangan komunitas akademik.
C. Kiprah Abdul Rozaq Fakhruddin di Muhammadiyah Sejak kecil AR Fakhruddin ditempa dan dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kehidupannya telah menyatu dengan Muhammadiyah. Semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam, meskipun dengan belajar mandiri maupun dengan menimba ilmu dari para tokoh Muhammadiyah.4 Setelah AR Fakhruddin selesai belajar di Tabligh School (Madrasah Muballighin) Muhammadiyah, maka sejak saat itu (1935) ia dikirim ke Cabang Muhammadiyah Talang Balai, Tanjung Raja. Di sini AR Fakhruddin mendirikan Wustha Mu’allimin Muhammadiyah setingkat SMP. Pada tahun
4
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 53-54
36
1938, ia dipindah ke Cabang Muhammadiyah Ulak Paceh Sekayu Musi Ilir hingga tahun 1941. Sejak saat itu Pak AR bertugas di Tebing Grinting Muara Mranjat Palembang. Di sini ia mengajar di Sekolah Muhammadiyah, memimpin dan melatih Hizbul Wathan dan berdakwah yakni mengisi pengajian-pengajian di berbagai Cabang Muhammadiyah. Mencermati perjalanan tugas dan dakwahnya ke Sumatera Selatan selama kurang lebih 9 tahun, rupanya inilah awal kiprahnya terjun di masyarakat, AR Fakhruddin mulai meniti karier dengan menjadi guru dan sekaligus muballigh. Pada waktu itu, pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan yang cukup terhormat dan berwibawa.Dunia pendidikan yang digelutinya (dengan menjadi guru) mampu menumbuhkan seorang AR Fakhruddin menjadi seorang pendidik yang professional.5 Ketika Pak AR kembali ke kampung halamannya, yakni desa Bleberan Kulonprogo Yogyakarta sekitar tahun 1944 ia terus aktif berdakwah lewat organisasi Muhammadiyah. Demikian pula sejak ia pindah ke Kauman Yogyakarta beserta keluarganya pada tahun 1950, Pak AR tetap aktif sambil terus
belajar
dengan
para
seniornya.
Keaktifannya
di
organisasi
Muhammadiyah ini, mengantarkannya untuk menjadi Ketua Muhammadiyah Daerah Kotamadya Yogyakarta. Selanjutnya beliau diangkat sebagai Ketua Muhammadiyah Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan berturut-turut
5
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 54
37
sebagai Dzawil Qurba PP. Muhammadiyah, sampai akhirnya dipercaya memimpin Muhammadiyah selama 22 tahun.6 Riwayat perjalanan karier AR Fakhruddin di Muhammadiyah sejak dari tingkat paling bawah yakni terlebih dahulu menjadi anggota ranting, Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, sampai dengan Pimpinan Pusat. Ia dapat menjadi pemimpin tingkat nasional setelah melalui proses yang amat panjang. Kepemimpinannya selama 22 tahun bukanlah waktu yang sebentar, tetapi cukup lama dan ini ternyata membawa namanya ke puncak popularitas, tidak hanya di lingkungan Muhammadiyah, akan tetapi juga di pentas nasional dan masyarakat Indonesia. Keberhasilannya dalam memimpin Muhammadiyah dan berdakwah, banyak diakui oleh berbagai kalangan, baik kalangan Muhammadiyah sendiri, kalangan Muslim maupun non Muslim. Untuk menjadi pemimpin yang baik, menurut AR Fakhruddin adalah pemimpin yang dapat menghayati bagaimana kehidupan umat secara riil, bagaimana derita dan nestapa umat di tingkat bawah dan bagaimana kesulitan berdakwah dan menggerakkan organisasi di tingkat ranting yang jauh dari kota, yang serba kekurangan saran dan prasarana. Segala kesusahpayahan, kesulitan-kesulitan dan suka duka seseorang bekerja di tingkat basis dapat memberi pengalaman yang berharga dan menjadikan seseorang menjadi lebih arif dalam mengambil kebijakan dan memimpin umat. 6
Suratmin, Perikehidupan, Pengabdian, dan Pemikiran Abdurrozaq Fakhruddin dalam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000), hlm 54
38
Kelebihan AR Fakhruddin antara lain adalah kemampuannya untuk menyentuh rasa lawan bicaranya. Ia tidak ingin menang sendiri dalam bicara atau merasa paling pintar. Bicaranya memang sederhana sebagaimana kesederhanaan
dalam
gaya
hidupnya,
penampilannya,
maupun
pemikirannya.7 Pemikiran AR Fakhruddin, pada umumnya dituangkan dalam tiga masalah pokok, yaitu masalah keagamaan, masalah persyarikatan, dan masalah kemasyarakatan. Ketiga masalah ini merupakan kesatuan yang utuh. Diantara ciri pemikiran AR Fakhruddin adalah tidak ekstrim dalam mengemukakan pemikiran dan pendapatnya, ia sangat mennjauhi konflik. Jika terjadi perbedaan pendapat, disikapinya dengan bijak dan arif.
