BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengelolaan Sampah Kata pengelolaan adalah proses atau cara mengolah, sedangkan sampah adalah benda yang berbentuk padat dari bahan basah (organik) maupun kering (an-organik) yang sudah tidak terpakai lagi. Pengelolaan sampah juga dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak awal ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Pengolahan sampah dapat melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan, pendaur ulangan, atau pembuagan dari material sampah (TPST-3R Kertalangu, 2014). Material sampah yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan keindahan. Pengolahan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung dari tipe zat sampah, dan tanah yang digunakan untuk mengolah sampah serta ketersediaan area tempat pengolahan. Pengolahan sampah merupakan proses dengan dua tujuan yaitu proses mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengubah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup (Subarna, 2014).
8
9
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menganggu kelangsungan hidup. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Secara umum jenis sampah dapat dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan an-organik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makluk hidup seperti daun-daunan dan sampah dapur dan sampah jenis ini dapat membusuk atau hancur secara alami sedangkan sampah kering (an-organik) seperti kertas, plastik, dan kaleng sulit untuk dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Menurut Subarna (2014) sampah secara spesifik dibagi menjadi duabelas karakteristik yaitu sebagai berikut : 1. Garbage Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. 2. Rubbish Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. 3. Ashes (Abu) Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, dan industri.
10
4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, dan dedaunan. 5. Dead Animal (Bangkai Binatang) Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. 6. Houshold Refuse (Sampah Rumah Tangga) Houshhold Refuse (Sampah Rumah Tangga) yaitu sampah yang terdiri dari Rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. 7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truck, kreta api dan alat transportasi lainnya yang sudah tidak dapat digunakan kembali. 8. Industry Waste (Limbah Industri) Industry Waste (Limbah Industri) yaitu terdiri dari sampah padat yang berasal dari industry-industri pengolahan hasil bumi. 9. Demolition Wastes (Limbah Pembongkaran) Demolition Wastes (Limbah Pembongkaran) yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. 10. Construction Waste (Limbah Konstruksi) Construction Waste (Limbah Konstruksi) yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.
11
11. Sewage Solid (Limbah Padat) Sewage Solid (Limbah Padat) terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan. 12. Specific Trash (Sampah Khusus) Specific Trash (Sampah Khusus) yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif. Dari berbagai kriteria sampah yang telah diuraikan diatas, tentunya sampah terlebih dahulu akan melalui beberapa proses dan sistem pengolahan sampah. Proses pengolahan sampah penting dilakukan agar dapat memanfaatkan kembali sampah sebagai produk jadi atau sebagai bahan produksi sehingga menghasilkan nilai ekonomis. Pengolahan sampah juga bermanfaat untuk mengurangi dampak buruk yang dihasilkan dari sampah terhadap kesehatan lingkungan. Menurut Subarna (2014) sistem pengelolaan sampah dibagi menjadi lima metode yaitu sebagai berikut : 1. Metode Daur Ulang Metode daur ulang merupakan suatu proses pengambilan kembali barang yang masih memiliki nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan untuk digunakan kembali sebagaimana yang diinginkan oleh pengolahnya. Umumnya metode daur ulang ini digunakan untuk mengambil bahan baku dari sampah untuk diproses kembali atau mengambil kalori dari bahan-bahan yang masih berfungsi dari sampah tersebut dan bermanfaat untuk proses produksi produk baru lainnya.
