48
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1 Analisis Masalah Perkembangan teknologi komputer yang terus berkemrbang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, tak luput dalam dunia pertanian. Pengaplikasian sistem pakar dalam website merupakan salah satu wujud dari perkembangan teknologi tersebut. Pengetahuan dasar tentang hama dan penyakit yang sering menjangkit pada tanaman cabai sangatlah penting dipahami agar tidak terjadi keterlambatan ataupun kesalahan dalam mendiagnosa. Untuk mendiagnosa suatu hama dan penyakit pada tanaman perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Oleh karena itu maka melalui sistem ini diharapkan menjadi pilihan alternatif konsultasi serta informasi, baik bagi para petani cabai maupun bagi dinas terkait mengenai hama dan penyakit yang sering menjangkit tanaman cabainya dan masalah yang dianalisis adalah tentang berbagai hama dan penyakit yang sering menjangkit beserta gejala atau penyebabnya serta penanganan terhadap hama dan penyakit tersebut. Dalam tugas akhir ini, dibangun sebuah sistem pakar yang dapat mendiagnosis dan memberikan hasil dari gejala-gejala yang ada. Nilai kemungkinan tersebut diperoleh dengan menggunakan suatu metode yang dinamakan Certainty Factor. 3.2 Gambaran Umum Aplikasi dapat diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Aplikasi yang dirancang sebagai perangkat lunak ini disebut aplikasi diagnosa awal dengan metode certainty factor, bertujuan untuk membantu user untuk memprediksi kemungkinan adanya hama dan penyakit pada tanaman melalui penalaran atas gejala-gejala, pencegahan penyakit 48
49
tersebut dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan hasil prediksi diagnosa tersebut. Sedangkan metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai persentase dari gejala pada aplikasi ini dalam melakukan proses diagnosa menggunakan nilai kepastian (Certainty Factor). Aplikasi untuk diagnosa hama dan penyakit ini bekerja dengan mengadaptasi pengetahuan serta didukung dengan literatur-literatur yang berkaitan dengan hama dan penyakit, baik dari buku-buku maupun dari internet. Setelah mengamati dan mencari informasi dari pengguna, diketahui bahwa jenis hama dan penyakit cukup banyak dan gejala yang menyertainya sangat kompleks dan beberapa penyakit memiliki gejala yang hampir sama. 3.2.1 Identifikasi Input Proses mengidentifikasi input, yang diperlukan melakukan pengumpulan data, informasi dan fakta yang mendukung dalam pembuatan perangkat lunak ini untuk memecahkan masalah dan selanjutnya akan diproses oleh aplikasi tersebut. Aplikasi akan mengajukan pertanyaan berupa gejala-gejala yang ditampilkan pada layar monitor dimana user akan diminta menjawab dengan cara memilih gejala-gejala pada tanaman berdasarkan kondisi tanaman tersebut. Pertanyaan ini merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan informasi suatu masalah yang akan dipecahkan. 3.2.2 Identifikasi Output Setelah user menjawab pertanyaan yang diajukan, aplikasi akan memberi kesimpulan yaitu hasil akhir berupa identifikasi kemungkinan penyakit. Jika kesimpulan dari pertanyaan benar, maka aplikasi akan memberikan informasi mengenai jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta nilai kepastian dan cara mengatasinya.
50
3.2.3 Identifikasi Aktor Pada aplikasi ini, diidentifikasikan beberapa aktor yaitu user yang merupakan pengguna umum atau orang yang berkaitan seperti petani cabai dan dinas pertanian. Admin (administrator web), Administrator merupakan aktor yang mengelola aplikasi yang memiliki kewenangan merubah data hama atau penyakit, data gejala, dan lain-lain. 3.3 Deskripsi Fungsional Kebutuhan fungsional merupakan jenis kebutuhan yang berisi proses apa saja yang nantinya dapat dilakukan oleh aplikasi, serta berisi informasi apa saja yang harus ada dan dihasilkan oleh aplikasi. Tabel.3.1 Kebutuhan Fungsional ID FR-01 FR-02
FR-03
FR-04 FR-05 FR-06 FR-07 FR-08 FR-09 FR-10
Kebutuhan Dapat menampilkan halaman utama Dapat menampilkan halaman login admin
Dapat menampilkan halaman kelola akun admin Dapat menampilkan halaman dashboard Dapat menampilkan halaman penyakit Dapat menampilkan halaman gejala Dapat menampilkan halaman relasi Dapat menampilkan halaman user Dapat menampilkan halaman register user Dapat menampilkan halaman login user
FR-11
Dapat menampilkan halaman diagnosa
FR-12
Dapat menampilkan halaman cara penggunaan Dapat menampilkan halaman forum Dapat menampilkan data profil
FR-13 FR-14
Penjelasan Halaman ini merupakan halaman awal aplikasi. Halaman ini merupakan halaman awal untuk admin/administrator untuk mengelola aplikasi. Pada halaman ini terdapat 2 input yaitu username dan password dan 1 button untuk login. Halaman ini memiliki merupakan halaman untuk mengupdate akun admin, pada halaman ini terdapat menu pilihan dashboard, penyakit, gejala, relasi dan user. Halaman ini merupakan halaman utama untuk kelola akun admin. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus penyakit. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus gejala. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus relasi dari gejala dan penyakit. Halaman ini merupakan halaman untuk menambah, mengedit dan menghapus user. Halaman ini merupakan halaman untuk mendaftar sebelum melakukan diagnosa. Halaman ini merupakan halaman awal untuk user untuk menjalankan aplikasi. Pada halaman ini terdapat 2 input yaitu username dan password dan 1 button untuk login. Halaman ini merupakan halaman untuk mendiagnosa. Pada halaman ini terdapat 55 checkbox untuk memilih gejala dan 1 button diagnosa. Halaman ini merupakan halaman yang menampilkan cara penggunaan aplikasi diagnosa. Halaman ini merupakan halaman dimana pengguna bisa bertanya tentang aplikasi maupun masalah yang dihadapi. Halaman ini merupakan halaman data profil dari pengguna aplikasi.