D. Kepemimpinan Abdul Rozaq Fakhruddin Kepergian tokoh-tokoh pimpinan Muhammadiyah seperti H. Djarnawi Hadikusumo, K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. kemudian disusul kepergian Pak AR dalam kurun waktu dekat di tahun 1994 sangat terasa bagi keluarga besar Muhammadiyah. Menyikapi kepergian para pimpinan Muhammadiyah ini yang penting adalah bagaimana kita mengambil hikmah dan pelajarannya. Keteladanan hidup yang dapat dipetik dari Pak AR antara lain tentang sikap hidupnya, ketaatannya beribadah, kesederhanaan, kejujuran, kerendahan hati, keramahan, semangat, kegigihan dan ketekunan berdakwah, kesediaan untuk
7
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 57
39
selalu bermusyawarah, kedekatan dengan kaum miskin dhu’afa, kaum pinggiran dan kedekatannya dengan generasi muda.8 Pak AR adalah sosok yang telah menyatu dengan Muhammadiyah. Boleh
dikata
sepanjang hidup
beliau
tidak
pernah
lepas
dengan
Muhammadiyah. Sejak masih bersekolah dan ketika kembali ke desanya Bleberan Kulon Progo Yogyakarta, Pak AR juga terus aktif berdakwah dalam organisasi Muhammadiyah. Keterlibatan Pak AR di Muhammadiyah mengantarkan beliau menjadi ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Yogyakarta, kemudia menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, selanjutnya menjadi anggota Dzawil Qurba Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sampai akhirnya dipercaya memimpin Muhammadiyah selama kira-kira 22 tahun (1968-1990). Pak AR meniti di Muhammadiyah sejak dari bawah yaitu, menjadi anggota, menjadi muballigh yang ditugaskan di pelosok Sumatera Selatan dan di kampungnya sendiri sampai pada pimpinan puncak yakni dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pak AR dapat menjadi pemimpin setelah melalui proses yang amat panjang. Dari riwayat hidup dan pengalaman Pak AR, dapat diketahui bahwa untuk menjadi pemimpina yang baik, seorang pemimpin perlu menghayati bagaimana kehidupan umat secara riil. Bagaimana derita dan nestapa umat di tingkat bawah, bagaimana pahit getir berdakwah, kesulitan-kesulitan dan suka duka yang dialami seorang pemimpin. 8
Suratmin, Pak AR Muballigh ndeso Ketua Muhammadiyah (1968-1990), (Yogyakarta: ArRahman, 2010), hlm 63
40
Mengikuti perikehidupan Pak AR dalam memimpin Muhammadiyah yang beragam macam, antara lain: Pak AR mengembangkan suasana dan hubungan guyup saling tolong menolong dan memajukan, menumbuhkan sikap positif dalam ber-Muhammadiyah. Pak AR selalu bersikap senyum dan ramah tamah, juga
untaian baris-baris puisi
atau nyanyian
yang
menggelorakan semangat berjuang dalam Islam melalui Muhammadiyah. Pak AR merupakan contoh dari sikap hidup ber-Muhammadiyah yang tulus dan tidak kenal lelah.9 Di samping pengabdian di Muhammadiyah, beliau juga aktif diberbagai bidang kegiatan seperti: Ketua Kamituwo Kelurahan Banaran, Sewugalur, Kulonprogo (1946), Ajun Penghulu Kantor Urusan Agama Kabupaten Adikarta Wates (1947), Penghulu Kepala Kantor Urusan Agama Kabupaten Kulonprogo (1948), Pegawai Kantor Jawatan Agama DIY yang dikepalai oleh Profesor KH. Faried Ma’ruf (1950), Kepala Kantor Penerangan Agama DIY (1956), Kepala Kantor Penerangan Agama Provinsi Jawa Tengah, Dosen Luar Biasa Islamologi pada Universitas Diponegoro dan STO Negeri Semarang (1962), tahun 1964-1972 Kepala Penerangan Agama DIY, Menjadi Anggota DPA tahun 1988-1993.10
E. Karya-karya Abdul Rozaq Fakhruddin Pak AR sangat produktif menulis untuk kebutuhan pedoman hidup anggota
9
Muhammadiyah
