BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DAN TRADISI AMALIYAH NAHDLATUL ULAMA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Kata karakter diambil dari bahasa Inggris dan juga berasal dari bahasa Yunani Character. Kata ini awalnya digunakan untuk menandai hal yang mengesankan dari dua koin (keping uang). Selanjutnya istilah ini digunakan untuk menandai dua hal yang berbeda satu sama lainnya, dan akhirnya digunakan juga untuk menyebut kesamaan kualitas pada tiap tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya.1 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter
masyarakat
dan
karakter
bangsa.
Oleh
karena
itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan
1
Fathul Muin, Pendidikan Karakter:Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Yogyakarta: Ar Ruzz, 2011), hlm. 162
24
25
karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.2 Karakter cenderung
disamakan
dengan personalitas atau
kepribadian. Orang yang memiliki karakter berarti memiliki kepribadian. Keduanya diartikan sebagai totalitas nilai yang dimiliki seseorang yang mengarahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Totalitas nilai meliputi tabiat, akhlak, budi pekerti dan sifat-sifat kejiawaan lainya.3 Hal senada disampaikan oleh Shimon Philips, bahwa karakter diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku yang ditampilkan4. Perilaku tertentu seseorang, sikap atau pikirannya yang dilandasi oleh nilai tertentu akan menunjukkan karakter yang dimilikinya. Pengertian karakter di atas menunjukkan dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Dimana prilaku tersebut merupakan manifestasi dari karakter. Orang yang berprilaku tidak jujur, rakus dan kejam, tentulah ia memanifestasikan perilaku/karakter buruk. Sebaliknya, apabila orang berperilaku jujur, suka menolong tentu orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter berkaitan dengan dengan personality.Seseorang baru bisa disebut orang
2
Tim Penulis, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, (Jakarta: Kemendiknas, 2010), hlm. 3 3 Abdul Madjid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2011), hlm. 11 4 Doni Kusuma A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010) hlm. 80
26
yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Kompetensi membuat seseorang bisa melakukan tugasnya dengan baik, namun karakterlah yang membuatnya bertekad mencapai yang terbaik dan selalu ingin lebih baik. Orang-orang dengan kompetensi yang tinggi tanpa disertai karakter yang baik dapat menjadi sumber masalah bagi lingkungannya.5 Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Apabila kita memperhatikan pelaksanaan dari pendidikan di Indonesia pada akhir-akhir ini yang tampaknya sangat mementingkan kecerdasan intelektual, kita semakin memahami di manakah sesungguhnya masalahnya, mengapa saat ini negeri ini membutuhkan pendidikan karakter.6 Pelaksanaan
pendidikan
yang
tidak
seimbang,
yakni
lebih
mengutamakan kecerdasan intelektual akan memunculkan banyak perilaku buruk dari orang-orang terdidik sebagaimana disebutkan dalam bab “pendahuluan”. Ada tiga kecerdasan yang dimiliki anak didik yang perlu dikembangkan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).7
5
Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, Pendidikan Karakter di Sekolah: dari Gagasan ke Tindakan, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2011), hlm. 18 6 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter tergadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 27 7 Ibid, hlm. 28
27
Ketiga macam kecerdasan tersebut merupakan anugerah yang luar biasa dari Allah SWT. Agar anugerah tersebut dapat dimanfaatkan secara baik dalam kehidupan, perlu untuk dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, agar pendidikan karakter dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ketiga jenis kecerdasan tersebut harus mendapatkan perhatian yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.8 2. Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter Menurut Yahya Khan yang dikutip oleh M. Mahbubi, ada empat bentuk pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan, antara lain: a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan karakter yang berlandaskan kebenaran wahyu (konversi moral) b. Pendidikan karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, ketewladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan) d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil proseskesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konversi humanis) e. Pendidikan karakter berbasis potensi diri ialah proses aktivitas yang dilakukan dengan segala upaya secara sadar dan terencana, untuk
8
Ibid, hlm. 28
28
mengarahkan agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasab dab penalaran serta mampu mengembangkan segala potensi diri.9 3. Metode Pendidikan Karakter Menurut Doni Kusuma yang dikutip oleh M. Mahbubi, terdapat lima metode pendidikan karakter yang biasa diterapkan, yaitu: a. Mengajarkan Mengajarkan ialah memberikan pemahaman yang jelas tentang kebaikan, keadilan dan nilai sehingga murid memahami. Salah satu unsur penting dalam pendidikan karekter ialah mengajarkan nilai-nilai, sehingga murid mampu dan memiliki pemahaman konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam mengambangkan karakter pribadinya. b. Keteladanan Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Guru mayoritas menentukan karakter murid. Indikasi adanya keteladanan dalam pendidikan karakter ialah model peran pendidik bisa diteladani oleh murid. Apa yang murid pahami tentang nilai-nilai itu memang bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan mereka, namun ada di dekat mereka yang mereka temukan dalam perilaku pendidik. c. Menentukan prioritas Setiap sekolah memiliki prioritas karakter. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi
9
M. Mahbubi, Op.cit, hlm. 48-49
29
pelaksanaan dan realisasi atas visi misi sekolah. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan harus menentukan tuntunan standar atas karakter yang akan ditawarkan kepada murid sebagai bagian kinerja kelembagaan mereka. d. Praksis prioritas Unsur lain yang tak kalah penting ialah bukti realisasi prioritas nilai pendidikan karakter. Ini menjadi tuntutan lembaga pendidikan
atas
prioritas
nilai
yang
menjadi
visi
kinerja
pendidikannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi, sejauh mana visi sekolah telah direalisasikan. Verifikasi atas tuntutan itu ialah bagaimana pihak sekolah menyikapi pelanggaran atas kebijakan sekolah, bagaimana sanksi itu diterapkan secara transparan. Realisasi visi dalam kebijakan sekolah merupakan
salah
satu
cara
untuk
mempertanggungjawabkan
pendidikan karakter. e. Refleksi Refleksi ialah kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah melewati fase tindakan dan praksis perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat sejauhmana lembaga
30
pendidikan telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter.10 4. Pembentukan Karakter Kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadikan karakter seseorang. Gen hanya salah satu faktor penentu saja. Hal ini berarti karakter dapat dibentuk oleh lingkungan. Jika karakter dapat dibentuk, maka karakter pasti bisa diubah. Namun, jika bangunan itu adalah bangunan yang kokoh, butuh waktu yang lama dan energi yang tidak sedikit untuk mengubahnya. Berbeda dengan bangunan yang tidak permanen yang menggunakan bahan-bahan rapuh, maka mengubahnya pun akan lebih cepat dan mudah.11 Sebuah contoh nyata tentang pembentukan karakter melalui lingkungan adalah pembentukan karakter yang dilakukan di negara Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang mengalami kemajuan sangat pesat. Ada banyak faktor yang mendukung kemajuan negara ini. Salah satu yang menjadi kunci suksesnya adalah pembangunan karakter warga masyarakatnya. Jepang sangat memperhatikan pembentukan karakter warganya. Hal ini bukan berarti masyarakat Jepang memiliki karakter yang semuanya baik. Namun setidaknya, ada beberapa karakter
10
Ibid, hlm. 49-53 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak dari Rumah, (Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm. 5-9 11
31
baik yang dapat dijadikan contoh, bahan renungan dan refleksi bersama.12 Salah satu ilmuwan Indonesia yang menyelesaikan jenjang pendidikan sejak S-1 hingga S-3 di Jepang adalaha Romi Satria Wahono. Ia mengambil studi bidang komputer. Selama sepuluh tahun belajar di negara tersebut, ia menemukan berbagai hal menarik mengenai karakter masyarakat Jepang.13 Menurut Romi, dari hasil pengamatannya terhadap perilaku kehidupan masyarakat Jepang, tergambar bagaimana sebuah komunitas terdidik terlahir dari sifat dan sikap sederhana. Pertama, orang Jepang mengedepankan rasa malu. Fenomena “malu” yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Romi mencermati bahwa di Jepang sebenarnya banyak hal lain terbentuk dari sikap malu ini, termasuk masalah penghormatan terhadap hak asasi manusia, masalah law enformance, masalah kebersihan moral pejabat dan sebagainya.14 Bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu contoh nyata. Orang Jepang lebih memilih memakai jalan memutar dari pada memotong jalur di tengah jalan raya. Mereka juga sangat taat untuk menunggu lampu trafic light menjadi hijau, 12
Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 36 13 Ibid, hlm. 36 14 Ibid, hlm. 36
32
meskipun di jalan sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi. Orang Jepang secara otomatis langung membentuk antrean dalam setiap keadaan yang membutuhkan, seperti pembelian tiket kereta, di halte bus, masuk stadion untuk menonton pertandingan olehraga, bahkan untuk memakai toilet umum. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila melanggar aturan atau norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.15 Kedua, orang Jepang berprinsip sangat ekonomis dalam masalah perbelanjaan rumah tangga. Sikap antikonsumerisme berlebihan ini tampak di berbagai bidang kehidupan. Para ibu rumah tangga rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah hanya karena lebih murah 10 atau 20 yen. Orang Jepang juga lebih memilih naik kereta listrik swasta dari pada kereta listrik milik negeri karena untuk daerah Tokyo dan sekitarnya ternyata kereta listrik swasta lebih murah.16 Ketiga, sopan santun dan sangat menghormati orang lain. Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakkan orang lain.17 Karakter masyarakat Jepang tersebut merupakan sebuah contoh nyata bahwa karakter yang baik memiliki peranan penting dalam membangun sebuah bangsa. Jepang menjadi bangsa yang maju, tetapi karakter masyarakatnya tetap kuat terjaga.18
15
Ibid, hlm.37 Ibid, hlm. 38 17 Ibid, hlm. 38 18 Ibid, hlm. 39 16
33
5. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik diungkapkan oleh beberapa tokoh behaviorisme yaitu: 1) John Locke Pandangan teori belajar behavioristik semula dikemukakan oleh psikolog bernama John Locke. Ia menggunakan dasar pemikiran pada jiwa anak yang baru lahir laiknya jiwa dalam keadaan kosong, seperti meja lilin putih bersih yang disebut tabularasa. Pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar (luar diri anak) sangat menentukan perkembangan jiwa anak. Pengaruh dari luar itu dapat dimanipulasi secara leluasa.19 Adapun ciri-ciri teori belajar behavioristik yang dikemukakan oleh John Locke adalah lebih mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan
bagian-bagian,
mementingkan
peranan
reaksi
(respons), mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar, mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang telah lalu, mementingkan pembentukan kebiasaan dan ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan coba dan gagal (tral and eror).20 Bertolak dari pandangan John Locke tersebut, pendekatan belajar
kemudian
menjadi
behavioristik
elementaristis
atau
pendekatan belajar behavioristik-empiris. Pendekatan teori belajar behavioristik elementaristis menganggap bahwa jiwa manusia itu 19
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: ArRuz Media, 2013),Hlm. 260 20 Ibid
34
pasif dan dikuasai oleh stimulus-stimulus dari luar yang ada di lingkungan sekotar. Tingkah laku manusia dapat dimanipulasi dan dikendalikan dengan mengendalikan perangsang-perangsang yang ada dalam lingkungannya.21 2) J.B Watson Secara umum teori belajar hubungan S (stmulus) – R (Respons) digolongkan ke dalam teori behavioristik. Watson mengemukakan teori belajar hubungan S-R tanpa persyaratan yang juga digolongkan ke dalam teori belajar behavioristik. Teori belajar yang dikemukakan oleh ahli ini disebut juga Teori Kontiguitas.22 Menurut
teori
belajar
kontiguitas,
faktor
terbentuknya
hubungan S-R cukup dengan keadaan kontigu saja. Apabila suatu S kontigu atau dibuat ada bersama dengan tingkah laku tertentu R, maka akan terbentuk hubungan urat saraf. Pada teori belajar ini tidak diperhatikan egek atau pengaruh variabel yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam belajar sehingga merupakan teori belajar paling sederhana dibandingkan teori belajar lain.23 Watson telah mengadakan penelitian sebelum merumuskan teori belajar. Melalui penelitiannya, Watson telah mengadakan perubahan besar dalam praktik psikologi. Eksperimen Watson menggunakan
tikus
yang
ditempatkan
dalam
maze
(kotak
eksperimen). Dari hasil penelitian itu kemudian Watson dapat 21
Ibid Ibid, hlm. 261 23 Ibid 22
35
merumuskan teori tentang belajar. Watson juga menolak metode intropeksi yang telah dirumuskan oleh ahli lain sebelumnya karena tidak dapat dibuktikan. Untuk memperkuat pendapatnya itu Watson getol melakukan penelitian-penelitian belajar menggunakan objek manusia dan hewan.24 Menurut Watson, teori belajar dirumuskan dengan memandang hubungan yang diperkuat antara S dan R yang bersamaan dan kontigu. Dalam teori belajar ini diperlukan hukum ulangan atau hukum latihan dalam belajar. Selain itu, Watson juga berpendapat bahwa respons yang lebih awal. Dasar kegiatan adalah dengan conditioning. Belajar merupakan proses memindahkan respons lama terhadap stimuli baru. Pendapat ini dikenal sebagai hukum kebaruan (law of recency).25 3) E.R. Guthrie Selain Watson, terdapat ahli lain yang bernama E.R. Guthrie (1886-1959) yang mengembangkan teori belajar kontiguitas S-R. Prinsip
kontiguitas
adalah
kombinasi
stimuli
yang
telah
menghasilkan respons (R) kemudian diteruskan sehingga stimulus (S) yang dikontiguitaskan tetap menghasilkan respons tadi.26 Guthrie berpendapat bahwa organisme merespons kepada perangsang-perangsang dengan kontraksi otot-otot dan pengeluaran getah kelenjar-kelenjar yang disebutkan sebagai gerakan-gerakan. 24
Ibid, hlm. 262 Ibid 26 Ibid, hlm. 263 25
36
Menurutnya, suatu tindakan terdiri dari serentetan gerakan-gerakan yang diasosiasikan bersama hukum kontiguitas. Pandangan Guthrie tersebut sama artinya dengan menolak pendapat Watson yang mengatakan bahwa dasar respons adalah tindakan-tindakan, bukan gerakan-gerakan. Pada hal lain, Guthrie juga melakukan penolakan pendapat Warson tentang hukum ulangan.27 Guthrie sebelum mengemukakan teori belajar telah melakukan penelitian atau eksperimen menggunakan seekor kucing yang ditempatkan dalam sangkar. Di tengah-tengah sangkar tersebut terdapat alat pembuka pintu sangkar. Sementara itu, di luar sangkar tidak jauh darinya diletakkan makanan (daging). Tindakan kucing yang ada di dalam sangkar diamati secara cermat. Ternyata kucing segera dapat memecahkan masalahnya, yaitu menyentuh alat pembuka pintu sangkar kemudian kucing itu keluar dari sangkar. Dari hasil pengamatan ini, kemudian Guthrie menyimpulkan bahwa hal yang diperbuat oleh hewan (kucing) tersebut dengan gerakan tertentu akan didasarkan kepada pengalaman sebelumnya. Dari hasil percobaannya itu Guthrie selanjutnya mereduksi semua tipe belajar asosiasi dengan kontiguitas waktu. Menurutnya, dalam proses belajar yang diasosiasikan adalah suatu stimulus (S) dengan respons (R).
