43
BAB III HISTORISITAS SYEKHMAULANA MAKDUM IBRAHIM DAN MEDIA DAKWAHNYA 3.1 Mengenal Syekh Maulana Makdum Ibrahim Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim adalah putra Sunan Ampel. Ia adalah cucu Maulana Malik Ibrahim.1 Raden Ali Rahmat alias Sunan Ampel diambil menantu oleh Prabu Brawijaya di nikahkan dengan putrinya bernama Condrowulan atau Condrowati atau sering disebut dengan panggilan Nyai Ageng Manila.2 Dari perkawinann Sunan Ampel dengan Dyah Siti Manila Binti Arya Teja, lahirlah tiga orang putra, seorang laki-laki yaitu Sunan Bonang dan dua orang putri yaitu Nyigede Malaka dan Nyi Geding Pancuran.3 Tak ada catatan mengenai tanggal kelahiran Raden Makdum. Menurut perhitungan Schrieke, kelahirannya tidak bisa lebih awal di tahun 1465 M. Selanjutnya di tetapkan bahwa kelahiran beliau memang tidak bisa lebih awal dari tahun tersebut. Karena akan menimbulkan pertanyaan terutama bila memang benar bahwa Makdum Ibrahim adalah Sunan Bonang. Tidak mungkin ia sudah dapat berguru kepada Sunan Ampel, yang menurut Dr. Hoesen telah wafat pada tahun 1467 M. Seperti diketahui melalui tahun kelahirannya, pada waktu Sunan Ampel wafat Sunan Bonang baru berusia 2 tahun, lagi pula, beliau mula-mula menginjakkan kaki untuk kemudian
1
. Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H. Wasit,Drs.H.Mundiri, Islamisasi Di Jawa, Pustaka Pelajar, Yogya, 2000, hlm.73 2 .Baidlowi Syamsuri, Kisah Walisongo, Apollo, Surabaya,1995,hlm.76 3 .Widji Saksono, MengIslamkan Tanah Jawa, Mizan, Bandung,1995,hlm.29
44
menetap dan menjadi imam bagi masyarakat Tuban tidak lebih awal dari tahun antara 1475-1500 M. Apa lagi kita memperhatikan berita babad-babad, beliau masih hidup beberapa lama sejak kejatuhan majapahit pada 1478 M. oleh karena itu, dapat ditentukan bahwa Sunan Bonang wafat sekitar tahun 1525 M.4 Agar lebih jelas dapat kita lihat dalam skema silsilah dibawah ini :5
Skema 1 Arya Panenggungan
Arya Baribin
Ki Ageng Tarub
Arya Teja
R. Jakandar+Nawangsasi Nawangarum+Wilatikta S. Kalijaga+adik S.Gng.Jati S. Muria +adik S. Kudus Maduretno+sepupu S.Ampel S.Ampel+Candrawati
S.Ngudung+adik S.Kalijaga Hirah+S.Bonang S.Gng.Jati+adik Hirah
Sufiyah + Sunan Drajat
S.Kudus+Ruhil
` 4 5
.Ibid, hlm, 29-30 . Agus Wahyudi, Inti Ajaran Makrifat Jawa, Pustaka Dian, Yogyakarta, 2004, hlm.20-21
45
Skema 2 Maulana Jumadil Kubro
Maulana Ishaq
S.Kalijaga+Sarah
Maulana Malik Ibrahim
S.G.Jati
S.Ampel
S.Giri+Murtasiyah
S. Bonang
R.Pandita
S.Drajat
Syariah + Usman
S.Ngudung
Ruhil + S.Kudus
S.Muria + Sujinah
Sunan Bonang merupakan wali berdarah bangsawan walaupun nenek moyang Sunan Bonang berasal dari timur tengah tetapi ibunya keluarga bangsawan Jawa dan beliau lahir di Jawa, sehingga Sunan Bonang sudah dianggap sebagai orang Jawa. Semasa kecil, Sunan Bonang digembleng langsung oleh ayahnya, Sunan Ampel dengan disiplin ketat. Sunan Ampel kemudian mengirim Sunan Bonang kenegeri Pasai. Disana Sunan Bonang menuntut ilmu kepada Syekh Awalul Islam , ayah kandung Raden Paku alias Sunan Giri. Bersama Raden Paku, ia juga belajar kepada sejumlah ulama besar yang menetap dan mengajar di Pasai, diantaranya adalah ulama ahli tasawuf dari Bagdad, Mesir
46
dan Iran. Setelah satu tahun belajar di Pasai mereka berdua (Syekh Makdum dan Raden Paku) di suruh kembali ke Jawa tidak jadi ke Makkah dengan alasan tenaganya sedang dibutuhkan untuk gerakan penyebaran Islam di Jawa. Mereka di hadiahi pusaka, pakaian dan benda keramat yang patut bagi perlengkapan seorang pendeta, sembari di beri gelar Prabu Satmata untuk Raden Paku dan Anyokrowati untuk Makdum Ibrahim. Sampai di Jawa Raden Paku mendirikan pesantren di Giri (Gresik) dan Makdum Ibrahim di Bonang Tuban.6 Ada sumber lain yang mengatakan bahwa dari Pasai Raden Makdum Ibrahim meneruskan perjalanan ke Makkah dan setelah menunaikan ibadah haji tinggal disana untuk menambah ilmu agama Islam selama beberapa bulan. Nampaknya berita ini benar, karena dalam tulisan Gunning dan Dr. Schrieke disebutkan bahwa Sunan Bonang menguasai bahasa arab dengan baik, malah ada kesan bahwa dibeberapa publikasinya, Sunan Bonang seolah-olah ingin mendemonstrasikan bahwa dirinya memang menguasi betul bahasa arab.7 Setelah berjuang menyebarluaskan agama Islam tanpa kenal lelah akhirnya Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi di pulau Bawean dan dimakamkan di Tuban. Makam Sunan Bonang berada di belakang Masjid Agung Tuban, terletak dipusat kota Tuban yang ditandai dengan tugu nol
6
. Aries Kelana, Sitombo Ati Dari Tuban, Gatra No.05-06, Kamis, 13 Desember 2001, edisi khusus lebaran. http.//www.gatra.com/artikel.php?-23&10=23513 7 .MB.Rahimsah, Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo, Amanah, Surabaya, 2002, hlm, 69
47
kilometer untuk kota Tuban. Tepatnya terletak di Dukuh Kauman, Kelurahan Kutorejo Kecamatan Kota Tuban.8 3.2. Kondisi Masyarakat Masa Syekh Maulana Makdum Ibrahim Syekh Maulana Makdum Ibrahim setelah belajar di pesantren Ampel Denta dan Pasai, kemudian beliau di tugaskan untuk berdakwah di daerah Tuban. Mengingat keadaan geografisnya memberi kesan bahwa mata pencaharian orang Tuban adalah bertani, berternak dan menangkap ikan di laut. Hasilnya adalah beras, ternak, dendeng, ikan kering dan ikan asin yang dapat di jual, baik di daerah pedalaman maupun kepada kapal-kapal dagang yang berlabuh untuk menambah persediaan makanannya. Orang Tuban yang asal mulanya mungkin nelayan, juga melakukan pembajakan dengan perahuperahu kecil kepada kapal dagang yang muatannya berharga (rempahrempah) yang sejak dahulu mengarungi laut Jawa dari dan ke kota-kota dagang besar, seperti Gresik dan Surabaya, dijadikan sasaran mereka.9 Tuban juga merupakan jalan yang mudah ditempuh dengan kendaraan menuju selatan, lewat pegunungan pantai terus ke Babad. Dan Tuban merupakan pintu gerbang bagi daerah hulu sungai-sungai besar di Jawa Timur, seperti Bengawan Solo dan Brantas. Yang pasti kedua sungai besar ini yang menghubungkan timur, barat dan selatan, benar-benar sangat penting dalam sejarah politik dan peradaban di Jawa Timur.10
