BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa Proses terjadinya komunikasi massa selalu terkait dengan teknologi dalam hal ini adalah teknologi komunikasi. Sebagai contoh adalah berjalannya komunikasi massa melalui media televisi akan melibatkan pemanfaatan satelit, pemancar, receiver dan lain sebagainya. Komunikasi ini sangat efisien karena dapat menjangkau ke daerah yang luas dan audience yang praktis menjadi tidak terbatas jumlahnya. Oleh karena itu komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan dapat diterima secara serentak dan sesaat. Konsep komunikasi massa sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi oleh audiens.1 Gerbner menggambarkan bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.2
1 2
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi, Modul 7. Universitas Terbuka. hal. 73 Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama : Bandung. 2006. hal. 1
17
18
2.1.1 Fungsi Media Komunikasi Massa Bagi Masyarakat Secara sadar atau tidak komunikasi melalui media massa mampu menembus kehidupan manusia. Pola hidup manusia pun mulai dikendalikan oleh media massa. Gamble dan Gamble (2001) menyebutkan banyak orang menghabiskan waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa ditengah kesibukan pekerjaannya. Mereka juga memiliki pilihan media yang sangat spesifik, seperti majalah atau tabloid yang berkaitan dengan pekerjaannya.3 Kendati demikian menurut Dominick media massa memiliki fungsi komunikasi massa-nya sendiri bagi masyarakat yang terdiri dari: 1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan dibagi dalam bentuk utama (a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). Intrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan
inflasi
atau
menjadi
ancaman.
Fungsi
pengawasan
instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya harga saham, resep masakan dan produk-produk baru.
3
Ibid.,14
19
2. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga menyebarkan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Tujuannya media ingin mengajak para pembaca untuk memperluas wawasan dan mengajak membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar personal atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian (linkage) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-nilai) Fungsi ini disebut juga fungsi sosialisasi. Hal ini mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dengan kata lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk meniru. Diantara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak anak yang telah melampaui usia 16 tahun,
yang banyak
menghabiskan waktu
di
depan televisi
dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. 5. Entertainment (Hiburan) Fungsi ini mendominasi sajian media televisi hampir tiga perempat tayanganannya. Walau memang ada beberapa televisi yang siarannya
20
lebih mengutamakan berita. Fungsi media massa sebagai fungsi hiburan tidak lain untuk tujuan mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.4
2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa 2.2.1
Pengertian Televisi Televisi merupakan salah satu perangkat (alat teknis) yang
digunakan dalam komunikasi massa. Pesan-pesan yang disampaikan ditujukan untuk khalayak umum, sehingga siapa saja bisa menyaksikan apa yang ditayangkan oleh televisi tersebut.5
2.2.2
Karakteristik Televisi Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki ciri sebagai
berikut: 1. Informasi disampaikan kepada komunikan melalui proses atau transmisi 2. Isi pesan audiovisual. Artinya, dapat didengar dan dilihat secara bersamaan pada waktu ada siaran. 3. Sifatnya periodik tidak dapat diulang
4 5
Ibid.,17 Ruedi Horman. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Grasindo : Jakarta. 2009. hal. 60
21
4. Sifatnya Transitory (hanya meneruskan). Pesan-pesan yang diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas. 5. Serentak dan global 6. Meniadakan jarak dan waktu 7. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sering terjadi, secara langsung atau orisinal. 8. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur) 9. Kalimat singkat, padat, jelas dan sederhana 10. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur6
2.2.3
Efek Kehadiran Televisi sebagai Media Massa Televisi merupakan teknologi yang sangat cepat berkembang
sebagai media massa. Seperti dijabarkan oleh Steven M. Chafee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: efek ekonomis, efek sosial, penjadwalan kegiatan, efek penyalur/penghilang perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media: 1. Efek Ekonomis Kehadiran media massa menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. Hal ini berarti menghidupkan pabrik penyuplai kertas, kabel, tabung, percetakan, kaset video, graphis, membuka lapangan kerja bagi para pekerja media, perancang graphis, produser, pengecer dan pencari iklan.
