BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wirausaha Kata wirausaha atau "pengusaha" diambil dari bahasa Perancis "entrepreneur" yang pada mulanya berarti pemimpin musik atau pertunjukan (Jhingan, 2001: 425). Dalam ekonomi, seorang pengusaha berarti orang yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan peluang secara berhasil. Pengusaha bisa jadi seorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan terampil atau mungkin seorang buta huruf yang memiliki keahlian yang tinggi diantara orang-orang yang tidak demikian. Pengusaha mempunyai kriteria kualitas sebagai berikut, (1) energik, banyak akal, siap siaga terhadap peluang baru, mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dan mau menanggung resiko dalam perubahan dan
perkembangan;
(2)
memperkenalkan
perubahan
tehnologi
dan
memperbaiki kualitas produknya; (3) mengembangkan skala operasi dan melakukan persekutuan, mengejar dan menginvestasikan kembali labanya. (Jhingan, 2001 : 426) Wirausahawan
menggeser
sumber
daya
ekonomi
dari
bidang
produktifitas yang lebih rendah ke bidang yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar" ( Armstrong, 2003 :149). Gilder dalam The Spirit of Enterprise, menyatakan bahwa "Para wirausahawan adalah para inovator yang membangkitkan permintaan". Mereka adalah pembuat pasar, pencipta modal,
21 Universitas Sumatera Utara
pengembang peluang dan penghasilan tehnologi baru. Istilah kewirausahaan banyak dijumpai dalam uraian yang merupakan kata dasar wirausaha yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kata wirausaha. Perlu diingat bahwa kewirausahaan itu bukan hanya sekedar cara untuk mendapatkan uang, namun lebih dari itu kewirausahaan juga menciptakan suatu gagasan inovatif, semangat memberikan kontribusi positif untuk masyarakat. Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki visi dalam hidupnya yang direalisasikan menjadi suatu visi bisnis, seorang yang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Wirausaha bukan karena memahami yang ada dalam semua kompleksitasnya, tetapi dengan menciptakan situasi baru yang harus dicoba untuk dipahami oleh orang lain. Vries mengolongkan wirausaha berdasarkan dari lingkungan mereka berasal, yaitu : a. Wirausaha craftsmans, berasal dari pekerja kasar dengan pengalaman dalam tehnologi rendah, mekanik yang genius dan mempunyai reputasi dalam industri. b. Wirausaha opportunistic, berasal dari golongan kelas menengah sampai Chief Excecutives, c. Wirausaha dengan bekal pengalaman tehnologi, ia memiliki pendidikan formal. d. Kewirausahaan ditandai dengan keanekaragaman, yaitu adanya pergantian besar pada masyarakat dan perusahaan yang berterminologi wirausaha. Keberhasilan seorang wirausaha untuk mengembangkan bisnisnya tergantung pada kecerdasan, imajinasi, dan kekuatan keinginan individu yang bersangkutan. Sedikit keberuntungan diperlukan, tetapi dapat diargumentasikan bahwa tidak ada keberuntungan mengubah visi menjadi realita lebih berupa
22 Universitas Sumatera Utara
kerja keras, di samping imajinasi dan kemampuan yang mampu merubah karir individu menjadi sukses. (Rachbini, 2001 :100). Dalam
proses
pembentukan
wirausaha
tersebut
memerlukan
pengembangan sumber daya manusia, meliputi bagaimana orang melakukan aktifitas wirausaha dalam hal ini distributor MLM, tujuan berwirausaha, proses pengambilan keputusan terjun ke MLM. Didalam MLM distributor disebut knowledge walker, orang-orang ini selalu belajar dan belajar dengan cepat, sehingga dapat bertahan dan maju dalam karirnya. Pilihan
menjadi
wirausaha
lewat
MLM
memerlukan
sebuah
kemampuan dalam hal kreatif, inovatif, mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain, keberanian mengambil resiko, mendorong perubahan dalam pengembangan karirnya. Bird memberikan beberapa pendapat yakni pertama, dipandang dari segi energi dan dorongan serta daya fisik yang kuat sehingga ingin berkarir sebagai wirausaha (distributor) MLM. Kedua, wirausaha (distributor), yang memulai pada usia tua, tidak memiliki masa karier yang panjang sebagaimana orang muda, walaupun mungkin lebih cepat berhasil karena faktor pengalaman. (Bird, 2002: 271) 2.2. Karir Pengertian karir ditafsirkan beragam oleh para ahli sesuai disiplin ilmunya: Menurut Simamora (2001:505) karir adalah " Urutan aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan
23 Universitas Sumatera Utara
aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut". Perencanaan karir merupakan proses yang disengaja di mana dengan melaluinya seseorang menjadi sadar akan atribut-atribut yang berhubungan dengan karir personal dan serangkaian langkah sepanjang hidup memberikan sumbangan pemenuhan karir. Pendapat Ekaningrum (2002 : 256) Karir tidak lagi diartikan sebagai adanya penghargaan institusional dengan meningkatkan kedudukan dalam hirarki formal yang sudah ditetapkan dalam organisasi. Dalam paradigma tradisional, pengembangan karir sering dianggap sinonim dengan persiapan untuk mobilitas ke jenjang lebih tinggi, sehingga karir akan mendukung efektifitas individu dan organisasi dalam mencapai tujuannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karir adalah suatu rangkaian atau pekerjaan yang dicapai seseorang dalam kurun waktu tertentu yang berkaitan dengan sikap, nilai, perilaku dan motivasi dalam individu. Hal -hal yang mendorong seseorang memilih karir sebagai wirausaha distributor MLM, dapat diketahui melalui penilaian kepribadian khususnya pengalaman dan latar belakangnya. Pengalaman, seperti yang dapat dilihat dari biografi seseorang, bermanfaat untuk melihat keterampilan, dan kompetensi untuk meningkatkan kewirausahaan, pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan mendorong untuk mencetuskan ide-ide kewirausahaan untuk pemenuhan karirnya. Karir merupakan kebutuhan yang harus terus ditumbuhkan dalam diri
24 Universitas Sumatera Utara
seseorang tenaga kerja, sehingga mampu mendorong kemauan kerjanya. Pengembangan karir harus dilakukan melalui penumbuhan kebutuhan karir tenaga kerja, menciptakan kondisi dan kesempatan pengembangan karir serta melakukan penyesuaian antara keduanya melalui berbagai mutasi personal (Wahyudi, 2002:161). 2.3. Pengembangan Karir Pengembangan karir (career development) adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang atau status seseorang dalam pekerjaannya. Pengembangan karir (career development) meliputi manajemen karir (career management) dan perencanaan karir (career planning). Sebagaimana Gambar 2.1 dijelaskan sebagai berikut:
Pengembangan Karir Organisasional
Individual
Perencanaan Karir
Institusional
Manajemen Karir
Gambar 2.1. Pengembangan karir organisasional Sumber Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia,Edisi 2,cet 3, 2004,h 505
25 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa pengembangan karir organisasional merupakan hasil-hasil yang muncul dari interaksi antara perencanaan karir individu dengan manajemen karir secara institusional. Perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai
tujuan-tujuan
karirnya.
Perencanaan
karir
melibatkan
pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen karir (career management) adalah proses dimana organisasi memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. (Simamora, 2001:504) Memahami
pengembangan
karir
dalam
sebuah
organisasi
membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana masingmasing individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program-program pengembangan karir/manajemen karir. Terdapat enam orientasi pribadi yang menentukan jenis -jenis karir yang dapat memikat individu untuk menentukan pilihan karirnya. Keenam jenis orientasi pribadi tersebut adalah : 1. Orientasi realistik. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitas-
26 Universitas Sumatera Utara
aktivitas fisik yang menuntut keahlian, kekuatan, dan koordinasi. Beberapa contoh : pertanian, kehutanan, dan agrikultur. 2. Orientasi investigatif. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas kognitif (berpikir, berorganisasi, pemahaman), daripada yang afektif (perasaan, akting, dan emosional). Beberapa contoh : biolog, ahli kimia, dan dosen. 3. Orientasi sosial. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas antar pribadi daripada fisik atau intelektual. Beberapa contoh : psikologi klinis, layanan asing dan kerja sosial. 4. Orientasi konvensional. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas terstruktur dan teratur. Beberapa contoh : akuntan dan bankir. 5. Orientasi perusahaan. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas verbal yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa contoh : manajer, pengacara dan tenaga humas. 6. Orientasi artistik. Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas ekspresi diri, kreasi artistik, ekspresi emosi, dan individualistik. Beberapa contoh : artis, eksekutif periklanan, dan musisi.
