BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Teori Stakeholder Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Permana,2014:22). Teori
stakeholders
menyatakan
bahwa
perusahaan
melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai upaya untuk memenuhi harapan atau permintaan stakeholders. Namun demikian, perusahaan tetap melakukan identifikasi atas stakeholder dengan menilai mana yang memberikan pengaruh lebih besar serta yang paling penting mengganggu kelangsungan hidup perusahaan jika harapannya tidak terpenuhi sehingga pengungkapan akan dilakukan berdasarkan harapan stakeholders tersebut (Meutia,2008) dalam (Adisusilo,2011:11). Agar perusahaan mampu berkembang dan bertahan lama di dalam masyarakat maka perusahaan membutuhkan dukungan dari para stakeholder-nya. Para stakeholder memerlukan beragam informasi terkait kebijakan serta aktivitas
13
repository.unisba.ac.id
14
perusahaan yang nantinya akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencari dukungan dari para stakeholder-nya. Salah satu Informasi ini adalah informasi yang berhubungan dengan aktivitas tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) perusahaan (Adrian,2013:13).
2.1.2
Teori Signaling Teori sinyal adalah teori yang menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal (Sari dan Zuhrotun,2006) dalam (Putri dan Christiawan,2014:62). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Informasi
tentang
pengungkapan
corporate
social
responsibility
merupakan suatu sinyal perusahan untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, karena CSR terkait dengan acceptability dan sustainability, yang artinya perusahaan diterima dan berkelanjutan untuk dijalankan di suatu tempat dalam jangka panjang. Sementara sinyal perusahaan berupa laba lebih
repository.unisba.ac.id
15
mengkomunikasikan kinerja perusahaan untuk jangka pendek. Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived noise) di dalamnya dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Laba akuntansi dikatakan berkualitas apabila elemen-elemen yang membentuk laba tersebut dapat diintepretasikan
dan
dipahami
secara
memuaskan
oleh
pihak
yang
berkepentingan. Laba perusahaan yang tinggi merupakan good news bagi investor, namun laba yang tinggi saja tidak cukup dijadikan acuan untuk memprediksi prospek perusahaan dimasa datang sehingga dibutuhkan informasi tambahan seperti informasi CSR (Adisusilo,2011:12).
2.1.3
Corporate Social Responsibility
2.1.3.1 Pengertian Corporate Social Reponsibility Menurut Untung (2008:1) dalam buku yang berjudul “Corporate Social Responsibility”, memberikan pengertian mengenai corporate social responsibility sebagai berikut: “Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan”.
Artinya, sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya haruslah berlaku adil, adil disini dimaksudkan dengan perusahaan jangan hanya terfokus dalam mencari laba atau keuntungan dari aspek ekonomi saja sebab itu tidak akan selalu menjamin keberlanjutan perusahaan, disisi lain bila sebuah
repository.unisba.ac.id
16
peruahaan memperhatikan aspek sosial dan juga aspek lingkungan dengan kegiatan Corporate Social Responsibility perusaaan akan lebih tenang, nyaman dan keberlanjutan perusahaan dimasa depan akan tetap terjamin juga. Adapun pengertian corporate social responsibility menurut Kotler (2005:3) dalam bukunya yang berjudul “Corporate Social Responsibility” menyatakan bahwa : “Corporate Social Responsibility is a commitment to improve community well-being through discretionary business practices and contributions of corporate resources”.
Corporate Social Responsibility adalah masalah yang semakin penting bagi para agen ekonomi. Hal ini disebabkan masalah tersebut menjadi perhatian baru untuk semua aspek dari aktivitas perusahaan dan hubungan mereka dengan stakeholders. Kegiatan sosial perusahaan bukan hanya sekedar cara untuk mencapai hasil ekonomi, namun juga dapat mengembangkan hubungan baik dengan stakeholders. Dengan demikian secara tidak langsung dapat menciptakan citra positif bagi perusahaan (Syidatina,2011:13). Dalam corporate social responsibility, perusahaan tidak diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang di refleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line, selain aspek financial juga sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
repository.unisba.ac.id
17
2.1.3.2 Tujuan Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility Masih banyak perusahaan lain yang melakukan CSR dengan beragam bentuk dan sasarannya, hal ini merupakan fenomena positif di lingkungan bisnis, hal ini telah menunjukan menigkatnya kesadaran bahwa jika perusahaan ingin tumbuh secara berkelanjutan maka perusahaan tidak semata-mata mengejar keuntungan tetapi juga harus menjaga aspek sosial dan lingkungan. Adapun tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan corporate social responsibility menurut Chuck Williams (2001:123) yang dikutip oleh Resturiyani (2012:107) menyebutkan bahwa : “Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat memberi manfaat yang terbaik bagi stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan. 1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah pondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang. 2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah. 3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Normanorma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya: be ethical. 4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility”.