51
3.4 Kebutuhan Non Fungsional Kebutuhan non fungsional bertujuan untuk mengetahui sistem seperti apa yang layak untuk diterapkan, perangkat lunak, dan perangkat keras apa saja yang dibutuhkan serta siapa saja pengguna yang menggunakan sistem tersebut. Tabel 3.2 Kebutuhan Non Fungsional ID NFR-01 NFR-02 NFR-03 NFR-04 NFR-05
Deskripsi Sistem memiliki reliability tinggi, yaitu kesalahan diagnosa dibawah 15% Sistem memiliki aspek ergonomy, yaitu tampilan yang user-friendly Sistem memiliki response time yang baik, dengan waktu pengolahan dibawah 10 detik Sistem memiliki security yang kuat, yaitu pengelolaan database hanya bisa diakses oleh administrator Sistem dapat digunakan dimana saja dan kapan saja
3.5 Analisis kebutuhan Perangkat Adapun kebutuhan perangkat keras untuk membuat aplikasi diagnosa hama dan penyakit pada tanaman cabai menggunakan komputer dengan spesifikasi berikut: a) Processor Intel® Pentium 4 3.06 GHz, memori 256 MB. b) Harddisk dengan kapasitas penyimpanan data 80 GB; c) Monitor, Keyboard, dan Mouse sebagai peralatan antar muka. Sedangkan kebutuhan perangkat lunak untuk membuat aplikasi dan simulasi, yaitu: a. Dreamweaver ; b. Notepad++ v4.1.2; c. XAMPP v1.7.3; d. Browser (Google Chrome atau Mozilla Firefox)
52
3.6 Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data-data pengetahuan akan suatu masalah dari pakar. Bahan pengetahuan dapat ditempuh dengan beberapa cara, misalnya mendapatkan dari buku, artikel, jurnal, e-book serta pakar dibidangnya. Data yang digunakan dalam identifikasi Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai ini adalah dari buku dan artikel. Sumber pengetahuan tersebut dijadikan sebagai informasi untuk dipelajari, diolah dan diorganisasikan secara terstruktur menjadi basis pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut harus diperoleh dengan kemampuan untuk mengolah data-data yang tersedia menjadi solusi yang efisiensi, komunikasi yang baik dan kerjasama tim yang baik. Karena semua kemampuan menjadi nilai yang mutlak yang diperlukan bagi pengembang sistem. Untuk mendiagnosa suatu hama penyakit perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Meskipun hanya dari gejala langsung, kita dapat mengambil suatu kesimpulan berupa hama dan penyakit yang timbul. Adapun hama dan penyakit yang dibahas dalam aplikasi ini adalah: 1. Hama ulat tanah atau agrotis sp Gejala : 1. Batang tanaman muda yang baru ditanam menjadi patah; 2. Serangan hebat dapat mengakibatkan tanaman roboh dan mati [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat tanah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain seperti terung, tomat dan kentang. Tanaman yang berasal dari famili sama umumnya memiliki jenis sama atau penyakit yang relatif sama;
53
3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 2. Hama ulat buah atau helicoverpa armigera hubner Gejala : 1. Buah berlubang; 2. Jika buah dibelah akan terdapat ulat di dalamnya; 3. Buah menjadi busuk dan rontok [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat buah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamani tanaman lain dari famili solanaceae; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 3. Hama lalat buah atau bactrocera dorsalis Gejala : 1. Terdapat titik hitam di pangkal buah; 2. Jika buah dibelah, akan terdapat belatung (larva) lalat; 3. Buah menjadi busuk dan rontok [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi lalat buah; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah di tanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat;
54
4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh [2]. 4. Hama ulat Grayak atau Spodoptera sp. Gejala : 1. Daging daun bagian bawah berwarna agak putih, karena habis dimakan ulat; 2. Terdapat lubang tidak beraturan di permukaan buah [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak. Warna perak di permukaan atas mulsa dapat memantulkan sinar ultraviolet yang bisa mengusir hama, terutama yang banyak bersarang di bagian bawah daun cabai [2]. 5. Hama thrips atau thrips tabaci linderman Gejala : 1. Muncul bercak dekat tulang daun berwarna perak dan sering menjalar ke tulang daun, sehingga daun menjadi putih; 2. Daun menjadi keriting dan menggulung ke dalam; 3. Daun terlihat layu dan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung ulat;
55
2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat dan tahan terhadap hama thrips; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak [2]. 6. Hama kutu Daun Persik atau Myzus persicae Gejala : 1. Daun berwarna kekuningan, menjadi keriput, dan terpuntir; 2. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil; 3. Serangan dapat mengakibatkan tanaman menjadi layu dan mati [2].
Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung kutu; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain; 3. Menggunakan bibit yang sehat; 4. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 5. Menggunakan mulsa plastik hitam perak. Pantulan sinar matahari dari mulsa akan menyebabkan kutu tidak berkumpul di bawah daun [2]. 7. Hama nematoda bintil akar atau Meloidogyne sp. Gejala : 1. Munculnya pembengkakan pada akar tanaman yang berbentuk bulat atau panjang dengan ukuran yang beragam; 2. Daun menjadi cepat menguning dan gugur [2].