12
2. Metode Pengolahan Kembali Secara Fisik Metode pengolahan kembali secara fisik sebenarnya memiliki spesifikasi yang sama dengan metode daur ulang namun yang berbeda yaitu metode pengolahannya. Metode pengolahan sampah kembali secara fisik hanya melakukan kegiatan pembersihan ataupun memanfaatkan kembali sampah tersebut sebagaimana fungsinya sebelumnya. 3. Metode Pengolahan Biologis Metode pengolahan biologis yang dimaksud yaitu pengolahan sampah dilakukan secara alamiah dan umunya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pupuk kompos atau mengambil zat-zat yang terkandung dalam sampah tersebut sebagai energi alternatif pembangkit listrik ataupun pengganti energi pokok rumah tangga. Sampah yang dapat dimanfaatkan hanya sampah dengan jenis organik dan sampah non-organik yang tidak dapat dimanfaatkan dengan metode daur ulang maupun berbagai pengolahan kembali secara fisik, dapat menggunakan sistem penimbunan secara alami dengan media tanah dan menunggu waktu untuk dapat terurai. 4. Metode Pemulihan Energi Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain dan daur ulang melalui cara perlaukan panas. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan ketika sampah dipanaskan pada suhu yang tinggi. Keadaan pengolahan yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka pirolisa dari sampah padat akan mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Zat cair dan gas yang dihasilkan dari sampah dapat
13
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain dan padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Penggunaan gasifikasi busur plasma yang canggih dapat memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah menjadi konversi material organik langsung menjadi gas sintetis yang dibakar dan akan menghasilkan listrik maupun energi uap. 5. Metode Penghindaran dan Pengurangan Sebuah metode yang penting dari pengolahan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk atau dikenal juga dengan pengurangan sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk agar dapat diisi ulang atau digunakan kembali dan mendesain produk menggunakan bahan yang lebih sedikit dengan fungi yang sama. Secara skematik, sistem pengolahan sampah dapat digambarkan sebagai berikut :
Tumpukan Sampah
Proses Pemilahan/ Pengambilan barang yang dapat digunakan kembali
Proses pengolahan / Pemanfaatan kembali dengan metode yang dibutuhkan
Produk jadi bernilai ekonomis
Gambar 2.1 Sistem Pengolahan Sampah Sumber : Subarna (2014)
2.2
Konsep Dasar Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Desa Kesiman Kertalangu
14
Pengolahan sampah terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan
dan permintaan masyarakat,
direncanakan, dilaksankanan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Dalam pengertian ini pemeran utama dalam pengelolaan sampah adalah masyakat dan bukan pemerintah maupun lembaga lainnya seperti LSM dan lain-lain. Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah berperan sebagai fasilitator maupun motivator (Subarna, 2014). Fungsi fasilitator adalah memfasilitasi masyarakat untuk mencapai pengelolaan sampah secara baik dan berkesinambungan sedangkan fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan serta aktif mencari solusi terhadap permasalahan sampah dilingkungannya. Jika masyarakat dalam kegiatan penerapan program belum mampu melaksanakan semua sistem secara berkesinambungan, maka tugas fasilitator adalah mengupayakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program yang direncankan salah satu caranya yaitu dengan cara penyuluhan , demonstrasi maupun pelatihan dan pembinaan kader dilingkungan tersebut. Berikut penerapan sistem 3R yang dilakukan di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar : 1. Reduce (Mengurangi/Pembatasan) Reduce (mengurangi/pembatas) sampah merupakan kegiatan mengurangi sesuatu yang mengakibatkan sampah, kegiatan awal yang dilakukan untuk meminimalisir jumlah volume sampah yang ditimbulkan yaitu dengan mengatasi sampah dari sumbernya seperti sampah dari pemukiman penduduk, tempat umum, tempat perdagangan, industri, dan pertanian. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar melakukan serangkaian kegiatan untuk dapat mengolah sampah yang dihasilkan dari
15
sumbernya sebagai produk yang dapat bermanfaat kembali bagi lingkungan. Kegiatan mengurangi timbulnya sampah dari sumbernya dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, demonstrasi pelatihan bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan kembali sampah dan menginformasikan bagaimana teknik pengelolaan sampah. 2. Reuse (Menggunakan Kembali) Reuse (menggunakan kembali) sampah merupakan kegitan memanfaatkan sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan produk jadi lainnya. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar terlebih dahulu melakukan proses pemilahan agar dapat mengambil sampah-sampah yang dapat digunakan seperti mebedakan sampah organik dan non-organik. Sampah organik akan dimanfaatkan sebagai pengasil gas metana maupun pupuk kompos sedangkan sampah non-organik akan diberikan perlakuan khusus untuk dapat digunakan kembali. 3. Recycle (Mengolah Kembali) Recycle (mengolah kembali) merupakan kegiatan mendaur ulang sampah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat. Sampah organik akan melalui beberapa proses daur ulang seperti pencacahan, pengumpulan pada block cell, pengeringan dan dimanfaatkan sebagai penghasil gas metana maupun pupuk kompos sedangkan sampah non-organik tidak dapat didaur ulang langsung di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar karena keterbatasan sarana dan prasarana dilokasi sehingga sampah nonorganik dijual ke pengepul sampah non-organik dan membawa sampah berbahaya lainya untuk diolah ke tempat pengolahan yang tepat dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
16
Kegiatan yang dilakukan oleh TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar untuk mengolah sampah warga Desa Kesiman Kertalangu dibagi menjadi Sembilan kegiatan diantaranya yaitu : 1. Proses Pengangkutan Tahap pengangkutan ini dilakukan oleh Supir pengangkut sampah dari Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dengan Dump Truck bantuan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar dan 2 Truck Disel pengangkut sampah lainnya untuk mengangkut sampah warga. Sampah yang sudah diangkut selanjutnya akan dibawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar untuk dilakukan pemerosesan selanjutnya. 2. Proses Pembongkaran Sampah Tahap pembongkaran sampah ini dilakukan di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dengan menurunkan sampah warga yang sudah diangkut menggunakan transportasi pengangkut sampah kemudian ditumpahkan di area zona pemilahan.
