BAB II TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA 2.1
Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama Pengertian zaman Azuchimomoyama adalah zaman masa-masa yang
recok karena semua tuan tanah berusaha ingin merebut kekuasaan keshogunan. Dimana seluruh negeri terjadi keributan-keributan karena orang-orang dari kelas bawah memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga sengoku jidai, perang di seluruh negeri. Masa ini berlangsung dari tahun 1573 sampai pada tahun 1603 (Situmorang, 2006:17). Kekuasaan keshogunan mempunyai hak kekuasaan di dalam militer. Tuan tanah memiliki petani nya masing-masing di setiap wilayah. Lalu hasil kerja keras dari petani diserahkan kepada tuan tanah, selanjutnya tuan tanah harus menyerahkan kembali kepada Shogun. Dengan berlatar belakang masalah seperti ini sudah jelas orang-orang dari kelas bawah memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Kaum petanilah yang sangat dirugikan disini. Zaman Azuchimomoyama merupakan masa feodalisme pertengahan. Adapun pada masa feodalisme ini terdapat tiga zaman di dalamnya antara lain; zaman Kamakura, Muromachi dan Azuchimomoyama. Masa berlansungnya Zaman Azuchimomoyama dimulai dari tahun 1568 sampai 1600. Pada penulisan skripsi ini, penulis lebih menjelaskan pada zaman Azuchimomoyama. Pada zaman peperangan ini, ada banyak jenderal yang tidak dapat dipercaya,
dengan
kata
lain
setan-setan
bermulut
manis.
Zaman
Azuchimomoyama (安土桃山時代) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi menjadi penguasa Jepang dan berakhir ketika Tokugawa Ieyasu berhasil mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam pertempuran Sekigahara tahun 1600. Perang Sekigahara pada tahun 1600 antara Tokugawa Ieyashu melawan keluarga Toyotomi Hideyoshi, ketika itu Toyotomi Hideyoshi
Universitas Sumatera Utara
sendiri sudah wafat, perang dimenangkan oleh Tokugawa Ieyashu. Toyotomi Hideyoshi sendiri meninggal dalam perang melawan Korea pada waktu itu. Kemenangan Tokugawa Ieyashu ini melahirkan zaman baru di Jepang waktu itu yang disebut dengan zaman Edo (Situmorang, 2006:83). Zaman Azuchimomoyama disebut juga zaman Shokuho (織豊時代 ,) yang penamaannya diambil dari aksara kanji nama keluarga Oda Nobunaga (織 ) untuk “Shoku” dan aksara kanji nama keluarga Toyotomi Hideyoshi ( 豊 ) untuk “Ho”. Oda Nobunaga tinggal di istana Azuchi (sekarang prefektur Shiga ) sedangkan Toyotomi Hideyoshi tinggal di istana Fushimi ( Kyoto ) yang disebut juga sebagai istana Momoyama sehingga zaman ini disebut zaman Azuchimomoyama (ensiklopedia bebas, internet). Zaman Azuchimomoyama muncul shogun yang berasal dari golongan bawah, yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyashu. Mereka masing-masing adalah tuan tanah di wilayah yang disebut dengan Daimyo. Masing-masing menjadi shogun yang sedang berkuasa di daerah tersebut (Situmorang, 2006:83). Oda Nobunaga adalah seorang Daimyo di Owarinokuni atau Prefecture Aichi sekarang. Oda Nobunaga mendapat persenjataan dari bangsa Portugal yang masuk dari Tanega shima, mengakibatkan dia dapat menyerang daimyo-daimyo kecil lainnya dan mempersatukan seluruh wilayah Jepang (Situmorang, 2006:17). Bangsa Portugal dan bangsa Spanyol adalah bangsa