BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Program Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James (dalam Samsudin 2006:287) yaitu kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara Indrafachrudi (2006:2) mengartikan Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Ukas (2004:268) Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan. Sedangkan Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan
beberapa
pendapat
di atas
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama. Begitupun pada setiap instansi negeri maupun
6
7
swasta, institusi pendidikan, organisasi kecil maupun besar, yang sifatnya sementara ataupun tetap dan lain sebagainya memiliki pimpinan atau yang dipercayakan sebagai ketua dalam memimpin serta memanage organisasi. Khususnya dalam organisasi yang berskala kecil pada institusi pendidikan yaitu di sekolah, dipimpin atau dikepalai oleh kepala sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2002:83) bahwa kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Lain halnya dengan apa yang dikemukakan Rahman dkk (2006:106) bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka pengelolaan pendidikan atau manajemen sekolah tidak dapat dipisahkan dari model kepemimpinan yang diadopsi kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai seorang “leader”. Hal ini disebabkan oleh adanya keterikatan yang kuat antara model kepemimpinan (leadership model) yang digunakan oleh kepala sekolah dengan keefektifan secara keseluruhan dari proses pendidikan di sekolah (Glatthorn, 2000 dalam Umiyati Jawas 2008:03). Pendapat ini pada dasarnya berakar pada konsep kepemimpinan pendidikan yang bermuara pada pembentukan dan pengembangan secara menyeluruh potensi manusia (warga sekolah) melalui penggunaan yang efektif akan sumber daya organisasi dan pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan. Disamping itu, begitu kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh sekolah pada saat ini seiringsemakin
8
mengharuskan keberadaan suatu model kepemimpinan yang dapat membantu sekolah dalam mengembangkan batas-batas dan fungsi-fungsi tradisionalnya. Artinya bahwa pendekatan yang berbeda dan penerapan pola pandang yang baru dalam mengelola sekolah khususnya dalam mempimpin warga sekolah (school constituents)harus terprogram dengan baik dan jelas. Dengan demikian maka untuk dapat menjalankan tuntutan-tuntutan tersebut dengan baik menjadi sangat bergantung pada model kepemimpinan
(leadership)
yang
dijalankan
oleh
kepala
sekolah.
Model
kepemimpinan yang dimaksudkan menjadi suatu program kepala sekolah dalam manajemen
kepemimpinannya.Usaha
kepala
sekolah
dalam
memanage
kepemimpinan yang dimaksudkan yaitu dengan upaya memprogramkan hal-hal yang dapat membentuk karakter guru menjadi lebih baik. Beberapa program yang dimaksudkan antara lain yaitu: program pembentukan karakter guru melalui kegiatan akademik dan program pembentukan karakter guru melaui kegiatan kerohanian. Dari beberapa ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk
mencapai
tujuan
bersama
dalam
meningkatkan
mutu
dari
pada
pendidikan.Salah satu upaya kepala sekoah dalam memanage kepemimpinan yaitu dengan upaya menyusun program yang dapat membentuk karakter guru melalui program pembentukan akhlak yaitu dengan kegiatan kerohanian dan pembentukan prestasi kerja melalui kegiatan akademik.
9
2. Program Kerja Kepala Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah. Dalam mengukur efektivitas dan efesiensi sekolah, terdapat dua kriteria untuk mengukurnya, yaitu; kualitas dan keadilan. Selanjutnya, bahwa kunci keberhasilan model efektivitas dan efesiensi suatu sekolah tergantung dari dua elemen, yaitu; sekolah harus mengembangkan misi sekolah, dan kedua sekolah harus menerima bahwa program efektivitas sekolah merupakan suatu perencanaan yang komprehensif (Marzuki, 2003:23). Dengan demikian, bahwa kepala sekolah berperan untuk menciptkan kualitas dan keadilan di sekolah yang dipimpinnya.
