BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Pada saaat ini seringkali kita mendengar istilah “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang melakukan sesuatu. Polisi misalnya berusaha mengungkap motif apa dibalik seseorang melakukan aksi penipuan, atau apa motif si Aman rajin membaca buku pelajaran dan seterusnya. Berawal dari kata motif tersebut menurut Sardiman (2010: 73) maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini menurut Gleitman (Syah, 1995:136) ‘Motivasi berarti pemasok daya (Energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.’ Menurut Mc Donald (Syah, 2004:136) bahwa ‘Motivation is an energy change with in the person caharacterized by affective arrausal and anticipatory goal reaction’, yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sardiman (2006:73) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi
13
14
dalam berbagai situasi. Para ahli mendefinisikan pengertian motivasi dengan cara dan gaya yang berbeda namun esensinya menuju pada maksud yang sama, seperti yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin (2004:37) bahwa motivasi merupakan: 1) Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau 2) Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Suatu motivasi tumbuh dan berkembang dari individu itu sendiri (motivasi intrinsik) dan dari lingkungan (motivasi ektrinsik). Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar kuat akan mempunyai banyak energi untuk melaksanakan kegiatan belajar.
15
2.1.2 Teori Motivasi Lebih lanjut mengenai motivasi, Catharina (2004:120-137) menyatakan bahwa teori-teori motivasi dibagi menjadi 6, antara lain sebagai berikut: Teori Belajar Behavioral Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan. Siswa yang diperkuat untuk belajar akan termotivasi untuk belajar, namun bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar maka anak itu tidak termotivasi untuk belajar. Para tokoh yang mendukung dan mengembangkan teori ini diantaranya adalah Robert M. Yerkes, J.D. Dodson, Clark Hull dan Kurt Lewin. Teori Kebutuhan Manusia Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak kebutuhan dasar yang semuanya harus dipenuhi seperti makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif. Teori Disonansi Covington merupakan tokoh yang mempopulerkan teori ini. Dalam teori disonansi ini menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat, kebanyakan perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Misalnya jika anak memilki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik dan jujur, maka anak itu akan berperilaku baik dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang melihatnya.
16
Teori Kepribadian Teori yang dipopulerkan oleh McCombs ini mengungkapkan bahwa istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Anak pergi ke perpustakaan karena ingin mencari buku yang dibutuhkan; atau ingin memperoleh nilai yang baik pada semua mata pelajaran agar memperoleh rangking satu. Itulah sebabnya istilah motivasi dapat diterapkan pada perilaku diberbagai situasi. Teori Atribusi Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan anak, Weiner menyatakan ada tiga karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak, yaitu: penyebab keberhasilan atau kegagalan itu dipandang dari dalam (dalam diri anak) atau dari luar; dipandang sebagai sesuatu yang bersifat stabil atau tidak stabil, dipandang dari sesuatu yang dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan. Selain dipelopori oleh Bernard Weiner, teori ini juga didukung oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Fritz Heider dan Harold Kelley. Teori Motivasi Berprestasi Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi yang dipopulerkan oleh McClelland, menurut teori ini bahwa kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan/ kegagalan. Siswa yang memilki motivasi berprestasi, mereka cenderung memilki patner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas. (Catharina, 2004:120-137).
17
2.1.3 Pengukuran Motivasi Belajar Oleh karena motivasi sangat berperan penting dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar maka diperlukan informasi lebih lanjut mengenai motivasi tersebut dan berikut adalah cara pengukuran dan usaha peningkatan kekuatan motivasi kerja dan belajar (Syamsudin, 2004:40) yang diidentifikasi dalam indikator sebagai berikut: 1) Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan) 2) Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu) 3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatan) pada tujuan kegiatan 4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan dalam mencapai tujuan 5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwa atau nyawa ) untuk mencapai tujuan 6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan 7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak) 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif). Indikator-indikator di atas menunjukkan seberapa besar motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu hal, dalam hal ini tentunya adalah belajar.
18
Untuk melihat seberapa besar motivasi siswa dalam belajar, kita dapat mengambil salah satu indikator, sebagai contoh indikator di atas mengenai durasi kegiatan adalah dengan melihat seberapa lama siswa fokus dan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Jika siswa tersebut fokus dari awal kegiatan belajar mengajar sampai berakhirnya kegiatan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Sebaliknya jika siswa tersebut tidak fokus selama proses belajar mengajar berlangsung , maka dapat dikatakan siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang rendah bahkan mungkin tidak memiliki motivasi untuk belajar sama sekali.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar Selain indikator-indikator seperti yang tertera di atas, ada hal lain yang penting untuk diketahui, yaitu prinsip-prinsip motivasi. Oleh karena motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang dan agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip dalam motivasi penting untuk diketahui dan diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Berikut prinsipprinsip motivasi belajar menurut Syaiful Bahri (2002:119) 1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar 2) Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar 3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
19
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Belajar adalah suatu hal yang diwajibkan untuk semua orang, belajar sebenarnya menyenangkan. Namun, selalu ada saja hambatan-hambatan yang membuat kita enggan untuk belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain : a. Cita-cita atau aspirasi siswa Dari segi manipulasi kemandirian, keinginan yang tidak terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar, dari segi pembelajaran penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama bahkan sampai sepanjang hayat. Cita-cita seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. b. Kemampuan siswa Keinginan siswa perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya. c. Kondisi siswa Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan mengganggu perhatiannya dalam belajar.
