25
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian. Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dan ilmu pertanian, ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga dikatakan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari suatu proses yang terjadi pada masyarakat, yang bertujuan untuk mendapatkan materi yang cukup. (Daniel mohar.2002.pengantar ekonomi pertanian: 8). Ilmu pertanian dapat dibedakan berdasarkan arti luas dan arti sempit, pertanian dalam arti luas mencakup: 1. Pertanian rakyat atau sering disebut sebagai pertanian dalam arti sempit. 2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar). 3. Kehutanan. 4. Peternakan. 5. Perikanan (dalam perikanan dibagi menjadi dua bagian yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti, beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Usaha tani ini pada umumnya diusahakan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan (subsistensi) petani dan keluarganya. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
26
hasilnya sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga dan faktor faktor produksi atau modal yang dipergunakan sebagian besar berasal dari usaha tani itu sendiri (Mubyarto.1985: pengantar ekonomi pertanian: 15). Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu yang mempelajari prilaku petani serta fenomena fenomena dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik secara mikro maupun makro. Mencakup prilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, proses pengolahan hasil hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum hukum dan hak hak pertanahan. (Mubyarto:1985: pengantar pertanian:4) 2.2. Pembangunan Pertanian. Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan devisa. Tujuan pembangunan akan tercapai apabila memperhatikan kaidah usaha dalam usaha tani dan dukungan pangan yang kuat bagi masyarakat. Kaidah usaha tani meliputi prinsip usaha yakni: keuntungan, sementara pangan yang kuat adalah
Universitas Sumatera Utara
27
jaminan
bahwa
seluruh
warga
terjaga
keamanan
pangannya.
Model
pengembangan pertanian yang digunakan oleh Depertemen Pertanian selama ini dapat dijadikan acuan. Dalam mengembangkan usaha tani kegiatan utama yang harus dilakukan adalah peningkatan produksi barang
pertanian yang dihasilkan petani,
meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan pertanian. Kualitas dan kuantitas yang baik dari produk pertanian yang dihasilkan petani sangat mempengaruhi pendapatan petani. Pasar sangat menuntut kualitas produk sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tingkat pendapatan masyarakat. Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Sangat relevan apabila visi, misi, tujuan dan strategi pembangunan
Universitas Sumatera Utara
28
pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional. (Hanani, dkk:2003:75). 2.3. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian. Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbedabeda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial , budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia telah menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak Negara dan menggolongkannya menjadi syarat syarat mutlak dan syarat syarat pelancar. Menurut Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu syarat saja tidak ada maka terhentilah pembanguanan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat syarat mutlak tersebut adalah: 1. Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang. 3. Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani. 5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu. Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas , menurut Mosher ada lima syarat lagi yang keberadaannya tidak harus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat syarat atau sarana pelancar tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
29
1. Pendidikan dan pembangunan. 2. Kredit produksi. 3. Kegiatan gotong royong petani. 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian. Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat diatas berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, bahwa iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan Repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian. Di samping adanya repelita yang sifatnya merangsang itu pemerintah menciptakan kebijaksanaan kebijaksanaan
khusus yang sifatnya merangsang
pula. Misalnya kebijakan harga beras minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan perlombaan dengan hadiah yang menarik pada petani teladan dan lain lain. Pendidikan pembangunan pada para petani di desa, baik mengenai teknikteknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan. Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang, misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat
Universitas Sumatera Utara
30
dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produuksi. (Mubyarto:1985: pengantar ekonomi pertanian:194). 2.4. Teori Produksi Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.
Input(modal, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain
Fungsi produksi (dengan tekhnologi tertentu)
Output (barang/ jasa)
Gambar 2.1. Proses Produksi Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut: Q= f(K, L, R.T) Dimana: K= L=
Jumlah stok modal. Jumlah tenaga kerja. Meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keusahawanan.
R=
Kekayaan alam.
T=
Tekhnologi ysng digunakan.
