8
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1
Harga TBS Produk minyak sawit yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia
mengalami peningkatan harga yang signifikan. Harga minyak sawit secara historis terus meningkat. Peningkatan harga minyak sawit (CPO, crude palm oil) ini juga mendongkrak harga buah sawit (TBS, tnadan buah segar). Para petani kelapa sawit memperoleh manfaat dari hasil menjual buah sawit kepada pabrik-pabrik pengolah kelapa sawit menjadi CPO. Oleh karena, harga TBS merupakan salah satu indicator penting yang dapat mempengaruhi penawaran petani kelapa sawit (Arianto, 2008). Harga TBS yang diterima petani dihitung berdasarkan indeks proporsi K. Untuk komponen K yang biasanya disebut dengan ndeks proporsi K yang merujuk pada keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan maupun Peraturan Menteri Pertanian tersebut pada dasarnya merupakan persentase besarnya hak petani tersebut diatas terhadap harga TBS. Angka ini biasanya berada pada tingkat dibawah 100 persen karena sebagai factor pembilang untuk menentukan K lebih kecil dari jangka pada factor penyebut (Anonymous, dalam Mulyana 2008). Kebijakan
mengenai
harga,
misalnya
mengenai
harga
TBS,
misalnya
mengenai harga TBS, merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenag, seperti surat keputusan surat Menteri (PERMENTAN) atau pejabat (SK)
yang
diberi
wewenang
untuk
itu.
Universitas Sumatera Utara
9
Kebikajsanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian (Daniel, 2002). Harga penjualan yang dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai factor yaitu mutu, hasil, pengolahan hasil dan system pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah satu factor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktro-faktor yang mempengaruhi
biaya produksi adalah ketersediaan dan harga
input, produktivitas dan tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usaha tani untuk meningkatkan efisiensi (Simanjuntak, 2004). Harga buah sawit (TBS) secara konsisten berkolerasi dengan harga CPO, hal ini dapat terjadi karena penetapan harga TBS memang mengacu pada harga CPO. Sementara itu korelasi antara minyak sawit dan minyak bumi tidak konsisten berkorelasi positif setiap tahun. Peningkatan harga CPO dan TBS menunjukkan harga bahwa nilai harga yang diterima oleh petani sawit (harga TBS) dapat dikatakan lebih tinggi dibandingkan nilai harga yang didapat para produsen CPO dan harga CPO (Rachman, 2005). Jumlah biaya dan pendapatan yang akan diperoleh sangat bergantung pada kondisi lahan, harga bahan dan alat serta upah tenaga kerja. Usaha tani merupakan suatu kegiatan produksi, dimana peran input (faktor produksi) dalam menghasilkan output (hasil produksi) menjadi perhatian utama. Peranan input bukan saja dilihat dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga ditinjau dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga ditinjau dari segi efisiensi penggunaan factor tersebut (Amang, 1995).
Universitas Sumatera Utara
10
Berfluktuasi harga minyak sawit dunia yang berhimbas pada naik turunnya harga TBS yang diterima oleh petani adalah murni merupakan akibat sistem ekonomi
nasional
dan
internasional
yang
sudah
semakin
bebas,
alih - alih
melindungi rakyatnya dari penjajahan ekonomi asing, pemerintah justru bekerja untuk melindungi kepentingan asing dan berfikir untuk kepentingan industrinya sendiri. Seluruh kebijakan ekonomi termasuk pangan dan perdagangannya telah dibebaskan oleh pemerintah sehingga harga komoditas pangan dan pertanian menjadi sangat tergantung oleh permainan pasar (Sugandi, 2008). Naik turunnya harga sawit yang berhimbas pada tidak menentunya petani penanam sawit telah mencerminkan betapa rentannya perekonomian dan kedaulatan pangan kita. Menjadi Negara hasil pengekspor pertanian bukan berarti rakyat bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Fakta menunjukkan, saat ini indonesia menjadi pengimpor gandum, kedelai, susu, daging dan gula dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negri (Sugandi, 2008). Usaha tani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk kegiatan diluar kegiatan usaha tani. Dan
memperoleh
pendapatanyangdiinginkan
maka
petani
seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya menentukan harga pokok hasil usaha taninya. Keadaan seperti ini dapat diilakukan petani sehingga tingkat efektivitas usaha tani menjadi rendah (Kasmir, 2004).
