II Tinjauan Pustaka BAB
32
BAB III
DASAR TEORI
3.1
Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral merupakan parameter dari perencanaan bidang
teknik pondasi. Untuk dinding penahan kesemuanya memerlukan perkiraan tekanan lateral secara kuantitatif pada pelaksanaan konstruksinya, baik untuk analisa perencanaan maupun untuk analisa stabilitas. Menurut Hary Christady
Hardiyatmo tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat
dorongan tanah di belakang struktur penahan tanah, dan besarnya tekanan tanah lateral sangat dipengaruhi oleh perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan sifat-sifat tanahnya. Perhitungan tekanan tanah lateral dapat menggunakan 2 teori yaitu berdasarkan teori Rankine dan teori Coulomb, kedua teori tersebut memiliki perbedaan menurut Hary Christady Hardiyatmo yaitu sebagai berikut: A. Menurut teori Rankine (1857) dalam analisis tekanan tanah lateral dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen tanah dalam kondisi tepat akan runtuh. Tanah urug tidak berkohesi (c = 0) Gesekan antara diding dan tanah urug diabaikan atau permukaan dinding dianggap licin sempurna (δ = 0) B. Menurut teori Coulomb (1776) dalam analisis tekanan tanah lateral dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: Tanah adalah bahan isotropis dan homogeny yang mempunyai sudut gesek dan kohesi Bidang longsor dan permukaan tanah urug adalah rata. Gaya gesek didistribusikan secara sama di sepanjang bidang longsor dan koefisien gesek f = tg Φ Tanah yang longsor berbentuk baji, dan merupakan satu kesatuan. Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
33
Terdapat gesekan antara dinding penahan dan tanah urug. Tanah yang
longsor bergerak turun disepanjang dinding belakang mengembangkan
gesekan.
Keruntuhan dinding penahan tanah dianggap masalah dua dimensi dengan memperhatikan dinding penahan tanah yang panjangnya tak terhingga.
Dari kedua perbedaan teori mengenai perhitungan tekanan tanah lateral tersebut, pada bagian ini hanya akan menjelaskan perhitungan tekanan tanah
lateral berdasarkan teori dari Rankine.
3.1.1
Tekanan tanah lateral pada Tanah Tak Kohesif (a) Permukaaan tanah urug horizontal Tanah tak kohesif adalah tanah dengan nilai (c = 0) seperti pasir, kerikil.
Bila permukaan tanah urug horizontal seperti gambar 3.1, tekanan tanah akif (pa) pada sembarang z dari permukaan tanah urug atau puncak dinding penahan dinyatakan oleh persamaan: pa = Ka z γ
……………………………………….
(3.1)
Dengan: (
)
Tekanan tanah aktif total (Pa) untuk dinding penahan tanah setinggi H dinyatakan oleh persamaan: Pa = 0.5 H2 γ Ka
………………………………………
(3.2)
Dengan titik tangkap gaya pada H/3 dari dasar dinding penahan.
z
z=H
Pa = 0.5 H2 γ Ka Ka z γ
H/3
Ka H γ
Gambar 3.1 Diagram tekanan untuk permukaan tanah urug horizontal
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
34
(b) Permukaaan tanah urug miring
Ditinjau untuk kasus tanah urug tidak berkohesi (c = 0) yang permukaan
miring di belakang dinding penahah tanah, dengan permukaan dinding belakang licin seperti Gambar 3.2 berikut:
β
z
z=H β
H/3
Gambar 3.2 Diagram tekanan untuk permukaan tanah urug miring
Tegangan lateral bekerja pada bidang vertikal dari elemen tanah (bidang yang pararel dengan bagian permukaan dinding belakang) akan sejajar dengan permukaan tanah urug. Jadi pada bidang-bidang ini, kecuali bekerja tegangan normal juga tegangan geser. Dengan demikian, kedua bidang ini bukan lagi bidang-bidang utama seperti pada kasus permukaan tanah urug horizontal. Tekanan tanah pada dinding dengan permukaan tanah urug miring dapat ditentukan dengan pertolongan lingkaran Mohr atau dengan memperhatikan keseimbangan tanah yang akan longsor. Ditinjau suatu elemen tanah dibelakang dinding penahan tanah dengan bagian dinding belakang vertical, licin dan permukaan tanah urug miring sebesar β. Lingkaran mohr saat elemen tanah pada kedudukan aktif diperlihatkan seperti gambar 3.3 berikut ini: τ
b
Φ OA = p OC = σ
β
β E
C
β σ
B
Pa β
A
Pa O
β σ3
D
90⁰ β σ
σ
σ1
Gambar 3.3 Lingkaran mohr untuk permukaan tanah urug miring
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
35
Gambar 3.3 memperlihatkan OA = p dan OC = σ, sedang σ1 dan σ3 merupakan titik-titik potong lingkaran Mohr dengan sumbu-x. Bila digambarkan
DB tegak lurus AC, maka
√
√(
)
(
)
Bila σ1 dan σ3 berturut-turut adalah tegangan utama mayor dan tegangan utama minor pada elemen tanah, untuk tanah tak berkohesi dapat diperoleh: ………………………………
(3.3)
Karena (σ1 – σ3) = (σ1 + σ3) sin Φ, dari persamaan (3.3), dapat diperoleh: ………………
(3.4)
√
………
(3.5)
√
………..
