Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
BAB II: STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Hotel 2.1.1. Pengertian Hotel Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian hotel berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli : Menurut Sulastiyono (2011:5), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian khusus. Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011:6), adalah "Suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Berdasarkan definisi para ahli diatas maka penulis menyimpulkan bahwa hotel adalah sebagai suatu usaha jasa yang merupakan sarana pendukung kegiatan pariwisata, dimana pengelolaannya dilakukan secara professional dan didukung oleh tenaga kerja yang memiliki keterampilan baik dalam bidang perhotelan.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 19
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2.1.2. Fungsi dan Peranan Hotel 1. Fungsi Hotel 1. Sebagai tempat/sarana akomodasi untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan dan pelancong), sebagai tempat beristirahat/tinggal sementara waktu selama dalam perjalanan yang jauh dari tempat asalnya. 2. Oleh karena itu dalam bahasa Inggris hotel sering disebut sebagai “Hotel is a home far away from home”. 3. Sebagai tempat pertemuan (rapat, seminar, komprensi, lokakarya dan sebagainya) bagi para pengusaha, pimpinan pemerintah, para cendekiawan dan sebagainya. 4. Sebagai tempat untuk mempromosikan berbagai produk, perusahaan atau bisnis apa saja. 5. Sebagai tempat untuk bersantai, rekreasi, rileks atau menikmati kesenangan lainnya. 6. Sebagai tempat bertemu, bergaul dan bersahabat bagi semua bangsa yang datang. 7. Sebagai tempat untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman (khususnya bagi pelajar/mahasiswa dan karyawan). 8. Sebagai tempat untuk mencari nafkah/uang (khususnya bagi karyawan dan managemennya). Kebutuhan tamu hotel sama halnya dengan kebutuhan dasar manusia lainnya, yaitu berupa kebutuhan phisik; seperti sandang, pangan, apapn dan kebutuhan psikis; seperti keamanan, ketenangan dan ketentraman, kebutuhan sosial, harga diri, cinta kasih serta penghargaan atas prestasi dirinya diharapkan dapat terpenuhi. Sedangkan kebutuhan tamu yang pokok dalam suatu hotel adalah; istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan, kesehatan dan lain-lain. Memang banyak pendapat bahwa akomodasi untuk wisatawan atau pelancong tidak perlu berbentuk hotel, yang penting asal memenuhi syarat kebersihan, kesehatan dan nyaman. Pendapat itu memang tidak salah, tetap hanya terbatas bagi tammu yang datang secara individual untuk menginap saja. Sedangkan jika kita lihat sekarang, industri pariwisata sudah
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 20
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
memasuki apa yang disebut dengan mass industry, dimana orang tidak lagi memerlukan perjalanan sendiri-sendiri, tetapi berombongan (group). Apalagi dewasa ini sedang berkembang suatu jenis peristiwa yang pasaran potensinya adalah orang-orang yang melakukan perjalanan bukan sekedar menginap dan beristirahat, namun untuk tujuan konferensi, seminar, loka-karya, musyawarah nasional, rapat pertemuan, pesta perkawinan, ulang tahun dan berbagai kegiatan lainnya, yang tentunya membutuhkan penyediaan sarana dan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang dapat memuaskan tamu-tamunya. Sebagai suatu industri akomodasi dan jasa, usaha perhotelan dalam menjalankan operasi dan pelayanannya harus didukung oleh sarana dan fasilitas yang memadai, antara lain fasilitas penginapan (kamar-kamar), lobby dan ruang-ruang tamu, tempat parker, peralatan dapur untuk memasak, makan dan minum, sarana rekreasi, dan olah raga seperti fitness center, swimming pool, tennis court, sarana telekomunikasi, pelayanan kesehatan (house doctor), shopping center, tenaga kerja yang terlatih/terampil dan sebagainya. Sehingga usaha perhotelan benar-benar menjadi usaha komersial yang mampu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sekaligus menunjang Pembangunan Pariwisata Negara/Daerah dimana hotel itu berada. 2. Peranan Hotel 1. Pengusaha/PemilikHotel Pada umumnya sebagai pengusaha hotel merupakan suatu bentuk alat untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dari modal yang di tanam, ini juga tidak terlepas dari peranan untuk mengamankan modal dari pengusaha itu sendiri disamping itu juga berfungsi untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga dalam tidak sadar membantu pemerintah untuk mensejahtereakan masyarakat. 2. Pegawai/Karyawan Hotel Sebagai pekerja pada umumnya, demikian juga dalam bidang perhotelan, salahsatu fungsinya untuk mendapatkan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, dengan penghasilan tersebut diharapkan dapat menjamin hidup dan kehidupan beserta keluarga. hal ini sangat diharapkan untuk
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 21
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
nantinya mereka dapat berkarier dan menyumbangkan tenaganya bagi banga dan negara melalui sekto pariwisata. 3. Tamu Hotel Tamu sebagai pemakai jasa sangat mengharapkan peranan hotel untuk mampu
memberikan
kenyamanan,
keamanan
dan
kepuasan.
Hotel
sebagai sarana akomodasi menyediakan fasilitas dan pelayanan kepada para tamu/ pengunjung hotel. dengan fasilitas yang memadai dan dengan pelayanan
yang
baik
yang
diberikan
secara
tidak
langsung
akan
meningkatkan pendapatan pemilik, pegawai dan pemerintah. 4. Pemerintah Pada dasarnya, hotel sebagai suatu kegiatan usaha sangat besar peranannya bagi pemerintah. bertambahnya hotel berarti pula bertambahnya lapangan pekerjaan yang dibuka dan kesempatan kerja yang dapat membantu pemerintah untuk mensejahterakan rakyat. Selain itu, dengan penggunaan fasilitas oleh para tamu dan layanan yang diberikan, berarti pula akan menambah pendapatan negara atau pemerintah serta masyarakat. melalui kegiatan usaha perhotelan ini, secara tidak langsung akan berperan sebagai media untuk memperkenalkan dan mendayagunakan alam dan sekitar serta kebudayaanya. 5. Masyarakat. Bagi masyarakat, kegiatan usaha perhotelan merupakan lading lapangan kerja baru dan sumber penghasilan yang cukup potensial. masyarakat, terutama kegiata rakyat sehari-hari akan makin tumbuh dan berkembang terutama dalam bidang pertanian, perternakan, kesenian dll.
2.1.3. Ruang-Ruang pada Bangunan Hotel Menurut Rutes, W. & Penner, R, 1992, penjabaran aktivitas pengguna bangunan secara detail akan membantu proses perancangan khususnya dalam penentuan kebutuhan ruang. Semakin detail rincian aktivitas yang dijabarkan, semakin spesifik rancangan ruang yang dapat dibuat. Setelah seluruh kebutuhan ruang teridentifikasi, pada tahap selanjutnya dapat dilakukan perencanaan organisasi ruang untuk hotel baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian tertentu serta ukuran-ukuran standar ruang yang dapat Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 22
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
memberikan kenyamanan bagi tamu hotel. Berikut diagram organisasi ruang pada hotel :
Pengunjung
Lobby
Shop Parkir
&
Guest
Room
Room
Service
Resepsionis
Layanan
Kitchens
Umum
Bars
Stores
Front Office
Souvenirs Staf Pengelola
Facilities
Service
Gambar 2.1 Diagram Organisasi Ruang pada Hotel Sumber: Rutes, W. & Penner, R, 1992
Berdasarkan persyaratan fungsionalnya, bangunan hotel dapat dibagi menjadi beberapa zona dengan karakter dan tuntutan struktural yang berbeda sebagai berikut (Rutes, W. & Penner, R, 1992) : 1. Area publik Misalnya ruang pertemuan, ruang konferensi dan lain-lain) memiliki tuntutan sebagai berikut : a. Menggunakan struktur bentang lebar, ruang terbuka dan langit-langit yang tinggi untuk memberikan keleluasaan pengaturan layout dalam ruang karena
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 23
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
area ini biasanya berkapasitas besar dan dtuntut untuk mempunyai fleksibilitas pengaturan layout ruang yang tinggi. b. Interior ruang yang bersifat fleksibel, dirancang khususa sesuai image hotel yang ingin ditonjolkan. c. Berada pada atau dekat level jalan untuk kemudahan pencapaian, control dan penyelamatan. Area public seringkali merupakan salah satu area dengan intensitas kegiatan yang tinggi dan biasanya mempunyai kapasitas besar. Pengguna area ini bukan selalu tamu yang menginap di hotel tersebut sehingga akses dari luar bangunan perlu dirancang untuk mendapatkan kemudahan, yaitu mudah dikenali dan mudah dicapai. 2. Ruang-ruang tamu Selain area publik yang dirancang untuk mewadahi event-event insidentil, pada sebuah hotel juga perlu disediakan ruang tamu yang dapat difungsikan untuk menemui pengunjung yang ingin menemui tamu hotel. Karakter ruang ini adalah sebagai berikut : a. Ruang-ruang kecil dapat dirancang dengan privatisasi tinggi maupun rendah dengan rancangan modular (berulang). b. Penempatan ruang-ruang dikelompokkan di sekitar saluran-saluran layanan. c. Pemanfaatan dinding luar maksimal untuk cahaya alami dan view. 3. Area layanan Area yang diakses oleh staf hotel yang difungsikan untuk menyiapkan layanan bagi tamu hotel. Area ini mempunyai karakter sebagai berikut : a. Perletakannya dirancang untuk memudahkan pencapaian ke seluruh bagian hotel sehingga layanan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. b. Jalur sirkulasi pada beberapa bagian perlu disediakan khusus, dibedakan dengan jalur sirkulasi tamu. c. Lazimnya area ini ditempatkan pada level basement atau atap agar tidak mengurangi area sewa terlalu banyak.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 24
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Menurut John Hancock Callender (1974), ruang-ruang dalam hotel dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house) yang pengaturan fungsinya adalah sebagai berikut : 1. Back of the house, biasanya diisi berbagai fasilitas sebagai berikut : a. Fasilitas laundry Luasan ruang laundry tergantung dari aktivitas yang ada didalamnya. Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan (Rutes,W. & Penner, 1992). b. Housekeeping Departement Ruang ini mempunyai berbagai fungsi yang meliputiruang kepala departemen dan ruang asisten. Selain itu, juga dibuat gudang untuk menyiman peralatan yang digunakan oleh housekeeper dan tempat khusus untuk menjahit kain seprei, sarung bantal dan gorden yang dipersiapkan untuk pelayanan kamar tamu hotel. c. Servis makanan dan sayuran Aktivitas ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang luas karena makanan dan sayuran tersebut selalu berjalan dan tidak bertahan lama di tempat tersebut. Setelah selesai diperiksa, ditimbang dan disahkan, bahan pangan akan dikirim ke gudang yang kering atau basah sesuai kebutuhan atau dimasukkan ke dalam pendingin untuk diawetkan. Khusus makanan kaleng, botol atau makanan instan lainnya yang tidak membutuhkan lemari pendingin akan dipindahkan ke gudang yang kering. Sayuran akan langsung dibawa ke tempat memasak. Pada bagian ini lemari es sangat diperlukan. Board untuk memotong sayuran juga harus sesuai dengan ketinggian manusia sehingga memudahkan
pekerjaan
memasak.
