Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
BAB II STUDI PUSTAKA
II.1
Tinjauan Hotel II.1.1
Definisi Hotel Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel. Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT
1987
mempergunakan
adalah sebagian
suatu atau
jenis
akomodasi
yang
seluruh
bangunan
untuk
menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran. (Lawson,1976:27). Pengertian hotel dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas yaitu, hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum dan dikelola secara komersil. II.1.2
Jenis Hotel Jenis hotel berdasarkan lamanya tamu menginap, Terbagi dalam 3 kategori yaitu :
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Hotel Transit Tamu yang menginap dalam waktu singkat, rata-rata hanya satu malam. Hotel transit menurut ilmu perhotelan dan Restoran, Abd. Rachman Arief, 2005, yaitu hotel yang mayoritas tamu tinggal hanya singgah (transit) kurang dari 24 jam sampai 3 mala, dan apabila tamu kurang dari 24 jam (not over night) maka tarifnya hanya diberikan day rate (50% dari full rate) serta pemakaiannya disebut day use. Transit hotel ini umumnya berlokasi di daerah dekat dengan pelabuhan udara (airport) atau pelabuhan laut (harborur) untuk
menampung
tamu-tamu/penumpang
singgah/transit atau karena status
yang
perjalanannya sebagai
cadangan (waiting list) maka perlu transit atau check-in di hotel tersebut. Semi-Residential Hotel Tamu yang menginap lebih dari satu malam, tetapi jangka waktu menginap tetap pendek. Kira-kira berkisar antara dua minggu hingga satu bulan. Residential Hotel Tamu yang menginap dalam waktu cukup lama, kira-kira paling sedikit 1 bulan. Motel (motor hotel) Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan
kendaraan umum atau
mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk mobil. II.1.3
Kelas-kelas Hotel Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada peraturan pemerintah, yaitu Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan beberapa faktor,
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention yaitu: Klasifikasi hotel berdasarkan sistem penjualan harga kamar, di mana harga kamar yang dijual hanya harga kamar saja atau merupakan sistem paket, yaitu: European plan hotel : hotel dengan biaya untuk harga kamar saja. Keistimewaan: Praktis, banyak digunakan di hotel,
memudahkan
sistem
billing.
Semua
sistem
pemasaran kamar kebanyakan menggunakan sistem ini. American plan hotel : hotel dengan perencanaan biaya termasuk harga kamar dan harga makan, terbagi dua yaitu: a. Full American plan (FAP) : harga kamar termasuk tiga kali makan sehari (sarapan, makan siang dan makan malam). b. Modified American plan (MAP) : harga kamar termasuk dua kali makan sehari, yaitu: Kamar + makan pagi + makan siang Kamar + makan pagi + makan malam Continental plan hotel : hotel dengan perencanaan harga kamar sudah termasuk dengan continental breakfast. Bermuda plan hotel : hotel dengan perencanaan harga kamar yang sudah termasuk dengan American breakfast. Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran ditentukan oleh jumlah kamar yang ada, yaitu: a. Small hotel : Jumlah kamar di bawah 150 kamar. b. Average hotel : jumlah kamar 150 - 299 kamar. c. Above hotel : jumlah kamar 300 - 600 kamar. d. Large hotel : Jumlah kamar minimal 600 kamar. Sistem bintang. Semakin banyak jumlah bintang suatu hotel, pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Hotel melati satu (*). Hotel melati dua (**). Hotel bintang tiga (***). Hotel bintang empat (****). Hotel bintang lima (*****) Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Palm, Bronze, dan Diamond. Klasifikasi hotel berdasarkan lamanya tamu menginap, yaitu: Transit hotel : hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam. Semi residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari satu hari tetapi tetap dalam jangka waktu pendek, berkisar dua minggu hingga satu bulan. Residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu cukup lama, berkisar paling sedikit satu bulan. Klasifikasi hotel berdasarkan lokasi, yaitu: City hotel : hotel yang terletak di dalam kota besar yang menginap melakukan kegiatan bisnis. Urban hotel : hotel yang terletak di dekat kota. Suburb hotel : hotel yang terletak di pinggiran kota. Resort hotel : hotel yang terletak diarea resort. Organisasi Fungsional Hotel Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain: Private Area Area
ini
merupakan
area
untuk
kegiatan
pribadi
pengunjung, seperti kamar pada hotel. Public Area Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya. Semi Public Area Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama karyawan administrasi ruang rapat, zaona di mana
hanya
orang-orang
tertentu
yang
dapat
memasukinya. Service Area Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain: Front of The House (Sektor Depan Hotel) Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of the house yaitu: Guest Room Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap. Public Space Area Merupakan
tempat
dimana
suatu
hotel
dapat
memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hall ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya. Lobby Tempat untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby Entrance Hall Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka dengan besaran ruang yang cukup luas. Front Desk / Reception Desk Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk memproses dan mengelola administrasi pengunjung. Guest Elevator Sebagai sarana sirkulasi vertical untuk para tamu dari lobby atau public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas. Sirkulasi Merupakan hal penting dalam public area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung. Seating Area Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Menyediakan wadah bagi tamu untuk berisitirahat atau sekedar berbincang-bincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya kontak social di antara pengunjung. Retail Area Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari. Bell Man Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang
atau
pelayanan
hendak berupa
meninggalkan
hotel
membawakan
dengan
koper-koper
pengunjung. Support Function Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si public area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain. Food and Beverages Outlets Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman berupa: a. Restoran b. Coffee Shop c. Lounge d. Bar e. Ruang Serbaguna Back of The House (Sektor Belakang Hotel) Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: Daerah dapur dan gudang (food and storages area) Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan. Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash and general storage area). Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dank ke dalam mobil pengangkut. Daerah pegawai / staff hotel (employees area) Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll. Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) Daerah
mekanikal
dan
elektrikal
(Mechanical
dan
Engineering area) Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa untuk menjaga system operasi mekanikal secara keseluruhan. II.1.4
Klasifikasi Hotel Bintang 4 Hotel kelas ini mempunyai persyaratan sebagai berikut : Jumlah kamar minimal 50 kamar (termasuk minimal 3 suite room, 48 m2) Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double) Ruang public luas 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45 m2) Pelayanan
akomodasi
yaitu
berupa
penitipan
barang
berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput. Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5 m2 x jumlah kamar), ruang laundry (>40 m2), dry cleaning (>20 m2), dapur (>60 m2 dari seluruh luas lantai ruang makan. Fasilitas maskapai
tambahan, perjalanan,
pertokoan, drugstore,
kantor salon,
biro
function
banquet room, serta fasilitas olahraga dan sauna. II.1.5
Klasifikasi Hotel Bintang 5 Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Umum
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perjalanan, room,
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah Bebas polusi Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby Bangunan terawatt rapi dan bersih Sirkulasi didalam bangunan mudah b. Bedroom Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2 / kamar Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2 / kamar Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai Dilengkapi dengan pengaturan suhu kamar di dalam kamar c.
Dining Room Mempunyai minimum 3 buah dining room, salah satu nya dengan spesialisasi masakan ( Japanese / Chinese / European Food )
d.
Bar Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur udara mekanik ( AC ) dengan suhu 240 C Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m Ruang Fungsional Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2.5 kali jumlah kamar Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby Terdapat prefunction room Lobby Mempunyai luas minimum 100 m2 Terdapat dua toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita dengan perlengkapannya
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention e.
Drug Store
Minimum
terdapat
drugstore,
bank,
money
changer,
biro
perjalanan, travel agent, souvenir shop, perkantoran, butik, dan salon Tersedia poliklinik Tersedia paramedis f.
Sarana Rekreasi Dan Olah Raga Minimum 1 buah pilihan : tennis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, diskotik dan taman bermain anak Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak Terdapat fasilitas night club/ diskotik kedap suara dengan AC dan toilet
g.