(3.6)
√ Tegangan σ
= OB + BC =
Tegangan p
= OB – AB =
Dengan membagi persamaan (3.5) dengan (3.6), diperoleh √ √ atau √ √
…………
(3.7)
Rasio K adalah rasio conjugate atau rasio tekanan tanah lateral Rankine. Untuk kasus ini,
p = tekanan tanah lateral = pa Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
36
Substitusikan ke persamaan (3.7), diperoleh: √
…………………………
(3.8a)
……………………..……..…………….………...
(3.8b)
√
atau
Dalam persamaan tersebut, √
…………………………………
√
(3.8c)
dengan:
β
= sudut kemiringan permukaan tanah urug terhadap horizontal
Φ
= sudut gesek dalam tanah Sehingga tekanan tanah aktif total (Pa) untuk dinding penahan tanah
setinggi H dinyatakan oleh persamaan:
……………………………………………
(3.9)
Dengan arah garis kerja tekanan yang sejajar permukaan tanah urug dan bekerja pada ketinggian H/3 dari dasar dinding penahan. Tekanan tanah pasif untuk permukaan tanah miring ditentukan dengan cara yang sama. Pada kedudukan pasif, tekanan tanah pasif (pp) pada kedalaman z dari puncak dinding penahan dinyatakan oleh: pp = Kp z γ
……………………………………………….
(3.9a)
Tekanan tanah pasif total (Pp) untuk dinding penahan setinggi H, dinyatakan oleh persamaan: Pp = 0.5 H2 γ Kp
………………………………………
(3.9b)
………………………………
(3.9c)
dengan √ √
Titik tangkap gaya tekanan tanah pasif terletak pada H/3 dari dasar dinding penahan dan arahnya sejajar dengan permukaan tanah urug. Pada persamaan bila tanah urug horizontal (β = 0) (
)
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
37
3.1.2
Tekanan tanah lateral pada Tanah Kohesif Bila tanah urug mempunyai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (Φ), maka
pada kedudukan Rankine, tekanan tanah aktif (pa) dinyatakan oleh persamaan:
pa = γ z tg2 (45⁰ - Φ/2) – 2c tg (45⁰ - Φ/2)
Karena, Ka = tg2 (45⁰ - Φ/2), maka
pa = γ z Ka – 2c √Ka
………………
(3.10)
………………………………
(3.11)
Dalam persamaan tersebut, terlihat bahwa terdapat kemungkinan Pa
negatif, yang berarti ada gaya tarik yang bekerja pada tanah. Pada bagian tanah
yang menderita gaya tarik tersebut, tanah menjadi retak-retak. Retakan bila terisi
oleh air hujan selain mengurangi kohesi juga mengakibatkan tambahan tekanan tanah lateral akibat tekanan hidrostatis. Kedalaman kritis hc yang menyatakan kedalaman tanah yang retak, terjadi saat Pa = 0. Dari persamaan (3.11), dapat diperoleh: √
………………………………………………
(3.12)
Dari memperhatikan persamaan (3.11), di permukaan tanah (z = 0) nilai Pa aka sama dengan: pa = – 2c tg2 (45⁰ - Φ/2) = -2c√Ka
……………………….
(3.13)
Bila tanah pada kedudukan pasif, pp = γz Kp + 2c √Kp ……………………………………….