asing yang masuk pada zaman Azuchimomoyama. Pada saat itu yang masih berkuasa adalah Oda Nobunaga, belum tiba bagi Toyotomi Hideyoshi untuk memegang kekuasaan. Oda Nobunaga memperbolehkan dengan bebas pelaksanaan usaha industri dan perdagangan, memberikan perlindungan kepada agama Kristen, dan melakukan perdagangan dengan orang Portugal dan orang Spanyol. Penyebaran agama Kristen dimulai sejak 1549 pada saat orang Spanyol datang ke Kagoshima misionaris katolik Fransiscus Xafier. Orang Portugal dan orang Spanyol datang berdagang untuk menyebarkan agama Kristen, Oda Nobunaga melindungi agama Kristen sebagai langkah untuk menekan agama Budha, dan menerima budaya
Universitas Sumatera Utara
yang sudah maju dari eropa melalui perdagangan. Oda Nobunaga menjalankan dengan cepat proyek penyatuan Jepang, tetapi dia meninggal di serang oleh bawahannya Akechi Mitsuhide sedikit lagi sebelum penyatuan Jepang berhasil ( Siriizu Jijyou, 1988:26). Setelah Oda Nobunaga wafat maka yang menggantikan tampuk kekuasaan adalah Toyotomi Hideyoshi. Oleh karena Oda Nobunaga telah mendapat persenjataan dari Portugal yang masuk dari Tanega Shima, jelaslah akan beralih tangan ke tangan Toyotomi Hideyoshi. Dengan latar belakang ini, Toyotomi Hideyoshi yang dulunya daimyo kini beralih menjadi shogun. Tentu kesimpulannya adalah karena Toyotomi Hideyoshi memiliki persenjataan, maka dengan mudah menjadi shogun. Sementara daimyo-daimyo yang lain berperang dengan menggunakan samurai atau pedang, Toyotomi Hideyoshi dengan memakai senjata. Sudah dapat kita bayangkan dengan pikiran yang jernih, siapa yang akan menang dalam pertemuran seseorang yang memakai samurai dengan memakai senjata? 2.2
Asal-usul Toyotomi Hideyoshi Kisah Toyotomi Hideyoshi memiliki awal yang sederhana. Selain miskin,
tidak berpendidikan, bukan berasal dari silsilah keluarga masyhur yaitu anak dari petani penggarap miskin, dan badan yang pendek. Tetapi Toyotomi Hideyoshi tidak membiarkan segala kekurangan itu menentukan nasib nya, melainkan memiliki semangat hidup yang jarang terlihat di dunia ini. Meski terlahir sebagai anak petani penggarap, Toyotomi Hideyoshi ingin menjadi pemimpin di Jepang sebagai wakil kaisar di Jeapng, dan bertekad bahwa ketidaksempurnaan tidak akan menghalangi. Hal ini patut kita ambil sisi positif nya yaitu jangan langsung menyerah dengan keadaan yang sudah ada untuk menggapai cita-cita di masa depan. Jadi perlu semangat juang yang tinggi disertai juga mental yang kuat atau kokoh. Toyotomi Hideyoshi lahir pada tanggal 2 Februari 1536 dan meninggal pada tahun 18 september 1598. Dia adalah seorang daimyo Jepang yang hidup
Universitas Sumatera Utara
dari zaman Sengoku hingga zaman Azuchimomoyama. Bentuk peralihan naiknya derajat Toyotomi Hideyoshi dari anak petani penggarap miskin menjadi daimyo adalah disebabkan karena Toyotomi Hideyoshi bergabung dengan Oda Nobunaga, yang memang pada saat itu Oda Nobunaga seorang tuan tanah atau daimyo. Untuk menjadi tuan tanah Toyotomi Hideyoshi sangatlah berjuang dengan gigih. Penulis akan menceritakan nya bagaimana bentuk perjuangan Toyotomi Hideyoshi tersebut menjadi tuan tanah. Sekilas tentang asal usul orangtua Toyotomi Hideyoshi, penulis ingin menyampaikan