Q=
Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor produksi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
31
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat tekhnologi yang digunakan. Fungsi produksi untuk setiap komoditi juga diartikan sebagi suatu persamaan tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi perunit waktu untuk setiap kombinasi input alternative, bila menggunakan teknik produksi yang tersedia. Fungsi produksi pertanian yang sederhana diperoleh dengan menggunakan berbagai alternative jumlah tenaga kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah tertentu yang tetap mencatat alternative output yang dihasilkan per unit waktu. Sebagai contoh fungsi produksi gambir menunjukkan jumlah getah ( filtrate) yang dihasilkan dari luas areal tanaman gambir, jumlah pohon gambir yang ditanam, banyaknya tenaga kerja yang digunakan, banyaknya pupuk dan obat obatan yang digunakan dan lain lain. Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan berikut: 1. Teori produksi dengan satu faktor berubah. 2. Teori produksi dengan dua faktor berubah. 2.4.1. Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah. Teori produksi dengan satu faktor berubah yaitu teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan julah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
Universitas Sumatera Utara
32
produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan, teknologi juga dianggap tidak mengalami perubahan, satu-satunya faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya adalah tenaga kerja. •
Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya ( tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit , pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi jika sudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negative. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu: a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat. b. Tahap kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat. c. Tahap ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 2.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Tanah
Tenaga
Produks
Produksi
Produksi
Tahap 6
(hektar)
kerja
i total
marginal
rata rata
(Unit)
(orang)
(unit)
(unit)
(unit)
1
2
3
4
5
(6)
1
1
150
150
150
Pertama
1
2
400
250
200
1
3
810
410
270
1
4
1080
270
270
1
5
1290
210
258
1
6
1440
150
240
1
7
1505
65
215
1
8
1520
15
180
1
9
1440
-80
160
1
10
1300
-140
130
Kedua
Ketiga
Dalam tabel 2.1. dijelaskan suatu gambaran mengenai produksi suatu barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya , tetapi jumlah tenaga kerjanya berubah- ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan dalam kolom (3) mengalami pertambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah 1 menjadi 2 dan 2 menjadi 3. Maka dalam kegiatan ini produksi mencapai tahap pertama. Dalam tahap ini setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan
Universitas Sumatera Utara
34
produksi yang semakin besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis ekonomi produksi ini disebut sebagai produksi marginal pekerja yang semakin bertambah. Data dalam kolom ke empat yaitu data produksi marginal pada tahap pertama, menggambarkan keadaan tersebut. Apabila tenaga kerja ditambah dari tiga menjadi empat, kemudian dari empat menjadi lima, dari lima menjadi 6 selanjutnya menjadi 7. Produksi total tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit. Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana produksi marginal semakin berkurang. Maksudnya setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumnya. Pada tahap ketiga, pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total yaitu produksi total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8 , produksi total masih mengalami peningkatan, yakni sebanyak 15 unit. Akan tetapi apabila satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi 9 pekerja, maka produksi totalnya menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.(Sadono sukirno:2005:mikro ekonomi teori pengantar:196). •
Produksi Total, Produksi rata rata dan Produksi marginal. Kolom empat pada tabel 2.1 menunjukkan nilai produksi marginal yaitu
tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ΔL adalah pertambahan tenaga kerja, ΔTP adalah
Universitas Sumatera Utara
35
pertambahan produksi total maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: MP =
∆TP ∆L
Besarnya produksi rata rata yaitu produksi yang secara rata rata yang dihasilkan oleh setiap pekerja ditunjukkan kolom 5. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
AP =
TP L
TAHAPAN PRODUKSI Y
TP L
I
II
III
AP L MP L
X
Gambar 2.2: kurva tahapan produksi
Universitas Sumatera Utara
36
Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rat a dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas. Kurva TP adalah kurva produksi total. Tahap I: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP cekung keatas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin menaik. Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak keatas. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut maka kurva produksi rata rata menurun kebawah yang menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP menggambarkan peermulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata rata mencapai tingkat paling tinggi. Tahap III : dimulai ketika dilakukan laagi penambahan tenaga kerja. Pada tahap tersebut MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut berada
Universitas Sumatera Utara
37
dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang negatif. Kurva produksi total TP mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. 2.4.2. Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan modal. Dimisalkan bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat dipertukarkan kegunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal ataupun sebaliknya modal dapat menggantikan tenaga kerja. Apabila harga tenaga kerja dan pembayarannya perunit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usaha untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan. 2.4.3
Production Possibility Curve Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative,
apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep production
possibility
curve
atau
disebut
production
frontier
dapat
mengungkapkan keterangan diatas.
Universitas Sumatera Utara
38
Dalam penerapannya pengertian ini mendukung
makna berupa
penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya pengertian
production
possibility
curve
sendiri
merupakan
alternative
pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. (Nasution, S.H, 2007:55).
