BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan degan pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, separable programming dan lagrange multiplier, teknik penarikan sampel, saham, teori portofolio, dan kinerja portofolio. Kajian teori dalam penelitian ini akan digunakan pada bab pembahasan selanjutnya. A. Pemrograman Linear Manusia selalu dihadapkan pada pilihan dan pengambilan keputusan. Pada penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan banyak sekali yang berkaitan dengan optimalisasi. Optimalisasi dalam kehidupan manusia memiliki tujuan pada setiap usahanya yaitu memperoleh hasil yang optimum dengan modal sekecil mungkin (B Susanta, 1994:7). Riset operasi digunakan untuk mengalokasikan sumber daya maupun sumber dana yang jumlahnya terbatas sehingga lebih efektif dan efisien. Pemrograman linear merupakan salah satu teknik yang terdapat pada riset operasi dalam memecahkan permasalahan untuk mengalokasikan sumber daya yang ada menjadi seoptimal mungkin. Model permasalahan linear secara umum terdiri dari fungsi tujuan yang berupa persamaan linear atau hasil yang akan dicapai dan beberapa fungsi kendala berupa persedian sumber daya yang ada. Berikut diberikan definisi dari fungsi dan fungsi linear.
10
Definisi 2.1. Fungsi (Purcell, 1987:48). Sebuah fungsi f adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan setiap obyek x dalam satu himpunan yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan ke dua. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil fungsi tersebut. Ilustrasi fungsi diberikan pada Gambar 2.1 di bawah ini: ๐
๐
๐
1
a
2
b
3
c
Gambar 2. 1 Fungsi ๐: ๐ โ ๐ Contoh 2.1 Jika ๐น adalah fungsi dengan aturan ๐น(๐ฅ) = ๐ฅ 2 + 1 dan jika daerah asal dirinci sebagai {-1, 0, 1, 2, 3}, maka daerah hasilnya adalah {1, 2, 5, 10}. Definisi 2.2. Fungsi Linear (Winston, 2004:52). Fungsi ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) merupakan fungsi linear jika dan hanya jika fungsi f dapat dituliskan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) = ๐1 ๐ฅ1 + ๐2 ๐ฅ2 + โฆ + ๐๐ ๐ฅ๐ dengan ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐ merupakan konstanta. Masalah pemrograman linear pada dasarnya memiliki ketentuanketentuan berikut ini (Winston, 2004:53): 1. Masalah pemrograman linear berkaitan dengan upaya memaksimumkan (pada umumnya keuntungan) atau meminimumkan (pada umumnya biaya)
11
yang disebut sebagai fungsi tujuan dari pemrograman linear. Fungsi tujuan ini terdiri dari variabel-variabel keputusan. 2. Terdapat kendala-kendala atau keterbatasan, yang membatasi pencapaian tujuan yang dirumuskan dalam pemrograman linear. Kendala-kendala ini dirumuskan dalam fungsi-fungsi kendala yang terdiri dari variabel-variabel keputusan yang menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas. 3. Ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sebarang ๐ฅ๐ , pembatasan tanda menentukan ๐ฅ๐ harus non negatif (๐ฅ๐ โฅ 0). 4. Memiliki sifat linearitas. Sifat ini berlaku untuk semua fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala. Pencapaian hasil yang optimal diselesaikan dengan penyelesaian persoalan secara matematis. Pemecahan persoalan secara matematis tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Zulian, 1991:1): 1. Variabel keputusan non-negative 2. Adanya fungsi tujuan (objective function) dari variabel keputusan dan dapat digambarkan dalam satu set fungsi linear. 3. Terdapat kendala atau keterbatasan sumber daya maupun sumber dana yang dapat digambarkan dalam satu set fungsi linear. Pemrograman linear merupakan salah satu teknik atau metode riset operasi yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil tersebut dapat berbentuk memaksimumkan maupun meminimumkan suatu fungsi tujuan dengan kendala-kendala berupa fungsi linear.
12
Secara umum, masalah pemrograman linear dapat didefinisikan sebagai berikut (Susanta, 1994:6): Mencari ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ yang memaksimumkan/meminimumkan ๐ = ๐1 ๐ฅ1 + ๐2 ๐ฅ2 + โฆ + ๐๐ ๐ฅ๐
(2.1)
dengan kendala ๐11 ๐ฅ1 + ๐12 ๐ฅ2 + โฆ + ๐1๐ ๐ฅ๐ (โค, =, โฅ)๐1
(2.2a)
๐21 ๐ฅ1 + ๐22 ๐ฅ2 + โฆ + ๐2๐ ๐ฅ๐ (โค, =, โฅ)๐2
(2.2b)
โฎ ๐๐1 ๐ฅ1 + ๐๐2 ๐ฅ2 + โฆ + ๐๐๐ ๐ฅ๐ (โค, =, โฅ)๐๐
(2.2c)
๐ฅ1 โฅ 0, ๐ฅ2 โฅ 0, โฆ , ๐ฅ๐ โฅ 0.
(2.2d)
Masalah pemrograman linear (2.1) dan (2.2) dapat dituliskan ulang sebagai berikut Mencari ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ yang memaksimumkan/meminimumkan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) = โ๐๐=1 ๐๐ ๐ฅ๐
(2.3)
dengan kendala ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) = โ๐๐=1 ๐๐๐ ๐ฅ๐ (โค, =, โฅ)๐๐ , โ๐, ๐ = 1, 2, โฆ , ๐
13
(2.4a)
๐ฅ๐ โฅ 0, โ๐, ๐ = 1, 2, โฆ , ๐.
(2.4b)
Fungsi ๐(๐ฅ) pada permasalahan pemrograman linear sebagai fungsi tujuan yang akan dioptimalkan. Persamaan maupun pertidaksamaan kendala yang menjadi batasan pencapaian fungsi tujuan disebut fungsi kendala utama. Sedangkan syarat nilai variabel keputusan harus lebih dari atau sama dengan nol (๐ฅ๐ โฅ 0) disebut kendala-kendala tidak negatif. Setiap kendala dapat berbentuk persamaan maupun pertidaksamaan. Fungsi-fungsi kendala dapat bertanda sama dengan (=), lebih kecil atau sama dengan (โค), lebih besar atau sama dengan (โฅ), atau kombinasi diantaranya (sebagian fungsi kendala bertanda โค dan sebagian lainnya bertanda โฅ). Penyelesaian masalah pemrograman linear saat ini dapat diperoleh dengan beberapa metode di antaranya yaitu metode aljabar, metode grafik, metode simpleks atau dengan menggunakan perangkat lunak komputer (QSB, excel, dan matlab). B. Pemrograman Nonlinear Banyak kasus dalam penyelesaian masalah optimalisasi yang modelnya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk linear. Model yang berkaitan dengan bentuk fungsi tujuan dan fungsi kendala, pada sebagian atau seluruh fungsi tersebut merupakan fungsi nonlinear. Fungsi nonlinear dapat berbentuk fungsi kuadrat, fungsi eksponen, fungsi logaritma, fungsi pecahan dan lain-lain. Pemrograman nonlinear merupakan salah satu teknik dari riset operasi untuk menyelesaikan permasalahan optimalisasi dengan fungsi tujuan yang
14
berbentuk nonlinear dan fungsi kendala berbentuk nonlinear atau linear (Bazaraa, 2006:1). Memilih ๐ variabel keputusan ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ dari daerah layak yang diberikan untuk mengoptimasi (maksimum atau minimum) fungsi tujuan yang diberikan. Daerah layak adalah himpunan dari nilai-nilai (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) yang memenuhi sejumlah m kendala. Permasalahan pemrograman nonlinear secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut (Bradley, 1976) Memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , , โฆ , ๐ฅ๐ )
(2.5)
Pemrograman nonlinear bentuk memaksimumkan atau meminimumkan dapat ditulis sebagai berikut: Memaksimumkan/Meminimumkan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , , โฆ , ๐ฅ๐ )
(2.6)
dengan kendala ๐1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐1
(2.7a)
๐2 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐2
(2.7a)
โฎ ๐๐ (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐๐ .
(2.7b)
Batasan non negatif pada variabel dapat dengan menambahkan kendala non negatif sebagi berikut: ๐ฅ1 โฅ 0, ๐ฅ2 โฅ 0, โฆ , ๐ฅ๐ โฅ 0.