nya. Ayah Toyotomi Hideyoshi mulanya seorang petani, lalu menjadi prajurit rendahan di ketentaraan Oda Nobunaga, dan berakhir cacat di medan perang. Ibu Toyotomi Hideyoshi harus membanting tulang sebagai pembantu penggarap lahan. Setelah kematian ayah Toyotomi Hideyoshi, saat usia nya tujuh tahun, Ibu nya menikah dengan seorang pria bernama Chikuami, yang juga petani dan bekas prajurit Oda Nobunaga. Di provinsi asal Toyotomi Hideyoshi, Owari, hidup seorang panglima perang muda bernama Oda Nobunaga, yang ayahnya, Nobuhide, pernah menjadi majikan ayah Toyotomi Hideyoshi. Para pengikut Oda Nobunaga menjulukinya Halilintar Perang karena kebuasannya di medan pertempuran. Toyotomi Hideyoshi memutuskan memilih Oda Nobunaga sebagai majikan baru. Akan tetapi timbul masalah tentang bagaimana menarik perhatiannya. Toyotomi Hideyoshi memiliki antusiasme yang begitu besar, tapi hampir semua kualifikasi yang dibutuhkan tidak dimiliki nya, termasuk derajat, garis keturunan, dan reputasi sebagai seorang kesatria. Perdagangan adalah satu-satunya bidang yang paling disukai Toyotomi Hideyoshi. Kegiatan tawar-menawar yang rutin dilakukannya setiap hari telah membantu nya mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang nilai barang dan jasa, dan telah mengamati bahwa keluarga samurai, yang menganggap diri mereka terlalu penting untuk mempelajari hal-hal semacam ini, sering kali begitu payah saat berurusan dengan pedagang. Agar rencana berjalan mulus, Toyotomi Hideyoshi membayar seorang kenalan yang berkerja pada klan Oda Nobunaga seratus keping koin tembaga untuk memberitahu Toyotomi Hideyoshi secara persis kemana dan kapan Oda
Universitas Sumatera Utara
Nobunaga akan melakukan perjalanan. Itu adalah investasi terbaik yang pernah dilakukannya (Masao Kitami, 2005:19). Tersirat dalam pemikiran penulis tentang suatu perbuatan yang dilakukan Toyotomi Hideysohi yakni: apapun akan dilakukan seseorang, bila ingin melakukan pendekatan terhadap seorang pemimpin atau atasan. Terutama menyangkut pangkat atau jabatan untuk menjadi yang lebih bagus. Bergabung dengan klan Oda Nobunaga adalah titik balik yang menentukan dalam perkembangan Toyotomi Hideyoshi sebagai seorang pemimpin. Oda Nobunaga membantu kesuksesan Toyotomi Hideyoshi karena Oda Nobunaga melihat nilai kerja Toyotomi Hideyoshi yang patut dicontoh dalam tugas – tugas nonmiliter. Toyotomi Hideyoshi menjadi orang “serbabisa”. Pada tahun 1554 Toyotomi Hideyoshi mulai bekerja pada Oda Nobunaga. Di hari-hari awal Toyotomi Hideyoshi bertugas, jarang tidur nyenyak semalaman. Seorang pelayan mesti berada tidak jauh dari tuannya dan siap ditugaskan kapan saja. Toyotomi Hideyoshi harus mengantisipasi saat-saat tidak biasa, siang atau malam, ketika Oda Nobunaga mungkin mendadak memutuskan untuk berburu dengan elang atau berkuda, dan menyiapkan segala sesuatunya lebih awal. Oda Nobunaga tidak hanya punya satu kuda, tapi banyak. Toyotomi Hideyoshi harus memperkirakan kuda mana yang ingin ditunggangi Oda Nobunaga di hari tertentu. Tugas Toyotomi Hideyoshi cukup berat, tapi layak dilakukan. Sebagai tambahan keuntungan saat bertugas melayani Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi memiliki kesempatan untuk mengenali