Universitas Sumatera Utara
11
Pemasaran merupakan hal - hal penting setelah selesainya produk pertanian. Kondisi pemasaran menghasilkan
suatu
siklus
atau
lingkungan
pasar
suatu
komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar, dan tidak memneri harga yang layak bagi petani, maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani, akibatnya penawaran akan berkurang, kurangnya penawaran akan menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan bangkit, mengakibatkan harga akan jatuh kembali (Daniel, 2002). 2.1.1
Rumus Harga Pembelian TBS
1.
Harga pembelian TBS oleh perusahaan didasarkan pada rumus harga pembelian TBS.
2.
Rumus harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada pernyataan diatas ditetapkan sebagai beritkut: H TBS = K (Hms x Rms + His x Ris)
dengan pengertian: H TBS : Harga TBS yang diterima oleh pekebun ditingkat pabrik, dinyatakan dalam Rp/Kg. K
: Indeks proporsi yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun,
dinyatakan dalam persentase ( % ). Hms
: Harga rata - rata minyak kasar (CPO) tertimbang realisasi penjualan ekspor
(FOB) dan local masing - masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp / Kg. Rms
: Remendemen minyak kasar (CPO), dinyatakan dalam persentase (%).
Universitas Sumatera Utara
12
His
: Harga rata - rata inti sawit (PK) tertimbang realisasi penjualan ekspor
(FOB) dan lokal masing - masing perusahaan pada periode sebelumnya, dinyatakan dalam Rp/Kg. Ris
: Remendemen inti sawit (PK), dinyatakan dalam persentase(%).
3.
Harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada pernyataan diatas ditetapkan paling kurang 1 (satu) kali setiap bulan berdasarkan harga riil rata-rata tertimbang minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit (PK) sesuai realisasi penjualan ekspor (FOB) dan local masing - masing perusahaan.
4.
Harga pembelian TBS merupakan harga franko pabrik pengolahan kelapa sawit.
5.
Harga pembelian TBS bukan merupakan harga dasar TBS.
2.1.2
Peraturan Perundang - undangan Terhadap Harga Tandan Buah Segar
1.
Pekebun kelapa sawit yang selanjutnya disebut adalah perorangan warga Negara
Indonesia
yang
melakukan
usaha
perkebunan
dan
melakukan
kemitraan usaha dengan perusahaan mitra. 2.
Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha skala tertentu. Dan melakukan kemitraan usaha dengan pekebun / kelembagaan pekebun.
3.
Kemitraan
usaha
perkebunan
adalah
kerjasama
usaha
antara
pekebun
dengan perusahaan perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
13
4.
Kelembagaan pekebun adalah suatu wadah kelompok pekebun atau koperasi yang memiliki pengurus dan struktur organisasi.
5.
Kelompok pekebun adalah kumpulan pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan dalam suatu hamparan yang terikat secara non formal dengan bekerjasama atas dasar saling asah, asih dan saling asuh dengan memiliki ketua untuk keberhasilan usaha taninya.
6.
Tandan Buah Segar Kelapa Sawit selanjutnya disebut TBS adalah tandan buah segar kelapa sawit yang dihasilkan oleh pekebun.
7.
Indeks “K“ adalah indeks proporsi yang dinyatakan dalam persentase (%) yang menunjukkan bagian yang diterima oleh pekebun.
8.
Remendemen minyak sawit kasar (CPO) dan remendemen inti sawit (PK) adalah berat CPO / PK yang dapat dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan dengan 100%.
9.
Dinas adalah dinas yang bertanggung jawab dibidang perkebunan.
2.2.
Teori Kesejahteraan dan Pendapatan
2.2.1
Teori Kesejahteraan Dalam istilah umum, sejahtera menunjukkan ke keadaan yang baik, kondisi
manusia dimana orang – orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Dalam kebijakan social, kesejahteraan social menunjuk kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
14
Tingkat salingberkaiatan.
kepuasan Tingkat
dan
kesejahteraan
kepuasan
menunjuk
adalah
dua
pengertian
kepada
keadaan
individu
yang atau
kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu pada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu – individu. Menurut undang – undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan social adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan social yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga Negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan social dari Negara. Akibatnya masih ada warga Negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi social sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari 4 (empat) indicator yaitu : 1. Rasa aman 2. Kesejahteraan 3. Kebebasan 4. Jati diri Biro Pusat Statistic Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah :
Universitas Sumatera Utara
15
1.
Tingkat pendapatan keluarga
2.
Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non pangan
3.
Tingkat pendidikan keluarga
4.
Tingkat kesejahteraan keluarga
5.
Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur
dari beberapa aspek kehidupan : 1.
Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagainya
2.
Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya
3.
Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya
4.
Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya Menurut
Drewnoski
(1974)
dalam
Bintarto
(1989)
melihat
konsep
kesejahteraan dari 3 (tiga) aspek : 1.
Dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik, seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagainya
2.
Dengan melihat pada tingkat mentalnya, seperti pendidikan, pekerjaan dan sebagainya
3.
Dengan melihat pada integrasi dan kedudukan social
Universitas Sumatera Utara
16
Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarkat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih
baik,
perolehan
tingkat
pendidikan
yang
lebih
tinggi,
dan
tingkat
produktivitas masyarakat. Hasil Survey Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 yang dilakukan oleh BPS membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan, dengan demikian jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. 2.2.2 1.
Kesejahteraan Menurut Para Ahli Arthur Dunham Kesejahteraan social dapat didefenisikan sebagai kegiatan – kegiatan yang
terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi social melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan didalam beberapa
bidang
seperti
kehidupan
keluarga
dan
anak – anak,
kesehatan,
penyesuaian social, waktu senggang, standar – standar kehidupan dan hubungan social. 2.
Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux Kesejahteraan social adalah suatu system yang terorganisir dari usaha–usaha
pelayanan social dan lembaga – lembaga social, untuk membantu individu – individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
17
Maksudnya agar individu dan relasi – relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas – luasnya untuk
mengembangkan
kemampuan – kemampuan
serta
meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 3.
Walter A. Friendlander Kesejahteraan social adalah suatu system yang terorganisir dari usaha–usaha
pelayanan – pelayanan social dan lembaga – lembaga social yang bermaksud untuk membantu individu – individu dan kelompok – kelompok agar mencapai standard – standard kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan – hubungan perorangan dan social yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga maupun masyarakat. 4.
Perserikatan Bangsa – Bangsa Kesejahteraan
adalah
suatu
kegiatan
yang
terorganisir
dengan
tujuan
membantu penyesuaian timbal balik antara individu – individu dengan lingkungan social mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tekhnik dan metode dengan
maksud
agar
memungkinkan
individu,
kelompok
maupun
komunitas
memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola – pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan social. 5.
Alferd J. Khan Kesejahteraan terdiri dari program – program yang tersedia selain yang
tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar
Universitas Sumatera Utara
18
seperti kesehatan, pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan maupun lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka ( Sumarnonugruho, 1987:28-35 ). 2.2.3
Teori Pendapatan Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Adapun jenis – jenis pendapatan sebagai berikut : a.
Pendapatan Rumah Tangga Adalah
bersangkutan
pendapatan baik
berasal
penghasilan dari
yang
pendapatan
diterima kepala
oleh
rumah
rumah tangga
tangga maupun
pendapatan anggota – anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa factor produksi tenaga kerja / pekerja (upah dan gaji, keuntungan / untung, bonus dan lain – lain), balas jasa capital (bunga, bagi hasil, dan lain – lain) dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain. b.
Pendapatan Marginal Adalah marginal revenue yaitu tambahan pendapatan yang diperoleh dengan
tambahan satu unit penjualan dalam jangka pendek pada kondisi persaingan, hal ini merupakan harga pasar.
Universitas Sumatera Utara
19
c.
Pendapatan Nasional Adalah nasional income yaitu nilai seluruh barang dan jasa yang diterima
oleh masyarakat sebagai pendapatan dalam menghasilkan barang dan jasa selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. d.
Pendapatan Asli Daerah Adalah pendapatan atau penerimaan yang berasal dari sumber–sumber
pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas – dinas, dan penerimaan lain – lain. 2.3
Kesejahteraan Petani Sawit di Kabupaten Labuhan Batu. Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi
Sumatera Utara Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau Prapat. Kabupaten Labuhan Batu terkenal dengan hasil perkebunan Sawit dan karet. Wilayah kabupaten yang dilalui tiga sungai besar yaitu sungai bilah, sungai barumun, sungai kualuh merupakan daerah yang subur. Hal ini dapat dilihat dari 58 persen wilayahnya, dimanafaatkan sebagai lahan pertanian dimana didalamnya didominasi subsector perkebunan. Perkebunan sendiri menyita lahan 424.180 hektar atau 46% wilayah kabupaten Labuhan Batu. Hasil utama dari perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Kelapa sawit misalnya pada tahun 2000 dapat memproduksi 4,3 juta ton dari lahan seluas 292.649 hektar. Dari lahan seluas 118.779 hektar kebun karet, pada tahun 2000 dapat diproduksi 109,3 ribu ton karet. Sebagian besar industry di kabupaten ini merupakan hasil pengolahan hasil pertanian, khususnya perkebunan. Produk yang dihasilkan dari sekitar 39 industri besar dan sedang, 77 persen
Universitas Sumatera Utara
20
berupa minyak sawit mentah dan inti sawit yang menggunakan bahan baku kelapa sawit. A.