6
JB Wahyudi. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Grafiti: Jakarta. 2006. hal. 89
22
Keberadaan televisi menjadi lapangan kerja bagi sarjana komunikasi, dan tenaga ahli lainnya 2. Efek Sosial Efek ini berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat kehadiran media massa. Misalnya, majalah Gadis untuk dikonsumsi oleh para remaja putri sedang majalah Otomotif untuk dikonsumsi oleh pecinta otomitif. 3. Penjadwalan Kegiatan Sebelum melakukan kegiatan pekerjaan biasanya masyarakat kota membaca Koran terlebih dahulu, dengan hadirnya televisi kegiatan mandi dan sarapan dilakukan lebih cepat atau setelah mandi agar bisa memperoleh informasi dari media tersebut pada waktunya, terutama pada anak-anak diwaktu tertentu dimana ditayangkan film kartun/ tayangan hiburan lainnya. 4. Efek Penyalur/penghilang Perasaan Tertentu Orang
menggunakan
media
untuk
memuaskan
kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya menghilangkan perasaan kesal, kesepian, marah, sedih, kecewa dll. 5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media Terkadang orang mempunyai perasaan positif maupun negatif terhadap media tertentu. Misalnya para ibu-ibu yang lebih senang (positif: perasaan senang) membaca majalah femina atau percaya pada suatu
23
media massa tertentu yang erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.7
2.3 Program TV Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya.8 Secara teknis penyiaran televisi/program televisi (televisi programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman.9 Sedangkan menurut Rukmananda, programming adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.10 Program televisi pada umumnya dibuat secara in house produksi, karena biaya produksinya tidak terlalu mahal, tetapi ada juga yang menggunakan production house untuk membuat program televisi jika ada kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Menurut jenisnya program televisi di bagi menjadi dua bagian, yaitu: program informasi (straight news, features, infotainment, current affair, magazines, dan talk show), dan program hiburan (musik, drama, permainan, dan pertunjukan).
7
Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama : Bandung. 2006. hal. 50 8 Ibid., 200 9 R.M. Soenarto. Program Televisi dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran. FFTV-IKJ Pers: Jakarta. 2007. hal. 1 10 Rukmananda Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. Grasindo : Jakarta. 2004. hal. 213
24
Gambar 2.1 Jenis Program Televisi Hard News (Straight News, features, infotainment)
Informasi
(Current affair, magazines, talk show, dokumenter) Soft News
Program
Musik Hiburan Drama (Sinetron, Film, Kartun)
Kuis
Permainan
Ketangkasan
Hidden Camera Relationship Show
Reality Show
Competition
Pertunjukan
Show Fly on the wall
(Sulap, Lawak, Tarian, dll) Mistik
Sumber: Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &Televisi. Kencana: Jakarta. 2009. hal. 215
2.3.1 Elemen Penting Program Televisi Untuk menjadi program yang sukses, khususnya „Wisata Hati‟ ANTV perlu dimilikinya beberapa elemen yaitu: 1. Konflik Salah satu elemen penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter diantara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik maka kecil kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audien. Indikator konflik, digunakan pada episode-episode tertentu ketika program sedang syuting di mesjid-mesjid karena pada dasarnya program ini merupakan program one man show hanya ada Ustadz Yusuf Mansur, sebagai indikasi manakah yang lebih menarik konsep di mesjid-mesjid atau Ustadz sebagai talent utama.