Untuk
minuman
seperti
susu,
penyimpanan dilakukan di dalam lemari es khusus yang terpisah dari sayuran, ikan dan daging.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 25
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Apabila terdapat perbedaan ketinggian lantai pada bagian ini, diperlukan ramp yang akan memudahkan pembersihan dengan air dan memudahkan pergerakan bahan makanan dengan kereta dorong atau meja dorong. d. Ruang mekanikal Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan. 2. Front of the house, berisi ruang-ruang sebagai berikut : a. Ruang registrasi tamu Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby. Tidak ada aturan yang pasti tentang panjang meja registrasi ini tetapi hotel berbintang yang mempunyai kamar berjumlah 100 sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja agar dapat melayani semua pengunjung dengan cepat. Dalam area tersebut juga dipasang alat pengontrol yang bekerja secara elektrik untuk membantu tamu yang akan check in dan check out. b. Servis penyimpanan kunci Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area penerima ditempatkan terpisah. c. Kasir Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk. Untuk hotel berbintang yang memiliki beberapa restoran dan fasilitas komersial yang lain, perlu dilakukan pengaturan khusus untuk keuangan yaitu melalui deposit box yang aman. Jika cara ini digunakan, pihak hotel harus bekerja sama dengan pihak bank. d. Ruang administrasi
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 26
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan lobby. Untuk hotel berbintang, terdapat ruang Manager administrasi beserta ruang asistennya dan juga terdapat ruang resepsionis yang berada diantara lobby dan ruang Manager. Untuk hotel yang lebih modern, terdapat ruang untuk menyediakan makanan bagi Manager dan asistennya. e. Lobby Lobby adalah ruangan yang cukup luas yang terletak dekat penerimaan tamu di front office. Ruangan tempat duduk-duduk hotel biasanya berada di lobby, yang merupakan semacam ruang tunggu.selin itu, ruangan ini juga dilengkapi tempat duduk-duduk yang terpisah, yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai sambil membaca atau menonton televisi dan lainlain. Kebutuhan ruang lobby berbeda-beda pada setiap hotel, tergantung jenis hotel tersebut. Misalnya lobby pada city hotel tidak membutuhkan ruang yang luas sedangkan lobby pada resort hotel biasanya justru sebaliknya. Penataan ruang looby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lain yang dapat dilihat dari finishing, warna, material, pencahayaan dan dekorasinya. f. Fasilitas transportasi vertical mekanik (elevator) Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang berupa bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan alat transportasi vertical mekanik, biasanya berupa lift (elevator). Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh public dari berbagai arah sehingga harus pula berdekatan dengan entrance dan registration desk. g. Guest Room Dalam menentukan rancangan guest room, pertimbangan pertama terletak pada ukuran ruang. Panjang dan lebar ruangan ditentukan oleh jumlah furniture yang mengisi ruangan dan tingkat kemewahan suatu hotel. Guest room yang paling umum terdapat dalam suatu hotel adalah twin bed room, single bed room dan suites room. Unit terkecil memiliki sepasang tempat tidur
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 27
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
kembar, baik yang diletakkan secara terpisah dengan adanya meja lampu diantaranya maupun yang diletakkan secara berdempet. Dari segi efisiensi ruang cara kedua lebih baik daripada cara pertama. Pertimbangan kedua adalah ukuran dan tipe tempat tidur yang digunakan yaitu tipe king atau standar twin. Selain itu, juga perlu dipertimbangkan fasilitas tempat duduk. Pencahayaan dalam
ruangan dan control pada guest room harus
dipertimbangkan secara hati-hati. Tipe kontrol yang paling sederhana yaitu pengontrolan pada pintu otomatis. Pada tipe ini lampu dalam ruangan akan menyala begitu pintu dibuka.
Budget inn double-double
Typical double-double
Typical double-double
Luxury Parlor
King Room
Gambar 2.2 Tipe-Tipe dan Layout Guest Room Sumber: Rutes, W. & Penner, 1992
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 28
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Sebagai sebuah fasilitas komersial, kenyamanan merupakan aspek penting yang sangat berkaitan dengan tinggi rendahnya angka kunjungan pad hotel tersebut. Salah satu realisasi kenyamanan pada bangunan hotel dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas yang disediakan pada setiap kamarnya. Makin mewah kelengkapan fasilitas yang tersedia, makin tinggi pula kelas kamar tersebut. Contoh klasifikasi kelas kamar pada sebuah hotel adalah sebagai berikut : 1. Standart/Deluxe Room Adalah jenis kamar yang harganya paling murah di suatu hotel karena fasilitas yang tersedia di dalam kamar tersebut berlaku umum di semua hotel. Perlengkapan standar dalam suatu hotel biasanya adalah sebagai berikut :
Kamar tidur dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur (meliputi kotak pegas, kasur, penghalang kepala) tempat tidur yang digunakan di hotel pada umumnya memakai spring bed supaya lebih kuat, lembut dan tidak perlu dijemur. Meja malam yaitu meja yang diletakkan di salah satu sisi tempat tidur. Umumnya bentuk meja itu kecil dan biasa dimanfaatkan sebagai sentral tempat pemasangan tombol-tombol seperti lampu, AC, TV dan radio. Meja lampu malam yaitu meja yang diletakkan di sisi salah satu tempat tidut sebagai tempat untuk menaruh lampu tidur.
Telepon, letaknya di atas meja malam.
Lemari
pakaian
umumnya
terbagi
dua
bagian
yaitu
untuk
menggantungkan pakaian dan untuk menaruh barang-barang. Lemari tersebut dilengkapi dengan laci. Letak lemari berdekatan dengan kamar mandi, di depan dan atau berseberangan dengan kamar mandi.
Rak barang yaitu tempat untuk menaruh koper. Biasanya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan bahan yang tahan gesekan untuk menghindari kemungkinan goresan dari koper.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 29
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Meja tulis yang dibuat dengan bentuk praktis karena meja ini juga berfungsi sebagai meja rias. Oleh karena itu, di dekat meja tersebut disediakan cermin yang menempel di dinding atau di meja.
Lain-lain seperti kursi untuk meja hias, kursi minum, meja kursi serambi, cermin tembok, keranjang sampah serta gorden tipis dan tebal (untuk malam hari).
Pada standart room terdapat kamar mandi dengan kelengkapan sebagai berikut : bak mandi, shower, keran air panas dan dingin, saluran bak mandi dan tutupnya, rak handuk mandi, tempat sabun mandi, pegangan pengaman, tirai mandi, toilet bowl, tangki air, keran penyembur air, tempat tissue, bak cuci tangan, meja bak cuci tangan, pembuka tutup botol, gantungan pakaian dan tempat sampah. Contoh denah kamar hotel standart/deluxe room
Gambar 2.3 Denah Hotel Standart/Deluxe Room 28 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Hotel Padma Bandung)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 30
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.4 Denah Hotel Standart/deluxe Room 33 m2-38 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Hotel Padma Bandung dan Resort Legian)
2. Junior Suite/Premier Suite Room Adalah jenis kamar dengan fasilitas yang lebih baik dari kamar standar misalnya dengan ukuran kamar yang lebih besar dan tambahan fasilitas lain seperti televisi, lemari es, dan lain-lain.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 31
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.5 Denah Hotel Junior Suite/Premier Room 50 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Hotel Padma Bandung dan Resort Legian)
Gambar 2.6 Denah Hotel Junior Suite/Premier Room 65 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Hotel Padma Bandung dan Resort Legian)
3. President Suite Room Adalah jenis kamar yang paling mahal dalam suatu hotel. Kamar ini merupakan kebanggan dari suatu hotel yang dapat memberikan ciri khas dan biasanya digunakan sebagai alat promosi. Ruangan ini hanya ada satu pada suatu hotel. Fasilitas pada kamar ini lebih lengkap dibandingkan dengan deluxe room misalnya meja kursi baca, sofa untuk bersantai, meja kursi tamu, kamar mandi yang lebih besar dan lebih mewah, serta ukuran kamar yang lebih luas.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 32
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.7 Denah Hotel President Suite Room 338,6 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Hotel Padma Resort Legian)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 33
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.8 Denah Hotel President Suite Room 646,6 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Seminyak Bali)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 34
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.9 Denah Hotel President Suite Room 426,4 m2 (Hotel Bintang 4-5) Sumber: Data Google (Seminyak Bali)
h. Fasilitas restoran Restoran pada hotel harus memperhatikan kenyamanan termasuk coffee shop, yang dapat dipenuhi dengan pelayanan yang cepat dan variasi menu. Tamu-tamu yang ingin makan di restoran atau bar yang ada di hotel dapat memesan di tempat yang disediakan oleh hotel. Ada beberapa hotel yang
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 35
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
menyediakan klub-klub malam di mana para tamu dapat menikmati musik dan berdansa sambil menikmati hidangan makanan dan minuman yang dipesan. i. Koridor Berdasarakan pertimbangan kenyamanan sirkulasi, panjang koridor pada hotel maksimal adalah 30 m dengan ketinggian sekitas 1,8 m. perlu diperhatikan pula penyelesaian pada lantai koridor dengan menggunakan karpet (untuk meredam
bunyi dan menambah kesan elegan) dan
pencahayaan yang terus-menerus dengan pencahayaan buatan. Selain bagian kamar, kenyamanan sebuah hotel juga ditentukan oleh pengaturan sirkulasinya, yang secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Public circulation (Sirkulasi publik) terbagi lagi menjadi dua yaitu resident guest dan non-resident guest. Kedua jalur sirkulasi ini harus cukup terpisah dan simple, dimulai dari entrance
foyer
(lobby).
Jika
terdapat
„ballroom
suite‟
maka
peletakannya harus terpisah dari blok ruang tidur dan juga dari public room lainnya di hotel. Akses langsung dari reception area ke blok ruang tidur harus dihindari dan jalur sirkulasi untuk non-resident guest tidak boleh melalui blok ruang tidur. Harus ada akses dari ruang tidur ke public rooms dan entrance serta diusahakan ada akses „resident only‟ dari ruang tidur ke dining room.
Service circulation (sirkulasi staf dan servis duct) harus terpisah dari sirkulasi public. Tidk boleh terjadi sirkulasi silang di antara keduanya.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 36
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.10 Pola Koridor & Guest Room (1) Sumber: Rutes, W. & Penner, 1992
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 37
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.11 Pola Koridor & Guest Room (2) Sumber: Rutes, W. & Penner, 1992
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 38
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
j. Kamar mandi guest room Guest room perlu dilengkapi dengan kamar mandi yang kelengkapannya berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemewahan guest room tersebut. Kamar mandi yang digunakan di antaranya adalah :
Kamar mandi tamu yang memiliki tab-shower, water closet dan wastafel sehingga luasan minimal adalah 1.45 m x 2.50 m.
Kamar mandi yang memiliki wastafel, bathtub dan closet sehingga luasan minimal adalah 1.55 m x 2.50 m.
Kamar mandi yang memiliki bathtub, wastafel, closet dan tab-shower sehingga luasan minimal adalah 2.76 m x 2.15 m.
Kamar mandi juga perlu dilengkapi dengan kotak obat di luar kamar mandi, peletakan handuk yang strategis dan mudah dicapai serta dirancang dengan material dinding dan lantai anti licin. Selain pengorganisasian ruang, ukuran-ukuran standar masing-masing ruang juga perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan fungsi bangunan. Khususnya yang terkait dengan ruang gerak pada setiap ruang. Untuk menambah kenyamanan dan meningkatkan daya tarik kunjungan pada sebuah hotel, disediakan pula beberapa fasilitas public yang dapat difungsikan bagi kegiatan insidentil, sementara beberapa dapat pula disewa oleh umum seperti : Lobby Arcade Arcade adalah toko-toko maupun kios-kios yang ada di hotel dan biasanya disewakan kepada pihak lain yang digunakan untuk menjual koran, majalah, cinderamata, obat-obatan, kantor perjalanan wisata, bank, money changer dan sebagainya.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 39
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Children playroom Ruang bermain anak-anak yang disediakan oleh pihak hotel yang biasanya dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan dengan berbagai macam tipe alat permainan yang baik untuk menarik anak-anak yang dibawa oleh tamu-tamu hotel. Swimming pool Ada dua macam kolam dalam hotel yaitu indoor swimming pool dan outdoor swimming pool. Fasilitas ini biasanya dilengkapi tempat mandi sauna dan didekorasi dengan indah. Banyak perabotan dan handukhanduk di kolam renang ini. Conference room Ruangan-ruangan yang ada di hotel yang digunakan untuk seminarseminar, rapat-rapat, perjamuan dan konferensi yang memang disediakan untuk maksud-maksud ini. Ruangan konferensi biasanya dilengkapi peralatan dan perlengkapan yang baik dengan fasilitas – fasilitas konvensi.