56
Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung nematoda; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain dari famili solanaceae; 3. Lakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh; 6. Menggunakan mulsa plastik hitam perak [2]. 8. Penyakit Antraknosa Gejala : 1. Benih gagal berkecambah; 2. Bibit yang telah verkecambah bisa rebah; 3. Daun dan batang berwarna cokelat, kemudian mengering dan berwarna cokelat gelap kekeringan; 4. Terdapat bercak cokelat kehitaman pada buah dengan bentuk lingkaran atau memanjang, kemudian membusuk dan kering; 5. Adanya selaput-selaput cendawan berwarna putih di sekitar bercak hitam pada buah atau bagian tanaman lain yang terserang; 6. Jika cuaca kering, cendawan hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Namun jika buah telah dipetik dalam memiliki kelembapan tinggi selama penyimpanan, penyebaran penyakit akan meningkat. Umumnya, penyakit cepat tersebar pada suhu 30 derajat celcius [2]. Pencegahan :
57
1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan penyebab antraknosa; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanami tanaman lain dari famili solanaceae. Hal ini karena tanaman yang berasal dari famili yang sama relatif memiliki jenis penyakit yang sama pula; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain; 4. Melakukan solarisasi tanah, yaitu menutup tanah selama 2-3 minggu dengan plastik transparan setelah proses pencangkulan. Tanah akan terkena sinar matahari secara langsung sehingga diharapkan dapat mematikan spora penyakit yang terdapat pada tanah; 5. Menggunakan bibit yang sehat; 6. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit antraknosa dan berumur genjah. Varietas berumur genjah memiliki masa tumbuh dan panen yang lebih cepat sehingga dapat meminimalisir serangan penyakit; 7. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh di lahan; 8. Menggunakan mulsa plastik hitam perak; 9. Pada musim hujan, jarak tanam cabai diperlebar (menjadi 60-75 cm) untuk mengurangi kelembapan; 10. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 1.
Penyakit bercak daun Gejala :
58
1. Munculnya bercak bulat di bagian tanaman yang diserang. Bagian tengah bercak berwarna abu-abu tua dan cokelat tua, sedangkan bagian tepinya berwarna lebih gelap; 2. Serangan yang hebat mengakibatkan tangkai daun dan buah menjadi kuning bahkan daun dan buah menjadi bolong dan rontok; 3. Pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan akhirnya menjadi kerdil [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan Cercospora; 2. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili solanaceae; 3. Melakukan solarisasi tanah; 4. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit bercak daun dan berumur genjah; 5. Menjaga kebersihan kebun dengan mencabut gulma yang tumbuh di lahan; 6. Menggunakan mulsa plastik hitam perak; 7. Memperlebar jarak tanam saat musim hujan; 8. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 2.
Penyakit Layu Bakteri Gejala : 1. Daun ujung yang lebih muda akan layu; 2. Jika batang dipotong akan mengeluarkan lendir berwarna keabu-abuan; 3. Berkas pembuluh pada batang yang dipotong akan menjadi cokelat; 4. Tanaman yang terserang layu bakteri akan membentuk benang-benang putih halus ketika batangnya dipotong dan direndam dalam gelas yang berisi air jernih. Benang-
59
benang putih tersebut merupakan massa bakteri penyebab penyakit layu. Apabila digerakkan, benang-benang tersebut akan putus [2]. Pencegahan : 1. Tidak menanam cabai dilahan yang telah terinfeksi atau mengandung patogen layu bakteri. Pasalnya, bakteri Pseudomonas solanacearum dapat bertahan selama dua tahun di dalam tanah yang terinfeksi; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang teah ditanami tanaman lain dari famili Solanceae; 3. Melakukan rotasi tanamandengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit layu bakteri dan berumur genjah; 6. Menggunakan mulsa platsik hitam perak; 8. Memperlebar jarak tanam saat musim hujan; 9. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2]. 11. Penyakit Layu fusarium Gejala : 1. Tulang-tualng daun muda menjadi kuning, kemudian menyebar ke daun muda; 2. Tangkai daun terkulai; 3. Jaringan kayu berwarna cokelat, karena cendawan berada di dalam pembuluh kayu; 4. Terjadi pembusukan pada batang. Jika pangkal batang dipotong, akan tampak warna cokelat berbentuk cincin pada berkas pembuluhnya; 5. Akar dengan mengeluarkan bau amoniak;
60
6. Leher batang membusuk kering, kemudian berubah warna menjadi putih ke abu-abuan karena terbentuk masa sporangia; 7. Tanaman menjadi layu bahkan mati [2]. Pencegahan 1. Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan layu fusarium; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamai tanaman lain dari famili Solanaceae; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Melakukan solarisasi tanah; 5. Menggunakan bibit yang sehat; 6. Melakukan pemupukan berimbang. Pemberian pupuk yang berlebih akan mengakibatkan tanaman tumbuh subur dan mudah terserang penyakit; 7. Memperlebar jarak saat musim hujan; 8. Menjaga drainase di tanah yang basah dan pada saat musim hujan [2].
12.