25
2. Durasi Suatu program yang berhasil adalah program yang dapat bertahan selama mungkin. Ditinjau dari durasi atau lamanya penayangan program, suatu program terdiri atas program yang dapat bertahan lama (durable program) dan program yang tidak dapat bertahan lama (nondurable program). Kata kunci untuk mempertahankan selama mungkin suatu program adalah tidak boleh kehabisan ide. Indikator digunakan untuk mengetahui apakah “Wisata Hati” ANTV dapat menampilkan tema-tema yang membuat pemirsanya setia sehingga tidak bosan menonton program tersebut. 3. Kesukaan Sebagian audien memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai yaitu orang-orang yang membuat audien merasa nyaman, sebagaimana dikemukakan Vane Gross: “viewers tune to people they like and with whom they feel comfortable”. Ada kalanya orang menyukai program bukan karena isi/content-nya melainkan lebih kepada penampilan pembawa acara. Indikator ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana sikap khalayak terhadap pembawa acara yakni Ustadz Yusuf Mansur dalam “Wisata Hati” ANTV. 4. Konsistensi Suatu program haruslah konsisten terhadap tema dan karakter pemain yang dibawakan sejak awal. Menurut Vane Gross, “All viewers bring
26
certain level of anticipation to every program” (Semua penonton televisi memiliki tingkat antisipasi tertentu terhadap setiap program). Ini berarti audien sejak awal sudah mengharapkan sesuatu ketika menonton program. Konsistensi digunakan peneliti untuk mengetahui apakah „Wisata Hati‟ memiliki konsep tetap dimata pemirsanya. 5. Energi Setiap program haruslah memiliki energi yang mampu menahan audiennya agar tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal- hal lain. Vane Gross mendefiniskan energy sebagai “the quality that infuses a sense of pace and excitement into a show. It’s the charging of the screen with pictures that wont let the viewers turn away” (Kualitas yang menekankan pada kecepatan cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang tidak bisa ditinggalkan penontonnya). Dalam hal ini khususnya di “Wisata Hati” energy yang harus dimiliki adalah kecepatan cerita, yang berarti suatu program harus memiliki kecepatan dalam bercerita. Audien tidak boleh dibiarkan bingung atau tidak tahu arah suatu cerita padahal sudah 25% waktu tayang terlewati. a.
Excitement atau daya tarik, suatu program harus mampu menimbulkan daya tarik terhadap cerita yang dibangun.
b. Gambar yang kuat, setiap gambar dari suatu program haruslah memancing rasa penasaran dan ingin tahu audiensnya dan bukan hanya perpindahan gambar tanpa arti.
27
Energy digunakan peneliti untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat khalayak tidak mengalihkan perhatiannya ke hal-hal lain. 6. Timing Vane Gross menyatakan “For a Program to work it must be in harmony with the times. Too far behind the audience will dismiss it as outmoded too far front and the viewers will rebel against it”. Setiap program haruslah mempertimbangkan waktu penayangan, apakah cocok atau tidak dengan konsep program tersebut. Timing digunakan untuk mengetahui tepat tidaknya jam tayang dari program „Wisata Hati‟ ANTV. 7. Tren Suatu program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih terjamin keberhasilannya, dibandingkan dengan program yang tidak seirama dengan tren. Tren dijadikan indikator mengukur apakah penilaian pemirsa terhadap program “Wisata Hati‟ ini menjadi tren di masyarakat.
2.4
Teori Uses and Effect Pemikiran yang pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl (1979) ini
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep „uses‟ (penggunaan) merupakan yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media dan
28
penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa.11 Pada „Uses and effect‟ kebutuhan hanya dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa. Hubungan antara penggunaan media dan hasilnya (Uses & effect), dengan memperhitungkan pula isi media, memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu: 1. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan sebagian besar dari hasil. Dalam hal ini, penggunaan (uses) media hanya dianggap sebagai faktor perantara, dan hasil dari proses tersebut hanya akan dianggap berperan sebagai perantara, yang memperkuat atau melemahkan efek dari media. 2. Dalam berbagai proses, hasil (effect) lebih merupakan akibat penggunaan daripada
karakteristik
isi
media.