Production Possibility C
Produk (A) perunit U i
P
R
Q
• E
0
T
S
Produk (B) per Unit
Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve. Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Output = f (input.
Universitas Sumatera Utara
39
2.4.4. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik. Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumla input yang diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu. (Samuelson dan Nordhaus: Ekonomi Mikro: Edisi Keempat belas:200:125). Juga disebutkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno, 1994:193). Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
40
Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f (X1,) Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,X2 dan lainnya juga dapat diketahui. 2.4.5. Beberapa Bentuk Fungsi Produksi Fungsi produksi terdiri dari tiga bentuk, yaitu 1. Fungsi produksi Leontief, fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh Wasilly Leontief. 2. Fungsi produksi Cobb Douglas 3. Fungsi produksi CES. 2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob, C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A Tehory of Production” (Suhartati, T, 2003:104).
Universitas Sumatera Utara
41
Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan: Q = AK α L β Keterangan: Q = output K = input modal L = input tenaga kerja A = parameter efisiensi/koefisien teknologi a = elastisitas input modal b = elastisitas input tenaga kerja Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi: LnQ = LnA + αLnK + βLnL + ε Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
42
Fungsi produksi Cobb Douglas: Q = AK α Lβ Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka: Q 2 = A (2K 1 ) α . (2L 1 ) β = A2 α K 1 α .2 β L 1 β =2
α +β
AK1α. L 1β
= 2 α+β Q1 Jadi, bila α+β = 1, maka Q 2 = 2 Q 1 , berlaku constan return to scale bila α+β > 1, maka Q 2 > 2 Q 1 , berlaku increasing return to scale bila α+β < 1, maka Q 2 < 2 Q 1 , berlaku decreing return to scale Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale ( Nicholson : 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula. Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquat linear. Dapat dilihat dengan jelas pada tabel dibawah:
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 2.2. Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi
A
Tenaga Kerja (Unit) 1
Modal (Unit) 6
B
2
3
C
3
2
D
6
1
Gabungan
Misalkan seorang pengusaha ingin memproduksi barang sebanyak 1000 unit. Untuk memproduksikan barang tersebut ia menggunakan tenaga kerja dan modal yang penggunaanya dapat dipertukarkan. Gabungan A menunjukkan bahwa 1 unit tenaga kerja dan 6 unit modal dapat menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 2 unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan yang diperlukan adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal. (Sadono Sukirno:1994: Mikro Ekonomi, Teori Pengantar:199.120). 2.5.
Faktor-Faktor Produksi.
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga turut serta sebagai penentu pencapaian prroduksi.
Universitas Sumatera Utara
44
Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Faktor produksi tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Tanah Tanah merupakan
salah satu faktor produksi pertanian yaitu tempat
dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi dihasilkan. Dalam pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. (Mubyarto:1984:pengantar ekonomi pertanian:76). Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya, seperti air, udara, temperatur sinar matahari dan lain-lain. Semuanya secara bersama-sama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau jenis tanaman tertentu agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pada faktor produksi tanah itu sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kekayaan kimianya yang menentukan tingkat kelenggasan dan kesuburannya. (Moehar daniel: 2001: Pengantar Ekonomi Pertanian: 55). Keberadaan faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, akan tetapi juga dari segi yang lain seperti: jenis tanah, tujuan penggunaan lahan, topografi, pemilikan tanah, nilai tanah fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah.(Moehar daniel:2001:pengantar ekonomi pertanian:56).
Universitas Sumatera Utara
45
Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah: 1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktual dari tanah 2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah 3. Produktivitas tanah. 4. Nilai sosial ekonomis dari tanah. 2.
Tenaga Kerja Menurut pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja adalah penduduk dalam
usia kerja yaitu yang berumur 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja tidak hanya dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat mempengaruhi hasil produksi usaha yang bersangkutan. Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang memiliki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar. (Mubyarto :1984: pengantar ekonomi pertanian :104). Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama pada setiap cabang produksi juga dalam satu cabang produksi itu sendiri. Keadaan ini tergantung kepada usaha produksi itu sendiri. Apakah padat karya (labor intensive) atau padat modal (capital intensive).