27
Ibid
37
Tepatnya stimulus (S) yang mengenai organ tubuh dan sarafnya sebagai sensasi yang kemudian menimbulkan respons (R).28 Selanjutnya, Guthrie mengajukan prinsip-prinsip belajar, yaitu yang terpenting dalam belajar adalah persyaratannya (conditioning), adanya prinsip pengendalian persyaratan, yakni respons akan dikendalikan jika respons lain timbul dengan adanya S-R asli, adanya persyaratan yang ditunda, adanya pengembangan atau perbaikan performance atau tindakan sebagai hasil praktik. Proses conditioning akan terjadi setelah percobaan yang pertama selesai dilakukan. Sedangkan penguatan hubungan S-R, merupakan hasil dari ulangan praktik dan bukan karena terjadinya peningkatan stimulus (S). 29 6. Nilai Karakter dalam Pendidikan Karakter Nasional di Indonesia 1) Religius Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.30 Setiap orang pasti memiliki kepercayaan terhadap sesuatu yang transenden. Kepercayaan ini ada yang mengambil bentuk agama dan ada juga yang mengambil bentuk keyakinan non-agama. Orang
28
Ibid Ibid, hlm. 264 30 Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2011) hlm. 1 29
38
mengaku anti-Tuhan sekalipun sesungguhnya juga memiliki suatu kepercayaan terhadap hal-hal yang transenden. Orang komunis yang katanya anti-Tuhan, pada kenyataannya juga memercayai sesuatu yang “disamakan” dengan Tuhan. Ideologi komunis sendiri seolah menjadi Tuhan karena mendewakan dan memosisikan layaknya agama.31 Agama sendiri, mengikuti penjelasan intelektual Muslim Nurcholis Madjid, bukan hanya kepercayaan kepada yang gaib dan melaksanakan ritual-ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji yang silakukan demi memperoleh ridha Allah. Agama, dengan kata lain meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (ber-akhlaq karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian. Dalam hal ini, agama mencakup totalitas tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi dengan iman kepada Allah, sehingga seluruh tingkah lakunya berlandaskan keimanan dan akan membentuk akhlak karimah yang terbiasa dalam pribadi dan perilakunya sehari-hari.32 Menurut Stark dan Glock yang dikutip oleh Mohamad Mustari, ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius.
31
Ngainun Naim, Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 123 32 Ibid, hlm. 124
39
Yaitu keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, pengalaman agama dan konsekuensi dari keempat unsur tersebut.33 Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin ketuhanan seperti percaya terhadap adanya Tuhan. Ibadah adalah cara melkukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya. Ibadah dapat meremajakan keimanan, menjaga diri dari kemerosotan budi pekerti atau dari mengikuti hawa nafsu yang berbahaya, memberikan garis pemisah antara manusia sendiri dengan jiwa yang mengajaknya pada kejahatan.34 Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi berbagai segi dalam suatu agama. Pengalaman agama adalah perasaan yang dialami orang beragama, seperti rasa tenang, tenteram, bahagia,
syukur,
patuh,
taat,
takut,
menyesal,
bertobat
dan
sebagainya.35 Dengan demikian, menjadi jelas bahwa nilai religius merupakan nilai pembentuk karakter yang sangat penting artinya. Manusia berkarakter adalah manusia yang religius. Di sekolah, ada banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai religius ini. Pertama, pengembangan kebudayaan religius secara rutin dalam hari-hari belajar biasa. Kegiatan rutin ini terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan sehingga tidak memerlukan waktu khusus. Dalam kerangka ini, pendidikan agama 33
Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 3 Ibid, hlm. 4 35 Ibid, hlm. 5 34
40
merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru agama saja.36 Kedua, menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dan dapat menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama. Lingkungan dalam konteks pendidikan memang memiliki peranan yang signifikan dalam pemahaman dan penanaman nilai. Suasana lingkungan lembaga pendidikan dapat menumbuhkan budaya religius. Lembaga pendidikan mampu menanamkan sosialisasi dan nilai yang dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan berkarakter kuat. Suasana lingkungan lembaga yang ideal semacam ini dapat membimbing peserta didik agar mempunyai akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.37 Ketiga, pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal dalam pembelajaran dengan materi pelajaran agama. Namun, dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran. Guru bisa memberikan pendidikan agama secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Keempat, menciptakan situasi atau keadaan religius. 38 Kelima, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas
36
Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 124 Ibid, hlm. 126 38 Ibid, hlm. 126 37
41
pendidikan agama dalam keterampilan dan seni, seperti membaca alQur‟an, adzan, sari tilawah.39 Keenam, menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan
dan
ketepatan
menyempaikan
pengetahuan
dan
mempraktikkan materi pendidikan agama Islam.40 Ketujuh, diselenggarakannya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik, seni tari atau seni kriya.41 2) Jujur Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pohak lain.42 Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari. Mengajarkan kejujuran dapat melalui metode dialog dan metode bercerita, yaitu menceritakan tokoh-tokoh teladan.43 Di sekolah, murid-murid itu berbuat jujur apabila:44 a) Menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya
39
Ibid, hlm. 127 Ibid, hlm. 128 41 Ibid, hlm. 129 42 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 13 43 Ngainun Naim, Op. cit, hlm. 132 44 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 19 40
42
b) Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan diri c) Tidak suka mencontek d) Tidak suka berbohong e) Tidak memanipulasi fakta/informasi f) Berani mengakui kesalahan Untuk menegakkan kejujuran di sekolah, guru dapat membuat peraturan yang dapat mengurangi, bahkan meniadakan ketidakjujuran. 3) Toleransi Dalam kehidupan yang memiliki keragaman tinggi seperti di Indonesia, toleransi merupakan sikap yang sangat penting. Toleransi berarti sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap dan gaya hidup sendiri. Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek ideologi dan politik yang berbeda.45 Wacana toleransi biasanya ditemukan dalam etika perbedaan pendapat dan dalam perbandingan agama. Salah satu etika berbeda pendapat menyebutkan bahwa tidak memaksakan kegendak dalam bentuk-bentuk dan cara-cara yang merugikan pihak lain. Dalam perbandingan agama, misalnya ditemukan prinsi-prinsip “bagimu
45
Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 138
43
agamamu dan bagiku agamaku”, dan “tidak ada paksaan dalam beragama”.46 Toleransi lahir dari sikap menghargai diri (selfesteem) yang tinggi. Kuncinya adalah bagaimana semua pihak memersepsi dirinya dan orang lain. Jika persepsinya lebih mengedepankan dimensi negatif dan kurang apresiatif terhadap orang lain, kemungkinan besar sikap toleransi akan lemah atau bahkan tidak ada. Sementara jika persepsi diri dan orang lainnya positif, yang muncul adalah sikap yang toleran dalam menghadapi keragaman. Toleransi akan muncul pada orang yang telah memahami kemajemukan secara optimis positif. Sementara pada tataran teori, konsep toleransi mengandaikan fondasi nilai bersama sehingga idealitas bahwa agama-agama dapat hidup berdampingan secara koeksistensi harus diwujudkan.47 4) Disiplin Salah satu kelemahan masyarakat kita adalah disiplin. “jam karet” adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan betapa masyarakat kita terbiasa untuk molor dari jadwal. Rasanya jam karet tidak hanya menjadi kebiasaan, tetapi telah menjelma menjadi budaya yang mendarah daging. Hal ini dapat dicermati dari berbagai kegiatan yang ada di masyarakat, instansi pemerintah, perusahaan dan sebagainya.48
46
Ibid, hlm. 139 Ibid, hlm. 139 48 Ibid, hlm. 142 47
44
Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa latin discere yang memiliki arti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata diciplina
yang
berarti
pengajaran
atau
pelatihan.