20
d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan karena pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya seperti surat kabar, majalah, radio, televisi semakin menjangkau siswa. Semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajarnya. Sedangkan menurut Wlodkowski dan Jaynes (Siti Suhaebah, 2005: 14) motivasi belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : a. Budaya Setiap kelompok etnik mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar. Ibu-ibu kebangsaan Jepang lebih menekankan usaha (effort) daripada kemampuan (ability), dibandingkan dengan ibu-ibu kebangsaan Amerika yang mengutamakan penampilan sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua akan mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menanamkan energi si anak. b. Keluarga Faktor keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi belajar seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah
21
professional muda (28 tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam karirnya dalam berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurology, pianis, maupun olah ragawan, menunjukan ciri-ciri yang sama yaitu adanya keterlibatan orang tua mereka. Mereka menunjukan adanya keterlibatan langsung orang tua dalam belajar anak, mereka melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan tujuan mereka. c. Sekolah Faktor Sekolah ini sangat penting dalam upaya menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa, dimana dalam sekolah ini meliputi peran guru, fasilitas belajar,dan lain sebagainya. Peran guru dalam memotivasi siswa sudah tidak diragukan lagi karena guru di sini berperan sebagai manajer ketika proses belajar mengajar berlansung. Di bawah ini beberapa kualitas guru yang efektif dalam memotivasi anak, yaitu : 1) Guru selaku manajer yang baik. 2) Guru mengharapkan siswanya untuk menjadi murid yang sukses. 3) Guru memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya. 4) Guru memberikan umpan balik bagi muridnya. 5) Guru memberikan tes yang adil. 6) Guru menjelaskan kriteria perilaku penilaiannya. Guru mau merangsang nalar anak. 7) Guru membantu anak untuk menyadari pertumbuhan kompetensi dan penguasaan murid. 8) Guru mampu bersikap empati. Guru menilai pengetahuan di atas nilai.
22
Jelas bahwa peran guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa sangatlah penting, karena motivasi belajar pada umumnya tidak datang dengan sendirinya namun dibutuhkan sebuah rangsangan yang membuat para siswa tertarik dan mau untuk belajar lebih giat lagi. Oleh karena itu di sini guru harus mengetahui karakteristik siswa dan harus kreatif dalam mengelola kegitan belajarmengajar di kelas. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswanya seorang guru dapat melakukan berbagai cara diantaranya dengan menggunakan media yang tepat ketika proses belajar mengajar berlangsung. Pengguanaan media pembelajaran yang tepat setidaknya akan sedikit mengurangi tingkat kejenuhan siswa terhadap materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang membutuhkan daya nalar dan perhitungan seperti mata pelajaran ekonomi misalnya, dan dengan penggunaan media yang tepat ini diharapkan akan mampu memompa motivasi siswa untuk belajar sehingga proses belajar mengajar akan berlangsung dengan lancar. Namun faktor sekolah ini tidak hanya didominasi oleh peran guru saja dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, faktor lain seperti fasilitas belajar terutama sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah juga akan turut mempengaruhi motivasi belajar siswa. Bisa kita lihat bahwa di sekolah-sekolah unggulan yang menghasilkan lulusan terbaik, biasanya memiliki fasilitas belajar yang lengkap sehingga membuat para siswanya akan merasa nyaman dalam belajar tanpa ada kendala yang berarti. Kemudian dengan sendirinya motivasi belajar siswa untuk belajar akan semakin kuat dan inilah yang membuat sekolah-
23
sekolah unggulan tersebut dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas tinggi.
2.1.6
Strategi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menurut Djamarah dan Zain (Zainu Hamid, 2008:17) strategi untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: • Memberi angka Angka yang dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Angka yang di berikan kepada siswa biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan atau tugas yang telah mereka peroleh dari hasil penilain guru, angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. • Hadiah Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada anak didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab ulangan formatif yang di berikan, dapat meningkatkan disiplin belajar dan sebagainya. Hadiah berupa benda seperti buku tulis, pensil, pena, balpoint, penggaris, buku bacaan dan sebagainya dapat di manfaatkan untuk kepentingan belajar anak didik. Demikian juga halnya dengan hadiah berupa makanan seperti permen, roti, dan sejenisnya dapat dugunakan untuk mendapatkan unpan balik dari anak didik di dalam kegiatan belajar mengajar. Pemberian hadiah tersebut tidak di lakukan ketika anak didik sedang belajar, tetapi setelah anak didik menunaikan tugasnya
24
dengan baik. Misalnya anak didik dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, maka di berikan beberapa butir permen. Pemberian hadiah secara tiba-tiba (spontanitas) kepada anak didik yang menunjukan prestasi kerjanya yang gemilang di ahir kegiatan pengajaran. Dengan begitu, maka anak didik akan merasa bangga karena hasil kerjanya di hargai dalam bentuk materi. Hal itu juga menjadi dorongan bagi anak didik lainnya untuk selalu bersaing dalam belajar. • Pujian Pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang di puji, tak peduli tua atau muda, bahkan anak-anakpun senang di puji atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai di kerjakannya dengan baik. Orang yang di puji merasa bangga karena hasil belajar atau kerjanya mendapat pujian dari orang lain. Kata-kata seperti “kerjamu bagus”, “kerjamu rapi”, “kamu cerdas”, “selamat sang juara kelas”, dan sebagainya adalah sejumlah kata-kata yang biasanya di gunakan oleh orang lain untuk memuji orang-orang tertentu yang di anggap perpresatasi. Dalam kegiatan belaja mengajar, pujian dapat di manfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka mereka juga senang di puji. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan anak didik. Pujian dapat berfungsi untuk menggairahkan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar berlangsug. • Gerakan tubuh Gerakan tubuh dalam bentuk mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, menaikan bahu, geleng-geleng
25
kepala, menaikan tangan dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik. Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan gairah belajar anak didik, sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan. Hal ini terjadi karena interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik seiring untuk mencapi tujuan pengajaran. Anak didik memberikan tanggapan atas stimulus yang guru berikan. • Saingan atau kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual ataupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa juga sangat baik di gunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa. • Memberi tugas Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk di selesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar anak didik. Tugas dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Tidak hanya dalam bentuk tugas kelompok, tetapi dapat juga dalam bentuk tugas perorangan. Tugas dapat di berikan oleh guru setelah selesai menyampaikan bahan pelajaran. Caranya, sebelum bahan diberikan, guru dapat memberitahukan kepada anak didik bahwa setelah penyampaian bahan pelajaran semua anak didik akan mendapatkan tugas yang di berikan oleh guru. Tugas yang diberikan dapat berupa membuat rangkuman dari bahan pelajaran yang baru di jelaskan, mengerjakan
26
contoh-contoh soal yang telah di jelaskan, membuat kesimpulan, menjawab masalah tertentu yang telah di persiapkan, dan sebagainya. Anak didik yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan memperhatikan penyampaian bahan pelajaran. Mereka
berusaha
meningkatkan
perhatian
dengan
konsentrasi
terhadap
penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru. Sebab bila tidak, tentu mereka hawatir tidak akan mampu menyelesaikan tugas yang di berikan itu dengan baik. • Memberi ulangan Ulangan yang diberikan kepada anak didik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan yang telah di berikan dalam kegiatan belajar mengajar. ulangan dapat guru manfaatkan untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang di berikan di kelas. Ulangan dapat di berikan pada setiap ahir kegiatan pengajaran. Agar perhatian anak didik terhadap bahan yang akan di berikan dapat bertahan dalam waktu yang relative lama, guru sebaiknya memberitahuka kepada anak didik bahwa di ahir pelajaran akan di adakan ulangan. • Mengetahui hasil Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam diri setiap orang. Jadi, setiap orang selalu ingin mengetahui sesuatu yang belum di ketahuinya. Dorongan ingin mengetahui membuat seseorang berusaha dengan cara apapun agar keinginanya itu menjadi kenyataan atau terwujud. Jarak dan waktu, tenaga maupun materi tidak menjadi soal, yang penting hal-hal yang belum di ketahuinya dapat dilihat secara langsung.
