BAB II Kajian Teori dan Kerangka pikir
A. Kompetensi Guru Sejarah Menurut Ngainun Naim (2009:56) kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan. A. Sumana (1994:09) berpendapat bahwa kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik secara kuantitas maupun kualitas. Seseorang dikatakan kompeten dibidang tertentu apabila kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan bidang kerja yang bersangkutan, sehingga kompetensi menunjuk pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Dalam hal ini hubungan antara kompetensi dengan tenaga keprofesionalan guru adalah performance yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu didalam memenuhi tugas sebagai seorang pendidik yang profesional. Louis E. Raths dalam Sukmadinata (2006:192) mengemukakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain seperti di bawah ini: “The point are proposed, not as rating scale, but as a broad frame work for teacher to discover more about themselves in relation to the functions of teacher: 1) Explaining, informing, showing how, 2) Initiating, directing, admistering 3) Unifying the group, 4) Giving security 5) Clarifying attitudes, belief, problem, 6) Diagnosing learning problem, 7) Making curriculum materials, 8) Evaluating, recording, reporting, 9) Enriching community activities, 10) Organizing and arranging classroom, 11) Participating in school activities, 12) Participatung in profesional an civic life.”
9
10
Berdasarkan keduabelas kompetensi yang dikemukakan oleh Rath berkenaan dengan pelaksanakan pengajaran dan pengembangan kemampuan dalam mengajar ada satu hal yang tidak dinyatakan secara eksplisit Rath yaitu penguasaan materi atau bahan ajar. Penguasaan kemampuan proses harus terjalin secara utuh dengan penguasaan isi, baik yang berasal dari disiplin ilmu, maupun dari kehidupan masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah merumuskan kompetensikompetensi yang harus dimiliki guru dan mengelompokkan atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu: 1. Kemampuan profesional, yang mencakup: a. Penguasaan materi pembelajaran, mencakup bahan yang akan di ajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut. b. Penguasaan Landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan c. Pengusaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. 2. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntunan kerja dan lingkungan sekitar. 3. Kemampuan personal yang mencakup: a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru. c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi para siswanya.
11
Lebih lanjut Depdikbud merincikan ketiga kelompok kompetensi tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu: 1. Penguasaan bahan pembelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuan Mutu bahan ajar yang dikuasai guru sangat menetukan keberhasilan pengajarannya. Bahan ajar yang harus dikuasai oleh guru adalah bahan ajar pokok, bahan ajar pengayaan serta bahan ajar penunjang. Guru juga harus dituntut untuk dapat mengorganisasi bahan ajar secara sistematis sesuai dengan tujuan serta selaras dengan perkembangan mental siswa dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Pengelola program belajar mengajar Dalam hal ini guru diharapkan menguasai tentang sistem pendekatan pengajaran, asas-asas pengajaran, metode dan teknik pengajaran serta menggunakan media pengajaran. Secara singkat penilaian dari butir kedua ini guru dapat menyusun satuan pembelajaran yang singkat dan yang bermutu. Untuk ini dapat dilihat dalam tujuan instruksionalnya, pengorganisasian bahannya, kegiatan belajar mengajar serta penyusunan alat evaluasinya. 3. Pengelolaan kelas Inti dari pengelolaan kelas ialah menciptakan situasi sosial kelas yang kondusif sehingga baik untuk belajar. Fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana akan menentukan pengelolaan kelas ini. 4. Penggunaan media dan sumber pembelajaran Pendayagunaan media dan sumber belajar dapat berupa media yang ada, kekayaan alam sekitar, perpustakaan, laboratorium, narasumber dan fasilitas
