BAB II PRESTASI BELAJAR, TES PILIHAN GANDA, TES PETA KONSEP DAN KONSEP HUKUM NEWTON
Bab ini akan mengkaji tentang landasan teoritis yang dijadikan dasar dalam melakukan penelitian. Secara umum bab ini mengkaji sumber- sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai profil prestasi belajar siswa SMA pada Konsep Hukum Newton. Adapun fokus dari peneltian ini adalah Prestasi Belajar, Tes Pilihan Ganda, Tes Peta Konsep, dan Konsep Hukum Newton. A. PRESTASI BELAJAR Prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan melalui proses belajar disekolah yang dinyatakan dengan nilai- nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar (Moh.Surya, 1983:115). Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan penilaian tertentu melalui kriteria tertentu sebagai akibat dari proses belajar mengajar. Prestasi belajar fisika pada dasarnya merupakan hasil interaksi brbagai faktor yang mmpengaruhi proses belajar fisika. Hasil interaksi tersebut yang menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar dalam pelajaran fisika antara individu yang satu dengan yang lain. Menurut Nasution (1992:4) faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar diantaranya adalah: 1) peran guru, strategi belajar mengajar (faktor eksternal), 2) kesehatan, kemampuan panca indra dan daya tahan fisik (faktor fisiologis), 3) kepribadian, kemampuan, motivasi, sikap dan prilaku ( faktor psikologis).
8
9
B. Bloom dengan teori taksonomi mengatakan dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu karakteristik siswa yang meliputi (kemampuan, minat , motivasi) dan karakter pengajaran yang meliputi (Guru dan fasilitas belajar). Kemampuan siswa yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajar maupun pada saat melaksanakan tes pada akhir pembelajaran. kemampuan juga dapat diartikan sebagai kecerdasan yang merupakan kemampuan belajar siswa, kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi siswa adakalanya siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi dapat memecahkan masalah yang lebih sulit diibandingkan siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang normal maupun yang rendah. Kemampuan intelegensi dapat diukur dengan alat evaluasi. Evaluasi terhadap prestasi belajar siswa dilakukan guru dengan menggunakan alat evaluasi seperti tes. Melalui tes siswa dituntut untuk menunjukan prestasi tertentu, sehingga berdasarkan prestasi – prestasi yang dicapai siswa tersebut guru mengetahui hasil belajar yang diharapkan telah tercapai atau tidak.
B. TES PILIHAN GANDA
10
Banyak cara yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Jika ditinjau dari penyiapan alat tes yang digunakan, maka pengukuran tes prestasi belajar dapat dibagi dua tipe yaitu (1) pengukuran yang menggunakan tes yang dibuat guru dan (2) pengukuran yang menggunakan tes standar. Bentuk tes yang dibuat guru di kelas tentunya berbeda dengan bentuk tes standar. Bentuk tes yang dibuat guru bisa sangat bervariasi, misalnya tes tertulis, tes lisan, tes kinerja, sikap dan pengukurannya lebih menekankan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran siswa dari hari ke hari. Sedangkan bentuk tes standar, soal dan penskorannya harus lebih objektif dan mudah dilakukan sehingga pada umumnya hanya menggunakan satu jenis penilaian saja yaitu tes tertulis. Ada beberapa jenis tes standar menurut (Ebel & Frisbie, 1991 dalam Cartono,2007) diantaranya 1) tes bakat, tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan umun dan mmprediksi performa yang akan datang sebagai contoh tes intelegnsi umum (IQ) yang dikembangkan oleh Alfred binet untuk mengukur kecerdasan diases dalam suatu interval karakteristik mental dan keterampilan seperti memori, pengetahuan, kosa kata, pemecahan masalah. 2) tes prestasi (achievement), tes ini digunakan a) untuk memprediksi performa yang akan datang dalam bidang studi b) untuk mendiagnosis kesulitan siswa. c) sebagai tes formatif kemajuan siswa. d) sebagai tes sumatif belajar. Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan tes pilihan ganda yang merupak salah satu bentuk tes standar.tes pilihan ganda merupakan bentuk tes yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan
11
jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif seprti yang dikemukana oleh (Bloom dalam Cartono,2007:81) C1 (penegtahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis),untuk C6 (evaluasi) tidak bisa digunakan dalam tes pilihan ganda. Pada tes pilihan ganda dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri. Hanya saja, untuk meyusun soal pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama, disamping itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci jawaban. Untuk menghindari peluang terjadinya kecurangan maka ditawarkan alternatife soal Tes peta konsep
C. TES PETA KONSEP Berbicara tentang peta konsep maka tidak akan lepas dari pendapat yang dikemukakan oleh Ausubel (Dahar, 1988:17) bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah sesuatu yang telah diketahui siswa dan dalam mengajar guru hendaknya berawal dari hal tersebut.