27
Karena anak didik adalah manusia, maka di dalam dirinya ada keinginan untuk mengetahui sesuatu. Guru tidak harus mematikan keinginan anak didik untuk mengetahui, tetapi memanfaatkannya untuk kepentingan pengajaran. Setiap tugas yang telah di selesaikan oleh anak didik dan telah diberi angka (nilai) sebaiknya, guru bagikan kepada mereka agar mereka bisa mengetahui prestasi kerjanya. Kebenaran kerja yang di lakukan oleh anak didik dapat di pertahankan, sedangkan kesalahan kerja yang di lakukan oleh anak dapat di perbaiki di masa mendatang. Tentu saja kesalahan kerja anak didik itu perbaikannya dengan bantuan atau bimbingan dari guru. • Hukuman Hukuman adalah perlakuan yang negatif, tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman yang di maksud adalah hukuman yang bersifat mendidik. Kesalahan anak didik karena melanggar disiplin dapat di berikan hukuman berupa mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan atau apa saja yang sifatnya mendidik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik yang membuat keributan dapat di berikan sanksi untuk menjelaskan kembali bahan pelajaran yang baru saja di jelaskan oleh guru. Sanksi segera di lakukan jangan di tunda, karena tujuannya untuk mendapat umpan balik dari anak didik terhadap bahan pelajaran yang baru saja dijelaskan oleh guru tersebut. Sedangkan menurut Subchi A. Fikri (2010) salah satu teknik atau metode pendidikan Islam untuk meningkatkan motivasi belajar adalah pendidikan dengan pemberian penghargaan dan hukuman. Penghargaan atau hadiah dalam pendidikan anak akan memberikan motivasi untuk terus meningkatkan atau paling
28
tidak mempertahankan prestasi yang telah didapatnya, di lain pihak temannya yang melihat akan ikut termotivasi untuk memperoleh hal yang sama. Sedangkan hukuman atau sanksi sangat berperan penting dalam pendidikan anak sebab pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sudah menjadi tabiat manusia memiliki kencendrungan kepada kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu pendidikan Islam berupaya mengembangkan manusia dalam berbagai jalan kebaikan dan jalur keimanan. Demikian pula pendidikan Islam berupaya menjauhkan manusia dari keburukan dengan segala jenisnya. Jadi tabiat ini merupakan kombinasi antara kebaikan dan keburukan, maka tabiat baik perlu diarahkan dengan memberikan imbalan, penguatan dan dorongan, sedangkan tabiat buruk perlu dipagari dan dicegah. Cara pengarahan ini dikenal dalam al-Qur’an dengan metode targhib dan tarhib. Targhib dan tarhib merupakan salah satu teknik pendidikan yang bertumpu pada fitrah manusia dan keiginannya pada imbalan, kenikmatan dan kesenangan. Metode ini pun bertumpu pada rasa takut mausia terhadap hukuman, kesulitan dan akibat buruk. Tekhnik imbalan (targhib) diisyaratkan Allah dalam Surat Ali Imran ayat 133:
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” Adapun tekhnik hukuman (tarhib) diungkapkan dalam Firman Allah Swt salah satunya pada surat at-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…”.
29
Konsep pemberian penghargaan dan hukuman untuk meningkatkan motivasi belajar ini juga didukung oleh beberapa pandangan ahli pendidikan islam, dan berikut pandangan pakar pendidikan islam tentang penghargaan dan hukuman.
1. Pandangan Imam al-Ghazali Menurut al-Ghazali hendaknya para guru memberikan nasehat kepada siswanya dengan kelembutan. Guru di tuntut berperan sabagai orang tua yang dapat merasakan apa yang dirasakan anak didiknya, jika anak memperlihatkan suatu kemajuan, seyogianya guru memuji hasil usaha muridnya, berterima kasih padanya, dan mendukungnya terutama di depan teman-temannya. Guru perlu menempuh prosedur yang berjenjang dalam mendidik dan menghukum anak saat dia melakukan kesalahan. Apabila pada suatu kali anak menyalahi perilaku terpuji, selayaknya pendidik tidak membongkar dan membeberkan kesalahan-kesalahannya itu. Mengungkapan rahasianya itu mungkin akan membuatnya semakin berani melanggar. Jika anak mengulangi kesalahan yang sama, tegurlah dengan halus dan tunjukkan urgensi kesalahannya. Al-Ghazali juga mengingatkan bahwasanya menegur dan mencela secara berkesinambungan
dan
mengungkit-ungkit
kesalahan
yang
dilakukannya
membuat anak menjadi pembangkang. Sehubungan dengan hal tersebut AlGhazali menegaskan ”Jangan terlampau banyak mencela setiap saat karena perkataan tidak lagi berpengaruh dalam hatinya. Hendaknya guru atau orang tua menjaga kewibawaan nasehatnya.”
