BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Karakter Secara etimologi karakter berasal dari bahasa Latin “character” yang artinya watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak sedangkan secara termonologi karakter adalah sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri, sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, yang menjadi ciri khas seseorang atau sekolompok orang. (Fitri 2012: 20) Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Aunilah, 2011:19) mengartikan bahwa “karakter adalah bawaan, hati, jiwa kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen dan watak. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa karakter merupakan sikap yang dimiliki oleh individu manusia atau sekolompok yang merupakan ciri penampilan yang dimilikinya. Menurut
Dali
Gulo
(dalam
Asmani,
2011:28)
karakter
adalah
“keperibadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral yang biasanya sifatsifatnya relatif tetap pada seseorang”. Berdasarkan pendapat ini dapat dismpulkan bahwa karakter berkenaan dengan pola etika yang dimiliki individu yang ditampilkan dalam kesehariannya.melalui pengenalan etika individu dapat memahami sendi-sendi kehidupan yang bermanfaat dalam berinteraksi. Aunillah (2011:18) mengemukakan bahwa “pendidikan karakter adalah sebuah sistim yang menanamkan nilai-nilai terhadap Tuhan, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil. Selanjutnya,
Hermawan Kertajaya (dalam Asmani, 2011:28) menjelaskan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki suatu benda atau individu yang asli mengakar pada kepribadian benda atau individu”.
Pendapat ini menjelaskan bahwa karakter
bukan saja terdapat pada makhluk hidup tetapi juga benda mati. Karakter pada benda mati berkenaan dengan ciri yang dimiliki oleh benda itu yang merupakan pembeda antara satu benda dengan benda lainnya. Koesoema (2011:99) menjelaskan bahwa dalam konsep pendidikan, karakter merupakan penggerak nilai-nilai individu yang merengkuh domain sosial dan membentuk individu yang dewasa dan bertanggung jawab bagi kelangsungan hidup bersama dan melalui pendidikan karakter dipandang mampu mengatasi determinasi dalam dirinya. Berdasarkan pendapat tersebut tampak bahwa karakter dalam lembaga sekolah dapat diajarkan dalam bentuk pendidikan karakter sesuai dengan tujuan pendidikan pada aspek afektif maupun psikomotorik.. Berdasarkan pendapat-pendapat pada teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah upaya pendidikan terhadap siswa dalam menanamkan nilai-nilai moral yang mengandung pengetahuan kesadaran individu tekad serta adanya kemampuan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai serta meningkatkan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai norma dan etika sesuai dengan tujuan pendidikan. 2.2 Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan
merupakan upaya membentuk karakter siswa. Menurut
Aunilah (2011:97) secara umum pendidikan karakter dapat dibagi atas dua tujuan
yaitu tujuan pendidikan karakter versi pemerintah dan tujuan pendidikan karakter versi pengamat. Tujuan Pendidikan Karakter Versi Pemerintah Tujuan pendidikan karakter sebagai berikut: a. Membentuk manusia Indonesia yang bermoral b. Membentuj manusia Indonesia yang cerdas dan nasional c. Membentuk manusia Indonesia yang inovasi yang suka bekerja keras d. Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri e. Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot Sahrudin (dalam Aunilah, 2011:105)
pendidikan karakter bertujuan
membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berahlak mulia, bermoral, bertoleran, gotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis serta berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai oleh iman dan takwa. Berdasarkan tulisan ini dapat di simpulkan bahwa pendidikan karakter apabila diterapkan dengan baik maka akan membentuk kepribadian yang baik. Asmani (2011:42) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah penanaman niliai-nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Berdasarkan pendapat ini peneliti berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sebuah upaya dalam menanamkan nilai bermoral untuk hidunya dikemudian hari. 2.3 Jenis-Jenis Pendidikan Karakterr Asmani (2011:36) secara umum mengklasifikasi lima jenis karakter yaitu a) karakter dalam hubugannya dengan Tuhan, b) Karakter dalam hubungannya
dengan diri senidiri, c) Karakter dalam hubungannya dengan sesama d) karakter dalam hubungannya dengan lingkungan dan e) Karakter dalam hubungan dengan Nilai Kebangsaan . Secara rinci jenis-jenis karakter tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Karakter dalam hubugannya dengan Tuhan Karakter ini berkenaan dengan agama dan keperacayaan yang dianut oleh seseorang. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai hidup yang ada dikitab suci sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. b. Karakter dalam hubungannya dengan diri senidiri Karakter pada diri sendiri merupakan wujud moral yang tampak pada diri kita sendiri seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, jiwa wira usaha, logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri dan ingin tahu. c. Karakter dalam hubungannya dengan sesama Karakter ini merupakan nilai yang ada pada interaksi manusia dengan lainnya seperti memahami hak dan kewajiban, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya orang lain, sopan santun dan demokratis. d. Karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Karakter ini berkenaan dengan kecintaan dan kepedualian terhadap lingkungan baik lingkungan soaial maupun lingkungan alam. Misalnya mencegah lingkungan dari kerusakan memberi bantuan kemasyarakatan dan sebagainya.