Potensi Kelapa Sawit Di Sumatera Utara Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat 2009 sebesar 1.119.490 ton, Perkebunan
Negara 2009 sebesar 1.027.143 ton, Perkebunan Swasta 2009 sebesar 1.011.511 ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat sebesar 1.411.880 ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Negara sebesar 1.052.821 ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Swasta sebesar 1.035.787 ton (Angka Sementara 2010). Tabel 2.2 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Di Sumatera Utara PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI
2010 2009 2008 2007 2006
(TON) (TON) (TON) (TON) (TON)
3.230.448 3.158.144 1.115.699 1.022.472 3.244.922
Updated : 16-4-2012 LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN 1.017.570 (HA) STATUS LAHAN Luas Areal Perkebunan Rakyat sebesar 392.726 ha, Perkebunan Swasta sebesar 352.657 ha, dan Perkebunan Negara sebesar 299.471 Sumber Data : Perkebunan 2009-2011
B.
Potensi Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu Tabel 2.3 Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat PRODUKSI 2009 (TON) PRODUKSI 2008 (TON) PRODUKSI 2007 (TON)
94.314 773.404 349.411
Universitas Sumatera Utara
21
Updated : 23-8-2013 LAHAN YANG SUDAH DIGUNAKAN (HA) STATUS LAHAN
33.117 Perkebunan Rakyat
Sumber Data : Statistik Perkebunan 2009-2011
Luas perkebunan rakyat di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari tahun
ke
tahun.
Peningkatan
tersebut
menunjukkan
betapa
berpengaruhnya
keberadaan Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara. Demikian halnya dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, secara fisik terkesan menunjukkan adanya kemajuan yang menggembirakan. Hal ini ditandai dengan produksi kelapa sawit yang meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun demikian luas areal dan produksi yang meningkat belum diikuti oleh kekuatan posisi petani perkebunan rakyat dalam mempengaruhi harga Tandan Buah Segar ( TBS ). Salah satu masalah yang belum dapat diatasi secara tuntas adalah penetapan harga (TBS) Tandan Buah Segar (Willson P.A Pasaribu). Kehidupan ekonomi petani perkebunan kelapa sawit rakyat berada pada posisi yang tidak menentu karena pendapatan mereka harus ditentukan oleh keadaan harga pasar global. Terkadang harga kelapa sawit mengalami kenaikan harga dan dalam saat tertentu pula bisa mengalami penurunan. Dengan pendapatan yang semakin menurun bagaimana mereka dapat mampu mengimbangi tingginya kebutuhan ekonomi sosial keluarga yang harus dipenuhi. Situasi ini menyebabkan mereka melakukan kegiatan - kegiatan dalam rangka untuk dapat bertahan hidup dari tekanan ekonomi yang mereka hadapi.
Universitas Sumatera Utara
22
Kegiatan ekonomis yang mereka lakukan ternyata merupakan suatu bentuk strategi bagi mereka untuk dapat beradaptasi ditengah - tengah tekanan ekonomi yang mereka hadapi. Upaya yang mereka lakukan adalah meliputi strategi aktif yaitu pemanfaatan sumber daya tenaga keluarga, strategi pasif yaitu penekanan pola
subsistensi
yang melakukan
berbagai
macam
kegiatan
lain dengan
memanfaatkan relasi sosial. Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, disamping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antara golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat sekitarnya. Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi relative besar, diperkirakan secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi di pedesaan, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha. Melalui kegiatan ekonomi yang menhasilkan barang dan jasa yang diperlukan selama proses kegiatan perkebunan kelapa sawit akan mempunyai keterkaitan kebelakang (backward linkages). Dari segi penanaman investasi
sektor
perkebunan
yang
dilaksanakan,
hampir
semua
daerah
kabupaten/kota memanfaatkan investasi. Jika dilihat dari segi dampak ekonominya menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni terjadi jumlah uang beredar dipedesaan. Hal ini berdamapak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, yang pada akhirnya meningkatnya mobilitas barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
23
Ada dua kemungkinan penyebab fenomena ini terjadi. Pertama, investasi sektor perkebunan dan produk turunannya di daerah menyebabkan disparitas spasial antar daerah semakin mengecil. Hal ini lebih disebabkan investasi subsektor perkebunan lebih banyak menggunakan tenaga manual dibandingkan tenaga modern ( peralatan ), sehingga akan menambah pendapatan masyarakat di daerah sekitarnya. Kedua, kemungkinan pembangunan industri turunan kelapa sawit (PKS) di masingmasing daerah perkebunan juga menciptakan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat tempatan, sehingga ini juga akan menambah daya beli masyarakat. 2.4