Utilitas Penunjang Minimum seperti hotel bintang 4 dengan tambahan : Transportasi vertical mekanis Ketersediaan air bersih minimum 700 liter / orang / hari Dilengkapi dengan instalasi air panas / dingin Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio, carcall
h.
Business Centre Di business centre ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan bertindak sebagai co-secretary para tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi bisnis nya. Selain itu ada pula fasilitas lain seperti facsmile, teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan akses internet melalui kamar nya untuk reservasi dan promosi usahanya, di samping itu juga dapat melakukan telekonferensi.
i.
Restoran Sub bagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi: Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Perancis atau Internasional
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Coffee Shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate Restoran
yang
spesifik
seperti
grill-room,
pizzarea,
Japanese, oriental Room Service : restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu. Take out service dan out side catering : untuk lebih meningkatkan
pendapatan
penjualan
produk
yang
dihasilkan oleh dapur hotel, ada beberapa hotel yang melayani
pesanan
makanan
dan
minuman
dan
penyelenggaraan perjamuan diluar hotel seperti misalnya untuk
perjamuan
untuk
instansi-instansi
pemerintah,
perjamuan kenegaraan, dan instansi-instansi swasta. Di samping itu, toko makanan berupa kue-kue yang di jual oleh pastry shop yang ada di hotel juga melayani penjualan kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.
II.2
Hotel Konvensi II.2.1
Pengertian Hotel Konvensi Hotel konvensi menurut Walter Rutes and Richard H. Penner, Hotel and Planning Design, Hal. 87 yaitu : The Convention Hotel features meeting space and related facilities specially designed and aquipped to serve the large group, including exhibit halls for trade shows, group registration and administrative areas. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Hotel yang memiliki ruang-ruang pertemuan dengan fasilitas konvensi yang lengkap dan didesain khusus untuk melayani kelompok dalam jumlah besar termasuk didalamnya ruang
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention eksibisi untuk pameran, registrasi kelompok dan ruang administrasi. Hotel konvensi dalam buku Hospitality Design, yaitu : The convention hotel acts in a supporting role to the larger structure, providing banquet events, side meeting space and seminar rooms in support of the events at the convention. The suites in the hotel differ in quality and type from those of other hotels, providing a hospitality suite for post-convention parties and receptions for important guests. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Hotel konvensi bertindak dalam mendukung kegiatan dalam skala besar, menyediakan acara perjamuan
pada ruang
pertemuan
mendukung
dan
ruang
seminar
dalam
penyelenggaraan konvensi. Kamar suite hotelnya berbeda dalam hal kualitas dan jenis dari hotel lainnya, hotel menyediakan kamar suite untuk para peserta pasca konvensi dan resepsi bagi tamu penting. Hotel Konvensi ialah hotel tempat diselenggarakannya kegiatan utama program konvensi dan pameran, baik dalam skala nasional maupun internasional. Suatu hotel konvensi harus memiliki : Perancang
konvensi,
berinisiatif
menyusun
program-
program persidangan. Manajer pelayanan konvensi mahir dalam masalahmasalah booking and contract. Manajer F & B harus jeli mengurus pesta, parties & events. Manajer Dekor & Desain tahu seni artistik penataan ruang. Karakteristik dasar hotel konvensi adalah hotel yang sebagian besar ruangan yang ada dipergunakan untuk aktivitas pertemuanIwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention pertemuan para usahawan seperti rapat-rapat, pameran-pameran, seminar- seminar, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa hotel konvensi adalah hotel yang selain menyediakan sarana akomodasi juga menyediakan sarana konvensi serta fasilitas-fasilitas khusus yang lengkap sehingga memberikan
kemudahan-kemudahan
pada
suatu
kegiatan
konvensi. II.2.2
Kategori Hotel Konvensi Menurut QuentinPickard, dalam buku The Architect‟ s Handbook. Kategori hotel konvensi dan jumlah kamar adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Kategori Hotel dan Jumlah Kamar
II.2.3
Kriteria Hotel Konvensi Menurut buku Hotel Planning and Design antara lain : Lokasi berada dekat dengan pusat kegiatan kota. Memiliki ruang-ruang pertemuan untuk peserta dengan jumlah besar antara 500 – 5000 kursi. Memiliki kamar hotel antara 300 – 3000 kamar. Dilengkapi
dengan
fasilitas
pendukung
kegiatan
pertemuan, seperti ruang eksibisi, ruang administrasi, ruang komunikasi dan lain-lain. Tetap menyediakan kamar bagi pengunjung lainnya selama masa konvensi. Menurut Conference, Convention and Exhibition Facilities :
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Standar ruang konvensi pada hotel konvensi lebih besar ukurannya dibandingkan dengan hotel-hotel lain yang setaraf. Satu atau lebih ruang pertemuan di hotel dapat dibagi menjadi menjadi dua atau tiga bagian yang lebih kecil, dimana masing-masing bagian ruang harus memiliki pintu keluar sendiri untuk pemakaiannya. Masing-masing ruang harus memiliki ruang kontrol mesin sendiri untuk peralatan AC, auditorium dan lain-lain. Hotel dilengkapi pula dengan ruang pertemuan yang jumlahnya cukup banyak dengan jumlah peserta 20, 50 bahkan 100 orang. Ruang-ruang yang lebih kecil tersebut diatur dengan susunan konferensi dengan meja sebagai sentralnya. Desain dan ukuran dari ruang pertemuan utama juga memperhitungkan untuk kebutuhan lain, misalnya untuk kegiatan pesta besar dan kegiatan pameran. Juga menyediakan tempat untuk stage dan peralatan teknis. Penempatan ruang-ruang pertemuan diusahakan terpisah dari bagian pengunjung hotel biasa untuk menjaga segi keamanan. II.2.4
Fasilitas Hotel Konvensi Bagi properti hotel yang memproyeksikan wisata konvensi sebagai prospective market perlu memperlengkapi prasarana dan sarananya dengan apa saja yang diperlukan oleh delegasi peserta konvensi. Adapun ruang-ruang dan fasilitas standar yang harus dimiliki (Nyoman S, Pendit, 1999) adalah: Ruang Konvensi terdiri dari : a. Ruang
sidang
utama
untuk
kegiatan
persidangan
eksekutif, asosiasi ataupun korporasi dalam ukuran sedang dan besar, dengan perlengkapan. b. Ruang sidang kecil, untuk sidang-sidang komisi/pleno Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention c. Ruang-ruang rapat lebih kecil yang dibatasi partisi yang dapat dibuka-tutup secara otomatis. Ruang Multi fungsi untuk keperluan rapat, persidangan serbaguna, resepsi dan sebagainya terdiri dari : a. Ruang serbaguna (multi-purpose function) b. Lounge dan banquet, dengan perlengkapan : Peralatan telekomunikasi dan persentasi lengkap Podium Meja dan kursi selengkapnya Ruang Eksibisi untuk menggelar pameran dengan fasilitas untuk stand-stand di ruang pameran dilengkapi dengan : a. Fair ground (arena pameran) b. Ruang terima dan simpan barang (loading dock) c. Ruang peralatan pameran/display dan utilitas Fasilitas lainnya berupa : a. Ruang secretariat b. Food & Baverage service cafetaria dan sebagainya c. Ruang konferensi pers d. Fashion show e. Ruang ganti f. Publik dan eksekutif toilet g. Parkir Fasilitas Hotel Kolam renang, health centre, fasilitas olahraga di dalam ruangan, lapangan parkir luas (untuk 1000 kendaraan lebih), televisi satelit, F & B services : Coffee Shop, Dining Room, Restaurant &Bar Lounge, Direct dial telephone, Bank, Shopping Arcade, Car Rental Service, Mail & Postage Facilities, Courier Service, fasilitas untuk anak-anak.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Fasilitas Ruang Konferensi/Pertemuan Peralatan telekomunikasi dan presentasi lengkap, podium, meja kursi selengkapnya. Perlengkapan Kamar AC yang terkontrol, kamar mandi luas (tub & shower), international direct dial telephone, radio & tape music, televisi, mini bar, security key card system.