repository.unisba.ac.id
18
Keempat jenjang tanggung jawab tersebut perlu dipahami sebagai satu kesatuan. Walaupun demikian, kesalahan interpretasi umumnya kerap terjadi dimana muncul argumen bahwa laba yang harus diutamakan. Tetapi kegiatan mencari keuntungan atau laba hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dengan kegiatan lainnya, seperti mengembangkan masyarakat. Corporate Social Responsibility pada saat ini bukan lagi hanya sekedar kegiatan philanthropy konvensional, memberikan sejumlah dana untuk tujuan-tujuan yang baik di akhir tahun saat pembukuan selesai. Namun sudah lebih luas lagi dan ini justru dijadikan tanggung jawab yang perusahaan lakukan sepanjang tahun untuk lingkungan di sekitar mereka, untuk kegiatan bekerja yang lebih baik, untuk komitmen perusahaan terhadap komunitas lokal dan untuk pengakuan atas brand names perusahaan yang tidak hanya akan bergantung pada kualitas, harga dan keunikan yang mereka miliki, namun juga pada interaksi perusahaan dengan tenaga kerja yang dimilikinya, komunitas dan lingkungan secara kumulatif.
2.1.3.3 Indeks Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terdapat beberapa jenis indeks pengungkapan tanggung jawab social perusahaan, salah satunya adalah GRI (Global Reporting Index) dari Global Reporting Initiative yang merupakan lembaga untuk mempromosikan standar yang diciptakan dengan memberi arahan bagi perusahaan-perusahaan dalam menerbitkan laporan berkelanjutan tentang tanggung jawab sosialnya. Kerangka pelaporan GRI ditujukan sebagai sebuah kerangka yang dapat diterima secara umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dari organisasi.
repository.unisba.ac.id
19
Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya. Kerangka pelaporan GRI mengandung isi bersifat umum dan sektor yang bersifat spesifik, yang telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja berkelanjutan dari sebuah organisasi. Dalam GRI dijelaskan indikator-indikator tentang beberapa kategori CSR, seperti indikator kinerja ekonomi, indikator kinerja lingkungan, praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, indikator hak asasi manusia, serta indikator tanggung jawab produk. Sekala pengukuran untuk pengungkapan CSR digunakan pengukuran dengan skala nominal (dummy), yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Lalu, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan (Sudana dan Arlindania, 2011 :39). Pertanggungjawaban sosial perusahaan tersebut diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting. Namun, banyak perusahaan yang mengungkapkan aktivitas CSR di dalam laporan tahunan (annual report). Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability report membahas pelaporan perusahaan tentang tanggung jawabnya terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial yang akan mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan (Kastutisari dan Dewi,2014:105).
repository.unisba.ac.id
20
Tidak ada kewajiban dalam hal item-item yang perlu diungkapkan. Jadi aspek dan item-item informasi CSR ini masih bersifat sukarela (voluntary). (Lako,2010:65)
dalam
(Kastutisari
dan
Dewi,2014:105),
menganjurkan
perusahaan untuk bisa mulai mengadopsi Sustainability Reporting Guideliness (SRG) dari Global Reporting Initiative (GRI) karena belum adanya pedoman dari pemerintah dan Ikatan Akuntan Indonesia. GRI memberikan pedoman yang cukup komprehensif bagi perusahaan dalam pelaporan informasi terkait dengan biaya (cost), dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Berdasarkan indikator kinerja GRI, pengungkapan CSR terdiri dari tiga indikator kinerja yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pada indikator kinerja sosial, dikategorikan lebih lanjut ke dalam tiga kategori yaitu tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. Sehingga total ada enam indikator. Indikator kinerja menghasilkan perbandingan informasi mengenai kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial. Organisasi didorong untuk mengikuti struktur ini dalam mengkompilasi laporan mereka, namun demikian format lainnya tetap dapat dipilih. Dengan
demikian
penelitian
kali
ini
menggunakan
6
indikator
pengungkapan yaitu indikator-indikator yang terdapat dalam Global Reporting Initiative (GRI), diantaranya : 1. Indikator kinerja ekonomi (economic performance indicator). 2. Indikator kinerja lingkungan (environment performance indicator). 3. Indikator kinerja praktik bisnis dan tenaga kerja (labor practices performance indicator).
repository.unisba.ac.id
21
4. Indikator kinerja hak asasi manusia (human right performance indicator). 5. Indikator kinerja social (social performance indicator). 6. Indikator kinerja produk (product responsibility performance indicator).