2.1.4. Klasifikasi Hotel Meskipun kegiatan utama yang diwadahi sama, beberapa hotel memiliki keunikan rancangan yang berbeda-beda, baik dari sisi kelengkapan ruang, kelengkapan layanan, penampilan bangunan, maupun suasana dalam bangunan yang dirancang. Hal ini secara spesifik ditimbulkan dari analisis pengguna-pengguna spesifik ataupun aktivitas-aktivitas spesifik yang diwadahi dalam setiap hotel. Proses perencanaan sebuah hotel perlu memperhatikan berbagai komponen terkait, yang berbeda-beda sesuai dengan jenis hotel yang direncanakan. Oleh karena itu, pemahaman pada beberapa klasifikasi hotel perlu dilakukan. A. Jenis Hotel Menurut Tujuan Kedatangan Tamu 1. Bussiness hotel merupakan hotel yang kebanyakan tamunya datang untuk keperluan bisnis, berdagang atau kunjungan resmi lainnya. Hotel semacam Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 40
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
ini umumnya terdapat di kota besar, atau di daerah pusat bisnis. Sarana yang disediakan tentunya yang menunjang kegiatan bisnis para tamu, seperti business center, perpustakaan, executive lounge serta money changer. 2. Pleasure hotel merupakan hotel yang sebagian besar fasilitasnya ditujukan untuk memfasilitasi tamu yang bertujuan berekreasi. Hotel semacam ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas bersantai dan relaksasi. 3. Country hotel merupakan hotel khusus bagi tamu antarnegara. Pemilihan
lokasi untuk hotel semacam ini biasanya dipengaruhi pertimbanganpertimbangan khusus , misalnya masalah keamanan tamu. 4. Sport hotel merupakan hotel yang ditujukan terutama untuk melayani tamu yang bertujuan untuk berolah raga. 5. Tourism hotel lebih banyak yang bertujuan untuk rekreasi dan refreshing, berlibur
dan
melakukan
perjalanan
pariwisata.
Hotel
semacam
ini
kebanyakan berada di Daerah Tujuan Wisata (Tourism Destination Area). Seperti halnya hotel yang lainnya, lokasi hotel dapat di dekat pantai, danau, gunung,
hutan
dan
tempat
rekreasi
lainnya.
Sarana
penunjangnya
kebanyakan mengandung unsur rekreatif. Kolam renang berbentuk ala resort, tidak terpaku pada bentuk persegi, lebih santai dan rileks dengan bentuk bulat, berlekuk-lekuk, memanjang, di kelilingi oleh banyak pohon. 6. Convention hotel adalah hotel yang mengkhususkan bisnisnya untuk pertemuan dan konferensi. Tamu datang untuk melakukan seminar, pameran, peluncuran produk dan pertemuan besar lainnya. Sarana utama yang disediakan hotel semacam ini adalah lainnya. Sarana utama yang di sediakan hotel semacam ini adalah gedung pertemuan, ballroom yang besar dan mewah serta sarana banquet yang lengkap dengan staff yang sangat banyak. Gedung pertemuan itu dibagi menjadi berbagai ruang meeting, dari yang mampu menampung peserta dalam jumlah ribuan, ratusan, dan sampai yang dalam jumlah kecil berbentuk board room untuk delapan orang. 7. Casino hotel mempunyai banyak ruangan untuk permainan kasino. Hotel semacam ini banyak terdapat di Amerika Serikat. Yang terkenal banyak memiliki Casino hotel adalah Las Vegas. Hotel jenis ini mempunyai departemen
khusus
kasino,
sama
seperti
resort
yang
mempunyai
departemen rekreasi (Recreation Department) sendiri. Tentu saja yang mengepalai departemen ini adalah Casino Manager, yang dibantu oleh Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 41
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
asisten, para supervisor, dan anggota-anggotanya. Kebanyakan tamu datang ke hotel tersebut untuk bermain judi. B. Jenis Hotel Menurut Lamanya Tamu Menginap Hotel merupakan salah satu contoh fasilitas akomodasi yang dikomersialkan dengan system sewa. Lamanya konsumen menginap disebuah hotel bervariasi, tergantung beberapa hal, diantaranya kepentingan konsumen tersebut dan daya tarik hotel. Daya tarik hotel dapat memengaruhi betah atau tidaknya konsumen menginap di hotel tersebut. Sebagai sarana akomodasi komersial yang ditujukan sebagai fasilitas bermukim sementara, konteks waktu dalam durasi bermukim tersebut merupakan salah satu dasar klasifikasi hotel yang dibedakan menjadi: 1. Transit Hotel yaitu hotel dengan waktu inap tidak lama (harian). Rancangan hotel semacam ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan kepada konsumen dalam waktu singkat misalnya laundry, restoran dan agen perjalanan. 2. Semiresidential Hotel yaitu hotel dengan rata-rata waktu inap konsumen cukup lama (mingguan). Rancangan hotel semacam ini perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat memeberikan layanan kepada konsumen relatif lama, tetapi tidak membosankan. Oleh karenanya, variasi fasilitas layanan yang disediakan harus cukup banyak, misalnya fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tenis, kolam renang, persewaan sepeda) dan fasilitas rekreasi (restoran, café, taman bermain, persewaan kendaraan). 3. Residential Hotel merupakan hotel dengan waktu kunjungan tamu yang tergolong lama (bulanan). Pada jenis hotel ini, kenyamanan dan keamanan sangat perlu diperhatikan, bahkan mungkin melebihi proporsinya pada jenisjenis hotel yang lain. Oleh karena tamu akan menginap dengan durasi lama maka suasana „homy‟, nyaman dan aman adalah aspek yang dapat membuat tamu-tamu merasa betah berada di hotel tersebut, dan tujuan membuat residential hotel dapat tercapai. Rancangan hotel ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan kepada konsumen serupa dengan layanan kehidupan sehari-hari seperti fasilitas perbelanjaan (supermarket, department store), fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tennis, kolam renang, persewaan sepeda), dan fasilitas Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 42
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
rekreasi (restoran, café, taman bermain, persewaan kendaraan). Mengingat waktu inap konsumen cukup lama, biasanya hotel jenis ini dipadukan dengan jenis bangunan komersial lain agar dapat saling memberikan keuntungan, layanan dan menambah daya tarik kunjungan konsumen terhadap bangunan komersial tersebut, misalnya perpaduan antara hotel dengan pusat perbelanjaan atau perpaduan antara hotel dengan fasilitas kesehatan. C. Jenis Hotel Menurut Jumlah Kamar Kapasitas sebuah hotel bervariasi, perlu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat di lingkungan tempat hotel tersebut dibangun. Setiap daerah mempunyai daya tarik berbeda-beda
yang
memengaruhi
besar
mengunjungi daerah tersebut. Di daerah
kecilnya
jumlah
pendatang
yang
dengan angka kunjungan tinggi perlu
dibangun hotel dengan kapasitas besar untuk memfasilitasi pendatang yang perlu menginap di daerah tersebut. Sebaliknya, daerah dengan angka kunjungan kecil sebaiknya dipenuhi dengan hotel yang berkapasitas kecil agar tidak terjadi idle capacity yang dapat mengakibatkan kerugian pada pihak hotel. Berdasarkan jumlah kamar (kapasitas) suatu hotel terdapat klasifikasi sebagai berikut: 1. Small hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang kecil (maksimal 25 kamar). Hotel ini biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan yang rendah. 2. Medium hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang sedang (sekitar 29-299 kamar). Hotel ini biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan sedang. 3. Large hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang besar (minimum 300 kamar). Hotel ini biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan yang tinggi. Jumlah kamar merupakan gambaran kapasitas hotel, yang akan berdampak pada jumlah dan skala layanan fasilitas pendukungnya. Semakin banyak jumlah kamar dalam suatu hotel berarti kapasitas hotel tersebut semakin banyak sehingga akan membututhkan jumlah fasilitas yang semakin banyak dan skala layanan yang semakin besar pula.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 43
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Perencanaan jenis hotel dari pertimbangan kapasitas ini tidak dapat ditentukan tanpa adanya studi potensi menginap di suatu daerah. Daerah tertentu dengan potensi khusus dapat mempunyai angka kunjungan tamu yang relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang tidak memiliki potensi yang mengundang kunjungan ke daerah tersebut. Potensi-potensi ini dapat berupa potensi wisata, potensi perbelanjaan, potensi pendidikan, potensi bisnis atau potensi lainnya. D. Jenis Hotel Menurut Lokasinya Salah satu langkah awal pembangunan sebuah hotel adalah menentukan lokasi hotel tersebut. Keputusan ini perlu disesuaikan dengan konsumen target hotel tersebut, yang kemudian perlu dirancangan fasilitas hotel yang sesuai dengan kepentingannya. Berdasarkan lokasinya, suatu hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. City hotel adalah hotel yang terletak di pusat kota dan biasanya menampung tamu yang bertujuan bisnis atau dinas. 2. Down town hotel adalah hotel yang berlokasi di dekat pusat perdagangan dan perbelanjaan. Hotel ini sering menjadi sasaran tamu yang ingin berwisata belanja ataupun menjalin relasi dagang. 3. Suburban hotel/motel merupakan hotel yang berlokasi di pinggir kota. Hotel ini sering menjadi transit hotel bagi tamu yang menginap dengan waktu pendek dan merupakan fasilitas transit masyarakat yang sedang dalam perjalanan. 4. Resort hotel merupakan hotel yang dibangun di tempat-tempat wisata. Tujuan pembangunan hotel semacam ini tentunya adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wisata. Beragamnya daerah pariwisata yang ada di dunia ini memengaruhi variasi resort hotel yang ada. Berdasarkan letak dan fasilitasnya, resort hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Beach resort hotel, mengutamakan potensi alam pantai dan laut sebagai daya tariknya. b. Marina resort hotel, terletak di kawasan marina (pelabuhan laut). c. Mountain resort hotel, terletak di daerah pegunungan. Pemandangan daerah pegunungan yang indah merupakan kekuatan lokasi yang dimanfaatkan sebagai ciri rancangan resort ini. Fasilitas yang Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 44
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
disediakan lebih ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan alam dan rekreasi yang bersifat kultural dan natural seperti mendaki gunung, hiking dan aktivitas lainnya. Beberapa pegunungan kadang-kadang memiliki kondisi khusus yang merupakan daya tarik wisata di daerah tersebut, misalnya di daerah pegunungan yang bersalju. Resort yang dibangun di daerah-daerah semacam ini kadang-kadang dioperasikan dengan waktu yang menyesuaikan dengan waktu wisata di lokasi yang bersangkutan. Misalnya, resort di lokasi wisata ski hanya dibuka pada saat musim dingin dan menyediakan fasilitas olahraga musim dingin, yaitu ski. Hotel ini dibangun di daerah pegunungan dan memanfaatkan pemandangan dan iklim sejuk pegunungan sebagai daya tariknya. Untuk menambah daya tarik pegunjung, hotel ini dilengkapi dengan kolam renang di luar ruangan agar pengunjung dapat sekaligus menikmati pemandangan alam yang indah sambil berenang. d. Health resort and spa dibangun di daerah-daerah dengan potensi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana penyehatan, misalnya melalui aktivitas spa. e. Rural resort and country hotels, pergeseran tren pariwisata dewasa ini yang mengarah kepada aktivitas wisata yang dilakukan di daerahdaerah yang masih alami dengan potensi alam yang menarik membuka peluang dibangunnya resort jenis ini. Rural Resort and Country Hotel adalah resort hotel yang dibangun di daerah pedesaan, jauh dari daerah bisnis dan keramaian. Daya tarik resort ini adalah lokasinya yang masih alami, diperkuat dengan fasilitas olahraga dan rekreasi yang jarang ada di kota seperti berburu, bermain golf, tenis, berkuda, panjat tebing, memanah atau aktivitas khusus lainnya. 5. Theme resort dirancang dengan tema tertentu, menawarkan atraksi yang spesial sebagai daya tariknya. 6. Condominium, time share and residential development mempunyai strategi pemasaran dimana sebagian kamar resort ini ditawarkan untuk disewa selama periode waktu yang telah ditentukan dalam kontrak, biasanya dalam jangka waktu panjang. Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 45
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
7. All-suite hotels tergolong resort mewah di mana semua kamar yang disewakan dalam hotel tersebut tergolong dalam kelas suite. 8. Sight-seeing resort hotel, terletak di daerah yang mempunyai potensi khusus atau tempat-tempat menarik seperti pusat perbelanjaan, kawasan bersejarah, tempat hiburan dan sebagainya. E. Klasifikasi Hotel Menurut Bintang Menurut tingkat fasilitas yang dimiliki hotel, maka hotel dapat diklasifikasikan dengan jumlah bintang. Jumlah bintang suatu hotel didasrkan pada persyaratan Dirjen Pariwisata dengan Keputusan Menteri Perhubungan RI, No. PM. 10/301/Phb-77. Persyaratan tersebut, antara lain:
Persyaratan Fisik lokasi hotel, kondisi bangunan dan sebagainya.