8
. Sunan Bonang Internet.H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Grafiti, Jakarta, 2003,hlm.148 9 . H.J.Degraaf & Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, Grafiti, Jakarta, 2003,hlm.148Ibid,hlm,149 10 . Ibid,hlm,149
48
Tuban memiliki pelabuhan yang penting, meskipun kapal dagang yang agak besar terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari kota. Para dagang muslim yang tersebar di pantai utara menjadikan Bandarbandar di pesisir utara Jawa sebagai kawasan yang makmur. Bandar-bandar sepanjang pantai utara Jawa itu mula-mula merupakan pangkalanpangkalan, di situ pelaut-pelaut tersebut membeli bekal dan air untuk perjalanan yang berminggu dan berbulan-bulan dengan perahu layar.11 Sebagai kota pelabuhan, Tuban berpotensi menciptakan kontak sosial dengan daerah lain maupun bangsa asing dan hal ini tentunya menyediakan ruang sosial untuk perubahan dan pembaharuan. Di Jawa penyebaran agama Islam di hadapkan kepada dua jenis lingkungan budaya kejawen yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menyerap unsur-unsur Hinduisme dan Budaya pedesaan (wong cilik) yang masih hidup dalam bayang-bayang Animisme-Dinamisme, dan hanya lapisan luarnya saja yang terpengaruh oleh Hinduisme. Dari perjalanan sejarah proses Islamisasi di Jawa, tampak bahwa Islam sulit di terima di lingkungan istana. Karena itu, para penyebar agama Islam kemudian lebih menekankan kegiatan dakwahnya di lingkungan masyarakat pedesaan, khususnya di daerah pesisir pulau Jawa. Ternyata di daerahdaerah pesisir ini Islam di terima dengan penuh kegairahan oleh masyarakat.12
11 12
. Drs.H.Ridin Sofyan,et.alls , Op Cit, hlm 235. . Prof. Dr. Simuh, Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa, Teraju, Jakarta, 2003, hlm, 66
49
Di Tuban Islam diperkirakan masuk ke wilayah ini semenjak abad ke 15 atau tepatnya paruh kedua abad ke 15 M. Dan pada masa itu Bupati Aria Dikara (1421 M) telah masuk Islam. Demikian pula bupati Aria Teja (1460 M) telah memeluk Islam. Aria Teja oleh Syaikh Abdurrahman adalah garis menantu dari cibat bupati Ronggolawe, bupati Tuban yang terbunuh di masa pemerintahan Jayanegara. Syaikh Abdurrahman atau Aria Teja adalah suami dari Raden Ayu Aria Teja Puteri Bupati Tuban, Raden Aria Dikara (Bupati ke-6) jadi pada masa akhir pemerintahan kerajaan Majapahit telah ada bupati Tuban yang memeluk agama Islam.13 Pada masa Sunan Bonang Tuban dan sekitarnya masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit, yang sebagian besar dan resmi beragama Hindu. Kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab dengan musik gamelan. Perkembangan musik di Indonesia sarat dengan aktivitas keagamaan. Oleh karena musik di anggap sebagai salah satu komponen penting dalam upacara keagamaan, dimainkan untuk mencapai emosi keagamaan.14 Agama Hindhu, Budha dan kepercayaan lain telah berkembang lebih dulu dibanding agama Islam. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh para elite kerajaan sedangkan kepercayaan asli yang bertumpu pada Animisme di peluk oleh kalangan awam. Kendati ketiganya berbeda, tetapi semuanya bertumpu pada satu titik. Semua kental dengan nuansa mistis dan berusaha
hlm.5
13
. Dr. Nur Syaim, Islam Pesisir, LKIS, Yogyakarta, 2005, hlm, 102
14
. Pieter Eduard Johanes Ferdinandus, Alat Musik Jawa Kuno, Mahardhika, Yogya, 2001,
50
mencari sangkan paraning dumadi serta mendambakan Manunggaling kawula Gusti. Paham mistis heterodoks dan pantheistis, telah mendapat tempat yang penting pada abad 15 dan abad 16 M.15 Maka pada masa ini yang lebih berkembang adalah segi pemikiran dari filsafat tasawuf dengan segala aspek negatifnya. Karena itu Islam yang ada di bumi Jawa pada waktu itu adalah Islam yang berbau mistis.16 Pada abad 15 M pengaruh tasawuf pada masyarakat menengah muslim sangat mendalam dalam bidang keagamaan, keilmuan dan sastra. Tidak mengherankan bila tasawuf berkembang di kepulauan Nusantara. Sebab sejak abad ke 12 M, peranan ulama tasawuf memang sangat dominan di dunia Islam. Hal ini antara lain di sebabkan pengaruh pemikiran keagamaan Madzab Ahli Sunnah Wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat menengah.17 3.3. Sepak Terjang Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim Syekh Maulana Makdum Ibrahim berdakwah di daerah Tuban, Pati, Pulau Madura dan Pulau Bawean di utara pulau Jawa.18Pada abad 15 dan 16 beliau dikenal bukan hanya sebagai penyebar Islam saja, tetapi beliau merupakan juru dakwah yang gigih dan produktif, beliau juga sebagai perintis dan pelopor berbagai kegiatan kreatif seni dan kebudayaan. Banyak khazanah budaya lokal berhasil ditransformasikan menjadi ekspresi baru, melalui cara-
15
.Dr.Purwadi M.Hum, Ilmu Makrifat Sunan Bonang, Sadasiva, Yogyakarta, 2004, hlm.65-
66 16
. Ibid,hlm.67 . Abdul Hadi W.M. Keberadaan Tasawuf Relevansinya di Nusantara, 18 . Prof.Dr.Hasanu Simon, Misteri Syekh siti Jenar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2005, hlm,224 17
51
cara yang halus, misalnya dengan mengubah wawasan estetiknya dan memasukkan pandangan dunia (world view) serta ajaran Islam ke dalam sistem nilai yang bertentangan dengan agama Islam. Di bidang pendidikan Syekh Maulana Makdum Ibrahim mendirikan pondok pesantren di daerah Bonang di Lasem yang sampai kini dikenal dengan nama Watu Layar, yang digunakan untuk mendidik serta menggembleng kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa Dalam melaksanakan dakwahnya Syekh Maulana Makdum Ibrahim juga memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan dari keraton Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para murid-muridnya.