(2.8)
15
Persamaan (2.6) sampai dengan Persamaan (2.8) dapat dituliskan dalam bentuk masalah optimalisasi yang lebih sederhana sebagai berikut: Memaksimumkan/Meminimumkan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , , โฆ , ๐ฅ๐ )
(2.9)
dengan kendala ๐๐ (๐ฅ)(โค, =, โฅ)๐๐ , โ ๐ = 1,2, 3, โฆ , ๐
(2.10a)
๐ฅ๐ โฅ 0, โ ๐ = 1,2,3, โฆ , ๐.
(2.10b)
Jika permasalahan tidak dapat dimodelkan dalam pemrograman linear maka permasalahan berbentuk pemrograman nonlinear. Terdapat beberapa hal yang
menyebabkan
sifat
ketidaklinearan.
Permasalahan
berbentuk
pemrograman nonlinear dengan fungsi tujuan dan kendalanya mempunyai bentuk nonlinear pada salah satu atau keduanya. Sebagai contoh dalam suatu perusahaan besar yang kemungkinan menghadapi elastisitas harga atau banyak barang yang dijual berbanding terbalik dengan harganya. Artinya semakin sedikit produk yang dihasilkan maka semakin mahal harganya. Oleh karena itu, kurva harga permintaan akan terlihat seperti kurva dalam Gambar 2.2, dengan ๐(๐ฅ) adalah harga yang ditetapkan agar terjual x satuan barang. Jika biaya satuan untuk memproduksi barang tersebut adalah konstan yaitu c, maka keuntungan perusahaan tersebut dalam memproduksi dan menjual ๐ฅ satuan barang akan dinyatakan oleh fungsi nonlinear berikut (Hillier , 2001:655) ๐(๐ฅ) = ๐ฅ๐(๐ฅ) โ ๐๐ฅ.
(2.11)
Gambar 2.3 terlihat misalkan setiap produk dari x jenis produknya mempunyai fungsi keuntungan yang serupa, didefinisikan ๐๐ (๐ฅ๐ ) untuk
16
produksi dan penjualan ๐ฅ๐ satuan dari produk ๐ dimana (๐ = 1, 2, โฆ , ๐), maka secara lengkap fungsi tujuannya yaitu ๐(๐ฅ) = โ๐๐=1 ๐๐ (๐ฅ๐ ) merupakan penjumlahan dari beberapa fungsi nonlinear. P(x)
c
Biaya Satuan
Permintaan
x
Gambar 2. 2 Kurva Harga Permintaan P(x)
P(x)=x [p(x)- c]
x Banyak Barang
Gambar 2. 3 Fungsi Keuntungan Alasan lain yang menyebabkan sifat ketidaklinearan muncul pada fungsi tujuan, disebabkan oleh kenyataan bahwa biaya tambahan (biaya marginal)
17
untuk memproduksi satu satuan barang tergantung pada tingkat produksi. Sebagai contoh, biaya marginal akan turun apabila tingkat produksi naik. Di lain pihak, biaya marginal dapat saja naik karena dalam ukuran tertentu, seperti fasilitas lembur atau harga barang mahal, sehingga perlu menaikkan produksi. Sifat ketidaklinearan dapat juga muncul pada fungsi kendala ๐๐ (๐ฅ) dengan cara yang sama. Sebagai contoh, apabila terdapat kendala anggaran dalam biaya produksi total, maka fungsi biaya akan menjadi nonlinear jika biaya marginal berubah. Kendala ๐๐ (๐ฅ) akan berbentuk nonlinear apabila terdapat penggunaan yang tidak sebanding antara sumber daya dengan tingkat produksi dari masing-masing produksi. C. Fungsi Konveks dan Konkaf Konsep konveks merupakan hal yang penting dalam permasalahan optimalisasi (Bazaraa, 2006:39). Definisi 2.3 (Luenberger, 1984). Misalkan ๐ฅ1 , ๐ฅ2 ๐ ๐
๐ . Titik-titik dengan bentuk ๐๐ฅ1 + (1 โ ๐)๐ฅ2 untuk ๐ โ [0,1] disebut kombinasi konveks dari ๐ฅ1 dan ๐ฅ2 . Definisi 2.4 (Bazaraa, 2006:40). Himpunan S yang tidak kosong di ๐
๐ adalah himpunan konveks jika segmen garis yang menghubungkan dua titik berada dalam himpunan. Dengan kata lain, jika ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โ ๐ maka ๐๐ฅ1 + (1 โ ๐)๐ฅ2 juga anggota S untuk ๐ โ [0,1].
18
Definisi 2.5 Fungsi Konveks (Bazaraa, 2006:98). Diketahui ๐: ๐ โ ๐
, dengan S adalah himpunan konveks yang tidak kosong di ๐
๐ . Fungsi f(x) dikatakan fungsi konveks di S jika ๐(๐๐ฅ1 + (1 โ ๐)๐ฅ2 ) โค ๐๐(๐ฅ1 ) + (1 โ ๐)๐(๐ฅ2 ) untuk setiap ๐ฅ1 , ๐ฅ2 ๐๐ dan untuk ๐ โ [0,1]. Definisi 2.6 Fungsi Konkaf (Luenberger, 1984:192). Fungsi f(x) dikatakan fungsi konkaf jika untuk setiap ๐ฅ1 , ๐ฅ2 ๐ ๐, dengan S adalah himpunan konveks dan setiap ๐ โ [0,1] berlaku ๐(๐๐ฅ1 + (1 โ ๐)๐ฅ2 ) โฅ ๐๐(๐ฅ1 ) + (1 โ ๐)๐(๐ฅ2 ). Perbedaan fungsi konveks dan konkaf tampak pada gambar di bawah ini: A B
A
B Konkaf Konveks
Gambar 2. 4 Fungsi Konveks dan Fungsi Konkaf D. Separable Programming 1. Pengertian Separable Programming Separable Programming merupakan salah satu metode dalam penyelesaian pemrograman nonlinear dengan cara mengubah bentuk fungsi nonlinear menjadi linear yang hanya memuat satu variabel saja. Separable Programming memisahkan fungsi yang berbentuk nonlinear menjadi fungsi-
19
fungsi dengan variabel tunggal. Misalnya dalam kasus dua variabel fungsi ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dapat dipisahkan menjadi โ(๐ฅ) + ๐(๐ฆ). Suatu fungsi ๐(๐ฅ) dapat dikatakan separable apabila fungsi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dari fungsi-fungsi yang hanya memuat satu variabel, selengkapnya didefinisikan sebagai berikut (Bazaraa, 2006:684) ๐(๐ฅฬ) = ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2, โฆ , ๐ฅ๐ ) = ๐1 (๐ฅ1 ) + ๐2 (๐ฅ2 ) + โฏ + ๐๐ (๐ฅ๐ ) = โ๐๐=1 ๐๐ (๐ฅ๐ )
(2.12)
Selanjutnya masalah separable programming pada Persamaan (2.12) dapat ditulis sebagai Masalah P sebagai berikut: Masalah P Memaksimalkan/meminimalkan ๐ = โ๐๐=1 ๐๐ (๐ฅ๐ )
(2.13)
dengan kendala โ๐๐=1 ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) (โค, =, โฅ)๐๐ , ๐ = 1, 2, โฆ , ๐
(2.14a)
๐ฅ๐ โฅ 0; (๐ = 1,2, โฆ , ๐).
(2.14b)
Fungsi pada Persamaan (2.13) sampai dengan Persamaan (2.14b) dapat diselesaikan dengan separable programming. Suatu fungsi dapat dikatakan separable jika fungsi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dari fungsi-fungsi yang memuat satu variabel yang dapat dituliskan sebagai berikut: ๐ = ๐1 (๐ฅ1 ) + ๐2 (๐ฅ2 ) + โฏ + ๐๐ (๐ฅ๐ )
20
(2.15)
๐๐๐ (๐ฅ๐ ): ๐11 (๐ฅ1 ) + ๐12 (๐ฅ2 ) + โฏ + ๐1๐ (๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐1
(2.16a)
๐21 (๐ฅ1 ) + ๐22 (๐ฅ2 ) + โฏ + ๐2๐ (๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐2
(2.16b)
๐๐1 (๐ฅ1 ) + ๐๐2 (๐ฅ2 ) + โฏ + ๐๐๐ (๐ฅ๐ )(โค, =, โฅ)๐๐
(2.16c)
dan ๐ฅ1 , ๐ฅ2, โฆ , ๐ฅ๐ โฅ 0.
