BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Tujuan utama suatu usaha adalah untuk memaksimalkan nilai usaha dan menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan memaksimalkan keuntungan (profitability). Salah satu tujuan memaksimalkan profitability tadi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu usaha agar dapat memperoleh laba. Banyak usaha yang berjalan pada awalnya tidak memiliki kemampuan ini, sehingga ditengah perjalanan akan mengalami kesulitan keuangan yang berujung pada kerugian. Untuk itu, bagaimanapun kondisinya, suatu usaha harus memiliki profitabilityyang bagus atau menjaga kestabilan usaha agar tetap bertahan dan mampu menghadapi persaingan. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu usaha dalam mendapatkan laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan suatu usaha dalam mencari keuntungan (Kasmir,2008 : 196). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu usaha.Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi.Pengukuran dapat dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
beberapa periode operasi.Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan usaha dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. 2.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:197), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi suatu usaha ataupun bagi pihak luar, yaitu : 1. Untuk menghitung atau mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 7. Dan tujuan lainnya. Sementara itu manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio profitabilitas adalah untuk : 1.
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh dalam satu periode.
2.
Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
4.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.1.3
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Menurut Agus Sartono (2005 : 123) terdapat beberapa rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen mengelola assets dan equityuntuk menghasilkan laba, yaitu : 1.
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin=
Atau =
Contoh Sebagai contoh, ringkasan kinerja PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI). Berdasarkan ringkasan kinerja PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) per 31 Januari 2013, GROSS PROFIT MARGIN AALI tahun 2008 – 2012 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
2008
2009
2010
2011
2012
Gross Profit
3,803,399
3,101,785
3,609,349
3,934,908
4,357,482
Sales Revenue
8,161,217
7,424,283
8,843,721
10,772,582 11,564,319
GPM (%)
46.60
41.78
40.81
36.53
37.68
Sumber : Laporan Keuangan IDX Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik.Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit marginakan menurun begitu pula sebaliknya. 2.
Margin Laba bersih (Net profit Margin)
Net profit Margin=
Apabila gross profit margin selama satu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. Contoh : Total Laba bersih setelah pajak
: 217,588,779 (3 bulan)
Total penjualan
: 2,823,170,138 (3 bulan)
Untuk menghitung NPM, karena jangka waktu net income dan total sales samasama 3 bulan, maka tidak perlu disetahunkan.
Universitas Sumatera Utara
NPM = =
, ,
, ,
x 100 %
,
7,71%
Artinya, setiap penjualan Rp 1 maka akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7,71. 3.
Return on Investment ( ROI)
ROI
=
Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Contoh: Total Laba bersih setelah pajak
: 217,588,779 (3 bulan)
Total Aktiva
: 11,082,197,952
Untuk menghitung ROI, Net Income perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4. Net Income menjadi 870,355,116 (disetahunkan)
ROI
=
=
, ,
, ,
,
x 100 %
7,85 %
Artinya, setiap rupiah dari total aktiva menghasilkan laba sebesar Rp 7,85.
Universitas Sumatera Utara
4.
Return on Equity (ROE)
ROE
=
Return on equity mengukur kemampuan usaha memperoleh laba yang tersedia. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Contoh : Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan) Total Modal : 2,625,968,648 Untuk menghitung ROE, Laba bersih perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4. Laba bersih : 870,355,116 (disetahunkan) ROE
=
870,355,116
x 100 %
2,625,968,648 =
33,14 %
Artinya, setiap rupiah dari modal akan menghasilkan laba sebesar Rp 33,14. 5.
Earning Power
Earning power=
x
Universitas Sumatera Utara
Earning power merupakan tolok ukur kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila tingkat perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga kan meningkat. Contoh: Total Penjualan
: 2,823,170,138
Laba bersih setelah pajak
: 870,355,116
Total Aktiva
: 11,082,197,952
Earning Power
=
2,823,170,138
x
11,082,197,952 =
0,25
=
0,0775
=
7,75 %
870,355,116 2,823,170,138
x
0,31
Artinya, setiap rupiah dari total aktiva dan penjualan akan menghasilkan laba Rp 7,75.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Modal Kerja 2.2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha. (Ridwan Sundjaja,2003 : 187). Jumingan, (2006 : 66) mengemukakan terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan yakni sebagai berikut : 1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. 2. Modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitaif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar.
Universitas Sumatera Utara
Disamping dua defenisi modal kerja di atas, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya suatu usaha. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:189) besarnya modal kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha tergantung pada beberapa hal, yaitu : 1.
Besar kecilnya skala suatu usaha Kebutuhan modal kerja pada usaha yang besar berbeda dengan usaha kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan kare lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan usaha kecil yang sangat tergantung dengan beberapa sumber saja.
