BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Teori Tentang Pariwisata
2.1.1 Pengertian Pariwisata Margenroth dalam Yoeti (1996) menyatakan bahwa pariwisata adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk sementara waktu, untuk berpesiar ke tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan kebudayaan atau keinginan yang beranekaragam dari pribadinya. McIntosh dan Gupta dalam Pendit (2002) menyatakan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses penarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Hunzieker dan Krapt dalam Yoeti (1996) menyatakan kepariwisataan adalah keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu. Berdasarkan definisi pariwisata yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan
Universitas Sumatera Utara
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata hanya untuk menikmati perjalanan tersebut, bertamasya atau berekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. 2.1.2 Bentuk-Bentuk Pariwisata Menurut Pendit (2002)bentuk-bentuk pariwisata dapat dibagi menurut: 1. Asal wisatawan Perlu diketahui apakah wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan, maka disebut pariwisata domestik, sedangkan ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional. 2. Akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan luar dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara keluar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri nya, disebut pariwisata pasif. 3. Jangka waktu Kedatangan
seorang
wisatawan
di
suatu
tempat
atau
negara
diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung
Universitas Sumatera Utara
kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan. 4. Jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilahistilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan. 5. Alat angkut yang digunakan Dilihat dari segi penggunaan alat angkutan oleh wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil. 2.1.3 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata. Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan ”tourism resourch dan tourist service”. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik
Universitas Sumatera Utara
tersendiri yang mampu mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata, antara lain: 1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam. Contoh: iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna. 2. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan religi. 3. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adatistiadat. 4. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah objek wisata. Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik, maka kita harus mengembangkan tiga hal yaitu: 1. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat 2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli 3. Something to do, yaitu suatu aktifitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut. Ketiga hal tersebut merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: 1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain 2. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri 3. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang pembangunan dan pengembangan
Universitas Sumatera Utara
4. Harus menarik Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi atau objek wisata (Pendit:1994). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata atau atraksi wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. 2.2
Teori Tentang Pemasaran Jasa
2.2.1 Pengertian Pemasaran Jasa Menurut Lovelock dan Wright (2005), jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) konsumen. Tampak bahwa didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Karakteristik Jasa Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu terdiri dari intangible (tidak berwujud), inseparability (tidak terpisahkan), variability (bervariasi), perishability (mudah lenyap). Keempat karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Kotler, 2005) : 1. Intangible (Tidak Berwujud) Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, para pembeli akan mencari atau bukti dari mutu jasa. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai mutu jasa dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol, dan harga yang mereka lihat. 2. Inseparability (Tidak Terpisahkan) Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan. Jika seseorang memberikan pelayanan, maka penyedianya merupakan bagian dari jasa. 3. Variability (Bervariasi) Jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu diberikan. Perusahaan dapat melakukan tiga langkah dalam pengendalian mutu. Pertama adalah melakukan investasi untuk menciptakan prosedur perekrutan dan pelatihan yang baik. Kedua adalah menstandarisasi proses pelaksanaan jasa diseluruh organisasi. Ketiga adalah memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei pelanggan dan melakukan belanja perbandingan.
Universitas Sumatera Utara
4. Perishability (Mudah Lenyap) Suatu jasa tidak dapat disimpan, sifat jasa yang mudah lenyap tidak akan jadi masalah apabila permintaan tetap, masalah akan timbul apabila permintaan akan jasa fluktuatif. 2.3
Segmentation, Targetting, dan Positioning Sasaran utama proses segmentation, targetting, dan positioning (STP)
adalah menciptakan dan mempertahankan citra unik merek perusahaan dalam benak konsumen sedemikian rupa. Sehingga merek tersebut memiliki keunggulan kompetitif
yang
berkesinambungan.
Sesuai
dengan
namanya,
prosedur
segmentation, targetting, dan positioning (STP) secara rinci meliputi tiga tahap pokok sebagai berikut: 1. Segmentation a. Mensegmen pasar menggunakan variabel-variabel permintaan, seperti kebutuhan pelanggan, keinginan, manfaat yang dicari, solusi atas masalah yang dihadapi, situasi pemakaian, dan lain-lain. b. Mendeskripsikan segmen pasar yang diidentifikasikan menggunakan variabel-variabel yang bisa membantu perusahaan memahami cara melayani kebutuhan pelanggan tersebut. 2. Targetting a. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen menggunakan variabelvariabel yang bisa menguantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen.