Penggunaan
(uses)
media
dapat
mengecualikan, mencegah atau mengurangi aktivitas lainnya, disamping dapat pula memiliki konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu. Jika penggunaan (uses) merupakan penyebab utama dari hasil maka ia disebut konsekuensi atau akibat (consequences). 3. Kita dapat juga beranggapan bahwa hasil (effect) ditentukan sebagian kecil oleh isi media (melalui perantara penggunaanya) dan sebagian lain oleh 11
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk. Teori Komunikasi, Modul 1 – 9 Edisi 2. Universitas Terbuka : Jakarta. hal. 543
29
penggunaan (uses) media itu sendiri. Oleh karenanya ada dua proses yang bekerja secara serempak, yang bersama-sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut „conseffect‟ (gabungan antara konsekuensi dan efek). Proses
pendidikan
biasanya
menyebabkan
hasil
yang
mendorong
pembelajaran (efek), dan sebagian lain merupakan hasil dari suatu proses penggunaan media yang secara otomatis mengakumulasi dan menyimpan pengetahuan. Penggunaan media yang menyebabkan ketergantungan sehingga dapat mengecualikan, mencegah atau mengurangi aktivitas lainnya, maka telah muncul akibat atau konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu. Jadi, konsekuensi atau akibat (consequences) adalah penyebab utama dari hasil (effect).12 Gambar 2.2 Ilustrasi Model Uses & Effect
Media Content
Media Uses
Effects
Media Content
Media Uses
Consequences
Media Content
Media Uses
Cons-effects
Sumber: http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/modul_detail/modul8.php
Model Uses & Effect, lebih menekankan pada efek komunikasi massa. Paradigma uses merupakan penggunaan jenis dan isi media tertentu, dalam situasi
12
Ibid, hal. 544
30
dan kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi tertentu, dengan harapan-harapan tertentu oleh khalayak.13 Dalam model Uses and Effect, kebutuhan bukan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan penggunaan media. Kepuasaan individu mengenai apakah akan digunakan atau tidaknya isi media massa ditentukan oleh karakteristik individu. Harapan-harapan persepsi individu serta tingkat pencapai media.14
Model Uses & Effect secara lengkap, adalah sebagai berikut: Gambar 2.3 Model Uses & Effect Keputusan untuk menggunakan media dan isi
Penggunaan Media : Jumlah isi, jenis isi yang digunakan, dan hubungan antara penggunaan isi dan cara mengunakanya
Efek : Lebih disebabkan oleh sifat media dan isinya
Konsekuensi : Terutama disebabkan oleh penggunaan media
Konefek : Disebabkan secara simultan antara isi dan penggunaan media
Hasil (efek ) pada tingkatan lain Sumber: http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/modul_detail/modul8.php
13
14
Sumber: http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/modul_detail/modul8.php, diunduh pada 17 Februari 2014, pukul 17.15 Hoetasoehoet. Teori Komunikasi 2. Yayasan Kampus Tercinta-IISIP: Jakarta. 2002. hal. 70
31
Dapat peneliti simpulkan, bahwa penggunaan media merupakan salah satu kebutuhan. Tetapi penggunaan tersebut menimbulkan berbagai efek media yang terkait dengan apa yang diketahui dari isi media. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, maka warga Kejaksan Cirebon yang menyaksikan program bertambah wawasan, yakin, dan mau menginformasikan, menyebarluaskan program Wisata Hati ANTV.
