BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual Pada deskripsi konseptual
ini secara berturut-turut akan dibahas
mengenai: motivasi, pembelajaran menulis, teks laporan hasil observasi dan metode group investigation. 1. Motivasi Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, yaitu tentang motivasi, jenis motivasi, dan pembangkitnya. a. Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan
tingkat
persistensi
dan
antusiasme
dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi Psikologi, Makmun (1998: 30) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1954: 57-67) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Mc Clelland (1961: 63-73) menyatakan bahwa karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu: (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
berprestasi rendah. Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi adalah Herzberg (dalam Sudita, 2000: 24), teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi,
yaitu
faktor
motivasional
dan
faktor
hygiene
atau
“pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Herzberg (dalam Sudita, 2000: 26) menyatakan bahwa hal yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg (dalam Sudita, 2000: 27) ialah memperhitungkan dengan tepat
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
faktor
mana
seseorang,
yang lebih berpengaruh apakah
yang
kuat
dalam
kehidupan
bersifat intrinsik ataukah yang bersifat
ekstrinsik. Motivasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, karena apabila siswa tidak memiliki motivasi maka persentase dalam menyerap pelajaran akan begitu sulit. Jadi, pada dasarnya motivasi sangat diperlukan sebagai pelengkap dalam dunia pendidikan. Slavin (2009: 106) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda berjalan, membuat Anda tetap berjalan, dan menentukan ke mana Anda berusaha berjalan. Dari pengertian motivasi yang disampaikan Slavin tersebut mengandung pengertian bahwa anak yang telah memiliki motivasi maka ia akan terus melakukan sesuatu dengan keadaan yang tak peduli rintangan karena mempunyai sebuah tujuan, khususnya dalam pembelajaran. Hal tersebut mirip dengan apa yang disampaikan Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007: 73) bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Tujuan di sini merupakan suatu kebutuhan yang dianggap sebagai unsur pendorong. Kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan mengenai apa itu motivasi. Pada prinsipnya motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
b. Jenis-Jenis Motivasi Menurut Herzberg (dalam Sudita, 2000: 30) menyatakan bahwa ada dua jenis hal/ faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan personalia dan praktik–praktik manajemen perusahaan di mana suatu pekerjaan dilakukan, supervisi teknis yang diterima pada pekerjaan tersebut, hubungan antara individu dengan supervisor dan kolega, dan kualitas kerja (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah pencapaian/ penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk menyelesaikan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan dan pertumbuhan dalam kemampuan pekerjaan (faktor intrinsik). Pembelajaran suatu materi memang harus diterima oleh siswa, tetapi ada kesulitan dalam menerima hal tersebut. Maka dari itu hal terpenting adalah dengan membangkitkan motivasi terlebih dahulu. Motivasi sendiri terbagi menjadi dua. Slavin (2009: 129-134) menyatakan bahwa pembagian motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik daan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat ditumbuhkan melalui, membangkitksan minat, mempertahankan keingintahuan, menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
melaui, pujian, nilai, penghargaamn, hingga pemberian hadiah dan imbalan. Pendapat Slavin tersebut yang harus diutamakan dalam membangkitkan motivasi adalah minat terlebih dahulu. Minat ini merupakan keinginan yang tulus muncul dari dalam hati. Apabila ketulusan muncul maka kalau diberi dengan formula-formula yang menarik akan menumbuhkan motivasi. Pendapat mengenai pembangkit motivasi yang disampaikan Slavin ternyata senada dengan apa yang disampaikan Gage dan Berliner dalam Slameto (2010: 176-179), bahwa untuk membangkitkan motivasi yang dapat dilakukan antara lain (1) pergunakan pujian verbal, (2) merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan sedikit hadiah, (3) menerapkan konsep unik agar siswa terlibat, (4) minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari. Keempat pembangkit motivasi tersebut diambil dari 13 pokok pembangkit motivasi yang disampaikan oleh Gage dan Berliner dalam Slameto. Kedua pendapat tersebut secara garis besar sama, yaitu membahas mengenai motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang harus ditumbuhkan dalam diri siswa agar dalam melaksanakan apapun dapat diterima dengan baik, salah satu yang perlu diterapkan dalam pembelajaran adalah menggunakan pembelajaran yang menarik atau unik. Hal ini disebutkan oleh kedua ahli tersebut yang menyatakan mengenai pembangkit motivasi. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, pada dasarnya motivasi dapat dibangkitkan dari dalam diri seseorang atau yang disebut motivasi intrinsik
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
dan juga dari luar yang disebut motivasi ekstrinsik. Pendapat para ahli di atas juga menyebutkan agar motivasi dalam pembelajaran tumbuh adalah dengan penyajian yang menarik. Penyajian pelajaran menarik ini misalnya harus disesuaikan dengan kegemaran siswa seperti menggunakan gambar maupun permainan. Jadi motivasi dari guru mempunyai peran yang sangat penting dan utama dalam menumbuihkan motivasi siswa, salah satunya dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan juga yang berbobot akan mempermudah menggugah motivasi pada diri siswa. Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam selain yang telah dikemukakan tersebut di atas. Pendapat pertama dikemukakan oleh Slavin (2009: 129-134). Slavin membagi motivasi menjadi dua, yaitu: a) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Misalnya, seorang siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai berbagai ilmu yang dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa penghargaan dan cita-cita. Hamalik (2004: 36) berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Sedangkan menurut
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Sardiman (2006: 57) motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, individu terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tetentu tanpa adanya faktor pendorong dari luar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau dengan kata lain motivasi instrinsik tudak memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa. Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena bituh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri (Sardiman, 2006: 58). Siswa yang memiliki motivasi instrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa, guru memanfaatkan dorongan keingintahuan siswa yang bersifat alamiah dengan jalan menyajikan materi yang cocok dan bermakna bagi siswa. Menurut Usman (2005: 76) motivasi instrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain tetapi atas kemauan sendiri. b) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar, atau bantuan dari orang lain. Motivasi ini disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman (Woolfolk, 1993: 224). Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh gurunya. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif dibanding dengan motivasi dari luar dalam upaya mencapai hasil belajar yang
optimal.
Motivasi
dari
dalam
dapat
dilakukan
dengan
membangkitkan perasaan ingin tahu, ingin mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian. Davis dan Newstrom (dalam Suryabrata, 2010: 79) menyatakan bahwa motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu: a) Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang. b) Motivasi beraviliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
c) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi. d) Motivasi berkuasa, yaitu motivasi untuk mempengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah. Berkaitan dengan hal tersebut, Keller ( dalam Shellnut dan Bonnie, 1996: 176) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip ini dikenal sebagai model ARCS yang terdiri dari 4 (empat) macam prinsip yaitu: a) Attention (perhatian), b) Relevance (keterkaitan), c) Confidence (kepercayaan diri), d) Satisfaction (kepuasan). Kesimpulannya bahwa motivasi adalah kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan atau prestasi, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu.