Untuk
mewujudkan hal tersebut maka kepela sekolah berperan untuk mengembangkan misi sekolah, dan membuat perencanaan yang komprehensif tentang program efektivitas dan efesiensi sekolah. Program kerja kepala sekolah merupakan upaya untuk menentukan tindakan masa depan sekolah job relatife tepat suatu urutan prioritas dengan memperhitungkan sumber daya tersedia. Hal ini merupakan dokumen dalam pencapaian tujuan sekolah yang mengarah pada inovasi sekolah. Dengan ditetapkan program kerja menjamin tercapaianya tujuan yaitu: 1) Mendukung koordinasi antarpelaku sekolah. 2) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarpelaku sekolah, antarsekolah dan Dinas Pendidikan Kota dan antarwaktu.
10
3) Menjamin relevansi dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. 4) Sebagai dasar dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi pada akhir program. 5) Optimalisasi
partisipasi
masyarakat
dalam
meningkatkan
kualitas.(Wahjosumidjo, 2002:137). Seorang kepala sekolah berbeda dengan seorang pemimpin bisnis atau pemimpin kemasyarakatan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi akan terjadinya perubahan agar ia mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga organisasinya bisa survive. Kepala sekolah dalam memimpin menghadapi situasi dan kondisi yang relatif stabil. Sebab peserta didik tidak dengan cepat berubah, mereka sangat tergantung kepada susunan atau program pengajaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah, sebagaimana dalam tujuan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) saat ini berfungsi untuk harus mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui berbagai pendekatan. Dengan adanya perubahan sistem sentralistik kepada desentralisasi, telah memberikan fungsi dan wewenang kepada kepala sekolah untuk mengembangkan pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah dengan mengelola sumber daya di sekolah itu sendiri. Perencanaan program sekolah harus selalu sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan (SNP) diantaranya:
11
1) Pemerataan kesempatan menerima bea siswa untuk siswa yang tidak mampu, peningkatan angka melanjutkan, dan pengurangan angka putus sekolah. 2) Peningkatan kualitas yaitu peningkatan: Pengembangan input siswa, Pengembangan tenga pendidik dan tenaga kependidikan, Pengembangan perpustakaan sekolah yang dapat berfungsi sebagai laboratorium bahasa, Pengembangan model pembelajaran (pembelajaran tuntas, kontekstual, dan kooperatif), dan Pengembangan kualitas siswa (seni budaya, penjaskes, budi pekerti, disiplin, dan keagamamaan) Pengembangan kualitas pembelajaran (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, Ujian Sekolah, dan UASBN) 3) Peningkatan efisiensi yaitu: Internal yaitu pencapaian prestasi belajar dan sumber daya. Eksternal yaitu penurunan angka mengulang, droup out (DO), peningkatan angka kehadiran, dan peningkatan biaya pendidikan. 4) Peningkatan relevansi pembelajaran yaitu life skill (calistung) dan mulok sesuai lingkungan. 5) Pengembangan standar isi untuk pencapaian keberhasilan kelompok mata pelajaran sesuai kurikulum sekolah, yaitu: 6) Beban belajar dipentingkan dengan menggunakan jam pembelajaran per minggu, per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. 7) Muatan lokal yang dikembangkan adalah daerah, Keterampilan, Teknologi Komunikasi dan Informasi (Komputer), dan Pendidikan Lingkungan Hidup.