Universitas Sumatera Utara
46
3. Modal. Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan. (Mubyarto: 1984: pengantar ekonomi pertanian:91). Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu: modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Seperti: mesin, pabrik, gedung dan lain lain. Sedangkan modal bergerak adalah barang barang yang digunakan hanya sekali pakai. Yakni barang barang yang habis dipergunakan untuk proses produksi. Misalnya: bahan mentah, pupuk, bahan bakar dan lain-lain. (Moehar Daniel:2001: pengantar ekonomi pertanian:74). Modal dapat terbentuk karena: 1. Produksi. 2. Penabungan dari produksi. 3. Pemakaian tabungan untuk produksi selanjutnya. Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut dinamakan makin padat modal atau makin intensif.
Universitas Sumatera Utara
47
2.6.
Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir 2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan uncaria gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa kopikopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm. Daun tunggal berhadapan, bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-10 cm, lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun pendek, bunganya tersusun majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun, mahkota berwarna merah muda, kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong seperti bunga kopi. Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang hingga 2 cm dan penuh dengan biji-biji halus yang berukuran ±1 - 2 cm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena angin. Di dalam inti biji terdapat calon akar radicula, calon batang cauliculus, dan daun lembaga cotyledone
A. Syarat Tumbuh Tanaman Gambir.
Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup banyak dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450 mm pada bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata setiap tahun. Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur
Universitas Sumatera Utara
48
namun biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air yang tergenang.
B. Teknis Budidaya Gambir
Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara,yaitu vegetative dan generative. Perbanyakan vegetative, dilakukan dengan stek dari bagian tanaman. Dan biasanya tanaman gambir dapat tumbuh dengan cara ini apabila masa penyetekannya dilakukan pada musim hujan. Dan apabila dilakukan pada musim kemarau maka cara menanam dengan cara seperti ini menghasilkan bibit dalam jumlah yang terbatas dan hasilnya belum tentu sempurna. Akan tetapi cara penanaman seperti ini dipakai oleh sebahagian besar petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
Adapun yang menggunakan pembibitan dengan cara generative jumlahnya hanya sedikit. Namun di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat, lebih banyak menggunakan pembibitan dengan cara generative. Sebaiknya untuk perbanyakan bibit gambir untuk tujuan budidaya yang lebih luas dipakai cara generative dengan menggunakan biji. Cara ini cukup murah biayanya dan mudah dilaksanakan ditingkat petani.
Universitas Sumatera Utara
49
C. Bibit Tanaman •
Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman gambir 16 kali kebutuhan normal, karena daya kecambahnya dibawwah 60%
•
Kebutuhan bibit untuk satu hektar dengan jarak tanaman 2 x 2 m adalah 2.500 batang, maka diperlukan benih 16 x 2.500 = 40.000 biji (± 10 mg = 2 kotak korek api)
•
Kemungkinan hidup pada tingkat pembibitan 50%, pada tingkat pemindaha ke polybag 50%, tingkat lapangan 50%.
D. Persiapan Benih
1. Benih atau biji diambil langsung dari pohon gambir yang tidak pernah dipanen daunnya. 2. Buah yang diambil telah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna polong kuning kecoklatan atau sudah ada satu atau dua polong yang pecah, dipetik lalu dijemur 2 - 3 hari. 3. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa, agar buah yang bijinya pecah tidak terbang. 4. Biji yang berwarna terang coklat dianggap baik, sedangkan yang berwarna hitam gelap dibuang, bila ada biji yang belum yang belum lepas dari kulit buahnya, supaya dilepaskan dengan tangan. 5. Setelah benih yang terkumpul cukup , dilakukan seleksi ulang, benih yang baik siap untuk disemai.
Universitas Sumatera Utara
50
E. Persemaian dan Pelumpuran. •
Lokasi persemaian harus dekat dengan sumber air, untuk memudahkan dalam melakukan penyiraman.
•
Lokasi yang memenuhi syarat dibersihkan dan diolah, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 30 cm.
•
Antar bedengan dibuat selokan selebar 30 – 50 cm
•
Bedengan yang telah siap dilapisi dengan lumpur setebal 1-3cm agar benih tidak masuk terlalu jauh kedalam tanah, disamping itu untuk merekatkan benih agar tidak hanyut atau diterbangkan angin.
•
Bedengan diberi peteduh dari daun alang alang atau daun kelapa yang tinggi dibagian timur dan rendah dibagian barat.
•
Untuk 10 mg benih (2 kotak korek api) diperlukan persemaian 4 – 6 m2.