Rebah semai Rebah semai (dumping off) umumnya terjadi pada bibit selama persemaian. Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia Solani Kuhn dan Phytium spp. Miselium pada cendawan Rhizoctonia solani dapat terlihat di atas permukaan tanah pada pagi hari. Bentuk miseliumnya menyerupai sarang laba-laba. Cendawan ini tergolong patogen luar tanah yang menyerang pada suhu rendah dan tanah masam. Bibit yang mati dapat mencapai 100% karena dari gejala yang ditimbulkan menyebabkan kerusakan yang cukup besar dan proses penularan yang cepat sehingga menyebabkan tanaman mati [2].
61
Gejala 1.Hipokotil (bagian batang di bawah keping tembaga atau kotiledon) berwarna pucat, karena adanya infeksi dari tanah; 2. Batang berwarna cokelat dan membusuk; 3. Batang menjadi kecil dan mengerut; 4. Tanaman menjadi rebah dan mati [2]. Pencegahan 1.Tidak menanam cabai di lahan yang telah terinfeksi atau mengandung cendawan layu fusarium; 2. Tidak menanam cabai di lahan yang telah ditanamai tanaman lain dari famili Solanaceae; 3. Melakukan rotasi tanaman dengan komoditas lain yang bukan famili Solanaceae; 4. Menggunakan bibit yang sehat; 5. Menggunakan media persemaian yang bersih yang tidak terinfeksi cendawan rebah; 6. Melakukan pernyiraman secukupnya dan pembukaan sungkup pada pagi dan sore hari; 7. Melakukan perendaman benih selama 4-6 jam menggunakan air hangat yang telah diberi fungisida Previcur N dengan konsentrasi 1,5 ml per liter air dan Derosal 2 gram per liter air [2].
62
13.
Penyakit yang disebabkan virus Penyakit yang disebabkan virus umumnya berupa mosaik (belang) dan diakibatkan
oleh beberapa jenis virus yang menyerang secara bersamaan. Penyakit virus pada cabai yang banyak menyerang adalah virus mosaik mentimun atau Cucumber Mosaic Virus (CMV). Selain CMV, jenis virus lain menyebabkan penyakit pada cabai adalah Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), Tomato Ringspot Virus (TRSP), Curly Top Virus (CTV), dan Potato Virus Yellow (PVT). Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya dibantu oleh serangga vektor, seperti thrips, kutu kebul, dan kutu daun persik. Gulma –seperti Ageratum conyzoides- juga berperan dalam penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus karena dapat dijadikan sebagai inang serangga vektor. Selain itu, penyakit juga mudah ditularkan secara mekanis melalui gosokan atau sentuhan. Jika kita menyentuh bagian tanaman yang terserang, kemudian menyentuh kembali bagian tanaman lain yang sehat, kemungkinan besar penyakit dapat meluas ke bagian tanaman sehat yang telah kita sentuh. Tingkat serangan yang berat daat menyebabkan kehilangan hasil yang mencapai 30-40% [2]. Gejala 1. Tulang-tulang daun tanaman menjadi kuning atau terbentuk jalur berwarna kuning pada tulang daun. Hal ini menyebabkan warna daun menjadi belang antara hijau muda dan hijau tua; 2. Ukuran daun menjadi lebih kecil dan sempit; 3. Jika tanaman terinfeksi saat masih muda, pertumbuhan tanaman akan terhambat dan menjadi kecil; 4. Tanaman yang terserang menghasilkan buah yang berukuran lebih kecil [2]. Pencegahan
63
1. Penyemaian dilakukan dengan menyungkup tempat semaian menggunakan kain kasa atau plastik yang telah dilubangi; 2. Jika pembibitan disimpan di atas rak, tinggi rak diatur sekitar 1 meter [2].
3.7
Representasi Pengetahuan Tabel keputusan digunakan sebagai acuan dalam membuat pohon keputusan dan
kaidah yang digunakan. Berdasarkan analisa masalah penyakit dan gejala di atas, maka tabel keputusan pada sistem pakar diagnosa hama dan penyakit pada tanaman cabai dapat dilihat pada tabel berikut.
64
a.
Kode G001 G002 G003 G004 G005 G006 G007 G008 G009 G010 G011 G012 G013 G014 G015 G016 G017 G018 G019 G020 G021 G022 G023 G024 G025 G026 G027 G028 G029 G030 G031 G032 G033 G034
Tabel keputusan
P001 X X
P002
X X X
P003
P004
P005
P006
P007
x x x x x
X
x
P008
X X X X X
X X
X x x X X X X X x X X X X
Tabel 3.3 Tabel Keputusan
65
Keterangan Penyakit: P001 : Ulat tanah P002 : Ulat buah P003 : Lalat buah P004 : Ulat grayak P005 : Thrips P006 : Kutu daun persik P007 : Nematoda bintil akar P008 : Antraknosa P009 : Bercak daun P010 : Layu Bakteri P011 : Layu fusarium P012 : Rebah semai P013 : Penyakit yang disebabkan oleh virus Keterangan Gejala: G001 : Batang tanaman muda patah G002 : Roboh G003 : Buah berlubang G004 : Ada ulat didalamnya G005 : Busuk G006 : Titik hitam di pangkal buah G007 : Ada belatung lalat G008 : Daging daun bagian bawah berwarna putih G009 : Lubang tidak beraturan di permukaan buah G010 : Muncul bercak berwarna perak G011 : Daun berwarna putih G012 : Daun menjadi keriting G013 : Daun menggulung kedalam G014 : Daun layu G015 : Tanaman menjadi kerdil G016 : Daun menguning
66
G017 : Daun keriput dan terpuntir G018 : Tanaman layu G019 : Muncul pembengkakakan akar G020 : Daun gugur G021 : Benih gagal berkecambah G022 : Bibit yang berkecambah rebah G023 : Daun berwarna cokelat G024 : Batang berwarna cokelat G025 : Daun mengering G026 : Batang mengering G027 : Bercak cokelat kehitaman pada buah berbentuk lingkaran atau memanjang G028 : Buah membusuk dan kering G029 : Selaput-selaput cendawan berwarna putih G030 : Cendawan membentuk bercak kecil G031 : Bercak bulat di bagian terserang, berwarna abu-abu dan cokelat tua G032 : Tangkai daun kuning G033 : Buah menjadi kuning G034 : Daun bolong G035 : Daun rontok G036 : Tanaman mati G037 : Daun ujung yang lebih muda layu G038 : Batang berlendir abu-abu G039 : Berkas pembuluh batang menjadi cokelat G040 : Membentuk benang-benang putih halus G041 : Tulang daun muda menjadi kering G042 : Tangkai daun terkulai G043 : Jaringan kayu berwarna cokelat G044 : Pembusukan batang G045 : Akar mengeluarkan bau amoniak G046 : Leher batang membusuk kering G047 : Hipokotil berwarna pucat
67
G048 : Batang berwarna cokelat G049 : Batang membusuk G050 : Batang menjadi kecil G051 : Batang mengerut G052 : Daun menjadi belang antara hijau muda dan tua G053 : Ukuran daun jauh lebih kecil G054 : Ukuran daun jauh lebih sempit G055 : Menghasilkan buah yang lebih kecil
b.