12
teknologi yang lain. Dengan pemanfaatan sumber pengajaran, diharapkan siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran 5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan Yang temasuk landasan pendidikan adalah berupa disiplin ilmu yang mendasari asas-asas kependidikan bagi calon guru yaitu mata kuliah dasar kependidikan yang terdiri dari: Ilmu Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Adsministrasi
Pendidikan,
Bimbingan
dan
Konseling
serta
Filsafat
Pendidikan.Dengan menguasai ilmu dasar kependidikan ini diharapkan muridnya akan dapat belajar dengan baik dan dapat mengambil nilai yang bermakna. 6. Pengelolaan interaksi belajar mengajar Interaksi dalam belajar mengajar berarti ada kegiatan yang sama antara guru dengan siswa, sehingga dapat mencapai hasil yang baik. Agar siswa dapat belajar dengan giat maka guru harus mampu dalam mengasai asas didaktismetodis terutama dalam pemilihan metode dan penguasaan media pengajaran. Guru akan berperan sebagai motivator belajar inspirator, organisasi, fasilitator dan evaluator serta berpartisipasi dalam pelayanan dan bimbingan konseling. 7. Penilaian prestasi siswa Kegiatan penilaian ini merupakan bagian integral dari sistem pengajaran. Kegiatan penilaian meliputi, penyusunan alat tes, penyelenggaraan tes, koreksi, dan pemberian skor, pengolahan skor, pengadministrasian hasil penelitian, dan tindak lanjutdari hasil belajar. Dalam penelitian ini guru diharapkan bekerja dengan penuh keahlian dan kecermatan terutama dalam
13
membuat alat evaluasi dan penilaian hasil belajar. Kemampuan dalam hal penilaian dapat terus ditingkatkan dengan berbagai cara terutama terus mau belajar. 8. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan Fungsi dari pengenalan program bimbingan dan penyuluhan ialah membantu siswa agar dapat mengenal jati dirinya dengan berbagai masalahnya, sehingga menjadi orang yang dapat mandiri. 9. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah Guru perlu mengenaldan mampu ikut dalam penyelenggaraan administrasi sekolah, karena guru adalah calon manajer sekolah atau kepala sekolah. Pengertian administrasi sekolah meliputi pendayagunaan semua daya, dana sarana seluruh kegiatan ketatausahaan sekolah. Guru adalah calon pemegang jabatan administrator dan supervisor pendidikan sekolah. 10. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran. Sepuluh kemampuan dasar diatas yang dirumuskan oleh Depdikbud sebenarnya baru merupakan rincian kelompok kemampuan pertama (kemampuan profesional), sedangkan kelompok kemampuan yang kedua dan ketiga (kemampuan personal dan sosial), belum dirinci lebih jauh, padahal cukup penting. Di antara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, idealisme dalam pendidikan (Sukmadinata, 2005:193).
14
Sesuai dengan beberapa kompetensi guru diatas, menurut Widja guru sejarah dituntut memliki kemampuan sebagai berikut. Seorang guru seyogyanya memiliki kualitas penerima dalam masalah-masalah kemanusiaan, sebagai konsekuensi logis dari hakekat sejarah karena bahan dari sejarah tidak lain dari kemanusiaan itu sendiri. Guru sejarah seyogyanya orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan baik kebudayaan rohani maupun kebudayaan material, yang bersifat sejarahnya kontemporer. Hal diatas sesuai dengan pendapat Hill, bahwa guru sejarah dalam mengajar dituntut memiliki kemampuan khusus yang berkaitan dengan bidang studi sejarah, yaitu memiliki wawasan kemanusiaan sosial, budaya dan perubahan sosial serta mengutamakan kebenaran fakta dalam penyampaian pesan.Kemampuan guru sejarah yang paling pokok adalah wawasan kemanusiaan, dimana dengan wawasan itu seorang guru sejarah mampu mengembangkan substansi sejarah. Hal itu dapat diperoleh dari bacaan-bacaan tentang peristiwa-peristiwa yang ada serta buku-buku tentang sejarah yang menceritakan kejadian sejarah dan tokoh-tokoh sejarah. Guru sejarah adalah pengabdi perubahan, artinya guru sejarah harus selalu menyadari salah satu watak sejarah yaitu perubahan dan kebenaran.