F. Penebaran Benih •
Bedengan yang telah diberi lumpur dibasahi sambil dilicinkan denagn menggosok gosokkan tangan kepermukaan lumpur.
•
Benih yang telah disiapkan langsung ditabur dengan ayakan akan langsung merekat dipermukaan lumpur.
G. Pengairan dan Penyiraman. •
Setelah benih ditabur, selokan terus menerus diairi atau digenangi air agar tanah tetap lembab atau dilakukan penyiraman dengan sprayer sesering mungkin agar tanah tetap lembab
Universitas Sumatera Utara
51
H. Pemeliharaan Bibit •
Setelah penaburan benih dilakukan, permukaan bedengan diisemprot denga pestisida untuk mengatasi semut semut yang akan merusak bibit.
•
Setelah benih tumbuh, dilakukan penyiangan, supaya tidak terjadi persaingan bibit dengan gulma.
I. Pemindahan Bibit ke Polybag. •
Bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag pada umur 2 bulan dan telah mempunyai 2-4 pasang daun.
•
Polybag yang telah diisi tanah lapisan atas (humus) dicampur dengan pupuk kadang, disusun dan diberi naungan dengan daun alang alang atau daun kelapa.
•
Pemindahan bibit dengan sekop kecil, jangan dicabut, bibit dengan tanah yang terbawa langsung ditanamkan ke polybag.
•
Bibit di polybag disemprot dengan zat perangsang tumbuh, seperti atonik, sampai basah baik tanaman maupun tanahnya supaya bibit yang baru dipindahkan tidak stagnasi.
J. Pemeliharaan Bibit dalam Polybag. •
Selama dipolybag, bibit disemprot dengan pestisida cukup satu kali saja, setelah penyemprotan dengan atomic.
•
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari dan penyiangan gulma.
Universitas Sumatera Utara
52
•
Setelah berumur satu bulan, naungan dikurangi 25% dan limabelas hari berikutnya menjadi 15%, berikutnya menjadi 50% dan 15 hari kemudian tidak ada naungan lagi.
•
Setelah bibit berumur 6 - 7 bulan, sudah dapat dipindahkan kelapangan.
K. Penanaman
Bibit ditanam dalam lobang tanam berukuran 30x30x30cm,yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan jarak tanam 1-2 meter.
L. Pemeliharaan Tanaman Gambir
Penyiangan dilakukan dua kali setahun, untuk pemupukan dapat digunakan ampas daun, sisa pemerasan yang ditaburkan disekitar batang tanaman. Untuk mempertahankan produktivitasnya, perlu diberikan pupuk kandang atau kompos. Untuk penanaman kecil kecilan , gambir biasanya bebas dari penyakit dan hama serius. Akan tetapi pada pertanaman monokultur yang luas, serangan hama ulat dan kumbang banyak terjadi.
Ada sejenis kutu yang dapat menyebabkan tumbuhnya perbungaan yang luar biasa besarnya, dan juga menyerang daun. Bagian tanaman gambir yang diserang hama biasanya adalah daunnya. Dimana daun menjadi berlobang lobang dan rusak sehingga produksi getah menjadi berkurang. Sedangkan serangan hama yang berbahaya adalah jenis penghisap yang mengakibatkan pucuk muda atau titik tumbuh menjadi kering dan mati. Akibatnya pertumbuhan cabang terhenti sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak rimbun. Hama yang sering ditemui pada tanaman gambir adalah lundi (larva kumbang dalam tanah) dan ulat daun,
Universitas Sumatera Utara
53
hama daun (glypodes psittatulis/ oreta ekstensa), hama kepik (helopeltis sumatranus roepke/hyalopeplus), tinggana gambir dan hama belalang (sitanju).
M. Pemupukan
Untuk mendapatkan produksi gambir yang optimal perlu adanya pemupukan, karena kandungan hara dalam tanah sangat terbatas dan cenderung habis bila diserap tanaman terus menerus.