Bentuk pelayanan yang diberikan.
Kualifikasi tenaga kerja yang meliputi pendidikan, kesejahteraan karyawan, dan sebagainya.
Fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia, lapangan, kolam renang, dan sebagainya.
Jumlah kamar yang tersedia.
Berdasarkan persyaratan di atas hotel-hotel di Indonesia digolongkan ke dalam 5 kelas hotel, yaitu : 1. Hotel bintang satu (*) a. Jumlah kamar minimal 10 kamar tidur. b. Ukuran kamar standar termasuk kamar mandi.
Single bed : 18 m2
Double bed : 20 m2
c. Mempunyai kamar mandi yang cukup, ruang umum (lobby, ruang makan, dan sebagainya). 2. Hotel bintang dua (**) a. Umum
Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi mudah
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 46
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Bebas polusi
Unsure dekorasi Indonesia tercermin pada lobby
Bangunan terawat rapi dan bersih
Sirkulasi di dalam bangunan mudah
b. Bedroom
Jumlah kamar minimal 15 kamar tidur yang dilengkapi dengan kamar mandi
Setidaknya terdapat 1 kamar suite dengan luasan 44 m2
Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
Pintu kamar dilengkapi pengaman
Tata undara dengan pengatur undara
Dalam tiap kamar dan kamar mandi minimum terdapat 1 stop kontak
Dinding kamar mandi kedap air
Tidak bising
c. Dining room
Standar luas 1,5 m2 / tempat duduk
Tinggi ruangan lebih dari 2,6 m
Terdapat akses langsung ke dapur
Tata udara dengan / tanpa pengatur udara
Bar
Standar luas 1,1 m2 / tempat duduk
Terdapat 1 buah yang terpisah dari restoran
Dilengkapi perlengkapan mencuci dengan air panas / dingin
d. Lobby
Harus ada lobby
Tata udara dengan AC / ventilasi
Kapasitas penerangan minimum 150 lux
e. Sarana olahraga dan rekreasi f.
Utilitas penunjang
Terdapat transportasi vertical yang bersifat mekanis
Ketersediaan air minimum 300 liter / orang / hari
Daya listrik mencukupi
Tata udara dengan / tanpa pengatur udara Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 47
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Komunikasi dengan telepon saluran dalam, telepon local, dan interlokal
Terdapat fasilitas central radio, carcall
Terdapat alat deteksi kebakaran awal pada tiap ruang
Minimum terdapat 1 ruang jaga
Terdapat tempat penampungan sampah tertutup
Terdapat saluran pembuangan air kotor
3. Hotel bintang tiga (***) a. Umum
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur, dan function room
b. Bedroom
Jumlah kamar minimal 20 kamar tidur dengan standar luas 22 m2 / kamar
Ukuran kamar standar termasuk kamar mandi.
o
Single bed : 22 m2
o
Double bed : 26 m2
Terdapat minimum 2 kamar suite dengan luas 44 m2 / kamar
Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
c. Dining room
Bila tidak berdampingan dengan lobby maka harus dilengkapi dengan kamar mandi / wc sendiri
Bar
Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur udara mekanik (AC) dengan suhu 24°C
Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m
Ruang fungsional
Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar
Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby
Terdapat pre function room
d. Lobby
Mempunyai luasan minimum 30 m2 Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 48
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Dilengkapi dengan lounge
Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan
Lebar koridor minimum 1,6 m
Drug store
Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon
e. Sarana rekreasi dan olahraga
Minimum 1 buah dengan pilihan : tennis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, jogging, diskotik, atau taman bermain anak
Terdapat kolam renang dewasa yang terisah dengan kolam renang anak
Sarana rekreasi untuk hotel di pantai dapat dipilih dari alternative berperahu, menyelam, selancar, ski air
Sarana rekreasi untuk hotel di gunung dapat dipilih dari alternative hiking, berkuda, atau berburu
f.
Utilitas penunjang
Terdapat transportasi vertical mekanis
Ketersediaan air bersih minimum 500 liter / orang / hari
Dilengkapi dengan instalasi air panas / dingin
Dilengkapi dengan telepon lokan dan interlokal
Tersedia PABX
Dilengkapi dengan sentral video/ TV, radio, paging, carcall
4. Hotel bintang empat (****) a. Umum
Minimum seperti pada hotel bintang tiga
b. Bedroom
Jumlah kamar minimal 50 kamar tidur dengan luasan 24 m2 / kamar
Ukuran kamar standar termasuk kamar mandi.
o
Single bed : 24 m2
o
Double bed : 28 m2
Terdapat minimum 3 kamar suite dengan luas 48 m2 / kamar Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 49
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam bedroom
c. Dining room
Mempunyai minimum 2 buah dining room, salah satunya berupa coffee shop
Bar
Mempunyai ketentuan minimum sama dengan hotel bintang 3
Ruang fungsional
Mempunyai ketentuan minimum sama dengan hotel bintang 3
d. Lobby
Mempunyai luasan minimum 100 m2
Terdapat 2 toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita dengan perlengkapannya
Drug store
Mempunyai ketentuan minimum sama dengan hotel bintang 3
5. Hotel bintang lima (*****) a. Umum
Minimum seperti pada hotel berbintang 4
b. Bedroom
Jumlah kamar tidur sekurang-kurangnya 100 buah dengan luasan 26 m2 / kamar
Mempunyai minimum 4 kaamar suite dengan luasan 52 m2 / kamar
Tinggi minimum 2,6m tiap lantai
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar
c. Dining room
Mempunyai minimum 3 buah dining room, salah satunya dengan spesialisasi masakan
Bar
Minimum seperti pada hotel bintang empat
d. Ruang fungsional
Minimum seperti pada hotel bintang empat
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 50
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
e. Lobby f.
Minimum seperti pada hotel bintang empat
Drug store
Minimum seperti pada hotel bintang empat
g. Sarana rekreasi dan olahraga
Seperti pada hotel bintang empat ditambah area bermain anak minimum ayunan atau ungkit
h. Utilitas penunjang
i.
Minimum seperti hotel bintang empat dengan tambahan :
Transportasi vertical mekanis
Keterdesiaan air bersih minimum 700 liter / orang / hari
Dilengkapi dengan instalasi air panas / dingin
Dilengkapi dengan sentral video, music, teleks, radio, carcall
Business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan bertindak sebagai co-secretary para tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi bisnisnya. Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan akses internet melalui kamarnya untuk reservasi dan promosi usahanya, di samping juga dapat melakukan telekonferensi.
j.
Restoran
Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan internasional.
Coffee shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on place
Restoran yang spesifik seperti grill-room, pizzarea, Japanese, oriental
k. Room service : restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 51
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2.2. Tinjauan Umum Konvensi 2.2.1. Pengertian dan Fungsi Konvensi 1. Pengertian Konvensi a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia : Konvensi merupakan konperensi tokoh-tokoh masyarakat atau partai politik dengan tujuan khusus seperti untuk memilih calon-calon buat pemilihan umum anggota DPR, Presiden dsb. b. Menurut Fred H. Lawson : Konvensi merupakan kegiatan pertemuan yang membicarakan masalah umum para pesertanya, guna bertukar pikiran/pandangan pada suatu peristiwa dan biasanya merupakan pertemuan berkala yang memiliki pokok permasalahan dengan bentuk tema khusus/topik yang menarik serta sering kali ditunjang oleh kegiatan pameran. c. Kongres, konferensi atau konvensi merupakan suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan,usahawan, cendikiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. 2. Fungsi Konvensi a. Menyebarluaskan informasi kepada para peserta konvensi maupun masyarakat umum mengenai masalah-masalah aktual dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan sebagainya. b. Menggalang kerja sama dan memupuk semangat kemitraan antara peserta demi kemajuan usahanya. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan profesionalisme para peserta melalui konsultasi, pelatihan dan pendidikan. d. Mempromosikan atau mempublikasikan suatu produk baik bersifat ilmiah atau non-ilmiah.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 52
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
e. Mengadakan hubungan masyarakat secara luas.
2.2.2. Jenis Konvensi Jenis–jenis konvensi antara lain sebagai berikut : a. Jenis Konvensi Menurut Sifat Konvensi 1. Konvensi Lokal Pertemuan ini bersifat lokal dan diselenggarakan oleh kelompok kecil yang potensial, mungkin saja bersifat mandiri yang mempunyai organisasi dengan pedoman kerja (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), namun bersifat lokal, yakni untuk memajukan masyarakat lokal itu sendiri. 2. Konvensi Daerah Konvensi yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah daerah atau organisasi swasta daerah yang mandiri dengan pedoman kerja (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) yang kegiatannya ditujukan untuk memajukan daerah setempat. 3. Konvensi Nasional Konvensi nasional ini bisa diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh swasta atau bersama-sama oleh pemerintah dan swasta.Kegiatan penyelenggaraan ini membawa karakteristik yang berbeda dengan konvensi-konvensi di atas karena menyangkut program pertemuan yang lebih luas, membutuhkan staf pelaksana lebih banyak, peralatan fasilitas lebih lengkap dan logistik yang berlipat ganda. 4. Konvensi Regional Penyelenggaran konvensi ini didasarkan pada letak geografis, yakni negaranegara bertetangga yang sepakat membentuk wilayah untuk kepentingan bersama dalam banyak hal.Misalnya : MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan ASEAN (Association Of The South East Asian Nations). 5. Konvensi Internasional Cakupan konvensi internasional adalah negara-negara yang terletak di semua
benua
dalam
peta
bumi
ini.Konvensi
ini
memang
bersifat
mendunia/mengglobal.Misalnya WTO (World Tourism Organization), IHA (International
Hotel
Association),
ICCA
(International
Congress
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
and | 53
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Convention Association), IATA (International Air Transport Association). UFTAA (Universal Federation Of Travel Agent’s Association). b. Jenis Konvensi Menurut Ukuran Konvensi 1. Konvensi kecil, konvensi yang jumlah pesertanya antara 20 – 50 peserta dengan menyediakan cukup 1 ruang persidangan saja. 2. Konvensi sedang, konvensi yang jumlah pesertanya antara 60 – 200 peserta; ruang persidangan sudah dilengkapi secara teknis; masalah akomodasi persidangan sudah diperhatikan; tersedianya ruang sidang, ruang rapat pimpinan, rapat komisi dan untuk sidang umum. 3. Konvensi besar, konvensi yang jumlah pesertanya antara 200 – 2000 peserta, memiliki pelayanan akomodasi yang sempurna, menyediakan acaraacara program pendukung, suasana konvensi dengan teknologi yang modern.