Pohon Keputusan
R
G001
G003
G005
G008
G010
G014
G002
G004
G006
G009
G011
G015
P001
G005
G007
P004
G012
G018
P002
P003
G013
P006
G014
P005
Gambar 3.1 Pohon Keputusan
68
3.8
Analisis Metode Pencarian Metode pencarian yang digunakan dalam membangun sistem pakar diagnosa penyakit
pada bayi adalah Klasifikasi Nearest Neighbor. Proses pencarian Nearest Neighbor memeriksa semua simpul node (gejala penyakit) sampai ditemukan simpul tujuan (jenis penyakit). Metode ini digunakan agar proses pencarian lebih efektif, menemukan solusi tanpa harus menguji lebih banyak lagi dalam ruang keadaan. 3.9
Kaidah Produksi Kaidah produksi biasanya dituliskan dalam bentuk jika-maka (IFTHEN). Kaidah ini
dapat dikatakan sebagai hubungan impliksi dua bagian, yaitu bagian premise (jika) dan bagian konklusi (maka). Sebuah kaidah terdiri dari klausa-klausa. Sebuah klausa mirip sebuah kalimat subyek, kata kerja dan objek yang menyatakan suatu fakta. Suatu kaidah juga dapat terdiri atas beberapa premise dan lebih dari satu konklusi. Antara premise dan konklusi dapat berhubungan dengan “OR” atau “AND”. Berikut kaidah produksi dalam menganalisis hama dan penyakit: Rule 1 : IF Batang tanaman muda patah AND roboh THEN Ulat Tanah Rule 2 : IF Buah berlubang AND Ada Ulat THEN Ulat buah Rule 3 : IF Busuk
69
AND Titik hitam di pangkal buah AND Ada belatung lalat THEN Lalat buah Rule 4 : IF Daging daun bagian bawah berwarna putih AND lubang tidak beraturan di permukaan buah THEN Ulat grayak Rule 5 : IF Daun berwarna putih AND Tanaman menjadi kerdil THEN Nematoda bintil akar 3.10
Perancangan Basis Data Dalam perancangan basis data sistem pakar ini, penulis membuat beberapa buah tabel yang saling
berelasi. Tabel-tabel tersebut terdiri dari tabel data pakar, tabel data user, tabel gejala, tabel hama dan penyakit, tabel tmp analisa, tabel tmp gejala, tabel tmp hama penyakit, tabel relasi penyakit-gejala dan tabel hasil diagnosa. Adapun struktur dan deskripsi dari masing-masing tabel sebagai berikut:
1. Tabel Data Pakar Tabel ini digunakan untuk menyimpan data pakar (admin) yang terdiri dari username, password, pertanyaan dan jawaban. Dalam tabel ini, yang menjadi primary key adalah username. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Tabel Data Pakar
70
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
Username
Varchar
10
Primary Key
Password
Varchar
20
Pertanyaan
Varchar
50
Jawaban
Varchar
50
2. Tabel Data User Tabel ini digunakan untuk menyimpan data pengguna yang terdiri dari username, password, nama user, usia, jenis_kelamin, alamat, pertanyaan dan jawaban. Dalam tabel ini, yang menjadi primary key adalah username. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5. Tabel Data User
Atribute
Tipe Data
Username
varchar
10
Password
varchar
20
nama_user
varchar
30
Usia
Int
2
jenis_kelamin Atribute
Panjang
Keterangan Primary Key
enum („L‟, „P‟) Tipe Data
Panjang
Alamat
varchar
40
Pertanyaan
varchar
50
Jawaban
varchar
50
Keterangan
71
3. Tabel Gejala Tabel ini berisi data gejala untuk setiap penyakit ya n g berupa kode_gejala, nama_gejala, kode induk_ya, kode_induk_tidak. Dalam tabel ini kode_gejala sebagai primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data pakar. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6. Tabel Gejala
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
kode_gejala
Varchar
4
Primary Key
nama_gejala
Varchar
100
kode_induk_ya
Varchar
4
kode_induk_tidak
Varchar
4
4. Tabel Penyakit Tabel ini berisi data penyakit yang berupa kode_penyakit, nama_penyakit, definisi, pengobatan dan pencegahan. Dalam tabel ini kode_penyakit sebagai primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data pakar. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7. Tabel Hama dan Penyakit
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
kode_penyakit
varchar
4
Primary Key
nama_penyakit
varchar
50
72
Atribute
Tipe Data
Panjang
Definisi
varchar
500
Solusi
varchar
500
Pencegahan
varchar
500
Keterangan
