16
BAB II KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA A. Pengertian Krisis Ekonomi Global Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga peluang untuk memasarkan sangat sulit 18. Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai. 19
18
http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/24562/4 / Chapter%20I. pdf diakses tanggal 14 september 2015 jam 15.02 WIB 19 http://myasirarafat.wordpress.com/2012/05/31/apa-itu-krisis-ekonomi/ di akses tanggal 14 september 2015 jam 15.13 WIB
17
Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDBnya. Maksudnya, ketika Indonesia mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan Indonesia tidak mengalami pertambahan akibar krisis ekonomi global, sehingga membuat Indonesia mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya. Faktor-faktor Penyebebab Krisis Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara bersamaan menyebabkan krisis tersebut terjadi. Misalnya, tingkat atau laju inflasi yang tinggi; apakah ini disebabkan oleh harga-harga dari produkproduk impor yang melonjak tinggi akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, atau karena jumlah uang yang beredar di Masyarakat (M1) lebih besar daripada penawaran agregat (kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam Negeri). Menurut Fischer, Adapun faktor-faktor penyebab krisis antara lain 20 1. Faktor-faktor Internal a. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan PDB adalah salah satu indikator utama ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisis kinerja ekonomi sebuah Negara.
20
21
Op.Cit, Tulus Tambunan, hal : 48 Ibid, hal : 52
21
18
PDB (Produk domestik Bruto) merupakan alat pengukur dari pertumbuhan ekonomi. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 22 b. Struktur Ekonomi Kelemahan fundamental ekonomi makro dalam hal stuktur ekonomi juga bisa merupakan salah satu penyebab, mungkin bukan yang membuat terjadinya krisis tetapi yang mengakibarkan krisis tersebut terus berlangsung dan semakain parah. Pada dasarnya struktur ekonomi yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya perkembangan dan pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan tidak adanya “sektor kuci” (walaupun sektor tersebut dominan di dalam sturktur ekonomi dengan suatu kinerja yang baik di pihak lain. Sektor-sektor ekonomi tidak menunjukkan kinerja yang sama, misalnya dalam hal tingkat produktivitas, efisiensi atau profitabilitas, atau kontibusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak seimbang antarsektor. 23
22
21.51 WIB
23
http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11 diakses pada tanggal 17/01/2016 pukul Op.cit,Tulus Tambunan,hal : 55
19
c. Perdagangan Luar Negeri (Ekspor Neto) Berdasarkan suatu laporan dari WTO (1996), struktur perdagangan dunia menunjukkan bahwa pada tahun 1995 Indonesia tidak termasuk dalam 25 besar Negara-negara pengespor produk-produk manufaktur. Masih lemahnya Indonesia dalam mengembangkan ekspor bernilai tambah tinggi, sementara masih sangat tergantung pada impor produkproduk bernilai tambah tinggi dapat dianggap sebagai penyebab utama kurangnya cadangan devisa (khususnya dolar AS) yang dimilik Indonesia, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga rupiah melemah terus dan akhirnya tidak hanya menyebabkan tetapi juga memperparah krisis ekonomi. 24 d. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Dalam fundamentall ekonomi Indonesia pada tingkat meso, ada dua sektor penting yang turut juga bertanggungjawab atas terjadinya atau terus berlangsungnya krisis ekonomi di Indonesia hingga saat ini, yakni sektor industri manufaktur dan sektor perbankan. Perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia yang tidak sehat selama periode Orde Baru, dalam arti tingkat produktivitas, efisiensi dan daya saing yang rendah, serta ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal asing, juga merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. 25
24
Ibid, hal : 58 Ibid, hal : 70
25
20
2. Faktor Eksternal Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan ketidakseimbangan global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa Barat, pertumbuhan ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan moneter tidak berubah serta tingkat suku bunga sangat rendah. Semua ini membuat kedua wilayah itu menjadi kurang menarik bagi investasi. Dengan perkataan lain, dana berlimpah ruah tetapi proyek-proyek yang menarik untuk investasi berkurang. Faktor eksternal lainnya adalah disebabkan oleh daya saing Indonesia di Asia yang lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang dari Negara-Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS yang terlalu kuat (Over valued). 26 Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis rupiah itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis muncul dari krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena kepanikan di mana-mana yang melanda masyarakat keuangan internasional, sehingga para pemilik modal internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia secara tiba-tiba dalam jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti oleh warga Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal serupa juga terjadi di Thailan dan Korea selatan. 27 26