2.2.3. Kegiatan Konvensi a. Meeting Meeting berarti rapat, pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam suatu asosiasi, perkumpulan atau serikat dengan adanya tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi b. Incentives Menurut Surat Keputusan Menparpostel Nomor KM. 108/HM/MPPT-91, Bab I Pasal 1 Ayat b adalah perjalanan intensif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. c. Konferensi Konferensi didefinisikan sebagai kongres dan konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, dsb) untuk membahas tentang kepentingan bersama. Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 54
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
d. Pameran Pameran merupakan suatu kegiatan yang menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi. e. Banquet Suatu acara atau pesta makan dan minum yang diadakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang telah direncanakan sebelumnya, dalam waktu tertentu. Banquet terpisah dari jasa penyedia makanan. Banquet mencangkup rapat, konferensi, pesta koktail, pernikahan, dan lain – lain. Banquet pada umumnya diadakan di sebuah ruangan khusus dan berada di bawah pengawasan banquet manager.
2.3. Tinjauan Hotel Konvensi 2.3.1. Pengertian Hotel Konvensi a. Hotel konvensi menurut WalterRutes and RichardH. Penner, Hotel and Planning Design, Hal. 87 yaitu : The Convention Hotel features meeting space and related facilities specially designed and aquipped to serve the large group, including exhibit halls for trade shows, group registration and administrative areas. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Hotel yang memiliki ruang-ruang pertemuan dengan fasilitas konvensi yang lengkap dan didesain khusus untuk melayani kelompok dalam jumlah besar termasuk didalamnya ruang eksibisi untuk pameran, registrasi kelompok dan ruang administrasi. b. Hotel konvensi dalam buku Hospitality Design, yaitu : The convention hotel acts in a supporting role to the larger structure, providing banquet events, side meeting space and seminar rooms in support of the events at the convention. The suites in the hotel differ in quality and type from those of other Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 55
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
hotels, providing a hospitality suite for post-convention parties and receptions for important guests. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Hotel konvensi bertindak dalam mendukung kegiatan dalam skala besar, menyediakan acara perjamuan pada ruang pertemuan dan ruang seminar dalam mendukung penyelenggaraan konvensi. Kamar suite hotelnya berbeda dalam hal kualitas dan jenis dari hotel lainnya, hotel menyediakan kamar suite untuk para peserta pasca konvensi dan resepsi bagi tamu penting. c. Hotel Konvensi ialah hotel tempat diselenggarakannya kegiatan utama program konvensi dan pameran, baik dalam skala nasional maupun internasional. Suatu hotel konvensi harus memiliki : - Perancang konvensi, berinisiatif menyusun program-program persidangan. - Manager pelayanan konvensi mahir dalam masalah-masalah booking and contract. - Manager F & B harus jeli mengurus pesta, parties & events. - Manager Dekor & Desain tahu seni artistik penataan ruang. Karakteristik dasar hotel konvensi adalah hotel yang sebagian besar ruangan yang ada dipergunakan untuk aktivitas pertemuan-pertemuan para usahawan seperti rapat-rapat, pameran-pameran, seminar- seminar, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa hotel konvensi adalah hotel yang selain menyediakan sarana akomodasi juga menyediakan sarana konvensi serta fasilitas-fasilitas khusus yang lengkap sehingga memberikan kemudahan-kemudahan pada suatu kegiatan konvensi.
2.3.2. Kategori Hotel Konvensi Menurut Quentin Pickard, dalam buku The Architect‟s Handbook. Kategori hotel konvensi dan jumlah kamar adalah sebagai berikut :
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 56
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.12 Kategori Hotel dan Jumlah Kamar Sumber: The Architect‟s Handbook
2.3.3. Kriteria Hotel Konvensi a. Menurut buku Hotel Planning and Design antara lain : 1. Lokasi berada dekat dengan pusat kegiatan kota. 2. Memiliki ruang-ruang pertemuan untuk peserta dengan jumlah besar antara 500 – 5000 kursi. 3. Memiliki kamar hotel antara 300 – 3000 kamar. 4. Dilengkapi dengan fasilitas pendukung kegiatan pertemuan, seperti ruang eksibisi, ruang administrasi, ruang komunikasi dan lain-lain. 5. Tetap menyediakan kamar bagi pengunjung lainnya selama masa konvensi. b. Menurut Conference, Convention and Exhibition Facilities : 1. Standar ruang konvensi pada hotel konvensi lebih besar ukurannya dibandingkan dengan hotel-hotel lain yang setaraf. 2. Satu atau lebih ruang pertemuan di hotel dapat dibagi menjadi menjadi dua atau tiga bagian yang lebih kecil, dimana masing-masing bagian ruang harus memiliki pintu keluar sendiri untuk pemakaiannya. Masing-masing ruang harus memiliki ruang kontrol mesin sendiri untuk peralatan AC, auditorium dan lain-lain.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 57
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
3. Hotel dilengkapi pula dengan ruang pertemuan yang jumlahnya cukup banyak dengan jumlah peserta 20, 50 bahkan 100 orang. Ruang-ruang yang lebih kecil tersebut diatur dengan susunan konferensi dengan meja sebagai sentralnya. 4. Desain dan ukuran dari ruang pertemuan utama juga memperhitungkan untuk kebutuhan lain, misalnya untuk kegiatan pesta besar dan kegiatan pameran. Juga menyediakan tempat untuk stage dan peralatan teknis. 5. Penempatan ruang-ruang pertemuan diusahakan terpisah dari bagian pengunjung hotel biasa untuk menjaga segi keamanan.
2.3.4. Fasilitas dalam Hotel Konvensi Bagi properti hotel yang memproyeksikan wisata konvensi sebagai prospective market perlu meperlengkapi prasarana dan sarananya dengan apa saja yang diperlukan oleh delegasi peserta konvensi. 1. Fasilitas Hotel Kolam renang, health centre, fasilitas olahraga di dalam ruangan, lapangan parkir luas (untuk 1000 kendaraan lebih), televisi satelit, F & B services : Coffee Shop, Dining Room, Restaurant &Bar Lounge, Direct dial telephone, Bank, Shopping Arcade, Car Rental Service, Mail & Postage Facilities, Courier Service, fasilitas untuk anak-anak. 2. Fasilitas Ruang Konferensi/Pertemuan Peralatan telekomunikasi dan presentasi lengkap, podium, meja kursi selengkapnya. 3. Perlengkapan Kamar AC yang terkontrol, kamar mandi luas (tub & shower), international direct dial telephone, radio & tape music, televisi, mini bar, security key card system.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 58
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2.3.5. Preseden Hotel Konvensi 1. Novotel Bogor Golf Resort and Convention Centre
Gambar 2.13 Novotel Bogor Golf Resort and Convention Centre Sumber: Data Pribadi
Novotel resort and convention center berlokasi di Golf estate Bogor. Hotel novotel Bogor di kelilingi 5ha taman tropis, yang terletak di kaki gunung Bogor. Hotel novotel memiliki ruang konvensi yaitu 17 ruang rapat, dan 2 ballroom dengan total ruang pertemuan 1.400 m2. Novotel ini memiliki 3 restoran, 1 bar lounge, dengan fasilitas resor seperti, kolam renang, taman bermain anak, lapangan tennis, pusat kebugaran,spa, dan lapangan tennis. Hotel novotel ini terdiri dari 6 tipe kamar yaitu 30 kamar standar, 70 kamar Superior, 32 kamar superior menghadap taman, 41 kamar deluxe dengan bathtub di teras, 4 kamar suites, dan 2 kamar suite bertingkat.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 59
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.14 Denah Kawasan Novotel Bogor Golf Resort and Convention Centre Sumber: Data Pribadi
a. Zoning -
Zoning Horizontal Ruang Terdiri dari 4 zona ruang, yaitu: 1. Zona publik berupa area parkir
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 60
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2. Zona semi publik berupa area ballroom, meeting room, dan fasilitas penunjang hotel lainnya 3. Zona Private berupa area kamar tamu. 4. Zona Service yaitu area staff dan back of house. b. Fasilitas
Meeting dan Coference Novotel Bogor memiliki 17 ruang pertemuan dan 2 Ballroom dengan total luasan 1.400 m2.
Gambar 2.15 Ballroom Novotel Sumber: Data Pribadi
Dimensions
Capacity
Venue M2
M
Ceiling
Theater
Height 600
Class
Board
U-
room
Shape
Shape
Banquet
Cocktail
30 x 20
5m
400
220
90
100
300
600
20 x 15
5m
200
110
45
50
120
250
20 x 15
5m
200
110
45
50
120
250
26,4 x
5m
150
90
40
75
120
240
11 x 7,7
5m
50
30
20
25
30
80
10,2 x 7,7
5m
40
25
15
20
30
70
11 x 11
5m
60
35
25
30
40
90
Ballroom 1 Gede
300
Pangrango
300 284
Ballroom 2
10,75
Kencana
85
Sanggar
78,5
Karang
121
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 61
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
90
12 x 7,5
3m
60
30
20
24
30
60
6,8 x 3,5
3m
20
-
10
12
-
-
6,8 x 3,5
3m
20
-
10
12
-
-
6,8 x 3,5
3m
20
-
10
12
-
-
114
14,25 x 8
3m
80
40
30
35
50
90
72,3
11,3 x 6,4
3m
50
30
15
25
-
60
77
12,8 x 6
2,8 m
65
40
20
30
40
70
52
11,3 x 4,6
2,8 m
30
20
18
20
-
40
36
5,6 x 6,4
2,8 m
-
-
12
-
-
-
17
5,1 x 3,3
2,4 m
-
-
8
8
-
-
29
5,7 x 5,1
2,4 m
20
-
10
12
-
-
110
10,5 x
5m
80
40
20
30
40
90
Halimun Papandayan
30
Ceremai
30
Putri
30
Salak Krakatau Burangrang Pancar Malabar Windu Guntur Galunggung
10,5
Tabel 2.1 Tabel Type Ballroom Sumber: Data Hotel
Room Service hotel Novotel Bogor terdiri dari 4 lantai kamar dengan jumlah kamar 179 ruang, dengan 6 tipe pilihan kamar, yaitu:
-
30 kamar standar
-
70 kamar Superior
-
32 kamar superior menghadap taman
-
41 kamar deluxe dengan bathtub di teras
-
4 kamar suites
-
2 kamar suite bertingkat
Front Of House atau bagian depan hotel novotel Bogor ini terdiri dari security, lobby hotel dan lobby convention, front office, lounge, koridor service, dan kantor administrasi Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 62
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Restaurant dan Bar hotel Novotel memiliki 3 jenis restaurant dan 1 bar
Fasilitas Penunjang Hotel terdiri dari kolam renang, lapangan tennis, taman bermain anak, pusat kebugaran, dan lapangan voli.