2.1.4
Keputusan Investasi
2.1.4.1 Pengertian Keputusan Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin,2010:2). Dengan demikian, dalam pengertian yang lebih luas, kapan saja seseorang memutuskan untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan saat ini, maka ia dihadapkan pada keputusan investasi. Investasi ini digunakan untuk memperbesar uangnya guna konsumsi di masa mendatang. Dalam hal ini, maka investasi dapat dipahami sebagai konsumsi yang ditunda (Tandelilin,2010:3).
2.1.4.2 Dasar Keputusan Investasi Ada beberapa dasar keputusan yang menjadi pertimbangan seseorang dalam berinvestasi, dasar keputusan investasi menurut (Tandelilin,2010:9) terdiri dari :
repository.unisba.ac.id
22
1. Tingkat return harapan, 2. Tingkat risiko, 3. Hubungan antara return dan risiko.
Return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return harapan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Seperti yang dikutip oleh (Listyanti,2011:3), Setiawan dan Hartono (2003) mengatakan bahwa, reaksi investor dapat dilihat melalui pasar yang efisien, dimana bentuk pasar efisien di Indonesia adalah pasar efisien bentuk setengah kuat, yang tercermin dari cepatnya investor bereaksi terhadap masuknya informasi baru dalam mengambil keputusan, investor selalu memasukan faktor-faktor yang tersedia dalam keputusan mereka, jika pelaku pasar (investor) menganggap informasi tersebut sebagai informasi yang baik (good news) maka akan ada reaksi investor yang tercermin melalui peningkatan harga saham maupun volume perdagangan saham. Peningkatan harga saham dapat diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi melalui perubahan harga saham dan aktivitas volume perdangangan saham. Pada kondisi pasar yang efisien adanya abnormal return yang positif akan memicu kenaikkan volume perdagangan saham, begitu pula sebaliknya adanya abnormal return yang negatif dapat memicu
penurunan
volume
perdagangan
saham
(Subekti,2005)
dalam
(Listyanti,2011:3).
repository.unisba.ac.id
23
Dilihat dari sudut pandang investasi, efisiensi berarti bahwa harga pasar yang terbentuk sudah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Efisiensi dalam konteks investasi juga bisa diartikan dalam kalimat “tidak seorang investor pun bisa mengambil untung dari pasar” atau diistilahkan sebagai no one can beat the market. Artinya, jika pasar efisien dan semua informasi bisa diakses secara mudah dan dengan biaya yang murah oleh semua pihak di pasar, maka harga yang terbentuk adalah harga keseimbangan, sehingga tidak seorang investor pun bisa memperoleh keuntungan tak normal dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya (Tandelilin,2010:218). Pasar efisien mengimplikasikan bahwa return harapan adalah sepadan dengan risiko sekuritas, yang dalam hal ini diukur dengan volatilitas return sekuritas. Ketika para investor membeli saham yang beresiko tinggi, dalam jangka panjang mereka mengharap untuk menerima return yang lebih tinggi dibandingkan saham-saham berisiko lebih rendah atau obligasi pemerintah. Akan tetapi dalam jangka pendek, sekuritas yang lebih berisiko mungkin memberikan return yang lebih rendah disbanding aset-aset lainnya. Karena volatilitas harga mengandung kenaikan dan penurunan dalam harga. Dalam pasar efisien, harga sekuritas seharusnya merefleksikan informasi mengenai risiko dan harapan mengenai return masa datangnya. Return yang sepadan dengan risiko saham disebut return normal. Seksi ini membahas model-model matematis yang dapat digunakan untuk menghitung return normal pada sebuah sekuritas. Sedangkan jika pasar adalah tidak efisien, sekuritas-sekuritas akan menghasilkan return yang lebih besar disbanding normalnya, yang disebut return tak normal (abnormal
repository.unisba.ac.id
24
return). Dengan demikian, pengujian efisiensi pasar pada dasarnya adalah pengujian return tak normal (Tandelilin,2010:224). Bentuk pasar efisien dapat dibagi menjadi 2 aspek antara lain: (1) aspek informasi dan (2) aspek pengambilan keputusan. Aspek informasi meninjau efisiensi pasar dari ketersediaan informasi bagi para pelaku pasar, sedangkan aspek pengambilan keputusan meninjau efisiensi pasar dari kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan dari informasi yang tersedia. Efisiensi pasar dari ketersediaan informasi biasa disebut sebagai efisiensi pasar secara informasi. Pasar dikatakan efisien apabila reaksi pasar terhadap adanya informasi cepat dan dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal (abnormal return) dalam jangka waktu yang cukup lama (Jogiyanto,2003) dalam (Listyanti,2011:20). Risiko. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual (tingkat return yang telah diperoleh investor) berbeda dengan return harapan. Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah dari return minimum yang diharapkan. Return minimum yang diharapkan seing kali disebut seagai return yang disyaratkan (required rate of return). Hubungan tingkat risiko dan return harapan. Hubungan antara risiko dan return harapan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return harapan atas aset tersebut, demikian sebaliknya. Gambar 2.1 berikut ini menunjukan hubungan antara return harapan dan risiko pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa jadi alternatif investasi.