Sunan
Bonang
perjuangannya
diarahkan
kepada
menanamkan pengaruh ke dalam. Siasat Sunan Bonang adalah memberikan didikan Islam kepada Raden Fattah putera dari Brawijaya V dari kerajaan Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara Islam. Dan Sunan Bonang rupanya berhasil dengan cita-citanya untuk mendirikan kerajaan Islam Demak. Dari sini Syekh Maulana Makdum Ibrahim berharap agar supaya Demak dapat menjadi pusat agama Islam untuk selamalamanya.19 Syekh Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang sangat besar peranannya dalam pendirian kerajaan Islam Demak. Beliau adalah pemimpin tertinggi bala tentara Demak, mengatur segala strategi peperangan beliau yang 19
Bonang.
. www.Pesantren.Net./Sejarah?Wali-20001114003536-Bon.shtm/”Walisongo” – Sunan
52
menentukan Sunan Ngudung sebagai panglima tentara Islam dan setelah gugur dalam petempuran beliau yang mengangkat Sunan Kudus sebagai penggantinya. Nasihat yang berharga diberikan pula kepada Sunan Kudus tentang strategi perang menghadapi Majapahit.20 Sunan Bonang di pandang adil dalam membuat keputusan yang memuaskan, melalui sidang-sidang pengadilan yang di pimpinnya. Ada tiga persidangan besar yang dilaksanakan oleh para wali, yakni pengangkatan Raden Fattah menjadi raja Demak yang pertama. Pendirian masjid Demak, serta persidangan terhadap Siti Jenar. Ketiga peristiwa besar itu beliaulah yang memimpinnya.21 Sunan Bonang juga menjadi pemimpin atau tetua diantara Walisongo atau masyarakat muslim mendampingi Sunan Giri. Sunan Bonang berkedudukan sebagai raja ilmu keagamaan. Dalam kedudukan tersebut Sunan Bonang bergelar prabu Harya Krakusuma. Boleh jadi, kedudukan panatagama sederajat dengan kedudukan mufti. Petunjuk untuk berkesimpulan kearah ini ialah berita bahwa setelah pendirian masjid Demak selesai, maka Sunan Bonanglah yang bertindak sebagai imam dan Sunan Kalijaga sebagai muazin.22 Diantara wali yang prolifik dalam hal penulisan sastra bernapas Islam Ialah Makdum Ibrahim. Beliau menulis puisi bercorak tasawuf yang lazim di sebut suluk. Karya tulis yang dihasilkannya merupakan ajaran jalan kerohanian menuju pemahaman mendalam terhadap keesaan Tuhan (tawhid). 20
. Drs.H.Ridin Sofyan,Drs.H.Wasit,Drs.H.Mundiri,Op.Cit.hlm.73 . Ibid,hlm.74 22 . Widji Saksono.Op.Cit.hlm.100 21
53
Pemahaman atau pengenalan yang mendalam terhadap keesaan itu disebut ma’rifat. Syekh Maulana Makdum Ibrahim ikut andil dalam perkembangan seni tradisional Jawa yaitu wayang. Beliau juga menggunakan wayang dalam aktifitas dakwahnya. Beberapa lakon carangan pewayangan yang bernafas Islam juga di gubah oleh Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga di antaranya Petruk jadi raja dan Layang Kalimasada.23 Sunan Bonang juga membuat detail dan bagian seperti hutan dengan aneka margasatwa, juga membuat prampogan yang melambangkan makhluk Tuhan.24 Wayang kanan dan kiri merupakan lambang makhluk Tuhan kekuasaan makhluk Tuhan seperti halnya kekuasaan dalang terhadap wayang. Untuk memahami hubungan antara Tuhan dengan makhluknya, di perlukan alat berupa cermin. Dalam hal ini yang menjadi cermin adalah Kresna.25 Syekh Maulana Makdum Ibrahim sebagai keturunan bangsawan sangat pandai memainkan alat musik salah satunya adalah bonang. Dan hal itu di jadikan alat dalam aktifitas dakwahnya dengan memukul beberapa bonang dengan nada yang berbeda dan menyanyikan syair dan pantun masyarakat sekeliling yang mendengarnya tertarik dan datanglah mereka ke masjid di mana Syekh Maulana Makdum Ibrahim membunyikan alat musik bonang, di depan masjid di buat kolam sehingga setiap pengunjung yang datang sudah dengan sendirinya mereka membersihkan kakinya.26Tanpa sengaja merekapun
23
. Dr.Abdul Hadi.W.M,Op.Cit,Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya . Widji Saksono, hlm.149 25 . Dr.Purwadi M.Hum.Op.Cit.151 26 . Drs.Purwadi.M.Hum.Jalan Cinta Syekh Siti Jenar,Diva Press, Yogyakarta,2004,hlm.174 24
54
ikut-ikutan menirukan syair lagu yang berisi berbagai ajaran agama. Karena kekuatan suaranya itu pula Sunan Bonang juga mendapat julukan lain; Sang Mahamuni. Tembang itu berisi ajaran Islam sehingga tanpa sengaja mereka telah di beri penghayatan baru. Tembang Tombo Ati adalah salah satu karya Sunan Bonang yang sampai sekarang masih sering kita dengar dan dijadikan puji-pujian di kalangan santri dan masjid-masjid, dengan nama Singiran Tombo Ati. Syair itu berbnyi : Tombo Ati Tombo ati, iku limo sakwernane Kaping pisan, moco Qur’an angen-angen sak maknane Kaping pindho, salat wengi lakonono Kaping telu, wongkang saleh kumpulono Kaping papat, weteng iro ingkang luwe Kaping limo, zikir wengi ingkang suwe Salah sawijine sopo biso ngelakoni Insya allah taala ngijabahi. Terjemahan ; Obat Hati Obat hati ada lima macamnya Pertama, membaca Al-Quran dengan memahami maknanya Kedua, salat malam lakukanlah Ketiga, orang saleh dekatilah Keempat, perut harus tahan lapar Kelima, zikir malam yang lama Barang siapa bisa melakukannya itu semua Maka Allah mengabulkan do’anya.