Universitas Sumatera Utara
b. Memilih satu atau lebih segmen sasaran yang ingin dilayani berdasarkan potensial laba segmen tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi korporat perusahaan. 3. Positioning a. Mengidentifikasi konsep positioning bagi jasa perusahaan yang atraktif bagi pelanggan sasaran dan kompatibel dengan citra korporat yang diharapkan perusahaan. 2.4
Strategi Bauran Pemasaran Jasa (Marketing Mix) Bauran pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari
berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Marketing mix produk barang mencakup 4P, product, price, promotion, dan place. Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut masih kurang mencukupi. Para ahli pemasaran menambahkan tiga unsur lagi: people, process, dan customer service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi/operasi hingga konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung. Product (Produk) Product adalah merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut “the offer”.
Universitas Sumatera Utara
Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen. Price (Harga) Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Promotion (Promosi) Promosi
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan manfaat produknya dan untuk meyakinkan pelanggan agar membeli produk yang ditawarkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi yang terdiri dari iklan, penjualan perorangan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, informasi dari mulut ke mulut, dan surat pemberitahuan langsung. Place (Tempat) Place dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Variabelvariabel pemasaran tempat antara lain saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi, ketersediaan, dan transportasi. People (Pelayanan) Orang yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Orang adalah semua partisipan yang memainkan penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan komunikasi jasa berlangsung dalam waktu riil jasa, oleh karenanya dapat mempengaruhi persepsi pembeli.
Universitas Sumatera Utara
Process (Proses) Process merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Customer Service Customer service pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Customer service meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra-transaksi, saat transaksi dan paska transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi, oleh karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi. 2.5
Teori Tentang Pemasaran Pariwisata Pertanyaan tentang adakah ciri-ciri khusus pariwisata sebagai suatu gejala
kegiatan perjalanan masyarakat, yang akan menunjang pemikiran bahwa pemasaran pariwisata itu berbeda dari pengertian umum pemasaran mengenai barang-barang yang dapat dijamah dan jasa-jasanya. Dapat dikatakan bahwa pariwisata itu hanya berupa jasa-jasa yang tidak berbeda dari jasa-jasa lain. Akibatnya pemasaran pariwisata akan mengikuti asasasas yang sama dalam pengertian pemasaran pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Pemasaran Pariwisata Krippendorf dalam Wahab (1988) memberikan batasan pemasaran wisata sebagai berikut, penyesuaian yang sistematis dan terkoordinasi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sektor pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional, dan internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah diterapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang memadai. Yoeti (1990) menyatakan bahwa pemasaran pariwisata (tourism marketing) adalah suatu sistem dan koordinasi yang dilaksanakan sebagai suatu kebijakan bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional, dan internasional untuk dapat mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar. Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan untuk menarik wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak membelanjakan uangnya di suatu tujuan wisata. Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang dirumuskan oleh ahli ekonomi sebagai pemasaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pariwisata merupakan keseluruhan aktivitas yang diarahkan untuk memberikan informasi kepada konsumen yang bertujuan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Pemasaran pariwisata (tourism marketing) sangat kompleks sifatnya karena produk yang ingin dipasarkan sangat terikat dengan supplier yang menghasilkannya,
instansi,
organisasi,
atau
lembaga
pariwisata
yang
mengelolanya. Memasarkan produk industri pariwisata tidak hanya sebatas koordinasi, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara organisasi yang bertanggung jawab dalam pengembangan pariwisata dengan semua pihak yang terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Dalam pandangan Yoety (2005) keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang pemasaran sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum program pemasaran dilaksanakan harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yielding dan merupakan agent of development bagi daerah berkaitan. Bertolak pada industri pariwisata merupakan industri yang berorientasi pada jasa layanan dan mempunyai sifat yang sangat berlawanan dengan industri barang, sangat subjektif, serta intangible maka dengan karakteristik yang dimilikinya tersebut dalam pemasarannya harus memperhatikan strategi pemasaran dalam artian proses segmenting, targetting, positioning, dan marketing mix harus tepat. 2.6
Strategi Pengembangan Pariwisata Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik, yang
berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Dalam konteks pariwisata secara kualitas berarti meningkatkan objek wisata dan peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan penganekaragaman objek wisata serta akomodasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan
pariwisata
harus
merupakan
pengembangan
yang
berencana secara menyeluruh, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan kepariwisataan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menarik jumlah wisatawan yang semakin banyak secara terus menerus sehingga akan merupakan aset penting dalam pembangunan, baik bagi negara dan bagi Kabupaten Tapanuli Selatan khususnya yang bertujuan memajukan perekonomian rakyat. Menurut Happy Marpaung (2002) perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah, dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam
perkembangan
kepariwisataan.
