BAB II TRANSFORMATOR II.1
UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah
maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik arus bolak-balik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yang dapat menaikkan/menurunkan tegangan/arus dengan frekuensi yang sama. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit pada sekeliling “kaki” inti transformator. Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolakbalik, karena arus bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka saluran–saluran transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dan menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya berkisar antara 6 kV - 23 kV yang kemudian, dengan bantuan transformator tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 - 500kV. Saluran tegangan tinggi (STT) menyalurkan
Universitas Sumatera Utara
tegangan ke pusat penerima; di sini tegangan diturunkan menjadi tegangan subtransmisi 70 kV. Pada gardu induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai pusat-pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 380/220 V yang akhirnya diterima pihak pemakai. Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator tenaga. Disamping itu ada jenis–jenis transformator lain yang banyak dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk menyesuaikan tegangan dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari jaringan listrik atau transformator yang lebih kecil, yang dipakai pada lampu TL. Dan yang lebih kecil lagi, transformator–transformator “mini” yang dipergunakan pada berbagai alat elektronik, seperti pesawat penerima radio, televisi, dan lain sebagainya.
II.2
KONSTRUKSI TRANSFORMATOR Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, transformator terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.
Universitas Sumatera Utara
Tipe inti (Core form) Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti, lilitan mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form) Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf L atau huruf U, dapat kita lihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U Tipe cangkang (Shell form) Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form) Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti. Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf F seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F
II.3
PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
Universitas Sumatera Utara
rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi). e = (−) N
Dimana :
dφ dt
(Volt) ………………………………………………(2.1)
e = gaya gerak listrik (Volt) N = jumlah lilitan (turn) dφ = perubahan fluks magnet (weber/sec) dt
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).
II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalir arus primer I 0 (arus eksitasi) yang juga sinusoidal, dan dengan menganggap belitan N 1 reaktif murni, I 0 akan tertinggal 90o dari V1 . Arus primer I 0 menimbulkan fluks (φ) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal. Fluks bolak-balik ini akan memotong kumparan primer dan kumparan
Universitas Sumatera Utara
sekunder, dan harganya naik turun dalam arah bolak-balik, sehingga menginduksikan ggl pada kedua lilitan tersebut. Ggl yang diinduksikan dalam kumparan primer akan melawan tegangan V1 yang dikenakan. φ I1 V1
N1
E1
N2
E2
V2
Gambar 2.5. Transformator dalam keadaan tanpa beban
φ = φ max sin ωt (weber) ………………………………………...(2.2) Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum Faraday). e1 = − N 1.
dφ dt
e1 = − N 1
dφ max sin ωt dt
e1 = − N 1 ω φ max cos ωt (tertinggal 90o dari φ) e1 = N 1 ω φ max sin ( wt − 90ο ) …………………………………..(2.3) Dimana :
e1 = gaya gerak listrik (volt) N 1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec) φ = fluks magnetik (weber) Harga efektifnya (rms) :
E1 =
N 1 ω φ max 2
Universitas Sumatera Utara
E1 =
E1 =
E1 =
N 1 2π f φ max 2 N 1 2 × 3,14 f φ max 2 N 1 6,28 f φ max 2
E1 = 4,44 N 1 f φ max (volt) ……………………………………….(2.4)
Pada rangkaian sekunder, fluks (φ) bersama tadi juga menimbulkan : e2 = − N 2
dφ dt
e2 = − N 2 ω φ max cos ωt Harga efektifnya (rms) : E 2 = 4,44 N 2 f φ max (volt) ………………………………………..(2.5) Karena kedua kumparan dipotong oleh fluks yang sama, maka ggl yang diinduksikan dalam setiap lilit dari kumparan adalah sama. Maka tegangan setiap lilit dalam kedua kumparan berturut-turut adalah