30
2. Pandangan Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun mengemukakan masalah imbalan dan hukuman di dalam bukunya al-Muqaddimah, beliau tidak menyebutkan selain seorang pendidik harus mengetehui cara pertumbuhan akal manusia yang bertahap hingga ia mampu mensejalankan pertumbuhan itu dengan pengajarannya terhadap anak didik. Ia menasehatkan agar tidak kasar dalam memperlakukan anak didik yang masih kecil, mencubit tubuh dalam pengajaran merusak anak didik, khususnya anak kecil. Perlakuan kasar dan keras terhadap anak kecil dapat menyebabkan kemalasan dan mendorong mereka untuk berbohong serta memalingkan diri dari ilmu dan pengajaran. Oleh karena itu pendidik harus memperlakukan anak didik dengan kelembutan dan kasih sayang serta tegas dalam waktu-waktu yang diutuhkan untuk itu.
3. Pandangan Ibnu Jama’ah Pemberian imbalan lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak dari pada pemberian hukuman. Sanjungan dan pujian guru dapat mendorong siswanya untuk meraih keberhasilan dan prestasi yang lebih baik. Ibnu Jama’ah lebih memprioritaskan imbalan, anggapan baik, pujian dan sanjungan. Hal ini perlu dijelaskan oleh guru bahwa pujian itu disebabkan oleh upaya dan keunggulan siswa tersebut, sehingga siswa dapat memahaminya. Ibnu Jama’ah sangat menghindar dari penerapan hukuman yang dapat menodai kemuliaan manusia dan merendahkan martabatnya. Jadi hukuman itu merupakan bimbingan dan pengarahan perilaku serta pengendaliannya dengan
31
kasih sayang. Hukuman perlu diberikan dengan landasan pendidikan yang baik dan ketulusan dalam bekerja, bukan berlandaskan kebencian dan kemarahan.
2.2 Media Pembelajaran Visual 2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Pada dasarnya media pembelajaran adalah suatu alat untuk dapat memberikan gambaran secara jelas kepada siswa dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya Sadiman (2006:6) mengungkapkan pendapatnya tentang media pembelajaran sebagai berikut, “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar”. Sedangkan menurut Hamijaya (Rohani, 1997:2) adalah semua bentuk perantara yang dipakai oleh penyebar ide sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan sebuah alat perantara yang digunakan guru sebagai penghantar pesan (materi pelajaran) kepada siswa sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam sistem kegiatan belajar mengajar (KBM). Komponen ini tidak dapat diabaikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung karena media pembelajaran memiliki peran penting baik untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran maupun bagi siswa itu sendiri dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru.
32
Namun demikian, penggunaan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar harus disesuaikan dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai sehingga tepat sasaran. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, diantaranya: tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana, ketepatgunaan media, efisien dan kualitas teknis. Penggunaan
media
pembelajaran
dapat
membantu
guru
dalam
menyampaikan konsep materi pelajaran yang harus dikuasai dan dipahami oleh siswa, selain itu siswa pun dengan nyaman dapat menerima segala materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Penggunaan media dalam pembelajaran atau sering disebut juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar akan membangkitkan motivasi belajar siswa, meningkatkan berpikir kritis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan, membuat siswa merasa nyaman dan betah dengan materi yang disampaikan walaupun materi tersebut dianggap sulit, dan menimbulkan pengaruh-pengaruh psikologis positif lainnya yang dirasakan oleh siswa. Media pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah beragam jenis dan macamnya. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang guru mencari, memilih dan menemukan media yang tepat untuk dipergunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan materi yang akan dibahas di kelas. Sehingga nantinya tercipta keserasian antara materi yang dibahas dengan media pembelajaran yang dipergunakan sehingga siswa pun
33
dengan mudah menangkap dan memahami materi yang disampaikan untuk nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Teori Media Pembelajaran Menurut Gagne dalam Sadiman (1955:6) media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu secara fisik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan merangsang siswa untuk belajar. Sehubungan hal di atas, Toto Fathoni membagi teori media pembelajaran ke dalam 3 teori yakni teori semiotic, kognitif dan teori kontekstual. Teori Semiotic ini berpendapat bahwa dalam sebuah teks itu terdapat banyak tanda dan pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan tanda-tanda tersebut. Salah satu tokoh pelopor teori semiotic adalah C.S Peirce, Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
Gambar 2.1 Segitiga Makna C.S Peirce (Sumber: Bambang Sukmawijaya, 2008)
34
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. (Bambang Sukmawijaya, 2008)
Dalam pembelajaran tanda ini dapat diartikan sebagai media yang memberikan sebuah informasi penting kepada peserta didik untuk dipahami lebih dalam lagi. Sebagai contoh ketika seorang guru memperlihatkan sehelai koran yang didalamnya terdapat gambar lingkungan perumahan yang kumuh, gambar anak-anak yang terkena penyakit busung lapar dan sebagainya maka secara tidak langsung guru tersebut telah memeberikan (tanda) informasi tentang kemiskinan yang ada di lingkungan sekitar. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
35
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya
dalam
tahapan-tahapan
perkembangan,
saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. ( Muhammad Baitul Alim, 2009) Teori pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan kontens mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan atara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. http:/ratnasari.student.fkip.uns.ac.id Jika dikaitkan dengan media pembelajaran, teori pembelajaran kontekstual yang menghubungkan antara kontens mata pelajaran dengan situasi dunia nyata maka media pembelajaran merupakan alat yang tepat untuk menghubungkan kedua hal tersebut, sebagai contoh ketika seorang guru menerangkan materi pelajaran tentang inflasi maka agar siswa dapat lebih memahami dan melihat situasi tentang inflasi tersebut maka guru tersebut dapat mengguanakan media pembelajaran misalnya dalam bentuk koran yang memuat berita tentang inflasi, atau dengan menggunakan media audio visual yang berisikan tentang berita tentang inflasi saaat ini serta dampak yang diakibatkan oleh inflasi tersebut. Sehingga nantinya siswa tidak hanya menguasai konsep tetapi mengetahui lebih jauh materi tersebut dalam dunia nyata.