Penelitian Terdahulu Mulyana (2002) melakukan analisa terhadap harga tandan buah segar kelapa
sawit TBS di daerah Sumatera Selatan dengan judul Penetapan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Sumatera Selatan dari Perspektif Pasar Monopoli Bilateral. Penelitian dilakukan posisi harga tandan buah segar TBS kelapa sawit yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam rentang harga hasil pendekatan pasar monopoli bilateral, dalam pengertian apakah telah memberikan perlindungan kepada petani dan mendekati harga yang mencerminkan kekuatan tawar – menawar yang seimbang, atau lebih mengarah pada harga monopsonis, atau malah mengarah pada harga monopoli. Tiga pola perusahaan inti rakyat (PIR) menjadi sampel untuk dikaji kondisi dan datanya (1998-2002) dalam penelitian ini yaitu PIRTransmigrasi manajemen swasta, BUMN dan PIR-KUK. Alat analisis yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan tunggal permintaan dan penawaran TBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga TBS ketetapan pemerintah daerah telah melindungi petani plasma dari kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
24
penerapan harga pasar monopsonis. Hal ini mencerminkan lebih kuatnya posisi tawar perusahaan inti ketimbang petani dan posisi harga TBS sebagai turunan harga CPO dunia. Budiyanto, dkk (2005) melakukan penelitian mengenai kelapa sawit dengan judul kajian Perbedaan Tandan Buah Segar yang Dihasilkan Oleh Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar. Penelitian dilakukan menggunakan data primer yaitu dipabrik pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan dua varietas yang diambil dari petani di tiga lokasi/desa berbeda. Dilakukan analisis rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan budidaya tanaman kelapa sawit pada lokasi yang berbeda tidak terlihat dampaknya pada rendemen CPO tandan buah segar yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena sampel yang digunakan dipilih berdasarkan berat yang relative sama. Handewi (2005) penelitian yang berjudul Metode Analisis Harga Pangan. Yang membahas tentang metode analisis harga pangan dan alternative teknis analisis harga pangan dan pemanfaatan analisis harga pangan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif yang didasarkan pada pola perilaku yang terjadi pada deret waktu, pendekatan neraca dan pendekatan kuantitatif dengan memperhatikan keterkaitan antar variable ( fungsi permintaan dan fungsi penawaran ). Dan juga menggunakan teknik riset operasi linear programming. Hutabarat (2006) melakukan penelitian mengenai analisa harga kopi dengan judul Analisis Saling Pengaruh Harga Kopi Indonesia dan Dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan dan keragaman harga di dua lokasi konsumen di luar negri, menganalisis perubahan nilai tukar dollar AS serta
Universitas Sumatera Utara
25
kecenderungan orientasi dan dampaknya dalam menuju hubungan sesamanya dan dampaknya
dalam
jangka
panjang.
Alat
analisis
digunakan
yaitu
metode
kointegrasi. Data yang digunakan adalah data skunder meliputi harga kopi dalam negri ditingkat produsen, pedagang dan ekspor dan harga eceran konsumen Negara pengimpor utama dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga eceran di Jepang selalu lebih tinggi dari harga – harga di Negara – Negara konsumen seperti AS, Jerman, Italia dan Belanda dan trend perkembangan harga cenderung positive sampai tahun 1995 dan negative sesudahnya. Penelitian mengenai kointegrasi dilakukan oleh munadi (2007) dengan judul Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Ke India. Dalam pendekatan ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku industry minyak goring dalam negri, pajak ekspor terhadap minyak kelapa sawit digunakan sebagai instrument untuk memonitor keluar masuknya minyak kelapa sawit ke pasar ekspor yang relative lebih menguntungkan setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
26
2.5
Kerangka Konseptual Modal Sendiri
Modal Pinjaman
Pendapatan/Kesejahteraan
Luas Lahan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka hipotesis yang
disimpulkan dalam penelitian ini : 1.
Terdapat pengaruh positif harga TBS terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.
2.
Terdapat pengaruh positif modal sendiri terhadap tingkat kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.
3.
Terdapat pengaruh positif modal pinjaman
terhadap tingkat kesejahteraan
petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu. 4.
Terdapat
pengaruh
positif
luas
lahan
kelapa
sawit
terhadap
tingkat
kesejahteraan petani sawit di Kabupaten Labuhan Batu.
Universitas Sumatera Utara