Seiring
perkembangan waktu, kata diciplina juga mengalami perkembangan makan. Kata disiplin sekarang dimaknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.49 Disiplin tidak bisa terbangun secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh karena itu, penanaman disiplin harus dilakukan sejak dini. Tujuannya adalah untuk mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. Jika sejak dini sudah ditanamkan disiplin, mereka akan menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian dari dirinya.50 Menurut maman Rachman yang dikutip oleh Ngainun Naim mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah pertama, memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. Kedua, mendorong siswa melakukan yang baik dan benar. Ketiga, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh 49 50
Ibid, hlm. 142 Ibid, hlm. 143
45
sekolah. Keempat, siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.51 Jadi, tujuan diciptakannya kedisiplinan siswa bukan untuk memberikan rasa takut untuk pengekangan pada siswa, melainkan untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, para siswa dapat mengerti kelamahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. 5) Kerja Keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.52 Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari kerja yang keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Kerja keras ini dapat ditandakan dengan:53 a) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan b) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran c) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan Dalam kerja keras ini, apa yang mesti dilakukan adalah hal yang baikbaik, memperhatikan supaya segala usahanya dapat berbuah lezat dan
51
Ibid, hlm. 146 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 51 53 Ibid, hlm. 52 52
46
dapat dirasaan manfaatnya, baik usaha itu tertuju oada bidang pelajaran ataupun pekerjaan.54 Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa kerja keras. Kerja keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita. Sebab, hidup yang dijalani dengan kerja keras akan memberikan nikmat yang semakin besar manakala mencapai kesuksesan.55 Dalam dunia pendidikan, pelajar yang sukses adalah yang menjalani proses pembelajaran serta serius dan penuh kerja keras. Sangat jarang ada siswa yang bisa sukses tanpa belajar. Hampir dapat dipastikan bahwa pelajar yang sukses adalah pelajar yang memiliki tradisi kerja keras.56 Kerja keras ini penting sekali di tengah budaya instan yang semakin mewabah dalam berbagai
bidang kehidupan. Harus
ditanamkan pemahaman dan kesadaran di kalangan generasi muda bahwa tidak ada orang yang bisa mendapatkan apa yang dicita-citakan tanpa kerja keras. Cita-cita tidak bisa dicapai dengan menyandarkan diri pada nasib. Sebab, yang akan mengubah kehidupan kita adalah kita sendiri. Disiplin dan pemaksaan diri ini merupakan kunci utama dari kerja keras. Pertama-tama memang akan terasa sulit, tetapi tidak ada di dunia ini suatu prestasi yang didapatkan tanpa kerja keras.57
54
Ibid, hlm. 52 Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 148 56 Ibid, hlm. 149 57 Ibid, hlm. 149 55
47
Makna kerja keras, yaitu kita harus bekerja lebih banyak dari pada orang lain, lebih produktif dan menghasilkan lebih banyak dari pada orang lain. Jika orang bekerja 8 jam sehari, kita harus bekerja lebih dari itu. Jika orang datang ke kantor jam 8 atau jam 9 pagi, kita harus datang lebih pagi dan mulai bekerja. Begitu seterusnya sehingga kita bisa menghasilkan karya lebih banyak dan lebih baik.58 Untuk bisa sukses, orang harus mengorbankan sesuatu. Tidak ada sukses yang bisa diraih begitu saja tanpa pengorbanan. Kesuksesan seseorang selalu didahului pengorbanan dan perjalanan panjang untuk mencapainya. Pengorbanan dan perjalanan pencapaian inilah yang diabaikan orang yang menginginkan kesuksesan secara instan.59 6) Kreatif Kata kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis. Orang kreatif adalah orang yang tidak bisa diam, dalam arti selalu berusaha mencari hal baru dari hal-hal yang telah ada. Oleh karena itu, sifat kreatif sangat penting untuk kemajuan. Kemajuan akan lebih mudah diwujudkan oleh orang yang selalu merenung, berpikir dan mencari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan.60 Kreatif sebagai salah satu nilai character building sangat tepat karena kreatif akan menjadikan seseorang tidak pasif. Jiwanya selalu gelisah (dalam makna positif), pikirannya terus berkembang dan selalu
58
Ibid, hlm. 151 Ibid, hlm. 151 60 Ibid, hlm. 152 59
48
melakukan kegiatan dalam kerangka pencarian hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan secara luas.61 Kata para ahli psikologi, ada orang yang memang memiliki bakat kreatif. Namun, hal penting yang perlu dicatat, bakat bukan satusatunya faktor penentu tumbuh dan kembangnya sifat kreatif. Bakat bahkan tidak ada artinya jika tidak dikembangkan.62 7) Mandiri Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.63 Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang anak. Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa saja seotang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri. Tetapi tidak jarang seorang yang sudah dewasa, tetapi tidak juga bisa hidup mandiri. Ia selalu tergantung kepada orang lain.64 Hidup di zaman sekarang memang berbeda dari kehidupan di masa-masa sebelumnya. Setiap zaman memiliki dinamikanya sendiri. Perkembangan zaman selalu menghadirkan banyak hal baru sekaligus tantangan yang harus ditundukkan. Kegagalan mengalahkan tantangan
61
Ibid, hlm. 152 Ibid, hlm. 152 63 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 93 64 Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 162 62
49
ini menjadikan manusia tidak mampu mengendalikan zaman, tetapi tergilas oleh arus perkembangan jaman.65 Manusia sekarang ini seharusnya memang menjadi manusia yang mandiri. Manusia modern adalah manusia yang mandiri dan tergantung dengan orang. Mandiri dalam konteks ini, tentu saja bukan berarti didak memiliki kepedulian dan tidak berhubungan dengan orang lain. Sikap mandiri justru akan lebih baik lagi jika dikembangkan dengan landasan kepedulian tinggi terhadap orang lain. Salah satu kelemahan yang penting direfleksikan bersama berkaitan dengan identitas manusia modern adalah sifatnya yang individual. Memang, orang yang mandiri biasanya memiliki kecenderungan untuk lebih
individualis,
tetapi
bukan
berarti
mandiri
tidak
bisa
dikembangkan dalam iklim kebersamaan.66 Di sekolah, kemandirian dapat dilatih melalui kegiatan sekolah, mengajarkan siswa agar tidak tergantung pada orang lain, berusaha menyelesaikan tugas (pekerjaan, belajar) berdasarkan kemampuan sendiri, berani berbuat tanpa minta ditemani dan sebagainya.67 8) Demokratis Demokrasi merupakan gabungan dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos
yang berarti kekuasaan atau undang-undang.
Pengertian yang dimaksud dengan demokrasi adalah kekuasaan atau
65
Ibid, hlm. 163 Ibid, hlm. 164 67 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 100 66
50
undang-undang yang berakar kepada rakyat. Dengan demikian, rakyat memegang kekuasaan tertinggi.68 Demokrasi dalam implementasinya ada dua bentuk, yaitu demokrasi formal-prosedural dan demokrasi material-substansial. Demokrasi formal-prosedural adalah demokrasi dalam tatanan bentuk, termasuk di dalamnya adalah aturan main tentang siapa yang berhak mengambil keputusan. Sementara demokrasi material-substansial berkaitan dengan isi, substansi dan tentang siapa yang harus diuntungkan dengan adanya sebuah keputusan. Demokrasi sebagai doktrin kedaulatan rakyat tampaknya secara umum masih berkutat dalam bentuk formal-prosedural. Sementara demokrasi dalam bentuk material substansial tampaknya membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk mewujudkannya.69 Dalam masyarakat demokratis, semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hakikat pendidikan yang demokratis, menurut konsepsi John Dewey adalah pemerdekaan. Tujuan pendidikan dalam suatu negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan dan berbagai perbudakan lainnya.70 Pendidikan demokrasi sebagai upaya sadar untuk membentuk kemampuan warga negara berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting. Sementara 68
Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 164 Ibid, hlm. 165 70 Ibid, hlm. 167 69
51
itu, pentingnya pendidikan demokrasi antara lain dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi. Nilai-nilai demokrasi dipercaya akan membawa kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dalam semangat egalitarian.71 Dalam konteks character building, ada beberapa prisnisp yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkembangkan spirit demokrasi. Pertama, menghirmati pendapat orang lain. Artinya, memberikan hak yang sama kepada orang lain untuk berpendapat sesuai dengan karakteristik dan kualifikasi pemahamannya sendiri. Di sini tidak boleh ada kesombingan, merasa lebih pintar, meremehkan uang lain, menganggap yang lain jelek dan sebagainya.72 Nilai demokrasi ini penting untuk ditumbuhkembangkan kepada anak didik agar memahami bahwa tidak boleh pemaksaan pendapat. Selama orang lain memiliki hak untuk berpendapat, perbedaan pendapat merupakan konsekuensi yang tidak mungkin untuk dihindari. Jika memaksakan segala sesuatunya harus satu pendapat, hal ini sudah tidak sesuai dengan nilai demokratis. Itu bisa disebut dogmatis otoriter, bahkan tidak realistis. Di duania ini tidak bisa dipaksakan adanya pendapat yang harus sama semua. Sebab, setiap manusia memiliki pendapat yang dipengaruhi oleh latar belakang hidupnya sendiri. Aspek yang mungkin dilakukan adalah membangun kesepakatan dari
71 72
Ibid, hlm. 168 Ibid, hlm. 168
52
berbagai pendapat yang ada. Jika hal ini terjadi berarti merupakan bentuk penghormatan terhadap pendapat orang lain juga.73 Kedua, berbaik sangka terhadap pendapat orang lain. Jika sejak awal kita memiliki pendapat yang buruk terhadap orang lain, maka apa pun yang dikatakannya akan selalu dilihat sebagai hal yang tidak benar. Sebab,perspektif yang digunakan sejak awal adalah negatif. Perspektif semacam ini mengakibatkan hilangnya berbagai aspek positif yang mungkin terdapat pada pendapat seseorang.74 Ketiga, sikap fair terhadap pendapat orang lain. Sikap ini merupakan bagian dari kerangka operasional toleransi dalam perbedaan pendapat. Sikap fair tidak cukup dengan hanya memahami bahwa setiap manusia pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertaubat. Pemahaman yang sebatas ini membuka kemungkinan untuk menjatuhkan kesalahan secara pukul rata terhadap orang-orang tertentu yang mengedepankan kontroversi atau tidak sesuai dengan pemahaman. Memang, membeberkan kesalahan orang lain itu mudah, tetapi yang lebih mudah lagi adalah sekedar menyalahkan saja tanpa menelaah dengan saksama atau menghapus segala kevaikan dan kebenaran seseorang hanya karena satu kesalahan yang pernah dilakukannya.75 Toleransi merupakan the greatest social idea of Islam. Islam mentoleransi perbedaan pendapat di kalangan umatnya. Walaupun 73
Ibid, hlm. 169 Ibid, hlm. 169 75 Ibid, hlm. 170 74
53
perbedaan itu cukup tajam, selama perbedaan itu timbul atas kemauan untuk memberi kebenaran. Orang yang toleran pada dasarnya telah memahami
dan
menjalankan
prinsip-prinsip
demokrasi
dalam
kehidupannya. 9) Rasa Ingin Tahu Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.76 Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal. Akal menjadi nilai lebih manusia dibandingkan makhluk lainnya. Akal pula yang memungkinkan
manusia
mengembangkan
kehidupannya
secara
dinamis. Kehidupan manusia selalu tumbuh, berkemvang, dan bergerak seolah tanpa pernah mereasa puas karena adanya akal. Sementara pada makhluk lainnya, kehidupan mereka statis. Hewan misalnya, sejak dulu, kini dan sampai kapan pun juga akan tetap begitu-begitu saja. Kehidupannya tidak akan pernah berubah karena hewan tidak memiliki akal.77 Akal ini yang mendorong rasa ingin tahu terhadap segala hal. Disebebkan dorongan rasa ingin tahu tersebut, manusia sejak usia dini cenderung untuk terus mempertanyakan berbagai hal yang memang belum diketahui dan dipahami, baik yang dia amati ataupun pikirkan.
76 77
Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 103 Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 170
54
Dorongan ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan merasa puas untuk memahami secara lebih mendalam dan mendetail.78 Munculnya rasa ingin tahu manusia tidak terjadi begitu saja. Ada faktor tertentu yang memengaruhinya. Faktor tersebut adalah susunan sistem saraf sentral yang berpusat di otaknya, disamping sistem saraf periferi yang ada pada seluruh tubuhnya.79 Secara biologis, kondisi tubuh manusia juga memungkinkan untuk berkemvang secara lebih baik. Sementara ditinjau dari perspektif psikoligis, otak manusia juga harus senantiasa dilatih secara terusmenerus sehingga memiliki ketajaman, dalam kondisi yang demikian inilah, manusia senantiasa memiliki sifat ingin tahu. Sejak kecil setelah manusia dalat mengenali lingkungannya, muncul berbagai pertanyaan: apa sesungguhnya, bagaimana sesuatu itu terjadi dan mengapa demikian. Rasa ingin tahu ini menjadikan manusia tidak puas jika belum mendapatkan jawaban.80 Pada anak kecil rasa ingin tahu itu justru sangat kuat. Namun demikian, cara mencari jawabannyha dilakukan secara serampangan dan tidak sistematis. Hal ini wajar mengingat anak kecil memang belum mengetahui bagaimana menemukan jawaban dan metode yang tepat untuk menemukannya. Peran orang tua sangat penting artinya
78
Ibid, hlm. 171 Ibid, hlm. 171 80 Ibid, hlm. 171 79
55
dalam menuntun anaknya menemukan jawaban atas rasa ingin tahu anaknya.81 Saat usia semakin dewasa, rasa ingin tahu bisa dijawab dengan cara yang lebih sistematis. Rasa ingin tahu bisa diperoleh dengan belajar. Belajar adalah proses pertumbuhan dan /atau perubahan agar tahu (knowlage), agar mau (attitude), agar bisa (skil), dan agar berhasil (performance).82 Rasa ingin tahu harus ditumbuhkembangkan, dirawat dan diberi jawaban secara benar. Munculnya berbagai perilaku destruktif pada generasi muda sebagian besar berawal dari rasa ingin tahu yang tidak mendapatkan jawaban secara memadai. 10) Semangat Kebangsaan Nasionalis adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsanya.83 Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga negara. Sekarang ini, kita hidup di tengah era globalisasi. Persaingan antarbangsa bersifat sangat ketat. Masing-masing berusaha keras untuk unggul dalam kompetisi. Hanya mereka yang unggul yang akan
81
Ibid, hlm. 172 Ibid, hlm. 172 83 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 189 82
56
memenangkan persaingan. Tidak ada lagi rasa belas kasihan, pertimbangan kemanusiaan atau mengalah.84 Kebangsaan, menurut Djohar, mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka dan dalam kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir-batin seluruh bangsa. Dasar kebangsaan tidak boleh bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Bahkan, seharusnya dasar kebangsaan tersebut menjadi sifat, bentuk dan laku kemanusiaan yang nyata. Berangkat dari spirit ini, dasar kebangsaan yang disusun tidak ada spirit intervensi, dominasi, apalagi menguasai terhadap bangsa yang lain.85 Secara oraktis, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat kebangsaan. Pertama, mempertinggi tingkat pendidikan.
