BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1.
Pengertian Pendapatan Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba adalah hal yang penting
untuk dapat melanjutkan operasi perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan adalah suatu ukuran keberhasilan manajer atau pimpinan perusahaan. Dari keberhasilan ini, investor dan kreditor dapat menggunakannya untuk mengevaluasi proyek perusahaan dimasa
yang akan datang. Bagian penting
dalam proses akuntansi adalah penentuan, pengakuan dan pengukuran pendapatan serta pencatatan transaksi ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan. Akuntansi adalah aktivitas jasa yang bertujuan untuk menyediakan dan memberi informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang dapat dipergunakan atau diberikan akuntansi adalah informasi akuntansi yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing. Konsep pendapatan dalam hal ini merupakan konsep yang paling penting dalam kaitannya sebagai suatu sistem informasi. Meskipun terdapat pedoman umum tetapi banyak metode pemasaran barang dan jasa yang mengembangkan pola yang berbeda, disesuaikan dengan situasi. Akuntansi merupakan suatu sistem informasi data ekonomi dimana informasi-informasi ini disusun dalam bentuk ikhtisar yang disebut sebagai laporan keuangan, berupa daftar-daftar keuangan yang menunjukkan posisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan pada suatu saat ataupun hasil usaha selama satu periode. Salah satu informasi yang dihasilkan adalah laporan laba-rugi. Hal ini berhubungan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan laba (profit), karena laba merupakan salah satu faktor yang diperlukan perusahaan guna kelangsungan usahanya, menjaga arus pemasukkan menjadi keluaran dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran umum dalam system akuntansi untuk menilai tingkat kemajuan perusahaan. Dalam pendekatan kegiatan terhadap laba, penekanan utama ditujukan terhadap perusahaan-perusahaan yang menguntungkan selama periode akuntansi yang diklasifikasikan sebagai pendapatan dan beban. Oleh karena itu sangat logis untuk mengetahui pengertian baik mengenai konsep pendapatan tersebut. Konsep pendapatan dalam hal ini merupakan konsep yang penting dalam kaitannya sebagai suatu system informasi. Defenisi pendapatan secara tradisional merupakan arus masuk harta-harta (aktiva bersih) ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan. Istilah pendapatan tersebut merupakan istilah yang luas, di dalam pendapatan termasuk pendapatan bunga, sewa, laba penjualan, dan lain-lain. Pendapatan pada umumnya digunakan sebagai tolak ukur kinerja atau kemajuan suatu perusahaan. Dalam hal ini berkaitan dengan adanya pengembalian investasi (return on investment) ataupun pendapatan per lembar saham (earning per share). Pendapatan merupakan suatu perkiraan yang berkaitan langsung
Universitas Sumatera Utara
dengan penentuan laba. Pengakuan dan pengukuran pendapatan tergantung pada konsep modal dan
pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam
penyusunan laporan keuangan. 2.
Konsep Pendapatan Para ahli ekonomi dan akuntansi memiliki pendapat berbeda dalam
memberikan
konsep
mengenai pendapatan.
Perbedaan
mengenai
konsep
pendapatan tersebut disebabkan oleh perbedaan latar belakang dalam menyusun konsep pendapatan itu sendiri. Dari berbagai macam literature teori ekonomi maupun teori akuntansi, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai konsep mengenai pendapatan. Walaupun setiap konsep pendapatan yang ada akan menimbulkan pengertian dan penafsirannya masing-masing, namun beberapa konsep mengenai pendapatan tersebut memiliki dasar yang sama. Secara garis besar konsep mengenai pendapatan dapat kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu : a.
Konsep Pendapatan Menurut Ekonomi Dalam ilmu ekonomi, istilah yang digunakan untuk pendapatan adalah
income. Hal ini berbeda dengan ilmu akuntansi yang menggunakan istilah revenue untuk pendapatan. Menurut Paul A. Samuelson (2005:226), “income refers to the flow of wages, interest payments, dividends, and other things of value accruing during a period of time (usually a year). Pendapatan lain dikemukakan John J. Wild (2003:311), “economic income is typically measured as cash flow plus the change in the fair value of net assets.
Universitas Sumatera Utara
Under this definition, income includes both realized (cash flow) and unrealized (holding gain or loss) components”. Menurut Wild, pendapatan secara khusus diukur sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Oleh karena itu, Wild memasukkan pendapatan yang dapat direalisasi dan pendapatan yang belum direalisasi sebagai komponen pendapatan. Dari kedua defenisi yang dikemukan, pendapatan menurut ekonomi mengindikasikan adanya suatu aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Hal ini terlihat dalam gambar berikut ini :
Barang dan Jasa Masyarakat
Business
Jasa-Jasa Produksi
Upah, Bunga, dll.
Gambar 1.1 Lingkaran Aliran Pendapatan (Income Circular Flow) Sumber : Suherman Rosidi, Pengantar Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 99 Gambar tersebut memperlihatkan bahwa business menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat. Ini merupakan imbalan atas jasa-jasa produktif yang diterima dari masyarakat misalnya tanah dan tenaga kerja. Dari
Universitas Sumatera Utara
pihak masyarakat mengalir dana dalam bentuk pendapatan bagi pihak business. Sedangkan dari pihak business, pendapatan mengalir kepada masyarakat dalam bentuk gaji, bunga sewa, dan sebagainya. Menurut Suherman Rosidi (1998:100), “Pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif”. Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa, dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau di produksi oleh pihak business. Jadi, konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi. b.
Konsep pendapatan Menurut Akuntansi Defenisi pendapatan menurut para ahli akuntansi tentu sangat berbeda
dengan defenisi pendapatan menurut para ahli ekonomi. Namun demikian, diantara sesama ahli akuntansi terdapat pula perbedaan pendapat mengenai defenisi pendapatan. Pada dasarnya konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Sofyan Syafri (2002:58) meninjau konsep pendapatan dari dua pendekatan yakni revenue expense approach dan assets liability approach. Pendekatan assets liability approach, definisi revenue, FASB (Financial Accounting Standards Board) menyatakan "revenue sebagai arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan kedua-duanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan produksi barang, pemberian jasa atau pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang sedang berjalan". Pendekatan revenue expense approach, Comitte on Terminology yang mendefenisikan "revenue sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima jasa". Theodorus M. Tuanakotta menyatakan dua konsep pendapatan adalah inflow of net assets dan outflow of goods and services. Tuanakotta (2000:153) berpendapat bahwa : Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep revenue dalam literature akuntansi. Pertama, pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) daripada assets yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Kedua, memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dan transfer dari barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain. Jadi pendekatan ini menganggap revenue sebagai inflow of net assets dan outflow of goods and services.