55
Menurut tembang ini ada lima macam “penawar hati” atau pengobat jiwa yang sakit. Yakni membaca Al-Qur’an, mengerjakan shalat tahajud, berusaha dekat dengan orang saleh, berzikir dan hidup prihatin.27 Makin lama, sejumlah penduduk setempat semakin penasaran, kenapa bunyi bonang dan syair begitu serasi sehingga enak di nikmat. Oleh sebab itu, di antara mereka tidak lagi sekedar ingin menikmati, tetapi juga ingin belajar sehingga bisa melakukan seperti apa yang di lakukan Raden Makdum Ibrahim. Karena merasakan banyak manfaat ajaran Sunan lewat syair-syairnya, penduduk akhirnya mengikuti apapun yang dikatakan dan di lakukan wali Allah itu. oleh sebab itu, begitu dengan halus dan santun di katakan apa yang mereka lakukan itu sebenarnya ajaran Islam mereka pun tidak keberatan, warga yang sebelumnya menganut ajaran Hindu dan berbagai jenis kepercayaan akhirnya secara sukarela mengubah keyakinan. Demikianlah
kebijaksanaan
Raden
Makdum
Ibrahim
dalam
melaksanakan dakwahnya. Dari sedikit ke sedikit menjadi rakyat untuk bersimpati sehingga tanpa terasa oleh mereka mempelajari Islam melalui kesenian sendiri. Pengaruh dan kharisma Sunan Bonang yang makin lama makin luas dan bagai tak bisa di bendung lagi membuat sekelompok orang yang kehilangan pengaruh dan simpati masyarakat iri dan dengki. Bahkan karena tidak tahu harus berbuat apa, mereka pun akhirnya berencana mempengaruhi
27
. Dr. Purwadi M.Hum, Op.Cit, hlm 84
56
penduduk untuk meninggalkan agama barunya. Namun usaha tersebut hampir tidak membuahkan hasil sama sekali. Oleh sebab itu, mereka pun berusaha menyingkirkan sang wali dari tanah Tuban. Saat sedang asyik membunyikan bonang dan menyanyikan syair sejumlah orang-orang jahat pimpinan Kebondanu berusaha mendekat dan mengusirnya. Bahkan diantara mereka ada yang berniat menghabisi nyawanya dengan golok dan keris terhunus. Anehnya Raden Makdum Ibrahim sama sekali tidak bergeming. Dia tetap saja asyik dengan dakwah model itu. Dengan menggunakan tembang dan gendhing dhurma dan macapat. Gendhing dhurma, konon apabila di dengar orang dapat menghanyutkan jiwa dan membawanya ke alam meditasi (tafakur).28 Tembang dhurma ini menggambarkan tentang pendidikan untuk mengekang hawa nafsu yang buruk. Kawanan penjahat yang akan melaksanakan niat jahatnya makin lama terhanyut kealam kerohanian dan makin tidak kuat mendengarkan lantunan lagu maupun suara bonang yang di tabuh. Jangankan mengusir apa lagi membunuh, berjalan saja mereka tidak mampu. Tubuh mereka bergetar hingga akhirnya ambruk. Mereka baru bisa bangkit kembali ketika bunyi bonang di hentikan lalu dengan terbata-bata mereka meminta maaf. Ketika menayakan apakah orang seperti mereka di ampuni Tuhan, di jawab iya dengan catatan bertobat, setelah menyatakan keinginan bertobat di hadapan Sunan Bonang, Kebondanu dan anak buahnya baru dapat menggerakan kembali anggota tubuhnya. Karena mengakui 28
. Dr.Thomas Wiyasa Bratawijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa, PT.Pradya Paramita, Jakarta,Cet.I th.1997,hlm 14-15
57
kehebatan Sunan Bonang, maka seluruh rombongan penjahat tersebut masuk Islam. Kebondanu dan anak buahnya itu lalu mengikuti Sunan Bonang kemudian menjadi murid untuk berguru Islam di Pesantren Bonang. Tuban. 3.4. Media Dakwah Syekh Maulana Makdum Ibrahim Melalui jalur agama Hindu-Budha terjadi transfer budaya antara Indonesia dengan India. Baik yang dibawa oleh orang India maupun yang sudah ada di dalam penduduk lokal. Poses akulturasi itu terjadi pada semua unsur (isi kebudayaan berupa bahasa, teknologi, organisasi, sosial, sistem pengetahuan, agama dan kesenian) yang disesuaikan dengan keperluan kehidupan manusia Indonesia sendiri. Maka dari pada itu, Syekh Maulana Makdum Ibrahim melakukan pra survei terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan dakwahnya. Sebab itu beliaupun mencari alternatif media yang akan digunakan dan kiranya sesuai dengan zamannya. Ada beberapa bidang yang digunakan sebagai media oleh Syekh Maulana Makdum Ibrahim untuk menjalankan dakwahnya, antara lain : 3.41 Media Pendidikan Para wali mempunyai peranan ganda yakni sebagai mubaligh (guru) dan sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja. Sebagai mubaligh parawali mengajar dan menanamkan akidah Islam kepada masyarakat dan para pembesar kerajaan. Dan sebagai pemimpin
58
masyarakat “pendamping raja”, mereka mendapat gelar sunan atau susuhunan.29 Disamping membangun ekonomi dan keamanan masyarakat serta mendekati para pemuka kerajaan, para wali selalu membuat pesantren untuk mendidik para murid yang baru masuk Islam. Khususnya Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Bonang telah berhasil membangun pesantren yang di datangi oleh murid dari seluruh penjuru Nusantara. Ketenaran Sunan Bonang sebanding dengan Sunan Giri, pesantrennya banyak diminati oleh murid-murid dari berbagai penjuru Nusantara. Disamping mereka yang datang dari Jawa dan Sumatera banyak pula santri dari Madura, Ternate, Ambon, Maluku, Sulawesi, Sumbawa hingga Kalimantan. Dalam lingkungan pesantren disediakan pengajaran dan pendidikan bagi masyarakat umum yang ingin belajar takhasus (mengkaji secara intens dan khusus) masalah fiqh dan syari’at. Untuk menjadi pesertanya, tidak diajukan persyaratan tertentu karena memang dibuka untuk umum yang memang berminat.30 Pondok-pondok