Pendidikan
yang
semakin
tinggi
memberikan
kemungkinan yang lebih besar untuk menimbang-nimbang informasi yang layak untuk ditiru dan menyeleksi informasi yang harus dibuang (selective borrowing). Jadi, pendidikan melahirkan kemampuan menyeleksi terhadap kebudayaan asing.86 Kedua, mengusahakan agar generasi muda dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Sebab, dengan perluasan perspektif komparatif antara berbagai unsur budaya dunia yang saling mengisi, membuat seseorang lebih arif dalam menyeleksi informasi yang berguna dan bermanfaat. Ketiga, mempertebal iman dan pengamalan 84
Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 173 Ibid, hlm. 174 86 Ibid, hlm. 174 85
57
agama. Sebab, keimanan memberi daya tahan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai perubahan dan keragaman informasi. Dengan cara semacam inilah diharapkan rasa kebangsaan dapat meningkatkan karakter setiap anak.87 Kita harus menanamkan kepada generasi muda akan arti menjadi warga negara yang baik, yaitu mereka yang menunjukkan kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah air. Yang menjadi indikasi nasionalis adalah menghargai jasa para tokoh/pahlawan nasional, bersedia menggunakan produk dalam negeri, menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia, hapal lagu-lagu kebangsaan, memilih berwisata dalam negeri, dll.88 11) Cinta Tanah Air Jika mengingat sejarah berdirinya bangsa ini, kita akan menemukan besarnya semangat para pahlawan dalam berjuang. Mereka rela mengorbankan harta benda bahkan nyawa demi tegaknya negeri ini, semangat mencintai tanah air ini sangat kuat bergelora dan merata di hati sanubari masyarakat kala itu.89 Kini sudah lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka. Kehidupan sekarang ini, tentu saja, berbeda sama sekali dengan kehidupan pada saat awal berdirinya negeri ini, kemajuan telah dicapai dalam berbagai
87
Ibid, hlm. 174 Mohamad Mustari, Op.cit, hlm. 195 89 Ngainun Naim, Op.cit, hlm. 176 88
58
bidang. Rasanya, jejak perjuangan para pahlawan telah telah tertanam luas dalam berbagai bentuk.90 Tetapi, kita juga pantas bertanya: mengapa sekarang ini sejarah perjuangan para pahlawan semakin banyak dilupakan? Padahal, kemajuan
yang
sekarang
ini
kita
raih
mustahil
terwujud
npengorbanan para pahlawan. Mungkin, karena semakin jauhnya rentang waktu hidup para pahlawan dengan zaman sekarang ini. Mungkin juga karena lemahnya pelajaran sejarah sehingga jasa besar pahlawan semakin diabaikan. Selain itu, tentu ada banyak faktor lain yang menjadikan banyaknya generasi muda kurang memiliki kepedulian terhadap para pahlawan nasional.91 12) Menghargai Prestasi Prestasi merupakan hasil capaian yang diperoleh melalui kompetisi. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa meraih prestasi. Hanya orang-orang tertentu yang terseleksi saja yang bisa menjadi juara. Merekalah orang yang berprestasi. Prestasi, dengan demikian, mensyaratkan kerja keras.92 Dalam iklim kehidupan sekarang ini, arus kompetisi kian ketat. Dalam konteks pengembangan karakter, penting untuk menanamkan menghargai prestasi kepada anak-anak. Prestasi menunjukkan adanya proses dalam meraihnya, jangan sampai anak-anak kita menjadi
90
Ibid, hlm. 176 Ibid, hlm. 176 92 Ibid, hlm. 178 91
59
generasi yang hanya menyukai produk dan tidak menghargai proses. Menghargai prestasi merupakan bagian dari menghargai proses.93 Ada
beberapa
cara
yang
dapat
dilakukan
guru
untuk
membangkitkan motivasi siswa agar berprestasi. Pertama, jangan segan-segan memberikan pujian kepada siswa yang melakukan sesuatu yang baik, meskipun hal itu tidak begitu berarti. Siswa yang menjawab sesuatu yang benar, mengajukan pertanyaan atau mencapai suatu prestasi yang baik perlu dipuji, tetapi tentu saja secara wajar. Pujian dapat diberikan dengan ucapan atau tlisan di buku siswa. Misalnya, dengan mengatan, “Bagus!”, “Hebat!”, “Bapak/Ibu Guru senang Sekali dengan pertayaanmu”. Puji pula dengan tulisan di buku siswa. Pujian semacam ini memang masih kurang biasa dalam sistem sekolah kita. Ada kekhawatiran di antara para guru kalau memberikan pujian justru membawa dampak negatif, misalnya siswa menjadi sombong. Padahal, pujian itu, justru memiliki lebih banyak nilai positif, oleh karena itu, seharusnya guru memberikan pujian kepada siswa.94 Kedua, kurangilah kecaman atau kritik yang dapat mematikan motivasi siswa. Ucapan yang kurang menyenangkan siswa dapat membuat siswa malas belajar dan malah akan kurang hormat kepada guru. Berikanlah krotok atau hukuman yang pantas secara bijaksana, jika memang diperlukan, dan jangan mencari-cari kelemahan siswa. Ketiga, ciptakan persaingan yang sehat di antara siswa, misalnya 93 94
Ibid, hlm. 178 Ibid, hlm. 179
60
dalam mengerjakan soal atau menulis yang baik. Suasana bersaing dapat diciptakan di antara siswa maupun antara kelompok siswa, baik di dalam kelas, maupun di luar kelas.95 Keempat, ciptakan kerja sama antara siswa. Misalnya, dalam belajar kelompok, siswa yang pandai disatukan dengan siswa yang kurang pandai, atau siswa yang lebih dahulu mengerjakan tugas dengan benar disuruh ke depan kelas untuk mengisi soal-soal di papan tulis, atau bahkan memberikan penjelasan kepada siswa-siswa yang lain. Bagi siswa yang diminta ke muka kelas, hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri (dan mungkin akan dilaporkan kepada orangtuanya begitu ia pulang), dan setiap siswa akan merasa dipacu untuk mengikuti jejak temannya tersebut. Untuk itu, guru perlu bijaksana dengan tidak hanya memberikan kesempatan hanya kepada seorang siswa atau siswa yang sama pada berbagai kesempatan, tetapi berikan kesempatan kepada siswa-siswa yang biasa-biasa saja. Hal uang paling penting dari cara semacam ini adalah tumbuhnya kebanggaan siswa bahwa ia dipercaya oleh guru, diperhatikan dan dihargai, bukan hanya tepat-tidaknya hasil pekerjaannya.96 Kelima,
berikan
umpan-balik
kepada
siswa
atas
hasil
pekerjaannya. Caranya, antara lain, dengan memeriksa hasil pekerjaan rumah dan diberi nilai (lebih baik disertai dengan komentar yang dapat
95 96
Ibid, hlm. 179 Ibid, hlm. 180
61
membangkitkan motivasi), mengembalikan lembar hasil ulangan dan menilai serta memberikan komentar terhadap tugas-tugas lain.97 Prestasi merupakan akumulasi dari usaha, kegigihan, kerja keras dan semangat menjadi yang terbaik. Pencapaian prestasi membutuhkan proses yang tidak ringan. Satu kata kunci yang selalu ada dalam prestasi adalah adanya “usaha lebih”. Siswa yang berprestasi dapat dipastikan belajar lebih lama dibandingkan siswa yang kurang berprestasi. Mereka juga lebih gigih.98 13) Bersahabat Setiap orang pasti berhubungan dengan orang lain. Model hubungannya bermacam-macam. Ada yang berhubungan karena kepentingan kerja, kepentingan ekonomi, agama, politik dan sebagainya. Dalam hubungan antar pribadi yang dibingkai oleh kepentingan praktis tertentu, tujuan menjadi titik pokok hubungan. Begitu tujuan telah tercapai, hubungan biasanya selesai. Sebagai contoh, adalah hubungan antara pegawai bank dengan nasabah, pelayan toko dengan pembeli, dan model-model hubungan sejenis ini. Hubungan semacam ini kebanyakan lebih bersifat formalistik.99 Sementara hubungan yang terbangun karena tanpa ada tujuan atau tujuan kemanusaannya yang lebih domonan, biasanya lebih awet. Pola hubungan semacam ini biasanya disebut persahabatan. Tujuan persahabatan adalah perjumpaan secara pribadi antara keduanya. 97
Ibid, hlm.180 Ibid, hlm. 180 99 Ibid, hlm. 181 98
62
Bagitu bertemu, ada rasa bahagia di antara mereka. Mereka bisa bercerita, berbagi rasa, saling diskusi dan sebagainya. Justru hubungan inilah yang menjadi tujuan utama. Kalaupun ada tujuan yang bersifat praktis-pragmatis, itu berada di urutan yang kesekian.100 Membangun hubungan dengan orang lain sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang digunakan, komunikasi dengan kenalan, teman atau sahabat disebut sebagai komunikasi interpersonal, yaitu interaksi tatap muka antar-dua atau beberapa orang, yang mana pengirim dapat menyampaikann pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.101 Persahabatan harus selalu dijaga secara baik. Perbedaan pendapat, pemikiran dan pandangan hidup merupakan suatu hal biasa, bahkan tidak mungkin dihindari. Di sini dibutuhkan kearifan dan kemampuan intuk mengelola emosi sehingga perbedaan yang ada tidak menjadi penyebab putusnya persahabatan. Kemampuan mengelola emosi ini penting artinya sebab tidak jarang persahabatan putus karena salah satu atau bahkan keduanya tidak bisa mengelola emosi.102 Berkaitan dengan menjaga persahabatan agar selalu kompak dan rukun, ada hal penting yang seharusnya diperhatikan, yaitu komunikasi. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan dinamis. Sebagai sebuah kegiatan dinamis, komunikasi interpersonal memiliki beberapa ciri. Pertama, komunikasi interpersonal adalah verbal dan 100
Ibid, hlm. 181 Ibid, hlm. 183 102 Ibid, hlm. 184 101
63
nonverbal. Dalam komunikasi selalu mencakup dua unsur pkok, yaitu isis pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakkan, baik secara verbal, maupun nonverbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisidan keadaan penerima pesanan.103 14) Cinta Damai Tawuran pelajar bukan lagi menjadi fenomena aneh. Apa yang dilakukan kaum pelajar sekarang bahkan tidak sebatas kenakalan, tetapi banyak yang berbentuk kriminal. Tawuran telah menjelma menjadi sebuah rutinitas. Tidak hanya di kota-kota besar, di kota-kota kecil sekalipun tawuran pelajar menjadi fenomena biasa. Orang sudah tidak terkejut lagi jika ada pekajar yang tawuran.104 Mengatasi tawuran memang bukan hal mudah. Dibutuhkan usaha secara komprehensif sehingga tawuran dapat dicegah sampai pada akar persoalannya. Hal ini penting untuk dipikirkan sebab tawuran itu tidak hanya terkait dengan dendam antar siswa atau antar sekolah, tetapi juga terkait dengan kesempatan, lingkungan sosial, dorongan, emosi dan sebagainya.105 Para ahli pendidikan dan psikologi memiliki berbagai analisis terkait penyebab tawuran. Di antara penyebab adalah waktu kosong. Waktu kosong membuka kesempatan para pelajar untuk melakukan berbagai aktifitas positif. Namun, tidak jarang waktu kosong justru 103
Ibid, hlm. 184 Ibid, hlm. 187 105 Ibid, hlm. 188 104
64
merupakan kesempatan emas untuk melakukan berbagai kegiatan yang destrktif seperti tawuran.106 Melihat munculnya berbagai tawuran di antara para pelajar sekarang ini merupakan bukti nyata bahwa pendidikan menghasilkan tindak
kekerasan.