36
2.2.3 Fungsi Media Pembelajaran Media menjadi salah satu faktor penting yang tidak bisa dilepaskan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung karena fungsinya yang vital yakni dapat menimbulkan motivasi belajar bagi para siswa itu sendiri. Sehubungan dengan hal di atas Mc. Known (Rohani, 1997:8) mengungkapkan bahwa media pembelajaran memiliki 4 fungsi, yakni: a. Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik. b. Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik karena: 1. Media pembelajaran pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta didik. 2. Penggunaan media pembelajaran memberikan kebebasan kepada peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisional. 3. Media pembelajaran lebih konkret dan mudah dipahami. 4. Memungkinkan peserta didik untuk berbuat sesuatu. 5. Mendorong peserta didik untuk tahu lebih banyak. Sedangkan Derek Rowntree (Rohani 1997:7-8), menjelaskan bahwa media pembelajaran berfungsi: a. Membangkitkan motivasi belajar. b. Mengulang apa yang telah dipelajari c. Menyediakan stimulus belajar. d. Mengaktifkan respon peserta didik.
37
e. Memberikan balikan dengan segera. f. Menggalakan latihan yang serasi. Kemudian fungsi media untuk membangkitakan motivasi belajar dipertegas pula oleh Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain : (1) Dapat menghindari terjadinya verbalisme, (2) Membangkitkan minat atau motivasi, (3) Menarik perhatian, (4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) Mengaktifkan siswa dalam belajar dan (6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
2.2.4 Jenis-jenis Media Selain itu, ada beberapa jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran yang cukup banyak ragamnya, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Berdasarkan klasifikasi media dapat dibedakan menjadi : 1) Media visual yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang sederhana dan tidak memerlukan alat proyektor serta layar untuk memproyeksikan, perangkat lunak untuk media ini tidak tembus cahaya sehingga tidak dapat dipantulkan. Jenis media ini meliputi: gambar diam (still picture), illustrasi (gambar, tulisan, gerak, bunyi), karikatur dan lain sebagainya.
38
2) Media
Visual
yang
diproyeksikan,
merupakan
media
yang
dapat
diproyeksikan pada layar melalui OHP, sslide proyektor, filmstrip proyektor, opeque proyektor. 3) Media Audio, merupakan media untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan melalui indera pendengaran. Media ini meliputi, program wicara, wawancara, warta berita, program dokumenter dll. 4) Media Audiovisual, merupakan media yang tidak hanya dapat dilihat/ diamati atau didengar, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang dapat divisulisasikan. Media ini meliputi, slide suara, televisi (closed circuit television/ CCTV dan television broadcast/ televisi siaran). Sedangkan
Bretz
(Sardiman
1993:20)
membagi
bentuk
media
pembelajaran kedalam 8 bentuk, yaitu: a. Media audio visual gerak b. Media audio visual diam c. Media audio viual semi-gerak d. Media visual gerak e. Media visual diam f. Media visual semi-gerak g. Media audio h. Media cetak Memperhatikan berbagai penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar pada setiap diri siswa yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar itu sendiri.
39
Kemudian bentuk atau jenis media pembelajaran pada dasarnya terbagi atas tiga jenis, yaitu: media visual, media audio dan media audio visual, yang tentunya dari masing–masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2.2.5 Pengertian Media Pembelajaran Visual Salah satu media yang dapat dipergunakan guru guna membangkitkan motivasi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran visual. Media Pembelajaran Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media pembelajaran visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Dengan demikian media pembelajaran visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran. Sedangkan menurut Adi Kusrianto, media visual adalah komunikasi visual yang hendak disampaikan oleh guru kepada para peserta didik dalam hal ini siswa. Menurut Adi Kusrianto (2007 : 10) :
40
“komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan”.
Beberapa pengertian di atas menjelaskan bahwa media pembelajaran visual adalah media pembelajaran yang menempatkan unsur visual (penglihatan) sebagai sasaran utama dalam upaya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran. Oleh karena itu, agar pesan tersebut tersampaikan dengan baik maka pembuatan media pembelajaran visualnya pun harus baik pula.
2.2.6 Jenis-jenis Media Visual Media visual ini sendiri mempunyai ragam jenis yang berbeda, seperti yang telah diuaraikan di atas bahwa media visual terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 5) Media visual yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang sederhana dan tidak memerlukan alat proyektor serta layar untuk memproyeksikan, perangkat lunak untuk media ini tidak tembus cahaya sehingga tidak dapat dipantulkan. Jenis media ini meliputi: gambar diam (still picture), illustrasi (gambar, tulisan, gerak, bunyi), karikatur dan lain sebagainya. 6) Media
visual
yang
diproyeksikan,
merupakan
media
yang
dapat
diproyeksikan pada layar melalui OHP, slide proyektor, filmstrip proyektor, opeque proyektor. Pada saat ini media visual yang sering digunakan di sekolah-sekolah khususnya oleh guru-guru ekonomi adalah media visual yang diproyeksikan dalam bentuk powerpoint, karena selain mudah membuatnya powerpoint juga bisa
41
mengkombinasikan antara gambar dengan tulisan sehingga dapat menarik perhatian serta motivasi peserta didik untuk lebih giat belajar.
2.3 Fasilitas Belajar 2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar Menurut Radias Saleh (1991:21) fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar agar pencapaian tujuan belajar lancar, efektif dan efisien. Sedangkan menurut Ibrahim Batada (2002:2) Fasilitas belajar adalah semua perangkat yang digunakan dalam proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal senada juga diungkapkan oleh The Liang Gie, fasilitas adalah persyaratan yang meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa atau anak. Meliputi ruang tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku pegangan dan peralatan lain dalam hal ini kelengkapan peralatan komputer. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas adalah segala hal yang dapat memudah perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 314). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang menunjang terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Hal ini meliputi sarana dan prasarana sekolah, peralatan belajar dan hal lainnya yang dapat menunjang terhadap keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas.