pesantren
yang
tumbuh
di
lingkungan
komunitas muslim di Jawa Timur pada masa peralihan bisa di pastikan mengikuti tradisi keresian atau kedewaguruan sebagai lembaga pendidikan agama. Sistem pendidikan agama dalam bentuk mandala 29
. Mengasihi Fakir Miskin dan Anak Yatim,Jum ‘at,09 Januari 2004. http://www.Republika.co.id/suplemen/cetak-detail.asp?mid=s&id=15005 30 . Dr.Purwadi.M.Hum.Op.Cit.hlm.72
59
yang tersebar di pelosok-pelosok desa itu telah dimanfaatkan oleh para wali untuk di jadikan contoh komunitas pondok pesantren yang mereka dirikan pada abad ke 15 dan abad ke 16 M.31 Hal ini merupakan salah satu langkah persuasif-edukatif dalam proses pengembangan dakwah Islam terhadap masyarakat setempat agar tidak terjadi suatu kejutan dalam menerima nilai-nilai Islam. Bentuk Islamisasi yang lain dalam hal pendidikan dapat di lihat dari adanya kemiripan dalam kedewaguruan yang juga terdapat dalam pesantren, misalnya pengelompokan siswa berdasarkan kualitas pengetahuan dan penghayatannya dalam pengetahuan agama serta hubungan istilah cantrik dengan santri. Dari media pendidikan (pesantren) di harapkan dapat membentuk kader-kader yang siap meneruskan penyebaran Islam ke seluruh penjuru wilayah atau daerah yang kosong dari pengaruh Islam, Sunan Bonang pun berhasil mendidik banyak kader terkenal. Dua atau tiga murid Sunan Ampel yang kemudian menjadi manantunya juga menjadi kader terkenal yaitu Sunan Giri, Raden Fattah dan Sunan Kalijogo.32 3.4.2 Media Politik Para wali yang juga berperan sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja yang mendapat gelar sunan atau susuhunan. Para wali mendapat tempat yang mulia dan penghargaan yang tinggi di hati 31
. Ibid. hlm.77 . Dr.Hasanu Simon.Op.Cit.hlm.131
32
60
rakyat. Gelar-gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka seperti Sunan, panembahan, pangeran, sang yogi, Syekh, maulana, kanjeng dan sebagainya. Gelar itu biasa di gunakan oleh orang Jawa sebagai sebutan raja-raja atau penguasa.33 Hal ini menunjukan secara tidak langsung jelas tidak lepas dari gerakan politik. Dan dalam proses perubahan sosial, para wali memegang kepemimpinan yang sifatnya kharismatik. Di satu pihak peran atau wewenang sebagai penguasa politik dapat membentuk kekuasaan formal. Di pihak lain, terlepas dari perlembagaan politik atau tidak mereka memilki kekuasaan sosial keagamaan yang kuat.34 Syekh Maulana Makdum Ibrahim berperan dalam pengusulan untuk membuat persyaratan bagi raja-raja yang akan diangkat guna memerintah tanah Jawa, serta menetapkan baju kotang kulit kambing yang oleh Sunan Bonang di berinama Kyai Gondil sebagai baju para raja Jawa yang harus dikenakan ketika di lantik dan ketika hendak berperang .35 3.4.3 Media Budaya Sunan Bonang bersama wali lain, terutama murid dan sahabat karibnya Sunan Kalijaga sibuk memberi warna lokal pada upacaraupacara keagamaan Islam seperti Idul Fitri, perayaan Maulid Nabi, Peringatan tahun baru Islam (1Muharram atau 1 Asyura) dan lain-lain.
33
. Dr.Purwadi,M.Hum,Op.Cit.62 . Ibid, hlm.49 35 . Drs.H.Ridin Sofyan,et,all. Op.Cit.hlm.74 34
61
Dengan memberi warna lokal maka upacara-upacara itu tidak asing dan akrab bagi masyarakat Jawa. Menurut Sunan Bonang dakwah melalui aktifitas budaya merupakan senjata yang ampuh untuk menarik penduduk Jawa memeluk agama Islam. Dengan memasukan nilai-nilai Islam ke dalam budaya, syiar Islam pun akan mulus dan ajaran Islam mudah di resapi. Toh menurut Sunan Bonang, kebudayaan Islam tidak mesti kearab-araban. Menutupi aurat tidak mesti memakai baju arab, tetapi cukup dengan memakai kebaya dan kerudung. Di antara upacara keagamaan yang diberi bungkus budaya Jawa yang sampai kini masih di selenggarakan ialah upacara sekaten dan Grebeg Maulid.36 Sunan Bonang juga ahli di bidang geologi, di praktekan dengan menggali banyak sumber air dan sumur untuk perbekalan air penduduk dan untuk irigasi pertanian lahan kering. Sunan Bonang juga mengajarkan cara membuat terasi, karena di Bonang banyak terdapat udang kecil untuk pembuatan terasi. Sampai kini terasi Bonang sangat terkenal dan merupakan sumber pengahasilan penduduk desa yang cukup penting.37 3.4.4 Media Kesenian Daerah tempat tinggal Syekh Maulana Makdum Ibrahim adalah daerah Bonang yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit, yang sebagian besar dan “resmi” beragama Hindu,
36
. Drs. Abdul Hadi.W.M. Sunan Bonang dan Peranan Sufistiknya, Pengajar UMY&Paramadina Mulya,Jakarta.www.kompas.com 37 . Drs.H.Ridin Sofyan,et.all. Op.Cit.hlm.75
62
kebetulan para penganut Hindu ketika itu sangat akrab dengan musik gamelan. Maka dari itu Syekh Maulana Makdum Ibrahim mencari alternatif alat musik yang dapat di gunakannya untuk melakukan dakwah Islam sesuai dengan zamannya, dipilihlah Bonang sejenis tabung besi atau kuningan yang bagian tutupnya di buat benjolan di bagian tengah dengan pemukul batang kayu yang di lapisi kain sehingga timbullah suara merdu. Karena di zaman Walisongo kesenian rakyat hanya semacam itu adanya, tentu saja bunyi demikian sudah sangat mempesona hati para penduduk lebih-lebih yang membunyikan bonang itu adalah Raden Makdum Ibrahim mengiringi irama Bonang tersebut dengan tembang-tembang berupa pantun yang bernapaskan keagamaan. Dalam perkembangannya alat musik bonang digunakan sebagai salah satu perangkat gamelan. Bonang merupakan satu set sepuluh sampe empat belas gong-gong kecil berposisi horisontal yang di susun dalam dua deretan, di letakkan di atas tali yang di rentangkan pada bingkai kayu, pemain duduk di tengah-tengah. Pada sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap tangan.38 Dalam gamelan Jawa di kenal tiga macam bonang yaitu :39