Ibid, hal : 82 Ibid, hal : 84
27
21
3. Teori-teori Alternatif Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non ekonomi), ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai basic frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi di Asia. Yaitu ; 28 a. Teori konspirasi Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu, khususnya AS karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini. 29 b. Teori Contagion Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan tertular berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap investor-investor asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi ketakutan bahwa krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina. 30 c. Teori Business Cycle Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang surut suatu ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang prosesnya 28
Ibid, hal : 85 Ibid hal : 85 30 Ibid, hal : 86 29
22
sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar (kekuatan permintaan dan penawaran) pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode akan menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan mengalami kegairahan kembali dan selanjutnya lesu kembali dan seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu dengan sendirinya akan hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar 31
B. Penanggulangan Krisis Ekonomi Global ada beberapa langkah penting untuk penanggulangan krisis ekonomi. Yaitu : a. Kebijaksanaan Moneter Pemerintahan
negara
yang
terkena
krisis
ini
menerapkan
kebijaksanaan moneter yang ketat untuk mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan untuk menurunkan inflasi. Maksudnya, tingkat suku bunga SBI ditingkatkan, pada saat itu tingkat suku bunga SBI untuk 1 bukan naik 22 persen menjadi 45 persen (dengan tingkat bunga efektif tahunan sebesar 55 persen). Tingkat suku bunga SBI ysng tinggi ini hingga oktober 1998 tetap dipertahankan dan membuat suku bunga dipasar uang juga tetap tinggi dan membuat ataun
31
Ibid, hal : 86-87
23
mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan menurunkan inflasi. 32 b. Kebijaksanaan Perbankan Langkah-langkah penting dalam restrukturisasi sektor perbankan yang telah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah termasuk pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang salah satu contohnya di Indonesia pada tanggal 14 Februari 1998 mulai menangani 54 bank yang memperoleh pinjaman darurat dari BI yang melebihi 200 persen modalnya, atau yang pada bulan desember 1997 memiliki modal kurang dari 5 persen dari nilai aktivannya. Pada tanggal 31 maret tahun 1998, pemerintah lewat BPPN mengabil alih 6 bank swasta, yakni BDNI, Bank Modern, BUN, Bank Danamon, Bank PDFCI dan Bank Tiara, dan disusul BCA. Agustus 1998, dibentuk Asset Management Unit (AMU), yakni suatu lembaga khusus yang berada di bawah BPPN dengan tugas utama menampung semua kredit bermasalah. Oktober tahun 1998, dibentuk Bank Mandiri, bank baru milik pemerintah yang akan menggabungkan Bank Exim, BBD, BDN dan Bapindo. Selain itu, tanggal 24 Agustus tahun 1998 lalu pemerintah telah mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang (RUU) perubahan UU perbankan No.7 Tahun 1992 dalam sidang paripurna DPR. RUU itu antara lain memberi hak kepada investor asing untuk menguasi saham di perbankan nasional sampai dengan 100
32
Ibid, hal : 129
24
persen. Dalam RUU itu, masyarakat juga dimungkinkan untu mengetahui sisi aktivitas dari neraca perbankan. 33 c. Program Kesempatan Kerja Pemerintah Negara yg terkena krisis ini memperluas program Social Safety Net, atau program padat kerya di sektor pekerjaan umum dan penyediaan kesempatan kerja sementara khusus bagi penduduk termiskin yang mengganggur (mereka yang di PKH-kan akibat krisis), dengan bantuan pembiayaan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia, dan bantuan bilateral. Alokasi anggaran dalam APBN untuk program ini juga telah ditingkatka. Disamping itu, untuk mempertahankan kesempatan kerja, ketersediaan berbagai skema kredit dengan subsidi dari pemerintah untuk membantu usaha kecil dan menengah (UKM) telah diperbanyak. 34 d. Reformasi dan Privatisasi BUMN Pemerintah Negara yang terkena Krisis ini mengupayakan untuk mempercepat
reformasi
BUMN
guna
memperkuat
tingkat
keuntungannya dan meningkatkan sumbangannya kepada penerimaan Negara. Upaya tersebut diharapkan dapat penurunan penerimaan Negara