(3.14a)
Dipermukaan tanah, pp = 2c √Kp
………………………………………………
(3.14b)
Besarnya gaya-gaya tekanan tanah aktif dan pasif pada dinding penahan tanah dengan tanah urug yang kohesif, dinyatakan oleh persamaan-persamaan sebagai berikut: a. Tekanan tanah aktif total: Pa = 0.5 γH2 Ka – 2cH √Ka
……………………….
(3.15)
……………………….
(3.16)
b. Tekanan tanah pasif total: Pa = 0.5 γH2 Ka + 2cH √Ka dengan: Pa
= tekanan tanah aktif total
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
38
Pp
= tekanan tanah pasif total
H γ
= tinggi dinding penahan tanah
c
= berat volume tanah urug = kohesi tanah urug
Diagram tekanan tanah aktif dan pasif untuk tanah kohesif ditunjukan dalam gambar 3.4 dan gambar 3.5 berikut ini:
Bagian tarik diabaikan
Aktif
hc = 2c/(γ√Ka)
H
Tanah: c, Φ
Pa = 0.5 H2 γ Ka - 2cH √Ka
(H - hc)/3
H γ Ka – 2c√Ka Gambar 3.4 Diagram tekanan tanah aktif
Pasif
Tanah: c, Φ
z=H
Pp1 = 2cH √Kp
Pp2 = 0.5 H2 γ Kp
H/2 H/3 2c√Kp H γ Kp Gambar 3.5 Diagram tekanan tanah pasif
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
39
3.2
Faktor Keamanan Didalam melakukan perencanaan penanganan longsor khususnya yang
menggunakan dinding penahan tanah, bronjong, dll terdapat beberapa factor keamanan yang harus di cek yaitu faktor keamanan terhadap stabilitas guling,
faktor keamanan terhadap stabilitas geser, faktor terhadap kapasitas dukung. Dan berikut akan dijelaskan beberapa factor keamanan tersebut yang terhadap pada dinding penahan tanah, bronjong, dan pondasi bored pile.
3.2.1
Faktor Keamanan Dinding Penahan Tanah
A. Stabilitas Guling
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana cara perhitungan untuk mengetahui besarnya stabilitas guling khususnya di dinding penahan tanah, berikut pada gambar 3.8 merupakan control terhadap guling berdasarkan asumsi dari Rankine pada dinding kantilever. β
1
H'
Pa = ½ σa H
2
3
4 Pp = ½ σp H
5 C
Gambar 3.4 Kontrol terhadap guling berdasarkan asumsi dari Rankine dinding kantilever
Faktor keamanan (FS) terhadap guling ditinjau dari kaki (titik C pada gambar 3.4) ………………………………………
(3.11)
Dimana: ΣMo
= Jumlah momen dari gaya-gaya yang menyebabkan momen pada titik C
ΣMR
= Jumlah momen yang menahan guling terhadap titik C
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
40
Momen yang menghasilkan guling: ( )
Ph = Pa cos β
………………………………………
(3.12)
……………………………………...
(3.13)
Dimana:
Ph
= tekanan tanah aktif arah horizontal
β
= kemiringan tanah
Momen yang menahan guling (ΣMR):
Dalam pencarian nilai momen yang menahan guling (ΣMR) dan jumlah
gaya-gaya vertikal (ΣV) dapat dicari berdasarkan perhitungan pada tabel 3.1
tentang perhitungan ΣMR dan ΣV berikut ini: Tabel 3.1 Perhitungan ΣMR Dan ΣV
Catatan: γ1
= berat volume timbunan
γc
= berat volume beton
Faktor Keamanan: ………………………………………………
(3.14)
Dimana Faktor keamanan terhadap guling berkisar antara 2 hingga 3. B. Stabilitas Geser Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana cara perhitungan untuk mengetahui besarnya stabilitas geser khususnya di dinding penahan tanah, berikut Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
41
pada gambar 3.5 merupakan kontrol terhadap pergeseran dasar dinding berdasarkan asumsi dari Rankine.
Faktor kemanan terhadap stabilitas geser dapat dinyatakan dengan rumus:
…………………………………..