17
3. Proses Pemilahan Sampah Tahap pemilahan sampah dilakukan menggunakan tenaga pemilah sampah manual dengan memanfaatkan tenaga kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar untuk memilahkan sampah di zona pemilahan. Terdapat 10 orang pekerja khusus untuk menangani proses pemilahan sampah. Proses pemilahan ini dilakukan dengan mengklasifikasikan sampah sesuai kriteria yang ada. Terdapat beberapa kriteria klasifikasi sampah yaitu limbah plastik, limbah organik, limbah kertas, limbah B3 , dan limbah logam besi. Setelah proses pemilahan terlaksana, sampah-sampah yang sudah ditampung sesuai kriteria akan dilakukan pemerosesan selanjutnya. Limbah non-organik yang dihasilkan melalui proses pemilahan akan dijual ke bank sampah yang ada di Kecamatan Denpasar Timur dan limbah B3 akan diolah khusus dengan dibawa ke Rumah Sakit Umum Sanglah untuk dilakukan proses lebih lanjut. Sedangkan limbah organik akan dibagi kembali menjadi 2 klasifikasi yaitu limbah daun dan limbah sisa makanan atau biasa dikatakan limbah organik campuran. 4. Proses Pemindahan sampah Organik ke Block Cell Tahap pemindahan ini dilakukan dengan mengangkut sampah organik ke dalam block cell . Block cell yang dimaksud adalah sejenis kolam berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4x6x2 meter yang sudah diplester dengan semen dan dicat dengan cat tahan air. Sampah sisa makanan atau sampah campuran akan dimasukkan kedalam Block Cell 1 dan Sampah daun akan diletakkan di Block Cell 2.
18
5. Tahap Pemerosesan di Block Cell 1 dan Block Cell 2 Tahap pemerosesan ini terlebih dahulu menggunakan seperangkat alat dan desain khusus untuk dapat menghasilkan gas metana dari timbunan sampah. Terlebih dahulu block cell akan ditanamkan 2 buah pipa PPC berdiameter 10 cm untuk dapat menyalurkan gas metana ke kompor. Pipa tersebut didesain dengan lubang-lubang kecil pada bagian bawah pipa agar gas metana dapat masuk ke dalam pipa dan dapat disalurkan . Bagian dasar block cell terdapat juga pipa untuk menyalurkan air lindi atau air yang dihasilkan dari timbunan sampah ke dalam bak atau sumur penampungan air lindi. Proses pengelolaan sampah organik dilakukan dengan mengumpulkan sampah organik dari sisa makanan atau sampah campuran yang kemudian dicacah terlebih dahulu dan ditumpuk sampai ketinggian 2 meter. Timbunan sampah yang ada di block cell ini akan ditimbun kembali dengan tanah hingga mencapai ketebalan 20 cm untuk mempercepat proses sampah dapat mengeluarkan gas. Setiap harinya timbunan sampah di block cell ini akan disiram sebanyak 2 kali pagi dan sore hari, hal ini dilakukan agar sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan gas. Setelah sampah ditutup hingga kurang lebih 3-4 bulan , sampah yang ada di block cell 1 akan di bongkar kembali karena sudah tidak efektif lagi menghasilkan gas metana. Tahap pemerosesan pada block cell 2 dilakukan dengan memanfaatkan sampah daun yang dihasilkan dari proses pemilahan setiap harinya. Pada block cell 2 terdapat sistem perpipan yang sama pada block cell 1 namun perbedaanya hanya terletak pada proses pemanasan. Proses pemansaan pada block cell 2 hanya menggunakan sinar matahari langsung.