yang
meliputi:
Untuk
Masuk
Anggota
Suratmin, Pak AR Muballigh ndeso Ketua Muhammadiyah (1968-1990)… hlm 64-65 M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah… hlm 108
10
41
Muhammadiyah, Mendirikan Ranting, Jamaah Anggota Muhammadiyah, Pedoman Bapak/Ibu Jamaah, Pedoman Khitan, Pedoman Perkawinan, Pedoman Bagi Calon Pengantin Putra dan Putri, Kewajiban Suami Istri, Pedoman Shalat, Pedoman Sesudah Shalat, Pedoman Shalat Nawafil, Pedoman Tikar Sembahyang, Pedoman Menasehati Istri dan Anak, Mengatur Rumah Secara Modern, Pedoman Beradio, Pedoman Membangun dan Memperbaiki Rumah, Pedoman Sebagai Anggota Pimpinan Muhammadiyah, Pedoman Memimpin Sidang Anggota Muhammadiyah atau Sidang Cabang, Pedoman Melayani Menanggapi Pimpinan, Pedoman Menghadap Pimpinan, Pedoman Membaca Al-Qur’an, Pedoman Memelihara Kelangsungan Muhammadiyah, Pedoman Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dan lain, Pedoman Mengumpulkan Biaya Cabang, Pedoman Membina dan Memakmurkan Masjid, Pedoman Memuliakan Tamu Sesama Keluarga, Pedoman Menghadapi Orang yang akan Meninggal Dunia, Pedoman diwaktu Miskin, Pedoman diwaktu Kaya, Pedoman Menjadi Anggota Pimpinan, Pedoman Menjaga Kemurnian Tujuan Muhammadiyah, Pedoman Berdua.11 Di samping itu, Pak AR juga menulis bebrapa buku agama Islam dan Kemuhammadiyahan, anatar lain: 1. Memelihara Ruh Muhammadiyah (1996) Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan pendeknya yang isinya antara lain tentang pengembangan ibadah sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan, tabligh muhammadiyah adalah tabligh Islam,
11
M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah… hlm 109
42
memperbaharui niat, pesan kepada para mahasiswa, jangan berebut jadi pemimpin, ruh musyawarah dalam muhammadiyah, beribadah menurut tuntunan Rasulullah, dan lain sebagainya. 2. Muhammadiyah abad XV Hijriyah (1985) Buku ini berisi serangkaian wacana pendek yang pada awalnya berjudul Muhammadiyah Tujuh Puluh langkah ke Depan. Penulisnya mengajak seluruh warga dan pengurus Muhammadiyah agar berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur. Pokok-pokok budi pekerti luhur menurutnya adalah yakin adanya Allah, yakin bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Esa, Maha tahu, Maha Bijaksana dan Maha Sempurna. Karena itu, sumber dari budi pekerti luhur adalah berbakti kepada Allah, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.12 3. Soal Jawab yang Ringan-ringan (1990) Kumpulan Soal Jawab ini berisi masalah-masalah yang berkisar pada masalah akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah, baik muamalah terhadap Allah maupun kepada manusia.Buku ini juga memuat beberapa judul pantun, yang isinya tentang akhlak, syukur, tawadhu, shidq, ikhlas, ridha, juga pantun kematian, ukhuwah Islamiyah dan lainnya. Pantun yang bernuansa tasawuf dan akhlak. 4. Tiga Puluh Pedoman Anggota Muhammadiyah (1985) Pedoman ini tidak berisi tentang atat cara menjadi anggota Muhammadiyah atau tentang prosedur yang harus ditempuh secara 12
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 64-65
43