38 39
. Sumarsam, Gamelan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2003, Cet.I hlm 333 . Ibid.hlm.333-334
63
a. Bonang Barung yaitu bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam ansambel (alat Musik) khususnya dalam teknik-teknik tabuhan pipilan (teknik tabuhan bonang dan gender, penabuh memainkan nada-pernada bergantian) pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menurutkan lagu instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhang Bonang, Bonang Barung memainkan pembuka gendhing (menuntun lagu yang akan dimainkan)dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun, ia membentuk pola-pola lagu jalinmenjalin dengan Bonang Penerus dan pada aksen-aksen penting barung boleh membuat sekaran (lagu hiasan) biasanya di akhir lagu. b. Bonang Panembung yaitu bonang yang paling besar beroktaf tengah sampai rendah. Ia memainkan tabuhan dalam tingkat kerapatan yang lebih rendah dari pada balungan. Bonang panembung lebih banyak di ketemukan di tradisi gamelan Yogyakarta. c. Bonang penerus yaitu bonang yang paling kecil beroktaf tinggi. Pada teknik pipilan bonang penerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung walaupun mengantisipasi nada-nada balungan. Bonang penerus tidak berfungsi sebagi lagu tuntunan,
64
karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerjasama dengan bonang barung. Bonang penerus memainkan pola-pola lagu jalin-menjalin. Makna dari kata bonang adalah berasal dari bon (baboning) dan nang (kemenangan). Tujuan berdakwah agar jamaah dapat mencapai kemenangan hidup. Jenis gamelan yang bentuknya bagaikan gunung itu biasa di gambarkan
sebagai
gambaran
dari
seorang
dalam
mencari
kesempurnaan diri yakni : dalam proses melewati beberapa tahap kehidupan yaitu :40 a. Syariat adalah memahami hukum-hukum ibadah b. Tarekat adalah melaksanakan perintah sesuai dengan hukum yang dimaksud diatas. c. Hakikat adalah mencoba mencapai kesempurnaan d. Makrifat adalah menyatu, berupaya mendekat antara yang menyembah dengan yang disembah. Mengenai filsafat bunyi bonang yaitu suatu alat untuk menenangkan atau menjernihkan jiwa. Terlihat dalam singkatan nengning-nung-nang.
Memberi
makna
sebagai
berikut.
Untuk
membereskan keadaan jiwa, orang harus sering diam (me-neng). Dengan sikap yang demikian itu jiwanya lalu menjadi jernih (be-ning), setelah kejernihan itu tercapai maka ia menempatkan soal-soal yang 40
. Drs.Soetrisman, Drs.Yudiono.Ks.Su,Drs.H.Djawahir Muhammad,Dewan Kesenian Jateng,2003.Cet.I.hlm.36-37
65
ada dalam jiwanya itu pada tempat yang sewajarnya (demunung) dengan cara demikian itu maka ia dapat menguasai jiwanya sendiri (me-nang).41 Sunan Bonang bersama Sunan Kalijaga dan lain-lain jelas bertanggung jawab bagi perubahan arah estetika gamelan. Musik yang semula bercorak Hindu kini ditabuh berdasarkan wawasan estetik sufi. Tidak mengherankan gamelan Jawa menjadi sangat kontempelatif dan meditatif berbeda dengan gamelan Bali yang merupakan warisan musik Hindu.
42
Sunan Bonang menjadi kreator gamelan Jawa seperti
sekarang dengan menambah instrumen bonang. Sunan Bonang menciptakan aturan-aturan serta kaidah keilmuan dan memperbaiki serba serbi gamelan, lagu dan nyanyian. Sebagai musikus dan komponis terkemuka Sunan Bonang menciptakan beberapa komposisi (gendhing) diantaranya tembang Tombo Ati dan Gendhing Dhurma. Di masa hidupnya, Sunan Bonang menyanyikan tombo ati untuk menarik warga masyarakat agar memeluk Islam. Saat berdendang pria yang di duga berusia 60 tahun itu menabuh gamelan dari kuningan yang di buat oleh sejumlah warga desa Bonang, Jawa
41
. Drs.H.Efendy Zarkasi, Unsur-Unsur Islam Dalam Pewayangan, Yayasan Hardikintoko , Solo, Cet II hlm, 119 42 . Drs. Abdul Hadi.WM.Op.Cit, Sunan Bonang dan Peranan Sufistinya
66
Timur. Nama desa inilah yang kemudian melekat pada gelar Sunan Bonang.43 Kata Dhurma dalam gendhing dhurma berasal dari : dur + ma = Mundur saka M-5 atau maksiat yang lima, hal ini relevan dengan ajaran Islam yang melarang (a). Madon = berzina; pelanggaran dalam hal ini sangat mengacaukan kehidupan masyarakat. (b). Minum = minuman keras, akibatnya merusak keselamatan lahir-batin dan keturunan dan masyarakat dan rumah tanga. (c). Madat = menghisab obat yang memabukkan, membuat orang tidak ingat. (d). Main = berjudi, mengadu untung. (e). Maling (mencuri) = termasuk menggelapkan, korupsi, menipu, memeras, akibatnya merugikan masyarakat. Menjauhi M-5 itu adalah jalan pokok untuk menuju kemenangan arti luas (baboning kemengan =Bonang). Di situlah letak kemenangan di dunia dan di akhirat, kemenangan terhadap segala sesuatu yang jahat agar dapat beribadat dengan tenang dan teratur.44 Dalam gendhing dhurma mengandung pesan hendaknya kita jangan terlalu banyak makan dan tidur, agar kita dapat mengurangi nafsu yang menyala-menyala. Dalam hidup, kita tentram dan akhirnya apa yang kita cita-citakan terlaksana. Kita harus percaya bahwa hidup kita sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan yang maha kuasa.