e. Karakter dalam hubungan dengan Nilai Kebansaan . Karakter ini berkenaan dengan nilai-nilai partiotisme yang ada pada diri seseorang sehingga mencintai bangsa dan negaranya memiliki cara berfikir bertindak dan wawasan yang luas terhadap kepentingan negara dan bangsa. Suparlan (dalam Asmani, 2011:49) mengklasifikasi jenis-jenis karakter dalam 9 pilar karakter yaitu; a) tanggung jawab (resfonsibility), b) rasa hormat (respect), c) keadilan (fairness) d) keberanian (courage) e) kejujuran (honesty) f) kewargenegaraan (cityzenship) g) disiplin diri (self dicipline) h) peduli (caring) i) ketekunan (perseverance). 2.4 Model Pembelajaran Karakter Bagi Siswa Kosoema (2011:212) menjelaskan bahwa pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai yang terintergrasi dalam metodemetode sesuai dengan tujuan pendidikan. Berdasatkan penjelasan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa model pendidikan karakter berorientasi pada kurikulum sesuai tujuan kompetensi yang diharapkan pada siswa. Asmani (2011:58) mengemukakan bahwa terdapat model pendidikan karakter bagi siswa yaitu a) model terpadu melalui pembelajaran,
b) model
terpadu melalui manajemen sekolah dan c) model terpadu melalui kegaitan ekstra kurikuler. Guna kejelasan model-model tersebut sebagai berikut:
peneliti akan menguraikan
a. Model Terpadu melalui Pembelajaran Pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dan guru dan lingkungan sebagai
sumber
belajar.
Pada
pelaksanaan
kegiatan
tersebut
guru
diperhadapkan dengan sikap dan karakter siswa yang beragam, oleh karena itu guru dapat memadukan pembelajaran dengan karakter siswa. b. Model Terpadu melalui Manajemen Sekolah Manajemen sekolah mencakup tujuan pendidikan dalam lembaga sekolah tersebut. Program-program manajemen sekolah dimasukan pula pendidikan karakter
dalam
bentuk
visi
dan
misi
sekolah
yang
kemudian
diimplementasikan dalam semua kegiatan di sekolah. c. Model Terpadu melalui Kegaitan Ekstra Kurikuler. Kegiatan eksrakurikuler merupakan kegiatan sekolah di luar jam pembelajaran untuk menunjang tujuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler siswa mengembangkan bakat dan minat yang menimbulkan interkasi sehingga sangat penting dilakukan penerapan pengembangan karakter siswa. 2.5 Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada dasarnya kegiatan pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana proses belajar mengembangkan
potensi
dirinya
agar peserta didik secara aktif dapat untuk
memiliki
spritual,
keagamaan,
pengendalian diri, keperibadian serta keterampilan yang digunakan dalam lingkungan masyarakat kelak. Kegiatan tersebut disamping kegiatan kurikuler terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler (Wahyudin, 2008: 822).
Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/1992 yang menjelaskan bahwa “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah”, sedangkan menurut Hernawan (2008:12.4) bahwa “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pembelajaran yang berhubungan dengan pembelajaran untuk memperluas pengetahuan, sikap sosial berdasarkan
dan keterampilan siswa”
pendapat tersebut bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan tambahan yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Seiring dengan penjelasan ini Suparlan (2006:14) mengemukakan bahwa “Kegiatan ekstrakurikuler merupakan layanan yang diberikan oleh tenaga pendidik maupun kependidikan di lembaga sekolah bagi siswa tidak terkecuali dalam mengembangkan potensi bakat dan minat sehingga potensi dapat berkembang dengan optimal” Berdasarkan pedapat ini tampak bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat penting bagi siswa sebagai salah satu model pembinaan bagi siswa dalam mengembangkan talenta yang dimiliki. Setiap kegiatan yang dilaksanakan di sekolah memiliki fungsi bagi siswa, termasuk pula dengan kegiatan ekstrakurikuler. Suparlan (2006:27) menjelaskan fungsi-fungsi kegiatan ekstra kurikuler bagi siswa sebagai berikut: a. Sebagai wadah dalam pengembangan kemampua dan kreativitas siswa. b. Sebagai alat dalam meningkatkan interaksi sosial bagi siswa c. Merupakan sarana rekreatif yang dapat membuat siswa berpikir segar d. Dapat mengembanngkan potens dan karir siswa dengan optimal
Sebagai wadah dalam pengembangan kemampuan dan kreativitas siswa, kegiatan ekstrakurikuler menyediakan berbagai kegiatan seperti pelatihan seni dan olah raga, pramuka PMR serta kegiatan akdemik lainnya berupa karya ilmiah seminar, workshop dan sebagainya. Selanjutnya sebagai alat dalam meningkatkan interaksi sosial bagi siswa, kegiatan ini merupakan wahana bagi siswa dalam bergaul dengan teman-temannya serta seluruh warga sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana rekreatif yang dapat membuat siswa berpikir segar dapat dilihat pada kegembiraan siswa dalam mengembangkan bakat dan minat secara sadar sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang merupkan kewajiban dari seluruh jenjang sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Setiap lembaga pendididkan diwajibkan memiliki satuan karya pramuka sehingga pramuka menjadi sesuatu yang wajib dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah-sekolah maupun di kampus-kampus. Pentingnya kegiatan pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler karena hakikat dari pramuka itu sendiri yang pada dasarnya dalam membimbing generasi muda Indonesia. Memiliki kata “Pramuka” yaitu berasal dari akronim: Praja Muda Karana, yang secara umum berarti generasi muda yang memiliki jiwa kesatria dalam membela nusa dan bangsa. Di Indonesia pramuka disebut juga dengan “Pandu” yang artinya pembimbing yang mulai terkenal sejak tanggal 14 Agustus 1961 yaitu dimulainya kegiatan Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional yang ditetapkan sebagai Hari Pramuka Indonesia.