27 Universitas Sumatera Utara
Pilihan pengembangan karir melalui wirausaha sebagai distributor MLM bukanlah hal yang mudah, diperlukan usaha kerja keras yang maximal untuk mencapai kesuksesan karir dalam berwirausaha melalui MLM. Suatu pekerjaan tidak membutuhkan satu keterampilan tetapi berbagai keterampilan disatu sisi akan menguntungkan individu, karena ia akan menguasai banyak bidang yang jika dikerjakan dengan tekun, maka ia bisa meraih kesuksesan dalam bidang tersebut, termasuk dalam bidang bisnis MLM. 2.4. Multi Level Marketing (MLM) Clothier dalam Faisol (2003:26) mengemukakan rumusan dasar MLM adalah suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan kepada distributor berikutnya, pendapatan yang dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok yang dibentuk oleh seorang distributor. MLM adalah jalur alternatif bagi perusahaan untuk mendistribusikan produk dan jasanya ke pasaran (jalur distribusi yang lain termasuk supermarket, toko retail, door to door sales dan lain-lain). Ada
beberapa
alasan
perusahaan
memilih
MLM
untuk
mendistribusikan produknya, yaitu: 1. Biaya overhead yang rendah Perusahaan MLM tidak sama dengan perusahaan yang lain, seperti
28 Universitas Sumatera Utara
perusahaan retail, perusahaan MLM tidak perlu mengalokasikan dana yang besar dalam advertising untuk menarik customer, sehingga biaya alokasi dana dialihkan kebonus distributor. 2. Biaya overhead distribusi yang rendah Typical distribusi melalui retail menggunakan serangkaian regional, negara, kota, dan retail lokal untuk mendistribusikan barang-barang. Masingmasing perlu memperoleh keuntungan dan melakukan mark up harga dari barang. Jalur distribusi yang tidak menggunakan sistem MLM adalah: Manufacturer
transforter
wholesaler
retail
advertisir
customer Sedangkan jalur distribusi yang menggunakan MLM adalah: Manufacturer
refresentative
customer
3. Tingkat pertumbuhan yang tinggi Perusahaan MLM yang diatur dengan baik bisa berkembang dengan tingkat pertumbuhan 20%, 50%, bahkan bisa mencapai 100% setiap bulannya. 4. Tim sales dan marketing yang termotivasi Banyak sekali produk yang membanjiri pasaran. Dibutuhkan dana marketing yang besar untuk memperoleh tempat dihati para customer. Selain itu usaha kerja keras dari para distributor sangat menentukan dalam hal pertumbuhan
perusahaan
MLM.
Oleh
karena
itu
perusahaan
perlu
mengupayakan untuk terus memotivasi para distributor untuk terus berupaya
29 Universitas Sumatera Utara
dalam pendistribusian obat ke pasaran. Jaringan yang dibangun pada perusahaan MLM perlu terus dibina agar orang-orang yang terdapat pada jaringan tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi wirausahawan yang sukses. Kuatnya hubungan diantara jaringan menjadi modal dasar kemitraan yang saling menguntungkan serta menjadi salah satu ciri keberhasilan dalam menjalankan bisnis MLM, dan membuat perusahaan MLM terus berkembang. Seorang menunjukkan
distributor sikap
dalam melakukan pembinaan tentunya
kepemimpinan.