organisatoris dan administratif bagi calon anggota Muhammadiyah. Akan tetapi buku pedoman ini justru berbicara tentang bagaimana upaya mewujudkan citra manusia Muslim Muhammadiyah, sehingga memiliki shibghah (warna, corak, dan karakter) yang utuh. Selain itu, buku ini juga mengupas bagaimana mengamalkan kehidupan yang Islami sesuai dengan teladan Rsulullah Muhammad Saw. Baik sebagai pribadi, anggota keluarga dan sebagai warga masyarakat yang benar-benar mencerminkan diri sebagai muslim, pengikur Rasulullah Saw. 5. Pak AR Menjawab, kumpulan Tanya jawab pembaca dengan Pak AR diharian Kedaulatan Rakyat Buku ini diterbitkan tahun 1990 dari berbagai masalah yang diajukan pembaca, oleh penerbit dikelompokkan kepada beberapa dimensi antara lain dimensi ketauhidan, ibadah, akhlak, dan masalah-masalah umum. 6. Mengenang Pak AR, disusun pada tahun 1995 oleh Tinni Ghafiruddin Buku ini merupakan tulisan AR Fakhruddin yang berupa artikelartikel pendek tentang berbagai masalah, dari masalah kemasyarakatan, masalah persyarikatan, masalah keagamaan sampai dengan masalahmasalah ibadah keseharian dan lain sebagainya. Selain karya-karya di atas, ada beberapa karya lain baik yang berbentuk esai, buku saku ataupun monografi yang ditulis oleh AR. Fakhruddin dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Meskipun tidah khusus bicara tasawuf, namun dari tulisan-tulisannya sarat dengan pesan
44
moral dan tampak sifat sabar, keteladan, kezuhudan dan watak sufi akhlaki sang tokoh, karya-karya dimaksud misalnya:13 a.
Tuntunan Shalat Menurut Cara Rasulullah Saw (1992) Buku ini ditulis dalam rangka memenuhi hajat dan permintaan masyarkat yang baru masuk Islam dan sedang mempelajari cara sholat. Buku ini disajikan secara ringkas dan sederhana dengan harapan
dapat
memberi
kemudahan
bagi
pembacanya
yang
berkepentingan demi melaksanakan akan perintah agama. b.
Muballigh Muhammadiyah (1985) Penerbitan buku ini dapat dijadikan semacam “kode etik” di lapangan yang menjadikan cirri pergerakan Muhammadiyah. Apalagi penulisnya tidak saja seorang pemimpin Muhammadiyah, akan tetapi juga sebagai seorang muballigh sejati. Baginya, tabligh adalah suatu kewajiban
bukan
suatu
pekerjaan,
sehingga
siapapun
yang
menyatakan dirinya Islam dan sudah mukallaf (dewasa, menjadi subjek hukum Islam), berkewajiban menunaikan tugas dakwah Islam amar ma‟ruf dan nahi munkar, tak terkecuali keluarga besar Muhammadiyah. Dan buku ini dapat dijadikan pedoman dan panduan tatkala melaksanakan tugas sebagai seorang muballigh, dalam rangka ta‟abbud (beribadah, berdedikasi kepada Allah SWT).
13
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 71-73
45
c.
Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang tepat. Buku ini ditulis pada dasarnya dalam memberikan arahan dan panduan menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta. Penulisnya menginginkan bahwa kelak pimpinan Muhammadiyah yang terpilih mampu beramar ma’ruf bernahi munkar serta berjiwa istiqamah (bersikap teguh pendirian, konsisten, dan berusaha untuk selalu lebih baik dan meningkat kualitas hidupnya).
d.
Menyongsong Sidang Tanwir Muhammadiyah di Solo-Surakarta (1994) Buku ini berisi antara lain tentang kilas balik organisasi Muhammadiyah sejak berdirinya hingga menjelang Muktamar Banda Aceh. Kilas balik tentang periodesasi para ketua, sejak KH. Ahmad Dahlan hingga AR. Fakhruddin, juga tentang nama musyawarah tertinggi di organisasi Muhammadiyah yakni Muktamar.
e.
Muhammadiyah, Halal Bi Halal dan Keprihatinan Dalam buku ini tergambarkan betapa penulisnya prihatin terhadap saudara-saudara seiman yang tauhidnya masih belum lurus, ibadahnya belum benar, akhlak Islamnya masih dekat dengan syirik, bid’ah dan lain-lain. Demikian ajakan AR. Fakhruddin terhadap sesame Muslim, suatu perilaku akhlak karimah yang menunjukkan kerendahan hati dan jiwa besar dalam menyikapi persoalan umat.
46
f.
Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw Buku ini berisi tentang menekankan ukhuwah islamiyah, meneladani akhlak Rasulullah Saw.Terutama kepemimpinannya, ibadahnya yang “ruhbanan billaili wa fursanan bin nahari”.Yang menjadi obsesi AR. Fakhruddin adalah idealnya umat Islam dan warga Muhammadiyah dapat mengikuti dan meneladani akhlak rasul seperti tersebut.
g.
Muhammadiyah adalah Organisasi Dakwah Islamiyah Buku ini ditulis dengan maksud mengingatkan serta memberi semangat kembali kepada segenap warga Muhammadiyah baik putra dan putri, tua dan muda, semua berkewajiban untuk bertabligh, melaksanakan perintah nabi Muhammad Saw.Ballighu „anni walau ayatan (sampaikan dariku, walaupun hanya satu ayat), dan mengamalkan Islam serta kemudian mendakwahkannya.
h.
Selamat Tahun Baru (1990) Buku saku ini disusun dengan bahasa jawa yang berupa syair dan tembang berisi nasihat, pujian kepada Allah SWT, peringatan kepada sesama, bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara, sedang di akhirat adalah kehidupan yang kekal.
i.
Abad XV, Abad Kerukunan dan Kemajuan Naskah ini dituangkan dalam bentuk lembaran stensial dan tidak dibukukan. Isinya berupa ungkapan syukur atas nikmat dan anugerah Allah SWT, berupa kemerdekaan bagi bangsa Indonesia,
47
serta doa dan permohonan kepada Allah SWT, dan ajakan untuk kerukunan, toleransi dan kemajuan. j.
Mikul Dhuwur Mendem Jero (1982) Buku berbahasa jawa ini berisi tentang berbagai persoalan, dari ziarah kubur dan beberapa topik yang berkaitan dengan hal tersebut seperti masalah memuliakan makam, yang pada umumnya berisi tentang peringatan pada kematian, hari kiamat, surga dan neraka, suatu nasihat dan peringatan bagi semua yang lalai.14
k.
Soal Jawab Entheng Enthengan (1990) Buku ini berisi tentang masalah ibadah, masalah akhlak juga diangkat ketika penulisnya mengemukakan pantun nasihat yang memang beberapa pantun sering disisipkan dalam berbagai tulisan.
l.
Pancasila Kabeberaken, Agama Islam Kawedharaken (1983) Buku ini membahas tentang Pancasila dan keislaman, penulisnya memulai tulisannya dengan menjelaskan tentang Pancasila secara detail.Selain itu dijelaskan pula tentang sifat-sifat Allah, rukun iman disertai dengan rincian masing-masing dari rukun iman tersebut secara jelas.
m. Muhammadiyah Menjelang Muktamar ke-42 di Yogyakarta (1989) Buku ini berisi tentang keinginan AR. Fakhruddin untuk pemimpin selanjutnya mempunyai criteria yang senantiasa menyadari
14
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 74-77
48
bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadis. n.
Pedoman Anggota Muhammadiyah (1995) Buku ini tidak hanya memberikan tuntunan tentang pedoman hidup Islam bagi umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah tetapi bagaimana setiap warga Muhammadiyah dapat menjadi teladan bagi seorang pemimpin persyarikatan ini.