2.
Aktivitas usaha Usaha yang bergerak dibidang jasa tidak memiliki persediaan, dan usaha menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu usaha.
3.
Volume penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja juga akan ikut meningkat demikian pula sebaliknya.
4.
Perkembangan teknologi
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasistas maksimum dapat tercapai. 5.
Sikap terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba, tetapi dengan menahan kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat usaha lebih mampu untuk membayar transaksitransaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
2.2.2 Elemen Modal Kerja Adapun elemen-elemen modal kerja adalah sebagai berikut : 1.
Kas Kas merupakan komponen yang berada dalam aktiva lancar dan
merupakan komponen paling likuid. Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam bentuk seperti deposito, rekening koran (Agus Sartono,2001 : 415). Pengelolaan kas memiliki nilai strategis dalam hal berkaitan dengan operasional suatu usaha. Apabila kas yang dimiliki terlalu sedikit, maka kegiatan tidak dapat dilakukan dengan baik karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan suatu usaha.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi sebaliknya, apabila kas yang dimiliki terlalu banyak maka akan timbul kesan bahwa tidak dapat memanfaatkan kas dengan baik.
Oleh karena itu,
penentuan jumlah kas harus seimbang, dalam arti cukup untuk memenuhi kebutuhan pembayaran yang timbul dari kegiatan pokok usaha. Pengelolaan kas yang baik akan membuat suatu usaha mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan tidak terhambat. (Sundjaja : 2003)
2.
Piutang Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. (Gitosudarmo Indriyo, 2000:81). Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan secara kredit dalam rangka mempebesar volume penjualan barang dan jasa mereka.Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat pelanggan.Kebijakan ini dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar penjualan.Tentu saja kebijakan penjualan kredit memiliki risiko dengan tidak tertagihnya sebagian dari piutang tersebut atau bahkan sepenuhnya. Pada waktu jatuh pembayaran piutang terjadi penerimaan kas.Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya,
termasuk
individu,
perusahaan,
maupun
organisasi
lainnya.
(Warren,2006:404)
Universitas Sumatera Utara
3.
Persediaan Persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada
tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal suatu usaha (Agus Sartono, 2001:443). Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Persediaan mempunyai peran yang penting karena erat hubungannya dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan berjalan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang jadi kurang. Ada beberapa alasan mengapa perlu menyimpan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi sebagai persediaan antara lain sebagai berikut : 1.
Penyimpanan barang diperlukan agar suatu usaha dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Jika tidak memiliki persediaan barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka kemungkinan pembeli akan berpindah ke pesaing.
2.
Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh.
3.
Untuk menekan harga pokok per unit barang. Melakukan proses produksi dalam jumlah yang besar untuk memanfaatkan apa yang disebut dengan economics of scale. Konsekuensinya adalah usaha tersebut akan menyimpan persediaan barang dalam jumlah yang cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Pentingnya Modal Kerja yang Cukup Gambar 2.1 Siklus Operasi / Putaran modal kerja
Bahan baku / upah
Kas
Barang jadi
Piutang Sumber: Munawir (2007 :116)
Menurut Munawir (2007 :116) modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkin perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Djarwanto (2004:89) memaparkan manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, yaitu : 1. Melindungi usaha dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan usaha untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin suatu usaha memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayanai permintaan konsumennya. 6. Memungkinkan
untuk
dapat
memberikan
syarat
kredit
yang
menguntungkan kepada para pelanggan. 7. Memungkinkan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan untuk mampu bertahan dalam periode resesi maupun depresi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Djarwanyo
(2004:91)
mengemukakan
adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada suatu usaha adalah sebagai berikut : 1.
Sifat umum atau tipe perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Perusahaan industri atau dagang memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
2.
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut. Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada pelanggan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang maka makin besar kebutuhan akan modal.
3.
Syarat Pembelian dan Penjualan Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi
Universitas Sumatera Utara
lebih besar. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang ditanam didalam piutang. 4.
Tingkat Perputaran Persediaan Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin rendah. Karena hal ini akan mengurangi resiko penurunan harga barang, perubahan permintaan maupun mode, juga menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan.
5.
Tingkat Perputaran Piutang Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti kebutuhan kan modal kerja menjadi semakin rendah / kecil.
6.
Pengaruh Konjungtur (business cycle) Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak, memanfaatkan harga yang masih rendah.
Ini
berarti
perusahaan
memperbesar
tingkat
persediaan.
Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresiasi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat menjual barang-barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang atau untuk menutupi kerugian.
Universitas Sumatera Utara
7.
Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek. Menurunnya nilai rill dibandingkan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja untuk mebayar bunga atau untuk melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.
8.
Pengaruh musim. Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
9.