Tabel 2 : Ruang Meeting, Bentuk dan Kapasitasnya Sumber: grandclarionmakassar.com
II.2.5
Pameran Sebagai bagian Usaha Jasa Konvensi Kegiatan pameran dalam pengertian umum adalah salah satu cara atau media penyebaran informasi, perkenalan sekaligus pemasaran suatu produk, baik berbentuk gagasan, barang ataupun jasa. Dikaitkan dengan kegiatan konvensi, pameran adalah peristiwa untuk mempertunjukkan produk, peralatan dan jasa pelayanan dengan segala kelebihan dan keunggulannya dengan tujuan agar peserta konvensi tertarik untuk membeli produk, peralatan serta jasa pelayanan tersebut. Kegiatan pameran ini biasanya dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention II.2.6
Fungsi dan Peran Gedung Konvensi Sebagai wadah
pemenuhan
kebutuhan
informasi bagi
masyarakat khususnya warga Sleman Sebagai wadah sosial (interaksi antara pemerintah, penghasil karya barang dan jasa dan masyarakat). Sebagai wadah informatif atau edukatif melalui pertemuanpertemuan yang bersifat educational. Membantu menyebarluaskan informasi kepada anggota, peserta, dan masyarakat umum mengenai masalah-masalah aktual baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan lainnya yang sedang berkembang di masyarakat, serta mengembangkan pemasaran barang dan jasa II.2.7
Persyaratan Ruang Konvensi Persyaratan ruang – ruang konvensi meliputi : kebutuhan ruang dan besaran ruang minimum yang dapat dilihat pada tabel – tabel standar yang umum, namun untuk kasus tertentu tergantung dari dimensi dan bentuk ruang yang ada dan fungsi ruang yang diwadahi, persyaratan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman menghitung kebutuhan besaran ruang – ruang. Persyaratan Akustik Pada ruang – ruang yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi harus dilengkapi dengan akustik ruang yang dapat mencegah gema dan getaran, seperti ruang konferensi dan ruang kongres. 1.
Penempatan
bahan
penyerap
pada
dinding
yang
berhadapan langsung dengan sumber bunyi, serta memiringkan dinding belakang sehingga menghasilkan pantulan yang baik. 2.
Pemilihan material dan sistem konstruksi elemen ruang, yaitu plafond, dinding dan lantai yang mampu menyerap kebisingan, baik yang bersifat difusi (pembauran bunyi) maupun difraksi (pemantulan bunyi). Adapun penentuan untuk bahan akustik yaitu :
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Tidak menimbulkan cacat akustik pada ruang seperti gema dan gaung. Hal ini dapat diselesaikan dengan menempatkan
bahan
penyerap
pada
dinding
belakang. Bahan penyerap sebaiknya tidak dipasang pada langit–langit yang berdekatan dengan sumber suara, sebab daerah itu efektif bagi pemantulan bunyi, sehingga pada daerah tersebut sebaiknya dipasang bahan
pemantul
bunyi.
Namun
apabila
luas
permukaan ruang tidak cukup untuk lapisan akustik konvensional
maka
penyerap
ruang
dapat
ditambahkan dengan bahan penyerap gantung pada langit–langit sebagi unit individual. Daerah pemantul harus terbuat dari bahan yang keras seperti
kayu,
perletakannnya
ubin, di
atas
logam
dan
sumber
bunyi
lain–lain, dengan
permukaan cembung sehingga dapat menyebarkan bunyi dan permukaan cekung pada bagian belakang untuk memudahkan pengumpulan / pemusatan bunyi. Sedangkan bahan penyerap terbuat dari bahan berpori lunak seperti, karpet, kain, resonator rongga, resonator celah, dan lain – lain yang diletakkan pada dinding dalam lantai. Penggunaan sekat – sekat antara yang memiliki tingkat kebisingan tinggi dengan ruang – ruang yang memiliki tingkat kebisingan rendah. Penggunaan elemen – elemen lansekap sebagai peredam kebisingan dari luar.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention II.2.8
Studi Ruang Konvensi 1.
Hotel Bidakara, Jakarta Terletak dijalur yang cukup sibuk, bagian dari Hotel Bidakara di kawasan Pancoran terdapat gedung yang bernama Bumi Karsa yang didalamnya terdapat ruang sekelas konvensi bernama Birawa & Auditorium bernama Binakarna. Sirkulasi jalan masuk utama ke lokasi sangat mudah
(1) Dari Slipi ke Arah Pancoran kemudian ke kiri
(2) Setelah kekiri kemudian ke kanan
Basemen Main Entrance R. Konvensi (3) Dari kanan lurus kemudian kekiri menuju basemen
(4) Masuk Basemen, kapasitas 300 mobil
(5) Signage
(6) Ambil Tiket Parkir
(7) Area Parkir Basemen
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Akses menuju Ruang Konvensi
(8) Terdapat lift menuju ruang konvensi
(9) Tangga Darurat
Foyer/Selasar Ruang Konvensi
(9) Main Entrance
Pintu Utama konvensi
(10) Selasar bagian depan
(11) Selasar bagian samping
(12) Ruang Konvensi Panjang : 45x45meter, tinggi ceiling + 10meter
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Daya tampung ruang konvensi : 1500 orang round table 3000 orang standing party Ukuran kurang lebih 40x40m, tinggi 10m.
To Buffet
(13) Ruang Konvensi
(14) Buffet Konvensi
Auditorium Binakarna Daya tampung : 750 round table 1000 standing party
(15) Auditorium Panjang 27x25meter
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Akses keluar
(15) Keluar Basemen
(16) Putar Balik
(17) dari putar balik terus lurus
(18) Kemudian kekiri
(19) ke jalan besar gatot subroto
(20) ke patung pancoran
Function Room
Tabel 3 : Dimensi Ruang Konvensi Hotel Bidakara Sumber: bidakara.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 1 : Function Room Hotel Bidakara Sumber: bidakara.com
2.
Indonesia Convention Exhibition (ICE) Memiliki sepuluh exhibition hall seluas 50.000m2, fasilitas lainnya yang dimiliki ICE adalah gedung konvensi atau dinamakan grand ballroom seluas 4.000m2 yang bisa dibagi menjadi 4 ruangan, 29 ruang rapat dengan total luas 5.000m2,
free-function
lobby
seluas
7.500m2,
ruang
VIP,ruang medis, serta ruang outdoor yang luas dan panjang. ICE juga menyediakan 4.000 tempat parkir (1.500 di parkir bawah, 1.500 parkir di outdoor dan 1.000 lainnya dibaadan jalan dekat ICE, serta parkir di gedung-gedung Sinarmas Land yang lokasinya tidak terlalu jauh.
Gambar 2 : Signage ICE Sumber: google search
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 3 :Layout ICE Sumber: google search
Gambar 4 : Convention hall Nusantara Sumber: google search
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Layout Ruang konvensi
Gambar 5 : Convention hall floor plan (Theater & Banquet) Sumber: ICE.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 6 : Convention hall floor plan (classroom) Sumber: ICE.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Tabel 4 : Dimensi Ruang Konvensi ICE Sumber: ICE.com
Layout Ruang Exhibition
Gambar 7 : Exhibition hall floor plan Sumber: ICE.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 8 : Exhibition hall floor plan Sumber: ICE.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Tabel 5 : Dimensi Ruang Pameran ICE Sumber: ICE.com
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention 3.