Pengertian pendapatan yang menganut konsep inflow of assets terdapat dalam Accounting Principles Board (APB) Statement No.4 yang menyatakan bahwa "revenue adalah inflow of assets (net assets) ke dalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang atau jasa". Defenisi tersebut menyatakan bahwa pendapatan (revenue) berasal dari arus masuk (inflow). Kelemahan definisi ini adalah mengacukan pengukuran dan timing dari revenue dan revenue process. Assets pada umumnya akan meningkat dan liabilities dilunasi pada saat penjualan atau penyerahan barang atau jasa, sedangkan jumlah revenue secara tradisional ditentukan oleh pengukuran moneter daripada assets yang diterima. Defenisi tersebut pada dasarnya sesuai dengan praktek-praktek tradisional, namun tidak memberikan perspektif yang cukup luas untuk proses pengukuran dan timing.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pendapatan menurut konsep outflow of goods and services terdapat pada pernyataan Committee on Accounting Concepts and Standards dari American Accounting Association (AAA) yang mendefinisikan "revenue adalah pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada langganan-langganannya dalam suatu jangka waktu tertentu", yang berarti pendapatan terjadi setelah adanya transfer barang dan jasa dari perusahaan kepada para langganannya. 3.
Jenis-Jenis Pendapatan Dari beberapa pengertian mengenai pendapatan, perlu diketahui lebih
lanjut jenis-jenis pendapatan dalam perusahaan. Hal ini perlu diketahui karena dalam akuntansi dapat terjadi suatu kesalahan dalam mencatat pendapatan, yang dapat memberikan informasi menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Selain penjualan barang dan jasa, dalam pendapatan dimasukkan penjualan sumber-sumber daya selain produk perusahaan, seperti pabrik, peralatan dan investasi. Produk perusahaan
meliputi semua jenis jasa, termasuk sewa dan
pinjaman berbunga. Jadi, pendapatan dapat bersifat operasi atau non operasi, rutin atau non rutin. Untuk itu harus dibedakan jenis-jenis pendapatan yang dapat dicatat ke dalam pendapatan dengan jenis-jenis penerimaan yang bukan merupakan pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
Standar Akuntansi Keuangan (2004:23.1) membagi pendapatan menjadi tiga jenis yaitu : a. Penjualan barang Barang, meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli dari pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. b. Penjualan jasa Biasanya mengangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual telah disepakati dilaksanakan selama satu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa dapat diserahkn selama satu periode atau selama lebih dari satu periode. c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden. 1) Bunga : pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang kepada perusahaan. 2) Royalti : pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan perangkat lunak komputer. 3) Deviden : distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
Pada Proses Penjualan kita mengenal istilah : a.
Komisi
Komisi umumnya mewakili kompensasi untuk mencapai target penjualan tertentu. jenis-jenis komisi meliputi : 1) Potongan harga (diskon) komisi yang dihitung dari pembelian sebuah barang. Semakin besar penjualannya maka semakin tinggi potongan harga yang diberikan. 2) Harga obral Yaitu memberi diskon kepada konsumen yang hanya akan membeli produk jika harga diturunkan, misalnya pada hari-hari besar seperti Lebaran, natal, Imlek, dan sebagainya. b.
Bonus
Universitas Sumatera Utara
Bonus adalah pembayaran ekstra tepat waktu di akhir sebuah periode, dimana dilakukan penilaian kinerja pekerjaan. Bonus diberikan untuk megupayakan kenaikan pendapatan. Bonus biasanya lebih jarang dibayarkan dari kmisi (misalnya sekali setahun). 4.
Perkembangan Multi Level Marketing a.
Sejarah Multi Level Marketing Sejarah mencatat bahwa sejak tahun 1936, ilmu ekonomi mengalami
perkembangan menjadi banyak cabang, seperti : teori ekonomi (economics theory) dan ekonomi terapan (applied economics). Teori ekonomi berkembang menjadi ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro bercabang menjadi ekonomi keuangan dan perbankan, ekonomi pembangunan, dan ekonomi pertanian. Ekonomi mikro berkembang menjadi manajemen keuangan, produksi, marketing, sumber daya, akuntansi, dan sebagainya. Sektor marketing (pemasaran) turut mengalami perkembangan. Secara sederhana marketing (pemasaran) adalah rangkaian proses perpindahan produk dari produsen ke konsumen. Tenaga kerja yang melakukan proses perpindahan produk dimaksud disebut marketer Pakar marketing di USA pada tahun 1930-an melakukan kajian terhadap konsep retail (eceran) dan direct selling (pemasaran langsung). Hasilnya kedua konsep itu mengalami perubahan, namun orientasinya memberikan manfaat finansial kepada kalangan tertentu saja, yakni kepada pemilik modal, pengelola usaha, dan tenaga kerja tertentu yang dapat memenuhi persyaratan sebagai karyawan, marketer, kurir atau pihak ketiga yang menjadi jasa perantara (minimal membuka kios) yang terbatas jumlahnya, masyarakat umum diposisikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penerima manfaat produk saja. Kajian ini mendoromg para marketing untuk melakukan kreasi marketing. David Maconal penduduk pinggiran New York, sebagai dasar untuk menciptakan metode marketing terbaru yakni sistem distribusi berjenjang yang diterapkan pada tahun 1880. Konsep MLM (Multi Level Marketing) atau pemasaran berjenjang yang lahir pada tahun 1939 merupakan kreasi dan inovasi marketing, sebagai sebuah solusi untuk melibatkan masyarakat konsumen dalam kegiatan usaha pemasaran. Dengan maksud agar masyarakat konsumen dapat menikmati, tidak saja manfaat produk, tetapi juga manfaat finansial
(dalam bentuk insentif, hadiah, dan