42
Fasilitas belajar merupakan sarana penunjang dalam belajar yang turut membantu dalam proses kegiatan belajar. Keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas tidak akan terlepas dari fasilitas belajar yang tersedia, seorang guru akan mengalami kesulitan dalam mengajar apabila fasilitas belajar yang ada tidak menunjang terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan. Fasilitas belajar akan sangat menunjang terhadap tumbuhnya motivasi terutama motivasi ekstrinsik siswa, dengan fasilitas yang memadai akan sangat mendorong motivasi siswa untuk belajar. Sebagai faktor psikologis, motivasi akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang disukai dan juga tidak disukai oleh siswa, ini berarti ketika suatu sekolah menyediakan fasilitas belajar yang lengkap artinya sekolah tersebut berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar para siswanya. Ini menjadi penting karena motivasi ini akan sangat berperan besar terhadap hasil belajar yang diraih oleh para siswa nantinya. Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor lingkungan non sosial yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari masalah pengadaan fasilitas, tidak mungkin pendidikan akan bermutu jika tidak ditunjang fasilitas yang cukup. Seperti yang tercantum dalam UU No 20 Th. 2003 (Siti Suhaebah, 2005: 29) tentang SISDIKNAS pasal 45 ayat 1 yang berbunyi: Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial emosional, dan kejiwaan peserta didik.
43
Hal ini diperkuat juga oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa: (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Hal senada juga dikemukakan Cece Widjaja (1992: 23) “Bahwa proses belajar mengajar akan berjalan lancar jika ditunjang oleh sarana yang lengkap, karena fasilitas merupakan masalah esensial dalam pendidikan.” Kemudian M. Surya (Elis, 1998:40) mengemukakan bahwa: Keadaan fasilitas fisik tempat belajar berlangsung di sekolah ataupun di rumah sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar. Keadaan fisik yang lebih baik lebih menguntungkan, murid belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar. Untuk itu perlu sekali diperhatikan masalah fasilitas belajar, misalnya: Ukuran ruang belajar, pengaturan cahaya, pentilasi suasana tempat belajar, dan kelengkapan peralatan belajar. 2.3.2 Macam-Macam Fasilitas Belajar Adapun dalam penelitian ini fasilitas belajar meliputi peralatan belajar dan saran prasarana belajar.
44
2.3.2.1 Peralatan Belajar Kegiatan belajar seseorang mutlak harus didukung oleh peralatan belajarnya,
semakin lengkap peralatan
belajarnya maka akan semakin
memperlancar pula proses belajarnya, sehingga prestasi belajar akan dapat diraihnya. Lengkap dan tidaknya peralatan belajar baik yang dimililki siswa itu sendiri maupun yang dimiliki oleh sekolah, dapat menimbulkan akibat tertentu terhadap hasil belajarnya. Kekurangan peralatan belajar dapat membawa akibat negatif antara lain misalnya murid tidak bisa belajar dengan baik, sehingga sulit diharapkan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Peralatan belajar dalam penelitian ini meliputi berbagai macam diantaranya, referensi buku, kalkulator, komputer, dan perlengkapan menulis. 1. Referensi Buku Bahan tertulis (Buku referensi) memegang peranan penting dalam menambah ilmu pengetahuan/wawasan individu terhadap perkembang ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru yang perlu diikuti dan dimanfaatkan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan makin tergantung pada sumber pembelajaran, khususnya buku-buku teks/sumber. Buku merupakan media tradisional yang dapat digunakan untuk mengikuti, menggali, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui buku orang dapat memperluas cakrawala dan pemikirannya. Buku teks dapat menolong peserta didik untuk memperoleh kecakapan dengan cara memahaminya sendiri, menelaah pendapat dan memerlukan kecakapan dalam menyimpulkan, membandingkan dan menilai isi dari buku itu
45
sendiri. Tetapi ironisnya banyak siswa yang tidak memiliki buku-buku teks tersebut sebagai referensi. Diakui dari hasil pengamatan dan bincang-bincang penulis dengan siswa, diperoleh kesimpulan hampir sebagian siswa tidak banyak yang memiliki buku teks. Bagaimana siswa dapat belajar jika tidak mempunyai buku teks penunjang, jika pinjam kepada orang lain tentunya orang lainpun sama sedang membutuhkannya, apalagi ketika akan menghadapi ujian sedangkan catatan tidak punya hal ini akan menyebabkan kesulitan untuk memperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Materi yang disampaikan/diterangkan oleh guru hanya garis besarnya saja sedangkan selengkapnya ada dalam buku teks tersebut. 2. Kalkulator Seringkali siswa tidak merasa penting untuk memiliki kalkulator sendiri, karena menganggap fungsi kalkulator hanya digunakan pada saat tertentu saja. Pendapat tersebut memang ada benarnya tetapi untuk menunjang kelancaran dalam belajar, tidak ada salahnya jika kita memiliki kalkulator sendiri. Mereka yang tidak merasa penting memiliki kalkulator akan merasa kesulitan ketika menghadapi pelajaran hitungan, apalagi ketika menghadapi ujian terutama ujian akuntansi yang tentunya penuh dengan hitungan dimana khusus untuk pelajaran ini siswa tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu lain selain kalkulator dan tidak diperkenankan menggunakan fasilitas kalkulator yang terdapat dalam handphone serta tidak diperkenankan pula meminjam kalkulator temannya dengan alasan orang lain juga sama-sama memerlukan. Pada akhirnya banyak diantara para siswa tersebut yang tidak memiliki kalkulator merasa
46
kesulitan jika menghadapi ujian mata pelajaran yang memerlukan alat bantu tersebut. 3. Perlengkapan menulis Perlengkapan menulis minimal yang harus dimilki siswa adalah pensil, penghapus, pulpen, buku tulis dan alat tulis lainnya. Perlengkapan menulis tersebut harus dimiliki dan dimanfaatkan dalam rangka menunjang proses pembelajaran baik di Sekolah maupun diluar Sekolah. Dengan memanfaatkan alat tulis tersebut diharapkan kegiatan belajar siswa tersebut dapat memperoleh hasil yang baik.