Dimana:
ΣFR’
= jumlah gaya-gaya yang menahan gaya-gaya horizontal
ΣFd
= jumlah gaya-gaya yang mendorong
(3.15)
Gambar 3.5 Kontrol terhadap pergeseran dasar dinding
Pada banyak kasus, Pp digunakan untuk menghitung faktor keamanan terhadap geser, dimana sudut geser φ2, dan kohesi c2 juga direduksi k1 = k1 = 2/3 ………………………
(3.16)
Keterangan: ΣV
= total berat per unit panjang
Φ
= sudut geser dalam
c
= kohesi tanah
Pp
= tekanan tanah pasif
Pa
= tekanan tanah aktif C. Kapasitas Dukung Dalam melakukan perhitungan kapasitas dukung pada tanah dibagi menjadi
dua kondisi, dimana kapasitas dukung di dalam kondisi tanah lempung dan Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
42
kondisi tanah pasir. Pada bagian berikut akan dijelaskan kapasitas dukung di dalam kedua kondisi tersebut. C.1 Kapasitas Dukung Tanah Lempung
Menurut Skempton (1951) untuk bentuk fondasi yang berupa bujur
sangkar, lingkaran, maupun fondasi memanjang yang terletak pada tanah lempung jenuh, mengusulkan persamaan kapasitas dukung ultimit dengan memperhatikan
factor kedalaman fondasi, sebagai berikut: qu
= cuNc + Dfγ
………………………………
(3.17)
……………………………...
(3.18)
dan kapasitas dukung ultimit neto: qun
= cuNc
Dan didalam mencari factor aman kapasitas dukung pada tanah lempung dapat dicari dengan persamaan berikut: ……………………………………..
(3.19)
……………………………………..
(3.20)
dimana, qu
= Kapasitas dukung ultimit (kN/m2)
qun
= Kapasitas dukung ultimit neto (kN/m2)
Df
= Kedalaman fondasi (m)
γ
= Berat volume tanah (kN/m3)
cu
= Kohesi pada kondisi (kN/m2)
Nc
= Faktor kapasitas dukung
qn
= Tekanan fondasi neto ke tanah dasar (kN/m2)
P
= Beban yang dipikul (kN)
F
= Faktor aman Di dalam mencari faktor kapasitas dukung fondasi Nc, dapat dicari
berdasarkan gambar 3.6 menurut (Skempton, 1951)
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
43
Sumber : Mekanika tanah 2 (Hary Christady Hardiyatmo)
Gambar 3.6 faktor kapasitas dukung fondasi Nc
C.2 Kapasitas Dukung Tanah Pasir Jenis-jenis tanah granular tidak mempunyai kohesi (c = 0), atau mempunyai kohesi yang sangat kecil misalnya pasir. Untuk tanah granuler persamaan kapasitas dukung tanah menurut Hary Christady Hardiyatmo akan menjadi sebagai berikut: a. Untuk fondasi berbentuk memanjang: qu = ρoNq + 0.5 BγNγ
………………………
(3.21)
……………………...
(3.22)
……………………...
(3.23)
b. Untuk fondasi berbentuk bujur sangkar: qu = ρoNq + 0.4 BγNγ c. Untuk fondasi berbentuk lingkaran: qu = ρoNq + 0.3 BγNγ Keterangan: qu
= kapasitas dukung tanah (kN/m2)
ρo
= Df γ
Df
= Kedalaman fondasi (m)
γ
= Berat volume tanah (kN/m3)
B
= lebar atau diameter pondasi (m)
Nq, Nγ = factor-faktor kapasitas dukung Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
44
Didalam buku Hary Christadi mekanika tanah 2 disebutkan bahwa nilainilai perkiraan kapasitas dukung ijin untuk tanah non kohesif atau tanah granuler
diberikan dalam tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Perkiraan nilai kapasitas dukung tanah ijin untuk tanah granuler (non kohesif)
Kapasitas
Macam tanah
dukung ijin (kN/m2)
Keterangan
-
Kerikil padat/pasir bercampur kerikil padat Kerikil kepadatan sedang/pasir berikil kepadatan sedang Kerikil tak padat/pasir berkerikil tak padat Pasir padat Pasir kepadatan sedang Pasir tak padat
>600 200 – 600 < 200
Lebar fondasi B>1 m dan muka air tanah > B dibawah dasar fondasi.
>300 100 -300 < 100
Sumber : Mekanika tanah 2 (Hary Christady Hardiyatmo)
Dari nilai-nilai pada tabel tersebut harus dibagi dua, jika muka air tanah terletak kurang dari B (lebar pondasi) diukur dari dasar fondasi dan lebah fondasi lebih dari 1 m. 3.2.2
Faktor Keamanan Bronjong
A. Stabilitas Guling Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana cara perhitungan untuk mengetahui besarnya stabilitas guling khususnya di bronjong, berikut pada gambar 3.7 merupakan kontrol terhadap guling pada bronjong.