kepemilikan saham perusahaan). Perusahaan yang diakui pertama kali menerapkan konsep MLM adalah Nutrilite di USA. Karena persiapan operasionalnya kurang, pengerjaan data distribusi yang masih manual, perusahaan ini tidak bertahan lama. Jaringan kerja (network marketing) Nutrilite berkembang, setelah dua distributornya yakni Ricard Devos dan Jay Van Andel mengambil alih asset Nutrilite untuk melahirkan perusahaan baru yaitu perusahaan Amway Corporation. MLM disebut juga Network Marketing, Multi Generation Marketing, Uni Level Marketing, dan Co-op Massa Marketing, berkembang menjadi alternative bisnis masyarakat dunia. MLM singkatan dari Multi Level Marketing. Multi berarti banyak, Level berarti jenjang atau tingkatan, Marketing berarti pemasaran. Jadi, Multi Level Marketing adalah pemasaran yang bertingkat. Marketing berkaitan dengan produk, harga, promosi, distribusi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tarmizi Yusuf (2004:4), “Multi Level Marketing ataupun Network Marketing merupakan sistem pemasaran yang menggunakan jaringan kerja, ada sekelompok orang yang merupakan jaringan kerja”. Disebut Multi Level karena organisasi distributor bertingkat-tingkat. Tidak sekedar satu atau dua tingkat bahkan lebih dari tiga tingkat atau empat tingkat, banyak tingkat dan banyak jenjang. Seseorang sebagai distributor, akan mengajak orang lain untuk ikur bergabung, menjadi suatu kelompok distributor. Perkembangan MLM semakin terkenal ketika media dunia memberitakan bahwa pada tahun 1984 MLM telah mencetak 20% dari 500 ribu jutawan baru di USA, bahkan Standford Research dan Wall Street Journal memperkirakan bahwa sekitar 65% barang dan jasa di USA pada dasawarsa 90-an cenderung dipasarkan lewat MLM. Di Indonesia MLM dikenal pada tahun 1984, berawal dari sejumlah marketer Indonesia yang disponsori orang luar negeri menjadi distributor MLM. Hal ini karena konsep MLM tidak mengenal istilah teritorial perdagangan atau tidak membatasi orang untuk melakukan ekspansi bisnis. Perusahaan MLM yang tumbuh dan berkembang di Indonesia berasal dari Barat. Lain halnya dengan perusahaan yang menggunakan konsep MLM, tapi sepenuhnya mendistribusikan produk dalam negeri dengan budaya ketimuran. Perusahaan yang menggunakan konsep MLM di Indonesia adalah PT. Nusantara Sun Chlorella Tama (NSCT), yang berdiri pada Oktober 1986 berpusat di Bandung. Pembawa konsep usahanya Mr. Yangky Reagen dari Malaysia
Universitas Sumatera Utara
bekerja sama dengan pengusaha Indonesia dari Ometraco dan Rajawali Grup. PT.NSCT setelah go internasional menjadi PT.CNI yang berkembang pesat. Dalam kurun waktu 10 tahun Indonesia telah memiliki puluhan perusahaan MLM Konvensional (istilah lazim bagi MLM Non Syariah) yang beroperasi dengan niat pendirian usaha, visi, misi, marketing plan, metode pelatihan, dan kespesifikan produknya. Banyak orang menjadikan produk dan budaya kerja perusahaan MLM Konvensional sebagai alasan untuk menolak secara keseluruhan konsep MLM. Oleh karena itu anak bangsa harus mencermati sisi-sisi positif dari perjalanan peristiwa. Berani merenovasi sesuatu, menghargai karya orang lain dengan berusaha mempelajarinya. Perkembangan MLM di Indonesia ada yang dimanfaatkan oleh para pertualang bisnis untuk merusak opini orang terhadap MLM dengan arisan berantai, penyedotan dana masyarakat lewat usaha koperasi simpan pinjam (KOSPIN), MLM Binary, MLM Piramid, dan Money Game (Penggandaan Uang). Hal ini yang merusak citra MLM sebagai bisnis jaringan. Umat Islam dibebaskan oleh ajaran agamanya untuk melakukan kreasi dan inovasi ekonomi dalam bentuk dan ruang lingkup apa saja, sepanjang tidak ditemukan
dalil
hukum
yang
melarang
atau
mengharamkannya.
Dasar
pertimbangan itu lahirlah MLM Syariah. Perusahaan ini melakukan penyesuaian konsep MLM Konvensional dengan komponen yang dihalalkan hukum islam. b.
Komisi dan Bonus pada Multi Level Marketing Dalam menjalankan bisnis MLM, setiap orang melakukan aktivitas
memerlukan motivasi yang mendorongnya, seperti adanya komisi dan bonus.
Universitas Sumatera Utara
1) Komisi Komisi berkaitan dengan tingkat penjualan baik pribadi maupun kelompok. Jenis-jenis komisi pada Multi Level Marketing : a) Rabat adalah potongan harga. Apabila seseorang membeli produk memperoleh rabat langsung misalnya sebesar 15%-20% sebagai keanggotaan MLM tersebut, jika dijual kembali pada konsumen maka akan memeproleh keuntungan dari selisih harga konsumen dikurangi harga anggota MLM. Rabat ini akan meningkat sesuai dengan peringkat atau tingkat penjualan produk oleh anggota MLM tersebut. b) Komisi pengembangan Kelompok, yaitu komisi bagi distributor (sebutan bagi anggota MLM) yang mengajak orang lain untuk bergabung menjadi anggota MLM. Perusahan MLM sangat menghargai jasa seorang distributor untuk mengembangkan jaringannya dengan mengajak banyak orang untuk ikut bergabung. Komisi ini berasal dari tingkat penjualan kelompok atau jaringan distributor bersangkutan c) Komisi Pembinaan, yaitu komisi yang diberikan kepada distributor yang melakukan pembinaan terhadap anggota kelompok atau jaringannya. Tolak ukurnya adalah peningkatan omzet penjualan. d) Royalty, yaitu komisi yang didapat seseorang karena telah mencapai target yang diberikan perusahaan MLM, seperti
Universitas Sumatera Utara
banyaknya jaringan dan distributor yang menghasilkan penjualan yang tinggi. e) Komisi-Komisi Lain sesuai dengan masing-masing perusahaan MLM. Komisi yang diberikan dikaitkan dengan prestasi masingmasing distributor. 2) Bonus Bonus yaitu hadiah apabila seseorang telah mencapai target-target tertentu. Perusahaan MLM memberikan bonus untuk memacu prestasi distributornya, tidak terkait dengan berapa lama ikut bergabung tetapi berprestasi dalam omzet penjualan. Jenis-jenis bonus pada Multi Level Marketing : a) Bonus Kendaraan, yaitu bonus untuk
memperoleh kendaraan
seperti mobil atau sepeda motor. Untuk memperoleh bonus ini biasabya
distributor
mengumpulkan
point
penjualan
yang
ditentukan perusahaan MLM. b) Bonus Wisata, yaitu bonus yang diberikan untuk meningkatkan motivasi dan wawasan distributor, yang kemudian akan menambah motivasi kelompok atau jaringannya untuk berhasil dalam bisnis MLM. c) Bonus-Bonus lain, dapat berbentuk uang, rumah, polis asuransi, dan sebagainya. c.