5. Tabel Tmp Analisa Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data analisa penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username, kode_penyakit dan kode_gejala. Dalam tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel hama penyakit serta kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Tabel Tmp Analisa
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
Username
Varchar
10
Foreign Key
kode_penyakit
Varchar
5
Foreign Key
kode_gejala
Varchar
5
Foreign Key
6. Tabel Tmp Gejala Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data gejala penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username, kode_gejala dan status. Dalam. tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan
73
kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9. Tabel Tmp Gejala
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
Username
Varchar
10
Foreign Key
kode_gejala
Varchar
5
Foreign Key
Status
enum („1‟, „0‟)
7. Tabel Tmp Penyakit Tabel ini digunakan untuk menyimpan sementara data penyakit pada saat proses diagnosa user. Tabel ini terdiri dari username dan kode_penyakit. Dalam tabel ini, username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel hama penyakit. Adapun struktur tabel tmp penyakit dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10. Tabel Tmp Penyakit
Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
Username
Varchar
10
Foreign Key
kode_penyakit
Varchar
5
Foreign Key
8. Tabel Relasi Penyakit Gejala Tabel ini digunakan untuk menghubungkan data penyakit dengan data gejala (relasi) serta menyimpan nilai bobot tiap-tiap gejala penyakit (nilai Certainty Factor). Tabel ini terdiri dari kode_penyakit, kode_gejala dan bobot. Dalam tabel ini, kode_penyakit merupakan foreign
74
key yang datanya mengacu ke tabel data penyakit dan kode_gejala merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel gejala. Adapun struktur tabel relasi penyaki-gejala dapat dilihat pada tabel 3.11. Tabel 3.11. Tabel Relasi Penyakit Gejala Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
kode_penyakit
Varchar
4
Foreign Key
kode_gejala
Varchar
4
Foreign Key
Bobot
Int
3
9. Tabel Hasil Diagnosa Tabel ini terdiri dari id_diagnosa, username, kode_penyakit, tanggal diagnosa dan persentase. Dalam tabel ini, id_diagnosa merupakan primary key sedangkan username merupakan foreign key yang datanya mengacu ke tabel data user dan kode_penyakit merupakan foreign key. Adapun struktur tabelnya dapat dilihat pada tabel 3.12. Tabel 3.12. Tabel Hasil Diagnosa Atribute
Tipe Data
Panjang
Keterangan
id_diagnosa
Int
5
Primary Key
Username
Varchar
10
Foreign Key
kode_penyakit
Varchar
4
Foreign Key
tanggal_diagnosa
Datetime
Persentase
Int
3
75
3.11
Perancangan Diagram Konteks (Context Diagram) Diagram konteks merupakan gambaran secara umum mengenai sebuah sistem yang
dirancang secara global, yaitu suatu diagram yang mempersentasikan atau mengambarkan hubungan antara sistem dengan lingkungan luar sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Sistem ditunjukan dalam satu lingkungan yang mengambarkan keseluruhan proses dalam sistem dan hubungannya dengan entitas. Terdapat dua entitas yang terhubung langsung dengan sistem yaitu pengguna (user) dan pakar (admin). Adapun Diagram konteks pada sistem pakar ini dapat dilihat pada gambar 3.2. data gejala
Informasi data solusi Penyakit Informasi data penyakit &data gejala
Data Login User
Informasi login admin, data user APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT
USER
informasi login user hasil diagnosa informasi penyakit & solusi
ADMIN data gejala & solusi data penyakit & data aturan data login admin
Gambar 3.2 Diagram konteks aplikasi diagnosa Hama dan Penyakit Cabai Diagram konteks di atas menggambarkan aplikasi secara garis besar yang memperlihatkan masukan, proses dan keluaran dari sistem yang akan dirancang. Pada aplikasi ini terdapat dua entitas eksternal yaitu user dan admin. Admin mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan data berdasarkan data-data dengan terlebih dahulu melakukan proses login yaitu memasukan user name dan password. Sedangkan user hanya bisa menggunakan aplikasi untuk mendiagnosa. Aplikasi akan mengeluarkan hasil berupa diagnosa defisiensi hama dan penyakit cabai beserta solusinya.