2.5
Sikap Sosial Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat. Sesuatu ditanggapi sebagai enak, menyenangkan, memuakkan, memberi kedamaian, tentang benda, tingkah laku orang lain, situasi masyarakat maupun budaya dan agama, dapat dicakup dalam sikap sosial. Ekspresi sikap sosial tersebut akan muncul dengan perkataan atau perbuatan: setuju, tidak yakin, melawan, mematuhi perintah, terus terang, berani, membenci, tawakal, belajar giat, agresif pada siapapun, apapun dan sebagainya.15 Sikap menjadi penting karena sikap menentukan tindakan. Perilaku seseorang seringkali ditentukan oleh sikap mereka. Seseorang ketika ditanya tentang sikap mereka, orang akan memberi jawaban dengan pendapat, keyakinan,
15
Alex Sobur. Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung. 2008. Hal.359
32
perasaan, resep (prefensi tingkah laku atau tujuan tingkah laku), penyataan fakta dan pernyataan mengenai tingkah laku mereka sendiri. Mereka memberikan tanggapan yang sangat kognitif dan juga tanggapan yang sangat afektif.16 2.5.1
Komponen Sikap Setiap sikap memiliki 3 komponen mengikuti skema triadik, yang
terdiri atas komponen kognitif, afektif dan konatif. 17 a. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen ini berhubungan dengan gejala pengenalan pikiran. Ini berarti berwujud pengetahuan, pengalaman, keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok tertentu. Misalnya: menjadi sadar atau ingin menjadi tahu atau kenal, dampak ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi khalayak. Dengan kata lain dampak ini berkaitan dengan penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan maupun kepercayaan oleh media massa. b.
Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
atau
perasaan-perasaan
tertentu
seperti
ketakutan,
kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek atau kelompok tertentu. Tahap afektif adalah berupa tanggapan, reaksi jawaban yang diberikan oleh tahap perasaan sikap serta evaluasi terhadap sesuatu yang didengar atau dilihat.
16 17
Ibid., Azwar S . Sikap Manusia; Pustaka Pelajar. 2002. hal.23
Teori
dan
Pengukurannya.
Ed
2.
Yogyakarta
:
33
c. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu pada objek, misalnya
kecenderungan
memberi
informasi,
kecenderungan
menjauhkan diri dan sebagainya. Apakah pesan tersebut dapat mendorong khalayak agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh (tottal atittude), dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, keyakinan, dan emosi memegang peran penting.
2.5.2
Pembentukan dan Perubahan Sikap Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap
banyak dipengaruhi rangsangan dari lingkungan sosial dan kebudayaan, misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap anak-anaknya. Sebab keluarga adalah kelompok primer bagi anak dan memiliki pengaruh paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap, ia bersikap namun dalam bentuk diam. 18 Pada dasarnya pembentukan sikap tidak terjadi sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan
18
S. Sunarjo Djoenasih. Opini Publik. Yogyakarta. 2007. hal. 104
34
berkenaan dengan objek tertentu. Baik faktor intern maupun ekstern pribadi individu yang memegang peranan: a. Faktor Intern, interaksi didalam kelompok maupun diluar kelompok yang bisa mengubah atau membentuk sikap yang baru. Yang dimaksud dengan interaksi diluar kelompok ialah interaksi dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi, seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah dan lainlain. Faktor lain yang turut memegang peranan ialah faktor intern di dalam pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihannya sendiri, atau minat perhatian menerima dan mengolah berbagai pengaruh yang datang dari luar dirinya.19 b. Faktor Ekstern, yaitu keadaan di luar individu yang merupakan rangsangan untuk membentuk dan mengubah sikap. Pengenalan secara berulang-ulang terhadap objek yang sama dapat membentuk sikap.
Karakteristik dari komunikator turut menentukan keberhasilan tentang perubahan sikap dilihat dari kredibilitasnya, kepemimpinannya dan gaya komunikasi. Menurut Mar‟at terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang dan menghambat perubahan sikap, yaitu:20 a. Faktor yang menghambat: stimulus bersifat indeferent sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan, tidak 19 20
Sobur, op.cit., 363 Mar‟at. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Balai Aksara: Bandung. 1984. hal. 28
35
memberikan harapan untuk masa depan, adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut. b. Faktor yang menunjang: dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah
adanya
imbalan
dan
hukuman
dimana
individu
mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan sikap, stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula. Sikap tidak akan terbentuk tanpa adanya interaksi manusia dengan objek tertentu/ suatu objek.