F. Pemikiran Abdul Rozaq Fakhruddin Di kalangan sufi, lafazh zuhud diartikan dengan “Ghina „ani alNas wa al-Iqbal „ala Allah”, karenanya zuhud diidentikkan dengan faqr. Berbeda dengan wara’ yang pada dasarnya merupakan laku menjauhi yang syubhat dan setiap yang haram, maka zuhud pada dasarnya adalah tidak tamak atau tidak ingin dan tidak mengutamakan kesenanngan duniawi. Abdul Rozaq Fakhruddin menjelaskan konsep zuhud itu seperti halnya orang hidup adalah atas kehendak Allah. Miskin, kaya, sehat, sakit, semuanya itu adalah pakaian orang hidup. Manusia tidak perlu susah ataupun bingung karena tidak akan menyelesaikan persoalan. Bila seseorang sedang miskin terimalah dengan sabar, tidak perlu bingung. Banyak orang yang miskin tetapi karena hatinya tabah, yakin akan
49
datangnya pertolongan Allah kemudian berikhtiar, bekerja. Rezeki kalau sedang datang tidak dapat ditolak.15 Manusia hanya diberi wewenang untuk berikhtiar, berdaya upaya dan yang menentukan adalah Allah. Oleh karena itu, marilah kita berikhtiar dengan benar, berdaya upaya dengan sungguh-sungguh, dengan pemikiran yang matang dan penuh kehati-hatian. Tentang berhasil atau tidaknya ikhtiar atau daya upaya itu serahkan sepenuhnya kepada Allah. Manusia memang diharuskan berikhtiar bagaimana supaya kita menjadi orang kaya dengan cara dan jalan yang halal. Namun setelah kita berhasil
menjadi
orang
kaya,
kita
tidak
diperkenankan
untuk
menggunakan harta yang telah kita peroleh dengan seenaknya sendiri yang tidak tertuju kepada hal-hal yang bermanfaat. Menggunakan harta pada hal-hal yang tidak dituntunkan oleh Allah, termasuk menghamburhamburkan harta. Maka kita sebagai bangsa Indonesia yang sudah memeluk
agama
Islam,
jangan
sampai
berbuat
atau
bertindak
menghambur-hamburkan yang tidak ada gunanya.16 Menurut AR Fakhruddin setiap orang yang menerima nikmat dari Allah berupa kekayaan harta benda maupun yang lainnya, hendaklah ia bersyukur kepada Allah dan memohon kepada-Nya, semoga harta kekayaan itu menjadi berkah adanya dan dapat digunakan untuk ibadah. Mohonlah kepada Allah agar harta itu tidak membuat ia dan anak istrinya
15
AR. Fakhruddin, Soal Jawab yang Ringan-ringan…hlm 164 AR. Fakhruddin, Soal Jawab yang Ringan-ringan…hlm 234
16
50
lupa kepada Allah.17Orang yang sudah benar-benar yakin kepada Allah SWT, akan merasakan betapa banyaknya pemberian Allah SWT kepadanya seperti diberikan hidup, rezeki, pangkat, harta dan lain sebagainya. Apabila hatinya sudah dapat merasakan demikian, maka ia akan ingin selalu dekat dengan Allah dan Allah pun akan dekat dengannya. Tetapi sebaliknya bila ia menjauhi Allah maka Allah akan jauh darinya. 18 Dalam hal tindakan serta pikiran AR Fakhtuddin yang sarat dengan kezuhudan, misalnya dapat dilihat ketika AR Fakhruddin memberikan tuntunan dalam berbagai segi kehidupan kemasyarakatan. Menurutnya jika warga Muhammadiyah akan mengadakan khitanan hendaknya
jangan
dibesar-besarkan
dan
mengada-ada.
Warga
Muhammadiyah jangan menjadi pelopor orang-orang yang hanya mencari “wah” sebab Allah tidak suka kepada mereka yang mentabdzirkan harta bendanya, apalagi hanya untuk mencari “wah”. Anggota Muhammadiyah yang sadar, tahu asas, tahu tujuan, tahu kepribadian Muhammadiyah, tentu tidak akan mentabdzirkan harta bendanya. Lebih-lebih bagi mereka yang
hidupnya
pas-pasan.
Untuk
perhelatan,
kadang-kadang
menggadaikan sawahnya, menjual anak padi dan tanamannya yang belum tentu panen. Demikian pula bagi yang diundang, sanak keluarga, tetangga berdatangan dengan membawa sumbangan tertentu. Ini semua perilaku yang mengada-ada, baik yang menyelenggarakan perhelatan maupun yang 17
AR. Fakhruddin, Tiga Puluh Pedoman Anggota Muhammadiyah, (Jakarta: PT Harapan Melati, 1985), hlm 114 18 AR. Fakhruddin, Soal Jawab yang Ringan-ringan…hlm 216-217
51
diundang sama saja. Banyak orang menjadi miskin karena perhelatan yang dibesar-besarkan.19 AR Fakhruddin juga memberikan nasehat
kepada warga