Penggunaan pupuk pada tanaman gambir mempunyai dua tujuan utama yaitu:
1. Menambah unsur hara untuk berproduksi. 2. Memperkecil penurunan kesuburan tanah di daerah perakaran tanaman.
N. Hama dan Penyakit Tanaman Gambir.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman gambir sampai saat ini dapat dikatakan tidak ada, kalaupun ada hal tersebut belum merupakan suatau bahaya yang mengancam pertumbuhan tanaman gambir. Serangan hama yang pernah dijumpai menyerang tanaman gambir
ada tiga jenis yaitu: hama penggulung
daun, kumbang pemakan daun daan wereng batang. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
54
O. Pemanenan
Pada umur 12 - 14 bulan tanaman gambir tingginya sudah mencapai 1.5 1.8 m. Panen gambir dilakukan dengan cara memangkas ranting beserta daun setinggi ± 5cm dari pangkal ranting gambir. Panen pertama dapat dilakukan pada umu 1.5 tahun atau lebih cepat tergantung pertumbuhan tanaman. Selanjutnya panen dapat dilakukan 3 sampai 4 kali setahun. Tanaman gambir dapat produktif sampai selama lamanya apabila selalu dirawat dan tidak ada tanaman lain yang melindunginya dari cahaya matahari. Apabila pertumbuhan tanaman gambir baik, tanaman gambir dapat menghasilkan 5 kg daun ditambah ranting muda sekali panen pertanaman.
Ciri ciri tanaman gambir yang sudah dapat dipanen adalah:
1. Daun sudah berwarna hijau muda atau hijau tua dan apabila dirasakan dengan tangan sudah agak keras. 2. Ranting berwarna hijau kecoklatan. 3.
Daun bila diremas sedikit saja dengan tangan sudah mengeluarkan getah.
2.6.2. Proses Produksi Komoditi Gambir
Semua daun yang sudah dipetik harus segera diolah, sebab setelah 24 jam dipetik dari batang daun menjadi layu maka akan berkurang getahnya. Untuk itu banyaknya daun yang dipetik harus disesuaikan dengan kemampuan untuk mengolah. Akan tetapi untuk mengatasi agar daun menjadi tidak layu biasanya para petani memetik daun gambir pada sore hari, lalu disiram dengan air, lalu goni
Universitas Sumatera Utara
55
penampungan daun dibiarkan terbuka agar daun
terkena udara malam yang
dingin, sehingga keesokan harinya daun tetap segar.
A. Peralatan dalam Pengolahan
1. Tungku (dalikan), kayu bakar (sebban) dan dandang besar sebagai tempat untuk merebus daun gambir sehingga dapat diperoleh getahnya. 2. Keranjang dari rotan (kirang) atau goni sebagai tempat untuk membawa daun gambir dari kebun ke tempat pengolahan. 3. Sapik (kapiten). Sapik (kapiten) adalah alat tradisional untuk memeras daun gambir untuk mendapatkan getah. Alat ini dapat memuat 40 kg daun gambir setiap kali pemerasan. 4. Palu. Alat ini digunakan untuk memasang baji pada alat kapiten/sapik. Palu tersebut memiliki berat 15-20 kg. 5. Peraku tanam. Alat ini berupa wadah dari kayu untuk menampung cairan hasil pemerasan daun gambir. 6. Peraku panjang. Alat ini digunakan untuk solidifikasi getah gambir sehingga berupa pasta. 7. Alat pres semi mekanis. Alat ini memeras gambir dengan kombinasi pres hidrolik dan pres ulir. Dianjurkan menggunakan pres hidrolik (dongkrak) berkekuatan 50 ton. Bisanya alat seperti ini digunakan oleh pabrik yang mengolah daun gambir secara besar besaran, bukan untuk petani gambir yang mengolah secara kecil kecilan. 8. Ember atau baskom yang berukuran besar untuk menampuh perasan getah gambir . Biasanya alat ini digunakan oleh petani yang mengolah gambir
Universitas Sumatera Utara
56
secara kecil kecilan. Sedangkan pabrik pengolahan daun gambir menggunakan peraku tanam. 9. Cetakan. Berbentuk tabung silinders dan ada juga yang dibentuk dengan tangan.
B. Cara Pengolahan Gambir.
Pada usaha tani dan proses pengolahan daun gambir, tahap yang paling penting adalah tahap pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi pasta gambir dilakukan di lahan/ kebun petani yang berlokasi umumnya jauh dari rumah petani. Pada umumnya petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat masih menggunakan alat pengolahan sederhana/tradisional berupa kempa/ kapiten /sapik yang terbuat dari dua bilah kayu besar berbentuk huruf V dengan panjang kayu sekitar 3 meter. Selain hasilnya bermutu rendah, dibutuhkan waktu relatif lama, biaya lebih tinggi dan agak sulit mencari tenaga kerja spesifik seperti tukang kempa tersebut. Seorang tukang kempa sebaiknya mempunyai postur tubuh yang memadai, kuat tenaganya serta kuat bekerja karena pengoperasian alat kempa tersebut disamping menguras tenaga juga beresiko terhadap keselamatan kerja dan harus mempunyai sedikit keterampilan dalam memproses getah gambir tersebut.