12
8) Kalender pendidikan yang dituangkan atau kalender akademik mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kepala sekolah merupakan pemimpin dalam organisasi sekolah itu sendiri. Untuk itu, dalam menjalankan kepemimpinanya itu harus memperhatikan dua prinsip kepemimpinan, yaitu; (1) membina hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya, sebab tanpa pengikut tidak ada pemimpin; (2) pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang peduli dan sadar mengatur dinamika hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin, yaitu organisasi sekolah, serta kemampuan mengadakan hubungan lintas sektoral yang terkait dengan kepemimpinannya.(sutisna, 2000:300) Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mempunyai kekuatan keyakinan pada diri sendiri yang tinggi, kemampuan berpikir strategis, berorientasi ke masa depan dan keyakinan dalam prinsip-prinsip fundamental tertentu dari tingkah laku manusia. Berdasarkan dua prinsip kepemimpinan di atas, maka kepala sekolah mempunyai tiga peran sebagai pemimpin, yaitu; (1) perintis jalan, yaitu terkait dengan visi dan misi; maksudnya kepala sekolah harus mempunyai pikiran yang lebih luas tentang masa depan yang menjadikan kebudayaan terserap dalam pikirannya dan membangkitkan tujuan dari sekolah; (2) menjuruskan, yaitu kemampuan untuk meyakinkan bahwa struktur organisasi, sistem dan proses operasional yang seluruhnya memberikan andil kepada pencapaian visi dan misi organisasi sekolah; (3) memberi kuasa, yaitu kemampuan untuk mendelegasikan tugas kepada staf yang
13
sesuai dengan kemampuan mereka sebagai dasar bahwa staf atau karyawan itu mempunyai bakat yang besar dan cerdik serta kreatif. Kaitannya dengan kemampuan dalam pendelegasian tugas kepada staf atau karyawan, maka terdapat dua fungsi kepala sekolah, yaitu; (1) fungsi tugas, yakni pemberi informasi dan opini, pencari informasi dan opini, pengarah, perumus simpulan, pendorong, pemantau pemahaman dari yang dipimpin. (2) fungsi pemeliharaan, yakni pendorong partisipasi, fasilitator kominikasi, pereda ketegangan, pengamat proses, pemecah permasalahan interpersonal, pemberi motivasi dan penghargaan. Dari berbagai pendapat tentang program kerja kepala sekolah tersebut di atas, namun pada prinsipnya bahwa fungsi utama kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah.
B. Beberapa Tugas Pokok Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah dimaksud menurut Wahjosumidjo (2002:97) adalah: 1) Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain 2) Kepala sekolah bertindak sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. Artinya bahwa kepala sekola bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para
14
guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah 3) Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. 4) Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Artinya bahwa kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan. 5) Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengak. Artinya bahwa dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengak dalam konflik tersebut. 6) Kepala sekolah adalah seorang politisi untuk itu kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya
15
kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. 7) Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya. 8) Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut. Dalam menjalankan kepemimpinan sebagai kepala sekolah, selain harus tahu dan paham tugas sebagai pemimpin, kepala sekolah harus juga memahami dan mengatahui perannya sebagai seorang pemimpin. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (1)Peranan hubungan antar perseorangan, (2) Peranan informasional, (3) Sebagai pengambil keputusan. Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Peranan hubungan antar perseorangan a. Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
16
b. Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan. c. Penghubung
(liasion).
Kepala
sekolah
menjadi
penghubung
antara
kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa. 2) Peranan informasional a. Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan
karena
kemungkinan
adanya
informasi-informasi
yang
berpengaruh terhadap sekolah. b. Sebagai
disseminator.