Jakarta Convention Center (JCC) Terletak di komplek olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Jakarta Convention Center memiliki 5.000 tempat duduk dan juga balai siding seluas 3.921m2. JCC memiliki 13 ruang pertemuan dengan berbagai ukuran. JCC juga terhubung dengan Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) Jakarta melalui terowongan bawah tanah.
Gambar 9 : Layout JCC Main Lobby Sumber: Dokumentasi Pribadi
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Tabel 6 : Dimensi Ruang Main Lobby JCC Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 10 : Layout JCC Lower Lobby Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 7 : Dimensi Ruang Lower Lobby Sumber: Dokumentasi Pribadi
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 11 : Plenary Hall JCC Sumber: google search
Gambar 12 : Assembly Hall JCC Sumber: google search
Gambar 13 : Selasar depan JCC Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 14 : Lobby Utama JCC ) Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 15 : Keluar komplek istora Sumber: dokumentasi pribadi
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention 4.
Ballroom Hotel Shangrilla Hotel Shangrilla yang terletak di Jakarta Pusat tepatnya di Tanah Abang, memiliki luas ballroom 53 x 35 m di lantai 2.
Gambar 16 : Signage pintu 2 hotel shangrilla Sumber: dokumentasi pribadi
Entrance second lobby
to Entrance second lobby
Ke lobby utama
Area ballroom
Escalator menuju ballroom
Gambar 17 : Layout Ballroom Shangrilla Lantai 2 Sumber: dokumentasi pribadi
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention II.3
Arsitektur Neo Vernakular II.3.1
Definisi Arsitektur Neo Vernakular Pada dunia arsitektur kita mengetahui terdapat beberapa periode di
dalam
perkembangannya.
Dimulai
dari
zaman
klasik
berkembang aliran arsitektur seperti Gotic, Renaissance kemudian dilanjutkan dengan periode modern, Pada periode ini muncul gaya-gaya arsitektur modern maupun postmodern. Arsitektur modern dan arsitektur postmodern lahir pada periode yang hampir bersamaan. Walaupun berada pada satu periode yang hampir bersamaan, tetapi antara arsitektur modern dan arsitektur postmodern memiliki beberapa perbadaan walaupun tidak banyak. Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern. Ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Dimana menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciriciri arsitektur sebagai berikut. 1)
Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
2)
Membangkitkan kembali kenangan historik.
3)
Berkonteks urban.
4)
Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5)
Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6)
Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7)
Dihasilkan dari partisipasi.
8)
Mencerminkan aspirasi umum.
9)
Bersifat plural.
10) Bersifat ekletik. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern. Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemenelemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier). Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilainilai tradisi setempat. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme
yang
mengutamakan
nilai
rasionalisme
dan
fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis,
peran
serta
budaya
lokal
dalam
kehidupan
masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan. “pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19” Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemenelemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahanbahan material lokal. Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi. Arsitektur neo-vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam arsitektur neo-vernakular, ide bentukbentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern. II.3.2
Penerapan & Ciri Arsitektur Neo Vernakular
Pemikiran untuk menerapkan elemen-elemen setempat dalam arsitektur sudah berkembang sajak awal abad XX, sebagai bentuk antisipasi terhadap karya arsitektur yang mendasarkan perancangannya pada “bahasa setempat” bahkan sejak arsitektur colonial belanda sudah menyerah unsure-unsur bahasa setempat, seperti karya Hendry Maaclaine Pont pada kompleks ITB Bandung tahun 1920, mensjid Istiqla karya Silaban, wisata Dharmala karya arsitek Paul Rudolph, Sambob Flat,dan yang masih baru adalah kampus baru UI di depok yang menerapkan transpormasi arsitektur modern dengan bahasa setempat (New-Vernakular). Pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of PostModern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut : Selalu menggunakan atap bumbungan Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang
digambarkan
sebagai
elemen
pertahanan
yang
menyimbolkan permusuhan. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal) Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat. Mengembalikan
bentuk-bentuk
tradisional
yang
ramah
lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. Warna-warna yang kuat dan kontras. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali. Pemakaian atap miring Batu bata sebagai elemen local Susunan masa yang indah. Mendapatkan
unsur-unsur
baru
dapat
dicapai
dengan
pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat. Ciri-Ciri 1. Bentuk-bentuk
menerapkan
unsur
budaya,
lingkungan
termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen). 2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention 3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsipprinsip
bangunan
vernakular
melainkan
karya
baru
(mengutamakan penampilan visualnya). II.3.3
Contoh-contoh Bangunan Arsitektur Neo Vernakular Bandara Internasional Soekarno Hatta Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang diekspose. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.
Gambar 18 : Bandara Internasional Soekarno Hatta Sumber: Google Seach
Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa.
Gambar 19 : Ruang tunggu Bandara Internasional Soekarno Hatta Sumber: dolphinairline.com
Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 20 : Selasar Bandara Internasional Soekarno Hatta Sumber: skyscrapercity.com
Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom- kolom juga pada area luar memberikan kesan yang modern namun natural.
Gambar 21 : Drop Of Bandara Internasional Soekarno Hatta Sumber: metro.sindonews.com
National Theater Malaysia Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat balkon.
Gambar 22 : National Theater Malaysia Sumber: istanabudaya.gov.com
Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention bangunan tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi.
Gambar 23 : Area dalam National Theater Malaysia Sumber: istanabudaya.gov.com
Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
Gambar 24 : Area dalam National Theater Malaysia Sumber: kualalumpurtavel.info
Asakusa Tourist Information Center Asakusa Tourist Information Center merupakan karya Kengo Kuma, yang merupakan sayembara desain Tourist Hotpsot yang diadakan pada tahun 2008 oleh pemerintah Distrik Taito dan diikuti oleh 300 peserta.
Gambar 25 : Asakusa Culture Tourist Information Center Sumber: kkaa.co
Bangunan ini terletak di seberang kuil Shinto di Jepang, Kuil Kinruzan Sensoji yang merupakan objek wisata utama di Asakusa, Tokyo. Asakusa terkenal sebagai kota dengan Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention atmosfer shitamachi yang kental. Kuil Sensoji terkenal dengan lampion berukuran besar yang diletakkan pada gerbang Kaminari.
Gambar 26 : Ruang dalam Asakusa Culture Tourist Information Center Sumber: viewpictures.co.uk & noticias.arq.com
Karya Kengo Kuma ini merupakan reinterpretasi arsitektur vernacular dari bangunan machiya. Machiya merupakan townhouse tradisional Jepang, berupa rumah yang terbuat dari material kayu dengan fasad sempit dan berupa massa memanjang kebelakang.
Gambar 27 : machiya sumber govoyagin.com.jpg
Jika machiya pada umumnya terdiri satu setengah lantai, dua lantai hingga tiga lantai, maka desain Kuma ini terdiri dari tujuh lantai. Atapnya berbentuk pelana bertumpuk, mengorientasikan diri pada pagoda kuil Sensoji yang yang memiliki
atap
bertumpuk, berjumlah lima buah. Lantai 1 dan 2 digunakan sebagai area utama pusat informasi dan lounge. Sedangkan lantai 3 digunakan sebagai kantor administrasi, lantai 4 hingga 6 digunakan sebagai galeri multifungsi maupun area aktivitas lain. Lantai 7 digunakan sebagai kafe. Mapungubwe Interpretation Centre Mapungubwe Interpretation Centre merupakan karya Peter Rich. Terletak di Afrika Selatan bagian utara yang berbatasan Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention dengan Botswana dan Zimbabwe, serta termasuk dalam kawasan Unesco World Heritage Site. Lokasi bangunan ini selain merupakan daerah yang kaya dengan cultural heritage, juga memiliki kekayaan flora dan fauna serta merupakan daerah bekas tambang emas pertama di Afrika.