1
H
2
Pa
3 4 5
Pp
6 C Gambar 3.7 Kontrol terhadap guling
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
45
Faktor keamanan (FS) terhadap guling ditinjau dari kaki (titik C pada gambar 3.4) ………………………………………
(3.24)
Dimana:
ΣMo
= Jumlah momen dari gaya-gaya yang menyebabkan momen pada titik C
ΣMR
= Jumlah momen yang menahan guling terhadap titik C
Momen yang menghasilkan guling: ( )
Ph = Pa cos β
………………………………………
(3.25)
……………………………………...
(3.26)
Dimana: Ph
= tekanan tanah aktif arah horizontal
β
= kemiringan tanah
Momen yang menahan guling (ΣMR): Dalam pencarian nilai momen yang menahan guling (ΣMR) dan jumlah gaya-gaya vertikal (ΣV) dapat dicari berdasarkan perhitungan pada tabel 3.3 tentang perhitungan ΣMR dan ΣV berikut ini: Tabel 3.3 Perhitungan ΣMR Dan ΣV
Catatan: γb
= berat volume bronjong
Faktor Keamanan: ………………………………………………
(3.27)
Dimana Faktor keamanan terhadap guling berkisar antara 2 hingga 3.
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
46
B. Stabilitas Geser
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana cara perhitungan untuk
mengetahui besarnya stabilitas geser khususnya di bronjong, dimana untuk faktor kemanan terhadap stabilitas geser dapat dinyatakan dengan rumus:
…………………………………..
Dimana: ΣFR’
= jumlah gaya-gaya yang menahan gaya-gaya horizontal
ΣFd
= jumlah gaya-gaya yang mendorong
(3.28)
Pada banyak kasus, Pp digunakan untuk menghitung faktor keamanan
terhadap geser, dimana sudut geser φ, dan kohesi c juga direduksi k1 = k1 = 2/3 ………………………
(3.29)
Keterangan: ΣV
= total berat per unit panjang
Φ
= sudut geser dalam
c
= kohesi tanah
Pp
= tekanan tanah pasif
Pa
= tekanan tanah aktif C. Kapasitas Dukung Dalam melakukan perhitungan kapasitas dukung pada bronjong bisa
menggunakan rumus sesuai dengan perhitungan kapasitas dukung pada dinding penahan tanah. 3.2.3 Faktor Keamanan Pondasi Bored pile Factor keamanan pada pondasi bored pile adalah factor keamanan terhadap geser dimana untuk perhitungannya sebagai berikut: …………………………………..
(3.30)
Dimana: ΣFR
= jumlah gaya-gaya yang menahan gaya-gaya horizontal
ΣFd
= jumlah gaya-gaya yang mendorong
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
47
3.3
Perhitungan Penulangan Bored pile Dalam upaya perencanaan pondasi bored pile, telah dikembangkan
berbagai cara untuk melakukan perhitungan dengan menggunakan alat bantu, satunya alat bantu tersebut adalah dengan menggunakan grafik dan table salah
perhitungan beton bertulang berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 pada buku Gideon seri beton 4. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah dalam perhitungan penulangan pada pondasi bored pile:
1. Data yang diperlukan : Mu, Pu, Agr, f’c, fy, Φ
Keterangan: Mu
= Momen Ultimate
(kNm)
Agr
= Luas alas pondasi bored pile
(m2)
f’c
= Mutu beton
(Mpa)
fy
= Mutu baja
(Mpa)
Φ
= 0.65
2. Hitung nilai dari: arah sumbuh y (ordinat) = arah sumbu x (absis) =
……………………..
(3.31)
…………………..
(3.32)
Dari kedua nilai tersebut plot ke grafik untuk mendapatkan nilai r 3. Setelah nilai r didapat, kemudian mencari nilai ρ yaitu dengan rumus:
ρ = r. β…………………………………………………….
(3.33)
4. Setelah nilai ρ didapat kemudian mencari nilai As total, sesuai dengan rumus berikur ini: As total = ρ .Agr…………………………………………..