Kepala
sekolah
bertanggung
jawab
untuk
menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid. c. Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu. 3) Sebagai pengambil keputusan a. Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
17
b. Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil. c. Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan. d. A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulakan bahwa banyaknya faktor penghambat tercapainya strategi dan upaya program pengembangan kualitas karakter guru oleh kepala kepala sekolah antara lain seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan yang kurang dikembangkan, dan lain sebagainya. Hal ini mengimplikasikan kurang bermutunya program kepala sekolah maupun rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output). Untuk itu dalam memperkecil kesenjangan yang ada maka pemecahannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagau beruikut: 1) Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah adalah musyawarah kepala sekolah (MKS) , kelompok
18
kerja kepala sekolah (KKKS), pusat kegiatan kepala sekolah (PKKS). Disamping itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan, dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang kehaliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing. 2) Revitalisasi MGMP dan MKKS di sekolah Melalui MGMP dan MKKS dapat dipikirkan bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan mengefektifkan MGMP dan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 3) Peningkatan disiplin Dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah. 4) Pembentukan kelompok diskusi profesi Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli
19
dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan. 5) Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi Salah satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena
akan
sangat
sulit
dapat
mengembangkan
dan
meningkatkan
profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal dengan nama total quality management (TQM). Yang merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar “pelanggan” puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menajmin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)
C. Kompetensi Kepala Sekolah Dalam (http://mmursyidpw.files.wordpress.com/2010/05/kompetensi-kepalasekolah1.pdf) dijelaskan bahwa kepala sekolah memiliki kompetensi yang sangat
20
menentukan laju dari pada perkembangan pendidikan dalam mencapai tujuan dari pada pendidikan yang lebih gemilang, kompetensi tersebut yaitu: Kompetensi Kepribadian 1) Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : a. Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi b. Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi. c. Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi. d. Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi. 2) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah: a. Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsinya. b. Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi. 3) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi: a. Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara tranparan dan proporsional kepada orang lain atas segala rencana, proses pelaksanaan, dan keefektifan, kelebihan b. dan kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi
21
c. Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat, bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi. 4) Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah: a. Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah sehubungan dengan suatu tugas pokok dan fungsi b. Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi c. Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk kegagalan sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi. 5) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan: a) Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif b) Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah Kompetensi Manajerial 1) Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan: a. Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis, perencanaan orpariosanal, perencanaan tahunan, maupun rencana angaran pendapatan dan belanja sekolah, b. Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui
22
pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan strategis yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik c. Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan rencana strategis yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana operasional yang baik. d. Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan tahunan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik. e. Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS) berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan RAPBS yang memegang teguh prinsipprinsip penyusunan RAPBS yang baik. f. Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan program yang baik. g. Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsipprinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik.
23
2) Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan: a. Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam pengorganisasian
kelembagaan
sekolah
sebagai
landasan
dalam
mengorganisasikan kelembagaan maupun program insidental sekolah. b. Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik. c. Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik. d. Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan e. Mampu mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik f. Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah, dan tepat persebaran. g. Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah
yang
efektif dalam mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah dan sekaligus pemenuhan kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan pendidikan dan tenaga kependidikan 3) Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal:
24
a. Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf. b. Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merelalisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah c. Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan d. Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah e. Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing f. Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan sekolahnya g. Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan komite sekolah h. Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi yang tepat i.
Mampu menerapkan manajemen konflik
4) Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal:
25
a. Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana pengembangan sekolah b. Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat kewenangan yang dimiliki oleh sekolah c. Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru dan staf d. Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai kewenangan yang dimiliki sekolah e. Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai kewenangan dan kemampuan sekolah 5) Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal: a. Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah b. Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah d. Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai sistem pembukuan yang berlaku. e. Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah 6) Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:
26
a. Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat b. Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka mendapatkan dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat c. Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat 7) Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa: a. Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan kebutuhan sekolah b. Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa dalam kelas sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan tersebut. c. Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam membantu penguatan kapasitas belajar siswa d. Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan e. Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah dalam memelihara kedisiplinan siswa f. Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan belajar siswa g. Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan pelaksanaannya kepada siswa yang berprestasi
27
8) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional: a. Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional, dan tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal secara tepat dan kompherensif sehingga memiliki sikap positif akan pentingnya tujuan-tujuan tersebut sebagai arah penyelenggaraan pendidikan dan terampil menjabarkannya menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar. b. Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang kedirian peserta didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat, dan bermartabat, dan mampu mengembangan layanan pendidikan sesuai dengan karakter, harkat, dan martabat manusia. c. Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap yang benar tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik d. Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kebaradaan kurikulum nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan e. Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan f. Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, spritual, dan emosional sesuai dengan materi pembelajaran
28
g. Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan h. Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam pembelajaran i.
Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per semester
j.
Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester
k. Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembelajaran dan melaporkan hasil-hasilnya kepada stakeholders sekolah. 9) Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien: a. Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai dengan rencana pengembangan sekolah, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. b. Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah. c. Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas prioritas dan efisiensi d. Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku 10) Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatan sekolah:
29
a. Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai dengan pedoman persuratan yang berlaku b. Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi akademik, kesiswaan, sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-masyarakat c. Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis maupun arsip lainnya d. Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsipprinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik 11) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah: a. Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan pembelajaran siswa b. Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan pembelajaran keterampilan siswa c. Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan sejenis untuk membantu siswa dalam pelayanan kesehatan yang diperlukan d. Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip kesehatan, gizi, dan keterjangkauan e. Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun sebagai sumber belajar siswa f. Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa
30
12) Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah: a. Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan melalui cara berpikir dan cara bertindak b. Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan produktif yang menguntungkan sekolah c. Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan produktif) di kalangan warga sekolah 13) Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran siswa: a. Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan suasana nyaman, bersih dan indah b. Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui penciptaan hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga sekolah c. Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan berorientasi pelayanan prima 14) Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan: a. Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem informasi b. Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan c. Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik sesuai kebutuhan pendataan sekolah
31
d. Mampu
menerjemahkan
data
base
untuk
merencanakan
program
pengembangan sekolah 15) Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah: a. Mampu
memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
dalam
komukasi
dalam
manajemen sekolah b. Mampu
memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat pembelajaran 16) Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber pembiayaan sekolahdan sebagai sumber belajar sisiwa: a. Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi sekolah b. Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang profesional dan akuntabel c. Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan menyusun laporan d. Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya 17) Mampu melaksana-kan pengawasan terhadap pelaksana-an kegiatan sekolah sesuaistandar pengawasan yang berlaku: a. Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar pengawasan sekolah b. Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah
32
Berdasarkan penjelasan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di atas maka dimensi perubahan dalam mecapai tujuan dari pada pendidikan yaitu kualitas dan mutu peserta didik perlu dibarengi dengan pembentukan karakter para tenaga kependidikan yaitu guru.
D. Tugas, Fungsi dan Peran Kepala Sekolah Di Sekolah Dasar dalam Program Pengembangan Karakter Siswa Kepala sekolah adalah pengelola satuan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan melalui kegiatan pengelolaan pendidikan. Untuk itu secara umum tugas pokok kepala sekolah adalah melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya dan membina para guru melalui kegiatan supervisi. Di samping sebagai pengelola satuan pendidikan, kepala sekolah juga sebagai pemimpin (formal) pendidikan disekolahnya. Sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah mempunyai tugas melaksanakan fungsi kepemimpinannya, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif untuk tercipta dan terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik. Adapun tugas-tugas kepemimpinan kepala sekolah meliputi kegiatan merencanakan program kerja bersama guru dalam mengembangkan karakter siswa, dan melaksanakan program tersebut, mengatur dan mengorganisasikan kegiatan siswa, mengajarkan atau mengarahkan pelaksanaan kegiatan itu ke arah pencapaian tujuan organisasi, melibatkan guru-guru dalam pengambilan keputusan, memudahkan terlaksananya program belajar mengajar, menciptakan iklim kerja yang kondusif,
33
menilai prestasi kerja guru dan menciptakan organisasi sekolah yang fungsional dan tangguh. Menurut Suparto bahwa kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Singkatnya yaitu bagaimana cara kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah. Sama halnya di sekolah dasar, kepala sekolah memegang elemen kunci dalam keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Bekal kemampuan, keahlian dan keterampilan menjadi hal utama yang urgen bagikepala sekolah agar mampu menjalankan roda kepemimpinannya dengan model MBS. Esensi kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah di sekolah dasar di dalam mengelola pendidikan adalah untuk mewujudkan kinerja pendidikan guru yang bermutu melalui pembentukan karakter (character building). Untuk itu agar dapat menjalankan tugas kepemimpinan kepala sekolah secara efektif dan efisien dalam pembentukan karakter guru, maka kepala sekolah dituntut untuk memiliki seperangkat keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah itu sendiri. Di samping itu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam pembentukan karakter guru tersebut menurut Robert L. Katz (dalam Abd Kadim Masaong dan Ansar, 2010:155) adalah keterampilan teknikal (tehnical skill), keterampilan hubungan manusiawi (human relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).