Gambar 28 : Mapungubwe Interpretation Centre Sumber: architect.co.uk.jpg
Visitor Center seluas 1.500 m² ini memiliki ruang yang berisi artifak serta sejarah tempat bangunan ini berada. Selain itu juga terdapat fasilitas lain dan kantor pengelola. Desain bangunan menyerupai dome yang merupakan bentuk rumah penduduk setempat dengan bagian dalam berupa kubah.
Gambar 29 : Rumah tradisional afrika selatan Sumber: architect.co.uk.jpg
Kubah-kubah lengkung ini didesain dengan mengadaptasi sistem konstruksi setempat yang telah berumur 600 tahun dalam upaya untuk menciptakan bangunan yang low-cost serta ramah lingkungan. Material utama bangunan ini adalah batu paras dan ubin sebagai pelapis dinding, serta kayu jenis mopane.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 30 : Kubah & interior Mapungubwe Interpretation Centre Sumber: architravel.com
II.4
Tinjauan Terhadap Green Architecture II.4.1
Pengertian Green Architecture Dalam buku Futurarch, “Green Issue 2008” (2008:93). Green architecture adalah sebuah proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam
tatanan
arsitektur. Menurut
Ir.
Jimmy
Priatman,
M.Arch,
”Energy-Efficient
Architecture” Paradigma Dan Manifestasi Arsitektur Hijau. Green architecture adalah arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach). Menurut Tri Harso Karyono, “Green architecture-Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di Indonesia”. Green
architecture
adalah
arsitektur
yang
minim
mengonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air dan material serta minim menimbulkan dampak negative bagi lingkungan. Menurut Brenda dan Robert Vale, “Green Building Handbook”. “Green Biulding that a green approach to the built environment involves a holistic approach to the design of buildings; that all Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention the resources that go into a building, be they materials, fuels or the contribution of the users need to be considered if a sustainable architecture is to be produced”. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Bangunan hijau bahwa pendekatan hijau untuk lingkungan binaan melibatkan pendekatan holistik pada desain bangunan, semua sumber daya yang dipakai pada bangunan perlu dipertimbangkan demi pembangunan berkelanjutan. II.4.2
Prinsip Perancangan Green Architecture Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale,dalam buku Green Architecture Design for a sustainable future,sebagai berikut : Conserving energy (Hemat energy) Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan
bakar
atau
energi
listrik
(sebisa
mungkin
memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan). Kondisi iklim tropis di Indonesia cukup potensial dalam rangka penggunaan energi alternatif seperti energi listrik dari panas sinar
matahari
dengan
menggunakan
photovoltaic.
emanfaataan sinar matahari secara baik untuk menerangi ruangan dalam bangunan bisa memberi konstribusi bagi pengurangan penggunaan energi listrik pada pencahayaan. Penyediaan bukaan udara juga memberi konstribusi bagi pengurangan penggunaan energi listrik pada penghawaan ruang dalam dan mengurangi penggunaan AC. Pada bangunan high rise, penggunaan kaca reflektor yang ramah lingkungan ditujukan agar cahaya matahari dapat masuk sesuai dengan batas normal dan bisa memfilter panas matahari yang masuk ke dalam bangunan sehingga kinerja AC untuk menurunkan suhu dalam ruang dalam bangunan bisa berkurang sehingga menghemat penggunaan energi Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Working with climate (Memanfaatkan kondisi iklim) Mendesainbangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapakdan sumber energi yang ada. Indonesia adalah negara tropis dimana sinar matahari tersedia sepanjang tahun dan curah hujan yang cukup tinggi. Bangunan green architecture
ini harus
bisa
menyesuaikan
diri dengan
lingkungan di Indonesia. Minimizing new resources (Meminimalkan sumber daya baru) Mendesain dengan mengoptimalkankebutuhan sumber daya alam yang baru agar sumberdaya tersebuttidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/penggunaanmaterial bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dansumber daya alam. Pemanfaatan air daur ulang untuk pemenuhan kebutuhan di dalam bangunan seperti air bekas dari WC dan dapur diolah dan kemudian dipakai untuk penyiraman tanaman dalam bangunan. Hal ini dilakukan agar tidak menambah beban pemerintah dalam hal pasokan air bersih di dalam kota, tidak menambah beban dan mencemari riol kota. Respect for site (Merespon keadaan tapak dari bangunan) Bangunan yang akan dibangun jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya sehingga jika bangunan tersebut sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah sehingga tidak merusak lingkungan yang ada.Perancangan bangunan green harus memperhatikan aspek komposisi lahan terbangun dan tidak terbangun. Hal ini ditujukan agar tapak memberi
konstribusi
dalam
menjaga
dan
melestarikan
cadangan air dalam tanah. Tapak harus bisa dengan seoptimal mungkin membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan tidak memberatkan beban riol kota untuk menampung air tersebut.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Respect for user (Memperhatikan pengguna bangunan) Dalam merancang bangunan harus memperhatikan kondisi pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. Bangunan tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan tersebut. Holistic (Menetapkan prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan). Sedapat mungkin mengaplikasikan prinsip green architecture secara keseluruhan sesuai potensi yang ada pada tapak. II.4.3
Syarat-syarat Bangunan Baru Green Building Syarat-syarat
Bangunan
baru
berkategori
green
building
berdasarkan Green Building Council Indonesia (GBCI) harus mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD) yang terbagi dalam 8 kriteria (nilai 16,8%) yaitu: Area Dasar Hijau (Basic Green Area) Pemilihan Tapak (Site Selection) Aksesibilitas Komunitas (Community Accesibility) Transportasi Umum (Public Transportation) Fasilitas Penguna Sepeda (Bicycle Fasility) Lansekap Pada Lahan (Site Lanscaping) Iklim Mikro (Micro Climate) Manajemen Air Limpasan Hujan (Stormwater Management) 2. Efisiensi & Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation – EEC) Terbagi dalam 7 kriteria (nilai 25,7%) yaitu: Pemasangan Sub Meter (Electrical Sub Metering) Perhitungan OTTV (OTTV Calculation) Langkah
Penghematan
Energi
(Energy
Measures) Pencahayaan Alami (Natural Lighting) Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Efficiency