76
Pada entitas user (pengguna) terdapat lima aliran data, dimana dua aliran data menuju ke aplikasi yaitu data login user dan data gejala. Dan tiga aliran data menuju ke user yaitu informasi login user, hasil diagnosa dan informasi penyakit dan solusi penyakit. Pada entitas admin terdapat enam aliran data, dimana tiga aliran data menuju ke aplikasi yaitu data login admin, data jenis penyakit dan basis aturan, serta data gejala penyakit dan solusi penyakit. 3.12 Perancangan Entity Relational Diagram (ERD) Memperhatikan data serta informasi yang akan digunakan dalam proses pembangunan aplikasi pada gambar berikut: nm_penyakit nm_latin
kd_solusi
kd_penyakit
kode_penyakit
kd_solusi
nm_solusi
definisi
Penyakit
id
1
N
relasi_solusi
N
1 solusi_penyakit
1
kd_penyakit
N
mb
relasi md N nilaicf
1 kd_gejala gejala
id
nm_gejala kd_gejala
Gambar 3.3 Entity Relational Diagram 3.13 Data Flow Diagram Data Flow Diagram (DFD) merupakan model dari sistem untuk menggambarkan pembagian sistem ke modul yang lebih kecil. Data Flow Diagram (DFD) ini menjelaskan aliran
77
data, penyimpanan data, dan entitas eksternal yang ada pada Aplikasi Diagnosa Hama dan Penyakit. 1. Data Flow Diagram Level 1 Data Flow Diagram Level 1 ini yaitu diagram aliran data yang menjelaskan prosesproses yang terjadi pada aplikasi diagnosa Hama dan Penyakit Cabai yang akan dijelaskan secara lebih mendetail. data login admin 1.0 Mengolah data Admin
informasi login admin
Admin
informasi login admin data login user
data login admin
informasi login user data login user User
informasi login user
2.0 Mengolah data User
data penyakit data gejala data solusi data aturan
informasi data penyakit Penyakit
data penyakit informasi data aturan
Basis aturan
data aturan informasi data solusi
Sulosi
3.0 Mengolah basis aturan
Admin
data solusi
Gejala
informasi informasi informasi informasi
informasi data gejala data gejala
solusi penyakit
data penyakit data aturan data solusi data gejala informasi solusi
4.0 Diagnosa
data user pilih gejala hasil diagnosa jenis penyakit 5.0 Mengolah Identifikasi penyakit
User
informasi hasil identifikasi data jenis penyakit
Gambar 3.4 DFD Level 1
data penyakit data gejala data solusi data aturan
78
a.
Data Flow Diagram Level 2 Data Flow Diagram Level 2 menggambarkan tiap proses level 1 dengan lebih rinci.
a.
DFD Level 2 Proses 1.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 1.0 yaitu proses pengolahan data admin
yang terdiri atas Proses 1.1 tambah data admin, Proses 1.2 ubah data admin, Proses 1.3 hapus data admin. DFD level 2 untuk Proses 1.0 bisa dilihat pada Gambar 3.5. usename,password yang akan ditambah info data admin
data admin
Admin id admin
1.1 Tambah data
usename,password yang akan ditambah info data admin
data admin
1.2 Ubah data
Admin id admin
id admin
1.3 Gambar 3.5 DFD Level 2 untukHapus Proses 1.0 Pengolahan data admin data id admin id admin
Gambar 3.5 DFD Level 2 Proses 1.0 b.
DFD Level 2 Proses 2.0 Prose yang terdapat pada DFD level 2 Proses 2.0 yaitu proses pengolahan data user yang
terdiri atas Proses 2.1 lihat data user, Proses 2.2 hapus data user dapat dilihat pada Gambar 3.6. informasi data user
2.1 Lihat data
data user
Admin
User
id user id user
2.2 Hapus data
id user
Gambar 3.6 DFD Level 2 untuk Proses 2.0 Pengolahan data user
79
c.
DFD Level 2 Proses 3.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 3.0 yaitu proses pengolahan basis
pengetahuan yang terdiri atas Proses 3.2 mengolah data penyakit, Proses 3.3 mengolah data basis aturan, Proses 3.4 mengolah data solusi, Proses 3.5 mengolah data solusi penyakit, Proses 3.6 mengolah data gejala. DFD level 2 untuk Proses 3.0 bisa dilihat pada Gambar 3.7.
data penyakit yang akan diolah
data penyakit yang akan diolah 3.1 informasi data penyakit berhasil diolah Mengolah data penyakit
Penyakit informasi data penyakit berhasil diolah
data basis aturan akan diolah
informasi data basis aturan
3.2 Mengolah data basis aturan
Basis aturan informasi data basis aturan berhasil diolah
data solusi akan diolah 3.3. data solusi yang akan diolah Mengolah data solusi
Solusi
informasi data solusi berhasil diolah
Admin
informasi data solusi data solusi penyakit akan diolah
data solusi penyakit 3.4 Mengolah data informasi data solusi penyakit solusi penyakit
Solusi Penyakit data solusi penyakit akan diolah
informasi data solusi penyakit berhasil diolah data gejala akan diolah data gejala yang akan diolah informasi data gejala
3.5 Mengolah data gejala
Gejala informasi data gejala berhasil diolah
Gambar 3.7 DFD Level 2 untuk Proses 3.0 Pengolahan Basis Pengetahuan
80
d.
DFD Level 2 Proses 4.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 4.0 yaitu proses diagnosa yang terdiri atas
Proses 4.1 diagnosis penyakit, Proses 4.2 hasil diagnosis penyakit. DFD level 2 untuk Proses 4.0 bisa dilihat pada Gambar 3.8. User data user data solusi penyakit basis aturan
4.1 Diagnosis
data penyakit data gejala
Penyakit
data solusi
basis aturan gejala solusi penyakit basis aturan info solusi penyakit user
4.2 Hasil Diagnosa
solusi
data user
info diagnosa
Gambar 3.8 DFD Level 2 untuk Proses 4.0 Proses Diagnosa e.