c. Indikator Motivasi Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan. Lingkungan belajar yang konduksif dan kegiatan belajar yang menarik, harus diciptakan oleh seorang guru, melalui berbagai cara, misalnya dengan metode belajar yang disukai siswa, dengan kedekatan guru dalam pembelajaran dan lain-lain. Selain peningkatan motivasi diri seseorang, maka akan terlihat adanya indikator motivasi. Indikator motivasi ini yang nantinyan akan dijadikan sebagai pemicu seseorang benar-benar termotivasi. Seperti yang disampaikan Slameto (2010: 131) bahwa adanya hasrat keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan citacita masa depan, penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Indikatorindikator tersebut sebagai wujud bahwa siswa telah benar-benar termotivasi dalam belajar atau pun melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri/ indikator sebagai berikut: a) tekun menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d) ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan; e) selalu berusahan berprestasi sebaik mungkin; f) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; g) senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat
bosan
dengan
tugas-tugas
rutin,
dapat
mempertahankan
pendapatnya; h) mengejar tujuan-tujuan jangka panjang.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar yang efektif. Dengan memperhatikan beberapa indikator di atas, maka pendekatan dan pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi antara lain: a) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh informasi dan data tentang persistensi, keuletan, ketabahan dan kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya. b) Kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapat informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya. c) Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya. d) Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah sikapnya. Dalam kegiatan belajar, peranan motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh beberapa kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat mengiatkan aktivitas belajar siswa dan membuat siswa merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dipelajarinya.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Kesimpulan
indikator
motivasi
sebagai
berikut:
a)
tekun
menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d) selalu berusahan berprestasi sebaik mungkin; e) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah; f) senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugastugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya.
2. Pengertian Menulis Suparno (2002: 14) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang komplek karena perlu ditunjang oleh ketrampilan menyimak dan ketrampilan menulis yang baik. Jika terbiasa menyimak dan membaca tentang berbagai hal tentu akan menambah wawasan dan pengetahuan seseorang penulis dan dapat menjadi inspirasi bagi penulis untuk menuangkan ide-ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan. Selain itu, Suparno (2002: 16) menyatakan bahwa kegiatan menulis adalah sebuah ketrampilan berbahasa, karena dalam kegiatan menulis banyak hal yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan benar. Penulisan yang baik berarti ia mengerti situasi dan kondisi khalayak pembaca. Jika sebuah tulisan mampu berkomunikasi secara jelas dan lancar dengan pembacanya, dan memahami khalayak pembacanya, maka tulisan tersebut sudah dapat disebut sebagai tulisan yang baik.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Penulisan yang benar berarti dalam setiap tulisannya ia selalu memperhatikan penggunaan aspek kebahasan dalam kaidah menulis, seperti penggunaan ejaan. Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan pengertian menulis adalah suatu kekuatan, kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menuangkan ide, menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai medianya. Berbagai pendapat dari para ahli pendidikan muncul tentang pengertian
menulis
antara
lain
menurut
Tarigan
(1992:
67),
mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Dalam proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang pajang, maka sangatlah diperlukan latihan-latihan di dalam menulis. Dengan adanya latihan menulis ini maka lambang-lambang yang dituliskannya dapat dipahami oleh dirinya dan orang lain. Dengan menulis, seseorang dapat menyatakan/ menuangkan segala pikiran, ide, dan perasaannya dalam bentuk tulisan. Menurut Kurikulum 2013, salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar adalah kemampuan menulis. Menulis merupakan satu kegiatan yang produktif dan reseptif. Keterampilan untuk menulistidak datang secara otomatis dapat dikuasai siswa, melainkan harus melalui latihan secara teratur.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Jenjang kemampuan berbahasa yang melekat pada setiap manusia normal adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara kronologis keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Pada tingkatan paling sederhana adalah kemampuan berkomunikasi langsung dengan bahasa lisan yaitu kemampuan menyimak dan berbicara, dan tingkatan yang paling rumit adalah menulis atau mengarang dalam bentuk tulis. Atas dasar asumsi-asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan menggalakan kegiatan menulis. Hal ini disebabkan kemampuan menulis membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar, seperti penguasaan kosakata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut. Sejalan dengan hal tersebut, De Porter & Mike Hernacki (dalam Depdikbud, 2013: 78). menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) Di dalam kegiatan menulis aktivitas seluruh otak digunakan. Aktivitas otak kanan meliputi: semangat, emosi, imajinasi, gairah dan kegembiraan. Sedangkan aktivitas otak kiri meliputi: perencanaan, tata bahasa, penelitian, tanda baca, dan penulisan kembali. Menurut ensiklopedia, menulis adalah kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
aksara. Menulis bisa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Kegiatan menulis ini adalah kegiatan membuat sebuah catatan yang terbentuk dari tulisan-tulisan pada sebuah kertas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas dalam menuangkan ide, penyampain pesan atau informasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya, secara emosional dan logika dalam penyampaiannya, sehingga menjadi untaian kalimat yang bermakna dalam menyampaikannya, menarik perhatian pembaca sehingga timbul keinginan untuk membacanya. 3. Teks Laporan Hasil Observasi Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan teks laporan hasil observasi, yaitu pengertian, struktur dan kaidah bahasa pada teks laporan hasil observasi. a. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi Teks laporan adalah teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita (Maryanto, 2014: 4-5). Adapun ciri-ciri teks laporan hasil observasi antara lain:
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
a) harus mengandung fakta; b) bersifat objektif; c) harus ditulis sempurna
dan
lengkap;
d)
tidak
memasukkan
hal-hal
yang
menyimpang, mengandung prasangka, atau pemihakan; e) disajikan secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot, maupun susunan logis. Pada umumnya teks laporan hasil observasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan teks deskripsi, tetapi sebenarnya sifat kedua teks tersebut berbeda. Teks laporan menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta apa adanya tanpa ada opini/pendapat penulis. Sedangkan teks deskripsi menggambarkan secara khusus (unik dan individual) dan menggambarkan sesuai dengan sudut pandang penulis.
b. Struktur Teks Laporan Hasil Observasi Maryanto (2014: 6) menyatakan bahwa teks laporan disusun dengan struktur teks pernyataan umum atau klasifikasi diikuti oleh anggota atau aspek yang dilaporkan. Dalam menganalisis struktur teks, struktur
itu
biasanya
ditulis
dengan
pernyataan
umum
atau
klasifikasi^anggota atau aspek yang dilaporkan. Tanda “^” berarti 'diikuti oleh'. Tanda itu menyatakan urutan tahap pada struktur teks. Tahap pernyataan umum atau klasifikasi merupakan semacam pembuka atau pengantar tentang hal yang akan dilaporkan. Struktur laporan dapat dibuat tahapan sebagai berikut: 1) Pernyataan Umum/ klasifikasi 2) Pernyataan Penjabaran:
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
• Aspek yang dilaporkan 1 • Aspek yang dilaporkan 2 • Dan seterusnya
c. Kaidah Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi Yasmine (2013: 1) menyatakan, “Ada beberapa kaidah dalam menyusun teks laporan hasil observasi, yaitu: 1) Isinya berupa pemerian, penjelasan, dan pemaparan tentang suatu informasi. 2) Merupakan hasil pengamatan dan analisis sistematis. 3) Struktur teksnya terdiri dari klasifikasi umum dan penjabaran. 4) Objek pengamatan dalam teks hasil observasi dipaparkan secara umum, dapat berupa alam, hewan, tumbuh-umbuhan, budaya, atau fenomena sosial. 5) Menggunakan kalimat simpleks, kalimat kompleks, kalimat definisi, dan kalimat deskripsi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa teks laporan hasil observasi adalah teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi), strukturnya berupa pernyataan umum atau klasifikasi dan anggota atau aspek yang dilaporkan.