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Ventilasi (Ventilation) Pengaruh Perubahan Iklim (Climate Change Impact) Energi Terbarukan Dalam Tapak (On Site Renewable Energy) 3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC) Terbagi dalam 8 kriteria dengan (nilai 20,8%) terdiri dari: Meteran Air (Water Metering) Perhitungan Penggunaan Air (Water Calculation) Pengurangan Penggunaan Air (Water Use Reduction) Fitur Air (Water Fixtures) Daur Ulang Air (Water Recycling) Sumber Air Alternatif (Alternative Water Resources) Penampungan Air Hujan (Rainwater Harvesting) Efisiensi Penggunaan Air Lansekap (Water Efficiency Landscape) 4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC) Terbagi dalam 7 kriteria (nilai 13,9%) terdiri dari: Refrigerant Fundamental (Fundamental Refrigerant) Penggunaan Gedung & Material Bekas (Building & Material Reuse) Material Ramah Lingkungan (Environmentally Friendly Material) Penggunaan Material Tanpa ODP (Non ODS Usage) Kayu Bersertifikat (Certified Wood) Material Prafabrikasi (Prefab Material) Material Regional (Regional Material) 5. Kesehatan & Kenyamanan Dalam Ruang (Indoor Health & Comfort-IHC) Terbagi dalam 8 kriteria (nilai 9,9%) terdiri dari: Introduksi Udara Luar (Outdoor Air Introduction) Pemantauan Kadar CO2 (CO2 Monitoring) Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Kendali
Asap
Rokok
di
Lingkungan
(Environmental
Tobacco Smoke Control) Polutan Kimia (Chemical Pollutant) Pemandangan ke luar Gedung (Outside View) Kenyamanan Visual (Visual Comfort) Kenyamanan Termal (Thermal Comfort) Tingkat Kebisingan (Acoustic Level) 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management-BEM) Terbagi dalam 8 kriteria (nilai 12,9%) terdiri dari: Dasar Pengelolaan Sampah (Basic Waste Management) GP Sebagai Anggota Tim Proyek (GP as a Member of Project Team) Polusi Dari Aktifitas Konstruksi (Pollution of Construction Activity) Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut (Advanced Waste Management) Sistem
Komisioning
yang
Baik
dan
Benar
(Proper
Commissioning) Penyerahan
Data
Green
Building
(Green
Building
Submission Data) Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit Out (Fit Out Agreement) Survey Pengguna Gedung (Occupant Survey) Total Nilai 100% II.4.4
Syarat Bagian Dalam (Interior) Bangunan Baru Green Building Sedangkan syarat bagian dalam (interior) Bangunan baru berkategori green building berdasarkan Green Building Council Indonesia (GBCI) harus mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD) yang terbagi dalam 6 kriteria (nilai 11,65%) yaitu:
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Kebijakan
Pengurangan
Kendaraan
Bermotor
(Motor
Vehicle Reduction Policy) Gedung
Bersertifikat
Greenship
(Greenship
Certified
Building) Aksesibilitas Pengguna (Community Accessibility) Fasilitas Sepeda (Bicycle) Pengurangan Ruang untuk Kendaraan Bermotor (Motor Vehicle Space Reduction) Lansekap (Landscaping) 2. Efisiensi & Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation – EEC) Terbagi dalam 6 kriteria (nilai 13,59%) yaitu: Kampanye
Konservasi
Energi
(Energy
Conservation
Campaign) Komisioning Sederhana (Simple Commissioning) Kontrol Sistem MVAC (MVAC Control) Densitas Daya Pencahayaan dan Kontrol (Lighting Power Density and Control) Pemantauan Energi dan Kontrol (Energy Monitoring and Control Peralatan Elektrik (Electrical Equipment & Appliances) 3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC) Terbagi dalam 4 kriteria dengan (nilai 7,77%) terdiri dari: Kampanye Konservasi Air (Water Conservation Campaign) Alat Pengatur Keluaran Air (Water Fixtures) Pemantauan Penggunaan Air (Water Use Monitoring) Air Minum (Potable Water 4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC) Terbagi dalam 9 kriteria (nilai 27,18%) terdiri dari: Kebijakan Pembelian (Purchasing Policy)
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Kebijakan
Pengelolaan
Limbah
(Waste
Management
Policy) Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage) Melestarikan
Material
Bekas
(Existing
Material
Conservation) Kayu Bersertifikat (Certified Wood) Material
Berdampak
Lingkungan
Rendah
(Low
Lingkungan
(Green
Environmental Impact Material) Bahan
Pembersih
yang
Ramah
Cleaning Agent) Praktek
Pengelolaan
Limbah
(Waste
Management
Practice) Praktik Pembelian (Purchasing Practice) 5. Kesehatan & Kenyamanan Dalam Ruang (Indoor Health & Comfort-IHC) Terbagi dalam 13 kriteria (nilai 28,16%) terdiri dari: Kampanye Bebas Asap Rokok (No Smoking Campaign) Introduksi Udara Luar (Outdoor Air Introduction) Pemantauan Kadar Co2 (Co2 Monitoring) Polutan Kimia (Chemical Pollutant) Pengendalian Sumber Pencemar di dalam Ruangan (Indoor Pollutant Source Control) Polutan Biologi (Biological Pollutant) Kenyamanan Visual (Visual Comfort) Pemandangan ke Luar dan Cahaya Matahari (Outside View and Daylight) Kenyamanan Suhu Udara (Thermal Comfort) Tingkat Kebisingan (Acoustic Level) Tanaman Dalam Ruang (Interior Plants) Pengendalian Hama (Pest Management) Survei Terhadap Pengguna Ruang (Room Occupant Survey)
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management-BEM) Terbagi dalam 5 kriteria (nilai 11,65%) terdiri dari: Pelatihan Konsep Hijau (Green Training) GA/GP Sebagai Anggota Tim Proyek (GA/GP as a Member of Project Team) Aktifitas Fit Out Ramah Lingkungan (Green Fit Out Activity) Invensi (Invention) Aktifitas Hijau (Green Activities) Total Nilai 100% II.4.5
Ciri Bangunan Green Building Rumah memiliki banyak bukaan seperti jendela-jendela yang besar dan tinggi. Dengan banyak bukaan, rumah akan lebih banyak mengadopsi udara dan cahaya alami sekaligus mengurangi penggunaan energi listrik pada siang hari. Bangunan-bangunannya lebih tinggi, yakni plafon yang dibuat lebih dari 3 meter. Desain seperti ini tidak hanya membuat rumah menjadi hemat energi, tapi juga memberi kesan mewah dan megah, yang biasanya diterapkan di ruang bersama seperti ruang keluarga dan ruang tamu. Biasanya konsep seperti ini kerap memanfaatkan banyak lansekap, seperti taman di area depan maupun belakang rumah.
II.4.6
(Hotel) Peraih Green Building di Indonesia Salah satu rangkaian perayaan Hari Pariwisata Dunia yang jatuh pada 27 September lalu adalah penyelenggaraan Green Hotel Award oleh Kementerian Pariwisata. Ajang dua tahunan ini dilaksanakan untuk memilih hotel-hotel terbaik di Indonesia yang telah
menerapkan
prinsip-prinsip
ramah
lingkungan
pengelolaannya.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 31 : Green Hotel Award 2015 Sumber: Venue/Mutia
Tim juri Green Hotel Award terdiri dari Green Building Council Indonesia (GBCI), Tenaga Ahli Teknik Lingkungan, Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (APKI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Pariwisata. Ada 12 kriteria yang menjadi penentu dalam penghargaan ini, yakni: Kebijakan Dan Organisasi Green Team Pengelolaan Tapak Yang Ramah Lingkungan Penggunaan Bahan Baku Produk Ramah Lingkungan Dan Penyerapan Kandungan Lokal Pengelolaan Konservasi Dan Efisiensi Energi Pengelolaan Konservasi Dan Efisiensi Air Kesehatan Dan Kenyamanan Ruangan Pengelolaan Limbah Padat Dan Cair Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pengendalian Polusi Udara Dan Kebisingan Pengelolaan Penyimpanan Bahan Kimia Dan Bahan Berbahaya Kerja Sama Dengan Komunitas Dan Organisasi Lokal, serta Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia. Berikut adalah 20 hotel terbaik di Indonesia yang mendapat Green Hotel Award 2015 termasuk 4 hotel di Yogyakarta : 1.
Novotel Bangka Golf & Convention Center
2.
Novotel Bandung
3.
Santika Premiere Yogyakarta
4.
Yogyakarta Plaza Hotel
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention 5.
Singgasana Hotel Surabaya
6.
Ayodya Resort Bali
7.
Bali Tropical Resort and Spa
8.
Novotel Manado
9.