19
6. Proses Komposting Proses komposting dilakukan dengan terlebih dahulu mencacah sampah dari bongkaran block cell dan mendiamkan sampah tersebut selama 10 hari. Dalam proses mendiamkan sampah akan diselingi proses membulak-balikan sampah dan menyiram sampah dengan air. Setalah kompos matang, kompos akan disaring dan dilakukan proses pengemasan dengan memanfaatkan karung beras bekas untuk mengemas kompos sehingga kompos siap digunakan dan diedarkan. 7. Proses Pemanfaatan Air Lindi dari Timbunan Sampah Air lindi dari timbunan sampah ini terlebih dahulu akan melalui beberapa proses untuk dapat di manfaatkan menjadi pupuk cair. Tahap pemerosesan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur air lindi dengan air dan air gula merah. Komposisi pencampuran ini yaitu 1 liter air lindi akan dicampur dengan 10 liter air dan 10 liter air gula merah yang kemudian difermentasi selama 2 minggu. Setelah selesai difermentasi air lindi tersebut tidak langsung dapat digunakan namun harus mencampur kembali dengan air. Komposisi pencampuran tersebut yaitu 1 liter air lindi yang sudah difermentasi dicampurkan dengan 10 liter air. 8. Proses Pelestarian Lingkungan Tahap pelestarian lingkungan dilakukan dengan sistem tumpang sari dimana Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar menanam lebih kurang sebelas macam sayuran dan memelihara sekitar 2.000 ekor ikan lele , dan 3 ekor kelinci. Untuk memberi makan ikan lele biasanya tenaga kerja yang ada di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar mengumpulkan ulat belatung dari timbunan sampah warga yang sedang dipilah dan dari block cell 2 untuk memberi
20
makan ikan lele. Sayuran yang tumbuh subur di kebun TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dipetik untuk dijual dan sebagaian digunakan untuk memberi makan kelinci. Pupuk kompos dan pupuk yang dihasilkan dari sampah digunakan kembali untuk menyiram tanaman agar menjadi subur. Hasil dari panen tanaman biasanya dijual ke masyarakat yang datang untuk membeli sayuran dan uang yang dihasilkan akan digunakan untuk biaya perawatan kebun TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar. 9. Proses Pemasaran Gas Metana Proses pemasaran gas metana distribusikan secara gratis oleh Dinas Kebersihan dan Pertamana Kota Denpasar kepada masyarakat sekitar TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar. Gas metana yang didistribusikan secara gratis ini menggunakan beberapa desain sarana dan prasarana secara khusus untuk menyalurkan gas metana agar dapat digunakan dengan mudah pada kompor-kompor milik warga. Penyaluran gas metana ke masyarakat dilakukan melalui pipa-pipa PPC yang ditanam dibawah tanah yang sebelumnya gas tersebut sudah melalui beberapa proses pemurnian agar gas yang diterima merupakan gas metana dengan kualitas baik. 2.3
Gas Metana Metana adalah gas yang molekulnya tersusun dari satu atom karbon dan empat atom hidrogen. Metana merupakan gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organic oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa udara). Metana terdapat secara alami dan merupakan unsur utama biogas dan gas bumi. Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secra alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis
21
mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organic pada kondisi tanpa udara (Badrussalam, 2008). Gas metana ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomasa. Metana mudah terbakar dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan. Secara ilmiah, gas yang mampu dihasilkan dari hasil pengolahan sampah organic ini merupakan gas yang mudah terbakar (Flammable), sebagai hasil dari proses fermetasi oleh bakteri anaerob, yaitu bakteri yang mampu hidup dalam ruangan kedap udara / kondisi tanpa udara. Pada umumnya, semua jenis bahan organic dapat menhasilkan biogas, melalui proses anaerob ini. Namun, hanya bahan organic homegen, dalam bentuk padat atau cair (Badrussalam, 2008) Apabila sampah organik itu mengalami pembusukan maka akan menghasilkan gas yang disebut dengan metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Dari kedua bahan yang dihasilkan itu, hanya metana saja yang dapat dimanfaatkan untuk energy atau bahan bakar. Dari hasil pengolohan sampah organic didalam sebuah reactor (alat pengolah) pada umumnya akan mengalamin perbedaan presentase. Presentase komposisi gas yang hasilkan oleh sebuah reactor biogas dapat dilihat dalam table berikut ini :
22
No.