repository.unisba.ac.id
25
Investasi
Spekulasi
Tingkat bunga bebas risiko
Judi Kontrak Berjangka
Opsi Obligasi Perusahaan
Saham
Obligasi Pemerintah
RF Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
Risiko sangat tinggi
Gambar 2.1 Hubungan risiko dan return harapan Sumber : Buku portofolio dan investasi (Tandelilin,2010:11)
Garis vertikal dalam gambar 2.1 di atas menunjukan besarnya tingkat return harapan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horizontal memperhatikan risiko yang ditanggung investor. Titik RF pada gambar di atas menunjukan ringkat return bebas risiko (risk free rate), untuk selanjutnya akan ditulis sebagai RF. RF pada gambar di aras menunjukan satu pilihan investasi yang menawarkan tingkat return harapan sebesar RF dengan risiko sebesar nol. Selanjutnya, obligasi pemerintah terlihat mempunyai risiko yang cenderung rendah dan tingkat return yang diharapkan yang juga tidak terlalu tinggi. Sedangkan disisi lain, jika kita berinvestasi pada kontrak futures misalnya, sesuai dengan gambar di atas, terlihat bahwa risiko yang harus ditanggung tergolong sebagai risiko yang tinggi, dengan tingkat return yang diharapkan yang tinggi pula. Kesimpulan yang bias ditarik dari pola hubungan antara risiko dan return harapan adalah bahwa risiko dan return harapan mempunyai hubungan yang
repository.unisba.ac.id
26
searah dan linear. Artinya, semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat return harapan dari aset tersebut, demikian sebaliknya (Tandelilin, 2010:11).
2.1.4.3 Proses Keputusan Investasi Proses
keputusan
investasi
merupakan
proses
keputusan
yang
berkesinambungan (going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.
1. Penentuan tujuan investasi
2. Penentuan kebijakan investasi
3. Pemilihan strategi portofolio
4. Pemilihan aset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja Portofolio Gambar 2.2 Proses Keputusan Investasi Sumber : Portofolio dan Investasi (Tandelilin,2010:13)
repository.unisba.ac.id
27
Penentuan tujuan investasi. Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah penentuan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, lembaga dana pensiun nasabahnya dimasa depan mungkin akan memilih berinvestasi pada portorfolio reksa dana. Sedangkan bagi institusi penyimpan dana seperti bank misalnya, mempunyai tujuan untuk memperoleh retur yang lebih tinggi di atas biaya investasi yang dikeluarkan. Mereka biasnya lebih menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun pada penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan harapan return yang tinggi (Tandelilin,2010:13). Penentuan kebijakan investasi. Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijkan untuk memenuhi tujuan investasi yang teah ditetapkan. Tahap ini dimulaidengan penentuan kepuusan alokasi aset (asset allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus memperhatikan bebagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung (Tandelilin,2010:13). Pemilihan strategi portofolio. Ada dua strategi portofolio yang bias dipiih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif unuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.
repository.unisba.ac.id
28
Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas informasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham (Tandelilin,2010:14). Pemilihan aset. Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan aset-aset yang akan dimasukan dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi porofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return yang diharapkan yang tertinggi dengan tingkat risiko terentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu atau sebaliknya menawarkan
return
diharapkan
tertentu
dengan
tingkat
risiko
teredah
(Tandelilin,2010:14). Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses keputusan investasi. Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita langsung mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap terakhir, karena sekali lagi, proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan dan terus menerus. Artinya, jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk menetahui sberapa baik kineja portofolio yang telah
repository.unisba.ac.id
29
ditentukan dibandingkan dengan kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar) (Tandelilin,2010:16).
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan terhadap keputusan investasi belum terlalu banyak dilakukan, namun berikut merupakan
beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar
dalam penelitian ini. Berikut daftar penelitian disajikan pada tabel 2 dibawah ini.
NO
Peneliti & Tahun
1
Cheng dan Christiawan (2011)
2
Kastutisari Dewi (2014)
3
Listyanti (2011)
Tabel 2 Penelitian Terdahulu Judul HASIL PENELITIAN Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan.