Perbedaan MLM Konvernsional dengan MLM Syariah
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya Multi Level Marketing Syariah sama dengan Multi Level Marketing Konvensional. Berikut adalah beberapa aspek perbedaan antara MLM Syariah dengan MLM Konvensional. Tabel 1.1 Beberapa Aspek Perbedaan Antara MLM Syariah Dengan Konvensional NO
ASPEK
MLM SYARIAH
MLM KONVENSIONAL Halal Bisnis
1
NIAT
2
PRINSIP
3
ORIENTASI
1. Kasbul (penghasilan halal) 2. Istiftaa Ummah (Mengangkat Ekonomi Umat) 3. Muamalah Islamiyah (Bermuamalah Islami) Muamalah Islami Ekonomi Konvensional Dunia Akhirat Duniawi
4
KOMODITI
Halal
Produk apa saja
5
PEMBINAAN
6
STRATEGI PEMASARAN STRATEGIS PENGEMBANGAN JARINGAN ANGGOTA (MITRA) SISTEM PENDAPATAN ALOKASI PENDAPATAN SISTEM PENGELOLAAN PENGAWASAN
Tarbiyah, Ukhuwah, Dakwah Bil Halal Akhlaqul Karimah, Rukun Jual Beli, Ikhlas Metode Dakwah
Bimbingan Teknis, Motivasi Finansial Bebas
Muslim diutamakan
Campuran
7
8 9 10 11 12
Melalui Motivasi, Bujukan dan Janji
Adil, Halal
Bagi keuntungan secara konvensional Bagi Hasil Keuntungan, Tidak ada ZIS, Zakat Infak Sedekah (ZIS) Pribadi Manajemen Muamalah, Manajemen Amanah Konvensional Dewan Pengawas Syariah, Dewan komisaris Dewan komisaris
Perbedaan dasar, yaitu pada sistem pemasaran MLM Syariah yang menggunakan jaringan kerja yang lebih mengutamakan silaturahmi dan ukhuwah.
Universitas Sumatera Utara
Yaitu sistem dengan memperhatikan kaidah-kaidah syariah Islam, baik terhadap sistem distribusi, penerapan harga, maupun jenis produk yang dipasarkan. Ditinjau dari harga produk MLM Syariah tidak mahal atau tidak mark up 2-3 kali lipat
dan terjangkau
oleh konsumen.
Konvensional cenderung
mahal
Sedangkan harga produk
sehingga
konsumen
tertentu
saja
MLM yang
membelinya. d.
Multi Level Marketing Syariah Munculnya lembaga bisnis syariah seperti Multi Level Marketing
merupakan salah satu bentuk kebangkitan umat Islam. MLM merupakan singkatan
dari
"Meet-Learn-Multiply.
Artinya
adalah
Bertemu-Belajar-
Berkembang. Maksudnya adalah : 1) Kalau kita ingin "memanjangkan usia (tanda, jejak, dan kesan bahwa kita pernah ada dan hidup) dan meluaskan rezeki (jalur dan kunci pintu rezeki), maka lakukanlah silaturahmi" (HR. Bukhari), di disebut Meet. 2) "Belajarlah walau sampai ke negeri Cina." (HR. Ibn Abdul Barr), di disebut Learn. 3) "Sampaikanlah walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari), ini disebut dengan Multiply. Multi Level Marketing sebagai metode pemasaran merupakan suatu fenomena yang relatif baru, yang dilaksanakan oleh beberapa perusahaan yang menghasilkan produk tertentu. Sebagai sesuatu yang relatif baru, perlu dicermati bagaimana Islam memandang dikaitkan dengan sistem ekonomi syariah.