(2.16d)
Jadi Persamaan (2.15) sampai dengan Persamaan (2.16d) adalah persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang berbentuk separable. Contoh 2.2 Diberikan pemrograman nonlinear Memaksimumkan ๐ = 30 ๐ฅ1 + 35 ๐ฅ2 โ 2 ๐ฅ1 2 โ 3 ๐ฅ2 2 dengan kendala ๐ฅ1 2 + 2๐ฅ2 2 โค 250 ๐ฅ1 + ๐ฅ2 โค 20 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โฅ 0. Diperoleh masalah separable programming dari fungsi tujuan dan kendala dari Contoh 2.2 sebagai berikut ๐1 (๐ฅ1 ) = 30๐ฅ1 โ 2๐ฅ1 2 ๐2 (๐ฅ2 ) = 35๐ฅ2 โ 3๐ฅ2 2 ๐11 (๐ฅ1 ) = ๐ฅ1 2 , ๐12 (๐ฅ2 ) = 2๐ฅ2 2 , ๐21 (๐ฅ1 ) = ๐ฅ1 , dan ๐22 (๐ฅ2 ) = ๐ฅ2 .
21
Contoh 2.3 2
Memaksimumkan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 ) = 20๐ฅ1 + 16๐ฅ2 โ 2๐ฅ1 โ ๐ฅ2 2 โ (๐ฅ1 + ๐ฅ2 )2 dengan kendala ๐ฅ1 + ๐ฅ2 โค 5 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 โฅ 0. Permasalahan pada fungsi tujuan tidak dapat berbentuk separable, karena terdapat (๐ฅ1 + ๐ฅ2 )2 . Diberikan ๐ฅ3 = ๐ฅ1 + ๐ฅ2 dan bentuk fungsi tujuan dan kendala dari Contoh 2.3 yang dapat berbentuk separable diperoleh sebagai berikut: 2
Memaksimumkan ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 ) = 20๐ฅ1 + 16๐ฅ2 โ 2๐ฅ1 โ ๐ฅ2 2 โ ๐ฅ3 2 dengan kendala ๐ฅ1 + ๐ฅ2 โค 5 ๐ฅ1 + ๐ฅ2 โ ๐ฅ3 = 0 ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 โฅ 0. Fungsi tujuan dapat dituliskan sebagai ๐(๐ฅ) = ๐1 (๐ฅ1 ) + ๐2 (๐ฅ2 ) + ๐3 (๐ฅ3 ), dimana ๐1 (๐ฅ1 ) = 20๐ฅ1 โ 2๐ฅ1 2 ๐2 (๐ฅ2 ) = 16๐ฅ2 โ ๐ฅ2 2 ๐3 (๐ฅ3 ) = โ๐ฅ3 2 .
22
2. Hampiran Fungsi Linear Sepotong-sepotong Penyelesaian dalam masalah separable programming dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya adalah metode cutting plane, pemrograman dinamik, hampiran fungsi linear sepotong-sepotong, dan lain-lain. Keakuratan dari metode hampiran linear sepotong-sepotong dipengaruhi oleh banyaknya titik kisi. Ada dua cara dalam hampiran fungsi linear sepotong-sepotong, yaitu dengan formulasi lambda (๐) dan formulasi delta (๐ฟ) (Bazaraa, 2006:685). Formulasi lambda merupakan formulasi hampiran setiap titik kisi dengan menggunakan variabel lambda sedangkan formulasi delta merupakan formulasi hampiran untuk setiap interval di antara titik kisi. Penelitian ini membahas penyelesaian pemrograman nonlinear dengan menggunakan separable programming hampiran fungsi linear sepotongsepotong lambda. Sebelum membahas mengenai formulasi lambda terlebih dahulu dibahas mengenai ruas garis. Didefinisikan ๐(๐ฅ) merupakan fungsi nonlinear yang kontinu, dengan ๐ฅ pada interval [a,b]. Akan didefinisikan fungsi linear sepotong-sepotong ๐ฬ yang merupakan hampiran fungsi ๐ pada interval [a,b]. Selanjutnya interval [a,b] dipartisi menjadi interval-interval yang lebih kecil, dengan titik kisi (grid pont) ๐ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2, โฆ , ๐ฅ๐ = ๐. Pada Gambar 2.5 titik-titik kisi tidak harus mempunyai jarak yang sama. Berikut diberikan definisi ruas garis untuk menjelaskan hubungan antara dua titik kisi.
23
Definisi 2.7 Ruas Garis (Bazaraa, 2006:684). Diberikan ๐ฅฬ
1 , ๐ฅฬ
2 ๐ ๐
. Himpunan ๐ = {๐ฅฬ
|๐ฅฬ
= ๐๐ฅฬ
1 + (1 โ ๐)๐ฅฬ
2 , 0 โค ๐ โค 1}
disebut
ruas
garis
yang
menghubungkan ๐ฅฬ
1 dan ๐ฅฬ
2 . Gambar 2.5 fungsi linear sepotong-sepotong sebagai hampiran fungsi nonlinear ๐ pada interval [๐ฅ๐ฃ , ๐ฅ๐ฃ+1 ] dengan lima titik kisi.
๐ ๐(๐ฅ)
๐ = ๐ฅ1
๐ฅ๐ฃ
๐ฅ
๐ฅ ๐ฃ +1
๐ = x๐
Gambar 2. 5 Fungsi Linear Sepotong-Sepotong sebagai Hampiran Fungsi Nonlinear dengan Lima Titik Kisi Misalkan ๐ฅ merupakan titik kisi pada ruas garis yang menghubungkan ๐ฅ๐ฃ dengan ๐ฅ๐ฃ+1 , berdasarkan Definisi 2.7 ๐ฅ dapat dituliskan sebagai berikut ๐ฅ = ๐(๐ฅ๐ฃ ) + (1 โ ๐)(๐ฅ๐ฃ+1 ) untuk ๐๐[0,1].
(2.17)
Berdasarkan Persamaan (2.17), fungsi ๐(๐ฅ) dapat dihampiri oleh interval ๐(๐ฅ๐ฃ ) dan ๐(๐ฅ๐ฃ+1 ) dengan cara berikut ๐ฬ(๐ฅ) = ๐๐(๐ฅ๐ฃ ) + (1 โ ๐)๐(๐ฅ๐ฃ+1 ).
(2.18)
Pada Gambar 2.6 untuk sembarang fungsi ๐ didefinisikan pada interval [a,b], maka selanjutnya interval dipartisi menjadi beberapa titik kisi dengan titik kisi ๐ = ๐ฅ1 , ๐ฅ2, โฆ , ๐ฅ๐ = ๐. Pada ๐ฅ1 dihampiri oleh ๐ฬ(๐ฅ1 ), ๐ฅ2 dihampiri ๐ฬ(๐ฅ2 ), ๐ฅ๐ฃ dihampiri ๐ฬ(๐ฅ๐ฃ ) dan seterusnya. Titik-titik kisi tidak harus mempunyai jarak yang sama.
24
๐
๐(๐ฅ2 )
๐(๐ฅ1 ) ( ฬ
๐ = ๐ฅ1
๐(๐ฅ๐ฃ )
๐(๐ฅ)
(
(
ฬ
ฬ
(
๐ฅ2
๐ฅ๐ฃ
๐ฅ
๐ฅ๐ฃ+1
๐ = ๐ฅk
Gambar 2. 6 Fungsi Linear Sepotong-sepotong sebagai Hampiran Fungsi Nonlinear dengan Formulasi Lambda Secara umum hampiran linear dari fungsi f(x) untuk titik-titik kisi ๐ฅ1 , ๐ฅ2, โฆ , ๐ฅ๐ didefinisikan sebagai berikut ๐ฬ(๐ฅ) = โ๐๐ฃ=1 ๐(๐ฅ๐ฃ ) ๐๐ฃ , โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ = 1, ๐๐ฃ โฅ 0.