Komponen
Persentase (%)
1.
Metana (CH4)
55 – 75
2.
Karbon dioksida (CO2)
25 – 45
3.
Hidrogen (H2)
1–5
4.
Nitrogen (N2)
0 – 0,3
5.
Oksigen (O2)
0,1 - 0,5
6.
Hidrogen Sulfida (H2S)
0–3
Tabel 2.1 Persentase Komposisi Komponen Gas yang Dihasilkan Dari Sebuah Reaktor Biogas Sumber : Badrussalam (2008)
Proses pemanfaatan gas metana dari timbunan sampah ini dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar yang berlokasi pada TPST-3R di Desa Kesiman Kertalangu Denpasar. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar merupakan tempat pembuangan sampah sementara sekaligus tempat pemerosesan dan pemanfaatan sampah menjadi produk yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi lingkungan. Sampah yang bersifat organik akan diproses menjadi pupuk kompos, pupuk cair, dan memanfaatkannya sebagai penghasil gas metana sedangkan sampah non-organik dimanfaatakan menjadi lapak bernilai jual tinggi dengan menjualnya ke bank sampah maupun kepengepul barang bekas lainnya. Proses pemanfaatan timbunan sampah di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dapat digambarkan dalam skema berikut ini :
SAMPAH
PROSES DALAM BLOCK CELL
23
PROSES PEMILAHAN
SAMPAH ORGANIK
DITIMBUN DENGAN TANAH
GAS DIMURNIKAN DAN DISALURKAN
Gambar 2.2 Proses Pemanfaatan Gas Metana Sumber : Selayang Pandang TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu 2014
Skema dari proses pemanfaatan gas metana yang dilakukan di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar secara singkat dijelaskan sebagai berikut : (1) sampah dari warga Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dikumpulkan pada zona pemilahan; (2) proses pemilahan dilakukan dengan memisahkan sampah organik menjadi dua katagori yaitu sampah daun dan sampah campuran sedangkan sampah non-organik akan dibagi menjadi lima kategori menurut jenisnya; (3) sampah organik daun yang telah dipisah akan dicacah sebelum di masukan pada block cell sedangkan sampah organik campuran langsung dimasukan tanpa melalui proses pencacahan; (4) sampah organik campuran pada block cell akan ditimbun dengan tanah setebal 20 cm; (5) gas yang dihasilkan dari proses pembusukan pada block cell terlebih dahulu dimurnikan dan disalurkan menggunakan sistem perpipaan.
24
2.4
Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah ikutsertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program tersebut (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi masyarakat seringkali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masayarakat dalam proses pengidentifikasian masalah, pengidentifikasian, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatan dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan (Rukminto, 2008). Dalam partisipasi masyarakat keikutsertaan masyarakat dalam suatu program maupun suatu kegiatan dapat dilihat dari kontribusi atau yang umumunya disebut sebuah dukungan dan sumbangan. Dukungan dan sumbangan dari masyarakat tersebut tidak hanya terbatas pada tenaga maupun sumbangan dana akan tetapi mencakup banyak aspek seperti daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Notoatmodjo (2007) mengemukakan partisipasi masyarakat dapat diwujudkan didalam empat macam kontribusi yaitu sebgai berikut : 1. Manpower (Tenaga) Kontribusi masyarakat dalam pelaksanaan program salah satunya yang terpenting yaitu tenaga. Tenaga yang dimaksud adalah siapa yang melaksnaakan program tersebut
25
baik jumlah (kuantitas) yang terlibat maupun kemampuan (kualitas) dari orang yang terlibat. Dalam melaksanakan program, jika sumber daya manusia yang terlibat mencukupi dan memiliki keahlian yang memadai maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan tingkat keberhasilan program tersebut. 2. Money (Uang) Money atau uang merupakan sesuatu yang umunya menjadi penghambat dari pelaksanaan suatu program dan salah satu penentu dalam keberhasilan program. Dalam pelaksanaan program, jika kontribusi dana yang dibutuhkan tercukupi maka umunya program atau kegiatan akan berjalan lebih mudah, namun jika dana tidak tercukupi maka hambatan pelaksanaan program akan muncul. 3. Material (Benda-benda) Kontribusi dalam material atau benda-benda yang dimaksud adalah berupa alat dan bahan serta fasilitas-faislitas pendukung lainnya terhadap pelaksanaan program. Hal tersebut penting dalam menunjang keberlangsungan dari kegiatan program seperti mesin, alat bagunanan dan bahan-bahan yang dibutuhkan dan digunakan dalam kegiatan pelaksanaan program. 4. Mind (Ide/gagasan) Bagian terpenting dalam perencanaan dan pelaksanaan program adalah kontribusi dalam hal pemberian ide maupun gagasan. Ide dan gagasan yang disumbangkan oleh masyarakat dapat membantu dalam kesinambungan program. Tanggapan dan masukan serta gagasan dari masyarakat nantinya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan, perbaikan kesalahan program dan meningkatkan kualitas program.