hampir semua anggota keluarga Oda Nobunaga dan anggota senior dari klan lainnya. Yang paling penting, melalui kerja keraslah Toyotomi Hideyoshi berjuang untuk membuktikan bahwa Toyotomi Hideyoshi layak mendapatkan kepercayaan dari Oda Nobunaga (Masao Kitami, 2005:24). Mendapatkan sesuatu kepercayaan dari seorang atasan atau pimpinan sudah merupakan hal yang harus dipegang teguh dan dijalankan dengan penuh tanggung-jawab bagi seorang bawahan. Karena dengan menjalankan kepercayaan yang diberikan bisa akan cepat memperbaiki hasil kerja kita dan bisa
Universitas Sumatera Utara
mencapai pangkat atau kedudukan yang lebih baik disertai dengan nilai materi yang akan menyusul. 2.3
Wilayah Kekuasaan Toyotomi Hideyoshi Bisa dikatakan Toyotomi Hideyoshi memulai karier sebagai pedagang
yang hidup pas-pasan, bekerja sebagai pedagang keliling dan menyambar pekerjaan apa saja begitu ada kesempatan. Pada tahun 1574, Toyotomi Hideyoshi mencapai tonggak kepemimpinan: Oda Nobunaga memberi hadiah tanah yang kemudian akan jadi tempat berdirinya benteng Nagahama, daerah kekuasaan pertama yang menjadi tanggung jawab. Toyotomi Hideyoshi adalah penguasa daerahnya sendiri (Masao Kitami, 2005:214). Mengelola wilayah besar membutuhkan perhitungan dan membuat berbagai keputusan sulit sendirian. Dengan diangkatnya Toyotomi Hideyoshi menjadi tuan tanah, maka sudah jelaslah dikatakan Toyotomi Hideyoshi berhasil. Dari anak petani penggarap miskin yang dulunya tidak memiliki wilayah kekuasaan, sekarang dengan diangkatnya Toyotomi Hideyoshi sebagai tuan tanah, tentu memiliki wilayah kekuasaan yang diberikan oleh Oda Nobunaga. Wujud nyatanya adalah yang sudah disebutkan di atas, Oda Nobunaga memberi hadiah tanah untuk tempat berdirinya benteng Nagahama. Hadiah yang diberikan Oda Nobunaga tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Toyotomi Hideyoshi. Penulis menjelaskan tindakan Toyotomi Hideyoshi sebagai bentuk tanggung jawab nya. Karena setiap daimyo, atau penguasa wilayah, mengatur kota di sekelilingnya selain kastilnya, tanggung jawab baru Toyotomi Hideyoshi bukan lagi hanya urusan ketentaraan tapi juga perniagaan dan administrasi sipil. Sekarang bukan hanya samurai yang dibutuhkan Toyotomi Hideyoshi, tapi juga pekerja-pekerja andal yang sanggup menangani seratus jenis pekerjaan berbeda. Saat itulah Toyotomi Hideyoshi merasa kekurangan tenaga kompeten, dan untuk pertama kalinya benar-benar menyadari pentingnya sumber daya manusia (Masao Kitami, 2005:15). Beberapa hari setelah meraih tanggung jawab berat ini, memikirkan cara terbaik untuk menemukan orang-orang yang sangat dibutuhkan. “Dengan terlalu
Universitas Sumatera Utara
sedikit staf yang berpengalaman,” Toyotomi Hideyoshi memasang pengumuman untuk mencari tenaga kerja baru, tetapi bagaimana hal untuk bisa melatih mereka secepat mungkin untuk menangani masalah yang sedang berlansung?” Hanbei
yang
menjadi
penasehat
militer
Toyotomi
Hideyoshi,