Muhammadiyah untuk tidak berlebihan, jika warga Muhammadiyah mengatur rumahnya secara modern karena kekayaannya yang melimpah, sebaiknya tidak berlebihan. Adakalanya hal itu wajar bagi seorang yang percaya kepada hari kemudian yang kelak akan diperiksa dan diperhitungkan di hadapan Alah. Pada hari kiamat kelak akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban dari nikmat-nikmat yang telah diberikan. Konsep Zuhud AR Fakhruddin dapat dilihat dari suri teladan dirinya sendiri yang ia praktekkan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Bagi pak AR kehidupan duniawi yang gemerlap merupakan gaya hidup yang menjauhi akhirat. Menurut AR Fakhruddin sifat zuhud merupakan faktor utama yang membuatnya sangat dipercaya oleh warga dan masyarakatnya. Kalau saja sistem organisasi Muhammadiyah memungkinkan, dan jika AR Fakhruddin sendiri bersedia, pasti beliau akan tetap menjadi orang nomer satu di organisasi ini sampai saat beliau dipanggil oleh Allah SWT.20 Tokoh sufi Abu Utsman al-Maghribi (w. 373 H) mengatakan: “Zuhud itu adalah kamu tinggalkan dunia, kemudian kamu tidak peduli siapa yang mengambilnya”, rasanya kalimat ini tepat sekali dengan yang dilakukan AR Fakhruddin. Ketika ia memperoleh kesempatan untuk 19
AR. Fakhruddin, Tiga Puluh Pedoman Anggota Muhammadiyah… hlm 60-65 Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 108-110 20
52
memilikirumah, namun karena peluang itu diminta oleh bawahannya, maka haknya tersebut diberikan kepadanya, karena menurut AR Fakhruddin stafnya tersebut lebih membutuhkan rumah itu. Untuk mengungkap seluruh sisi kehidupan AR Fakhruddin yang menyangkut kebersahajaan, kesederhanaan dan kezuhudan semasa hidupnya, bahwa AR Fakhruddin telah mencontohkan pada pengikutnya, bagaimana ia mensucikan dirinya dari hawa nafsu, ia jauhkan dunia materi karena ia percaya bahwa Allah kelak menyediakan untuknya di alam yang kekal abadi.21 Ia sangat bermurah hati dan benar-benar bersifat zuhud, yakni meninggalkan segala sesuatu yang bukan miliknya dengan sebenarbenarnya dan meninggalkan segala sesuatu kecuali yang sah dan halal bagi dirinya dan keluarganya. AR Fakhruddin menyadari betul bahwa kesenangan dan kemewahan duniawi, pada dasarnya hanya akan membuat manusia berada dalam kemelut, resah dan gelisah. Sementara kondisi yang demikian ini juga membuat manusia semakin jauh dari Tuhan bukan sebaliknya berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Padahal yang terakhir inilah yang menjadi harapan dan cita-cita setiap orang yang beriman.22 Ciri khas yang dimiliki AR Fakhruddin adalah kehidupannya yang sangat sederhana. Kesederhaan ini dapat dilihat dari rumah tinggal beliau,
21
Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin… hlm 111-112 22 Masyitoh Chusnan, Tasawuf Muhammadiyah; Menyelami Spiritual Leadership AR. Fakhruddin…hlm 112
53
cara berpakaian dan sebagainya, yang semuanya itu memberi kesan jauh dari kecukupan materi sebagaimana para tokoh-tokoh lain pada umumnya. Namun tampaknya ia memilih jalan hidup yang lain, dan hal itu justru merupakan
keistimewaan
tersendiri
yang
dimilikinya.
Masalah
kesederhanaan ini tidak saja terpola dalam hal cara hidup, tetapi AR Fakhruddin juga menerapkannya dalam cara berpikir dan bahkan cara berdakwahnya. Seiring dengan tugas dakwahnya ke berbagai pelosok, baik dalam rangka pembinaan daerah maupun tablighnya menyiarkan Islam, ia memberikan contoh teladan yang sangat terpuji, ia tidak pernah mau menerima amplop (sebagai tanda terima kasih) tanpa tanda terima resmi. Amplop-amplop yang berisi honor itupun sering disumbangkan ke masjid tanpa ia tahu berapa isinya. AR Fakhruddin pun sering menyerahkan uang saku yang diterimanya dari Daerah ke Bendahara PP Muhammadiyah, dan ia sendiri merasa cukup dengan uang pensiunnya. Ketika ditanyakan kepadanya, mengapa demikian? Ia menjawab bahwa kalau saja saya bukan pimpinan Muhammadiyah, pastilah mereka tidak akan memberi saya seperti itu. Inilah perilaku zuhud yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah Saw. Serta khalifah terkenal Umar ibn Abdul Aziz (w.101 H) dalam memimpin umatnya. Berkaitan dengan cara hidup Pak AR, budayawan Emha Ainun Najib
dalam
buku.”