The Park Lane Jakarta
10. East Parc Yogyakarta 11. Sheraton Lampung 12. Novotel Yogyakarta 13. Batam View Beach Resort 14. Ramada Bintang Bali Resort 15. Patrajasa Semarang 16. Aston Bogor 17. Pullman Jakarta Central Park 18. JW Marriot Jakarta 19. Puri Bagus Lovina 20. Kayu Manis Ubud II.4.7
Hotel di Yogyakarta Peraih Green Hotel Award 2015 Keempat hotel di DIY peraih penghargaan green hotel award 2015 ini diantaranya sebagai berikut: 1. Santika Premier Yogyakarta (****)
Gambar 32 : Hotel Santika Premier Yogyakarta Sumber: agoda.com
Hotel Santika Premiere Jogja merupakan hotel ke-5 dari kelompok Santika Indonesia Hotels and Resorts dan kelompok hotel ke-3 dari kelas bintang 4 Hotel Santika Premiere. Hotel yang berdiri pada 1991 ini mengutamakan keasrian sebagai daya tarik utamanya.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Bukan hanya itu saja, Hotel Santika Premiere Jogja juga aktif melakukan kegiatan CSR untuk warga sekitar. "Seperti penanaman 700 pohon di Desa Kerug Munggang, Majaksingi dan Borobudur Magelang. Di tahun ini Hotel Santika Premiere Jogja melakukan CSR berupa sumbangan air bersih ke desa-desa di GunungKidul dan juga desa di Dlingo,". 2. Yogyakarta Plaza Hotel (****) Setelah sukses meraih empat besar penghargaan National Green Hotel pada Oktober lalu, Jogjakarta Plaza Hotel juga
Gambar 33 : Yogyakarta Plaza Hotel Sumber: agoda.com
mendapat penganugerahan ASEAN Green Hotel Award yang dilaksanakan di Manila, Filipina pada 22 Januari 2016 silam. ASEAN Green Hotel Award merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan yang diberikan kepada pelaku industri hotel yang dalam pelaksanaan operasionalnya didasarkan pada prinsip ramah lingkungan dan mengadopsi langkah-langkah konservasi energi untuk mencapai pariwisata yang berkelanjutan Jogjakarta Plaza Hotel juga kembali meraih penghargaan PROPER dengan peringkat biru dari Kementerian Lingkungan Hidup melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi DIY. 3. Novotel Yogyakarta (****) Sebelum mendapatkan Sertifikasi, Novotel Yogyakarta terlebih dahulu berhasil meraih status Benchmarked yang berarti
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 34 : Novotel Yogyakarta Sumber: agoda.com
Novotel Yogyakarta telah berhasil memenuhi persyaratan persyaratan Earthcheck yang meliputi berbagai indikator lingkungan penting seperti Konsumsi Energi dan Air, Total Sampah yang diproduksi hotel, dan Komitmen terhadap lingkungan sekitar. Novotel Yogyakarta memilih untuk menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan dengan mengikuti program Sertifikasi Green Globe yang merupakan program tertinggi EC3 Global. Proses sertifikasi ini meliputi audit di area hotel dan juga audit dengan menunjuk pihak ketiga yang independen untuk menjadi auditor Green Globe.“ Novotel Yog-yakarta merupakan salah satu contoh organisasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian lingkungan. 4. Eastparc Hotel Yogyakarta (****,*)
Gambar 35 : Eastparc Hotel Yogyakarta Sumber: agoda.com
Penghargaan yang diterima oleh Eastparc Hotel Yogyakarta diberikan langsung oleh Menteri Pariwisata RI Arief Yahya kepada hotel-hotel Indonesia yang mengusung konsep ramah lingkungan pada pengelolaan hotelnya. Penghargaan yang Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention dilaksanakan dua tahun sekali ini menetapkan beberapa hotel terpilih
yang
berkecimpung
dan
berpartisipasi
dalam
mendukung pariwisata Indonesia dan ASEAN. Adapun kriteria penilaian meliputi tata guna lahan, penggunaan air, konservasi air, material bersifat
ramah
lingkungan,
manajemen pengolahan makanan, kualitas udara, tata kelola bangunan
(pengelolaan
limbah),
dan
corporate
social
responsibility (CSR). Setelah melewati beberapa seleksi dan audit secara bertahap sesuai dengan kriteria yang ditepakan sejak bulan Mei 2015, Eastparc Hotel Jogja ditetapkan sebagai Hotel Berwawasan Lingkungan
Tahun
2015
dan
berhasil
mendapatkan
penghargaan Green Hotel Standard Award 2016 -2018 di taraf Internasional.
II.5
Tinjauan Arsitektur di Kota Yogyakarta II.5.1
Arsitektur Jawa Arsitektur tradisional Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan austronesian memiliki beberapa karakteristik umum, diantaranya level lantai bangunan dinaikkan diatas tanah serta bentuk atap pitched roof. Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang kita lihat pada bangunan tradisional jawa. Bangunan tradisional jawa didirikan langsung diatas tanah serta memeiliki atap yang cenderung berbeda dari atap kebanyakan arsitektur tradisional di Indonesia. Hal ini bisa jadi menunjukkan adanya pengaruh yang masuk dan mempengaruhi kebudayaan jawa. Sehingga turut mempengaruhi bentuk bangunan sebagai salah satu dari kebudayaannya. Ismunandar K (1997) mengungkapkan dalam bukunya, Joglo,: Arsitektur Tradisional Jawa, relief pada candi dari abad ke 9 masehi menunjukkan bahwa arsitektur Vernakular Jawa pada saat itu sesuai dengan pola dasar atau karakteristik bangunan rumpun austronesianm yaitu dengan penggunaan struktur atau pondasi yang berupa tiang atau kolom serta bentuk pitched roof dan
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention extended roof ridge. Akan tetapi, pada saat ini rumah tradisional masyarakat jawa didirikan diatas tanah dengan lantai yang dinaikkan dan bentuk atap yang lebih menyerupai atau mirip dengan tipe rumah bagian timur Indonesia (Ismunandar K. 1997). II.5.2
Ciri Bangunan Arsitektur Jawa Omah merupakan istilah yang umum digunakan bagi rumah tradisional jawa. Omah dalam bahasa jawa berarti rumah tempat tinggal, lebih dari struktur bangunan fisik, melainkan juga sebagai satuan simbolis, sosial dan praktis bagai masyarakat itu sendiri. Kata omah itu sendiri digunakan untuk menyebut atau merujuk pada bagian bangunan dibelakang pendapa, ataupun keseluruhan bangunan yang berbentuk sebuah kesatuan tempat tinggal dari orang jawa. Hal ini menyiratkan representasi “yang sebagian” atas “yang keseluruhan” (Revianto Budi Santoso, 2000). Dalam
Revitalisasi
pelestarian
Kawasan
bagi pemilik
Pusaka
Kotagede:
Pedoman
rumah, disebutkan bahwa
rumah
tradisional jawa memiliki beberapa karakteristik/ciri diantaranya: Melambangkankan atau mencerminkan anggota tubuh. Arsitektur tradisional jawa diatur sesuai dengan susunan tubuh manusia, hal ini dapat kita lihat dari bangunannya yang terbagi dalam 3 bagian yaitu kepala (atap), badan (tiang, kolom, dinding) dan kaki (pondasi, tumpak serta lantai) Orientasi atau arah bangunan Orientasi atau arah peletakan bangunan tradisional merupakan hal yang sangat diperhitungkan oleh masyarakat jawa. Bangunan-bangunan
ini
biasanya
diletakkan
dalam
garis/sumbu utara selatan. Struktur Sebagai suatu proses, arsitektur jawa mirip dengan jasad hidup yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan penghuninya. System struktur utama berupa kolom atau tiang yang menyangga kekuatan bangunan. Dinding pada rumah jawa tidak mengalirkan bebanm hanya sebagai penutup. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Tiang atau kolom yang ada, didirikan diatas umpak, tidak ditanam didalam tanah. Dengan demikian struktur ini mudah untuk
dibongkar
pasang
sehingga
memudahkan
untuk
penambahan ruang. Dengan kata lain, bangunan tradisional ini memiliki
system
knock-down,
sehingga
seluruh
bagian
bangunan dapat lebih mudah dipindah ketempat lain. Material Pada masyarakat tradisional, material yang digunakan adalah material yang banyak ditemui dialam, lingkungan sekitar mereka. Material yang akhirnya menjadi karakteristik bangunan tradisional jawa yakni kayu, pada bangunan rumah tradisional, serta batu pada bangunan candi, tempat pemujaan ataupun kerajaan atau keraton. Pencahayaan dan penghawaan alami Rumah tradisional jawa memiliki system pengudaraan serta pencahayaan alami, terutama pada siang hari. Pencahayaan serta pengudaraan alami ruang-ruang rumah tradisional jawa didapat melalui bukaan jendela, pintu, ventilasi dll. Beberapa factor yang mempengaruhi pencahayaan serta penghawan alami ini pada rumah tradisional diantaranya: Penggunaan bahan bangunan alami pada struktur serta rangka dan penutup atap. Bahan-bahan alami ini menjadi insulator termal yang menyerap panas dimalam hari. Keberadaan vegetasi serta ruang-ruang terbuka antar bangunan. Tritisan, selain member perlindungan terhadap air hujan juga memberi perlindungan terhadap sinar matahari.