Sedikitnya
ada
sembilan
perlu sikap
kepmimpinan yang harus dimiliki: 1. Bersikap positif 2. Senantiasa memiliki semangat untuk terus maju 3. Memiliki rasa percaya diri dan optimisme 4. Berani menghadapi kendala dan rintangan 5. Kooperatif atau senang diajak kerjasama 6. Mampu meberikan solusi bagi jaringannya 7. Kreatif dan inovatif 8. Mampu memotivasi orang lain 9. Simpatik, berwibawa dan bisa dipercaya 2.5. Perbedaan MLM Syariah dengan MLM Konvensional MLM syariah secara sepintas bisa saja kelihatan tidak berbeda samasekali dengan praktek-praktek bisnis MLM konvensional. Namun, kalau
30 Universitas Sumatera Utara
ditelaah lebih lanjut dalam proses operasionalnya, ternyata ada beberapa perbedaan mendasar yang cukup signifikan antara kedua MLM tersebut, yaitu: 1. Sebagai perusahaan yang beroperasi syariah, niat, konsep, dan praktek pengelolaannya
senantiasa
merujuk kepada Al-qur'an dan Hadist
Rasululloh SAW. Dan untuk itu struktur organisasi perusahaan pun dilengkapi dengan Dewan Syariah (DPS) dari MUI untuk mengawasi jalannya perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam. 2. Usaha MLM syariah pada umumnya memiliki visi dan misi yang menekankan kepada pembangunan ekonomi nasional (melalui penyediaan lapangan kerja, produk-produk kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau, dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah di tanah air) demi meningkatkan kemakmuran, dan meningkatkan martabat bangsa. 3. Sistem pemberian insentif disusun dengan memperhatikan prinsip keadilan dan kesejahteraan. Dirancang semudah mungkin untuk dipahami dan dipraktekkan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada distributornya untuk memperoleh pendapatan seoptimal mungkin sesuai kemampuannya melalui penjualan, pengembangan jaringan, ataupun melalui keduaduanya. 4. Dalam
hal
marketing
plan-nya,
MLM
syariah
pada
umumnya
mengusahakan untuk tidak membawa para distributor pada suasana materialisme dan konsumerisme, yang jauh dari nilai-nilai islam. Bagaimanapun, materialisme dan konsumerisme pada akhirnya akan
31 Universitas Sumatera Utara
membawa kepada kemubaziran yang terlarang dalam islam. Faisol (2003:8) ada beberapa sistem yang telah diterapkan oleh perusahaan MLM yang melanggar norma dalam berbisnis dan juga norma kemanusiaan, diantaranya adalah: 1. Skema Piramida dan Investasi Berantai Ciri khusus dari sistem piramida dan investasi berantai yang mudah dikenali adalah sebagai berikut: a. Pemungutan biaya pendaftaran anggota baru relatif jauh lebih besar dan sebagian biaya pendaftaran itu dipergunakan untuk memberikan kompensasi (bonus atau komisi) kepada orang-orang yang merekrut anggota baru. Akibatnya, anggota perusahaan yang menggunakan sistem ini lebih sibuk melakukan perekrutan dan melalaikan tanggung jawab untuk melakukan penjualan produk dan memberikan pelayanan yang kurang maksimal kepada pelanggan. b. Setiap anggota diharuskan melakukan pembelian produk dalam jumlah besar dan dengan potongan harga setinggi mungkin sebelum (sementara harga produk umumnya telah "disesuaikan" secara tidak wajar) menerima pesanan dari pelanggan atau distributor lainnya. c. Ketidakperdulian perusahaan dan distributor independennya terhadap kualitas produk dan kepuasan pelanggan, sehingga konsumen cenderung menjadi korban. Ketidakperdulian ini juga tampak nyata karena banyak distributor yang telah memesan produk dengan syarat
32 Universitas Sumatera Utara
menjadi anggota semata, kemudian tidak pernah mengambil produk tersebut dari perusahaan. Sementara perusahaan acap kali kehabisan stock produk tertentu dan lalai untuk menyediakannya dalam kurun waktu yang dijanjikan. d. Tidak adanya pelatihan dan sistem pendidikan yang sistematis dan berkesinambungan untuk para distributor. Perusahaan dan para pemimpin jaringan tidak menunjukkan tanggung jawab moral untuk mengembangkan sumber daya manusianya secara sungguh-sungguh. e. Dilanggarnya prinsip umum MLM yakni semua anggota memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan produk atau jasa. Dalam skema piramida, mereka yang mendaftar belakangan kurang ataupun tidak memiliki sama sekali peluang untuk mendapatkan keuntungan. Setiap keberhasilan seorang harus dibayar dengan kegagalan sejumlah orang lain yang bergabung belakangan. 2.