34
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Karakteristik adalah ”ciri khas/bentuk-bentuk watak/karakter yang dimiliki oleh setiap individu; corak tingkah laku; tanda khusus.”(Pius Partanto, 2001:39) Atau ”mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.” (Hoetomo, 2005:241) Dengan demikian karakteristik siswa adalah karakter atau perwatakan yang dimiliki oleh setiap siswa yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya baik dari aspek fisik maupun psikis. Pada dasarnya setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan-perbbedaan tersebut makin kentara sejalan dengan perkembangan individu. Kata perbedaan dalam istilah perbedaan individual menurut Landgren merupakan suatu variasi yang terjadi, baik pada aspek fisik maupun psikologis. (Samani, 2010:13) Seorang guru akan cepat memahami satu persatu persatu siswanya karena adanya perbedaan pada ciri-ciri fisik seperti tinggi atau bentuk badan. Ciri lain yang juga cepat akan terlihat oleh guru adalah dari tingkah laku masing-masing siswa. Ada siswa yang pendiam, dan ada yang lincah, ada yang berbicara sangat cepat, ada yang lambat, dan sebagainya. Selain perbedaan yang ada karena memang siswa tersebut sudah memasuki tahapan perkembangan fisik tertentu, faktor lingkungan juga akan mempunyai peranan dalam mempertajam perbedaan individu anak. Kondisi kesehatan anak dapat
35
berbeda selain faktor penyakit bawaan, juga karena kondisi lingkungan sekolah dan kelas. Menurut Sinolungan (dalam Weny Hulukati, 2007:23) pertumbuhan dan perkembangan fisik adalah perubahan secara kuantitatif dan kualitatif pada aspek fisik biologis awal kehidupan anak menuju kedewasaan. Pertumbuhan di mulai sejak masa konsepsi. Pada masa konsepsi perkembangan biologis seseorang ditetapkan yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis selanjutnya. Mengenai
pembicaraan
karakteristik
siswa
menurut
Sardiman
AM
(2007:120), bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan. 1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lain-lain. 2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial (sociocultural). 3. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain. . Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaanperbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Khususnya dalan perkembangan perilaku, siswa yang duduk dibangku sekolah dasar lebih cenderung kepada hal-hal yang mudah ditiru, contohnya dalam kaitanya dengan afektif, di mana siswa lebih senang meniru kepada
36
seseorang yang mereka idolakan atau banggakan. Salah satu tokoh yang mereka idolakan dan dibangakan adalah sosok seorang guru. Berkaitan dengan hal ini jika ditelusuri dan ditanyakan langsung kepada siswa mereka ingin berkata bahwa “tolong pahami sikap dan perilaku kami”, untuk itu seyogyanya bagi seorang kepala sekolah mampu memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya, artinya bahwa seorang kepala sekolah mampu dalam memprogramkan hal-hal yang dapat membina prilaku sosial siswa menjadi lebih baik. Lebih lanjut harus diingat bahwa secara eksplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. “ Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna
karakter.
Pengembangan
potensi
tersebut
harus
menjadi
landasan
implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
37
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.(Muhaimin, 2007:15) Nilai-nilai
pendidikan karakter
perlu
dijabarkan sehingga
diperoleh
deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. adapun 18 nilai-nilai pendidikan karakter didiskripsikan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1: Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Nilai a 1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin 5. Kerja Keras
Deskripsi b Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
38
a 6. Kreatif
7. Mandiri 8.Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12.Menghargai Prestasi
13.Bersahabat/Komunikatif
14. CintaDamai
15. GemarMembaca
b Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
39
a 16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung jawab
b Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber.(Puskur, 2010:35) Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.