(2.19)
Dengan ๐ฅ yang diperoleh berdasarkan pada Persamaan (2.17) yaitu ๐ฅ = โ๐๐ฃ=1 ๐ฅ๐ฃ ๐๐ฃ , untuk ๐ฃ = 1, 2, 3, โฆ , ๐
(2.20)
dan terdapat paling sedikit satu ๐๐ฃ tidak nol atau paling banyak dua ๐๐ฃ , ๐๐ฃ+1 tidak nol dan berdampingan. Secara umum, dalam setiap dua titik kisi diperoleh satu hampiran sehingga total dari semua hampiran tersebut merupakan hampiran untuk fungsi nonlinear tersebut. Masalah pengoptimuman yang menghampiri masalah P dapat dilakukan dengan mengganti fungsi ๐๐ dan ๐๐๐ yang nonlinear dengan fungsi linear sepotong-sepotong. Didefinisikan ๐ฟ = {๐|๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ ๐๐ข๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = 1, 2, โฆ , ๐}. Didefinisikan titik-titik kisi ๐ฅ๐ฃ๐ untuk ๐ฃ = 1,2, โฆ , ๐ pada interval [๐๐ , ๐๐ ] dengan ๐๐ , ๐๐ โฅ 0 untuk setiap ๐ โ ๐ฟ.
25
Berdasarkan Persamaan (2.19) dengan titik-titik kisi ๐ฅ๐ฃ๐ fungsi ๐๐ pada Persamaan (2.13) dan ๐๐๐ pada Persamaan (2.14a) serta Persamaan (2.14b), untuk ๐๐ dengan ๐ = 1,2, โฆ , ๐; ๐ โ ๐ฟ, maka diperoleh hampiran-hampiran linearnya yaitu ๐ฬ๐ (๐ฅ๐ ) = โ๐๐ฃ=1 ๐๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) ๐๐ฃ๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ โ ๐ฟ
(2.21)
๐ฬ๐๐ (๐ฅ๐ ) = โ๐๐ฃ=1 ๐๐๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) ๐๐ฃ๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ = 1,2, โฆ , ๐; ๐ โ ๐ฟ
(2.22a)
Dengan โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ๐ = 1
(2.22b)
๐๐ฃ๐ โฅ 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฃ = 1,2, โฆ , ๐
(2.22c)
dengan ๐ฅ๐ yang diperoleh berdasarkan pada Persamaan (2.20) yaitu ๐ฅ๐ = โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ).
(2.23)
Untuk mempermudah penulisan, hampiran Masalah P ditulis dengan Masalah AP. Berdasarkan Persamaan (2.21), Masalah AP dapat didefinisikan sebagai berikut (Bazaraa, 2006:686) Masalah AP Memaksimumkan/meminimumkan ๐ = โ๐โ๐ฟ ๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ๐โ๐ฟ ๐ฬ๐ (๐ฅ๐ )
(2.24)
Terhadap kendala โ๐โ๐ฟ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ๐โ๐ฟ ๐ฬ๐๐ (๐ฅ๐ ) (โค, =, โฅ)๐๐ , (๐ = 1, 2, โฆ , ๐)
(2.25a)
๐ฅ๐ โฅ 0 untuk ๐ = 1, 2, โฆ , ๐
(2.25b)
.
Perhatikan bahwa fungsi tujuan dan fungsi kendala pada masalah AP adalah fungsi linear sepotong-sepotong.
26
Berdasarkan Persamaan (2.21) sampai dengan Persamaan (2.22c), Masalah AP pada Persamaan (2.24) sampai dengan (2.25b) dapat ditulis ulang sebagai masalah LAP sebagai berikut Masalah LAP Memaksimumkan/meminimumkan ๐ = โ๐โ๐ฟ ๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ๐โ๐ฟ โ๐๐ฃ=1 ๐๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) ๐๐ฃ๐
(2.26)
Terhadap kendala โ๐โ๐ฟ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ๐โ๐ฟ โ๐๐ฃ=1 ๐๐๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) ๐๐ฃ๐ (โค, =, โฅ)๐๐ , (๐ = 1, 2, โฆ , ๐)(2.27a) โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ๐ = 1
(2.27b)
๐๐ฃ๐ โฅ 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฃ = 1,2, โฆ , ๐
(2.27c)
dan terdapat paling sedikit satu ๐๐ฃ๐ tidak nol atau paling banyak dua ๐๐ฃ๐ , ๐(๐ฃ+1)๐ tidak nol dan berdampingan. Pada fungsi tujuan dan kendala dari Persamaan (2.26) sampai dengan (2.27c) disebut sebagai Masalah LAP yang berbentuk linear. Oleh karena itu, Masalah LAP dapat diselesaikan dengan metode simpleks biasa. Penelitian ini menyelesaian pemrograman linear menggunakan metode simpleks biasa dengan bantuan Excel Solver. Mendapatkan penyelesaian optimal dengan metode simpleks pada masalah maksimasi dalam bentuk separable programming harus memenuhi syarat bahwa setiap ๐๐ (๐ฅ๐ ) harus konkaf dan
27
setiap ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) adalah konveks, sedangkan pada masalah minimasi ๐๐ (๐ฅ๐ ) harus konveks dan setiap ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) adalah konveks (Winston,2004 :714). Pada penyelesaian separable programming berlaku sebagai berikut: Teorema 2.1 (Bazaraa, 2006:689). Jika ๐ฅ๐ = โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) untuk ๐ โ ๐ฟ merupakan penyelesaian layak pada Persamaan (2.26) sampai dengan Persamaan (2.27), maka ๐ฅ๐ , ๐ = 1,2,3, โฆ ๐ juga merupakan penyelesaian layak pada Persamaan (2.13)-(2.14). Bukti: Berdasarkan Definisi 2.5, karena ๐๐๐ konveks dengan ๐ โ ๐ฟ untuk setiap ๐ = 1,2,3, โฆ ๐ dan untuk ๐ฅ๐ฃ๐ dengan ๐ โ ๐ฟ, ๐ฃ = 1,2,3, โฆ , ๐ diperoleh ๐๐ (๐ฅ๐ ) = โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) ๐โ๐ฟ
๐โ๐ฟ
๐
= โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ ๐๐๐ (โ ๐๐ฃ๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) ) ๐โ๐ฟ
๐โ๐ฟ
๐ฃ=1
= โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ ๐๐๐ ((๐1๐ ๐ฅ1๐ + ๐2๐ ๐ฅ2๐ + ๐3๐ ๐ฅ3๐ + โฏ + ๐๐๐ ๐ฅ๐๐ ) ๐โ๐ฟ
๐โ๐ฟ
โค โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ ๐1๐ ๐๐๐ (๐ฅ1๐ ) + ๐2๐ ๐๐๐ (๐ฅ2๐ ) + ๐3๐ ๐๐๐ (๐ฅ3๐ ) + โฏ + ๐๐๐ ๐๐๐ (๐ฅ๐๐ ) ๐โ๐ฟ
๐โ๐ฟ
๐
= โ ๐๐๐ (๐ฅ๐ ) + โ โ ๐๐ฃ๐ ๐๐๐ (๐ฅ๐ฃ๐ ) โค ๐๐ . ๐โ๐ฟ
๐โ๐ฟ ๐ฃ=1
28
Untuk ๐ = 1,2,3, โฆ ๐ selanjutnya ๐ฅ๐ โฅ 0 untuk ๐ โ ๐ฟ dan ๐ฅ๐ = โ๐๐ฃ=1 ๐๐ฃ๐ ๐ฅ๐ฃ๐ โฅ 0 untuk jโ ๐ฟ, karena ๐๐ฃ๐ , ๐ฅ๐ฃ๐ โฅ 0; ๐ฃ = 1,2,3, โฆ ๐; ๐ โ ๐ฟ. Jadi terbukti ๐ฅ๐ merupakan penyelesaian yang layak pada Persamaan (2.13)-(2.14). E. Lagrangre Multiplier Sebelum membahas mengenai metode lagrangre multiplier terlebih dahulu dibahas mengenai turunan parsial dan titik kritis. Definisi 2.8 (Purcell, 1987). Jika ๐ง = ๐(๐ฅ, ๐ฆ) terdefinisi dalam domain D di bidang XY, sedangkan turunan pertama f terhadap x dan y di setiap titik (x,y) ada, maka Turunan pertama ๐ di ๐ฅ adalah ๐๐ ๐๐ฅ
๐(๐ฅ+โ๐ฅ,๐ฆ)โ๐(๐ฅ,๐ฆ)
= ๐๐๐
โ๐ฅโ0
โ๐ฅ
.