2.5.3
Pengukuran Sikap Sax (1980) dalam bukunya, Principles of Educational and
Psychological Measurement and Evaluation, menunjukan beberapa karakteristik sikap yaitu: 1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. 2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Intensitas yaitu seberapa besar perhatian pada suatu Program.
36
3. Sikap
juga
memiliki
keluasan,
maksudnya
kesetujuan
atau
ketidaksetujuan terhadap suatu objek, sikap dapat mengenai hanya aspek sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. 4. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. 5. Spontanitas, menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikap secara spontan. Memiliki spontanitas tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. 6. Frekuensi
merupakan
penggunaan media
mengumpulkan data
khalayak tentang berapa kali dalam sebulan seseorang menyaksikan sebuah program. Frekuensi sering digunakan untuk mengukur terpaan media, pengukuran frekuensi program mingguan (berapa kali dalam sebulan).21 7. Sedangkan pengukuran variable durasi penggunaan media dihitung berapa lama khalayak tergantung pada suatu media (berapa menit khalayak mengikuti program).
21
Elvinaro Adriyanto dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa. Bandung : Simbiosa, Rekatama Media. 2009. hal.15
37
8. Kemudian Hubungan Khalayak dan program berkaitan dengan perhatian atau atensi. Maka hubungan antara sikap khalayak dan program akan diukur dari perhatian atau atensi khalayak. 9. Durasi merupakan data berapa lama mendengarkan seseorang menyaksikan suatu program.
Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah penilaian (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Bentuk-bentuk skala sikap yang perlu diketahu dalam melakukan penelitian ada 5 macam yaitu: (1) skala Likert; (2) Skala Guttman; (3) Skala Semantic Differential; (4) Rating Scale; dan (5) Skala Thurstone.22 Pengukuran
sikap
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan pengukuran sikap model Likert yang dikenal dengan skala Likert. Menurut Sugiyono (2009) „Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial‟.23 Subyek yang diteliti diminta memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif yang dikemukakan yaitu: a. Sangat Setuju b. Setuju
22
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Ke Tujuh. Alfabeta. Bandung: 2010. hal. 86 23 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung. 2009. hal. 17
38
c. Netral d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Alternatif jawaban tersebut memiliki nilai 1 – 5, mana yang mendapatkan nilai 1 atau 5 tergantung pernyataannya. Bila pernyataan sifatnya positif dan orang tersebut setuju maka pernyataan tersebut memiliki nilai 5 dan sebaliknya, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Skala Pernyataan Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju
(SS) = 5
Sangat Setuju
(SS) = 1
Setuju
(S)
=4
Setuju
(TS) = 2
Netral
(N)
=3
Netral
(N)
Tidak Setuju
(TS) = 2
Tidak Setuju
(TS) = 4
Sangat Tidak Setuju
(STS) = 1
Sangat Tidak Setuju (STS) = 5
=3
Sumber : Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Ke Tujuh. Alfabeta. Bandung: 2010. Hal. 86
2.6
Khalayak Massa adalah kumpulan orang-orang yang berhubungan antara sosialnya
tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu.24 Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dalam proses 24
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Jurnal Komunikasi dan Informasi, Edisi Khusus, Divisi Penerbitan Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Padjadajran: Sumedang. 2004. hal. 11
39
komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya.25 Bagi seorang penerima informasi, ketrampilan komunikasi yang harus dimiliki ialah kemampuan memanfaatkan media komunikasi baik secara organik maupun mekanis. Kemampuan memanfaatkan media organik terlihat dari aktivitas sehari-hari dimana 45% diantaranya adalah mendengar, 30% berbicara, 16% membaca, dan 9% untuk menulis.26 Ketrampilan berkomunikasi disini terutama dalam mendengar, melihat, dan membaca ditentukan oleh kemampuan penerima dalam memilah-milah informasi yang diperlukan.27
25
Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers: Jakarta. 2009. hal. 157 Ibid., 161 27 Cangara, loc.cit., 26