Cara pengolahan gambir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Perebusan. Daun direbus/belgang selama 60 - 90 menit. Selama perebusan dilakukan pembalikan daun agar matangnya rata, dibolak balik sambil
Universitas Sumatera Utara
57
ditusuk tusuk dengan kayu gulungan daun dengan maksud untuk memberi jalan air panas agar perebusan merata. 2. Pengempaan/Pemerasan Getah. Tahap ini dianggap masyarakat sebagai tahap yang terpenting karena pada tahap tersebut diharapkan adalah banyaknya hasil getah gambir setelah pengempaan. Setelah daun selesai direbus, dan diangkat kemudian dimasukkan kedalam goni kemudian dililit kembali dengan rajut agar padat, air bekas rebusan disiramkan kembali kedaun yang akan dikempa karena banyak asam samak yang terlarut dalam proses perebusan, selanjutnya diletakkan diantara kedua belah kayu tersebut, kemudian dirapatkan menggunakan pasak kayu pada sisi kanan dan kiri serta getah hasil pemerasan daun ditampung dengan ember dibawah alat kempa. Dengan merapatnya kayu balok tersebut keluarlah getah daun dan ranting gambir. Proses pengempaan membutuhkan waktu sekitar 60 menit sampai 80 menit.
3. Pengendapan Getah gambir
yang diperoleh dari proses pengempaan atau
pengepresan dimasukkan kedalam sebuah tempat pengendapan yang terdiri dari kayu mirip perahu (peraku) atau dapat juga berupa ember berukuran besar. Pengendapan memerlukan waktu sekitar 8 - 12 jam. Endapan yang diperoleh berbentuk kristal kristal seperti pasta tetapi lebih encer lagi.
Universitas Sumatera Utara
58
4. Penirisan. Alat penirisan dapat berupa kain blacu atau goni, tali dan alat pemberat seperti batu, kayu dan lain lain. Getah dalam bentuk pasta encer dimasukkan kedalam kain blacu atau goni, diikat dan dipres lagi dengan alat pemberat batu tersebut agar pasta menjadi lebih pekat dan dapat segera dicetak. Penirisan biasanya menggunakan waktu 10 - 20 jam. Tergantung pada banyaknya getah yang ditiriskan. 5. Pencetakan. Ada dua macam bentuk cetakan gambir, untuk konsumsi dalam negeri/ makan sirih gambir dicetak berbentuk bulatan bulatan. Sedangkan untuk tujuan ekspor atau industri batik penyamak dan lain lain gambir dicetak berbentuk coin dan silinders. Setiap kilogram bahan baku gambir mampu dicetak dalam waktu sekitar 25-30 menit perorang. 6. Pengeringan. Pengeringan merupakan proses terakhir dalam pengolahan gambir. Hasil cetakan getah gambir kemudian diletakkan diatas tempat yang dinamakan dengan rimpi/baki, dijemur dengan menggunakan cahaya matahari. Bila cuaca mendung, dikeringkan diatas tungku perebusan daun (dalam bahasa pakpak dikenal dengan sebutan para). Pengeringan memerlukan waktu 5 - 7 hari, atau tergantung cuaca yang sedang barlangsung. Gambir yang sudah kering diangkut kerumah pemilik, biasanya menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga.
Universitas Sumatera Utara
59
2.6.3. Diagram Alir Pengolahan Daun Gambir. DAUN GAMBIR
PEREBUSAN
PEMERASAN
AMPAS
FILTRATE
PENGENTALAN
PASTA GAMBIR
PENIRISAN
PENCETAKAN
PENGERINGAN Sumber:Wawancara dengan Responden
Universitas Sumatera Utara
60
2.6.4. Manfaat Gambir.
Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen dalam menyirih yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara sejak 2500 tahun yang lalu. Beberapa zat kimia penting terdapat dalam gambir yaitu catekhin dan asam tannin cartekhu yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri,seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan.(Nazir: 2001: Gambir,budidaya,pengolahan dan prospek diversifikasinya).