Universitas Sumatera Utara
Produk apapun yang dijual sebagai hasil suatu perusahaan, haruslah terjamin mutunya, salah satu konsep ekonomi dalam Islam, adalah untuk menjual suatu produk harus diuji kehalalannya, dan manfaatnya. Yang terutama adalah memperhatikan prinsip dasar ekonomi syariah Islam secara makro, meliputi hal yang tidak ghurur (penipuan), tidak ihtikar (penimbunan), tidak bersifat ribawi (bunga). Syariah Allah merupakan pedoman hidup yang mengandung kebenaran dan kesempurnaan. Maka sangat tepat bila berekonomi menggunakan jalan (syariat) Islam. Artinya, bukan hanya ibadah yang membedakan umat Islam, melainkan seluruh aktifitas. Pedoman dasarnya adalah Alquran dan Sunah Rasulullah Saw. Sebagai lembaga bisnis syariah, maka karakteristik Multi Level Marketing Syariah adalah : a) Niat : Kasbul Halal (Q. S Al Qashash (28 : 77) b) Prinsip Operasi : Muamalah Islamiyah (Q. S Al Maidah : 5 50) c) Komoditas : Halal dan Thayyib (Q. S Al Baqarah 2; 168) d) Strategi Pemasaran : Akhlaqul Karimah (Q. S An Nisa 4 : 29) e) Sistem Intensif : Adil an Halal (Q. S Al Israa 17 : 29, An Nisa : 4 : 135) f) Sistem Pengolahan : Amanah (Q. S Al Anfal 8 : 27) g) Pengawasan : Dewan Pengawasan Syariah (Q. S An Nahl 16 : 43) h) Pembinaan : Tarbiyah, Jamaah, Ukhuwah, Ta'lim dan Dakwah (Q. S Ali Imran 3 : 104)
Universitas Sumatera Utara
MLM sesungguhnya adalah strategi dan taktik pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan distribusi produk, untuk membangun mata rantai distribusi yang produktif (omzet penjualan yang pasti), permanen (memiliki pelanggan tetap), dan terkendali (pelanggan dalam status terdaftar dan diikat dengan akad), lewat upaya memposisikan calon pelanggan (customer) sekaligus sebagai tenaga pemasar (marketer) sistem kerja (konsep kemitraan MLM) dan komoditi usaha (produk barang atau jasa yang diakui hukum untuk dipasarkan). Strategi dan taktik bertujuan untuk mengaktifkan tugas-tugas pemasaran di lapangan (membangun opini pasar dan menjamin kontinuitas penjualan), dengan pola memindahkan atau membagi jalur periklanan dari media umum seperti TV, radio, koran, majalah, tabloid, papan reklame, dan sebagainya kepada orang yang direkrut lewat pensponsoran. Orang yang direkrut secara individu (pada awal operasional dilaksanakan perusahaan) diberi peran ganda, sebagai konsumen aktif (pelanggan tetap perusahaan) dan pengiklanan (merekrut pelanggan baru buat perusahaan). Mereka disebutkan distributor (marketer MLM) dengan Mitraniaga. Mitraniaga dalam kapasitasnya sebagai konsumen aktif diberi hak potongan harga belanja (harga mitra) dan akan mendapatkan hak kompensasi laba perusahaan jika ia berbelanja seberapapun jumlahnya dalam satu bulan. Kapasitasnya sebagai pengiklan (perekrutan anggota baru), Mitraniaga akan mendapatkan hak insentif (komisi, pendapatan bersih) yang bersumber dari keuntungan perusahaan, apabila ia mampu membangun jaringan usaha (pangsa pasar perusahaan) yang aktif dan produktif, atau yang dapat melaksanakan tugas kemitraan. Untuk mengatur
Universitas Sumatera Utara
seberapa
besar
insentif
yang
diterima
seorang
Mitraniaga,
perusahaan
menggunakan sistem perhitungan insentif yang terhimpun dalam marketing plan perusahaan. PT. Wahida Indonesia menggunakan sistem perhitungan yang disebut Sistem Insentif Ukhuwah (SIU). Sebuah sistem pembagian hasil yang merupakan hasil musyawarah antara manajemen PT.Wahida Indonesia dengan Mitraniaga yang telah disetujui Dewan Pengawas Syariah PT.Wahida Indonesia. 5.
Nilai-Nilai Sistem Perekonomian Islam a.
Prinsip Ekonomi Islam Karakteristik
ekonomi
Islam
yaitu
untuk
meluruskan
kekeliruan
pandangan yang menilai ekonomi kapitalisme dan sosialisme yang bertentangan dengan
metode
ekonomi
Islam.
Sesungguhnya
ekonomi
Kapitalisme
menggunakan prinsip penghargaan Islam terhadap prinsip hak milik, sedangkan ekonomi Sosialisme menggunakan prinsip Islam dalam membela persamaan dan keadilan. Karakteristik ekonomi Islam meliputi tiga asas pokok yang secara asasi dan bersama-sama mengatur teori ekonomi dalam Islam. Yaitu : 1) Asas Akidah, merupakan dasar yaitu ketetapan atau pegangan hidup kaum muslimin yang mengandung makna akidah tauhid 2) Asas Akhlak, merupakan pendukung dan pengatur motivasi dan tujuan yang tidak dapat dijangkau oleh hukum 3) Asas Hukum, yang merupakan tingkah laku lahiriah individu dalam hubungannya dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Islam mengatur kegiatan dan perilaku bisnis dalam berbagai cara sebagai berikut : Kegiatan Bisnis
Konsep penting
1. Konsep Standar Etika Bisnis
1. 2. 3. 4. 5.
Pemilikan Persaingan Keadilan Harga Hubungan majikan dan pegawai
2. Praktek yang etis dan yang tidak
1. Etika Perilaku Individu 2. Kegiatan yang tidak etis (riba, judi, etis secara umum (kode etik) lotere, pembelian/penjualan, di depan, dagang barang curian, dan lain-lain. 3. Bentuk bisnis yang sah 1. Partnership (joint venture), mudharabah, musyarakah) 2. Persero (PT) diterima menurut aturan-aturan tertentu, dan sebagainya 4. Standar etika yang menyangkut 1. Laporan Keuangan 2. Prinsip dan Transaksi Konsep Akuntansi 3. Penilaian Asset 4. Persyaratan Akuntan 5. Tanggungjawab Sosial 1. Dana Zakat 2. Pinjaman Tanpa Bunga 3. Sedekah/Infak untuk tujuan sosial Tabel 1.2 Ikhtisar Aspek Bisnis Menurut Hukum Islam Sumber : Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.232
Etika bisnis dalam Islam mengajarkan bahwa di dalam melaksanakan prinsip ekonomi Islam, hendaklah setiap manusia memiliki nilai-nilai seperti : Jujur, Amanah, Adil, Profesional, Saling bekerja sama, Sabar dan Tabah. Seorang muslim yang baik adalah mereka yang memperhatikan faktor dunia dan akhirat secara seimbang. Penyeimbangan aspek dunia dan akhirat tersebut merupakan karakteristik unik sistem ekonomi Islam.