Mereka
tidak
memiliki
pengalaman
untuk
memecahkan konflik secara kreatif dan damai. Setiap konflik mereka pecahkan dengan kekerasan. Hal ini merefleksikan pengalamanpengalaman mereka sendiri, mulai dari kehidupan di rumah, di sekolah dan di masyarakat.107 Berkaitan
dengan
usaha
mengeliminasi
tawuran,
pakar
pendidikan Prof. Dr. Arif Rahman,M.Pd memberikan beberapa langkah praktis. Pertama, memberi informasi kepada kepala sekolah, guru, orang tua, anak dan masuarakat mengenai tawuran secara objektif. Kepada mereka semua diberikan pengertian dengan pertimbangkan semua dimensi bahwa tawuran tidak ada nilai positifnya sama sekali.108 Kedua, memberi kegiatan edukatif, yaitu kegiatan yang melibatkan semua unsur untuk membahas dan memberi alternatif kegiatan yang bernilai pendidikan dan mengandung nilai positif. Ketiga, memberi kegiatan alternatif yang bersifat rehabilitatif bagi
106
Ibid, hlm. 188 Ibid, hlm. 188 108 Ibid, hlm. 189 107
65
pelajar yang mengalami penyimpangan. Tentu saja, untuk tahapan ini harus melibatkan psikiater, konselor dan ahli terkait lainnya.109 Sikap mudah bermusuhan sebagaimana yang dilakukan oleh para pelajar yang suka tawuran membawa diri mereka ke jurang kehancuran karena ia memicu spasme (penyempitan) pembuluh koroner di jantung. Malangnya, ketika menyuburkan sifat mudah bermusuhan, mereka juga (secara otomatis) akan mengembangkan perilaku: (1) cynicism; cenderung memandang negatif dan kurang bersahabat dengan orangorang di sekitar. (2) Hostile attributions; Anda memandang orangorang di sekitar Anda menjadi mudah curiga (paranoid) dan karena itu, semua orang yang berbeda dengan Anda akan Anda anggap sebagai ancaman; (3) Hostile affect; Anda memiliki emosi negatif dalam berhubungan dengan orang lain. Anda menjadi mudah marah dan gampang tersinggung; (4) Aggresive responding; Anda menggunakan amarah dan agresi sebagai cara memecahkan masalah; (5) social avoidance, Anda sering (tetapi tidak selalu) menghindari kontak dengan orang tertentu.110 Budaya damai harus terus-menerus ditumbuhkankembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Kekerasan dalam berbagai bentuknya sekarang ini semakin banyak ditemukan. Harus ada
109 110
Ibid, hlm. 189 Ibid, hlm. 190
66
kemauan dari berbagai pihak untuk membangun secara sistematis cinta damai menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.111 15) Gemar Membaca Manusia berkarakter adalah manusia yang selalu gigih mencari pengetahuan. Ada banyak cara mendapatkan pengetahuan, salah satunya dengan kegiatan membaca. Lewat membaca, karakter seseorang akan semakin arif karena merasa bahwa pengetahuannya selalu kurang. Selalu ada banyak hal yang belum dikuasai sehingga tidak menjadikan dirinya orang sombong.112 Membaca menurut Hernowo, akan membuat kita berpikir dalam bentuk yang terbaik. Membaca akan melatih kita untuk bertafakur. Bertafakur adalah berpikir secara sistematis, hati-hati, dan dalam. Membaca akan menghindarkan diri kita dari kegiatan asal-asalan dan tidak bertanggung jawab. Membaca a\kan menguji seberapa tinggi dan seberapa jauh kesungguhan kita dalam memahami dan memecahkan sesuatu.113 Membaca sebuah buku bagaikan membaca khazanah pemikiran atau pergulatan hidup seorang manusia yang terpilih. Manusia yang membuat buku (mau dan mampu menulis) dapat dikatakan sebagau manusia terpilih karena sesungguhnya memang tidak mudah untuk
111
Ibid, hlm. 191 Ibid, hlm. 191 113 Ibid, hlm. 191 112
67
menuangkan sebuah pengalaman hidup dalam kalimat-kalimat yang tertata dan dapat dipahami oleh orang lain.114 Hernowo mengatakan bahwa di antara semua teknik untuk membangun tradisi membaca yang ada, membiasakan diri untuk mau membaca setiap hari merupakan teknik yang paling ampuh dan pasti akan mendatangkan kesuksesan. Membaca merupakan ketrampilan sebagaimana memasak, menyetir mobil, dan berenang. Jika kita mau membiasakan diri untuk membaca setiap hari, barang 10 sampai 15 menit, tentulah kemampuan membaca kita akan terus meningkat.115 Tentu saja, memulainya tidak mudah. Secara lebihterperinci, ia membeberkan beberapa strateginya. Pertama, karena Hernowo tahu bahwa membaca itu bukan perbuatan enteng, ia berjanji kepada dirinya sendiri agar terbiasa untuk melakukannya. Ia juga berjanji untuk membaca setiap hari. Sebab, jika sampai satu hari saja terlena dengan tidak membaca, akan sulit untuk membangkitkan kemauan membaca. Akhirnya, dia harus membaca setiap hari meskipun hanya 10 atau 15 menit. Hasilnya, setiap hari ia mampu memenuhi janjinya dengan membaca setiap ada waktu senggang.116 Kedua, karena sudah berjanji kepada diri sendiri untuk setiap hari membaca, menyediakan bacaan dan menyediakan bahan bacaan yang ingin dibaca.117
114
Ibid, hlm. 191 Ibid, hlm. 192 116 Ibid, hlm. 192 117 Ibid, hlm. 193 115
68
Ketiga, senantiasa menjalankan kegiatan “mengikat makna” untuk menunjukkan kepada dirinya sendiri bahwa kegiatan membaca yang dilakukannya itu tidak sia-sia. Jadi, apa pun yang dibaca harus menghasilkan tulisan.118 Tradisi membaca seyogyanya dibangun sejak dini. Memang, bukan hal mustahil tradisi membaca ini tumbuh justru ketika menginjak usia dewasa atau bahkan tua. Tetapi, membaca yang telah dipupuk sejak usia dini jelas akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar terhadap kehidupan seseorang. Membaca yang dibangun sejak dini ini memberikan peluang dan kemungkinan memperoleh manfaat yang jauh lebih besar.119 Jadi, dalam konteks character building, membangun tradisi membaca harus dilakukan dengan membiasakan diri untuk membaca. Setiap ada kesempatan seyogianya dimanfaatkan utnuk membaca. Kalau hal ini dilakukan secara rutin, tentu akan banyak manfaat yang dapat dipetik. Membaca tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga mampu mengubah hidup. 16) Pantang Menyerah Realitas pendidikan kita selama ini menunjukkan betapa lebahnya mentalitas insan didik kita. Mereka berharap mendapatkan nilai bahir tanpa kerja keras. Mereka hanya siap lulus, tetapi tidak siap gagal. Akibatnya, saat pengumuman kelulusan sering muncul berita tragis 118 119
Ibid, hlm. 193 Ibid, hlm. 193
69
tentang mereka yang sampai bunuh diri karena tidak lulus Ujian Nasional. Betapa mengerikan, gara-gara tidak lulus Ujian Nasional harus bunuh diri. Gagal dalam Ujian Nasional bukan berarti tidak ada masa depan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk kehidupan yang jauh lebih baik. Kegagalan tersebut seharusnya juga menjadi bahan refleksi bersama. Mungkin saja mereka tidak belajar secara serius, atau karena mental yang tidak kukuh menghadapi berbagai dinamika kehidupan. Kemajuan
sebuah
bangsa
hanya
bisa
diperoleh
jika
masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah, tekun, berulang kali gagal tetapi tidak patah semangat dan selalu berusaha menemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat. Tetapi, membangun mentalitas Edison tidak bisa hanya dalam kata-kata semata. Harus ada teladan dari pihak guru, birokrasi pendidikan dan semua pihak yang berkaitan
dengan
dunia
pendidikan.
Kesamaan
visi
tentang
implementasi mentalitas Edison akan memberikan langkah yang lebih mudah untuk mewujudkan perubahan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.120 17) Peduli Lingkungan Dalam kerangka character building, peduli lingkungan menjadi nilai yang penting untuk ditumbuhkembangkan. Manusia berkarakter adalah manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik
120
Ibid, hlm.200
70
lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Manusia semacam ini memiliki kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian yang tidak terpisah dari lingkungan sekaligus berusaha untuk berbuat sebaik mungkin bagi lingkungannya. Hubungan timbal balik semacam ini penting artinya untuk harmonisasi lingkungan. Munculnya berbagai persoalan lingkungan yang semakin hari semakin kompleks merupakan cermin dari tidak harmonisnya relasi manusia dengan lingkungan.121 Ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan untuk membangun peduli lingkungan. Langkah pertama adalah dimulai dari kehidupan individu. Orang yang peduli kepada lingkungan idealnya juga telah menerapkan kepedulian tersebut dalam kehidupannya secara pribadi. Tubuhnya selalu bersih, lingkungannya rapi, rumahnya bersih, dan lingkungan tempat tinggalnya juga bersih.122 Character building dalam peduli lingkungan seyogianya dimulai dari keluarga. Pilihan untuk memulai dari keluarga karena dalam keluarga seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Selain keluarga, peduli lingkungan juga harus ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan. Sekolah menjadi media yang paling egektif dalam sistem pendidikan. Sekolah menjadi media yang paling efektif dalam membangun kesadaran dan kepedulian lingkungan.123 18) Peduli Sesama
121
Ibid, hlm. 200 Ibid, hlm. 204 123 Ibid, hlm. 207 122
71
Kehidupan masyarakat sekarang ini bergeser menjadi lebih individualis. Kebersamaan dan saling menolong dengan penuh ketulusan dahulu mnejadi ciri khas masyarakat kita semakin menghilang. Kepedulian tergadap sesama pun semakin menipis. Konsentrasi kehidupan masyarakat sekarang ini didominasi pada bagaimana mencapai mimpi-mimpi materialis.124 Peduli sesama harus dilakukan tanpa pamrih. Tanpa pamrih berarti tidak mengharapkan balasan atas pemberian atau bentuk apa pun yang kita lakukan kepada orang lain. Jadi, saat melakukan aktivitas sebagai bentuk kepedulian, tidak ada keengganan atau ucapan menggerutu. Semuanya dilakukan dengan Cuma-Cuma, tanpa pamrih, hati terbuka dan tanpa menghitung-hitung. Kepedulian sejati itu tidak bersyarat.125 B. Tradisi Amaliyah Nahdlatul Ulama 1. Sejarah Bedirinya NU Nahdlatul Ulama, disingkat dengan NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organissasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/ 16 Rajab 1344 H di Surabaya.126 Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam pada saat itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni
124
Ibid, hlm. 207 Ibid, hlm. 212 126 Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Antologi NU: Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 1 125
72
ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di Tanah Arab dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi dan lain sebagainya akan segera dilarang.127 Tidak hanya itu, Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu.128 Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HIS Cokroaminoto (SI), KH. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah (pesantren). Namun, rupanya ada permainan licik di antara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alasan Kiai Whab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan.129 Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan sakit hati mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan akan 127
Ibid, hlm. 2 Ibid, hlm. 2 129 Ibid, hlm. 2 128
73
rencana Raja Ibnu Ssaud yang akan mengubah model beragama di Makkah. Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah makam dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad Saw pun berencana digusur.130 Bagi para kiai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. KH. Hasyim Asy‟ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada ajaran Islam „murni‟. Namun Kiai Hasyim tidak bisa menerima pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab.131 Di samping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan dan membodoh-bodohkan, maka para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang sudah ada dan masih relevan. Karena latar belakang yang sudah mendesak itulah akhirnya Jam‟iyah Nahdlatul Ulama didirikan.132 2. Pengertian Tradisi Amaliyah NU
130
Ibid, hlm. 2 Ibid, hlm. 3 132 Ibid, hlm. 3 131
74
Tradisi atau sering disebut dengan adat atau „urf merupakan kebiasaan dalam masyarakat dan menjadi salah satu kebutuhan sosial yang sulit untuk ditinggalkan dan berat untuk dilepaskan.133 Amaliyah berarti menunjuk pada kegiatan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan konkret yang tidak bisa dipisahkan dengan konteks dan ruang waktunya masing-masing. Sebagai praktek beragama, tradisi keberagamaan mereka merupakan fenomena kehidupan konkret kemanusiaan baik yang bersifat sosial, budaya atau aspek kehidupan yang lain. Artinya, tradisi tersebut adalah bagian dari praktek keberagamaan yang merupakan fenomena sosial umat beragama Ada beberapa tradisi amaliyah yang dilakukan oleh warga NU. Menurut KH. Muhyiddin Abdusshomad, tradisi amaliah NU secara global meliputi seputar ritual salat, menghormati Nabi Muhammad SAW, penghormatan jenazah, thariqah dan tawasul.134 Salah satu ciri yang paling dasar dari Aswaja adalah moderat (tawassut). Sikap ini tidak saja mampu menjaga para pengikut Aswaja dari keterperosokan kepada perilaku keagamaan yang ekstrem, tapi juga mampu melihat dan menilai fenomena kehidupan secara proporsional.135 Kehidupan tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Itu karena budaya adalah kreasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki
133
Ansori, “Hukum Islam dan Tradisi Masyarakat”, Jurnal Ibda‟, vol 5 no. 1, Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto, Jan-Juni 2007, hlm. 59-71 134 Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU: Akidah, Amaliah dan Tradisi (Surabaya: Khalista, 2008), hlm. 55-121 135 Tim PWNU Jawa Timur, Aswaja An-Nahdliyah: Ajaran Ahlussunnah wa al-jamaah yang berlaku di Lingkungan Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 31
75
kualitas hidupnya. Karena itu, salah satu karakter dasar dari setiap budaya adalah perubahan yang terus-menerus sebagaimana kehidupan itu sendiri. Dan karena diciptakan oleh manusia, maka budaya juga bersifat beragam sebagaimana keragaman manusia.136 Menghadapi budaya atau tradisi, ajaran Aswaja mengacu kepada salah satu kaidah fiqh “al-muhafazhah „ala al-qadimi al-shalih wa alakhdzu bi al-jadid al-ashlah” (mempertahankan kebaikan warisan masa lalu dan mengkreasi hal baru yang lebih baik). Kaidah ini menuntun untuk memperlakukan fenomena kehidupan secara seimbang dan proporsional. Seseorang harus bisa mengapresiasi hasil-hasil kebaikan yang dibuat orang-orang pendahulu (tradisi yang ada), dan bersikap kreatif mencari berbagai terobosan baru untuk menyempurnakan tradisi tersebut atau menciptakan tradisi baru yang lebih baik. Sikap seperti ini memacu untuk tetap bergerak ke depan dan tidak tercerabut dari akar tradisinya.137 Oleh karena itu kaum Sunni tidak a priori terhadap tradisi. Bahkan fiqh Sunni menjadikan tradisi sebagai salah satu yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan sebuah hukum. Hal ini tercermin dalam salah satu kaidah fiqh “al-Adah muhakkamah” (adat menjadi pertimbangan dalam penetapan hukum).138 Sikap tidak apriori terhadap tradisi memungkinkan kaum Sunni bertindak 136
Ibid, hlm. 31 Ibid, hlm. 32 138 Ibid, ihlm. 32 137
selektif
terhadap
tradisi.