Sesuai
dengan
panduan,
maka
perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada. 2.7
Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: a. Strengths, merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. b. Weakness, merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. c. Opportunities, merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. d. Threats, merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan
ditentukan
sebagai
tabel
informasi
SWOT.
Kemudian
dilakukan
pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi
Universitas Sumatera Utara
alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Matrix kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah alat untuk mencocokkan yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi : SO (strengths-opportunities), WO (weakness-opportunities), ST (strengths-threats), WT (weakness-threats). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matrix SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik. Strategi strengths-opportunities menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi weakness-opportunities, strengths-threats, atau weakness-threats agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi
strengths-
opportunities. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Jika suatu organisasi menghadapi
ancaman
utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk
berkonsentrasi pada peluang. Strategi weakness-opportunities bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang terdapat peluang eksternal
kunci
tetapi
perusahaan
memiliki
kelemahan
internal
yang
menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut. Strategi strengths-threats menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung. Strategi weakness-threats adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal berada pada posisi tidak aman. Organisasi yang seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi. Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada tabel 2. Tujuan dari masing-masing pencocokan adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam Matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi. Tabel 2.1 Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
Identifikasi Kekuatan
Identifikasi Kelemahan
PELUANG (O)
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
Identifikasi Kesempatan
Menggunakan kekuatan untuk
Mengatasi kelemahan
menangkap kesempatan
dengan mengambil kesempatan
ANCAMAN (T)
STRATEGI (ST)
STRATEGI (WT)
Identifikasi Ancaman
Menggunakan kekuatan
Meminimal kelemahan
untuk menghindari ancaman
dengan menghindari ancaman
Universitas Sumatera Utara
2.8
Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)
2.8.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE) Tahap ekstraksi dalam menjalankan audit manajemen strategis adalah membuat matriks evaluasi faktor internal (matriks IFE). Alat formulasi strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan
antara
area-area
tersebut.
Matriks
IFE
dapat
dikembangkan dalam lima tahap: 1. Tuliskan faktor internal utama, tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. 2. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor.. 3. Berikan peringkat 1 sampai dengan 4 untuk masing-masing faktor yang mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat =1), kelemahan minor (peringkat =2), kekuatan minor (peringkat =3), kekuatan utama (peringkat =4). Kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4. 4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. 5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE) Matriks evaluasi faktor eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan. 1. Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit eksternal. Masukkan peluang dan ancaman. 2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). 3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, 4= respon perusahaan superior, 3= respon perusahaan di atas rata, 2= respon perusahaan rata-rata, 1= respon perusahaan jelek. 4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. 2.9
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix) Teknik analisis dalam literatur yang di desain untuk menentukan daya
tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Palnning Matrix – QSPM).
Universitas Sumatera Utara
Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Grand Strategy. Tetapi tidak semua strategi yang disarankan oleh teknik pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM. Dalam hal ini digunakan strategi yang diperoleh dari Matriks SWOT. Berikut merupakan tahapan dalam penyusunan Matriks QSPM, 1. Membuat daftar peluang, ancaman eksternal dan ekkauatan, kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri QSPM 2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE 3. Evaluasi matriks Tahap 2 dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan 4. Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores – AS) 5. Hitung total nilai daya tarik 6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik.
Universitas Sumatera Utara