Turunan pertama ๐ di y adalah ๐๐ ๐(๐ฅ, ๐ฆ + โ๐ฆ) โ ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = ๐๐๐ . โ๐ฅโ0 ๐๐ฆ โ๐ฆ
Dapat dinotasikan sebagai ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐ ๐๐ฆ
=
๐๐(๐ฅ,๐ฆ)
=
๐๐(๐ฅ,๐ฆ) ๐๐ฆ
๐๐ฅ
= ๐๐ฅ (๐ฅ, ๐ฆ)
= ๐๐ฆ (๐ฅ, ๐ฆ).
29
Turunan parsial fungsi ๐ variabel, diberikan fungsi ๐ variabel dari ๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3 , โฆ , ๐ฅ๐ dengan persamaan ๐ค = ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , ๐ฅ3, โฆ , ๐ฅ๐ ), maka turunanturunan parsialnya yaitu: ๐๐ค ๐๐ค ๐๐ค ๐๐ค = ๐๐ฅ1 , = ๐๐ฅ2 , = ๐๐ฅ3 , โฆ , = ๐๐ฅ๐ . ๐๐ฅ1 ๐๐ฅ2 ๐๐ฅ3 ๐๐ฅ๐ Diberikan untuk fungsi tiga variabel dari x, y, z dengan persamaan ๐ค = ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง), maka turunan-turunan parsialnya yaitu: ๐๐ค ๐๐ค ๐๐ค = ๐๐ฅ (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง), = ๐๐ฆ (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง), = ๐๐ง (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง). ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ง Turunan parsial derajat dua, notasi turunan parsial derajar dua fungsi ๐ง = ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dinyatakan dalam simbol- simbol berikut: ๐2 ๐ง ๐๐ฅ 2
๐
๐๐ง
๐
๐๐
= ๐๐ฅ (๐๐ฅ) = ๐ง๐ฅ๐ฅ = ๐๐ฅ๐ฅ = ๐๐ฅ (๐๐ฅ )
๐2๐ง ๐ ๐๐ง ๐ ๐๐ = ( ) = ๐ง๐ฆ๐ฆ = ๐๐ฆ๐ฆ = ( ) 2 ๐๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ฆ ๐๐ฆ ๐2๐ง ๐ ๐๐ง ๐ ๐๐ = ( ) = ๐ง๐ฆ๐ฅ = ๐๐ฆ๐ฅ = ( ) ๐๐ฅ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐2๐ง ๐ ๐๐ง ๐ ๐๐ = ( ) = ๐ง๐ฅ๐ฆ = ๐๐ฅ๐ฆ = ( ). ๐๐ฆ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ฅ
Teorema 2.2 Titik Kritis (Purcell, 2010:248). Andaikan fungsi f didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika f(c) adalah nilai ekstrem, maka c haruslah berupa suatu titik kritis, yakni c berupa salah satu dari: a. Titik ujung dari I b. Titik stasioner dari f, (fโ(c)=0) atau c. Titik singular dari f, (fโ(c) tidak ada).
30
Bukti: Dengan ๐(๐) berupa nilai maksimum f pada I, maka ๐(๐ฅ) โค ๐(๐) untuk semua x dalam I, yaitu ๐(๐ฅ) โ ๐(๐) โค 0. Jika ๐ฅ < ๐ sehingga ๐ฅ โ ๐ < 0, maka ๐(๐ฅ)โ๐(๐) ๐ฅโ๐
โฅ0
(2.28)
Sedangkan jika ๐ฅ > ๐, maka ๐(๐ฅ)โ๐(๐) ๐ฅโ๐
โค0
(2.29)
Akan tetapi, ๐ โฒ (๐) ada karena ๐ bukan titik singular. Akibatnya, apabila ๐ฅ โ ๐ โ dalam Persamaan (2.28) dan ๐ฅ โ ๐ โ dalam Persamaan (2.29), maka diperoleh ๐ โฒ (๐) โฅ 0 dan ๐ โฒ (๐) โค 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ๐ โฒ (๐) = 0. Titik kritis untuk penyelesaian program nonlinear dapat digolongkan sebagai maksimum atau minimum lokal. Teorema 2.3 (Hillier, 2001:664). Jika ๐(๐ฅ) adalah fungsi konkaf, maka titik kritis dari fungsi tersebut pasti merupakan maksimum global. Bukti: Perhatikan masalah optimalisasi berikut Maksimum ๐(๐ฅ) Dengan kendala ๐ฅ ๐ ๐
31
Jika ๐ adalah himpunan konveks , ๐: ๐ โ ๐
adalah fungsi konkaf dan ๐ฅฬ
adalah titik maksimum lokal untuk masalah optimalisasi maka ๐ฅฬ
adalah titik maksimum global dari ๐(๐ฅ) pada himpunan ๐. Misalkan ๐ฅฬ
bukan titik maksimum global atau ๐ฅฬ
titik maksimum lokal, maka terdapat ๐ฆ ๐ ๐ yang memenuhi ๐(๐ฆ) > ๐(๐ฅฬ
). Sebut saja ๐ฆ(๐) = ๐๐ฅฬ
+ (1 โ ๐)๐ฆ yang merupakan kombinasi konveks dari ๐ฅฬ
dan ๐ฆ, untuk ๐ ๐ [0,1]. Hal ini mengakibatan ๐ฆ(๐)๐ ๐, untuk ๐ ๐ [0,1]. ๐(๐ฅฬ
) adalah fungsi konkaf dan berdasarkan Definisi 2.6 maka berlaku ๐(๐ฆ(๐)) = ๐ (๐๐ฅฬ
+ (1 โ ๐)๐ฆ) โฅ ๐๐(๐ฅฬ
) + (1 โ ๐)๐(๐ฆ) > ๐๐(๐ฅฬ
) + (1 โ ๐)๐(๐ฅฬ
) = ๐(๐ฅฬ
) untuk setiap ๐ ๐ [0,1]. Hal ini kontradiksi dengan asumsi bahwa ๐ฅฬ
adalah maksimum lokal. Dengan demikian haruslah ๐ฅฬ
merupakan titik maksimum global. Fungsi lagrange merupakan metode penyelesaian masalah optimalisasi dalam penentuan harga ekstrem, dengan batasan-batasan (constrains) tertentu (Purcell, 1987:303). 1. Satu Pengali Lagrange Prinsip dalam metode ini adalah mencari harga ekstrem (optimal) suatu fungsi objektif ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dengan batasan-batasan tertentu yang harus dipenuhi, yaitu ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
32
Cara penyelesaian: Membentuk fungsi Lagrange ๐น(๐ฅ, ๐ฆ, ๐พ) = ๐(๐ฅ, ๐ฆ) + ๐พ๐(๐ฅ, ๐ฆ).
(2.30)
Dengan syarat ekstrem: ๐๐น ๐๐ฅ
๐๐น
๐๐น
= 0, ๐๐ฆ = 0, ๐๐พ = 0.
(2.31)
Parameter ๐พ inilah yang disebut pengali Lagrange. Contoh 2.4 Tentukan nilai minimum dari ๐ = ๐ฅ๐ฆ + 2 ๐ฅ๐ง + 2 ๐ฆ๐ง dengan batasan fungsi kendala volume ๐ฅ ๐ฆ ๐ง = 32. Penyelesaian dengan membentuk fungsi lagrange sebagai berikut: ๐น = (๐ฅ๐ฆ + 2 ๐ฅ๐ง + 2 ๐ฆ๐ง) + ๐พ(๐ฅ ๐ฆ ๐ง โ 32) Syarat ekstrem yang diperoleh, ๐๐น ๐๐ฅ
๐๐น ๐๐ฆ
๐๐น ๐๐ง
= ๐ฆ+2๐ง +๐พ๐ฆ๐ง =0 โ ๐พ =
โ(๐ฆ+2 ๐ง)
=๐ฅ+2๐ง +๐พ๐ฅ๐ง =0โ ๐พ =
โ(๐ฅ+2 ๐ง)
๐ฆ๐ง
= 2๐ฅ+2๐ฆ+๐พ๐ฅ๐ฆ =0โ ๐พ =
๐ฅ๐ง
โ(2๐ฅ+2๐ฆ) ๐ฅ๐ฆ
Mencari nilai titik kritis, Menggunakan Persamaan (2.32a) dan Persamaan (2.32b), diperoleh โ(๐ฆ+2 ๐ง) ๐ฆ๐ง
=
โ(๐ฅ+2 ๐ง) ๐ฅ๐ง
โ ๐ฅ๐ฆ + 2๐ฅ๐ง = ๐ฅ๐ฆ + 2๐ฆ๐ง โ ๐ฅ = ๐ฆ.