sebagai
akibat
dari
berkurangnya
penerimaan
pajak,
peningkatan subsidi yang lebi besar daripada yang dianggarkan semula, dan biaya untuk restrukturisasi perbankan. Maksudnya, pada saat itu telah diangkat seorang Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dengan tugas mendayagunakan perusahaan-perusahaan di sektor 33
Ibid, hal : 220 Ibid hal : 221
34
25
publik yang berjumlah 164, termasuk lembaga-lembaga keuangan. Dalam tahun 1998-1999, pemerintah merencakan penjualan sahamsaham enam BUMN yang telah tercatat di pasar modal, dan yang bergerak dalam pasar kompetitif seperti PT Telkom, PT Indosat, PT Semen Gresik, dan PT Krakatau Steel. 35 e. Restrukturisasi Utang Luar Negeri (ULN) Swasta Pemerintahan Negara yg terkena krisis ini contohnya Indonesia sejak Februari 1998 telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Steering Committee para kreditor bank asing dan Contact Group dari para debitor, serta tim penanggulangan ULN Swasta. Dengan bantuan penasihat dari luar Negeri dan dengan berkonsultasi dengan Contact Group, Steering Committe, staf IMF, ADB, bank dunia, dan pemerintahan Negara sahabat yang berminat, tim penanggulan ULN swasta telah menyiapkan kerangka kerja untuk restrukturisasi ULN swasta. Salah satunya pertemuan yang terkenal adalah pertemuan Frankfrut bulan juli 1998. Pertemuan itu menghasilkan program INDRA ( Indonesian Debt Restructuring Agency ) yang dibentuk pada tanggal 1 Agustus 1998. Dalam Program ini, perusahaan yang bermasalah yang sudah mempunyai kesepakatan dengan kreditornya dapat menukar rupiahnya dengan Dolar AS dengan kurs rata-rata selama 20 hari terakir. Perusahaan bisa untung kalau kurs tersebut lebih rendah daripada kurs yang berlaku di pasar pada saat itu, tetapi sebaliknya rugi apabila kebalikannya. Pada pertengahan tahun 1998
35
Ibid, hal : 221
26
mulai dirasakan bahwa masalah ULN swasta, khususnya perbankan semakin berat, sementara hingga saat itu belum ada perusahaan bermasalah yang menggunakan fasilitas INDRA. Jumlah perusahaan yang bermasalah terlalu banyak, sehingga penanganannya secara konvensional semata tidak cukup lagi. Mengajukan kasus kredit bermasalah ke pengadilan kepailitan juga tidak menyelesaikan atau meringankan persoalan. Selain prosesnya memakan waktu, juga dikhawatirkan hampir semua pelaku bisnis bermasalah dinyatakan bangkrut. Melihat kenyataan itulah pemerintah membentuk Prakarsa Jakarta yang dikoordinasi oleh Ketua Tim Penanggulangan ULN Swasta. Pinjaman bermasalah diatas dalam lembaga khusus dengan segala fasilitas kemudahan dari pemerintah, yang intinya memang berupa penyelesaian utang di luar jalur pengadilan. Mekanisme kerja Prakarsa Jakarta adalah negosiasi yang menghasilkan keputusan antara 5 kelompok, yakni: 36 a) Pemerintah (sebagai fasilitator) b) Kreditor (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi) c) Debitor (pemili kredit bermasalah) d) Komite Penasihat Restrukturisasi Perusahaan (bank dalam negeri, bank luar negeri, pemegang obligasi, BPPN, INDRA), dan e) Satuan Tugas Restrukturisasi Perusahaan
36
Ibid, hal : 221-222
27
C. Peran Negara-negara Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Global Krisis Ekonomi yang terjadi di Asia mempunyai dampak negatif di beberapa Negara seperti Amerika latin, Brazil, Argentina, Meksiko, Cile. Benua Afrika ternyata paling sedikit terkena dampak negatif dari krisis Asia. Krisis yang di alamai Jepang sejak pertengahan tahun 1998 yang terparah sejak tiga dekade terakhir, walaupun tidak seburuk yang dialami Indonesia saat itu. 37 Jepang dianjurkan oleh IMF maupun pemerintah-pemerintah dari kelompok G7 untuk berusaha sebaik mungkin agar roda perputaran ekonominya tidak berhenti, antara lain ; 38 1. Menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkatkan investasi dan menggairahkan permintaan domestik. Maksudnya disaat Jepang mengalami krisis, Jepang mau tidak mau harus menurunkan tingkat suku bunga, yang dimana tingkat suku bunga ini sangat berpengaruh untuk para investor datang untuk menginvestasikan kekayaannya, ini dilakukan karena Jepang merupakan salah satu Negara penting dalam hal investasi. 2. Membuka pasarnya agar ekspor dari Asia ke Jepang dapat ditingkatkan. Maksudnya agar Jepang terus membuka pasar ekspornya ke Asia, agar perekonomian Jepang meningkat dari sebelumnya dan kepercayaan atas barang ekpor tersebut diperoleh dari negara-negara Asia. Ini dilakukan karena jepang merupakan salah satu Negara penting dalam hal perdagangan. 37
Ibid, hal :41 Tulus Tambunan,Op.Cit, hal :42
38
28