Gambar 36 : Penghawaan alami pada rumah tradisional jawa Sumber: revitalisasi kawasan pusaka kotagede.
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention II.5.3
Bentuk Rumah Tradisional Jawa Terdapat beberapa pengelompokkan bentuk rumah masyarakat tradisional jawa. Dalam buku Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa
Yogyakarta,
Sugiarto
Dakung
(1997)
mengelompokkannya berdasarkan sejarah perkembangan bentuk rumah itu sendiri, yaitu panggangpe, kampung. Limasan, dan Joglo. Namun Yosef Prijotomo (1995) membagi bentuk rumah tradisional jawa dalam 5 tipe, yaitu: dengan menambahkan tipe tajug. Panggangpe Kata “panggangpe” dalam bahasa jawa diartikan sebagai dipanggang, dijemur di bawah terik matahari (R. Ismunandar K, 1997, p.152). bentuk rumah ini tidak digunakan sebagai tempat tinggal, biasanya hana dipakai untuk warung, atau gubug ditengah sawah. Rumah “panggangpe” merupakan bentuk bangunan yang paling sederhana dan bahkan bangunan dasar. Bentuk bangunan ini memiliki 4 atau 6 buah tiang atau “saka”. Sedang pada sisi-sisi sekelilingnya diberi dinding sekedar penahan hawa lingkungan sekitarnya.
Gambar 37 : Panggangpe pokok Sumber: arsitektur tradisional daerah istimewa yogyakarta
Karena bentuknya yang sederhana, bentuk rumah ini hana memiliki satu ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Dikatakan dalam buku arsitektur tradisional daerah istimewa Yogyakarta, bentuk rumah ini mudah dibuat, biayana ringan, serta mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan. Oleh karena itulah bentuk rumah ini masih dipertahankan. Sugiarto Dakung (1998).
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Kampung Menurut R. Ismunandar K (1997), kata “Kampung” dalam bahasa jawa berarti halaman, desa, orang desa yang tidak memiliki sawah. Masyarakat pada zaman dulu beranggapan bahwa orang-orang yang memiliki rumah kampong adalah orang yang tidak mampu atau miskin. Rumah kampong pada umumnya berbentuk persegi panjang. Bentuk atap bangunan ini terdiri dari 2 buah bentuk atap persegi panjang yang ditangkupkan (R. Ismunandar K. (1997).
Gambar 38 : Rumah kampung Sumber: Indonesian heritage architecture
Rumah jenis ini dianggap sebagai perkembangan dari bentuk rumah sebelumnya. Bangunan pokok jenis ini terdiri dari sakasaka yang berjumlah 4, 6 atau 8 dan seterusnya. Tetapi pada umumnya hana memiliki 8 “saka”. Atap bangunan ini terdapat pada kedua sisinya dengan satu bubungan seperti halnya panggangpe. Limasan Bentuk rumah ini merupakan perkembangan kelanjutan dari bentuk “kampung”. Menurut Tjahtono (1999) bentuk atap pada bangunan ini merupakan modifikasi atau perluasan dari struktur atap pada bentuk rumah kampung dengan menambahkan sepasang tiang pada kedua ujung atap dari denah dasarnya.
Gambar 39 : Rumah limasan Sumber: wenny kusnianingrum
Gambar 40 : Limasan poko Sumber: arsitektur tradisional DIY
Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention Bentuk atap seolah menerus, dari bentuk awal atap kampung yang ditopang dengan 4 tiang utama, yang seolah diperluas ke kedua pasang tiang tambahan di kedua ujungnya (Tjahjono, Indonesian Heritage Architecture, 1999). Rumah limasan memiliki denah persegi panjang dan dengan kecenderungan berubah, rumah limasan mengalami penambahan pada sisisisinya yang disebut empyak emper atau atap emper (Ismunandar K, 1997). Joglo Dalam Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, bentuk rumah Joglo dianggap sebagai bentuk rumah Jawa yang paling sempurna atau lengkap, karena tipe rumah Joglo memiliki tiga komponen atau struktur dasar dari sebuah omah, seperti yang disebutkan diatas (Sugiarto Dakung, 1998). Selain itu, bentuk atap joglo sering dihubungkan dengan keluarga bangsawan,
dengan
bentuknya
yang
lebih
rumit
serta
memerlukan material kayu yang lebih banyak. Bagian utama dari bentuk atap joglo lebih curam dan bubungan atapnya memiliki ukuran yang jauh lebih pendek dari bubungan atap sebelumnya. Keempat tiang utama rumah yang menopang atap ditutupi dengan struktur unik yang terdiri dari balok yang berlapis-lapis yang disebut tumpang sari.
Gambar 41 : Joglo jompongan (bentuk joglo pokok) Sumber: joglo, arsitektur tradisional jawa
Selain itu Tjahjono (1999) menambahkan ciri bentuk bangunan Joglo lainnya adalah memiliki 4 tiang pokok yang terletak ditengah yang disebut “saka guru”. Lalu terdapat pula bagian kerangka yang disebut “sunduk” atau “sunduk kili”, sunduk ini berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak berubah posisinya. Oleh karena itu sunduk ini terletak pada ujung atas “saka guru” dibawah “blandar”. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention
Gambar 42 : Struktur rumah joglo Sumber: Indonesian heritage architecture
II.5.4
Contoh Bangunan Arsitektur Jawa Berikut contoh-contoh bangunan arsitektur jawa yang sudah dimodifikasi lebih modern, modern klasik dan klasik.
Gambar 43 : Rumah etnik jawa modern Sumber: google search
Pada bangunan bergaya modern, bentuk klasik benar-benar hampir dihilangkan, hanya bagian atap saja yang terlihat seperti bangunan jawa.
Gambar 44 : Rumah etnik jawa modern klasik Sumber: Indonesian heritage architecture
Berbeda dengan modern, modern klasik tetap mempertahankan budaya jawa seperti pada atap dan ornament-ornamen detail pada dinding dan jendela.
Gambar 45 : Rumah etnik jawa klasik Sumber: Indonesian heritage architecture
Sedangkan pada gaya klasik jawa, hampir keseluruhan bangunan murni bergaya klasik tanpa ada unsur modern. Iwan Yanwar 41210110046 | TEKNIK ARSITEKTUR | FTPD – UMB |63
http://digilib.mercubuana.ac.id/