4. Metode Group Investigation Beberapa hal yang akan dibahas dalam metode group investigation di bawah ini adalah pengertian metode group investigation, langkah-langkah, ciri-cirinya, tahapan-tahapan, kelemahan dan kelebihan metode group investigation.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
a. Pengertian Metode Group Investigation Group
Investigation merupakan
salah
satu
bentuk
metode
kooperatif (cooperative learning) yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. perencanaan,
baik
dalam
menentukan
topik
Siswa dilibatkan sejak maupun
cara
untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Metode group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Lie (2008: 28) menyatakan bahwa metode cooperative learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsurunsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakan dengan pembagian kelompok dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur metode cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Budimansyah
(2007:
7)
menyatakan
bahwa
metode
group
investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa ntuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,
menerapkan
persamaan
kesempatan,
dan
memperhatikan
keragaman peserta didik. Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan bahwa group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap topik. Suprijono (2011: 93) menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan pembelajaran kelompok. Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan tertentu yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik dan permasalahannya disepakati, peserta didik dan guru menentukan metode penelitian untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogyanya di
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan assesment individual atau kelompok. Dalam metode group investigation ini terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001: 75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi. Slavin (dalam Maesaroh, 2005: 28) mengemukakan, “Hal penting untuk melakukan metode group investigation adalah: a. Membutuhkan Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. b. Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. c. Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.” Para guru yang menggunakan model group investigation umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Trianto, 2007: 59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik
yang
telah
dipilih,
kemudian
menyiapkan
dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode group investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
b. Ciri-Ciri Metode Group Investigation Suprijono (2011: 58) menyatakan, “Metode group investigation merupakan model yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. 2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. 3) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. 4) Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. 5) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.” c. Kelebihan Pembelajaran Metode Group Investigation Setiawan (2006: 9) menyatakan, “Beberapa kelebihan yang terdapat pada pelaksanaan metode group investigation, yaitu: 1) Pembelajaran dengan kooperatif metode group investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Penerapan metode pembelajaran kooperatif metode group investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar siswa. 3) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. 4) Metode group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya. 5) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.”
d. Kelemahan Pembelajaran dengan Metode Group Investigation Setiawan
(2006: 9)
menyatakan
bahwa
metode
group
investigation merupakan metode yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation juga membutuhkan waktu yang lama. Group investigation adalah salah satu bentuk metode kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk menentukan sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Beberapa kendala yang dapat dijumpai pada pelaksanaan model ini yaitu: 1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan. 2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal. 3) Tidak semua topik cocok dengan metode ini dan model pembelajaran ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri. 4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
e. Peranan Guru dalam Pembelajaran Group Investigation Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran menggunakan group investigation.
Joyce (2009: 318) mengemukakan
bahwa peran guru dalam investigasi kelompok terkadang menjadi konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang ramah. Dia harus membimbing serta merefleksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut; (1) pemecahan masalah atau level tugas (Apakah masalah yang sebenarnya? Apa sajakah faktor yang terlibat?), (2) level manajemen kelompok (Informasi apakah yang dibutuhkan saat ini? Bagaimanakah mengatur diri sendiri untuk melaksanakannya?), dan (3) tingkat makna pribadi (Apa
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
tanggapan Anda mengenai kesimpulan tersebut? Langkah lain apa yang akan dilakukan setelah mengetahui hal itu?). Sedangkan Slavin (2005: 217) mengatakan bahwa peran guru dalam kelas yang melaksanakan group investigation, guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompokkelompok yang ada untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Ada kesamaan pandangan dari dua pendapat di atas. Dalam menjalankan tugasnya, pada saat guru mengelola pembelajaran dengan group investigation, guru menjalankan peran sebagai pembimbing yang bijaksana. Guru perlu mengetahui situasi, kondisi dan kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi oleh kelompok untuk selanjutnya memberikan bantuan dan bimbingan yang diperlukan. Untuk mengatasi kesulitan, pembagian kerja dilaksanakan dalam bentuk spesialisasi. Hal itu dilakukan untuk tujuan efisiensi dan meningkatkan tanggung jawab antar individu. Joyce (2011: 307) menyatakan bahwa, salah satu ragam prosedur yang telah dikembangkan untuk membantu siswa mempelajari cara saling membantu adalah teknik pembagian tugas. Pada intinya, tugas yang diberikan beberapa kesempatan dapat meningkatkan efisiensi pembagian kerja. Alasan yang paling mendasar adalah karena pembagian kerja dapat meningkatkan kesatuan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
kelompok sebagai sebuah tim kerja untuk menyerap dan mempelajari informasi dan skill sembari memastikan bahwa masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk belajar dan menyadari betul peran penting yang ada dalam sistem pengelompokkan.
f. Langkah-Langkah dalam Metode Group Investigation Kiranawati (2007: 2-3), menyatakan, “Langkah-langkah penerapan metode group investigation, sebagai berikut: 1) Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2) Merencanakan kerjasama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 di atas. 3) Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4) Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6) Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu, kelompok, atau keduanya.”