(3.34)
5. Setelah mendapatkan nilai As total, kemudian menentukan luas penampang batang total dalam mm2 dan luas penampang tersebut dicari pada tabel 3.3 berikut dengan memilih diameter dan julah tulangan yang dipakai:
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
48
Tabel 3.3 Luas penampang penulangan total dalam mm2
Sumber : Panduan geoteknik 4
6. Setelah mendapatkan luas penampang batang total dalam mm2, kemudian cek presentasi perbandingannya dengan luas As total agar tidak lebih dari 1% - 4%. 7. Setelah tercapai maka jumlah tulangan dan diameter terpilih. 3.4
Perhitungan Penulangan Pile Cap
Beberapa tahapan untuk perhitungan pile cap diantaranya: A. Menentukan jarak bersih pada pile cap (d) dengan persamaan : d = Tebal pilecap – P – ½ D
………………………
(3.35)
dimana : d = jarak bersih tebal pile cap P = selimut beton D = diameter tulangan yang akan digunakan Syarat: Tebal efektif pile cap pada bagian tepi tidak boleh diambil kurang dari 300 mm B. Menentukan ρ dengan persamaan : ……………………
(3.36)
Dimana: Mx,y = Momen pada pile cap arah x atau arah y Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
49
b
= lebar dari pile cap dalanm arah x atau arah y
d
= jarak bersih tebal pile cap
C. Menentukan z (panjang penyaluran) dengan persamaan:
√(
[
………………
)]
(3.37)
D. Menghitung luasan tulangan total digunakan persamaan:
……………………..
(3.38)
E. Banyaknya tulangan yang akan digunakan :
…………….
(3.39)
Dimana: As = F. Jarak antar tulangan yang digunakan dengan persamaan : …………….
(3.40)
G. Menghitung tahanan dari beton dengan menggunakan persamaan berikut : √
…………………….
(3.41) ΦVn = 0.85 x Vc
…………………….
(3.42)
Bandingkan hasil ΦVn dan Vu, jika ΦVn < Vu maka harus menggunakn tulangan sengkang sedangkan jika ΦVn > Vu maka tidak diperlukan tulangan sengkang karena gaya gesr telah dipikul oleh tulangan utama. 3.5
Pondasi Dalam Didalam perencanaan pondasi dalam terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya yaitu beban lateral maksimum yang bekerja serta defleksi tiang yang terjadi akibat beban lateral. Dan berikut akan dijelaskan halhal tersebut: 3.5.1
Beban Lateral Maksimum (Hu)
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
50
Sebelum mengetahui rumus perhitungan beban lateral maksimum (Hu), berikut pada gambar 3.8 akan ditampilkan pemodelan kantilever untuk tiang
dengan beban lateral.
Sumber : RKP Fondasi dalam
Gambar 3.8 Pemodelan kantilever untuk tiang dengan beban lateral
Perhitungan Beban lateral maximum: ……………………..
(3.43)
…………………….
(3.44)
Dimana: Mu
= Momen maksimum yang bekerja pada tiang
Zf
= 1.5 meter untuk pasir dan lempung keras
Zf
= 3.00 meter untuk lempung lunak dan lanau
3.5.2
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral Terdapat beberapa macam cara untuk menghitung lendutan (defleksi) tiang
akibat beban lateral. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti formula dibawah : -
-
Untuk free head pile ………………………….
(3.45)
…………………………
(3.46)
Untuk fixed head pile
Dimana: Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
51
y = yo = defleksi tiang (m) H e
= beban lateral (kN)
= tinggi dari permukaan tanah sampai titik dikenakan gaya horizontal (m)
zf
= jarak dari permukaan tanah sampai titik virtual fixity (m)
E
= Modulus elastisitas dari pondasi tiang (kN/m2) = 4700 (√fc’)
I
d
= momen inersia dari pondasi tiang (m4) = (1/64).π.d4 = diameter pondasi tiang (m) Dari penjelasan diatas untuk beban dan mekanisme defleksi dapat
ditampilkan seperti pada gambar 3.9 berikut ini:
Gambar 3.9 mekanisme defleksi pada tiang
Cara lain yang sedikit lebih teliti diberikan oleh Broms akan dijelaskan sebagai berikut: A. Tanah Berbutir halus Faktor yang diperlukan untuk mengetahui perilaku defleksi tiang disebut β (flexibility factor), dan dihitung dengan formula:
√
………………………………………
(3.47)
Keterangan: β
= factor kelenturan
B
= dimensi pondasi tiang (m)
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
52
Kh
= Koefisien reaksi tanah
Harga defleksi yo dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
1. Short/Rigid Pile Free head pile dengan harga βL < 1.5 mempunyai defleksi sebesar:
)
(
…………………………………………..…..