Kredit dari supplier atau trade creditor. Salah satu modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh
supplier.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5
Kebijakan Modal Kerja Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang
dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: 1.
Kebijakan Moderat Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali.
2.
Kebijakan Konservatif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen serta sebagian aset lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) atau modal sendiri. Proporsi kewajiban lancar dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini dimaksudkan untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia karena biaya utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) pada umumnya lebih besar daripada kewajiban lancar.
Universitas Sumatera Utara
3.
Kebijakan Agresif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar permanen dengan sumber dana dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset lancar variabel dengan utang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menangggung pengembalian utang yang lebih besar sehingga resiko fluktuasi bunga kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar.
2.2.6 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam suatu usaha selama usaha tersebut masih berjalan. Perputaran modal kerja dimulai pada saat arus keluar dana diinvestasikan ke dalam unsur-unsur modal kerja sampai masuk kembali ke kas berikutnya. Periode perputaran modal kerja adalah rata-rata dana terikat dalam modal kerja selama satu proses produksi. Periode terikatnya modal kerja tergantung tingkat perputaran modal kerja dan periode perputaran modal kerja merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja. Semakin pendek waktu perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerja. Sebaliknya semakin panjang waktu perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja. Untuk menghitung perputaran modal kerja digunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
Perputaran Modal kerja
Contoh : Pada tahun 2013 total penjualan PT. Niaga Lestari adalah Rp278,000,000 dan jumlah modal kerja bersih perusahaan tersebut adalah Rp126,000,000. Maka perputaran modal kerja dari perusahaan tersebut adalah : Perputaran modal kerja
=
Penjualan / Modal kerja bersih
=
,
,
,
,
=
2,20
=
2 kali
Artinya, selama satu periode akuntansi modal kerja berputar sebanyak 2 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti perputaran sekali modal kerja membutuhkan waktu 182 hari.
Perputaran elemen-elemen modal kerja: Perputaran Kas
=
Perputaran Piutang
=
Universitas Sumatera Utara
Perputaran Persediaan
=
Contoh : Keterangan
2012 (Rp)
2013 (Rp)
Kas Piutang
200.000 500.000
400.000 600.000
Persediaan
700.000
800.000
Penjualan
Perputaran Kas
20.000.000
= Penjualan / Rata-rata Kas = 20.000.000 / ((200.000+400.000)/2) = 20.000.000 / 300.000 = 66,67 = 67 kali
Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran kas terjadi sebanyak 67 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap kas yang tersedia membutuhkan waktu 5 hari untuk setiap putaran.
Perputaran Piutang = Penjualan / Rata-Rata Piutang = 20.000.000 / ((500.000+600.000)/2)) = 20.000.000 / 550.000 = 36,36 = 37 kali
Universitas Sumatera Utara
Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran piutang terjadi sebanyak 37 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap piutang yang ada membutuhkan waktu 9 hari untuk setiap putaran.Atau dalam waktu 9 hari, piutang sudah dapat tertagih.
Perputaran Persediaan
= Penjualan / rata-rata Persediaan = 20.000.000 / ((700.000+800.000/2)) = 20.000.000 / 750.000 = 26,67 = 27 kali
Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran persediaan terjadi sebanyak 27 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap persediaan barang yang tersedia membutuhkan waktu 13 hari untuk setiap putaran.
2.3 Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas bahwa tujuan utama suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan. Kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut adalah kinerja operasional dan konsisten dari pemilik usaha. Efisiensi penggunaan modal kerja sangat penting untuk keberhasilan suatu usaha. Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan jangka pendek. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek maka modal kerja dapat diartikan sebagai aktiva lancar. Dengan terpenuhinya modal kerja, suatu usaha
Universitas Sumatera Utara
dapat memaksimalkan labanya. Sehingga modal kerja yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas. Efisiensi modal kerja dapat dinilai dengan menggunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut workingcapital turnover (perputaran modal kerja). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja akan berpengaruh kepada tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang rendah bila dihubungkan dengan modal kerja dapat menunjukkan kemungkinan rendahnya volume penjualan dibanding dengan ongkos yang digunakan. Sehingga untuk menghindari itu, diharapkan adanya pengelolaan modal kerja yang tepat di dalam perusahaan. Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut . (Munawir : 2007) Analisis rasio keuangan yang akan digunakan untuk mengukur profitabilitas yang dimaksud ialah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan mengelola aktiva lancar untuk memperoleh keuntungan (laba).Rasio untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income (Agnes Sawir, 2005:32).Rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.Semakin besar rasio ini semakin baik.Hal ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
aktiva dapat lebih cepat berputar memperoleh laba (Bambang Riayanto, 2001:331).
Universitas Sumatera Utara