12
Berbagai penelitian telah mencoba mengaplikasikan penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi, karena dengan membuat sendiri peta konsep, siswa dapat “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. Peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun atas konsep- konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Menurut Novak (dalam Silitonga, 2006:3) pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep- konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsepkonsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep – konsep yang lebih spesifik. Novak dan Gowin (1985 : 13) mencentuskan idea tau gagasan menciptakan suatu alat atau cara untuk mengetahui konsep- konsep yang telah dimiliki siswa supaya belajar bermakna tercapai. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep Menurut Ratna Willis Dahar ( 1996:125) mengemukakan ciri- ciri peta konsep adalah sebagai berikut : a. Peta konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan setiap konsep atau proporsisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa melihat bidang studi itu jelas dan bermakna. b. Peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi atau bagian dari bidang studi. Peta konsep juga dapat memperlihatkan hubungan proporsional antara setiap konsep.
13
c. Tindakan semua peta konsep mempunyai bobot yang sama, berarti ada konsep yang lebih inklusif terdapat pada bagian puncak, menurun ke konsep yang lebih khusus. d. Bila dua atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif. Terbentuklah hierarki pada peta konsep itu. Novak (1985:15) mendefinisikan konsep sebagai keteraturan (regularity) dalam kejadian- kejadian atau objek- objek yang ditandai dengan beberapa label, contohnya kursi adalah label yang digunakan untuk menggambarkan suatu onjek dengan kaku, tempat duduk dan tempat untuk bersandar yang keseluruhan dipakai sebagai tempat duduk. Menurut Slameto (1988) yang dimaksud dengan konsep adalah buah pikir seseoramg atau sekumpulan orang yang timbul sebagai hasil pengalaman dengan berbagai benda, peristiwa atau kejadian. Melalui pengalaman tersebut diperoleh fakta- fakta yang merupakan label atau simbol. Berdasarkan kesimpulan dari hasil pemikiran diatas maka konsep merupakan hasil pengalaman atau kejadian di tandai oleh sebuah label dari hasil pengalaman. Konsep – konsep dapat disusun dalam suatu bentuk peta konsep atas dasar teori Ausubel. Novak mengemukakan gagasan peta konsep yang menyatakan hubungan antara konsep- konsep dalam bentuk proposisi – proposisi dapat menolong guru mengetahui konsep- konsep yang telah dimiliki oleh para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung, dan mengetahui penguasaan konsep – konsep pada siswa dan untuk menolong para siswa mempelajari cara belajar Menurut Dahar (1996), dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan antara lain: (a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa,
14
(b) menyelidiki cara belajar siswa (c) mengungkapkan konsepsi yang salah pada siswa dan (d) alat evaluasi. Pendapat ini menjadi salah satu dasar bahwa peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi atau penilaian. Para peneliti kemudian mengembangkan serta meneliti validasi, reabilitas dari peta konsep. Langkah – langkah yang diperlukan dalam menyusun peta konsep adalah (1) Mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan. (2) mengurutkan konsep- konsep tersebut dari yang paling umum ke khusus. (3) Menetapkan hubungan yang mungkin antara konsep satu dengan konsep lainya dengan membuat garis penghubung dan melukiskan hubungan tersebut. Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan, belum dapat menjamin bahwa hasilnya adalah peta konsep yang baik, dilihat dari tata letak dan kelengkapan hubungan. Oleh karena itu, setelah dipereh peta konsep perlu diperiksa lagi untuk memperbaiki tata letak konsep agar peta konsep mudah dibaca dan dianalisis (Kadir,2002). Untuk menilainya dapat digunakan teknik scoring sebagai mana yang disarankan Novak. Skor untuk hirerki adalah lima, satu untuk priposisi dan contoh, serta sepuluh untuk hubungan silang, menurut Novak dan Gowin ( dalam Putra. 2007:5) ada beberapa komponen kriteria penilaian terhadap peta konsep. Komponen- komponen tersebut berkenaan dengan jumlah proposisi sahih, hirerki, hubungan silang dan contoh. Adapun pendapat lain bahwa peta konsep sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran. Artinya kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat diukur dengan menilai peta konsep yang dibuat siswa. Penilaian terhadap peta konsep dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantutatif penilaian
15
dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap kriteria- kriteria penyusun suatu peta konsep. Sedangkan untuk penilaian kualitatif diperoleh dari kata penghubung yang membentuk suatu proposisi. Penilaian kuantitatif terhadap suatu peta konsep yang dibuat oleh para siswa dapat dilakukan empat kriteria ( Novak, 1985:36) yaitu: 1.