33
(2.32a)
(2.32b)
(2.32c)
Selanjutnya dari Persamaan (2.32a) dan Persamaan (2.32c), diperoleh โ(๐ฆ + 2 ๐ง) โ(2๐ฅ + 2๐ฆ) = โ ๐ฅ๐ฆ + 2๐ฅ๐ง = 2๐ฅ๐ง + 2๐ฆ๐ง โ ๐ฅ = 2๐ง. ๐ฆ๐ง ๐ฅ๐ฆ Hasil yang diperoleh kemudian disubstitusikan ke fungsi kendala, sehingga diperoleh: ๐ฅ๐ฅ
๐ฅ = 32 โ ๐ฅ 3 = 64 โ ๐ฅ = 4 โน ๐ฆ = 4 dan z = 2. 2 2. Lebih dari Satu Pengali Lagrange Jika pengali Lagrange melibatkan lebih dari satu kendala, maka
penggunaan parameter yang dipilih dapat ditambahkan menjadi ๐พ, ๐ atau parameter yang lain. Misalnya untuk memperoleh nilai ekstrem ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) dengan kendala ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0 dan โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0. Cara penyelesaian: Membentuk fungsi Lagrange ๐น(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง, ๐พ, ๐) = ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) + ๐พ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) + ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง).
(2.33)
Dengan syarat ekstrem: ๐๐น ๐๐ฅ
๐๐น
๐๐น
๐๐น
๐๐น
= 0, ๐๐ฆ = 0, ๐๐ง = 0, ๐๐พ = 0, ๐๐ = 0.
Metode ini dapat diperluas untuk ๐ variabel ๐(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ )
(2.34) (2.35)
dengan ๐ kendala โ
1 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ), โ
2 (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ), โฆ , โ
๐ (๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ). Sebagai fungsi Lagrangenya adalah:
34
(2.36)
๐น(๐ฅ1 , ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ , ๐พ1 , ๐พ2 , โฆ , ๐พ๐ ) = ๐ + ๐พ1 โ
1 + ๐พ2 โ
2 + โฏ + ๐พ๐ โ
๐ .
(2.37)
Dengan cara penyelesaiannya adalah: ๐๐น ๐๐ฅ1
๐๐น
๐๐น
๐๐น
๐๐น
= 0, ๐๐ฅ = 0, โฆ , ๐๐ฅ = 0, ๐ ๐พ = 0, โฆ , ๐ ๐พ = 0. 2
๐
1
2
(2.38)
Dengan ๐พ1 , ๐พ2,โฆ, ๐พ๐ adalah pengali Lagrange. Fungsi lagrange dapat pula dibentuk dengan cara mengurangkan fungsi yang hendak dioptimalkan terhadap hasil kali ๐พ dengan fungsi kendala, hasilnya tetap sama. Penyelesaian lagrange multiplier mempunyai kondisi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan penyelesaian optimal. Jika masalah maksimalisasi maka fungsi objektif harus dalam bentuk konkaf dan setiap fungsi kendala berupa fungsi linear yang konveks, sedangkan jika masalah minimalisasi maka fungsi objektif harus dalam bentuk konveks dan setiap fungsi kendala berupa fungsi linear yang konveks (Winston, 2004:685). F. Teknik Penarikan Sampel Penggunaan metode sampling bertujuan untuk membuat penarikan sampel lebih efisien (Cochran, 1977). Teknik penarikan sampel yang paling sering digunakan adalah teknik penarikan Non-Probability Sampling. NonProbability Sampling adalah suatu prosedur penarikan sampel yang setiap anggota populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur (anggota populasi) untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan menurut Sarwoko (2007) Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan elemen-elemen dalam populasi tidak memilki probalitas-probalitas
35
yang melekat padanya sebagai dasar pengambilan sampel. Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu. Salah satu teknik penarikan sampel Non-probability Sampling yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:218). Sedangkan menurut Sugiarto (2003) purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan untuk suatu tujuan tertentu (disengaja). G. Saham Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kelayakan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya (Suad, 2005:29). Suatu perusahaan menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham, maka saham ini disebut dengan saham biasa dan jika suatu perusahaan mengeluarkan lebih dari satu kelas saham, maka disebut saham preferen (preferred stock). Menurut Jogiyanto (2014:169), ada beberapa jenis saham yaitu: 1. Saham Biasa (common stock), saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang hanya mengeluarkan satu kelas saham. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan.
36
2. Saham Preferen, saham ini mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Saham preferen dibedakan menjadi saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa (convertible preferred stock), saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock), saham preferen dengan tingkat dividen yang mengambang (floating atau adjustable-rate preferred stock). 3. Saham Treasuri (treasury stock), saham ini dimiliki oleh perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri. H. Teori Portofolio 1. Pengertian Portofolio Portofolio adalah serangkaian kombinasi beberapa sekuritas yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Sekuritas dapat berupa saham, surat berharga, obligasi, sertifikat dan lain-lain. Portofolio dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi atau gabungan sekumpulan aset dengan mengalokasikan dana pada aset-aset tersebut dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Sunariyah, 2004:194). Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke saham selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2014:5). Adanya saham, penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan ke
37
saham tersebut akan meningkatkan utilitas (kepuasan) total. Investasi ke dalam saham akan meningkatkan utilitas. Investor melakukan investasi untuk meningkatkan utilitasnya dalam bentuk kesejahteraan keuangan. Penundaan konsumsi yang dilakukan investor dimaksudkan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang digunakan untuk konsumsi mendatang. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan investasi yaitu tingkat pengembalian (keuntungan) yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan (Abdul, 2005:4). Tingkat risiko pada umumnya berbanding lurus dengan tingkat pengembalian yang diharapkan atau dapat dikatakan bahwa semakin tinggi risiko (risk) yang diambil maka tingkat pengembalian (return) yang diharapkan akan semakin tinggi. Pemilihan aset-aset oleh investor tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga yaitu investor yang menyukai risiko atau pencari risiko (risk seeker), investor yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (risk averter). Investor yang tidak menyukai risiko atau penghindar risiko merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka investor akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah (Abdul, 2005:42)
38
2. Return Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Adanya hubungan positif antara return dan risiko dalam berinvestasi yang dikenal dengan high risk- high return, yang artinya semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula return yang diperoleh. Artinya harus ada pertambahan return sebagai kompensasi dari pertambahan risiko yang akan ditanggung oleh investor (Jogiyanto, 2014:264). Return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. a. Return Realisasian Jika seseorang menginvestasikan dananya pada saham ke-๐ periode ๐ก1 dengan harga ๐๐(๐กโ1) dan harga pada periode selanjutnya ๐ก2 adalah ๐๐(๐กโ2) , maka return total pada periode ๐ก1 sampai ๐ก2 adalah (๐๐(๐กโ1) โ ๐๐(๐กโ2) )/๐๐(๐กโ1) . Return total dapat digambarkan sebagai pendapatan relatif atau tingkat keuntungan (profit rate). Return total dapat dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2014:264) ๐
๐๐ก =
๐๐๐ก โ ๐๐(๐กโ1) ๐๐(๐กโ1)
.
(2.39)
Keterangan: ๐
๐๐ก : return capital gain atau capital loss saham ke-i pada periode t ๐๐๐ก : harga penutupan saham ke-i pada periode ke-t ๐๐(๐กโ1) : harga penutupan saham ke-i pada periode ke-(t-1)
39
Jika harga investasi sekarang ๐๐๐ก lebih tinggi dari harga investasi periode lalu ๐๐(๐กโ1) ini berarti terjadi keuntungan modal (Capital Gain), jika sebaliknya berarti terjadi kerugian (Capital Loss). b. Return Ekspektasian Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut ini: a) Berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, b) Berdasarkan nilai-nilai return historis, c) Berdasarkan model return ekspektasian yang ada. Berdasarkan nilai-nilai return historis untuk menghitung nilai return ekspektasian, terdapat tiga metode yang dapat diterapkan yaitu metode rata-rata (mean method), metode trend (trend method), dan metode jalan acak (random walk method) (Jogiyanto, 2014:282). Diantara ketiga metode yang paling banyak digunakan adalah metode rata-rata (mean method). Menghitung expected return saham individual menggunakan persamaan berikut, ๐ธ(๐
๐ ) =
โ๐ ๐=1 ๐
๐๐ก ๐ข
.