Sebagai organisasi kepanduan nasional, Pramuka memiliki lambang. Abidin (2011:19) menjelaskan bahwa “bentuk lambang gerakan Pramuka adalah gambar bayangan atau siluet tunas kelapa yang memiliki arti dan makna yang harus dipahami oleh anggota pramuka. Berdasarkan Keputusan Kuwartir Nasional Nomor 06/KN/72 tentang lambang pramuka dijelaskan bahwa tunas kelapa sebagai lambang pramuka memiliki arti sebagai berikut: a. Tunas kelapa berarti cikal bakal yang menumbuhkan generasi-generasi baru di Indonesia. Seorang anggota pramuka merupakan inti bagi keberlangsungan bangsa dan negara b. Tunas kelapa
dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun,
artinya anggota pramuka adalah orang yang yang sehat jasmani dan rohani, kuat ulet besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan hidup dalam menempuh segala ujian dan kesukaran dalam membela tanah air. c. Tunas kelapa dapat tumbuh di tempat mana saja yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dengan lingkungan yaitu seorang anggota pramuka dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dimanapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun. d. Tunas kelapa tumbuh menjulang tinggi ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia
mengkiaskan bahwa seorang anggota
pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, mulia, jujur dan tegak sehingga tidak mudah diombang-ambingkan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa gerakan pramuka merupakan salah satu gerakan nasional dalam membentuk sikap dan keperibadian
generasi muda sehingga dapat berkiprah dalam ketahanan bangsa dan negara melalui berbagai kegiatan yang menumbuhkan patriotisme serta hubungan sosial yang baik dalam masyarakat. 2.6 Satuan Karya dalam Pramuka Menurut Abidin (2011:31) bahwa satuan karya pramuka atau sering disebut Saka adalah wadah pendidikan dalam pramuka untuk menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para pramuka
dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karena setiap anggota pramuka memiliki bakat dan minat yang beragam maka memiliki kebebasan menentukan masuk dalam satuan karya pramuka sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Setiap satuan karya dalam pramuka memiliki kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenis satuan karya yang disebut dengan krida. Krida-krida tersebut merupakan klasifikasi kecakapan yang akan dimiliki oleh anggota pramuka pada setiap satuan karya yang akan diuraikan sebagai berikut: a. Saka Dirgantara Satuan karya ini memiliki krida di antaranya keselamatan penerbangan, pesawat model, terjun payung, terbang layang dan pesawat ringan. b. Saka Bhayangkara Satuan karya ini memiliki jenis krida yaitu ketertiban masyarakat (TIBMAS) Pencegahan dan Penanggulanagn Bencana,Lalulintas (LANTAS), dan Tempat kejadian Perkara (TKP).
c. Saka Bahari Satuan karya Bahari memiliki krida di antaranya; sumber daya bahari, jasa bahari, Wisata Bahari, Tempat Kejadian Perkara dan reksa bahari. d. Saka Bakti Husada Saka Bakti Husada memili krida di antaranya bina lingkunga sehat,bina keluarga sehat, penanggulangan penyakit, bina Gizi, bina obat, dan perilaku hidup bersih dan sehat. e. Saka Keluarga Berencana Saka Keluarga Berencana memiliki krida bina Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR),Bina Keluarga Sejahtera (KS) dan Pemberdayaan Keluarga (PK), Bina advokas dan komunikasi infomasi edukasi, dan bina Peran Serta Masyarakat (PSM) f. Saka Taruna Bumi Saka taruna Bumi memiliki krida yaitu kegiatan pertanian tanaman pangan, kegiatan perikanan, kegiatan peternakan, kegiatan perkebunan dan kegiatan hortikultura. g. Saka Wanabakti Saka wana bakti memiliki krida yaitu kegiatan tata warna, kegiatan reksa warna, kegiatan bina warna dan kegiatan guna warna. h. Saka Wirakartika Saka wira kartika memiliki krida kegiatan survival, kegiatan pioner, kegiatan mountagneering, kegiatan navigasi darat da penaggulangan bencana alam.
2.7 Penggolongan Usia dalam Pramuka Menurut Abidin (2011:23) penggolongan usia dalam Pramuka terdiri atas Pramuka Siaga, Pramuka Pengalang dan Pendega. Untuk kejelasan pengglongan tersebut akan diuraiakan sebagai berikut: a. Pramuka Siaga Pramuka siaga berusia 7 sampai dengan 10 tahun yaitu untuk Siswa Sekolah Dasar yang kurang lebih duduk di Kelas I sampai dengan Kelas III tetapi tidak menutup kemungkinan pula masih terdapat anak Kelas di atasnya yang tergolong Siaga. Pramuka Siaga dibina oleh berusia 21 tahun dan dibantu oleh anggota pramuka lain berusia 17 tahun. b. Pramuka Penggalang Pramuka penggalang berusia 11 sampai dengan 15 tahun yaitu untuk Siswa Sekolah Dasar (SD) kurang lebih duduk di Kelas IV sampai dengan Kelas VI dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang kurang lebih duduk di Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Pramuka Penggalang dibina oleh anggota pramuka berusia minimal 21 tahun dan dibantu oleh anggota pramuka lain berusia 20 tahun. c. Pramuka Penegak Pramuka penegak berusia 16 sampai dengan 20 tahun yaitu untuk Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang duduk di Kelas XI sampai dengan Kelas XII. Pembina pramuka Penegak minimal berusia 25 tahun dan pembatu berusia minimal 23 tahun.