Kesahihan proposisi merupakan hubungan antara dua konsep yang ditunjukkan dengan garis penghubung dan kata penghunbung dan kata penghubung. Untuk satu proposisi yang valid diberi skor 1.
2.
Hirearki, kedudukan konsep yang khusus berada dibawah konsep yang lebih umum dalam gambar peta konsep. Hirearki yang valid dapat diberi skor 5.
3.
Kaitan silang, hubungan antara satu bagian konsep dengan bagian lain. Kaitan silang diberi skor 10.
4.
Contoh- contoh, merupakan kejadian atau objek khusus yang valid dari sebuah konsep yang disajikan dalam peta konsep. Contoh yang tepat diberi skor 1.
16
Gambar 2.1 kriteria pemberian skor pada suatu peta konsep (1986:36)
Dibawah ini disajikan contoh model penilaian terhadap peta konsep (Novak,1985:37) adalah : 1.
Kesahihan proposisi
: 1x14
= 14
2.
Hirearki
: 4x5
= 20
3.
Hubungan silang
: 2x10
= 20
4.
Contoh yang benar
: 4x1
=4
Jumlah total
= 58
Penilaian terhadap peta konsep siswa dapat pula dilakukan dengan menyusun kriteria tersendiri untuk setiap konsep yang dipetakan siswa. Hal ini dilakukan dengan cara guru membuat peta konsep standar sebagai acauan peta konsep yang dibuat siswa. Berdasarkan peta konsep buatan siswa guru menilai peta konsep tersebut dengan cara membandingkan dengan peta konsep yang dibuat guru. Semakin baik siswa membuat peta konsep, dalam pengertiannya seluruh kriteria diatas mampun dipenuhi maka semakin besar skor yang di dapat siswa dan berdasarkan hasil penskoran tersebut guru dapat mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar dengan menilai pencapaian prestasi belajar siswa. D. EFEKTIFITAS TES PETA KONSEP DAN TES PILIHAN GANDA UNTUK MENGUKUR PRESTASI BELAJAR SISWA. Beberapa hasil penelitian mengenai peta konsep yang diterapkan dalam pembelajaran menunjukan hasil positif terhadap prestasi belajar suatu
17
materi ajar. Di bawah ini disajikan beberapa penelitian mengenai peta konsep dalam pembelajaran yaitu: 1. Jim Vanides (2005) menunjukkan penggunaan dan tahapan- tahapan Peta konsep dalam Pembelajaran 2. Yunus karakuyu (2010) menunjukkan adanya hubungan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran terhadap sikap dan prestasi belajar siswa 3. Cavallo dan Schafer (1994) menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara orientasi belajar bermakna melalui penggambaran peta konsep dengan pemahaman siswa. 4. Cliburn (1990) menemukan bahwa siswa yang diajar menggunakan peta konsep secara signifikan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding kelompok kontrol yang tidak menggunakan peta konsep. 5. Pendley, Bretz dan Novak (1994) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa yang tidak membangun konsep-konsep dan proposisi-proposisi mengalami kehilangan (noretrieveable) dari memori secara cepat, dibandingkan jawabansiswa yang menstruktur pengetahuan dalam memori dengan membuat peta konsep untuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Disamping penerapan dalam pembelajaran, peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi prestasi belajar. Beberapa penelitian mengenai peta konsep sebagai alat evaluasi adalah: 1. Anita Roychoudhury (1993) menemukan bahwa peta konsep merupakan suatu alat evaluasi untuk mengkontruksi pengetahuan secara kolaborasi
18
beberapa siswa. Penerapan peta konsep selama 6 minggu menunjukan hasil bahwa siswa secara berkolaboratif dapat membuat proposisi, hierarki dan hubungan silang yang valid. 2. Permana, Angga Tri Aditya (2008) Menunjukkan Peta konsep bisa dijadikan asesmen alternatif untuk mengungkap prestasi belajar. 3. Gumilar Surya (2008) Menunjukkan kemampuan membuat peta konsep semakin meningkat maka meningkat pula prestasi belajar siswa tersebut.