26
Secara skematik, macam-macam kontribusi digambarkan sebagai berikut :
Manpower Pelaksanaan Kegiatan Program
Money
Material
Mind Status Keberhasilan Program
Gambar 2.3 Macam-Macam Kontribusi Sumber : Disesuaikan dari gambar macam-macam kontribusi oleh Notoadtmodjo (2007)
2.5
Persepsi Masyarakat Proses pembentukan persepsi biasanya terjadi akibat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memberikan makna dari suatu obyek pengamatan yang dirasakannya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa dorongan dari pikiran maupun rangsangan dalam diri seseorang tersebut. Faktor luar yang biasanya memperngaruhi seseorang terhadap suatu obyek yaitu lingkungannya, dimana lingkungan akan mendorong seseorang untuk merasakan obyek tersebut. Sebagai salah satu contoh faktor luar yang mempengaruhi persepsi yaitu jika obyek pengamatan tersebut masuk kedalam lingkungan seseorang dan menimbulkan keuntungan serta tidak menganggu lingkungannya maka seseorang tersebut akan nyaman dengan kondisi tersebut maupun sebaliknya (Hasymi, 1995).
27
Dari pengalaman yang dirasakan dalam diri seseorang maupun yang masuk dalam lingkungannya akan timbul pendapat-pendapat yang menggambarkan perasaan yang dirasakan seseorang tersebut. Perasaan yang timbul akibat dari efek obyek dan dikemukakan maupun diungkapkan seseorang tersebutlah yang biasanya dikatakan sebagai suatu persepsi seseorang terhadap suatu obyek. Persepsi juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan seorang untuk mengorganisir suatu pengamatan. Kemampuan tersebuat antara lain yaitu kemampuan membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk memfokuskan suatu obyek yang dilihat maupun dirasakan oleh seseorang pada suatu kondisi tertentu. Kemampuan seseorang terhadap suatu pengamatan ini dapat saja memiliki pendapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Persepsi merupakan proses dimana individu memilih, mengorganisasikan serta mengartikan stimulus yang diterima melalui inderanya menjadi suatu makna. Menurut Damayanti (2000) dalam Fauzi (2009), proses pembentukan persepsi dapat digambarkan dalam suatu skema pembentukan persepsi dibawah ini :
Rangsangan / Sensasi
Seleksi Input
Proses Pengorganisasian
28
Lingkungan
Interpretasi PERSEPSI
Pengalaman
Proses Belajar
Gambar 2.4 Skema Pembentukan Persepsi Sumber : Damayanti (2000) dalam Fauzi (2009) Skema proses pembentukan persepsi diatas dihasilkan dari beberapa factor-faktor baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : A. Faktor Internal (faktor yang timbul dalam diri individu) 1. Rangsangan atau sensasi Persepsi seseorang terhadap suatu obyek pengamatan dapat timbul dimulai dengan rangsangan dari sumber pancaindra. Rangsangan-rangsangan tersebut akan menghantarkan
stimulus-stimulus
ke otak untuk
memberikan arti
dan
menyimpulkan suatu makna terhadap proses pengindraan individu terhadap suatu obyek tersebut. Stimulus-stimulus yang sudah disimpulkan sebagai suatu makna akan menghasilkan sensasi-sensasi yang mengakibatkan seseorang merasakan suatu reaksi. 2. Seleksi Input
29