B. Materi Pengajaran Sejarah Materi pengajaran menurut Depdiknas (2008) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan
15
agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus di capai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikatornya.Sementara menurut Nana Sujana (2002: 06) berpendapat materi adalah bahan pelajaran yang terpilih berdasarkan kriterian keilmuan dan kegunaannya yang dapat menunjang tercapainya instruksional atau pengetahuan yang disadari pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematik melalui prosedur metode keilmuan. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa materi adalah seperangkat pengetahuan hasil dari penjabaran kurikulum yang memiliki maanfaat bila disampaikan kepada siswa atau dibahas dalam proses belajar mengajar supaya tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Terdapat berbagai sumber pembelajaran yang dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran, akan tetapi guru harus menyeleksi setiap bahan pelajaran. Bahan pelajaran harusnya bersifat pedagogis. Seorang guru harus memahami jenis-jenis materi pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum.Untuk kepentingan tersebut, guru harus
mampu
menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik (Mulyasa, 2009: 138). Terdapatbeberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut
16
Hasan dalam tulisan Mulyasa (2009: 139) kriteria-kriteria tersebut terdiri dari: 1) Validitas atau tingkat ketepatan materi, 2) Keberatian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, 3) Relevansi dengan tingkat kemampuan peserta didik, 4) Kemenarikan, pengertian menarik disini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pembelajaran,5) Kepuasan. Selanjutnya perlu ditekankan bahwa materi pengajaran sejarah merupakan hal yang sangat penting sebagi sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi peserta didik. Materi yang dituangkan dalam mata pelajaran sejarah yang harus dipelajari oleh peserta didik memiliki berbagai jenis dan tingkat sesuai dengan kelompok bidang studi atau kelompok mata pelajaran masing-masing. Depdiknas (2008: 3) mengklasifikasikan jenis-jenis materi pembelajaran yang antara lain sebagai berikut: 1. Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. 2. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/ isi dan sebagainya. 3. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postalut, paradikma, teorema, serta hubungan artar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
17
4. Prosedur. 5. Sikap atau nilai. Dalam pembelajaran sejarah tentunya memiliki materi-materi yang membahas beberapa kajian tentang sejarah. Berikut ini beberapa kajian sejarah menurut Aman (2011: 97) yaitu: 1) Sejarah pemikiran dan filsafat keagamaan sebagai sumber eksplanasi tentang perubahan dan kelangsungan hidup makhluk; 2) Sejarah peradaban dan kebudayaan sebagai sumber pemahaman nilai dan makna kelangsungan dan perubahan hidup manusia dalam berdialog dengan lingkungan alam sekitar dan zamannya; 3) Sejarah Nasional dan Sejarah Lokal atau Sejarah Indonesia makro dan mikro merupakan landasan penting bagi proses revitalisasi dan rekontruksi masyarakat bangsa dan negara bangsa masa kini dan masa depan; 4) Sejarah Sosial, atau sejarah dari bawah yang berpusat pada golongan tertentu, organisasi kemasyarakatan dan orang kecil akan melengkapi gambaran dinamika dan proses perkembangan masyarakat indonesiasecara luas dan lengkap secara kontinu; 5) Sejarah Konstitusional memberilandasan pemahaman tentang demokrasi dan pembentukan masyarakat madani. Selepas beberapa kajian sejarah menurut Djoko, Pemerintah menjelaskan tentang ruang lingkup sejarah melalui Permediknas no.20 tahun 2006, standar Ini untuk satuan pendidikan dasar dan menegah matapelajaran sejarah untuk sekolah menengah atas yang meliputi beberapa aspek antara lain prinsip dasar ilmu sejarah; peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia; perkembangan negarnegara tradisional di Indonesia. Indonesia pada masa penjajahan; pergerakan kebangsaan; dan proklamasi dan perkembangan negara kebangsaan Indonesia.
18
Materi sejarah tersebut disamping dikembangkan secara faktual dalam Kurikulum Tingkat Satuan Propinsi (KTSP), juga dikembangkan makna atau arti penting fakta-fakta tersebut bagi kehidupan siswa sebagai rambu-rambu berdasarkan standar isi. Lalu bagaimana dengan materi pelajaran sejarah bila dilihat dari buku paket yang ada. Materi yang ada pada buku paket saat ini sangatlah singkat dan kurang cermat dalam penyajian data dan informasinya, sehingga sering terjadi ketidakcocokan antara materi Sejarah Indonesia Kuno dengan GBPP (Garis-garis besar program pengajaran).Hal ini sebagai akibat dari intervensi politik, dimana sejarah juga berguna untuk memperkokoh kekuasaan penguasa. Mukhtar Bohari (2001: 45) berpendapat bahwa selama tiga puluh dua tahun kita hidup dalam lingkungan yang sangat memisahkan pendidikan dengan politik padahal pelajaran sejarah syarat dengan pendidikan politik, oleh karena itu tidak boleh diserasikan dengan masalah politik. Jadi sesuai dengan kurikulum yang memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, materi pembelajaran memliki fungsi yang sangat vital dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran sebagai acuan pokok dalam melaksanakan pembelajaran, oleh karena itu peran guru disini sangat penting untuk memilih dan mengembangkan setiap materi supaya sesuai dengan kondisi siswa dan kondisi lingkungan di sekitar agar siswa tidak salah dalam mempelajari sejarah baik sejarah Indonesia maupun sejarah dunia.