Fungsi gambir yang tengah dikembangkan saat ini adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu acacia mearnsi, kayu schinopsis balansa, serta kulit polong caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain. 2.7. Wilayah Potensi Besar Pengembangan Komoditi Gambir di Indonesia 2.7.1. Provinsi Sumatera Barat. Daerah penghasil gambir yang utama di Indonesia adalah provinsi Sumatera Barat. Sumbanganya terhadap devisa di provinsi tersebut sangat besar. Sekitar 90% produksi gambir di Indonesia dihasilkan dari provinsi Sumatera Barat. Sehinggan Sumatera Barat dijadikan barometer produksi gambir Indonesia. Adapun daerah yang menjadi pusat produksi gambir di Kabupaten Sumatera Barat adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 2.3. Daerah Sentral Serta Luas Tanaman Gambir di Provinsi Sumatera Barat. No
Daerah
Luas Area (Ha)
Produksi (Ton)
755
444
1
Kabupaten Pasaman.
2 3
Kabupaten Lima Puluh Kota Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Padang Pariaman.
13.749 15
8.166 29
147
20
5
Kabupaten Pesisir Selatan.
3.053
1.545
6
Kabupaten Sawah Lunto.
98
22
7
Kodya Padang.
74
10
8
Kodya S. Lunto
34
9
4
Jumlah 1.139.802 Sumber: BPS:Sumatera Barat dalam Angka: 2005
543.711
2.7.2. Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi Sumatera Utara penghasil gambir terdiri dari dua Kabupaten yakni Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, namun luas tanaman dan hasil gambir dari Kabupaten Dairi tidak begitu banyak dan sangat sedikit masyarakat yang bermata pencaharian budidaya tanaman dan pengolahan daun gambir menjadi getah. Sangat berbeda dengan Kabupaten Pakpak Bharat yang dimekarkan dari Kabupaten Dairi. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan daerah penghasil gambir kedua setelah Provinsi Sumatera Barat. Saat ini sebagian besar penduduk yang berprofesi sebagai petani, menggantungkan kehidupannya pada usaha bertanam dan mengolah daun gambir getah. Potensi pengembangan gambir di kabupaten Pakpak Bharat masih sangat besar mengingat wilayah tersebut
Universitas Sumatera Utara
62
dikelilingi hutan yang luasnya mencapai 87% dari total luas wilayah seluas 121.830 Ha. Pada umumnya masyarakat di setiap Kecamatan memiliki usaha tanaman budidaya dan pengolahan daun gambir menjadi getah, akan tetapi yang menjadi pusat pertanian gambir adalah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Siempat Rube dan Kecamatan Tinada, di kecamatan tersebut bertanam dan mengolah daun gambir menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk. Dan menurut keterangan penduduk uasaha tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka jika dirawat dan diusahakan terus menerus. Dan hal tersebut sangat didukung oleh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang selama ini sudah mengembangkan tanaman tersebut. Adapun daerah yang menjadi sentral gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. Luas dan Produksi Gambir Perkecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat
No
Kecamatan
Luas Area (Ha)
Produksi (Ton)
34.5
1550
Rata-Rata Produksi (Kg/Ha/Thn) 53.48
KK
1
Salak
2
Sitellu Tali Urang Jehe Pagindar
116.81 574
1600 1750
174.1 873.25
185 503
4
Sitellu Tali Urang Julu
12
1550
18.6
12
5
Pergetteng G. Sengkut. Kerajaan Tinada
98 8 80.3
1600 1600 1600
115.2 12.8 120.48
124 98 80
3
6 7
64
8
Siempat Rube 112.53 1575 156.21 249 Jumlah 1.036.14 12.582 1.524.12 1.315 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2009.
Universitas Sumatera Utara
63
2.7.3. Provinsi Riau Tidak banyak orang mengetahui bahwa provinsi Riau yakni Kabupaten Singkap mempunyai potensi komoditi unggulan yakni perkebunan gambir. Saat ini terdapat ribuan Ha kebun gambir yang terbentang di kawasan lembah Gubung Lanjut Raya, Kecamatan Singkep Barat. Kebun gambir di Kecamatan Singkep merupakan kebun gambir terbesar di Riau dan mampu memproduksi ribuan ton gambir pertahun. Hasil gambir dari getah gambir dari kabupaten singkep di ekspor ke Cina, Jepang dan Taiwan.
Universitas Sumatera Utara