43
. HM. Ikhwanudi, MengIslamkan Penduduk Tuban Lewat Suara Bonang, Bandar Lampung, Minggu, 31 Oktober 2004. http:// Lampung postcom/berita.php?id=2004103106510011. 44 .Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, Cakrawala, tangerang, Cet I,2003.hlm.90
67
Kebenaran, kesalahan, keburukan, kebaikan dan keberuntungan berasal dari perilaku kita sendiri oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan waspada terhadap semua yang kita lakukan serta jauhilah segala perbuatan yang berbahaya.45 Dalam pentas pewayangan Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandhawa-Kurawa di tafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan isbat (peneguhan).46 3.4.5 Media Sastra Karya Sunan Bonang, puisi dan prosa, cukup banyak. Diantaranya sebagai mana di sebut B. Schrieke (1913) Pigeaud (1967), Drewes (1954-1968 dan 1978) ialah Suluk Wijil, Suluk Khalifah, Suluk Regok, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Ing Aewuh, Suluk Pipiringan, Suluk Jebeng, Suluk Kaderesan dan lain-lain.47 Kisah Wujil, bekas aktor dan pelawak di istana Majapahit, setelah 10 tahun berguru kepada Sunan Bonang, dan mempelajari agama serta sastra Arab secara mendalam dia akhirnya jemu dan merasa sia-sia, jiwanya merasa kerontang dan gelisah, hatinya menjerit dan kebingungan dan dia menghadap Sunan Bonang Tidak tega melihat penderitaan batin muridnya, Sunan Bonang dengan terpaksa mengajarkan tasawuf khususnya jalan mengenal 45
. Ibid. hlm.91 . www.Pesantren Net.Op.Cit 47 . Dr. Abdul Hadi.W.M. Op.Cit 46
68
hakekat dari yang merupakan sumber kebahagian.48 Syekh Maulana Makdum Ibrahim memberi nasehat: Dan kerep nggulang ngelmi Ngguru para ulama Lawan den kerep tatakon Mintu waraning sujana Den bisa anoraga Away kuminter kumingsun Nadyan milih wusa bisa Terjemahan: Rajin-rajinlah engkau mempelajari ilmu Berguru kepada para ulama Dan bertanyalah sebanyak mungkin Dalam hal minta ajaran para budiman dan disertai pula dengan sopan santun sekali-kali jangan sok pinter atau merasa diri paling hebat Meskipun engkau lebih mengetahui masalah
Dalam Suluk Khalifah; Sunan Bonang menceritakan anekdot para wali di Jawa, pengalaman mereka mengajar Islam kepada orang Hindu dan perjalanannya selama belajar di Pasai.49beliau berwasiat: Lamun ono wong alim ningali Maring wongkang bodoh Ingkang ngelampahi dosa gede Munten padha mboten purun angling Dosane wong puniki dadi nanggung melu Terjemahan : Apabila ada orang alim melihat Kepada orang bodoh Yang melakukan dosa besar Lalu ia tidak mau berkata atau bertindak mencegah perbuatan orang bodoh itu akan turut pula menanggungnya
48
. Abdul Hadi,Suluk,Warisan Kreativitas Para Wali,Edisi Khusus Lebaran, Gatra.Nomor 05-06,13 Desember 2001 http://www.gatra.com/artikel-php?pd=23&id=13522 49 . Dr. Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali
69
Suluk Bentur di tulis dalam tembang Wirangrong. Bentur artinya lengkap atau sempurna. Dalam suluk ini Sunan Bonang menggambarkan jalan yang di tempuh para sufi sehingga mencapai kesadaran tertinggi, yaitu makrifat dan persatuan mistikal (fana dan baqa’).50 Di paparkan sebagai berikut : Sarengat lakuning badan Tarekat lakuning ati Hakikat lakuning nyawa Makripat ing akuneki Ing rasa dan pakeling Kawruhana lakunipun Nanging aja utilar Ing sarengat laku neki Yen tlara nora kuwat badanira Terjemahan : Yang di sebut syar'i’at adalah laku jasmaniah Tarekat itu laku batiniah Hakikat itu laku rohaniah Sedangkan makripat adalah laku rasa Ingat-ingatlah dengan baik Dan ketahuilah pula mengenai lakunya masing-masing Jika engkau tak mampu melaksanakan yang lain-lain baiklah Akan tetapi syar'i’at atau Laku jasmaniah itu sama sekali tidak boleh engkau tinggalkan Apabila syar'i’at engkau tinggalkan, ragamu tidak akan kuat Dalam Suluk Kaderesan Sunan Bonang menulis : Kandel kumandel marang Hyang widhi Teteg teguh ing tyas tan anedya Kira-kira samitane Muga nedya rahayu Kira-kira away na prapti Aja gang pasrah ing Hyang sukma Ineb-inebeng pintu kuthonireki Tetep madhep ing sukma
50
. Ibid
70
Terjemahan : Berserah diri sepenuhnya kepada lindungan ilahi Disertai hati yang kukuh sentosa serta mantap dan tidak ada niat Atau berpikir kira-kira kepada Allah Itulah yang dijadikan pegangan Dalam segala perbuatan harus disertai iktikad yang baik Dan jagalah hatimu agar terbebas dari perasaan ragu-ragu Dan janganlah putus-putusnya engkau menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan berserah diri kepada ilahi merupakan bentengnya sedangkan pintu bentengnya adalah menghadapkan jiwa raga kepada-Nya Dalam Suluk Ing Aewuh Sunan Bonang Menyatakan agar kita memperkuat diri dengan ikhtiar dan amal dan dalam sikap hendaknya tidak mementingkan dunia serta jangan sampai kita menyekutukan Allah.51 Suluk Regol di tulis dalam pupuh Asmaradana; regol artinya gapura. Dalam suluk ini peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia di umpamakan sebagai pertunjukan wayang kulit, yang di lihat dari berbagai sudut. Ada yang melihat sebagai permainan yang di lakukan Ki Dalang namun menganggap antar permainan dan yang memainkan terpisah. Ada yang melihat antara Ki Dalang dan Lakon yang di mainkan tidak terpisah, bahkan melihat bahwa Ki Dalang benar-benar hadir dalam lakon yang dimainkannya. Yang lain lagi melihat bahwa pertunjukan wayang sebenarnya mencerminkan dan mengisyaratkan keberadaan dalang.52
51 52
. Ibid Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Warisan Kreativitas Para Wali
71