19
C. Metode Pengajaran Sejarah Menurut Dwi Siswoyo (2008:133) metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sementara menurut Abubakar Muhammad (Yunus Namsah, 2003: 2) metode adalah aturan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran agar dapat sampai pada pengetahuan itu kepada pikiran siswa atau peserta didik dengan bentuk yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Definisi lain dari metode menurut Winarno Surakhmad (Aman, 2011: 108), merupakan cara yang didalamnya fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) dan bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang digunakan, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Tetapi kadang-kadang metode dibedakan dengan teknik-teknik, dimana metode bersifat prosedural, sedangakan teknik bersifat implementatif. Baik metode maupun teknik pembelajara, merupakan bagian dari strategi pembelajaran (Aman, 2011: 109). Metode tidak akan berarti apa-apa bila terpisahkan dari komponenkomponen lainnya, akan tetapi salah satu penghalang besar dalam proses belajar mengajar adalah ketidaktepatan dalam pemilihan metode. Dengan demikian singkatnya, bahwa metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan (Yunus Namsa, 2003: 28). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara atau teknik untuk menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh peserta didik. Untuk pemilihan metode, pendidik atau guru harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik, dimana bisa merangsang peserta didik untuk aktif dalam pembelajarn di kelas.
20
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memlih metode pembelajaran. Dasar pertimbangan itu bertolak dari faktor-faktor (Jamarah, 2008:229): 1. Berpedoman Pada Tujuan Tujuan adalah kegiatan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar. Jadi, kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode mengajar. 2. Perbedaan Individual Anak Didik Perbedaan anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual dan psikologi. 3. Kemampuan Guru Kemampuan guru bermacam-macam, disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan. Dari latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar akan mempengaruhi bagaimana cara pemilihan metode mengajar yang baik dan benar.
21
4. Sifat Bahan Pengajaran Setiap mata pelajaran mempunya sifat masing-masing. Paling tidak sifat mata pelajaran ini adalah mudah, sedang, dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pertimbangan pemilihan metode mengajar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu sesuai untuk matapelajaran lain. Sangat penting mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksanakan. 5. Situasi Kelas Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dalam pemilihan metode. Guru yang berpengalaman tahu benar bahwa kelas dari hari ke hari dan waktu ke waktu selalu berubah sesuai kondisi psikologi siswa. Ketika Guru berusaha membagi anak didik kedalam beberapa kelompok, guru akan menciptakan situasi kelas kepada situasi yang lain. Di sini tergambar metode mana yang harus dipilih sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai. 6. Kelengkapan Fasilitas Penggunaan metode perlu dukungan fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan. Ada metode mengajar tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketidakadaan fasilitas di sekolah. 7. Kelebihan dan Kelemahan Metode Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatikan guru. Jumlah anak didik di kelas dan kelengkapan fasilitas
22
mempunyai andil tepat setidaknya suatu metode dipergunakan untuk membantu proses pengajaran. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung dari kecermatan guru dalam memilihnya. Penggabungan metode pun tidak luput dari pertimbangan berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode yang manapun juga. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode, kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut. Dinane Ravitch dan Chester Finn (Aman, 2011: 108) mengungkapkan, dalam temuan National Asessment of Educational Progress pada 1987, menggambarkan kelas sejarah khas sebagai tempat murit menyimak pelajaran yang diberikan guru, menggunakan buku teks, dan mengerjakan ujian, kadangkadang mereka disuguhi film, terkadang mereka juga menghapal pelajaran atau membaca kisah tentang kejadian atau orang. Jarang mereka belajar bersama dengan murid kelas lain, menggunakan dokumen asli, menulis karangan, atau membahas makna dari apa yang mereka pelajari. Hal itu mengindikasikan bahwa pembelajaran sejarah sebaiknya dibangun oleh banyak kekuatan atau variasi metode pembelajaran sehingga fakta sejarah dapat dijelaskan dan maknanya dapat ditemukan. Dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, seorang pengajar harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang dialogis, sehingga dapat memberikan peluang terjadinya atau terselenggaranya proses belajar mengajar yang aktif. Dengan cara ini, peserta didik akan mampu memahami sejarah secara lebih benar, tidak hanya mampu menyebutkan fakta sejarah belaka (Aman, 2011: 112). Oleh
23
karena itu dalam pembelajaran sejarah pengajar harus menentukan metode pembelajaran yang tepat supaya makna dari materi yang diajarkan dapat dimengerti dan dapat diamalkan. Dalam penggunaan berbagai metode pembelajaran harus bersifat luwes tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran sejarah antara lain tujuan pembelajaran, tingkat kematangan anak didik, dan situasi dan kondisi yanag ada dalam proses pembelajaran. Menurut Aman (2011:112) ada beberapa metode utama yang dapat dikembangakan oleh guru sejarah dalam mencapai tujuan–tujuan pembelajaran, antara lain : 1. Metode Reseptif Metode ini terutama berkaitan dengan tujuan–tujuan dalam lingkungan domain kognitif yang dalam hubungan sejarah berarti mengetahuifakta-fakta sejarah yang berupa aktifitas manusia dimasa yang lampau terutama yang memiliki makna penting bagi perkembangan masyarakat dan perjalanan sejarah. Metode ini meliputi ceramah, membaca buku teks sejarah, mendengar radio, menonton film atau kegiatan reseftif lainnya. 2. Metode Tanya Jawab. Metode ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Kelebihan metode tanya jawab adalahkelas lebih aktif karena siswa tidak hanya pendengar akan tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum
24
dimengerti oleh siswa. Sedangkan kelemahannya perlu waktu banyak dan terkadang pertanyaan diluar materi pelajaran. 3. Metode Diskusi Metode ini cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai laternatif pemecahan masalah. 4. Metode Kerja Kelompok Metode ini merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompokkelompok kecil untuk mencapai tujuan pengajaran. 5. Metode Sosio Drama Metode ini mengembangkan kreatifitas siswa, memupuk kejasama antara siswa, menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama, siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri, memupuk keberanian siswa didepan kelas, melatih siswa untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat. 6. Metode Inkuiri. Metode ini dalam penyampaian bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tidak langsung. Artinya, dalam penyampaian metode inkuiri peserta didik sendirilah yang diberi kesempatan untuk mencari dan memecahkan sendiri jawaban dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah.
