BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Sardiman (2010:100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk keterlibatan siswa baik fisik, maupun mental yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar.
2.2 Hakekat Kemampuan Berhitung Perkalian
kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan manusia sehari-sehari. Seperti halnya keterampilan yang lain, untuk dapat berhitung dengan baik diperlukan suatu proses: a.
Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang.
b.
Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan.
c.
Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.
d.
Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukan penghitungan.
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung perkalian adalah kemampuan yang memerlukan penalaran yang digunakan untuk memecahkan persoalan hitung dengan cara menjumlahkan secara berulang.
2.3 Hakekat Model Siklus Belajar a.
Pengertian Model Siklus Belajar
Siklus belajar adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada anak didik (student centre). Siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga anak didik dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Model siklus belajar termasuk kependekatan kontruktivistik karena sisiwa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya.(I Kadek Adi Hirawan : 2008) Menurut I Wayan Dasna (2007), Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diatur sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan berperanan aktif. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Siklus Belajar adalah suatu model pembelajaran berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang memberikan kasempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kompetensi dengan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
b. Fase - Fase Siklus Belajar Siklus belajar 5E terdiri atas 5 fase yaitu Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration dan Evaluation. (Fajaroh,Fauziatul dan Dasna: 2007)
Berikut ini penjelasan masing-masing tahap siklus belajar model 5E : 1
Engagement (Menarik Perhatian-Mengikat)
Pada fase ini, di lakukan aktifitas yang menarik minat siswa. Aktifitas tersebut membantu siswa membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya. Pada tahap ini guru : a) membangkitkan minat. b) membangkitkan rasa ingin tahu. c) mengajukan pertanyaan dan d) mendatangkan jawaban sehingga membuka apa yang di ketahui oleh siswa mengenai topik . 2
Exploration (Eksplorasi)
Pada tahap eksplorasi, siswa mengamati sifat, bentuk hubungan sederhana, pola catatan dan mengajukan pertanyaan tentang kejadian-kejadian untuk membangun kesadaran mendasar tentang sifat bahan dan gagasan. Mereka memilki kesempatan untuk terlibat secara langsung dengan fenomena. Peran guru pada tahap ini adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Pada tahap ini guru : a) mendorong siswa untuk bekerja tanpa pengajaran langsung dari guru. b) mengamati dan mendengarkan siswa saat mereka saling berinteraksi. c) mengajukkan pertanyaan penyelidikan untuk mengarahkan penilitian siswa.d) memberikan waktu untuk meneliti. e) menyediakan waktu agar siswa dapat memecahkan masalah. f ) bertindak sebagai konsultan bagi siswa , sedangkan siswa pada tahap ini berfikir bebas, namun dalam batasan aktifitas, menguju prediksi dan hipotesis. Membentuk prediksi baru dan hipotesis. Mencoba alternatif dan mendiskusikannya dengan yang lain. Mencatat pengamatan dan gagasan dan menangguhkan penilian. 3
Explanation (Menjelaskan)
Pada fase ini, guru membantu siswa memahami hasil observasi dan pertanyaan yang muncul dari pengamatan. Guru meminta siswa menjelaskan apa yang mereka lihat dan memberikan penjelasan mengapa hal tersebut terjadi. Kemudian, guru memperkenalkan penjelasan ilmiah melalui pengajaran formal dan langsung.guru menghubungkan penjelasn ilmiah dengan bukti fisik dan eksplorasi dan engagement serta menghubungkannya dengan penjelasan yang di berikan siswa. Metode verbal paling sering digunakan, namun guru dapat juga memanfaatkan video, buku, presentasi, multimedia dan komputer. Pada tahap ini guru : a) Mendorong siswa menjelaskan konsep dan definisi dengan kata-kata sendiri. b) Meminta bukti (justifikasi) dan klasifikasi dari siswa. c) Secara formal menyediakan definisi dan penjelasan. d) Menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep. 4
Elaboration (Elaborasi)
Pada fase ini, pengalaman baru di rancang untuk membantu siswa membangun pemahaman yang luas tentang konsep yang telah di terangkan. Siswa memperluas konsep lain yang berhubungan, serta mengaplikasikannya pemahaman mereka dalam dunia nyata. Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan aktifitas baru. Seringkali melibatkan inkuiri, kerja laboratorioum, problem solving dan pengambilan keputusan. Pada tahap ini guru ;a) mendorong siswa menggunakan definisi, identifikasi dan pengetahuan yang di berikan sebelumnya. b) Mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru. c) Meningkatkan siswa tentang penjelasan alternatif. d) Merujuk siswa pada data dan bukti yang ada serta bertanya.
5
Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dan asesmen muncul di semua tahap selama proses pengajaran. Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem s o l v i n g d a l a m k o n t e k s b a r u y a n g k a d a n g - k a d a n g mendorong
pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut. Untuk
mengetahui pemahaman siswa, dilakukan tes kecil.Rubrik, observasi guru, wawacara siswa, portofolio, produk, peta konsep dan diagram dapat digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa. Pada tahap ini guru: a) mengamati siswa saat menerapkan konsep dan keterampilan baru. b) Menilai pengetahuan dan keterampilan baru. c) Mencari adanya perubahan cara berfikir atau sikap siswa. d) Memberikan kesempatan bagi siswa menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan proses kelompok. c.
Keunggulan Model Siklus Belajar
Keunggulan model siklus belajar yaitu ; 1
Meningkatkan motivasi belajar, kerja sama, saling belajar ,keakraban, saling menghargai, partisipasi, dan kemampuan berbahasa peserta didik,
2
Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan,
3
Pengetahuan yang didapatkan lebih melekat.
4
Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
5
Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa
6
Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2.4 Kerangka berfikir Pada
kondisi
awal,
guru
masih
menggunakan
cara
konvensional
dalam
menyampaikan konsep perkalian.Hal ini berdampak terhadap rendahnya kemampuan berhitung siswa. Setelah guru menerapkan model Siklus Belajar, siswa menjadi lebih tertarik dan
senang dalam mata pelajaran Matematika khususnya berhitung perkalian, selain itu siswa mampu menyelesaikan masalah berhitung perkalian. Pada kondisi akhir kemampuan berhitung siswa terhadap materi perkalian meningkat. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dan diakhiri sampai didapat hasil yang mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mencapai 75% dari semua siswa kelas II.
GURU
KONDISI AWAL
Pembelajaran matematika terutama dalam hal perkalian, belum menggunakan model siklus belajar
SISWA
Rendahnya kemampuan berhitung perkalian
Siklus I 60% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 60.00
Siklus II TINDAKAN
Menerapkan model siklus belajar untuk mengajarkan perkalian
65% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 60,00 Siklus III
KONDISI AKHIR
75% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 60,00
Meningkatkan kemampuan berhitung perkalian
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas seba
Belajar dapat meningkatkan
aktivitas dan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II SDN 1 Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2011/201