E E1 dan 2 , sehingga : N2 N1
N E1 = 1 ………………………………………………………..(2.6) N2 E2 Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor, maka : E1 V N = 1 = 1 = a ……………………………………………(2.7) E2 V2 N2
Dimana :
E1 = ggl induksi di sisi primer (volt)
Universitas Sumatera Utara
E 2 = ggl induksi di sisi sekunder (volt) V1 = tegangan terminal sisi primer (volt) V2 = tegangan terminal sisi sekunder (volt) N 1 = jumlah belitan sisi primer (turn) N 2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a
= faktor transformasi
Dalam kenyataannya, arus primer I 0 bukanlah merupakan arus induktif murni, sehingga terdiri dari dua komponen (Gambar 2.6) : 1. Komponen arus pemagnetan I M , yang menghasilkan fluks (φ). Karena sifat inti besi yang non-linier, maka arus pemagnetan I M dan juga fluks (φ) dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoidal. 2. Komponen arus rugi tembaga I C , menyatakan adanya daya yang hilang akibat adanya rugi hysteresis dan eddy current. I C sefasa dengan V1 , dengan demikian hasil perkaliannya ( I C × V1 ) merupakan daya yang hilang. φ Io IC Io
V1
IM
IC
V1
RC
IM XM
E1
Gambar 2.6. Arus peneralan dalam rangkaian vektoris dan skematis
Universitas Sumatera Utara
II.3.2 Keadaan transformator berbeban Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, dimana I 2 =
’ Ф‘2 Ф2
Фm
I1
AC
V2 . ZL
N2
N1
V1
I2
V2 Z L
Gambar 2.7 Transformator dalam keadaan berbeban X1
R1
R2
I1
V1
IC
RC
I0
I2
I'2
XM
X2
IM
ZL
V2
Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
I 1 = I 0 + I 2 ' (Ampere) …………………………………………….....(2.8)
Universitas Sumatera Utara
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga:
I 1 = I m + I 2 ' (Ampere) ……………………………………………….(2.9) Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Amp) I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Amp) I0 = arus penguat (Amp) Im = arus pemagnetan (Amp) Ic = arus rugi-rugi inti (Amp)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
N1 I M = N1 I1 − N 2 I 2 N 1 I M = N 1 (I M + I 2' ) − N 2 I 2 N 1 I 2' = N 2 I 2 Karena I M dianggap kecil, maka I 2' = I 1 . Sehingga :
N1 I1 = N 2 I 2 V1 I 1 = V2 I 2
II.4
RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya merupakan
fluks bersama (ФM), sebagian mencakup kumparan pimer (Ф1) atau mencakup kumparan sekunder saja (Ф2). Dalam model rangkaian ekivalen yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan fluks bocor Ф2 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi
Universitas Sumatera Utara
tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian model rangkaian dapat dituliskan seperti gambar 2.9. X1
R1
I'2
Io
I1
I2
IM
IC RC
V1
X2
R2
XM
E1
E2
ZL
V2
N2
N1
Gambar 2.9 Gambar rangkaian transformator ideal ФM
I1
IC I2'
I1X1
I0
IM
I1R1 E1
V1
E2 φ
V2 I2
I2X2 I2R2
Gambar 2.10 Diagram vektor model rangkaian transformator ideal Dari diagram vektor diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor yaitu: V1 = I1R1 + I1X1 + E1 E2 = I2R2 + I2X2 + V2 E1/E2 = N1/N2 = a atau E1 = a E2 , hingga E1 = a (I2R2 + I2X2 + V2) Maka : V1 = I1R1 + I1X1 + a (I2R2 + I2X2 + V2) V1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + a V2
Universitas Sumatera Utara
Karena I'2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2= aI'2 Maka: V1 = I1R1 + I1X1 + a (a I'2R2) + a (a I'2X2) + a V2 V1 = I1R1 + I1X1 + a2 I'2R2 + a2 I'2X2 + a V2 V1 = I1R1 + I1X1 + I'2 (a2 R2 + a2 X2) + a V2 (Volt)...................................(2.10)
Dari rangkaian transformator ideal diatas, apabila semua nilai parameter sekunder dinyatakan pada sisi rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana X'2 = X2 a2 , R'2 = R2 a2 , dan I'2 = I2 a maka : X1
R1
R'2
I1
I0 RC
XM
a2 ZL
IM
V'2=aV2
IC
V1
X'2
I'2
Gambar 2.11 Gambar rangkaian ekivalen transformator Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian ekivalen transformator tersebut dapat diubah menjadi seperti gambar 2.12 dibawah ini :
R1
I1
X1
a 2R 2
a2X2 I'2
Io IC V1
RC
IM XM
a 2ZL
aV2
Gambar 2.12 Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Universitas Sumatera Utara
ФM I1
IC
I’2
I0
aI’2R2 aV2
φ
I1
X
1
aI
’ 2X
2
I1R1
IM
V1