25
D. Penelitian yang Relevan Peneliti mencoba mengaitkan penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti teliti. Penelitian yang terdahulu tersebut diharap dapat memberi asumsi tentang perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan tersebut: 1. Penelitian yang relevan berjudul “ Kompetensi Pedagogik Guru Sejarah di SMA N 1 Purworejo” oleh Ratna Puspitasari penelitian ini sama-sama meneliti tentang guru dimana yang diteliti oleh Ratna adalah salah satu kompetensi yang dimiliki guru. Kompetensi yang diteliti oleh Ratna adalah kompetensi pedagogik yang mencakup tentang kompetensi guru dalam memahami terhadap murid, perancangan pembelajaran dan pelaksanan pembelajaran. Hasil dari penelitian ini guru sejarah di Purworejo cukup berhasil dalam memahami kemampuan peserta didik, guru sejarah berkompeten dalam mengembangkan rencana pembelajaran, dan mampu mengkondisikan kelas dengan pendekatan kekeluargaan. Meskipun samasama meneliti tentang guru, tetapi penelitian ini memiliki perbedaan. Perbedaan antara skripsi Ratna Puspitasari dengan skripsi ini terletak pada pokok bahasannya, penelitian ini hanya mencakup tentang kemampuan guru dalam mengembangkan materi dan metode. Sedangkan penelitian Ratna Puspita yang berjudul “Kompentensi Pedagogik Guru Sejarah di SMA N 1 Purworejo” membahas tentang salah satu dari kompetensi dasar guru yaitu kompetensi pedagogik.
26
2. Penelitian yang relevan yang kedua adalah penelitian yang ditulis oleh Rini Mustika Dewi yang berjudul “Kompetensi Guru dalam Implementasi Metode dan Media Pembelajaran Sejarah di SMA N 7 Yogyakarta”. Penelitian yang ditulis oleh Rini ini berisi tentang cara guru dalam mengimplementasikan secara maksimal media yang ada di sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang menggunakan media di sekolahan.Media yang ada di SMA N 7 Yogyakarta sangat memadai sehingga dalammengimplementasikan pembelajaran sejarah guru dapat dengan mudah menerapkannya. Meskipun penelitian yang ditulis oleh Rini ini sama-sama meneliti tentang guru, tetapi penelitian ini memiliki perbedaan dengan skripsi ini. Pada penelitian Rini hanya meneliti tentang metodenya saja akan tetapi dipenelitian ini peneliti meneliti tentang cara guru dalam mengembangkan materi agar sesuai dengan kondisi siswa yang ada.
E. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teoritik bahwa seorang tenaga
pengajar atau guru harus berupaya mengembangkan materi dan metode pembelajaran sejarah agar proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara efektif dan efisien. Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu diperhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Materi yang akan diajarkan perlu
27
diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Setelah
pengembangan
materi
selesai
langkah
berikutnya
adalah
mengembangkan metode. Dalam mengembangkan metode harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi yang telah di kembangkan sebelumnya. Pengembangan metode yang di maksud adalah penggunaan metode yang kreatif. Metode ceramah yang sering digunakan guru sejarah dalam menyampaikan materi dikira sudah kurang menarik untuk digunaan. Setelah mengembnagkan metode, tugas guru adalah mengimplementasikan metode sesuai agar dapat memenuhi indikator dalam silabus.
Kerangka Pikir Kemampuan Guru
Guru
Materi
Metode
Pembelajaran Sejarah di kelas/ Siswa