Sistem Binari Sistem binari dapat dikatakan anak kembar dari sistem pemasaran berskema piramida dan investasi berantai yaitu dikembangkan berdasarkan pola perekrutan sua orang (dua kaki) yang diduplikasi terus menerus, termasuk
"kreativitas"
pengusaha-pengusaha
tak
bermoral
dalam
merekayasa sistem MLM. dengan jelas perusahaan yang menggunakan sistem ini memberikan keuntungan kepada distributornya dari hasil perekrutan semata. Suatu hal yang jelas-jelang melanggar aturan World
33 Universitas Sumatera Utara
Federation of Direct Selling Association (WFDSA). 2.6. Penelitiaan Terdahulu Anshori (2003) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Kemampuan Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu pada Distributor Multi Level Marketing (MLM) "X" di Malang". Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir distributor MLM di Malang. Metode analisi yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode dedukatif. Hasil uji silang yang beroientasi pengembangan karir sebanyak 59 orang , yang tidak berorientsi karir sebanyak 37 orang. Hasil uji signifikan sebesar 0,001 berarti ada pengaruh wirausaha terhadap pengembangan karir. Rahadi (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Wirausaha Terhadap Pengembangan Karir Individu pada Distributor Multi Level Marketing (MLM) "X" di Kota Palembang”. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh wirausaha terhadap pengembangan karir pada distributor MLM di Kota Palembang. Berdasarkan hasil peningkatan karir menunjukkan 49 orang berorientasi pada peningkatan karir sebaliknya 51 orang berorientasi pada tidak ada peningkatan karir. Kondisi ini juga menunjukkan distributor MLM di Kota Palembang hanya mengisi waktu luang sambil menunggu peluang berikutnya yang lebih menjanjikan bagi masa depan mereka dan MLM bukanlah pilihan utama mereka.
34 Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konseptual Kemampuan wirausaha sejatinya merupakan kunci utama dalam hal meraih kesuksesan bersama perusahaan yang berbasis system MLM untuk meraih tujuan. Tanpa kemampuan wirausaha banyak orang mengalami kegagalan
dalam berbisnis MLM. Seorang yang memutuskan untuk
menggeluti bisnis MLM membutuhkan skill individu yang ada pada seorang wirausahawan, kemampuan dalam merekrut orang lain dalam artian seorang distributor harus mampu meyakinkan calon member MLM untuk bergabung bersama MLM. Kemampuan dalam menjual produk meyakinkan calon pembeli untuk mau mengkonsumsi produk yang ditawarkan, semua ini haruslah dimiliki oleh seorang pebisnis dalam bidang MLM. Seorang wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk melakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis terutama bisnis MLM (Sumarsono, 2009;125). Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan bisnis MLM menuntut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan.
35 Universitas Sumatera Utara
Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus. Membangun suatu jaringan dalam bisnis MLM bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Orang-orang yang sudah berhasil diyakinkan sebelumnya untuk bergabung ke dalam bisnis ini harus terus dibina untuk bisa merekrut orang lain kembali, mereka perlu dimotivasi untuk terus tumbuh dan berkembang. Dalam hal inilah diperlukan kemampuan memotivasi orang lain disamping seorang wirausaha harus mampu memotivasi dirinya sendiri bahwa usaha yang dilakukan akan berhasil. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari kemampuan wirausaha adalah kesuksesan berkarir dalam bisnis MLM. Semakin berkembangnya kemampuan wirausaha yang dimiliki distributor maka semakin mudah untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai yaitu pengembangan karir individu distributor. Menurut Simamora (2001:519), individu merencanakan karir guna meningkatkan status dan kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan mempertahankan kemampupasaran dalam pasar tenaga kerja yang berubah. Berkarir dalam bisnis MLM tidak perlu mengeluarkan modal yang banyak, kemampuan dalam berwirausaha sudah sangat memadai, tahap demi tahap bisa dilalui dengan menjual produk sedikit demi sedikit sekaligus merekrut anggota
untuk
memperbesar
jaringannya,
dengan
besarnya
36 Universitas Sumatera Utara
jaringannya maka otomatis menjual produk akan semakin mudah dan lancar karna akan semakin banyak orang yang memasarkan produk. Dengan modal yang sedikit dan usaha kerja keras akhirnya pebisnis MLM bisa mencapai sampai puncak karirnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan model kerangka konseptual pengaruh kemampuan wirausaha terhadap pengembangan karir individu pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
Kemampuan Wirausaha
(X)
Pengembangan Karir Individu (Y)
Gambar 2.2 : Kerangka Konseptual
2.8. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: "Kemampuan wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan kariri individu pada distributor MLM syariah PT AWMIT Indonesia cabang Medan".
37 Universitas Sumatera Utara