Reaksi yang timbul dari sensasi-sensasi yang dihantarkan melalui stimulusstimulus akan diseleksi kembali oleh otak menjadi suatu keluraan. Keluaran yang dihasilkan oleh otak akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu obyek. Keluaran yang dihasilkan tersebut biasanya akan timbul sebagai beberapa makna yang menunjukan keadaan individu yang dihadapkan oleh sebuah obyek pengamatan. 3. Proses Pengorganisasian Beberapa makna yang timbul terhadap suatu obyek pengamatan yang dirasakan oleh individu akan dikumpulkan menjadi beberapa kelompok. Pengumpulan dan pengelompokkan tersebut bertujuan mempermudah daya respon tubuh terhadap suatu rangsangan dari seleksi input yang sudah disimpulkan sebagai makna. Makna yang timbul dari suatu obyek dari proses pengorganisasian ini merupakan kesimpulan akhir terhadap suatu obyek yang dirasakan melalui panca indra individu (Hasymi, 1995). 4. Interpretasi Interpretasi merupakan salah satu respon berupa ungkapan lisan maupun tulis yang dikemukakan individu terhadap suatu obyek pengamatan yang dirasaknnya. Ungkapan-ungkapan
itu
dapat
timbul
dan
mewakili
seseorang
untuk
menyampaikan suatu pengalaman yang diraskaan individu ketika merasakan sebuah efek yang diakibatkan oleh obyek tersebut pada dirinya. Interpretasi timbul bukan dari jenis maupun bentuk stimulus melainkan respon individu terhadap stimulus. Kumpulan-kumpulan interpretasi individu tersebut akan menghasilkan sebuah persepsi yang jika digali lebih dalam akan menghasilkan sebuah
30
pernyataan-pernyataan yang disimpulkan sebagai keadaan individu terhadap efek dari suatu obyek penelitian. B. Faktor Eksternal (Faktor yang timbul dari luar diri individu) 1. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu factor eksternal yang timbul dari luar individu untuk yang menjadikan sebuah obyek bermakna berbeda namun juga dapat bermakna sama dalam lingkungannya. Lingkungan akan mempengaruhi makna dari suatu obyek, seperti contoh jika dalam lingkungannya obyek A bermakna sesuatu yang sudah dianggap makna sesungguhnya maka persepsi orang akan memiliki pemahaman yang sama terhadap obyek tersebut. Biasanya yang sangat mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek adalah lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman-temanya. 2. Pengalaman Pengalaman dapat diartikan sebagai bagaimana individu dapat merespon obyek penelitian dan merasakan sesuatu efek terhadap obyek dalam waktu tertentu. Dengan melewati beberapa waktu dengan obyek penelitian, maka interpretasiinterpretasi yang timbul dalam diri individu akan menjadi lebih kuat dan dapat dengan spesifik mendeskripsikan keadaan individu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang mendekati perasaan sesungguhnya individu menghadipi suatu obyek penelitian. Selain dapat mendeskripsikan keadaan individu terhadap obyek penelitian, individu juga dapat secara cepat menghadapi respon-respon yang dihasilkan oleh obyek pengamatan.
31
Respon tersebut dapat berupa postif maupun negative. Sebagai contoh yaitu pengalaman individu terhadap program pelestarian lingkungan, jika memberikan efek yang postif maka individu akan nyaman dan merasakan manfaat terhadap program, namun jika memberikan efek yang negative maka individu tersebut akan memberikan respon berupa penolakan maupun menghindari efek negatif yang menghasilkan kerugian maupun gangguan bagi individu tersebut. Interpretasi dari individu yang mengalami pengalaman beberapa waktu dengan obyek akan menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda pula. 3. Proses Belajar Seiring dengan bertambahnya usia umumnya bertambah tinggi pula tingkat pendidikan maupun pengetahuan yang dilalui oleh individu. Peningkatan pengetahuan individu biasanya ditimbulkan melalui proses belajar individu. Pengetahuan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap suatu obyek pengamatan yang dirasakan oleh individu dan umumnya dari pengalaman masa lalu dan memalui proses belajar maka individu tersebut memiliki interpretasi dan makna yang berbeda-beda terhadap obyek pengamatan yang dirasakan.