Gambar 2.13 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer Gambar 2.12 di atas dapat di sederhanakan dengan menggunakan Rek dan Xek yang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : Rek = R1 + a2R2 (Ohm)..............................................................................(2.11) Xek = X1 + a2X2 (Ohm).............................................................................(2.12) Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar 2.14 di bawah ini :
I'2
I1
Rek
Xek
I0 V1 Im
Xm
Rc
Ic
a2ZL
aV2
Gambar 2.14 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat. II.4.1 Pengukuran beban nol
Universitas Sumatera Utara
Rangkaian pengukuran beban nol atau tanpa beban dari suatu transformator dapat ditunjukkan pada gambar 2.15. Umumnya untuk pengukuran beban nol semua instrumen ukur diletakkan di sisi tegangan rendah (walaupun instrumen ukur terkadang diletakkan di sisi tegangan tinggi), dengan maksud agar besaran yang diukur cukup besar untuk dibaca dengan mudah. A
AC
V
W
N1
N2
Gambar 2.15 Rangkaian pengukuran beban nol Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan sumber tegangan V1, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran daya yang masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V1 maka akan diperoleh harga : 2
Rc =
V1 P0
Z0 =
jX m Rc V1 = (Ohm)…………………………………………(2.14) I 0 Rc + jX m
(Ohm)…………………………………………………... (2.13)
Dimana : Z0 = impedansi beban nol (Ohm) Rc = tahanan beban nol (Ohm) Xm = reaktansi beban nol (Ohm) II.4.2 Pengukuran hubung singkat Hubungan singkat berarti terminalnya dihubung singkatkan, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini
Universitas Sumatera Utara
relatif kecil maka harus dijaga agar tegangan masuk (Vsc) cukup kecil, sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga I0 akan relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan
A
W
V
AC
N1
N2 A
Gambar 2.16 Rangkaian Pengukuran hubung singkat Isc
R ek
X ek
Vsc
Gambar 2.17 Rangkaian ekivalen pengukuran hubung singkat Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc dan daya Psc, akan dapat dihitung parameter : Rek =
Psc (Ohm) ………………………………………………..(2.15) ( I sc ) 2
Z ek =
Vsc = Rek + jX ek (Ohm)……………………………………...(2.16) I sc
X ek = Z ek − Rek 2
II.5
2
(Ohm)………………………………………….(2.17)
RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR
Universitas Sumatera Utara
Rugi Tembaga
Sumber
Kumparan primer
Rugi Tembaga
Kumparan Sekunder
Fluks Bersama
Out Put
Rugi Besi Histeresis Dan Eddy Current Gambar 2.18 Blok diagram rugi – rugi pada transformator
1I.5.1 Rugi tembaga ( Pcu ) Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut : Pcu = I2 R (Watt)………………………………………………………..(2.18) Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC. II.5.2 Rugi besi ( Pi ) Rugi besi terdiri atas : •
Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai : Ph = kh f Bmaks1.6 watt………………………………………...(2.19) Kh = konstanta Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
•
Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan sebagai : Pe = ke f2 B2maks (Watt)………………………………………..(2.20) Kh = konstanta Bmaks = Fluks maksimum ( weber ) Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah : Pi = Ph + Pe (Watt)……………………………………………..(2.21)
II.6
TRANSFORMATOR TIGA FASA
Universitas Sumatera Utara
II.6.1 Umum Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk bank-3 fasa (susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa yang dipakai sebagai transformator tiga fasa setiap kumparan primer dari satu transformator dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat bahwa pada transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya transformator (KVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi tegangan fasa netral (VL-N) serta arus dari masing-masing transformator tergantung pada hubungan belitannya.
II.6.2 Konstruksi transformator tiga fasa Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti, rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. R
S
T PRIMER
SEKUNDER
r
s
t
Gambar 2.19 Konstruksi transformator tiga fasa tipe inti Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada gambar 2.20 :
Universitas Sumatera Utara
R
r PRIMER
S
SEKUNDER
s
T
t
Gambar 2.20 Transformator tiga fasa tipe cangkang Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan sebagai permalloy.