Sikap
ini
penting
untuk
76
menghindarkan dari sikap keberagamaan yang destruktif terhadap tradisi setempat. Sikap selektif kaum sunni ini mengacu kepada salah satu kaidah fiqh “ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluh” (jika tidak dapat dicapai kebaikan semuanya, tidak harus ditinggal semuanya).139 Contohnya dalam hal ini adalah slametan atau kondangan atau kenduri yang merupakan tradisi orang Jawa yang ada sejak sebelum Islam datang. Jika kelompok lain memandang slametan sebagai bid‟ah yang harus dihilangkan, kaum Sunni memandang secara proporsional. Yaitu bahwa di dalam slametan ada unsur-unsur kebaikan sekalipun juga mengandung hal-hal yang dilarang agama. Unsur kebaikan dalam slametan antara lain: merekatkan persatuan dalam masuarakat, menjadi sarana bersedekah dan bersykur kepada Tuhan serta mendoakan yang sudag menginggal. Semua tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga tidak ada alasan melenyapkannya sekalipun tidak pernah dipraktikkan oleh Nabi. Sementara hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam misalnya sesaji untuk makkhluk halus bisa diselaraskan dengan ajaran Islam secara pelan-pelan dengan penuh kearifan.140 Sikap tersebut adalah yang diteladankan para Walisongo dalam menyebarkan Islam di Nusantara sebagai pewaris Nabi, Walisongo tentu melakukan dakwah dengan pedoman jelas. Dalam menyikapi tradisi setempat diilhami oleh Nabi Muhammad sebagai panutannya.141
139
Ibid, hlm. 32 Ibid, hlm. 34 141 Ibid, hlm. 35 140
77
Dengan sikap tersebut maka tidak mengherankan jika dakwah kaum Sunni sangat berbeda dengan kaum non-Sunni. Kaum Sunni melakukan dakwah dengan cara arif. Pengikut Aswaja tidak melakukan dakwah secara destruktif (merusak) dengan menghancurkan tatanan atau segala sesuatu yang dianggap sebagai sesat. Jika saat ini banyak kita temui cara-cara dakwah yang penuh dengan kekerasan bahkan berlumuran darah, hal itu tidak sesuai dengan tuntutan dan kaidah Aswaja.142 Sebuah realitas yang tidak terbantahkan bahwa mayoritas umat Islam
Indonesia sejak dulu hingga sekarang menganut faham
Ahlussunnah wal-Jama‟ah dengan mengikuti madzhab Syafi‟i dalam bidang fiqih. Sudah barang tentu mereka mendapatkan faham tersebut dari ulama dan para dai yang mengajak dan mengajarkan tentang agama Islam kepada mereka. Sesuatu yang sangat mustahil jika orang yang menyebarkan agama Islam tidak menganut faham Aswaja sementara yang diajak adalah penganut setia faham Aswaja.143 Selain itu, semua sepakat bahwa dai yang menyebarkan agama Islam ke Nusantara khususnya di pulau Jawa adalah Wali Songo. Karena itu dapat dikatakan bahwa Wali Songo adalah penganut Aswaja, kecuali jika ada fakta sejarah yang menunjukkan bahwa ajaran Aswaja masuk ke
142 143
Ibid, hlm. 35 Muhyiddin Abdusshomad, Op.cit. hlm. 15
78
Indonesia dan merubah faham keagamaan yang telah berkembang terlebih dahulu.144 Prof KH. Saifuddin Zuhri yang dikutip oleh Muhyiddin Abdusshomad menjelaskan beberapa tokoh yang menyebarkan madzhab syafi‟i di Indonesia khususnya pulau Jawa yaitu Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri dan lainnya.145 Bukti lain yang menegaskan bahwa Wali Songo penganut faham Aswaja adalah ritual keagamaan yang dilaksanakan secara turun temurun, tanpa ada perubahan di masjid-masjid besar yang didirikan oleh Wali Songo, misalnya masjid Sunan Ampel Surabaya, Masjid Demak, dan sebagainya.146 3. Bid‟ah dan Sunnah Sunnah secara etimologi artinya jalan, cara dan metode tertentu, walaupun tidak diridlai Allah. Sunnah menurut syar‟i adalah nama atau istilah dari metode yang telah ditetapkan dan dijalankan oleh Rasulullah Saw atau selain Rasulullah yang punya pemahaman yang baik dalam urusan-urusan agama, seperti para Sahabat Nabi, Tabi‟in dan Ulama Salaf. Bid‟ah secara syar‟iyyah adalah menciptakan atau memunculkan suatu amalah yang ada kesan bagian dari syari‟at agama, padahal amalan tersebut bukan bagian dari syari‟at agama. Menurut Syaikh Zaruq yang dikutip oleh Saifuddin Zuhri, Bid‟ah dibagi menjadi tiga: 144
Ibid, hlm. 16 Ibid, hlm. 17 146 Ibid, hlm. 18 145
79
a. Bid‟ah Sharihah (bid‟ah yang jelas) yaitu setiap amaliyah yang ditetapkan dan dilaksanakan tanpa dasar hukum syar‟i yang jelas, seperti hukum wajib, sunnah atau mandub. Bid‟ah yang seperti ini adalah bid‟ah yang paling buruk karena bisa mengabaikan sunnah dan bisa menganulir kebenaran syari‟at. Sekalipun para pembuat bid‟ah yang seperti ini mengajukan seribu sandaran dalil tetap sandaran dalil itu tidak ada gunanya. b. Bid‟ah Idzaffiyyah, adalah setiap amaliyah yang disandarkan pada amaliyah-amaliyah tertentu yang berbau bid‟‟ah. Dan andaikan amaliyah-amaliyah itu diterima keberadaan dalilnya ileh para Ulama, maka amaliyah tersebut bukan bid‟ah lagi. c. Bid‟ah Khilafiyyah, yaitu amaliyah yang ditegakkan diatas dua dalil yang
masih
dipertentangkan
oleh
ulama-ulama
yang
satu
mengatakan bid‟ah dan yang lain mengatakan sunnah, seperti masalah membuat organisasi atau dzikir memakai pengeras suara atau dzikir dengan cara berjama‟ah. Pembagian
bid‟ah
berdasarkan
hukumnya
adalah
sebagai
berikut:147 a. Bid‟ah Wajibah, yaitu upaya untuk belajar ilmu nahwu, ghara‟ib AlQur‟an dan
ghara‟ib Al-Hadits
serta ilmu-ilmu
hubungannya langsung dengan syari‟at.
147
Muhyiddin Abdusshomad,Op.cit, hlm. 21
yang ada
80
b. Bid‟ah Muharramah, yaitu bid‟ah yang dibangun dan dikembangkan oleh kaum jabariyyah, Qodariyyah dan Mujassimah c. Bid‟ah Mandubah yaitu upaya membangun pondok pesantren, madrasah diniyyah dan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ) dan setiap upaya kebaikan yang belum dicetuskan pada zaman Rasulullah SAW. d. Bid‟ah Makruhah yaitu sepertu upaya menghias masjid dan menghias penulisan Al-Qur‟an diluar batas kebutuhan. e. Bid‟ah mubahah seperti berjabat tangan seusai shalat. Lima bid‟ah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagina, yakni :148 a. Bid‟ah Hasanah Bid‟ah hasanah yaitu perbuatan baru yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan dalam keadaan tertentu sangat dianjurkan. Masuk kategiri ini adalah bid‟ah wajibah, mandubah dan mubahah.
b. Bid‟ah Sayyi‟ah Bid‟ah Sayyi‟ah yaitu perbuatan baru yang secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal ini adalah bid‟ah muharromah dan makruhah. Rasulullah SAW bersabda :
148
Ibid, hlm. 22-24
81
:ٔ ٗعيٌ قبهٞ هللا عْٖب قبىذ اُ سع٘ه هللا عيٜعِ عبئشخ سض )234 :ٌٔ اٍشّب فٖ٘ سد (سٗآ ٍغيٞظ عيٍِٞ عَو عَال ى “Dari „Aisyah-radhiallahu „anha-, ia berkata, „sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, „Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada perintah kami atasnya, maka amal itu ditolak” (HR. Muslim, 243)
ٍِ ٌٔ ٗعيٞ هللا عيٚ قبه سع٘ه هللا طي,ش ثِ عجذ هللاٝعِ جش ٍِ االعالً عْخ حغْخ فعَو ثٖب ثعذٓ مزت ىٔ ٍثو اجشٜعِ ف االعالً عْخٜء ٍِٗ عِ فْٜقض ٍِ اج٘سٌٕ شٝ عَو ثٖب ٗال ْقضٝ ٔ ٍثو ٗصس ٍِ عَو ثٖب ٗالٞئخ فعَو ثٖب ثعذٓ مزت عيٞع )4830 :ٌٍِ اٗصاسٌٕ (سٗآ ٍغي “ Dari Jarir bin Abdillah, Rosulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang membuat sunnah yang baik (sunnah hasanah) dalam agama Islam, maka dia akan mendapatkan pahala dari perbuatan tersebut serta pahala dari orang-orang yang mengamalkannya setelah itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa merintis sunnah jelak (sunnah sayyi‟ah), maka ia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya itu dan disa-dosa orang setelahnya yang meniru perbuatan tersebut, tanpa sedikitpun mengurangi dosa-dosa mereka” (HR. Muslim: 4830)
Dari kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua bid‟ah itu dilarang dalam agama. Sebab yang tidak diperkenankan adalah perbuatan yang dikhawatirkan akan menghancurkan sendi-sendi agama Islam. Sedangkan amaliyah yang akan menambah syi‟ar dan daya tarik agama Islam tidak dilarang. Bahkan untuk saat ini sudah waktunya umat Islam lebih kreatif untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan
82
zaman yang makin kompleks, sehingga agama Islam akan selalu releban di setiap waktu dan tempat. 4. Macam-macam Tradisi Amaliyah NU dan Dalilnya Ada banyak tradisi amaliyah NU yang dilakukan oleh masyarakat NU, KH. Muhyiddin Abdusshomad mengklasifikasikan tradisi amaliyah NU diklasifikasikan dalam empat hal, yaitu seputar ritual sholat, menghormati Nabi, penghormatan jenazah dan Thariqat. Dari keempat hal tersebut yang akan dijelaskan lebih rinci adalah amaliyah NU yang dapat dilaksanakan di sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Dzikir dan syair sebelum shalat berjama‟ah Membaca dzikir dan syair sebelum pelaksanaan shalat jama‟ah adalah perbuatan yang boleh dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Kebolehan ini bisa ditinjau dari beberapa sisi.149 Pertama, pada masa Rasulullah SAW para sahabat membaca syair di masjid. Dalam sebuah hadits :
ْشذٝ ٕ٘ٗ ت قبه ٍش عَش ثحغبُ ثِ ثبثذٞذ ثِ اىَغٞعِ عع ٌش ٍْل ثٞٔ ٍِ ٕ٘ خٞٔ فقبىقذ اّشذد ٗفٞ اىَغجذ فيحع اىٜف ٔٞ هللا عيٚشح فقبه اعَعذ سع٘ه هللا طيٝ ٕشٜ اثٚاىزفذ اى ٌذٓ ثشٗح اىقذط قبه اىيٌٖ ّعٝ اىيٌٖ اْٜق٘ه اجت عٝ ٌٗعي )20928 , ٗاحَذ,709 , ٗاىْغبئ,4360 ,(سٗآ اث٘ داٗد
149
Ibid,hlm. 55
83
“Dari Sa‟id bin Musayyah RA, ia berkata, “Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur, namun Hassan menjawab, “Aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu”, kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah RA. Hassan melanjutkan perkataannya, “BUkankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, “Jawablah dariku, ya Allah mudah-mudahan engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus”. Abu Hurairah menjawab, “Ya Allah, benar (aku telah mendengarnya).” (HR. Abu Dawud, 4360, al-Nasa‟I, 709, dan Ahmad, 20928).