DFD Level 2 Proses 5.0 Proses yang terdapat pada DFD level 2 Proses 5.0 yaitu proses pengolahan identifikasi
penyakit yang terdiri atas Proses 5.1 pencarian penyakit, Proses 5.2 hasil pencarian penyakit. DFD level 2 untuk Proses 5.0 bisa dilihat pada Gambar 3.9. jenis penyakit yang akan dicari
5.1 pencarian penyakit
User
informasi hasil pencarian
jenis penyakit akan dicari
penyakit
5.2 Hasil pencarian
data jenis penyakit
Gambar 3.9 DFD Level 2 untuk Proses 5.0 proses pengolahan pencarian penyakit
81
b. Data Flow Diagram Level 3 Data Flow Diagram Level 3 menggambarkan tiap- tiap proses level 2 dengan lebih rinci. a.
DFD Level 3 Proses 3.1 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.1 yaitu proses pengolahan data penyakit
yang terdiri atas Proses 3.1.1 tambah data penyakit, Proses 3.1.2 ubah data penyakit, Proses 3.1.3 hapus data penyakit. DFD level 3 untuk Proses 3.1 bisa dilihat pada Gambar 3.10. data jenis penyakit yang akan ditambah informasi data penyakit
jenis penyakit
Admin kd_penyakit
jenis penyakit
data jenis penyakit akan ditambah 3.1.1 Tambah informasi data jenis penyakit data
jenis penyakit
3.1.2 Ubah data
Penyakit kd_penyakit
3.1.3 Hapus data
kd_penyakit
kd_penyakit
Gambar 3.10 DFD level 3 untuk Proses 3.1 pengolahan data penyakit b.
DFD Level 3 Proses 3.2 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.2 yaitu proses pengolahan data basis
aturan yang terdiri atas tambah data penyakit, ubah data penyakit, hapus data penyakit.
data basis aturan yang akan ditambah informasi data basis aturan
data basis aturan
Admin
id basis aturan
data basis aturan
3.2.1 Tambah data
3.2.2 Ubah data
3.2.3 Hapus data
data basis aturan akan ditambah informasi data basis aturan
data basis aturan Basis aturan id basis aturan
id basis aturan
id basis aturan
Gambar 3.11 DFD level 3 untuk Proses 3.2 pengolahan data basis aturan
82
c.
DFD Level 3 Proses 3.3 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.3 yaitu proses pengolahan data solusi
yang terdiri atas Proses 3.3.1 tambah data solusi, Proses 3.3.2 ubah data solusi, Proses 3.3.3 hapus data solusi. DFD level 3 untuk Proses 3.3 bisa dilihat pada Gambar 3.12. data solusi yang akan ditambah informasi data solusi
data solusi
Admin
kd_solusi
data solusi
3.2.1 Tambah data
3.2.2 Ubah data
data solusi akan ditambah informasi data solusi
data solusi
3.2.3 Hapus data
Basis aturan kd_solusi
kd_solusi
kd_solusi
Gambar 3.12 DFD level 3 untuk Proses 3.3 pengolahan data solusi d.
DFD Level 3 Proses 3.4 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.4 yaitu proses pengolahan data solusi
penyakit yang terdiri atas Proses 3.4.1 tambah data solusi penyakit, Proses 3.4.2 ubah data solusi penyakit, Proses 3.4.3 hapus data solusi penyakit. DFD level 3 untuk Proses 3.4 bisa dilihat pada Gambar 3.13.
data solusi penyakit yang akan ditambah informasi data solusi penyakit
data solusi penyakit
Admin
kd_solusi dan kd_penyakit
data solusi penyakit
3.4.1 Tambah data
data solusi penyakit akan ditambah informasi data solusi penyakit
data solusi penyakit
3.4.2 Ubah data
3.4.3 Hapus data
Solusi penyakit
kd_solusi dan kd_penyakit
kd_solusi dan kd_penyakit
kd_solusi dan kd_penyakit
Gambar 3.13 DFD level 3 untuk Proses 3.4 pengolahan data solusi penyakit
83
e.
DFD Level 3 Proses 3.5 Proses yang terdapat pada DFD level 3 Proses 3.5 yaitu proses pengolahan data gejala
yang terdiri atas Proses 3.5.1 tambah data gejala, Proses 3.5.2 ubah data gejala, Proses 3.5.3 hapus data gejala. DFD level 3 untuk Proses 3.5 bisa dilihat pada Gambar 3.14. data gejala yang akan ditambah informasi data gejala
data gejala
Admin
kd_gejala
data gejala
3.6.1 Tambah data
data gejala akan ditambah informasi data gejala
data gejala
3.6.2 Ubah data
3.6.3 Hapus data
gejala kd_gejala
kd_gejala
kd_gejala
Gambar 3.14 DFD level 3 untuk Proses 3.5 pengolahan data gejala
3.14
Perancangan Struktur Menu
Gambar 3.15 Perancangan Struktur Menu
84
3.15
Perancangan Antarmuka Perancangan antarmuka dibuat untuk menggambarkan tampilan program yang akan
digunakan oleh pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi yang dibuat. Perancangan dibuat berdasarkan tampilan antarmuka baik input maupun output yang akan dihasilkan aplikasi saat diimplementasikan. a. Tampilan Menu Utama
Gambar 3.16 Tampilan Menu Utama b. Tampilan Login User
Gambar 3.17 Tampilan Login Admin dan User
85
c. Tampilan Register
Gambar 3.18 Tampilan Register
d. Tampilan Menu Setelah Login
Gambar 3.19 Tampilan Menu Setelah Login
86
e. Tampilan Diagnosa
Gambar 3.19 Tampilan Diagnosa f. Tampilan Login Admin
Gambar 3.20 Tampilan Login Admin
87
g. Tampilan Menu Admin
Gambar 3.21 Tampilan Menu Admin