II.6.3 Hubungan tiga fasa dalam transformator Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini
Universitas Sumatera Utara
memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan dijelaskan dibawah ini. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara terpisah, yaitu : 1. Hubungan wye (Υ) Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan ujungujungnya pada satu titik seperti terlihat pada gambar 2.21 di bawah ini.
IR R
N PRIMER
I N IS
S
T
IT
Gambar 2.21 Transformator Hubungan-Y Dalam hubungan-Y dengan memakai kawat netral dalam keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai berikut :
VR = VS = VT = V ph (Volt)………………………………………….(2.22)
VRS = VST = VTR = 3 V ph (Volt)…………………………………...(2.23) I L = I R = I S = I T = I ph (Amp)………………………………….....(2.24) Dimana:
VL
= Tegangan line to line (Volt)
Universitas Sumatera Utara
Vph = Tegangan fasa (Volt) IL
= Arus line to line (Amp)
Iph
= Arus fasa (Amp)
2. Hubungan delta (Δ) Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing memiliki rating yang sama dengan menghubungkannya berbentuk segitiga, seperti terlihat pada gambar 2.22. Dalam hubungan delta pada keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai berikut : IR-IT
I IT
IS
R
R
SEKUNDER IS - I R S IT
I
- S
T
Gambar 2.22 Transformator Hubungan Delta
I R = I S = I T = I ph (Amp)………………………………………….(2.25)
I R − I T = I S − I T = I T − I S = I L = 3 I ph (Amp) …………………(2.26) VRS = VST = VTR = V ph (Volt)……………………………………….(2.27)
Universitas Sumatera Utara
Dimana : VL
= Tegangan line to line (Volt)
Vph = Tegangan fasa (Volt) IL
= Arus line to line (Amp)
Iph
= Arus fasa (Amp)
Pada transformator tiga fasa selain terdapat dua hubungan belitan utama yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain hubungan transformator tiga fasa yaitu : 1. Hubungan YY Transformator tiga fasa Hubungan YY pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut ini : a
. Np1
b + VLP VФp
Ns1
.
.
Np2
c -
n
+ b' Ns2
. N p3
a'
.
VФs V LS
+ c'
. Ns3
n
Gambar 2.23 Transformator Hubungan YY Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing fasa adalah :
VφP = VLP / 3
(Volt) .………………………………...(2. 28)
Tegangan fasa primer sebanding dengan tegangan fasa sekunder dan perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada transformator adalah :
Universitas Sumatera Utara
3 VφP VLP = =a VLS 3 VφS
……………………………………...(2.29)
Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka tegangan pada fasa transformator tidak seimbang. 2. Hubungan YΔ Transformator tiga fasa Hubungan YΔ pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.24 berikut ini : a VФp
VLP
.
a'
.
Np1
Ns1 VФs .
b
.
Np2
b' Ns2
.
c
VLS
Np3
.
c' Ns3
n
Gambar 2.24 Transformator Hubungan YΔ Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan fasa primer V LP = 3 VφP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan fasa VLS = VΦS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah sebagai berikut : 3 VφP V LP = = 3a V LS VφS
…………………………………(2.30)
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak seimbang dan harmonisa. 3. Hubungan ΔY Transformator tiga fasa
Universitas Sumatera Utara
Hubungan ΔY pada transformator tiga fasa ditunjukkan pada gambar 2.25 berikut ini : a+ VLP
. VФ p
+ a'
.
Np1
Ns1
VФs
b.
.
Np2
c'
VLS
Ns2
c . Np3
- b'
. Ns3
n
Gambar 2.25 Transformator hubungan ΔY Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan fasa primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = 3 VφS . Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah : VφP V LP 3 = = V LS a 3 VφS
………………………………….(2.31)
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda fasa yang sama seperti pada hubungan YΔ.
4. Hubungan ΔΔ Transformator tiga fasa Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 2.26 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
a+ VLP
. VФp
+ a'
.
Np1
Ns1
VLS VФs
b-
- b' .
.
Np2
Ns2
c
c' . Np3
. Ns3
Gambar 2.26 Transformator hubungan ΔΔ Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan fasa sama untuk primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS. Maka hubungan tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
VLP VφP = =a VLS VφS
……………...........................................(2.32)
Perbedaan fasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak seimbang dan harmonisa.
Universitas Sumatera Utara