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return
Pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Penelitian menunjukkan bahwa kedua investor dan perusahaan masih memiliki persepsi rendah tentang CSR. Pengungkapan CSR tidak menyebabkan reaksi investor, sehingga tidak mempengaruhi abnormal return. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa investor kurang peduli dengan tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.
Pengaruh Pengungkapan Tanggng Jawab Sosial
Berdasarkan analisis regresi menunjukan bahwa corporate social responsibility berpengaruh
repository.unisba.ac.id
30
4
Dwi dan Nathaniel (2011)
5
Indrawati (2009)
Perusahan terhadap Reaksi Investor
positif dan signifikan terhadap abnormal return dengan tingkat signifikan 0,031. Corporate social responsibility juga mampu mempengaruhi unexpected trading volume dengan tingkat signifikan 0,040. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap reaksi investor dan menjadikan tanggung jawab sosial sebagai salah satu sumber dalam melakukan keputusan investasi.
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Earning Response Coefficient
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Hal ini dapat dikatakan bahwa investor belum memperhatikan informasiinformasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam melakukan keputusan investasi. Investor masih mengganggap informasi laba lebih bermanfaat dalam menilai perusahaan dan dianggap lebih mampu memberikan informasi untuk mendapatkan return saham yang diharapkan oleh investor dibandingkan dengan informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report Serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance
Perusahaan yang memiliki tingkat tanggung jawab sosial yang tinggi akan direspon secara positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Para investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup.
repository.unisba.ac.id
31
6
Maristi (2013)
Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure dan Kebijakan Dividen Terhaadap Reaksi Investor
Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure berpengaruh positif terhadap reaksi investor dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 (sig < α 0,05) dengan koefisien β 0,748 yang positif maka Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure mempunyai hubungan positif terhadap reaksi investor . Artinya, Semakin banyak Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure diungkapkan, semakin banyak pula para investor memberikan nilai positif bagi perusahaan tersebut sehingga tidak ragu untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
Sumber: Diringkas untuk penelitian ini, 2015
2.3 Kerangka Pemikiran Mengacu pada signaling theory yang menyatakan bahwa sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk mepertimbangkan dan menentukan apakah para investor akan menanamkan atau tidak sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan tersebut. Saat ini para investor mulai memperhatikan informasi-informasi yang menurut mereka bermanfaat bagi masa depan dana yang mereka investasikan, para investor saat ini tidak melihat hanya dari segi profit yang perusahaan dapatkan, namun juga para investor mulai memperhatikan laporan tanggung jawab sosial atau yang kita kenal dengan Corporate Social Responsibility Disclosure dalam laporan tahunan perusahaan sebab ini penting dalam pertimbangan proses pengambilan keputusan investasi investor dan juga kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Para investor cenderung
repository.unisba.ac.id
32
menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup atau perusahaan yang memiliki standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup. Sebab dengan perusahaan melaksanakan kegiatan CSR diharapkan agar keberlangsungan atau kontinuitas perusahaan bisa terjamin sehingga dana investasi yang diinvestasikan pada perusahaan tersebut bisa terjamin dan juga bisa memberikan keuntungan dimasa depan baik bagi investor ataupun bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Seperti yang diungkapkan oleh (Maristi,2013:14) bahwa, semakin banyak Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure diungkapkan, semakin banyak pula para investor memberikan nilai positif bagi perusahaan tersebut sehingga tidak ragu untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Pengungkapan
corporate
social
responsibility
diharapkan
dapat
memberikan informasi yang menghasilkan reaksi positif dari investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan sehingga bisa bermanfaat dalam membantu investor dalam mengambil keputusan. Penelitian yang mendukung adanya adalah penelitian yang dilakukan Listyanti (2011) yang mana hasil analisis regresi menunjukan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan (corporate social responsibility) dalam laporan tahunan perusahaan terhadap abnormal return yang dapat meningkatkan unexpected trading volume. Dari hasil uji hipotesis dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat
mempengaruhi
investor
dalam
mengambil
keputusan.
Hal
ini
repository.unisba.ac.id
33
mengindikasikan bahwa investor di Indonesia sudah mulai menggunakan informasi sosial lingkungan dalam melakukan keputusan investasi. Dengan mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berdasarkan kerangka teori pada penelitian ini dapat disusun sebuah bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengungkapan Corporate
Keputusan Investasi
Social Responsibility (CSR)
Abnormal Return
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil dugaan sementara bahwa, terdapat pengaruh antara pengungkapan corporate social responsibility terhadap keputusan investasi.
repository.unisba.ac.id