2.3.2.2 Sarana dan Prasarana Belajar Untuk memperoleh hasil yang baik dalam hasil belajar maka siswa juga perlu melihat dan memanfaatkan sarana dan prasarana belajarnya, yang dimaksud sarana prasarana belajar dalam penelitian ini yaitu meja belajar, lampu belajar, rak buku, ruangan belajar yang kondusif untuk belajar serta sarana perpustakaan yang dimilki baik oleh pribadi maupun oleh lembaga. Belajar akan lebih nyaman jika tersedia sarana dan prasarana tersebut, sehingga siswa merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam belajar, yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Kondisi ruang belajar baik di rumah maupun di sekolah haruslah memadai untuk terjadinya proses pembelajaran, ruangan disesuaikan dengan jumlah peserta didik, ruangan yang bersih dan alat penerangan yang baik akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang diharapkan.
47
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, ruangan dengan jumlah kursi yang kurang memadai dibanding dengan jumlah siswanya. Hal ini akan menjadi penghambat dalam proses pembelajaran di kelas, yang pada akhirnya pembelajaran di kelas tidak efektif dan efisien. Selain itu salah satu tempat belajar siswa yang tidak bisa dilepaskan dari ciri khas sebuah institusi adalah perpustakaan. Perpustakaan memegang peranan yang amat penting dalam hal meningkatkan pengetahuan serta wawasan yang luas pada siswa, karena di sana terdapat berbagai macam buku, baik itu buku mata pelajaran maupun buku-buku penunjang lainnya seperti majalah, koran dan lain sebagainya.
2.4 Kerangka Pemikiran Proses kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah proses yang melibatkan berbagai karakteristik orang dalam hal ini siswa dan guru. Interaksi antara guru dan siswa menjadi sebuah tanda bahwa proses transfer pengetahuan sedang berlangsung, namun tidak mudah memang proses interaksi tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan karena seorang guru harus menghadapi berbagai macam karakteristik siswa yang begitu beragam. Maka dari itu dibutuhkan sebuah daya pendorong agar proses interaksi tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang dapat membantu guru agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, salah satunya adalah dengan motivasi tinggi yang dimiliki oleh siswa. Proses pembelajaran yang dibarengi dengan motivasi yang tinggi akan
48
membuat susana kelas menjadi hidup dengan demikian proses interaksi antara guru dan siswa dapat berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Akan berbeda halnya ketika proses kegiatan pembelajaran tersebut tidak dibarengi dengan motivasi dari siswa untuk belajar. Suasana dalam kelas ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung akan cenderung pasif dan ini membuat interaksi antara guru dan siswa menjadi terhambat artinya proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa pun mengalami hambatan pula dan dampaknya adalah hasil belajar siswa menjadi tidak memuaskan. Motivasi belajar amat penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, bahkan menurut Crow, Kaminsky, dan Podell dalam teori atribusi (Nurdin Ibrahim, 1995: 489) yang menyatakan bahwa: “penyebab keberhasilan dan kegagalan individu diatribusikan oleh kemampuan, upaya (usaha), kesulitan tugas dan keberuntungan. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dipengaruhi oleh motivasi mereka”. Sejalan dengan hal di atas Nata Widjaja dan Moesa (Siti Suhaebah, 2005) menggambarkan suatu perilaku umum akibat adanya motivasi sebagai berikut:
Dorongan Motif
Tindakan/Perbuatan/Perilaku
Kebutuhan Motivasi
Gambar 2.2 Bagan Rumus Umum Perilaku ( Sumber: Siti Suhaebah, 2005)
Tujuan
49
Dari gambar di atas terlihat bahwa dengan adanya motivasi akan mendorong seseorang untuk melakukan sebuah tindakan/perbuatan atau bahkan merubah perilakunya demi mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya apabila dikaitkan dengan proses pembelajaran, tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai apabila dalam kegiatan pembelajaran dibarengi dengan motivasi yang kuat dari siswa untuk belajar. Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Pembelajaran yang dibarengi oleh motivasi belajar yang kuat akan menciptakan suatu harmonisasi antara siswa yang berperan sebagai objek pembelajaran dan guru yang berperan sebagai manejer sehingga dalam prakteknya proses kegiatan belajar-mengajar di kelas akan berjalan dengan baik. Sehubungan dengan hal di atas, maka diperlukan sebuah usaha yang keras dari berbagai pihak untuk menumbuhkan serta meningkatkan motivasi belajar siswa, untuk itu diperlukan informasi yang tepat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Berikut adalah pendapat menurut Wlodkowski dan Jaynes (Siti Suhaebah, 2005: 14), bahwa motivasi belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : a. Budaya Setiap kelompok etnik mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar. Ibu-ibu kebangsaan Jepang lebih menekankan usaha (effort) daripada kemampuan (ability), dibandingkan dengan ibu-ibu kebangsaan Amerika yang mengutamakan penampilan sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua akan
50
mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menanamkan energi si anak. b. Keluarga Faktor keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi belajar seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah professional muda (28 tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam karirnya dalam berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurology, pianis, maupun olah ragawan, menunjukan ciri-ciri yang sama yaitu adanya keterlibatan orang tua mereka. Mereka menunjukan adanya keterlibatan langsung orang tua dalam belajar anak, mereka melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan tujuan mereka. c. Sekolah Faktor sekolah ini sangat penting dalam upaya menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa, dimana faktor sekolah ini meliputi peran guru, fasilitas belajar, dan lain sebagainya. Peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sangatlah penting, maka dari itu guru dituntut untuk memilki kemampuan yang mumpuni dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Di bawah ini beberapa kualitas guru yang efektif dalam memotivasi siswa, yaitu : 1. Guru selaku manajer yang baik. 2.Guru mengharapkan siswanya untuk menjadi murid yang sukses. 3. Guru memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya. 4. Guru memberikan umpan balik bagi muridnya. 5. Guru memberikan tes yang adil.