Universitas Sumatera Utara
Konsep Bisnis
Standar Etis
1. Pemilikan
1. Pemilikan individu harus didorong dan dilindungi 2. Kekayaan adalah milik Tuhan. Individu bertindak sebagai agen dalam memiliki kekayaan 3. Pemilikan pabrik termasuk kekayaan mineral air dan sumber energi 4. Pemilik individu harus memperhatikan masyarakat dan fungsi ekonomis dari kekayaan itu 2. Keadilan 1. Setiap orang berhak atas keadilan 2. Kesempatan yang sama merupakan dasar keadilan 3. Kecukupan merupakan dasar kedua dari keadilan 4. Adalah kewajiban semua orang untuk berlaku adil. 3. Harga 1. Harga diatur oleh pasar 2. Pemerintah tidak dibenarkan mempengaruhi harga 3. Pengecualian campur tangan hanya boleh untuk kepentingan keadilan dan distribusi barang harus adil dan lancar 4. Setiap harga barang yang dijual dicantumkan agar diketahui publik 4. Persaingan 1. Persaingan diizinkan dan dianjurkan 2. Perpindahan barang tidak boleh dihalangi, harus dijamin bebas 3. Persaingan tidak boleh menimbulkan monopoli 4. Tidak dibenarkan campur tangan terhadap fungsi pasar 5. Hubungan Majikan dan 1. Majikan berhak atas kejujuran dan kemampuan karyawan Karyawan 2. kepemimpinan membutuhkan beban tanggung jawab 3. Tiap orang adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas bawahan yang dipimpinnya 4. Mendisiplinkan pegawai harus secara pribadi tidak boleh di depan orang. Tabel 1.3 Konsep Standar Etika Bisnis Sumber : Sofyan Syarif Harahap, Akuntansi Islam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.235
Universitas Sumatera Utara
Konsep dan Praktek Akuntansi 1. Penilaian Harta (Asset)
Etika Islam
1. Persediaan dinilai menurut harga pasar grosir (whole sale market price) atau harga pokok 2. Laporan Keuangan 1. Zakat tahunan didasarkan atas : - 2 ½ % dari jumlah modal - 10 % dari laba bersih 2. Sumber dan penggunaan zakat ditetapkan syariat 3. Prinsip Akuntansi 1. Akuntansi sosial adalah prinsip akuntan dan transaksi yang penting 2. Transaksi yang tidak sesuai dengan hukum Islam harus dihindarkan 3. Prinsip akuntansi yang berterima umum harus ditaati sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam 4. Persyaratan Akuntan 1. Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, dan terpercaya 2. Akuntan harus mengetahui dan meyakini Islam sebagai cara hidupnya 3. Akuntan harus adil, efisien, dan independen 4. Akuntan harus bertanggungjawab untuk melaporkan setiap transaksi yang berhubungan dengan hukum Islam Tabel 1.4 Aspek Akuntansi dan Prakteknya Menurut Hukum Islam Sumber : Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Isalam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.239 Sofyan Syafri (1999 : 236) mengemukakan beberapa praktek-praktek etis yang terdapat dalam hukum Islam. Antara lain : 1) Menjamin "self-dependence" dan "self worth." 2) Mematuhi peraturan dari tiap perjanjian 3) Jangan berjudi untuk tujuan apapun termasuk lotre 4) Membeli dan menjual dengan cara sopan dan sederhana. Jangan menipu, berbohong, sewaktu membeli dan menjual. 5) Pelajari transaksi dan menghindari transaksi jika ada keraguan tentang kesesuaian dengan prinsip Islam
Universitas Sumatera Utara
6) Berikan toleransi dalam transaksi pinjaman, yaitu memperpanjang jatuh tempo peminjam jika ia tidak mampu membayar pada tanggal jatuh tempo 7) Jangan menjual barang yang dilarang oleh Islam, seperti barang curian, barang yang tidak halal dan sebagainya 8) Jangan melakukan pembelian di depan (forward buying) yang bernilai tidak etis sebab rincian komoditi yang dibeli bisa berubah pada saat pengiriman 9) Pakai timbangan yang adil, ukuran yang benar, sehingga tidak ada yang dirugikan dengan cara curang 10) Bayar utang pada tanggal jatuh tempo. Pembayaran lewat waktu dianggap tidak etis dalam Islam 11) Jangan memakan riba (bunga), Islam membenarkan menginvestasi uang, tetapi investasi yang membebani bunga yang akan dibayar dilarang dan dianggap tidak etis. b.
Keadilan Distribusi Pendapatan Kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang terdapat di masyarakat
berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi. Kesenjangan diatasi dengan menggunakan cara yang dianjurkan Islam. Seperti : 1) Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik produksi, distribusi dan konsumsi 2) Menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan dasar kebutuhan hidup) setiap anggota masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3) Melaksanakan amanah At Takaful Al Ijtima'I atau sosial economic security insurance di mana yang mampu menanggung atau membantu yang tidak mampu 4) Seseorang yang memiliki kekayaan lebih, menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat seperti zakat, infak, dan sedekah. c.
Konsep Syariah Pada Pendapatan Multi Level Marketing Pada konsep etika bisnis Islam, kita mengetahui bahwa kegiatan bisnin
yang dianjurkan dalam Islam harus memiliki nilai-nilai seperti : Jujur, Amanah, Adil, Profesional, Saling bekerja sama, Sabar dan Tabah. Kata Syariah berasal dari kata Syara'a As Syaia yang berarti "menerangkan" atau "menjelaskan sesuatu". Juga berasal dari kata Syir'ah dan Syari'ah yang berarti "suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan orang lain." Di dalamnya mengandung makna yang mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah, aspek keluarga, aspek bisnis, aspek ekonomi, aspek hukum, dan peradilan. Pemasaran adalah salat satu bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh ketentuan syariah. Philip Kotler (2001:7) mendefinisikan pemasaran sebagai "sebuah proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain."