(2.40)
Keterangan: E(R i ) : expected return saham ke-i ๐
๐๐ก
: return saham ke-i pada periode t
u
: banyaknya return yang terjadi pada periode observasi Return realisasi portofolio (portofolio realized return) merupakan rata-
rata tertimbang dari return-return relisasian masing-masing saham tunggal di
40
dalam portofolio tersebut. Secara matematis, return realisasian portofolio dapat ditulis sebagai berikut: ๐
๐ = โ๐๐=1 ๐ฅ๐ ๐
๐ .
(2.41)
Keterangan: ๐
๐ : Return realisasian portofolio ๐ฅ๐ : Proporsi dari saham i terhadap seluruh sekuritas di portofolio ๐
๐ : Return realisasian dari saham ke-i ๐ : Jumlah dari saham tunggal Sedangkan return ekspektasian portofolio (portofolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasian masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasian portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut: ๐ธ(๐
๐ ) = โ๐๐=1 ๐ฅ๐ ๐ธ(๐
๐ ).
(2.42)
Keterangan: ๐ธ(๐
๐ )
: return ekspektasian dari portofolio
๐ฅ๐
: proporsi dari saham i terhadap seluruh saham di portofolio
๐ธ(๐
๐ )
: return ekspektasian dari saham ke-i
๐
: jumlah dari saham tunggal
3. Risiko Risiko didefinisikan sebagai besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (realized return) (Abdul, 2005:42). Menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu
41
diperhitungkan. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2014:285). a. Risiko Saham Individual Menghitung risiko saham individual menggunakan persamaan berikut, ๐๐ 2 =
2 โ๐ ๐ก=1(๐
๐๐ก โ ๐ธ(๐
๐ ))
๐ข
.
(2.43)
Keterangan: ๐๐ 2
: risiko saham ke-i
๐
๐๐ก
: return saham ke-i pada periode t
๐ธ(๐
๐ )
: expected return saham ๐
๐ข
: banyaknya return yang terjadi pada periode observasi
Persamaan untuk menghitung kovarian adalah ๐๐๐ฃ(๐
๐ ๐
๐ ) = ๐๐๐ =
โ๐ ๐ก=1{๐
๐๐ก โ ๐ธ(๐
๐ )}{๐
๐๐ก โ๐ธ(๐
๐ )} ๐ข
.
Keterangan: ๐๐๐ฃ(๐
๐ ๐
๐ ) : kovarian return antara saham i dengan saham j ๐
๐๐ก
: return saham ke-i pada periode t
๐ธ(๐
๐ )
: expected return saham ๐
๐
๐๐ก
: return saham ke-j pada periode t
๐ธ(๐
๐ )
: expected return saham j
๐ข
: banyaknya return yang terjadi pada periode observasi
42
(2.44)
b. Risiko Portofolio Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan secara formal oleh Harry M. Markowitz di tahun 1950-an. Konsep tersebut menunjukkan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio. Risiko portofolio tidak harus sama dengan rata-rata tertimbang risiko-risiko dari seluruh sekuritas tunggal. Risiko portofolio bahkan dapat lebih kecil dari rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas tunggal (Jogiyanto, 2014:287). Portofolio dengan Dua Saham Return portofolio ekspektasian adalah sebesar: ๐ธ(๐
๐ ) = ๐ฅ๐ด ๐ธ(๐
๐ด ) + ๐ฅ๐ต ๐ธ(๐
๐ต ).
(2.45)
Keterangan: ๐ธ(๐
๐ )
: Expected return portofolio
๐ฅ๐ด
: Proporsi dari saham A terhadap seluruh sekuritas di portofolio
๐ธ(๐
๐ด )
: Expected return saham A Risiko portofolio dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau
varian dari nilai-nilai return sekuritas-sekuritas tunggal yang ada di dalamnya (Jogiyanto, 2014:289). Oleh karena itu, varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio dapat dituliskan sebagai berikut: ๐๐๐(๐
๐ ) = ๐๐ 2 = ๐ฅ๐ด 2 ๐๐
๐ด 2 + ๐ฅ๐ต 2 ๐๐
๐ต 2 + 2๐ฅ๐ด ๐ฅ๐ต ๐ถ๐๐ฃ(๐
๐ด ๐
๐ต ). (2.46) Keterangan: ๐๐๐(๐
๐ ) = ๐๐ 2: varians return portofolio ๐ฅ๐ด : proporsi dari saham A terhadap seluruh sekuritas di portofolio
43
๐๐
๐ด 2
: varians return saham A
๐ถ๐๐ฃ(๐
๐ด ๐
๐ต ): kovarian antara return saham A dan B Kovarian (covariance) antara return saham A dan B yang ditulis sebagai ๐ถ๐๐ฃ(๐
๐ด ๐
๐ต ) atau ๐๐ด๐ต , menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return sekuritas A dan B. Kovarian yang dihitung dengan menggunakan data historis dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut ini.
๐ถ๐๐ฃ (๐
๐ด ๐
๐ต ) = ๐๐ด๐ต = โ๐๐=1
[(๐
๐ด๐ โ๐ธ(๐
๐ด๐ )) (๐
๐ต๐ โ๐ธ(๐
๐ต๐ ))] ๐ข
.
(2.47)
Keterangan: Cov(R A R ๐ต ): kovarian return antara saham A dan saham B R Ai
: return masa depan saham A kondisi ke- i
R Bi
: return masa depan saham B kondisi ke- i
E(R Ai)
: return ekspektasian saham A
E(R Bi )
: return ekspektasian saham B
๐ข
: banyaknya return yang terjadi pada periode observasi Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara
dua variabel relatif terhadap masing-masing deviasinya. Dengan demikian, nilai koefisien korelasi antara variabel A dan B (๐๐ด๐ต ) dapat dihitung dengan membagi nilai kovarian dengan deviasi variabel-variabelnya. ๐๐ด๐ต =
๐ถ๐๐ฃ(๐
๐ด ๐
๐ต ) ๐๐ด ๐๐ต
.
(2.48)
Dari rumus (2.48), nilai dari kovarian return saham A dan B dapat dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi sebagai berikut: ๐ถ๐๐ฃ(๐
๐ด ๐
๐ต ) = ๐๐ด๐ต ๐๐ด ๐๐ต .
(2.49)
44
Menggunakan Persamaan (2.49), selanjutnya rumus varian portofolio pada Persamaan (2.46) dapat dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi sebagai berikut: ๐๐๐(๐
๐ ) = ๐๐ 2 = ๐ฅ๐ด 2 ๐๐
๐ด 2 + ๐ฅ๐ต 2 ๐๐
๐ต 2 + 2๐ฅ๐ด ๐ฅ๐ต ๐๐ด๐ต ๐๐ด ๐๐ต .
(2.50)
Portofolio dengan banyak saham Dalam hal ini portofolio terdiri dari ๐ buah sekuritas dengan proporsi masing-masing saham ke-i sebesar ๐ฅ๐ . Sebelumnya besar varian untuk portofolio dengan 3 sekuritas ini dapat dituliskan: ๐๐ 2 = [๐ฅ1 2 ๐1 2 + ๐ฅ2 2 ๐2 2 + ๐ฅ3 2 ๐3 2 ] + [2๐ฅ1 ๐ฅ2 ๐12 + 2๐ฅ1 ๐ฅ3 ๐13 + 2๐ฅ2 ๐ฅ3 ๐23 ]. (2.51) Selanjutnya untuk ๐ -saham, rumus varian dituliskan sebagai berikut: ๐๐ 2 = [๐ฅ1 2 ๐1 2 + ๐ฅ2 2 ๐2 2 + ๐ฅ3 2 ๐3 2 + โฏ + ๐ฅ๐ 2 ๐๐ 2 ] + [2๐ฅ1 ๐ฅ2 ๐12 + 2๐ฅ1 ๐ฅ3 ๐13 + 2๐ฅ2 ๐ฅ3 ๐23 + โฏ + 2๐ฅ2 ๐ฅ๐ ๐2๐ + โฏ + 2๐ฅ๐โ1 ๐ฅ๐ ๐๐โ1,๐ ].