2. Hotel Grand Clarion & Convention Centre Makassar Hotel Grand Clarion & Convention Centre ini terletak di Jalan A.P.Pettarani No. 3, Panakukkang, Makassar. Dengan klasifikasi hotel bintang 4, luas lahan 1.681 m2 dan luas lantai dasar 13.780 m2. Hotel ini merupakan bangunan vertikal 17 lantai dengan jumlah 333 kamar. Fasilitas
Meeting dan Coference
Gambar 2.16 Ballroom Grand Clarion Sumber: Data Google
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 63
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Tabel 2.2 Tabel Type Ballroom Sumber: Data Google
Room Service - Presidential suites = 1 kamar - Executive suites = 1 kamar - Apartements = 4 kamar - Honeymoon suites = 2 kamar - Junior suites = 20 kamar - Deluxe pavilions = 20 kamar - Business rooms = 281 kamar - Non smoking room = 1 kamar
Restorans & Bars
Hiburan
SPA & Salon
Souvenir shop : Nana shop (souvenir shop)
Swimming pool
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 64
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
3. Hotel Shangri-La Jakarta Hotel Shangri-La ini terletak di Jalan Jend. Sudirman Kav.1, Jakarta. Dengan klasifikasi hotel bintang 5. Hotel ini merupakan bangunan vertikal 32 lantai dengan jumlah 661 kamar. Fasilitas
Meeting dan Coference -
Lotus Ballroom (Maksimal 200 orang)
-
Terdapat 15 Meeting rooms dan function rooms
Gambar 2.17 Ballroom Shangri-La Sumber: Data Google
Room Service -
Presidential Suite 370 m2
-
Three Bay Suites 150 m2
-
Two Bay Suites 107 m2
-
One Bedroom Suites 88 m2
-
Executive Suites 65 m2
-
Horison Club Room 45 m2
Restorans & Bars
Healty Club Cardio Area
Tennis Court
Swimming Pool
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 65
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
4. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta
Gambar 2.18 Sheraton Mustika Yogyakarta Sumber: Data Google
Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta memiliki Bangunan yang unik bergaya Arsitektur jawa, beberapa bagian pada kolom , plafond , dinding dibuat seperti pada bangunan keraton, akan tetapi disetiap ruang dilengkapi dengan fasilitas modern. a. Kamar Hotel Terdapat 246 kamar masing masing dengan luas 42 meter persegi atau lebih besar. Semua kamar memiliki Sheraton Experience Signature Sleep, balkon pribadi, televisi layar datar dan gratis Akses Internet kecepatan tinggi. Dari 246 Kamar diantaranya : - 110 Garden View Rooms menawarkan pemandangan taman tropis, - 73 Volcano View Rooms menawarkan pemandangan Gunung Merapi, masingmasing. Setiap kamar dirancang dalam gaya Jawa modern. - 16 Lagoon Access Kamar di lantai pertama memberikan privasi, ketenangan dan balkon dengan akses langsung ke laguna pribadi swimmable.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 66
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
- 17 Suites, berkisar antara 84 dan 210 meter persegi, memiliki 42 "televise layar datar LCD, pemutar DVD, Bersinar untuk Sheraton ™ fasilitas kamar mandi, mini bar gratis dan mandi terpisah dan berdiri kios-kios mandi. - 30 Sheraton Club Rooms Bagi tamu dapat menikmati manfaat Sheraton Club eksklusif termasuk layanan pakaian per kamar dan layanan semir sepatu. Sheraton Club tamu juga memiliki akses khusus ke Sheraton Club Lounge. b. Meeting & Convenience Sheraton Mustika Yogyakarta adalah Salah satu fasilitas konferensi terbesar Yogyakarta dengan luas Ruang Rapat terbesar (622,45 m²), ruang pertemuan dapat menampung hingga 2.300 tamu. Sheraton Mustika Yogyakarta memiliki dua bangunan terpisah dengan ruang pertemuan, termasuk ballroom terbesar di Yogyakarta dan beberapa kamar pribadi dengan pemandangan alam. Acara yang diadakan di sini termasuk upacara pernikahan dan resepsi, perayaan perusahaan dan pribadi, partai sosial, promo, dan lelang. Banyak konferensi internasional telah diselenggarakan di resor, menarik perhatian pemerintah, dan kota Yogyakarta sekarang berusaha untuk menciptakan tujuan MICE terkemuka di Indonesia. Mataram Ballroom dapat menampung hingga 1.800 tamu teater-gaya dan dapat dibagi menjadi tujuh ruang pertemuan yang terpisah untuk acara yang lebih kecil. Ballroom yang terletak di gedung sendiri, yang memiliki ruang sekretariat, ruang rapat, ruang VIP transit, ruang penyimpanan, ruang medis, akses kursi roda, dan ruang parkir yang berlimpah. Ini juga memiliki perjamuan dapur khusus, memastikan kedatangan kelancaran resor gourmet makanan dan minuman sepanjang acara. Koktail dapat disediakan di daerah Prefunction yang memiliki luas 450 meter persegi.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 67
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.19 Denah Ballroom Sheraton Mustika Yogyakarta Sumber: Data Google
c. Fasilitas - Restoran - Rekreasi & Hiburan
Kolam Renang Anak
Pusat / Health Club
Kolam renang terbuka
Lapangan tenis terbuka
Taman Sari Royal Heritage Spa
Sheraton Club Lounge Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 68
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Whirlpool / Hot Tub
Indoor Heated Pool
Bilyar
Rental sepeda
-Perbelanjaan
Batik Nyonya Indo Outlet Retail
Polo Retail Outlet
Apotek & Toko Souvenir
Dowa Bag Retail Outlet
-Bussines Center Bussines Center disediakan bagi pebisnis untuk mewadahi aktifitas bisnis saat menginap di Sheraton Hotel , diantaranaya telephone , fotocopy, Komputer , Fax dan perlengkapan keperluan bisis lainnya.
2.4. Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Heritage Dalam perkembangannya tinggalan budaya telah menjadi suatu fenomena tersendiri. Sebagai peninggalan sisa-sisa budaya manusia masa lampau, tinggalan budaya menarik minat banyak pihak baik dari segi keunikannya, kelangkaannya, nilai-nilai yang ada di dalamnya, maupun daya tarik lainnya. Demikian pula halnya di dalam industry pariwisata, tinggalan budaya menjadi salah objek yang selalu menarik minat pengunjung. Tingkat daya tarik tinggalan budaya itu sendiri sangat bergantung pada bagaimana tinggalan budaya tersebut dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi suatu objek yang mampu menunjukkan nilai-nilai yang tinggi yang ada di dalamnya. Secara konseptual pengelolaan sebuah aset tinggalan budaya harus memperhatikan 4 (empat) aspek penting, yaitu yang signifikan secara : 1) ekonomis; 2) sosial; 3) politis, dan 4) ilmiah (Hall and McArthur,1993). Melengkapi empat komponen tersebut Reime and Hawkins (1979) menambahkan dua aspek penting lainnya, yaitu 5) layak secara fisik, dan 6) layak dipasarkan (marketable)
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 69
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
(Timothy and Boyd, 2003). Di samping itu, suatu peninggalan budaya juga mampu memberikan citra tersendiri bagi lingkungannya. Prentice (1993) mengemukakan bahwa : …… “historical site do not merely represent something that has happened in the past, but are contemporary atraction, incorporated into the fabric of the locality where they exist. Their existence is a part and parcel of the communities life and their conservation becomes a indispensable duty of the state and the local population.” Di dalam pernyataan tersebut, menegaskan bahwa suatu asset peninggalan budaya tidak saja menjadi wujud budaya masa lampau, tetapi juga merupakan suatu daya tarik yang terus hidup, menyatu dengan lingkungan di sekitarnya. Suatu perencanaan dan pengelolaan aset tinggalan budaya juga harus memperhatikan sejumlah hal: 1) adanya suatu kebijakan dasar bagi perencanaan dan manajemen; 2) suatu pendekatan dalam menjaga keseimbangan antara tindakan konservasi dan pemanfaatannya; 3) aplikasi konsep yang relevan dalam proses perencanaan, teknik, dan prinsip-prinsip pengembangan; 4) pengorganisasian pengunjung (visitor management), dan 5) kelangsungan manajemen dan pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut (Inskeep, 1991; Timothy and Boyd, 2003.). Lima hal mendasar dalam perencanaan dan pengelolaan asset tinggalan budaya tersebut merupakan pendekatan
perencanaan
yang
mengacu
pada
prinsip
dasar
pengelolaan
sumberdaya budaya secara berkelanjutan (sustainable cultural resources). Secara umum, terkait dengan beberapa definisi di atas mengenai pengelolaan aset tinggalan budaya menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) hal penting yang juga perlu diperhatikanyaitu : 1. Preservasi: tindakan untuk mencegah benda budaya berubah dari aslinya akibat
berbagai
hal
yang
dapat
membahayakan
atau
mengancam
keselamatan benda tersebut. 2. Konservasi: tindakan untuk merawat sebuah benda budaya sehingga tetap seperti aslinya dan terhindar dari kerusakankerusakan.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 70
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
3. Eksploitasi: suatu kegiatan untuk menggali dan kemudian memanfaatkan nilai-nilai suatu benda tinggalan budaya khususnya bagi kegiatan pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Di dalam pengelolaan kawasan heritage juga dikenal adanya konsepsi tentang zonasi yang berorientasi pada kelestarian atas obyek-obyek vital yang merupakan warisan budayayang ada di lokasi tersebut. Zonasi merupakan bentuk alokasi wilayah secara geografis untuk kepentingan tertentu dan distribusi ruang sesuai dengan intensitas kepentingan manusia untuk kepentingan konservasi (Eagles, 2002). Zonasi memberikan beberapa keuntungan, antara lain : 1. Zonasi mempermudah pemahaman dan pengelolaan yang akan dijalankan di lingkungan objek terkait dengan nilai-nilai yang dimiliki objek dan harus di lindungi. 2. Zonasi dapat menjadi standard sekaligus mekanisme kontrol sehingga dapat mengurangi dampak negatif atau dampak lain yang tidak dikehendaki yang mungkin terjadi terhadap objek. 3. Zonasi membantu pemahaman dalam pendistribusian pemanfaatan objek dan peluang untuk kepentingan yang berbedabeda, dalam batas-batas yang telah ditentukan.
2.4.1. Pembangunan Pariwisata Yang Berkelanjutan Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutanadalah pembangunan kepariwisataan yang dapat didukung secara ekologis, layak secara ekonomis dan adil secara etika, sosial dan budaya terhadap masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan merupakan upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui Prinsip – prinsip sebagai berikut : 1. Kualitas Pengalaman Berwisata (Quality of Experience), melingkupi rasa keingintahuan, keunikan dan imajinasi wisatawan (konsumen).
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 71
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2. Kualitas Sumber Daya (Quality of Resources), melingkupi keutuhan alam lingkungan, pengelolaan kapasitas dan pemeliharaan sumber daya wisata itu sendiri 3. Kualitas Masyarakat Lokal (Quality of Local People), melingkupi keterlibatan masyarakat lokal, dampak sosial masyarakat dan kelangsungan kehidupan perekonomian masyarakat disekitar kawasan.
Gambar 2.20 Prinsip-prinsip dalam Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan Sumber: World Tourism Organization, 2004
2.5. Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular 2.5.1. Pengertian Arsitektur Neo-Vernakular Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dan kejenuhan terhadap pola-pola yang berkesan monoton. Post modern merupakan respon dan kritik atas modernisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Sentra Usaha Kecil Menengah Di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo - Vernakular Menurut Gartiwa, 2011 : 39, neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Sedangkan vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Dalam kebudayaan, khususnya arsitektur, terminology tersebut merujuk pada jenis kebudayaan, atau arsitektur yang berlaku di tempat tertentu/lokal (tidak meniru tempat lain).