51
6. Guru menjelaskan kriteria perilaku penilaiannya. Guru mau merangsang nalar anak. 7. Guru membantu anak untuk menyadari pertumbuhan kompetensi dan penguasaan murid. 8. Guru mampu bersikap empati. Guru menilai pengetahuan di atas nilai. Peranan guru sebagai manajer yang baik yang mampu mengelola kelas sehingga menciptakan susana yang kondusif dalam proses kegiatan pembelajaran memang amat dibutuhkan, namun hal ini tentunya tidak mudah untuk dilakukan karena seorang guru harus menghadapi berbagai karakteristik dan latar belakang siswa yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di sini guru dituntut mampu mengenali dengan cepat berbagai karakteristik yang ada dan mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga nantinya diharapkan dengan motivasi yang tinggi tersebut akan tercipta sebuah suasana yang kondusif dimana terdapat interaksi positif antara siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswanya seorang guru dapat melakukan berbagai cara diantaranya dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat ketika proses belajar mengajar berlangsung. Penggunaan media pembelajaran yang tepat setidaknya akan sedikit mengurangi tingkat kejenuhan siswa terhadap materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang membutuhkan daya nalar dan perhitungan seperti mata pelajaran ekonomi misalnya, dan dengan penggunaan media yang tepat ini diharapkan akan
52
mampu memompa motivasi belajar siswa sehingga proses belajar mengajar akan berlangsung dengan lancar. Sehubungan
dengan
kemampuan
manusia
melakukan
penyerapan
informasi dengan berbagai inderanya, beberapa orang ahli mengungkapkan pendapat yang hampir sama, misalnya Geoffry Wilson (Latuheru, 1988:20) mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang sebanyak 82% diperoleh melalui indera lihat, 12% melalui indera dengar, dan sisanya 6% melalui indera lainnya. Sedangakan Dale berpendapat bahwa pengalaman belajar seseorang 75% diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar dan selebihnya melalui indera lainnya. Pengalaman belajar tersebut dilukiskan oleh Dale (Novianti, 2000:10) dalam bentuk kerucut yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone of Experience)
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman E. Dale (Sumber: Sunarji Effendi, 2010 )
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, lebih luas dan mantap jika menggunakan indera lihat (visual) dibandingkan indera lainnya, maka media yang
53
tepat dan efektif
untuk digunakan dalam proses pembelajaran adalah media
pembelajaran visual. Namun faktor sekolah ini tidak hanya melibatkan peran guru semata, akan tetapi faktor lain seperti fasilitas belajar terutama sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah juga akan turut mempengaruhi motivasi belajar siswa. Bisa kita lihat bahwa di sekolah-sekolah unggulan yang menghasilkan lulusan terbaik, biasanya memiliki fasilitas belajar yang lengkap sehingga membuat para siswanya merasa nyaman dalam belajar tanpa ada kendala yang berarti. Kemudian dengan sendirinya motivasi belajar siswa untuk belajar akan semakin kuat dan inilah yang membuat sekolah-sekolah unggulan tersebut dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Cece Widjaja (1992:23) “Bahwa proses belajar mengajar akan berjalan lancar jika ditunjang oleh sarana yang lengkap, karena fasilitas merupakan masalah esensial dalam pendidikan.” Kemudian M. Surya (Elis, 1998:40) mengemukakan bahwa Keadaan fasilitas fisik tempat belajar berlangsung di sekolah ataupun di rumah sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar. Keadaan fisik yang lebih baik lebih menguntungkan, murid belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar. Untuk itu perlu sekali diperhatikan masalah fasilitas belajar, misalnya: Ukuran ruang belajar, pengaturan cahaya, pentilasi suasana tempat belajar, dan kelengkapan peralatan belajar.
Dari keterangan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fasilitas belajar memegang peranan yang amat penting dalam proses kegiatan pembelajaran.
Selain
dapat
mempengaruhi
terhadap
kelancaran
proses
54
pembelajaran, fasilitas belajar yang baik juga akan membuat siswa belajar dengan tenang dan teratur sehingga dengan begitu motivasi belajar mereka pun akan tinggi. Dari pemaparan di atas maka penulis dapat menarik inti permasalahan yang di gambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
Media Pembelajaran Visual (X1) Motivasi Belajar (Y) Fasilitas Belajar (X2)
2.5
Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Wariningdyah terhadap siswa SD Negeri di kecamatan Selogiri dengan judul “Pengaruh penggunaan media vcd terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari motivasi belajar siswa (penelitian pada siswa SD Negeri di kecamatan Selogiri) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan media VCD dan media gambar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (F hitung > F tabel atau 9,07 > 4,02).
Penelitian yang dilakukan oleh Erianawati, “Penggunaan Media Visual Gambar Dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif di Lembaga Terapi Anak Altisma Kudus”, menunjukan bahwa dengan penggunaan media visual (gambar) memudahkan anak dalam memahami konsep dan membantu
55
dalam generalisasi. Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan bahasa, kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Hal ini terbukti dengan 75 % anak hiperaktif berhasil menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru pembimbing/terapis melalui media visual (gambar) ini. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Huda, “Survei Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Kelas XI Dalam Mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”, dengan hasil bahwa faktor instrinsik pada diri siswa kelas XI SMA Muhammadiah 1 Semarang tahun 2006/2007 mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi (72,27%) sedangkan faktor ekstrinsik juga mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula (67,19%).
2.6 Hipotesis Suharsimi Arikunto (2003:64) mengartikan hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya melalui data terkumpul. Adapun hipotesis mayor yang akan diuji peneliti dalam penelitian ini adalah : Media pembelajaran visual dan fasilitas belajar berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar siswa.
56
Sedangkan hipotesis minor yang akan diuji peneliti dalam penelitian ini adalah : Media pembelajaran visual berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Fasilitas belajar berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.