d. Pramuka Pendega Pramuka penegak berusia 21 sampai dengan 25 tahun yaitu untuk mahasiswa perguruan tinggi. Pembina pramuka Pendega minimal berusia 28 tahun dan pembatu berusia minimal 26 tahun. Di samping penggolongan pramuka berdasarkan usia terdapat pula golongan Anggota Majelis Pembimbing Pramuka atau yang disebut Andalan minimal 26 tahun yang memiliki organisasi sendiri setiap kabupaten maupun kota yang membawahi berbagai satuan-satuan karya dalam pramuka serta bertugas melakukan bimbingan terhadap berbagai kegiatan pramuka. 2.8 Jenis-Jenis Pelatihan Ekstrakurikuler dalam Pramuka Abidin (2011:23) mengemukakan bahwa “secara spesifik jenis-jenis pelatihan pramuka disesuaikan dengan satuan-satuan karya”. Dijelaskan pula bahwa, terdapat latihan dasar pramuka yang harus dimiliki oleh seluruh satuan karya yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut: a. Pelatihan Pengetahuan Umum Kepramukaan Indonesia Pelatihan ini mencakup pengetahuan siswa tentang sejarah pramuka, latar belakang lahirnya Pramuka, penggolongan pramuka serta pengetahuan tentang lambang serta satuan-satuan karya dalam pramuka. Pada kegiatan ini diharapkan akan dikembangkan karakter siswa terutama rasa tanggung jawab, kewarganegaraan dan konskuensi terhadap pengetahuan yang dimilikinya. b. Latihan Cara Berkomunikasi Pelatihan mencakup tata cara berkomunikasi mulai dari salam pramuka, penghormatan dan janji-janji pramuka. Dalam kegiatan ini dilatih pula tata cara sopan santun sebagai anggota pramuka baik sesama teman, guru, maupun
dengan orang tua. Pelatihan cara berkomunikasi mencakup pula komunikasi melalui semaphore, morse, dan Sandi-sandi Pramuka. Dalam kegiatan ini dapat dikembangkan rasa hormat, kepedulian dan kejujuran. c. Latihan Baris Berbaris Menurut Abidin (2011:42) bahwa pelatihan baris berbaris dalah wujud latihan fisik yang diperlukan untuk menanamkan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan pada terbentuknya perwatakan. Dengan demikian baris-berbaris bukan sekedar tahu tata cara tetapi memiliki makna dalam pembentukan karakter anggota pramuka. Pada kegiatan ini dapat dikembangkan disiplin siswa, keberanian siswa dan sportifitas siswa dalam melakukan berbagai kegiatan positif. d. Perkemahan Pramuka Kegiatan perkemahan Pramuka merupakan kegiatan yang sangat disukai siswa. Kegiatan perkemahan Pramuka dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah maupun di alam terbuka sesuai dengan program sekolah misalnya di daerah pegunungan atau di hutan atau di daerah pantai. Karakter yang diharapkan pada kegiatan ini adalah kemandirian, kerja sama dan percaya diri.
2.9 Kerangka Berpikir Beradasarkan kajian-kajian teori di atas, guna pemahaman penelitian ini tentang kontribusi kegiatan Pramuka dalam pembinaan karakter siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo akan digambarkan kerangka berpikir dalam skema sebagai berikut:
Tanggung Jawab
Pengetahuan Umum Kepramukaan
Kewarganegaraan
Konsekuensi
Rasa Hormat
Cara Berkomunikasi
Kepedulian
Kejujuran Kegiatan Pramuka Disiplin
Pelatihan BarisBerbaris
Berani
Sportif
Kemandirian Perkemahan Pramuka
Kerja Sama
Percaya Diri
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Pembinaan Karakter Siswa