Berdasarkan pada hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa peta konsep memberikan nilai positif jika diterapkan dalam pembelajaran dan peta konsep bisa dijadikan asesmen prestasi belajar selain tes konvensional lain seperti tes pilihan ganda.
E. KONSEP HUKUM NEWTON Gerak merupakan aktivitas yang terjadi di kehidupan sehari- hari ilmuan yang mempelajari tentang gerak salah satunya adalah Issac Newton yang merupakan pengembangan dari teori yang dikemukakan oleh Galelio, Issac Newton merupakan ilmuan yang berhasil menyatakan kaitan gaya dan gerak yang disebut dengan Hukum I Newton yang menyatakan bahwa: jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula- mula diam akan terus diam, sedangkan benda mula- mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap. Secara matematis bisa dinyatakan sebagai Hukum I Newton Σ =0
… ..(2.1)
19
Hukum I Newton juga menggambarkan bahwa suatu benda akan cenderung mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya. Benda yang mula- mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya (malas bergerak) dan benda mula- mula bergerak akan mempertahankan geraknya (malas berhenti). Sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya (diam atupun bergerak) inilah yang disebut dengan Kelembaman atau inersia (kemalasan). Dalam keseharian kita sering mengalami efek kelembaman, hanya kita tidak menyadari kejadian tersebut contohnya ketika berdiri didalam bus yang sedang melaju kencang dan pengemudi menginjak rem sekaligus maka yang terjadi kita kan terdorong kedepan secara spontan dan inilah salah satu fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan konsep kelembaman. Hukum I Newton berkaitan dengan gerak suatu benda ketika resultan gaya yang bekerja sama dengan nol, pada keadaan tersebut kecepatan benda adalah tetap atau benda mengalami gerak lurus beraturan. Sedangakan bagaimana fenomena benda yang bergerak dengan kcepatan berubah dan benda pasti mengalami perecepatan, maka pasti ada kaitan antara percepatan dengan resultannya, hal ini lah yang diselidiki oleh Newton sehingga mencetuskan hukum kedua tentang gerak yang dikenal dengan Hukum II Newton yakni: Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbading lurus dengan resultan gayanya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara metematis, hukum II Newton dinyatakan sebagai
20
=
Σ =
……………………………………..(2.2)
m = massa benda (kg) a = percepatan m/s2 Σ =
Massa benda berbeda dengan berat benda, massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda, atau massa adalah ukuran kelembaman suatu benda dan massa benda adalah tetap dilokaso atau ditempat mana saja di alam semesta ini. Sedangkan berat tergantung pada gravitasi pada tempat tersebut, misalnya benda berada di bumi maka yang berpengaruh adalah gravitasi bumi. Apabila suatu benda dilepaskan pada ketinggian tertentu, benda akan jatuh, jika hambatan angin diabaikan satu- satunya gaya yang bekerja pada benda adalah gaya gravitasi (berat benda). Benda akan mengalami gerak jatuh bebas dengan pervepatan kebawah dengan percepatan gravitasi, dengan menggunakan Hukum II Newton pada benda jatuh bebas diperolah hubungan berat dan massa Σ = w=
…………………………..2.3 ……………………………2.4
Gaya sentuh yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuhnya disebut dengan gaya normal Gaya sentuh pada suatu benda berhubungan dengan gaya aksi reaksi pada benda tersebut contohnya apabila kita menendang bangku yang kita rasakan pasti sakit hal ini diakibatkan oleh benda yang di tending mmbrikan gaya yang sama
21
pada kaki yang dinyatakan oleh issac newton (aksi = - reaksi) yang arah gaya reaksi selalu berlawanan arah dengan gaya aksi hukum III Newton. Gaya sentuh pada suatu benda yang muncul jika prmukaan dua benda bersentuhan langsung secara fisik disebut dengan gaya gesekan. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan arah gerak.