Universitas Sumatera Utara
Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti, seperti : kebutuhan, keinginan, permintaan, produk-produk (barang, layanan, dan ide), value, biaya, dan kepuasan, pertukaran, dan transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar, serta prospek." Definisi pemasaran, menurut World Marketing Association (WMA) yang diajukan oleh Hermawan Kartajaya (2002;26), sebagai berikut : "pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholder-nya." Syariah
Marketing
adalah
sebuah
disiplin
bisnis
strategis
yang
mengarahkan proses penciptaan penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam. Definisi ini sesuai dengan ketentuan dalam bisnis Islami yang tertuang dalam kaidah fikih yang mengatakan, "kaum muslim terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis yang mereka buat, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
(bisnis)
boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya." Dalam syariah marketing, seluruh proses –baik proses penciptaan, penawaran, maupun proses perubahan nilai- tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah Islami. Sepanjang hak tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam proses suatu bisnis, maka bentuk transaksi apapun dalam pemasaran
Universitas Sumatera Utara
dapat dibolehkan. Ada empat karakteristik syariah marketing yang menjadi panduan. Yaitu : 1) Teitis (Rabbaniyah) Salah satu ciri khas syariah marketing adalah yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religius. Kondisi ini tercipta dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak merugikan orang lain. Hukum-hukum syariah dalam strategi pemasaran, dimulai dari memilih pasar, menetapkan identitas perusahaan, mendesain produk, menetapkan harga promosi, penjualan, senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius. Syariah marketing sangat peduli dengan value, seperti merek yang lebih karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis keadilan, dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya. Servis merupakan jiwa dalam bisnis syariah, perusahaan itu adalah pelayan bagi pelanggannya, dalam hal proses –baik proses internal maupun eksternal pada penghantaran produk atau jasa kepada pelanggan- haruslah menjadi kepedulian syariah marketing. 2) Etis (Akhlakiyah) Keistimewaan syariah marketing adalah mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya. Prinsip bersuci dalam Islam tidak hanya dalam rangkaian ibadah, tetapi dapat ditemukan dalam kehidupan seharihari : dalam berbisnis, berumah tangga, bergaul, bekerja, belajar, dan sebagainya. Seorang syariah marketer menanamkan hakikat pola hidup bersih, seperti menjauhkan diri dari dusta, kezaliman, penipuan, pengkhianatan dan munafik.
Universitas Sumatera Utara
3) Realistis (Al Waqi'iyyah) Syariah marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islam yang melandasinya. Syariah marketer adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan profesional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek, moral, kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya. 4) Humanistis (Insaniyah) Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara dengan panduan syariah. Syariat Islam adalah syariah humanistis. Syariat Islam diciptakan untuk manusia. Islam tidak membedakan manusia dalam hal asal daerah, warna kulit, status sosial. Namun Islam menyatukan manusia atas dasar ikatan persaudaraan antar sesama manusia. Ada sembilan etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran. Yaitu : a) Memiliki Kepribadian Spritual (Takwa) b) Berperilaku Baik dan Simpatik (Shiddik) c) Berlaku Adil dalam Bisnis ('Adl) d) Bersikap Melayani dan Rendah Hati (Khidmah) e) Menepati Janji dan Tidak Curang f) Jujur dan Terpercaya (Amanah) g) Tidak Suka berburuk Sangka (Suudzan)
Universitas Sumatera Utara
h) Tidak Suka Menjelek-Jelekkan (Ghibah) i) Tidak Melakukan Sogok (Riswah)
Prinsip-prinsip Bisnis Syariah Marketing : 1) Information Technology Allows Us to be Transparent (Change) Perubahan adalah suatu hal yang pasti akan terjadi, jadi belum dicermati. Kekuatan perubahan terdiri dari lima unsur : perubahan teknologi, perubahan politik-legal. Perubahan sosial-kultural, perubahan ekonomi dan perubahan pasar. 2) Be Respectful to Your Competitors Dalam menjelaskan syariah marketing, perusahaan harus memperhatikan cara mereka menghadapi persaingan usaha yang serba dinamis. Ketika persaingan usaha yang dihadapi semakin ketat dan bersifat kotor, syariah marketing harus memiliki kekuatan moral untuk tidak terpengaruh. 3) The Emergence of Customers Global Paradox (Customer) Pelanggan saat ini tidak saja membeli apa yang dibutuhkan, melainkan juga sudah memiliki keinginan dan harapan atas suatu produk atau jasa yang akan mereka beli. Hal ini disebabkan banyaknya akses informasi dan beragamnya pilihan produk, sehingga pelanggan akan mempunyai keinginan yang semakin spesifik dan harapan yang semakin tinggi. Perkembangan pesat ini menimbulkan paradoks antara kehidupan dunia dan akhirat. 4) Develop A Spiritual –Based Organization (Company) Perusahaan-perusahaan
harus
merenungkan
kembali
prinsip
dasar
perusahaannya, pada dasarnya adalah penerapan nilai-nilai spiritual.
Universitas Sumatera Utara
5) View Market Universally (Segmentation) Segmentasi adalah seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluangpeluang yang muncul di pasar. Perusahaan harus kreatif dan inovatif menyikapi perkembangan. Syariah mempunyai keunikan tersendiri, komprehensif yaitu menerangkan seluruh aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah), dan universal yaitu tidak membeda-bedakan terutama bidang sosial. 6) Target Customer's Heart and Soul (Targeting) Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif, karena sumber daya yang dimiliki terbatas. Perusahaan syariah harus bisa membidik hati dan jiwa dari para calon konsumennya, agar lebih terikat kepada produk atau perusahaan itu. 7) Build A Belief System (Positioning) Strategi yang harus dirumuskan adalah sebagaimana membuat positioning yang tepat bagi perusahaan dan produk syariah. Menurut Philip Kothler (1997 : 9), positioning adalah aktivitas mendesain citra dari apa yang ditawarkan perusahaan sehingga mempunyai arti dan memposisikan diri di benak konsumen. Perusahaan syariah membangun positioning yang kuat dan positif sangat penting, citra syariah harus terbentuk dan dipertahankan dengan menawarkan value yang sesuai dengan prinsip syariah sehingga perusahaan bisa menampilkan keunggulan komparatif dan kompetitif. 8) Differ Yourself with A Good Package of Content and Context (Differentiation)