Telah di kemukakan bahwa gagasan utama suluk-suluk sunan bonang ialah cinta. Menurut para sufi, cinta merupakan asal penciptaan dan apa yang berasal dari cinta itu baik. Para sufi mengambil gagasan ini dari hadis qudsi, “Aku perbendaharaan tersembunyi (Kanz Makhfiy). Aku Cinta (ahbabtu) untuk dikenal maka Aku mencipta dan karena itu di kenal. ”Para sufi juga merujuk kepada kalimat Bismillahirrahmanirrahim. Dalam kalimat ini ada dua jenis cinta, yaitu al-rahman (pengasih) dan al-rahim (penyayang). Rahman adalah cinta yang esensial (Dzatiyah) sebab dilimpahkan kepada semua ciptaannya, tak peduli orang Melayu, Cina, Jawa, Inggris, Afghanistan, atau Libya. Sedangkan rahim merupakan cinta wujud, artinya wajib diberikan kepada orang-orang tertentu yang sangat oleh-Nya.53 3.4. Ajaran Syekh Maulana Makdum Ibrahim Ajaran Sunan Bonang sangat representatif untuk mencerminkan ajaran Walisongo yang lain. Sikap ini di topang oleh alasan bahwa Sunan Bonang secara resmi paling bekompeten diantara Walisongo untuk memberikan wejangan keilmuan dan keagamaan. Wejangan Sunan Bonang yang merupakan penggambaran ajarannya, masih tersimpan di museum Leiden dengan title Het Book Van Bonang. Dari dokumen itu telah dilakukan kajian oleh beberapa ilmuwan, misalnya disertasi Dr. BJO. Schrieke tahun 1916, Leiden, selanjutnya di namakan Primbon I, dan Thesis Dr.JGH. Gunning tahun 1881, Leiden, dinamakan primbon II. Thesis
53
. Widji Saksono, Op.Cit, hlm.96
72
lain yang menggunakan bahan dari dua literature itu adalah Dr. DA Rinkers tahun 1910, berjudul De Heidigen Van Java, Leiden, kemudian Dr. H. Kraemer tahun 1921 berjudul Een Javansche Primbon Uit De Zestiende Eeuwe, Leiden dan Dr. Pj Zoet Mulder Sj tahun 1935 berjudul Pantheisme En Monisme In De Javansche Soeloek Literature, Leiden.54 Adapun kitab yang di perkirakan sebagai sumber ajaran Sunan Bonang adalah: Ihya’ulumuddin dari Al-Ghazali, Tahmid (fi bayanit tawhid wa hidayati li kuli mustarasyid wa rasjid) dari Abu Syakur Bin Syu’aib Al-Kasi Al Hanafi As-Salimi yang hidup akhir abad ke 5 H. Talkhis Al-Minhaj dari Nawawi yang mungkin telah di ikhtisarkan dalam kitab Ad-Daqo’iq. Lalu Quth al Qulub dari Abu Thalib Al-Makki atau Al-Risalah Al-Makiyyah Fi Thariq Al-Sada Al-Sufiyyah dari Afifuddin At-Tamimi. Pikantaki atau AlAnthaki dan tentang Al-Anthaki ini ada beberapa kemungkinan, yaitu Abu Hamid Al-Anthaki penyair dari Dawlah Fathimiyyah Zaman Al-Mu’iz Li Dinillah (341-365 H) dan Al-Azis Billah (365-386 H) atau Daud Al- Anthaki, wafat 1596 yang menulis tentang cinta dalam Kitab Tazyinul Asyiwaq Bi Fashil Asywaq Al-Usysyaq atau juga Abu Nu’aim Ahmad Ibn Abdullah AlIsfahani pengarang Hilyatul Auliya’ yang digelari Ahmad Ibn Ashim AlAnthaki. Juga tulisan dari Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu arabi Ibrahim AlIraqi dan Syekh Abdul Qodir Jaelani.55
54 55
. Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit, hlm.96 . Prof. Dr. Hasanu Simon, Op.Cit hlm,98
73
Ajaran yang paling sempurna dan lengkap melingkupi fiqh, tauhid dan tasawuf di rangkum dalam dua kitab bunga rampai primbon Sunan Bonang dari teks Schrieke dan Gunning dan dalam primbon tersebut selalu diawali basmalah, diikuti oleh hamdalah kemudian shalawat atas rasul. Isi primbon adalah ushul suluk (meliputi; Ushuludin, Tauhid dan Tasawuf) menurut ajaran–ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab sunni Ihya’ dan Tamhid, dan primbon itu mengajak siding pembacanya kepada tauhid sembari mencegah diri dari perbuatan musyrik.56 Dalam Tauhid dijelaskan bahwa adanya bumi itu menunjukan adanya Allah. Tuhan sebagai dzat yang tiada memerlukan waktu dan tempat. Dia tidak di luar atau di dalam tetapi keberadaannya dapat dirasakan dalam alam . Ia adalah transenden dan imanen. Tuhan dalam ajaran Sunan Bonang adalah Tuhan yang bersifat sebagaimana dalam Al-Qur’an.57 Dalam hal fiqh (syari’at) di berikan nasehat agar orang tidak melalaikan ketentuan yang telah di turunkan Allah lewat Rasul-Nya. Para penganut Islam harus menjalankan misalnya, shalat, berpuasa dan membayar zakat. Dan lebih dari pada itu manusia harus memperhatikan lima hukum syari’at dengan baik yakni wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Di uraikan pula dalam kitab itu tentang ni’at yang baik, tertib mendirikan shalat dan mencari ilmu. Dan seluruh ajaran tasawuf Sunan Bonang sebagai ajaran sufi yang lain, berkenaan dengan metode intuitif atau jalan cinta (isyq), cinta menurut 56 57
. Widji Saksono. Op.Cit, hlm. 161 . Drs. H. Ridin sofyan, et.all, Op.Cit, hlm, 79
74
Sunan Bonang ialah kecenderungan yang kuat kepada yang satu, yaitu yang maha indah. Dalam pengertian ini seseorang yang mencitai tidak memberi tempat pada yang selain Dia. Ini terkandung dalam kalimah syahadah la ilaha illallah. Lalu dari cinta seperti itu ialah pengenalan yang mendalam (makrifat) tentang yang satu dan perasaan haqqul yaqin (pasti) tentang kebenaran dan keberadaannya. Apabila sudah demikian, maka kita dengan segala gerak gerik hati dan perbuatan kita akan senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan olehNya.58 Menurut Sunan Bonang ada tiga musuh utama manusia, yakni : dunia, hawa nafsu dan setan. Musuh-musuh itu harus di lawan oleh manusia dengan usaha yang sungguh-sungguh (mujahadah). Diajarkan dalam tasawufnya agar sedikit bicara, janganlah banyak tertawa, bersikap rendah hati, tidak mementingkan diri sendiri, sabar, tidak putus asa, tidak gila dunia. Menarik dari keramaian yang tidak berguna serta berperasaan syukur atas karunia Allah terhadapnya. Orang harus menjauhi tanda-tanda buruk pada manusia seperti dengki, sombong, pamer, gila hormat dan serakah.59 Sunan Bonang menguraikan ajaran-ajarannya dengan menitik beratkan kepada ushul suluk menurut garis pikiran Al-Ghazali dan Abu Syakur AsSalimi. Jadi ushul suluk merupakan suatu gabungan uraian ushuluddin dan tasawuf atau tauhid mistik dalam batas Ahlussunah Wal Jama’ah.
58
. Abdul Hadi W.M, Op.Cit, Sunan Bonang dan Pemikiran Sufistiknya
59
. Drs. H. Ridin sofyan, Drs. H. Wasit, Drs. H. Mundiri, Op.Cit, hlm, 79