(2.52)
Persamaan (2.52) dapat dituliskan menjadi persamaan berikut (Eduardus, 2001:66) ๐๐ 2 = โ๐๐=1 ๐ฅ๐ 2 ๐๐ 2 + โ๐๐=1 โ๐๐=1 ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ ๐๐๐ . ๐โ ๐
Keterangan: ๐๐ 2
: risiko portofolio
ฯi 2
: varians dari investasi pada saham ke-i
๐ฅi 2
: proporsi dari saham i terhadap seluruh saham di portofolio
๐ฅj 2
: proporsi dari saham j terhadap seluruh saham di portofolio
๐๐๐
: kovarian return antara saham i dan saham j
45
(2.53)
4. Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan modelmodel penelitian yang dilakukan. Menurut Setyosari (2010:238) distribusi normal merupakan suatu distribusi atau persebaran yang simetris sempurna dari skor rata-rata. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Sedangkan menurut Syofian (2013:153) menyatakan bahwa tujuan uji normalitas adalah mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Ada berbagai cara untuk menguji normalitas data yang telah dikembangkan oleh para ahli, salah satunya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang sering digunakan. Prinsip kerja uji Kolmogorov-Smirnov adalah membandingkan frekuensi observasi (Syofian, 2013:153). Uji normalitas dalam dunia investasi bertujuan untuk menguji return saham berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya ketidakstabilan harga, sehingga dikhawatirkan mengalami penurunan harga saham yang signifikan dan merugikan investor. Return saham yang berdistribusi normal dapat dimasukkan sebagai saham pembentuk portofolio. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan dengan bantuan SPSS. Prosedur untuk pengujian menggunakan Kolmogorov-Smirnov a. Hipotesis ๐ป0 : data berdistribusi normal ๐ป1 : data tidak berdistribusi normal
46
b. Taraf signifikansi ๐ผ c. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ๐ =
๐๐ข๐ โ |๐น (๐) โ ๐(๐)| ๐
๐น โ (๐) adalah distribusi kumulatif data sampel ๐(๐) adalah distribusi kumulatif yang dihipotesiskan d. Kriteria pengujian hipotesis ๐ป0 ditolak jika ๐ < ๐๐ก๐๐๐๐ atau ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ < ๐ผ ๐ป0 diterima jika ๐ > ๐๐ก๐๐๐๐ atau ๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐ > ๐ผ e. Perhitungan f. Kesimpulan 5. Model Portofolio Model portofolio dapat diformulasikan dalam bentuk pemrograman nonlinear. Andaikan ๐ saham yang termasuk dalam portofolio dan misalkan variabel keputusan ๐ฅ๐ (๐ = 1,2,3, . . . , ๐) menyatakan banyaknya proporsi dana yang diinvestasikan pada saham ๐. Selanjutnya expected return diterangankan sebagai R(x) dan V(x) sebagai varian atau total risiko dari saham yang masuk kedalam portofolio. Model ini memaksimalkan ekspektasi return dengan tingkat risiko tertentu, parameter ฮฒ merupakan konstanta tak negatif yang mengukur tingkat keinginan investor terhadap hubungan antara ekspektasi return dan risiko. Pemilihan ฮฒ kecil dan mendekati 0 menyatakan bahwa risiko diabaikan, apabila nilai ฮฒ yang diambil besar atau sama dengan 1 artinya investor sangat memperhatikan risiko. Nilai untuk ฮฒ yaitu 0<ฮฒโค1. Berdasarkan
47
Persamaan (2.42) dan (2.53) diperoleh model pemrograman nonlinear sebagai berikut (Hillier, 2001:658) : Memaksimumkan ๐(๐ฅ) = ๐
(๐ฅ) โ ๐ฝ๐(๐ฅ) = โ๐๐=1 ๐ธ(๐
๐ )๐ฅ๐ โ ๐ฝ (โ๐๐=1 ๐ฅ๐ 2 ๐๐ 2 + โ๐๐=1 โ๐๐=1 ๐ฅ๐ ๐ฅ๐ ๐๐๐ )
(2.54)
๐โ ๐
dengan kendala โ๐๐=1 ๐ฅ๐ โค ๐ต
(2.55a)
dan ๐ฅ๐ โฅ 0, untuk ๐ = 1, 2, 3, . . . , ๐.
(2.55b)
dimana B merupakan jumlah uang yang dianggarkan untuk portofolio. Pemrograman nonlinear pada fungsi tujuan Persamaan (2.54) merupakan model mean variance Markowitz yaitu memaksimumkan expected return dengan risiko tertentu. Model mean variance Markowitz didefinisikan menggunakan fungsi lagrange dengan satu pengali lagrange yaitu ๐ฝ untuk memperoleh penyelesaian optimal. I. Kinerja Portofolio Seorang investor akan menghadapi kesulitan dalam pembentukan suatu portofolio. Terdapat banyak bentuk portofolio dalam kemungkinan dari kombinasi saham-saham yang ada. Pada pemilihan portofolio, investor memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal berbeda untuk masing-masing investor.
48
Seorang investor yang rasional akan memilih potofolio efisien. Portofolio efisien (efficient portofolio) didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan risiko tertentu atau memberikan risiko terkecil dengan return ekspektasian tertentu (Jogiyanto, 2014:367). Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return ekspektasian dan risiko terbaik. Investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien (Eduardus, 2001:74). Sedangkan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien merupakan portofolio optimal. Return tinggi belum tentu menjadi investasi yang baik, return rendah juga dapat menghasilkan investasi yang baik jika mempunyai tingkat risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu menyesuaikan dengan risiko yang harus ditanggung. Beberapa model perhitungan return sesuaian-risiko (risk-adjusted return) adalah return reward to variability, reward to volatility, reward to market risk, reward to diversification, Jensenโs alpha, ๐2 , dan rasio informasi (Jogiyanto, 2014:708). Dalam penelitian ini akan digunakan reward to variability (sharpe measure). Kinerja portofolio yang dihitung menggunakan pengukuran ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess retur) dengan variabilitas (variability) return portofolio. Reward to
49
variability ratio yaitu perbandingan antara tingkat pengembalian portofolio dan risiko portofolio. Portofolio yang memiliki kinerja terbaik adalah yang mempunyai indeks sharpe tertinggi. Dengan demikian diperoleh persamaan dalam pengukur indeks sharpe dapat dilihat sebagai berikut (Rahadian, 2014:5): ๐ผ๐๐๐๐๐ ๐ โ๐๐๐๐ =
๐
๐ ๐๐
.
(2.56)
Keterangan: ๐
๐ : Return portofolio ๐๐ : Risiko portofolio J. Excel Solver Penelitian ini menggunakan bantuan excel dalam menyelesaikan pemrograman linear. Excel merupakan program pengolah lembar kerja Microsoft yang berada dalam satu paket dengan office. Penyempurnaan paket Office membuat excel semakin berguna untuk menyelesaikan berbagai kasus melalui fasilitas Add In, Data Analysis, Scenario. Disamping itu, beberapa program yang memanfaatkan kelebihan spread sheet di dalam Excel seperti Crystal Ball, @ risk, Tree Plan, Whatโs best, dan lain-lain juga sudah tersedia untuk membantu pengguna untuk mengeksplorasi diri guna memecahkan berbagai masalah yang ada. Solver adalah fasilitas bawaan excel yang memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan kasus-kasus optimalisasi bukan hanya model linear (Siswanto, 2006:197). Fasilitas Solver belum terinstal secara langsung pada excel, langkah-langkah memunculkan menu solver sebagai berikut:
50
a. Klik Office Button (button berbentuk logo Ms. Office), kemudian pilih excel option b. Pilih bagian Add-ins, kemudian pilih Excel Add-in pada opsi Manage dan klik GO c. Muncul kotak dialog Add-in dan check pada Solver Add-in dan klik OK d. Solver muncul pada menu Data.
51