Kedua, dari sisi syiar dan penanaman akidah umat. Selain menambah syiar agama, amaliah ini merupakan strategi yang sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Alllah SWT, dzikir dan nasehat.150 Ketiga, dari segi psikologis, lantunan syair yang indah itu dapat menambah semangat dan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakat tersebut dapat menjadi semacam warming up sebelum masuk ke tujuan inti, yakni shalat lima waktu.151 Manfaat lain adalah untuk mengobati rasa jenuh sembari menunggu waktu shalat jama‟ah dilaksanakan. Serta agar para jama‟ah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama‟ah dilaksanakan. 152 b. Mengeraskan dzikir 150
Ibid,hlm. 56 Ibid,hlm. 56 152 Ibid,hlm. 56 151
84
Dalam membaca dzikir, baik pelan ataupun keras ada dalil dan tuntunan dari hadits Nabi SAW.153 Di antara hadits yang menjelaskan keutamaan mengeraskan dzikir adalah:
ٔٞ هللا عيٜ هللا طيٜ قبه اىْج, هللا عْٔ قبهٜشح سضٝ ٕشٜعِ اث ّٜ ٗاّب ٍعٔ ارا رمش،ٜ ثٛ اّب عْذ ظِ عجذٜق٘ه هللا رعبىٝ : ٌٗعي ،ٌ ٍٗغي،7857 ،ٛش ٌٍْٖ (سٗآ اىجخبسٞ ٍإل خٜ ٍإل رمشرٔ فٜف )3812 ،ٔ ٗاثِ ٍبج،3528 ،ٛ ٗاىزشٍز،4832 “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Nabi SAW bersabda, “Allah ta‟ala berfirman, “ saya akan berbuat sesuai dengan keyakinan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku akan selalu bersamanya selama ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat (berdzikir) kepada-Ku di dalam hatinya, maka Aku akan memperhatikannya. Dan jika ia menyebut Aku di dalam suatu perkumpulan (dengan suara yang didengar orang lain) maka Aku akan ingat kepadanya di dalam perkumpulan yang lebih baik dari perkumpulan yang mereka adakan.” (HR. al-Bukhari, 7857, Muslim, 4832, al-Tirmidzi, 3528, dan Ibnu Majah, 3812). Selain itu, banyak sekali do‟a-do‟a yang diajarkan oleh Nabi SAW yang diriwayatkan para sahabat, itu artinya suara Nabi cukup keras sehingga para sahabat dapat mendengar dan menghafalnya.154 Sedangkan hadits yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan pelan adalah:
شٞٔ ٗعيٌ خٞ هللا عيٚعِ ععذ ثِ ٍبىل قبه قبه سع٘ه هللا طي )1397 : (سٗآ احَذٜنفٝش اىشصق ٍبٞ ٗخٜاىزمش اىخف 153 154
Ibid,hlm. 57 Ibid,hlm. 57
85
“Dari Sa‟ad bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Paling baik dzikir adalah yang dilakukan secara samar. Sedangkan rizki yang paling baik adalah yang mencukupi.” (HR. Ahmad, 1397).
Imam Jalaludin al-Suyuthi dalam kitabnya al-Hawi li al-Fatawi juz II yang dikutip oleh Muhyiddin Abdusshomad menjelaskan bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya
ada
kekhawatiran riya‟ atau mengganggu orang lain. Pada selain yang dua ini maka mengeraskan suara itu lebih utama, karena pekerjaan yang dilakukan ketika itu lebih banyak, serta manfaat dari dzikir dengan suara keras itu bias didapatkan oleh orang yang mendengar. Dzikir itu juga dapat mengingatkan hati orang yang membaca serta memusatkan segenap pikirannya untuk terus merenungkan dan menghayati (dzikir yang dibaca, memfokuskan konsentrasi dan pendengarannya,
menghilangkan
ngantuk
serta
menambah
semangat.155 c. Dzikir dengan cara berjama‟ah Membaca dzikir dengan cara berjama‟ah setelah menunaikan shalat maupun dalam momen tertentu seperti dalam acara istighotsah, tahlilan dan lain-lain adalah perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, bahkan termasuk perbuatan yang dituntun oleh agama. Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur‟an yang menunjukkan terhadap dzikir secara berjamaah.
155
Ibid,hlm. 58
86
ٗعجح٘ٓ ثنشح
ٓ٘شا ٗعجحِٞ آٍْ٘ا ارمشٗا هللا رمشا مثٖٝب اىزٝآاٝ )42 -41 : و (االحضاةٞٗاط
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)
Rasulullah SAW bersabda :
ٚ اّب ىعْذ سع٘ه هللا طي: هللا عْٔ قبهٜعِ شذاد ثِ اٗط سض نٌ ٗق٘ه الاىٔ االهللا ففعيْب فقبهٝذٝ اسفع٘ا ا:ٔ ٗعيٌ ارقبهٞهللا عي ثٖزٓ اىنيَخْٜٔ ٗعيٌ اىيٌٖ اّل ثعثزٞ هللا عيٚسع٘ه هللا طي : عبد ثٌ قبهَٖٞب اىجْخ اّل الرخيف اىٞ عيْٜ ثٖب ٗٗعذرْٜٗاٍشر ، ٗاحَذ،1844
،ٌاثششٗا فبُ هللا قذ غفش ىنٌ (اخشجٔ اىحبم
قبه،10 ، ٗاىجضاس،7163
،شٞ اىنجٜ فّٜ ٗاىطشا،124 /4
)ُ٘ ٗسجبىٔ ٍ٘ثق،163 /1 ، ٍجَع اىضٗائذٜ فَٜثٖٞاىحبفع اى Dari syaddad bin Aus RA, ia berkata: “pada saat kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau bersabda: “Angkatlah tangan kalian dan katakanlah, tiada tuhan selain Allah”. Kami pun melakukannya. Lalu Rasululllah SAW bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku dengan membawa kalimat ini, Engkau memerintahkan aku dengan kalimat tersebut dan Engkau menjanjikan aku surga dengan kalimat tersebut, sesungguhnya Engkau tidak akan mengingkari janji.” Kemudian beliau bersabda: “Bergembiralah kalian karena Allah telah mengampuni kalian” (HR. al-Hakim, 1844, Ahmad, 4/124, alThabrani, dalam al-Majmu‟ah al-Kabir, 7163, dan al-Bazzar,10, al-Hafidz al-Haitsami berkata dalam majma‟ al-Zawaid, 1/163, “Para perawi hadits ini dapat dipercaya”)
87
d. Merayakan maulid Nabi Sebagai seorang mukmin, pengungkapan rasa syukur dan kegembiraan atas nikmat yang diterima adalah suatu keharusan. Karena dengan itulah nikmat yang diterima akan terus ditambah oleh Allah SWT. Begitu pula dengan kelahiran seseorang ke alam dunia merupakan
nikmat
tidak
terhingga
yang
harus
disyukuri.
Sebagaimana Rasulullah SAW mensyukuri hari kelahirannya dengan berpuasa. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:156
هللاٚ هللا عْٔ اُ سع٘ه هللا طيٜ سضٛ قزبدح االّظبسٜعِ اث ٜٔ اّضه عيٞٔ ٗىذد ٗفِٞ فقبه فْٞٔ ٗعيٌ عئو عِ طً٘ االثٞعي )1977 ،ٌ(سٗآ ٍغي “Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA, bahwa Rasulallah SAW pernah ditanya tentang puasa senin. Maka beliau menjawab “ pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku” (HR. Muslim, 1977) Walaupun dengan tata cara yang berbeda, tetapi apa yang dilakukan Rasulullah dan perayaan maulid yang dilaksanakan oleh umat Islam saat ini mempunyai esensi yang sama. Yakni bergembira dan bersyukur atas kelahiran Rasulullah SAW sebagai suatu nikmat yang amat besar.157 Sekitar lima abad yang lalu Imam Jalaluddin al-Suyuthi yang dikutip oleh Muhyiddin Abdusshomad pernah menjawab polemik 156 157
Ibid,hlm. 59 Ibid,hlm.70
88
tentang perayaan Maulid Nabi SAW, menjelaskan bahwa semula perayaan Maulid Nabi SAW yaitu manusia berkumpul, membaca alQur‟an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai
perjalanan
kehidupannya.
Kemudian
menghidangkan
makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Semua itu termasuk bid‟ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang mulia.158 Imam Jalaluddin al-Suyuthi mengatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi SAW adalah penguasa Irbil, Raja Muzhafar Abu Sa‟id al-Kukburi bin Zainuddin Ali bin Buktikin, seorang raja yang mulia, luhur dan pemurah. Beliau merayakan Maulid Nabi SAW yang mulia pada bulan Rabi‟ul Awal dengan perayaan yang meriah.159 Beliau adalah seorang raja yang sholeh dan bermadzhab Ahlussunnah. Terkenal sangat pemurah dan baik hati. Beliau adalah seorang yang rendah hati, baik budi, seorang sunni dan mencintai fuqoha dan ahli hadits. Beliau wafat tahun 630 H pada usia beliau 82 tahun.160 e. Membaca Diba‟ dan Barzanji
158
Ibid,hlm. 71 Ibid,hlm. 71 160 Ibid,hlm.71 159
89
Di kalangan Nahdliyin, nama Barzanji dikenal luas sekali. Sebuah kitab yang berisi syair-syair ungkapan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab Barzanji biasa dibaca pada kegiatan tertentu, misalnya peringatan Maulid Nabi, upacara pemberian nama bayi, upacara pernikahan, khitanan dan lain sebagainya. Acara pembacaan kitab barzanji dikenal dengan nama Barzanjen atau Barzanjian.161 Kitab barzanji merupakan sebuah karya seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mulai dari masa-masa sebelum kelahiran, silsilah keturunan, kehidupan masa kanak-kanak, masa remaja, menjadi seorang pemuda hingga diangkat menjadi Rasul. Juga menggambarkan sifat-sifat mulia Rasul, kepribadiannya yang agung. Perjuangan menyebarkan agama Islam, dan lain sebagainya. Semua merupakan teladan bagi kaum muslimin. Tidak heran kalau karya sastra berbentuk prosa dan puisi itu sangat digemari di dunia Islam, termasuk Indonesia, sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional. Bagi mereka yang paham, dengan membacanya dapat meningkatkan iman dan kecintaan kepada Rasulullah, selain itu juga untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah.162
161
Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Ontologi NU Buku I: Sejarah, Istilah, Amaliah dan Uswah,(Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 116 162 Ibid, hlm. 116
90
Kitab Barzanji ditulis oleh Syeikh Ja‟far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Lahir tahun 1690, meninggal pada tahun 1766 M di Madinah.163 Selain akrab dengan barzanji, warga Nahdliyin juga akrab dengan budaya Diba‟an. Yaitu membaca sebuah kitab berbentuk prosa dan puisi dalam Bahasa Arab, yang berisi puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, kisah perjalanan dan sifat-sifat mulianya.164 Kitab itu dikarang oleh Syeikh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafi‟i. Ia dikenal dengan nama ad-Diba‟i. Lahir di Yaman pada bulan Muharram 866 H dan wafat hari Jumat tanggal 12 Rajab 944 H. Dia termasuk penganut Ahlussunnah Waljamaah.165 Karena kitab yang dibaca itu bernama ad-Diba‟i, maka kegiatannya dinamakan Diba‟an. Seperti halnya ketika orang membaca shalawat secara bersama-sama, maka kegiatan itu dinamakan shalawatan.166 Di tengah bacaan Diba‟ terdapat kisah penyambutan rombongan para sahabat Muhajirin yang tengah memasuki kota Madinah. Para peserta Diba‟an biasanya turut berdiri dan membayangkan turut serta menyambut kedatangan Rasulullah, disaat
163
Ibid,hlm. 117 Ibid,hlm. 118 165 Ibid,hlm. 118 166 Ibid,hlm. 119 164
91
membaca kalimat Mahallul Qiyam. Acara seperti itu dinamakan Srakalan.167 (Ontologi NU,118)
f. Membaca shalawat kepada Nabi, keluarga dan sahabat Nabi168 Membaca
sholawat
kepada
Nabi
Muhammad
SAW
merupakan ibadah yang sangat terpuji. Allah SWT berfirman:
ِٔٞ ءاٍْ٘ا طي٘ا عيٖٝب اىزٝباٝ ٜ اىْجٚظيُ٘ عيٝ ٔئنز٠ٍٗ اُ هللا )56 :َب (االحضاةٞٗعيَ٘ا رغي “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya membaca sholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian membaca sholawat disertai salam kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 58) Jelas sekali ayat ini menyuruh umat Islam untuk membaca shalawat kepada Nabi SAW dimanapun dan kapanpun. Tujuannya adalah untuk mengagungkan sekaligus mengharap barokah Nabi SAW. Demikian pula membaca shalawat kepada keluarga dan sahabat Nabi SAW juga dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