Pak
AR
Santri
Desa
yang
Memimpin
Muhammadiyah” karya Mochammad Faried Cahyono dan Abu Tsauban
54
Habibullah, mengatakan bahwa sedemikian melimpah rezekidari Allah kepada Pak AR, sehingga kehidupan beliau hampir sama sekali tidak bergantung kepada barang-barang dunia. 23 Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Pak AR masih berjualan bensin dan minyak tanah di depan rumah, Pak AR juga menyewakan beberapa kamar di rumahnya untuk kos-kosan mahasiswa yang sekaligus mengaji kepadanya. Di tengah zaman dimana para pemimpin orang banyak
serta
para
pemegang
kekuasaan
dan
senapan
banyak
mengolusikan modal-modal itu untuk perolehan financial. Ciri
yang menonjol
dari Pak AR
yaitu kejujuran dan
kesederhanaannya serta kemampuannya menyampaikan ajaran Islam yang substansial dengan cara yang mudah dipahami semua kalangan. Bagi Pak AR memberikan kemudahan pada umat dalam mengamalkan ajaran Islam merupakan suatu keharusan. Dalam menjalani hidupnya, Pak AR berusaha semaksimal mungkin mengikuti perilaku Nabi Muhammad Saw. Hidupnya selalu ditujukan untuk kepentingan umat dan masyarakat. Kepentingan akhirat dan ridha Allah-lah orientasi hidup Pak AR. Akhlak Pak AR adalah akhlak seorang sufi, walaupun beliau jarang atau tidak pernah menyebut tentang tasawuf tetapi beliau tidak menyukai dan tidak mencintai dunia. Kehidupan Pak AR bisa menjadi teladan bagi kita semua, umat Muhammadiyah, para politisi, pemimpin Negara dan masyarakat. 23
Mochammad Faried Cahyono dan Abu Tsauban Habibullah, Pak AR Santri Desa yang Memimpin Muhammadiyah… hlm 22-23
55
Kesederhanaan hidupnya yang tak pernah tenggelam dalam godaan duniawi, keteguhan hatinya serta pandangan hidupnya yang selalu lurus, prinsip hidup hanya untuk mencari rida Allah yang dijalankan ternyata justru meninggikan harkat dan martabatnya di dunia.24 Kepada anak-anaknya yang sudah dewasa, pendidkan kezuhudan tetap dilakukan. Fauzi AR menceritakan, dalam hal mendidik dan mengarahkan anaknya agar mengikuti jalan zuhud, Pak AR sangat serius, tegas dan keras.25 Abdul Rozaq Fakhruddin dalam medakwahkan amar ma‟ruf nahi munkar kepada masyarakat bersifat perbaikan, pemberdayaan, bimbingan dan peringatan. Muhammadiyah dalam melakukan aksi sosialnya di berbagai aspek kehidupan ditujukan untuk kemajuan umat Islam, bangsa, dan umat manusia yang berlandaskan keyakinan dan pemahaman keagamaan, bahwa ajaran Islam yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw merupakan agama rahmatan li al-„ālamīn untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi umat manusia dan Islam sebagai ajaran didalamnya terdapat hidayah, penyerahan diri, rahmat, kemashalatan, dan kebahagian hidup umat manusia di dunia dan di akhirat.
Keyakinan
dan
paham
tersebut
diaplikasikan
oleh
Muhammadiyah dalam bentuk gerakan Islam yang melakukan misi dakwah dan tajdid untuk kemashalatan hidup umat manusia. Atas
24
Mochammad Faried Cahyono dan Abu Tsauban Habibullah, Pak AR Santri Desa yang Memimpin Muhammadiyah… hlm viii 25 Mochammad Faried Cahyono dan Abu Tsauban Habibullah, Pak AR Santri Desa yang Memimpin Muhammadiyah… hlm 97
56
kewajiban dan panggilan dakwah tersebut, AR Fakhruddin beserta jajaranya saling membantu untuk mendirikan sarana umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat umum. Adapun sarana umum yang telah didirikan ataupun dikembangkan ada di bidang pendidikan, ekonomi, budaya, dan kesehatan. Abdul Rozaq Fakhruddin setelah memperhatikan amal usaha muhammadiyah sepantasnya warga bersyukur karena Muhammadiyah telah banyak memiliki lembaga pendidikan maupun rumah dan poliklinik.26
26
Suratmin, Perikehidupan, Pengabdian, dan Pemikiran Abdurrozaq Fakhruddin dalam Muhammadiyah… hlm 159