Universitas Sumatera Utara
Diferensiasi didefinisikan
sebagai tindakan
merancang
seperangkat
perbedaan yang bermakna dalam tawaran perusahaan. Dalam perusahaan syariah, sudah pasti diferensiasi terbentuk adalah dari content prinsip-prinsip syariah. Dengan menawarkan produk syariah, perusahaan harus meng-customized infrastruktur yang diperlukan, seperti bentuk penawaran produk-produk syariah dengan cara yang berbeda. 9) Be Honest with Your 4 Ps (Marketing – Mix) 4 P sebagai Marketing-mix adalah product (produk), price (harga) , place (tempat atau distribusi), dan promotion (promosi). Perusahaan syariah, untuk produk dan harga harus didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan, seperti kualitas produk yang diberikan harus sesuai dengan yang ditawarkan. 10) Practice A Relationship –based selling (Selling) Selling (penjualan) dalam arti sederhana adalah penyerahan suatu barang atau jasa dari penjual kepada pembeli dengan harga yang disepakati atas dasar sukarela. Dalam melakukan selling, perusahaan tidak hanya menyampaikan fiturfitur dari produk dan jasa yang ditawarkan, melainkan keuntungan dan bahkan solusi bagi konsumennya
sehingga konsumen akan semakin loyal terhadap
produk atau jasa perusahaan itu. Caranya dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan konsumen. 11) Use S Spritual Brand Character (Brand) Brand atau merek adalah suatu identitas terhadap produk atau jasa perusahaan. Dalam pandangan syariah marketing, brand adalah nama baik yang menjadi identitas seseorang atau perusahaan. Brand yang mencerminkan karakter
Universitas Sumatera Utara
yang sesuai dengan prinsip syariah, yaitu tidak mengandung unsur judi, penipuan, riba, tidak mengandung unsur kezaliman dan tidak membahayakan pihak sendiri atau orang lain. Beberapa karakter yang menunjukkan nilai spiritual digambarkan dengan nilai kejujuran, keadilan, kemitraan, kebersamaan, keterbukaan, dan universalitas. 12) Services Should Have the Ability to Transform (Service) Untuk menjadi perusahaan yang berbasis syariah marketing, harus memperhatikan servis yang ditawarkan untuk menjaga kepuasan. 13) Practice A Reliable Business Process (process) Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery yang sering disingkat QCD. Kualitas suatu produk ataupun servis tercermin dari proses yang baik, dari proses produksi sampai delivery kepada konsumen secara tepat waktu dan dengan biaya yang efektif dan efisien. 14) Create Value to Your Stakeholders (Scorecard) Kemampuan perusahaan untuk menciptakan value bagi para stakeholdersnya akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Tiga stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah people, customers, dan shareholders. 15) Create A Noble Cause (Inspiration) Untuk mencapai kesuksesan perusahaan harus punya impian. Perusahaan berbasis syariah marketing, penentuan visi dan misi tidak bisa terlepas dari makna syariah itu sendiri, dan tujuan akhir yang dicapai. Tujuan akhir ini harus bersifat mulia, lebih dari sekadar keuntungan finansial semata. 16) Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Universitas Sumatera Utara
Budaya dasar sebuah perusahaan berbasis syariah, antara lain : budaya mengucapkan salam, murah hati, bersikap ramah, cara berbusana, dan lingkungan kerja yang bersih. 17) Measuremeat Must Bin Clear and Transparent (Institution) Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah, perusahaan tersebut harus punya sistem umpan baik dan bersifat transparan. Pengucuran yang jelas dan transparan merupakan suatu hal yang penting. Bisnis marketing yaitu MLM yang menerapkan konsep ini adalah MLM syariah, yang menempatkan keadilan pada distribusi pendapatannya, baik dalam mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekah. Keunikan sistem MLM Syariah yang sangat tepat untuk diterapkan di negara kita, antara lain : a) Peluang untuk membangun sekaligus sektor produksi dan distribusi b) Peluang sukses bagi siapa saja (tanpa peduli latar belakang etnis, sosial atau pendidikan) c) Peluang sebagai sebuah "universitas kehidupan" yaitu tempat belajar dalam banyak segi kehidupan : kepercayaan, silaturahmi (komunikasi),
skill presentasi,
kepemimpinan,
motivasi dan
sebagainya d) Peluang untuk meningkatkan kemampuan finansial e) Peluang untuk mempersatukan bangsa melalui budaya silaturahmi f) Peluang untuk
menanamkan nilai-nilai Alquran dan sunah
Rasulullah Saw sebagai way of life tanpa melalui pemaksaan dan keterpaksaan
Universitas Sumatera Utara
g) Peluang untuk mengajak masyarakat menjadi komunitas yang peduli kepada kehalalan dan kethayyib-an suatu produk dan memiliki pola konsumsi yang sehat, baik dari segi kesehatan maupun finansial.
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian pernah dilakukan oleh Aryanni pada tahun 2006 dan masalah
yang diteliti adalah analisa pendapatan bersih pada PT. Ahad-Net Inetrnasional. Perumusan Masalah yaitu Bagaimana memperoleh pendapatan bersih (insentif) pada PT. Ahad-Net Internasional.
Metode yang digunakan yaitu metode
deskriptif dan metode analitis. Hasil temuan dari penelitian terdahulu bahwa berdasarkan analisa perbandingan pendapatan grosir memperoleh sebesar Rp. 6.000.000,-. Sedangkan pendapatan mitra Ahad-Net berperingkat Pemula dan berperingkat Adhi Bina Kencana memperoleh sebesar Rp. 7.800.000, maka pendapatan yang paling menguntungkan adalah menjadi mitra Ahad-Net. Semakin tinggi peringkat mitra Ahad-Net maka akan lebih banyak memperoleh insentifinsentif lainnya. Ahad-Net memberikan lebih banyak kontribusi bagi mitramitranya.
C.
Kerangka Konseptual Penjualan terhadap produk dapat dilakukan dengan sitem retail dan sistem
jaringan yang sering di sebut dengan Multi Level Marketing (MLM). Perusahaan MLM sangat berkembang sekali di Indonesia. MLM dibagi atas dua sistem yaitu
Universitas Sumatera Utara
Multi Level Marketing Konvensional dan Multi Level Marketing Syariah. PT. Wahida Indonesia merupakan salah satu perusahaan Multi Level Marketing Syariah yang sangat berkembang di Indonesia. Yang memberikan banyak manfaat finansial yaitu pendapatan bagi mitrasalur. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mencoba menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
PENJUALAN PRODUK
RETAIL
MULTI LEVEL MARKETING
KONVENSIONAL
SYARIAH
PT. WAHIDA INDONESIA
PENDAPATAN BERSIH MITRASALUR
Gambar 1.2 Kerangka Konseptual Penelitian
Universitas Sumatera Utara