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 72
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Arsitektur Neo Vernakular merupakan suatu bentuk yang mengacu pada ‘bahasa setempat’ dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Dalam arsitektur, bahasa setempat merupakan istilah untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya dan lingkungan (termasuk iklim setempat), yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dll). Tidak hanya elemen fisik (bentuk, konstruksi) yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik (budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya) menjadi konsep dan kriteria perancangan (Sumalyo, 2005:576 ) 1. Prinsip Neo Vernakular :
Bertujuan melestarikan unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi
Mengembangkannya menjadi suatu langgam yang modern
Mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.
Kelanjutan dari Arsitektur Vernakular
Menggunakan unsur-unsur Vernakular untuk kemudian disesuaikan dalam bentuk dan fungsi bangunan yang lebih masa kini.
2. Kriteria Neo Vernakular :
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya dan lingkungan (termasuk iklim setempat) diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).
Tidak hanya elemen fisik (bentuk, konstruksi) yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik (budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dll.) menjadi konsep dan kriteria perancangan.
Produk-produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya), Materi Teori Arsitektur 2, Post Modernism, Avi Marlina, 2009
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 73
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2.6. Arsitektur Jawa Sebagai Arsitektur Lokal 2.6.1. Rumah Tinggal Orang Jawa Menurut Dakung (1982), Ismunandar (1986), Hamzuri (tanpa tahun), bersumber dari Mintobudoyo, bahwa ada 5 bentuk dasar rumah Jawa yaitu Panggang Pe, Kampung, Limasan, Joglo dan Tajug. Bentuk yang paling sederhana adalah bentuk Panggang Pe, terdiri dari satu ruangan terbuka dengan atap satu bidang datar yang dipasang miring satu arah. Penggunaan rumah bentuk ini sifatnya sementara misalnya sebagai tempat istirahat petani di sawah.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 74
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.21 Rumah Tinggal Tradisional Jawa Sumber: Jurnal Dimensi Interior oleh J. Lukito Kartono
Pengertian rumah bagi orang Jawa dapat ditelusuri dari kosa kata Jawa. Menurut Koentjaraningrat (1984) dan Santosa (2000) kata omah-omah berarti berumah tangga, ngomahake membuat kerasan atau menjinakkan, ngomah-ngomahake menikahkan,
pomahan pekarangan rumah, pomah penghuni rumah betah
menempati rumahnya. Sebuah rumah tinggal Jawa setidak-tidaknya terdiri dari satu unit dasar yaitu omah yang terdiri dari dua bagian, bagian dalam terdiri dari deretan sentong tengah, sentong kiri, sentong kanan dan ruang terbuka memanjang di depan deretan sentong yang disebut dalem sedangkan bagian luar disebut emperan.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 75
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.22 Denah Rumah Tinggal Tradisional Jawa Sumber: Jurnal Dimensi Interior oleh J. Lukito Kartono
Rumah tinggal yang ideal terdiri dari 2 bangunan atau bila mungkin 3, yaitu pendopo dan peringgitan, bangunan pelengkap lainnya adalah gandok, dapur, pekiwan, lumbung dan kandang hewan.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 76
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.23 Skema Denah Rumah Tinggal Tradisional Jawa Sumber: Jurnal Dimensi Interior oleh J. Lukito Kartono
Konfigurasi Ruang Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah orang Jawa di desa membentuk tatanan tiga bagian linier belakang. Bagian depan pendopo, di tengah peringgitan dan yang paling belakang dan terdalam adalah dalem. Rupa bangunan rumah tinggal tradisional Jawa didominasi oleh bentuk atapnya. Ada 3 bentuk dasar atap yaitu Kampung, limasan dan joglo yang disebut bucu di daerah ponorogo (Setiawan,1991). Panggang Pe tidak termasuk dalam kategori ini karena umumnya bersifat sementara dan Tajug umumnya untuk mesjid. Badan bangunan terdiri dari tiang-tiang kayu yang berukuran kecil antara 5 cm sampai dengan 20 cm, berdiri bebas tanpa dinding karena itu ruangnya terbuka (pendopo). Ukuran tinggi badan mulai dari bangunan muka lantai sampai garis atap terendah dibandingkan tinggi atap mulai dari garis atap terendah sampai puncak atap (molo) kira-kira 1:3 sampai 5 pada atap limasan dan bucu, karena badan bangunan pendek, terbuka dan berkesan ringan sedangkan atap menjulang tinggi, masif dan terkesan berat maka bentuk atap menjadi dominan. Bentuk Atap Landasan nilai-nilai budaya Jawa menghasilkan aneka ragam arsitektur vernakular Jawa, yaitu:
Panggang-pe, merupakan bentuk yang paling sederhana dalam segalanya. Pengembangan selanjutnya biasanya dilakukan dengan penambahan emper/serambi.
Kampung, merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat Jawa. Selain bahannya hemat juga luwes dalam pengembangannya. Dalam pengembangannya, bangunan dapat ditambah dengan emper ataupun bentuk kampung lagi.
Tajug/mesjid, ragam ini digunakan untuk bangunan sakral seperti cungkup, makam, langgar, mushola dan masjid. Memiliki denah bujur sangkar, bertiang
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 77
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
empat, dan berpuncak runcing sehingga bangunan ini memiliki empat bidang atap yang bertemu di puncak.
Limasan, pada dasarnya sama dengan atap tipe kampung, hanya sengkuapnya yang berbeda, yaitu terdiri atas empat sisi.
Joglo, merupakan tipe yang paling sempurna dengan ciri terdapat soko guru yang dilengkapi tumpang sari.13 merupakan bentuk yang paling sempurna. Pada perkembangan selanjutnya, Joglo diberi tambahan pada bagian samping. Sehingga tiang ditambah sesuai kebutuhan.
Gambar 2.24 Jenis Rumah Tinggal Tradisional Jawa Sumber: Data Google
Menurut Titis S. Pitana. Arsitektur Jawa yang Hidup. 2012, jenis-jenis atap tersebut digunakan oleh kalangan yang berbeda-beda. Pertama, atap yang biasa digunakan oleh rakyat biasa. Bentuk atap ini adalah bentuk-bentuk sederhana, seperti atap kampung dan limasan. Kedua, atap yang biasa digunakan untuk kaum bangsawan adalah
atap
joglo
dan
pengembangannya.
Ketiga,
atap
tajug
dan
pengembangannya, yaitu atap yang tabu apabila digunakan untuk banguan rumah tinggal, dan hanya cocok untuk bangunan-bangunan sakral seperti masjid atau kuil.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 78
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Ornamen Dekoratif Untuk ornamentatif dekoratif, bangunan di pusat kebudayaan Jawa yaitu di keratin mempunyai banyak ragam hias flora yang diwarnai merah, hitam, hijau, putih dan kuning keemasan sedangkan pada daerah pinggiran kebudayaan Jawa pada umumnya rumah tinggalnya sangat sedikit sekali diberikan ornamentatif dan dekoratif dan warna yang digunakan lebih natural. Ragam hias Jawa secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : Ragam hias flora Memiliki makna suci, berwarna indah, berbentuk halus simetris atau yang serba estetis. Merupakan simbolisasi dari bagian - bagian tumbuhan seperti batang, daun, bunga, buah, dan ranting pohon. Ragam hias fauna Biasanya bentuknya berupa burung garuda, kala, ular, harimau, gajah, dsb. Penggambaran dari ragam hias ini ada yang secara utuh, ada yang hanya sebagian, dan ada pula yang hanya karakteristiknya saja. Ragam hias alam Ragam hias ini hidup di kalangan pedesaan yang tumbuh dan berkembang dengan bebas. Motif yang sering dipakai pada bangunan tradisonal yaitu bulan, bintang, matahari, awan, sinar api, gunung, hujan.
2.7. Arsitektur Neo Vernakular dari Arsitektur Jawa Seperti telah disebutkan di atas, Arsitektur Neo Vernakular merupakan kelanjutan dari Arsitektur Vernakular, yaitu menggunakan unsur-unsur Vernakular untuk kemudian disesuaikan dalam bentuk dan fungsi bangunan yang lebih masa kini. Ide bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern. Berikut beberapa karakteristik Neo Vernakular yang dikembangkan dari unsur Vernakular.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 79
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
1. Bahan bangunan/material Pada jaman dahulu, masyarakat vernakular hanya mengandalkan bahan-bahan dari alam sebagai material pembuatan bangunan sebagai upaya pemanfaatan potensi lokal. Selain murah, material alam tersebut mudah didapat di lingkungan sekitar. Material lokal yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan adalah kayu, pasir, batu, dan juga bambu. Dalam bangunan vernakular, material bangunan diperlihatkan secara jujur sehingga menunjukkan karakter aslinya. Dalam pemaknaan neo vernakular seharusnya tidak terlepas dari penggabungan penggunaan material lokal dan perkembangan teknologi. Penerapan penggunaan teknologi salah satunya adalah pada aplikasi material bahan bangunan yang sanggup menggabungkan material lokal dari alam dengan kemajuan teknologi pada bangunan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, saat ini banyak dipakai material-material bahan bangunan baru yang tercipta dari penerapan teknologi, sebagai contoh beton bertulang, baja ringan, composite panel, dll. Selain itu dapat dilakukan penggunaan material modern dengan memunculkan nuansa lokal pada tampilannya.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 80
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.25 Material Lokal dan Material Modern Sumber: Data Google
2. Atap Bangunan vernakular diatur sesuai susunan analogi tubuh manusia. Tubuh manusia terbagi dalam tiga bagian, yaitu kepala (atap), badan (tiang atau dinding), dan kaki (umpak atau batur), Budihardjo. 1987 : 14-15. Dalam neo vernakular, ketiga bagian tersebut dikembangkan sesuai situasi dan kebutuhan. Dapat dikembangkan dari segi material, konstruksi, atau kebutuhan ruang. Dari ketiga bagian tersebut, yang memiliki ke-khas an bentuk fisik dan karakter yang dominan
adalah
bentuk
atap.
Atap
merupakan
simbol,
yang
merupakan
penyampaian ungkapan identitas diri dari suatu komunitas masyarakat. Atap merupakan unsur pelindung dari berbagai keadaan yang mengganggu seperti hujan, angin, binatang buas. Di Indonesia jenis atap yang sering digunakan adalah yang memiliki sudut kemiringan tertentu (tidak landai) sebagai respon dari iklim tropis. Namun dalam mengekspresikannya, konsep tersebut diambil dari sejarah, ekonomi, sosial, religious, dan menjadi simbol bagi masyarakat tertentu. Arsitektur atap akan sangat tinggi nilainya bila mengandung filosofi yang tinggi, namun sebaliknya jika nilai filosofinya biasa saja maka atap hanya sebuah kumpulan kayu yang berfungsi melindungi badan bangunan, dan tidak memiliki makna, (Gartiwa, 2011 : 49). Dalam neo vernakular sebagian besar bangunan menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelindung dan penyambut daripada
tembok
yang
digambarkan
sebagai
elemen
pertahanan
yang
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 81
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
menyimbolkan
permusuhan
(Charles
Jencks.
Language
of
Post
Modern
Architecture).