mengatakan “Amati dengan seksama orang-orang yang sedang bekerja.” Artinya adalah “Jika mereka menyelesaikan tugas dengan benar, beri mereka hadiah. Kalau mereka gagal tanpa disengaja, beri mereka tugas yang lain. Potong gaji mereka yang bekerja ceroboh (Masao Kitami,2005:217). Pecat mereka yang bekerja curang. Dengan pernyataan Hanbei tersebut maka Toyotomi Hideyoshi menurutinya. Toyotomi Hideyoshi berkelana menelusuri seluruh Propinsi Omi, bertemu dan bicara dengan ratusan penduduk, dan menemukan kembali pentingnya mempekerjakan orang-orang yang juga bisa memimpin selain mengikuti. Sekarang Toyotomi Hideyoshi adalah penguasa tertinggi Jepang, dan panglima-panglima perang terhebat sekalipun harus masuk daftar tunggu bermingu-minggu sebelumnya, hanya untuk bertemu dengannya selama beberapa menit (Masao Kitami, 2005:185). Wilayah kekuasaan Toyotomi Hideyoshi selanjutnya adalah Provinsi Mino. Untuk menginvansi Provinsi Mino, yakni rumah bagi Klan Saito, koroku membantu Toyotomi Hideyoshi membuka jalan dengan cara menimbulkan kerusuhan di dalam barisan musuh. Koroku adalah menjadi penasehat Toyotomi Hideyoshi seumur hidup. Kemana pun dia pergi, koroku tetap mengikutinya. Saat Toyotomi Hideyoshi dan Koroku berhadapan dengan banyak lawan tangguh dalam Klan Saito, tapi di antara mereka ada 3 pria yang lebih berbahaya dibandingkan yang lain. Mereka adalah: Bokuzen, Ittetsu, dan Morinari dikenal sebagai Triumvirat Mino (Masao Kitami, 2005:188). Tiga samurai yang memiliki keahlian, keberanian, dan kesetiaan legendaris serta mengabdi pada pemimpin mereka. Toyotomi Hideyoshi dan Koruku ingin mereka berpihak kepada Toyotomi Hideyoshi dan Koroku, tapi pendekatan secara langsung tidak akan membuat mereka mengkhianati klan mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Korokulah yang mengusulkan kami melakukannya kebalikannya: yakinkan klan mereka untuk berbalik melawan mereka. Bersama-sama Toyotomi Hideyoshi dan Koroku menggodok rencana dan menyebarkan isu bahwa prajurit triumvirat sudah bergabung dengan kami. Pemimpin Saito yang terkenal bejat bernama Tatsuoki. Tatsuoki yang kesenangannya akan hiburan cabul membuat akal sehatnya terganggu, mempercayai isu ini dan mulai meragukan kesetiaan ketiga samurainya, yang sebenarnya adalah pelindung Tatsuoki yang paling setia (Masao Kitami, 2005:189). Ketiga prajurit, terkejut karena di curigai tanpa alasan, mengadakan pertemuan diam-diam untuk memutuskan apa tindakan terbaik yang akan mereka lakukan. Perundingan mereka menghasilkan keputusan untuk bergabung dengan Klan Oda. Setelah para triumvirat bergabung dengan Toyotomi Hideyoshi dan Koroku, tidak ada lagi yang menghalangi untuk menaklukkan Provinsi Mino. Di Provinsi Mino terdapat benteng Inabayama, berdiri diatas tebing yang menakjubkan tampak gagah dan menakutkan, sebuah kastil hebat yang dibangun oleh seorang bekas pedagang minyak andal yang kemudian menjadi panglima perang Saito yakni bernama Dosan, dijuluki Ular Beludak Mino karena kekejamannya. Gerbang belakang Inabayama yang superbesar tampak mustahil ditembus, tapi justru alasan itulah Toyotomi Hideyoshi dan Koroku menduga memimiliki kelemahan yang tersembunyi. Karena tidak ada pasukan berakal sehat yang akan berusaha meruntuhkan pertahanan sebesar itu, klan Saito tidak akan repot-repot menempatkan banyak prajurit untuk menjaganya. Bersama-sama Koroku dan beberapa anak buahnya yang paling dipercaya, mengendap-endap di sepanjang jalan setapak menembus hutan pegunungan menuju bagian belakang benteng, dimana Toyotomi Hideyoshi dan Koroku berjanji untuk bertemu seorang informan yang setuju untuk menunjukkan jalan masuk rahasia menembus gerbang belakang. Begitu berada di dalam benteng, Toyotomi Hideyoshi dan Koroku berhadapan dengan kira-kira selusin prajurit musuh, yang langsung ditangani dengan senjata sebelum mereka sempat menyerukan bahaya. Setelah berhasil membuka gerbang utama dan membiarkan