ٔ ٗعيٌ اراٞ هللا عيٚ طيٜ قبه مبُ اىْجٚ اٗفٜعِ عجذ هللا ثِ اث ٔ ثظذقزٜ اه فالُ فبربٓ اثٚاربٓ قً٘ ثظذقزٌٖ قبه اىيٌٖ طو عي )1402 :ٛ (سٗآ اىجخبسٚ اٗفٜ اه اثٚفقبه اىيٌٖ طو عي
167 168
Ibid,hlm.119 Muhyiddin Abdusshomad, Op.cit, hlm. 72
92
“Dari Abdullah bin Aufa, ia berkata, “Rasulullah SAW jika diberi sedekah oleh suatu kaum, beliau berdo‟a “Ya Allah mudah-mudahan Engkau mencurahkan shalawat kepada keluarganya”. Dan ketika ayahku memberikan sedekah kepada Rasulullah SAW, beliau juga berdo‟a “Ya Allah mudahmudahan Engkau memberikan shalawat-Mu kepada keluarga Abi Aufa”. (HR. al-Bukhari, 1402)
g. Mahallul Qiyam (Berdiri Ketika Membaca Shalawat) Berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita, bahkan tidak jarang, orang berdiri untuk menghormati benda mati. Misalnya, setiap kali upacara bendera dilaksanakan pada hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya dikumandangkan, maka seluruh peserta upacara diharuskan berdiri. Tujuannya tidak lain hanya untuk menghormat bendera merah putih dan mengenang jasa para pejuang bangsa.169 Maka demikian pula dengan berdiri ketika membaca shalawat. Itu adalah salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hamba Allah SWT yang paling mulia. Nabi SAW bersabda:
ٌٔ ٗعيٞ قبه قبه سع٘ه هللا طو هللا عيٛذ اىخذسٞ ععٜعِ اث )3314 :ٌشمٌ (سٗآ ٍغيٞذمٌ اٗ خٞ عٚ قٍ٘٘ا اى،ىالّظبس “Dari Abi Sa‟id al-Khudri beliau berkata, “Rasulullah SAW bersabda pada sahabat Anshar, “Berdirilah kalian untuk tuan
169
Ibid,hlm.79
93
kalian atau orang yang paling baik di antara kalian” (HR. Muslim,3314) h. Hadiah pahala untuk ahli Kubur Muhyiddin Abdusshomad mengutip pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa sesuai dengan kesepakatan para imam, mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah, baik ibadah badaniyah seperti shalat, puasa, membaca al-Qur‟an, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdoa dan membaca istighfar untuk mayit.170 Ada banyak dalil yang menjelaskan tentang hal ini
ِٝق٘ىُ٘ سثْب اغفشىْب ٗالخ٘اّْب اىزٝ ٌِٕ جبءٗا ٍِ ثعذٝٗاىز ِ ءاٍْ٘ا سثْب اّلٝ قي٘ثْب غال ىيزَٜبُ ٗالرجعو فٝعجقّ٘ب ثبال )10 :ٌ (اىحششٞسءٗف سح “Dan orang-orang yang dating sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo‟a, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang mendahului kami (wafat) dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
بٝ ،ٔ ٗعيٌ فقبهٞ هللا عيٚ طيٜ اىْجٜعِ عبئشخ اُ سجال ار افزيزذ ّفغٖب ٗىٌ ر٘ص ٗاظْٖب ى٘رنيَذٍٜسع٘ه هللا اُ ا )1672 ،ٌرظذقذ افيٖب اجش اُ رظذقذ عْٖب قبه ّعٌ (سٗآ ٍغي
170
Ibid,hlm.81
94
“Dari Aisyah RA, “seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Ibu saya meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi SAW menjawab, “Ya”. (HR. Muslim, 1672). Hadits tersebut di atas menegaskan bahwa pahala shadaqah itu sampai kepada ahli kubur. Ayat dan hadits di atas sekaligus juga menunjukkan
bahwa
menurut
Ahlussunnah
Wal
Jama‟ah,
Ukhuwwah Islamiyyah itu tidak terputus karena kematian. Maka menolong ahli kubur dengan do‟a dan shadaqah yang diwujudkan dalam bentuk tahlilan dan sebagainya itu pahalanya akan sampai kepada mereka. i. Ziarah kubur Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur, karena khawatir umat Islam akan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah umat Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik, Rasulullah SAW membolehkan para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur.171 Rasulullah SAW bersabda:
ٌزنّٖٞ قذ مْذ: ٌٔ ٗعيٞ هللا عيٚذح قبه سع٘ه هللا طيٝعِ ثش َ َش ِح قَج ِْش ا ُ ٍِّ ِٔ فَ ُضْٗ سُْٗ َٕب فَبََِّّٖبٝ ِصْٜ ِبسح اىقج٘س فقذ ا ُ ِرَُ ىِ َُ َح ََّ ٍذ فٝعِ ص )970 ،ٙ ِخ َشحَ (سٗآ اىزشٍزٟرُ َز ِّم ُش ا
171
Ibid,hlm.90
95
“Dari Buraidah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang, Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu pada akhirat.” (HR. al-Tirmidzi, 974)
Ketika berziaroh, seseorang dianjurkan untuk membaca al-Qur‟an atau lainnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
ِٔ َٗ َعيَّ ٌَ اِ ْق َش ُؤْٗ اْٞ َ هللاُ َعيَّٚطي َ ِ قَب َه َسعُْ٘ ُالهلل،بس قَب َه ٍ َ َغٝ ِِ ع َِْ ٍَ ْعقِ ِو ْث )2714 ،ظ (سٗآ اث٘ داٗدٝ ٌ ٍَْ٘ رَب ُمَٚعي َ “Dari Ma‟qil bin Yasar RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Yasin pada orang-orang yang mati di antara kamu” (HR. Abu Dawud, 2714)
Dalil-dalil tersebut membuktikan bahwa ziarah kubur itu memang dianjurkan. Ziarah kubur sangat dianjurkan dalam Islam, sebab manfaat di dalamnya sangat besar. Baik bagi orang yang sudah meninggal dunia berupa hadiah pahala bacaan al-Qur‟an maupun bagi orang yang berziarah itu sendiri, yakni mengingatkan manusia akan kematian yang pasti akan menjemputnya.172 Sedangkan
banyaknya
rombongan
kaum
Nahdliyin
mendatangi makam-makam para wali (khususnya ziarah ke makam Walisongo) adalah untuk bertawassul dan bertabarruk kepada mereka.173
172 173
Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Op.cit, hlm. 163 Ibid, hlm. 163
96
j. Tradisi Tahlilan Tahlil artinya pengucapan kalimat الاىٔ االهللا. Tahlilan artinya bersama-sama melakukan do‟a bagi orang (keluarga, teman dan sebagainya) yang sudah meninggal dunia, agar diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT, yang mana sebelum berdo‟a mengucapkan beberapa kalimah thayibah (kalimah-kalimah yang bagus, yang agung), berupa hamdalah, shalawat, tasbih, beberapa ayat suci al-Qur‟an dan hailalah (tahlil) yang kemudian menjadi nama
dari
keseluruhan
kegiatan
tersebut.
(Tahlil
dalam
perspektif,xii) Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format upacaranya tidak diajarkan secara langsung oleh Rasulullah SAW, namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun unsur-unsur yang terdapat di dalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya membaca surat Yasin, tahlil, tahmid, tasbih dan semacamnya. Karena itu, pelaksanaan tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dari tuntunan Rasulullah SAW.174 Nabi Muhammad SAW bersabda :
174
Muhyiddin Abdusshomad, Op.cit, hlm.95
97
َ ْق ُع ُذٝ ْٔ َٗ َعيَّ ٌَ َالَٞ هللا َعيَّٜطي ِّ ٍذ اى ُخ ْذ ِسْٞ َع ِعِٜع َِْ اَث َ قَب َه َس ُع ُو هللاٛ َُ ْزٌُٖ اىشَّحْ ََخَٞ ْز ُمشُْٗ َُ هللا َع َّض َٗ َج َّو اِ َّال َحفَّ ْزٌُٖ اى ََ َالئِ َنخُ َٗ َغ ِشٝ ًٌ َْ٘ق ْ َََّٗ َضى َّ ِٖ ٌْ اىْٞ َذ َعي )4868 :ٌ ََ ِْ ِع ْْ َذُٓ (سٗآ ٍغيْٞ َِْخُ َٗ َر َم َشُٕ ٌْ هللا فْٞ غ ِن “Dari Abi Sa‟id al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”
Bagi sobihul musibah, tahlilan itu merupakan pelipur lara dan penghapus duka karena ditinggal mati oleh orang yang mereka sayang, bukan penambah kesusahan dan derita. Sebagai bukti, semakin banyak orang yang tahlil, maka tuan rumah semakin senang. Justru tuan rumah akan kecewa dan tambah bersedih jika yang datang untuk tahlilan sangat sedikit.175 Dari sisi sosial, keberadaan tradisi tahlilan mempunyai manfaat yang sangat besar untuk menjalin ukhuwah antar anggota masyarakat.176 k. Penjamuan Makanan dalam Acara Tahlilan Dalam setiap pelaksanaan tahlilan, tuan rumah memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti tahlilan. Selain sebagai sedekah yang pahalanya diberikan kepada orang yang telah meninggal dunia, motivasi tuan rumah adalah sebagai penghormatan
175 176
Ibid,hlm.97 Ibid,hlm.97
98
kepada para tamu yang turut mendoakan keluarga yang meninggal dunia.177 Dilihat dari sisi sedekah, bahwa dalam bentuk apapun, sedekah merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Memberikan makanan kepada orang lain adalah perbuatan yang sangat terpuji.178 Sabda Rasulullah SAW:
ُ َٞع َِْ َع ََ ِش ْث ِِ َعجَ َغخَ قَب َه اَر ٌَّ ِٔ َٗ َعيْٞ َ هللاُ عَٖيَّٜطي َ ِْذ َسعُْ٘ َه هللا ْ ِّتُ اى َن َالً َٗاََٞب َسعُْ٘ َه هللا ٍَب ْاالعالً قَب َه طٝ ذ ُ فَقُ ْي ًط َعب َ ًُ اىطَّ َع ِب )18617 :(سٗآ احَذ “Dari Amr bin Abasah, ia berkata, saya mendatangi Rasulullah SAW kemudian saya bertanya,”Rasul, apakah Islam itu?” Rasul SAW menjawab, “Bertutur kat yang baik dan menyuguhkan makanan” (HR Ahmad, 18617) Kaitannya dengan sedekah untuk mayit, pada masa Rasulullah SAW jangankan makanan, kebunpun disedekahkan dan pahalanya diberikan kepada si mayit.179 Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
ْ َِّٞ رُ ُ٘فٍِّٜ ُ َب َسعُْ٘ َه هللاِ اِ َُّ اٝ ط اَ َُّ َسج اُال قَب َه َ ْْفَ ُعَٖبَٞذ اَف ٍ ع َِْ ا ْث ِِ َعجَّب ُ َظ َّذق قَ ْذَِّّٜك ا َ ٍَ ْخ َشفاب فَب ُ ْش ِٖ ُذْٜ ِذ َع َْْٖب قَب َه َّ َع ٌْ قَب َه فَب ِ َُّ ى َ َاِ ّْز ُ ظ َّذ ْق )605 ،ٛع َْْٖب (سٗآ اىزشٍز َ ِٔ َذ ث َ َر “Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah ada manfaatnya jika aku bersedekah untuknya?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya”. Laki-laki itu 177
Ibid,hlm. 98 Ibid,hlm.98 179 Ibid,hlm.99 178
99
berkata, “Aku memiliki sebidang kebun, maka aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku akan mensedekahkan kebun tersebut atas nama ibuku.” (HR. Tirmidzi, 605)
Dalam menjamu makanan, harus tetap mempertimbangkan kemampuan ekonomi, tidak boleh memaksakan diri untuk sampai mengambil harta anak yatim, ahli waris atau berhutang. Hal tersebut tidak dibenarkan. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya penjamuan itu diadakan ala kadarnya.180 Masyarakat yang melakukan tahlilan hendaknya menata niat dalam hati bahwa apa yang dilakukan itu semata-mata karena Allah SWT. l. Istighotsah Istighotsah artinya memohon pertolongan kepada Allah SWT. Kaum Nahdliyin berhubungan sangat erat dengan istighotsah ini, mulai dari Pengurus Ranting hingga pengurus besar. Hampir semua ranting selalu mempunyai jam‟iyah istighotsah. Demikian pula dengan
Banom-Banomnya,
rata-rata
juga
memiliki
jamaah
istighotsah sendiri-sendiri.181 Istighotsah sangat dianjurkan oleh agama, terlebih ketika sedang menghadapi permasalahan yang besar dan jalan yang ditempuh semakin sulit. Pada saat itulah sambat kepada Allah sangat diperlukan dalam bentuk istighotsah.182 180
Ibid,hlm. 100 Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Op.cit, hlm. 122 182 Ibid, hlm. 122 181
100
Dalam sekala besar, PBNU telah beberapa kali menggelar Istighotsah Nasional, yang dihadiri lebih dari satu juta kaum Nahdliyin. Dzikir yang dibaca dakam istighotsah di kalangan NU memakai dzikir yang dibakukan oleh Jam‟iyah Ahli Thariqah alMuktabarah Bangkalan.183
183
Ibid, hlm. 123
an-Nahdliyah,
ijazah
dari
Syaikhona
Cholil