Gambar 2.26 Atap Bumbungan Sumber: Data Google
Atap bisa dikembangkan dari segi material dan bentuknya. Mengingat krisis kayu yang terjadi saat ini, konstruksi atap bisa menggunakan material modern seperti baja. Bentuk dapat disesuaikan dengan citra yang ingin ditampilkan pada bangunan. Tidak hanya sekedar pelindung dari cuaca namun memiliki ciri khas dengan bentuk desain yang lebih modern.
Ornamentasi pada bangunan Budaya memiliki pengaruh besar pada penampilan bangunan neo vernakular dimana penghuni sering menghiasi bangunan sesuai dengan kebiasaan setempat dan kepercayaan, dimana hal ini merupakan representasi kebudayaan setempat. Neo vernakular berusaha menampilkan bangunan modern yg lebih cantik dengan penggunaan ornamen. Ragam hias adalah semua bentuk dekorasi yang dipakai untuk memperindah bangunan. Dalam masyarakat Jawa, dekorasi tersebut lebih dari sekedar nilai artistik atau estetika, namun memiliki makna filosofis. Makna filosofis setiap hiasan terkandung dalam motif-motifnya. Material seperti kayu, bambu, tembikar, batu alam, dan logam paling sering digunakan dalam mengolah ragam hias. Penerapan hiasan yang paling menonjol biasanya terletak di atap, plafon, lantai, dan sambungan konstruksi baik interior maupun eksterior.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 82
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.27 Ornamen pada Rumah Tradisional Jawa Sumber: Data Google
Dalam bangunan neo vernakular ornamen merupakan unsur dekoratif yang juga memiliki nilai lokal. Tanpa ornamen sebuah bangunan tidak memiliki rasa di dalamnya. Ornamen-lah yang membedakan bangunan neo vernakular dengan bangunan modern yang banyak ditemui sekarang ini. Ornamen dalam bangunan neo vernakular merupakan sebuah simbolisasi yang dihadirkan dengan konsep yang lebih modern. 3. Bentuk bangunan Dalam neo vernakular bentuk desain lebih modern dan mencoba menampilkan karya baru. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan yang diuungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural. Masyarakat vernakular membangun tempat tinggalnya berdasarkan bentuk-bentuk geometris guna membantu mengungkapkan penghargaannya kepada alam dan Penciptanya melalui penggunaan bentuk universal undeniability, yaitu bujur sangkar, lingkaran, dan bola. Dalam neo vernakular bentuk-bentuk geometris ini dikembangkan dengan cara penambahan
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 83
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
atau pengurangan dengan bentuk geometris yang disesuaikan dengan budaya dan lingkungan setempat untuk menghasilkan susunan massa dan penampilan visual yang indah. 4. Keselarasan dengan alam/lingkungan Pada dasarnya arsitektur vernakular Jawa adalah arsitektur halaman yang dikelilingi pagar. Manusia Jawa selalu ingin menyatu dengan alam. Oleh karena itu di sekitar rumah Jawa terdapat pola lansekap berupa halaman yang luas, dengan perkerasan berupa kerikil atau pasir yang sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan, dimana pepohonan yang ditanam seringkali memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang, bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional. Pada bangunan neo vernakular antara ruang dalam dan ruang luar saling berhubungan serta berkesinambungan. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. Bangunan merespon kondisi lingkungan setempat dan diwujudkan dalam bentuk fisik. Dengan kata lain berusaha untuk menghasilkan bangunan yang sensitif terhadap konteks di mana mereka dibangun. 5. Budaya perilaku Masyarakat Jawa memiliki ciri budaya perilaku seperti sistem hidup kekeluargaan, tata cara hidup simbolistis, hidup secara kebersamaan, berjiwa sosial dan akrab dengan masyarakat sekelilingnya. Dari beberapa sikap hidup manusia Jawa, karakter yang menonjol adalah interaksi/kehidupan sosial antar sesama amat tinggi. Dalam skala makro, alun-alun merupakan salah satu contoh tempat masyarakat Jawa untuk berinteraksi sosial, dimana masyarakat dapat menikmati ruang terbuka. Dalam skala mikro, rumah masyarakat Jawa selalu mempunyai teras/emper yang berada di depan rumah, tempat penghuni bisa saling berinteraksi dengan tetangganya atau sekedar menikmati ruang terbuka.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 84
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
2.8. Preseden Bangunan yang Menerapkan Neo Vernakular 1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandar Udara Charles de Gaulle di Paris, Perancis. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari soko guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.
Gambar 2.28 Bandara Internasional Soekarno Hatta Sumber: Data Google
Bangunan Soekarno Hatta Airport ini merupakan bangunan neo-vernakular yang dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap-atap pelana (lipat) yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia. Penggunaan material modern yang berkesan natural pada kolom-kolom bangunan ini dapat diterapkan pada bangunan Pasar Tradisional agar terlihat kesan mendaerah namun modern. Selain itu penerapan konsep arsitektur setempat dalam penggunaan tata ruang yang linear yang dipadu dengan teknologi modern cocok diterapkan pada Pasar Tradisional, agar dapat terciptanya suatu bangunan modern yang masih memiliki image daerah,
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 85
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
seperti ulee gajah pada sambungan balok-kolom yang saling menembus yang banyak terdapat pada bangunan tradisional Aceh. 2. Museum Ulen Sentalu Yogyakarta Bangunan ini menarik karena dibangun mengikuti kontur tanah yang tidak rata. Pepohonan yang rimbun juga menambah asri museum ini sehingga menimbulkan suasana nyaman nan menenangkan. Setiap pengunjung museum dapat melihat seluruh koleksi dengan ditemani oleh pemandu yang sudah berpengalaman. Mereka akan mengajak pengunjung berkeliling dalam kelompok kecil yang dibatasi jumlahnya agar Anda bisa menikmati setiap sisi museum sampai puas. Yoshio Taniguchi, arsitektur MoMA (Museum of Modern Art) membuktikan bahwa arsitektur sebagai karya seni tertinggi tidak tampil sebagai rancangan sendiri yang terpisah, tapi menyatu dengan koleksi museum yang berada didalamnya dalam sebuah habitat. Itulah yang dilakukan museum Ullen Sentalu yang dirancang mulai dari ruang tata pamer, struktur ruangan dan layout bermacam bangunan, bukan untuk tampil sendiri-sendiri tidak terintegrasi tapi menyatu dengan koleksi didalamnya sehingga dapat mengingatkan kembali (mnemonic) memori kolektif sebuah peradaban yang sudah berlangsung ribuan tahun. Unsur arsitektur vernakular yang menyatu dengan alam sekitarnya muncul secara penuh dengan penggunaan batu andesit yang ditambang dari area sekitar lokasi museum, kemudian dibangun dengan teknologi lokal dan dikerjakan oleh pekerja dari desa Kaliurang yang ahli dalam membelah batu dan menyusunnya menjadi bangunan. Kesan menyatu dengan alam disekitarnya dan kenangan (mnemonic) akan kebesaran mahakarya arsitektur Hindu-Budha milik dinasti Mataram Kuno dikembangkan lebih jauh menjadi bangunan yang akan mengingatkan siapapun yang pernah berkunjung ke permandian Tamansari akan lorong Sumur Gumuling menuju masjid bawah tanah di Taman Sari yang dibangun oleh dinasti Mataram Kini.
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 86
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Gambar 2.29 Museum Ulen Sumber: Data Google
Sementara itu Kampung Kambang yang terletak diatas air (mengambang) dibangun menyerupai kampung rumah orang Kalang yang tinggal di ibukota kuno Mataram Kini atau Mataram Islam periode Pertama (Mataram Islam periode Kedua adalah kurun waktu setelah perjanjian Giyanti) di Kotagede dengan jalanan sempit menyerupai gang dan dibuat berkelak-kelok menyerupai struktur labirin Minoan. Pengunjung yang tidak ditemani oleh educator tour akan mudah tersesat, karena sesuai namanya labirin yang berfungsi untuk menyesatkan orang tapi dalam rancangan museum dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keingin-tahuan (curiousity) yang ditumbuh-kembangkan, setelah curiousity rangkaian tour pertama atas Guwo Selo Giri dibawah permukaan tanah. Konon menurut legenda yang masih hidup hingga saat ini, labirin adalah ruang bawah tanah istana Minoan yang didalamnya dipelihara monster Minotaur berujud kepala banteng dengan tubuh manusia. Setiap tahunnya, monster itu menuntut korban 7 gadis dan 7 perjaka dari Yunani, sebelum akhirnya ditumpas oleh pangeran Theseus putra raja Aegean dari Yunani. Bentuk labirin di Kampung Kambang, selain membuat pengunjung curious, dimaksudkan untuk mengingatkan (mnemonic) akan kampong warga Kalang di
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 87
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
Kotagede. Dimana diantara jalanan di kampung sempit itu terdapat rumah saudagar yang menyimpan bermacam benda berharga mirip koleksi dalam sebuah museum. Guwo Selo Giri (Gua Batu Gunung) adalah ruang pamer untuk koleksi tetap (Exhibition Hall for Permanent Collection) yang terdiri dari lobby dan hall utama. Pada bagian lobby terdapat beragam foto lukisan cat minyak dari berbagai ukuran dengan tema Tari dan Musik Tradisional Jawa. Tata pamer (lay out display) dengan menempatkan semua lukisan pada dinding dimaksudkan untuk memberi jarak pandang dan ruang gerak (prosemic) bagi pengunjung yang ingin melihatmya secara perspektif dan bukan close up. Di ruangan juga terdapat seperangkat alat musik gamelan yang merupakan simbol kebesaran (masterpiece) kebudayaan Jawa, khususnya dari Kraton. Karena setiap raja Jawa yang bertahta memiliki mandat agung untuk menciptakan koreografi, setidaknya satu jenis tarian, sebagai simbol hanggabeni ikut melestarikan warisan budaya leluhur. Sedangkan di sudut ruangan yang merupakan centerpoint dimana setiap pengunjung setelah melewati pintu masuk akan langsung melihatnya, ditempatkan lukisan berjudul Tari Topeng. Seperangkat musik Gamelan yang sebagian besar tersebut juga membuktikan kebesaran kebudayaan Jawa karena jenis musik perkusi (diketuk/ dipukul) adalah jenis musik paling kuno milik hampir seluruh peradaban umat manusia dimuka bumi dan sementara bangsa lain masih berbentuk sederhana, pada Kebudayaan Jawa telah berkembang sangat lengkap dan rinci. Pada bagian hall utama terdapat deretan foto dokumenter dan lukisan milik Kraton dan Pura milik dinasti Mataram Kini yang terdiri dari foto dan lukisan para raja, ratu dan putri bangsawan dari Kraton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegara dari Solo dan Kration Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Paku Alam dari Jogja. Pada ujung Guwo Selo Giri terhampar tangga menuju Kampung Kambang dan Taman Kaswargan. 3. Bandara Internasional Minangkabau Bangunan ini terletak di propinsi Sumatra barat yang merupakan salah satu bangunan neo vernakular. Memiliki fungsi sebagai tempat lepas landas, mendarat pesawat udara, dan pergerakan di darat pesawat udara, dengan kapasitas mencapai 1,3 juta, Bandar udara ini merupakan bandar udara pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki nama suatu suku atau etnik, dimana dinamakan sesuai dengan
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 88
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel and Convention Centre
etnik yang mendiami provinsi Sumatera Barat yaitu Minangkabau. Bangunan ini sangat lekat sekali dengan budaya minangkabau. Bandara ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional minangkabau yang menggunakan atap gonjong atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadukan dengan material yang moderen menjadikan bandara Internasional Minangkabau ini terlihat maderen namum tetap memiliki ciri khas daerah mimangkabau yang terletak pada atapnya.
Gambar 2.30 Bandara Internasional Minangkabau Sumber: Data Google
Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
| 89