Universitas Sumatera Utara
masuk gerombolan pasukan, akhirnya benteng Inabayama jatuh ke tangan Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1567. Toyotomi Hideyoshi memberi hadiah kepada Koroku wilayah kekuasaan dan menjadikannya tuan dalam kastilnya sendiri, dengan kekayaan yang akan memberinya kehidupan nyaman selamanya. Tapi Koroku ingin terus mengabdi di samping Toyotomi Hideyoshi dan menyerahkan kastilnya kepada putra Toyotomi Hideyoshi. Koroku tetap menjadi pengikut Toyotomi Hideyoshi yang setia sampai takdir yang harus diterima setiap manusia memisahkan. Koroku selalu berkata akan mengikuti Toyotomi Hideyoshi sampai ke liang kubur, tapi pada akhirnya, di usia 60 tahun, Koroku meninggal duluan (Masao Kitami, 2005:191). Dalam 3 tahun setelah kematian Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi menguasai setengah wilayah Jepang yang merupakan daerah terpadat dan juga terkaya, termasuk wilayah seluas 38.600 kilometer persegi yang belum pernah terjamah pengaruh Oda Nobunaga (Masao Kitami, 2005:126).
2.4
Pembalas Dendaman Toyotomi Hideyoshi Atas Kematian Oda Nobunaga Pembunuh Oda Nobunaga adalah Akechi Mitshuhide tahun 1582 yang
merupakan bawahan Oda Nobunaga sendiri. Adapun alasan Akechi Mitshudide membunuh Oda Nobunaga adalah tentu untuk merebut kekuasaan Oda Nobunaga. Pada tahun 1570, Oda Nobunaga sudah mendapat gelar wakil shogun dan menetapkan Kyoto, sebagai ibukota Jepang, sebagai basisnya. (Masao Kitami, 2005:77). Dengan luas wilayah kekuasaan Oda Nobunaga tersebut maka Akechi Mitshuhide tergiur untuk membunuh Oda Nobunaga. Peristiwa pembunuhan itu dinamakan kuil Honnoji karena Oda Nobunaga dibunuh di kuil tersebut (Masao Kitami, 2005:209). Dalam ilmu pengetahuan sejarah hal tentang untuk mendapatkan suatu pangkat yang lebih tinggi, akan pasti terlintas bagaimana usaha yang cepat untuk mendapatkannya. Termasuk salah-satunya adalah dengan bentuk kejahatankejahatan maupun ada juga bentuk-bentuk kecurangan lainnya. Intinya adalah hal itu dikatakan wajar dan tidak ada terlintas untuk menyatakan diri menjadi malu
Universitas Sumatera Utara
atas perbuatan tersebut. Penulis akan menjelaskan bagaimana bentuk tindakan membalas dendam Toyotomi Hideyoshi karena Oda Nobunaga dibunuh oleh bawahannya sendiri. Cara Toyotomi Hideyoshi membalas dendam atas kematian Oda Nobunaga adalah dengan gencatan senjata (Masao Kitami, 2005:87). Pasukan Toyotomi Hideyoshi tiba di kota Himeji, sebelah barat Kyoto. Sementara itu Akechi Mitshuhide sudah mencaplok Benteng Azuchi, bekas markas besar dan rumah penyimpanan Oda Nobunaga. Akan tetapi Akechi Mitshuhide melakukan kesalahan yang sangat fatal. Akechi Mitsuhide bertaruh banyak pada dukungan klan-klan seperti Klan Hosokawa, yang punya hubungan perkawinan dengan keluarga Akechi Mitshuhide. Sayangnya