(3.48)
Fix head pile dengan harga βL < 0.5 mempunyai defleksi sebesar:
……………………………………………………...
(3.49)
Dimana: y = yo = defleksi tiang (m) H
= beban lateral (kN)
B
= Dimensi pondasi tiang (m)
L
= panjang dari pondasi tiang (m)
Kh
= koefisien reaksi tanah (kN/m3) Menurut Broms, harga Kh (coeffisien of subgrade reaction) dapat diambil = K1
seperti yang dicantumkan berdasarkan tabel 3.5 hubungan antara K1 dengan konsistensi tanah. Tabel 3.5 Hubungan antara K1 dengan konsistensi tanah
Consistensi Undrained cohesion kN/m3 tons/feet3 Range of K1 MN/m3 tons/feet3 Recomended K1 MN/m3 tons/feet3
Stiff
Very stiff
Hard
100-200 1-2
200-400 2-4
>400 >4
18-36 50-100
36-72 100-200
>72 >200
27 75
54 150
>180 >300
2. Long Pile atau Finite Pile Free head pile dengan harga βL > 2.5 mempunyai defleksi sebesar: …………………………………..
(3.50)
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
53
Fixed head pile dengan harga βL > 1.5 mempunyai defleksi sebesar: …………………………………..
(3.51)
Dimana K∞ adalah modulus of subgrade untuk long pile, K∞ dihitung
berdasarkan rumus di bawah ini:
………………………………….
(3.52)
Dimana Ko adalah koefisien reaksi tanah dan α adalah suatu koefisien yang
besarnya berdasarkan rumus di bawah ini:
………
√
(3.53)
α untuk keperluan praktis dapat dicari berdasarkan rumus: α = η1 . η2 , dimana untuk harga η1 dan η2 didapat dari tabel 3.6 dan tabel 3.7 berikut: Tabel 3.6 harga koefisien η1 menurut Broms
Shearing Strength
Koefisien η1
(kN/m2)
(ton/ft2)
< 27
< 0.25
0.32
27 – 107
0.25 – 1
0.36
> 107
>1
0.40
Tabel 3.7 harga koefisien η2 menurut Broms
Material Forming Pile
Koefisien η2
Steel
1.00
Concrete
1.15
Wood
1.30
B. Tanah Berbutir Kasar (Cohesionless Soils) Untuk tanah berbutir kasar kekakuan/tipe tiang dilihat dari besaran harga η dari Broms sebagai berikut:
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
54
√
………………………………….
(3.54)
Dimana ηh adalah koefisien tanah dari Reese, bisa dilihat dari tabel 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8 Koefisien tanah dari Reese
Relative Density Loose Medium Dense Dense ηh for dry or moist soil (Terzaghi) kN/m3 2.5 7.5 20 3 tons/feet 7 21 56 ηh for submerged soil (Terzaghi) MN/m3 1.4 5 12 tons/feet3 4 14 34 ηh for submerged soil (Reese et al) MN/m3 5.3 16.3 34 tons/feet3 15 46 96 Harga defleksi yo dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini: 1. Short/Rigid Pile Free head pile dengan harga ηL < 2 mempunyai defleksi sebesar: (
)
………………………………………………
(3.55)
Fix head pile dengan harga βL < 2 mempunyai defleksi sebesar: ……………………………………………………...
(3.56)
2. Long Pile atau Finite Pile Free head pile dengan harga ηL > 4 mempunyai defleksi sebesar: …………………………………...
(3.57)
Fixed head pile dengan harga ηL > 4 mempunyai defleksi sebesar: …………………………………..
(3.58)
Dimana : y = yo = defleksi tiang (m) Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat
II Tinjauan Pustaka BAB
55
H = beban lateral (kN) E = modulus elastisitas dari pondasi tiang (kN/m2)
I = momen inersia dari penampang pondasi tiang (m4) ηh = koefisien tanah dari Reese
Perencanaan Penanganan Kelongsoran dengan Pondasi Bored pile Pada Lereng Jalan Sumedang-Cijelag KM 62+300 Provinsi jawa Barat