Keberhasilan negara-negara di Asia yang terkena kisis untuk dapat pulih kembali sangat tergantung pada kemampuan Negara-negara tersebut dalam meningkatkan ekspor neto mereka (dan Negara-negara tujuan lainnya) untuk mendapatkan cadangan valas sebanyak mungkin. 39 Setelah krisis terjadi dan semakin memburuk, khususnya di Indonesia, tentu semua prediksi buyar. Bahkan, menurut IMF, tahun 1998 merupakan puncak krisis Asia. Setelah itu Negara yang paling menderita pada awalnya karena terbantai krisis seperti Korea Selatan dan Thailand akan pulih kembali dalam waktu yang tidak lama, terkecuali Indonesia. Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan pulih dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan ekonomi Thailand. 40 Setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak dapat dibendung lagi dengan kekuatan sendiri, lebih lagi karena cadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis, pada bulan Oktober 1997 Indonesia akhirnya terpaksa berpaling kepada IMF ( International Monetery Fund ) untuk mendapat bantuan dana. Hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa Negara lainnya di Asia yang juga dilanda krisis seperti Thailand dan Korea Selatan. 41 Peran-peran negara yang membantu memulihkan krisis ekonomi yang terjadi tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama IMF, yang saat ini anggota IMF berjumlah lebih dari seratus Negara. IMF menerima atau kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau kekayaan lainnya, yang 39
Ibid, hal :42 Ibid, hal :41 41 Ibid, hal :209 40
29
disesuaikan dengan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi, serta posisi Negara tersebut dalam perdagangan dunia. Kontribusi anggota ini menentukan hak suara anggota dalam pengambilan keputusan di IMF. 42 Oleh karena itu, kalau saat ini Indonesia meminta bantuan kepada IMF untuk mengatasi krisis nilai tukar yang meluas pada krisis ekonomi secara keseluruhan, adalah merupakan sesuatu yang wajar dan menjadi hak Indonesia untuk memintanya. Namun ini sekaligus mencerminkan bahwa Indonesia saat ini benar-benar mengalami kesulitan dalam perekonomiannya 43 Ekonomi global adalah gambaran perekonomian secara global dimana di dalamnya melibatkan perekonomian dari seluruh dunia, karena setiap negara yang satu dengan yang lainnya selalu berkaitan maka dari itu apabila terjadi suatu gejolak ekonomi terutama pada negara maju maka hal itu bisa berpengaruh pada negara yang lainnya secara global. Apalagi biasanya setiap negara memiliki hutangnya masing-masing sehingga itu juga berpengaruh pada bergejolaknya pasar dunia. Seperti yang terjadi belakangan ini, dimana nilai tukar dollar menjadi sangat tinggi sehingga pada beberapa negara terjadi krisis ekonomi, apalagi seperti negara yang budaya korupsinya tinggi seperti Indonesia. Ditambah lagi dengan masyarakat yang kurang sadar akan pajak membuat negara berjuang untuk bertahan demi kelangsungan hidup rakyatnya.
42
Edy Suandi Hamid, Op.Cit. hal : 109 Ibid, hal :110
43
30
Krisis ekonomi global adalah seuah permasalahan yang terjadi pada bidang ekonomi di seluruh dunia yang saling memberikan dampak sehingga terjadilah krisis ekonomi global. Hal ini dapat terjadi karena hutang suatu negara yang tinggi atau kegiatan perekonomian di dalam suatu negeri yang berantakan sehingga berpengaruh pada ekonomi global. Dengan terjadinya krisis ekonomi global maka seluruh bidang kehidupan masyarakat akan terkena dampaknya, dalam perusahaan jika perusahaan tersebut tidak bisa bertahan dalam krisis tersebut maka mereka akan memberlakukan PHK pada beberapa karyawannya dan akhirnya bertabah penggangguran. Krisis ekonomi global sangat berpengaruh dalam bursa saham, apabila ada perusahaan besar dunia yang runtuk akibar tidak bisa bertahan pada krisis ekonomi global maka hal itu akan berdampak pada bursa saham di seluruh dunia. Pemerintah di suatu negara harus selalu sigap dan tanggap dalam mengatasi permasalahan ekonomi sebisa mungkin untuk dapat menyelamatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi negara-negara harus saling membantu dalam mengatasi krisis ekonomi global agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi dalam hal krisis ekonomi global ini. 44 Untuk dapat mempertahankan perekonomian dalam negeri maka negara
harus
selalu
pandai
melihat
peluang
dan
kemudian
memanfaatkannya untuk kelancaran perekonomiannya, seperti negaranegara yang terkena dampak krisis ekonomi membuka pasarnya untuk mengatasi krisis ekonomi global. Misalnya, jika ada peluang ekspor 44
http://www.seputarukm.com/krisis-ekonomi-global/ diakses tanggal 18/01/2016 pukul 17.24 WIB
31
barang dari negeri sendiri berpotensi lari di pasaran dunia maka harus bisa memanfaatkannya agar dapat membantu perekonomian negara untuk bangkit kembali. Jika pun ada investasi yang nampaknya prospeknya bagus maka jangan takut untuk mencoba berinvestasi. Negara yang sedang terkena
dampak
krisis
ekonomi
global
setidaknya
harus
bisa
mempertahankan perkembangan perekonomian, sehingga negara bisa terselamatkan dan membangun kembali perekonomiannya.