keluarga Hosokawa bersimpati dengan keinginan Oda Nobunaga untuk menyatakan kembali Jepang. Saat dukungan yang diharapkan gagal untuk diwujudkan, Akechi Mitshuhide langsung kehilangan pegangan tentang apa yang mesti dilakukannya, dan setiap menit dalam keragu-raguan membawanya lebih dekat pada kehancuran. Sementara itu, lebih banyak jenderal Oda yang bergabung dengan pasukan balas dendam Toyotomi Hideyoshi, termasuk putra ketiga Oda Nobunaga yang bernama Nobutaka. Saat itu sudah berjumlah 40 ribu orang, jauh melampaui jumlah tentara musuh (Masao Kitami, 2005:88). Akechi Mitshuhide akhirnya memutuskan bahwa satu-satunya pilihan adalah mengonsolidasikan pasukannya dekat Yamazaki, sebuah kota kecil di pinggiran Kyoto. Menempatkan pasukannya di belakang sebuah sungai, Akechi Mitshuhide menunggu serangan Toyotomi Hideyoshi di bawah derasnya hujan. Akechi Mitshuhide telah mencoba untuk menempatkan anak buahnya di dalam hutan yang tidak jauh dari tempat itu, tetapi salah satu sekutu Toyotomi Hideyoshi sudah mengambil keuntungan geografis dengan tiba di sana lebih dulu. Begitu jenderal-jenderal Toyotomi Hideyoshi menaklukan sayap utama dari pasukan Akechi Mitshuhide, Toyotomi Hideyoshi segera memerintahkan serangan terbuka dan menghancurkan sisanya. Dengan akhir memilukan, gelandang-gelandangan yang sedang memulung kemudian menghabisi Akechi Mitshuhide di dalam lumpur saat mencoba kabur (Masao Kitami, 2005:89).
Universitas Sumatera Utara
Segera saja Toyotomi Hideyoshi mengirim pesan kepada para panglima perang di segala penjuru bahwa Toyotomi Hideyoshi sudah membalas dendam pelaku pembunuh Oda Nobunaga. Pada tahun 1582 juga Toyotomi Hideyoshi mengalahkan Akechi Mitsuhide di Yamazaki. Menyebarkan berita
tersebut
dengan cepat sangat penting artinya untuk membuat setiap orang paham bahwa klan Oda Nobunaga tetaplah perkasa sebagaimana biasanya. Seandainya saja Toyotomi Hideyoshi ragu-ragu atau setengah-setengah pada hari-hari kritis tersebut, lawan-lawan Toyotomi Hideyoshi sudah pasti melangkahinya. Karena Toyotomi Hideyoshi bertindak cepat, keunggulan itu ada di pihaknya. Baik dalam perdagangan, administrasi, atau di medan perang, pemimpin yang menang akan memahami Rahasia Kemenangan. Bertindaklah lebih awal untuk selesai lebih awal.
2.5
Pernikahan Toyotomi Hideyoshi Dari semua orang yang mengelilingi seorang pemimpin, tidak ada yang
lebih dekat daripada pasangan hidup. Maka manfaatkan bimbingan yang hanya bisa diberikan oleh pasangan hidup. One, adalah wanita yang kemudian menjadi istri Toyotomi Hideyoshi, menikah pada tahun 1561 lalu tinggal di benteng Kiyosu ketika Toyotomi Hideyoshi pertama kali bertemu dengannya. Toyotomi Hideyoshi saat itu masih anggota junior dalam organisasi Oda Nobunaga tanpa banyak yang bisa Toyotomi Hideyoshi banggakan, dan One jauh lebih muda dari Toyotomi Hideyoshi. Tapi Toyotomi Hideyoshi terpikat pada One dan mulai mengirimnya surat cinta. Ia merespons dan tidak lama kemudian mereka menjadi sepasang kekasih. Toyotomi Hideyoshi menikah pada saat dia belum memiliki wilayah kekuasaan yang cukup. Tetapi Toyotomi Hideyoshi berani mengambil keputusan ini karena dilatarbelakangi Oda Nobunaga sudah cukup banyak musuh-musuh yang dikalahkan Oda Nobunaga. Jadi Toyotomi Hideyoshi tidak terlalu khwatir memikirkan hal ini. Orang tua One murka saat mengetahui hubungan mereka. Orang tua One tidak merestui hubungan Toyotomi Hideyoshi dan One, karena Toyotomi
Universitas Sumatera Utara
Hideyoshi dibesarkan dengan didikan kampung (Masao Kitami, 2005:206). Meski tidak bisa menyembunyikan asal-usul pedesaan Toyotomi Hideyoshi, namun dengan sudah belajar untuk menjaga sikap di depan orang-orang terhormat. Akhirnya Toyotomi Hideyoshi bisa mengambil hati orang tua One. Zaman sekarang ini jangan lagi bertolak ukur menilai pandangan yang lebih sempit. Temukan atau carilah hal-hal yang lebih banyak positif atau yang baik nya dibandingkan dengan kekurangan dalam hal hubungan asmara. Penulis tidak setuju dengan sikap orang tua One tersebut. Upacara pernikahan Toyotomi Hideyoshi dan One berlangsung sederhana. Mereka menuang sake ke cangkir keramik merah yang buatannya kasar untuk bersulang dan mengucapkan janji mereka di atas tatami jerami, yang menutupi lantai rumah petak yang dipinjamkan seorang teman kepada mereka. Hanya ada dua kamar di rumah sempit itu, tapi setidaknya mereka punya rumah (Masao Kitami, 2005:207). Menikahi One adalah berkah keberuntungan. One mengelola rumah tangga dan membantunya menata hidup. Jabatan Toyotomi Hideyoshi yang meningkat dalam organisasi Oda, dan akhirnya mereka pindah ke rumah yang jauh lebih besar. Kemudian Toyotomi Hideyoshi bisa membawa ibunya tinggal bersama mereka. Itu adalah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidup Toyotomi Hideyoshi. Bantuan yang diberikan One lebih dari sekedar urusan rumah tangga. Setelah Toyotomi Hideyoshi menjadi penguasa Benteng Nagahama, Toyotomi Hideyoshi merancang infrastruktur untuk daerah perkotaan yang akan dibangun dekat kastil Toyotomi Hideyoshi. Untuk menarik minat para pendatang, Toyotomi Hideyoshi membebaskan mereka dari kewajiban membayar pajak. Ini adalah insentif yang luar biasa, dan penduduk desa berbondong-bondong pindah ke sana. Tapi karena Toyotomi Hideyoshi adalah pemula dalam perencanaan tata kota, Toyotomi Hideyoshi terkejut karena mendapati kemungkinan daerah tersebut menjadi terlalu padat dan dengan tergesa-gesa Toyotomi Hideyoshi menarik kembali kebijakan bebas pajak. Setelah mendengar keluhan dari penduduk kota, One mengusulkan agar Toyotomi Hideyoshi memberlakukan kembali kebijakan
Universitas Sumatera Utara
bebas pajak sesegera mungkin (Masao Kitami, 2005:208). Tentu Toyotomi Hideyoshi kembali memberlakukan kebijakan bebas pajak. Toyotomi Hideyoshi bekerja tanpa henti: memimpin pasukannya ke medan perang; melakukan perjalanan melintasi perbatasan provinsi untuk mendapatkan persediaan bedil dan mesiu; pergi ke Kyoto untuk kunjungan resmi; dan melakukan lusinan tugas lain. Toyotomi Hideyoshi jarang berada di Benteng Nagahama dan memercayakan pengelolaan rumah tangga nya seluruhnya kepada One. Tentu Toyotomi Hideyoshi bangga sekali kepada istrinya dan berterima kasih atas dukungan yang penuh cinta selama bertahun-tahun. Dengarkan pendapat pasangan hidupmu (Masao Kitami, 2005:209). Tidak ada pemimpin yang bisa mencapai keberhasilan sendirian. Semua membutuhkan saran ahli.
Universitas Sumatera Utara