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Langkah-langkah dalam metode group investigation dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi dengan Group Investigation Tahap 1
Kegiatan Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
Uraian Kegiatan Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok berdasarkan ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan menfasilitasi pengaturan
2
Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas). Untuk tujuan atau kepentingan apa mereka menginvestigasi topik tersebut?
3
Melaksanakan investigasi
Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi semua gagasan.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
4
Menyiapkan laporan akhir
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.
5
Mempresentasikan laporan akhir
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam dan bentuk. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
6
Evaluasi
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi
Sumber: Tesis Lili Kuswanti, (2011: 33-34) dengan penyesuaian.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya adalah: 1. Kuswanti (2011) Penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode Group Investigation dalam Pembelajaran Membaca Novel pada Siswa SMP Negeri 2 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca novel antara siswa yang menggunakan
metode
group
investigation
dengan
pembelajaran
konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara siginifikan kemampuan membaca novel antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode group investigation dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan penggunaan metode group investigation terhadap kemampuan membaca novel pada siswa SMP tersebut. Penelitian ini menekankan bahwa penggunaan metode group investigation efektif dalam peningkatan kemampuan membaca siswa.
2. Juwaini (2010) Penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa metode group investigation mempunyai nilai positif dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya aktivitas belajar yang efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan aktifitas siswa pada siklus III. Dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) kemampuan membaca pemahaman siswa meningkat, baik peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa maupun peningkatan reratanya. Sedangkan nilai reratanya meningkat dari sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah diadakan tindakan. Peningkatan nilai tersebut telah memenuhi batas kriteria ketuntan minimal (KKM) yang ditetapkan. 3. Fitriana (2010) Pengaruh Metode Cooperative Tipe Group Investigation (GI) dan STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Efektifitas metode cooperative dengan metode group investigation (GI) dan metodeSTAD terhadap prestasi belajar geometri. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah (3) Adanya interaksi antara metodecooperative dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan metode cooperative tipe GI lebih baik dari pada metode cooperative tipe STAD (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara metode cooperative dengan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. 4. Wulandari (2010) Efektivitas Penggunaan Metode Group Investigation dan Brainstorming terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Laweyan pada Pokok Bahasan Sifatsifat Bangun Datar Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) keefektifan penggunaan metode group investigation dan metode brainstorming, (2) perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan aktivitas tinggi, sedang dan rendah, (3) apakah efektifitas metode pembelajaran tergantung pada aktivitas belajar siswa dan apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan aktivitas tinggi, sedang, dan rendah pada tiap metode pembelajaran. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika siswa pada pembelajaran dengan group investigation lebih baik dibandingkan dengan brainstorming, (2) siswa dengan aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan aktivitas sedang maupun rendah, dan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah, (3.a) siswa dengan aktivitas tinggi dan rendah mempunyai prestasi yang sama pada
pembelajaran
dengan
group
investigation
maupun
dengan
brainstorming, sedangkan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai prestasi yang lebih baik pada pembelajaran dengan group investigation
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
daripada
dengan
brainstorming,
(3.b)
pada
pembelajaran
group
investigation, siswa dengan aktivitas tinggi dan sedang mempunyai prestasi yang sama sedangkan siswa dengan aktivitas tinggi maupun sedang prestasinya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah. Sedangkan pada pembelajaran brainstorming, siswa dengan aktivitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas sedang maupun rendah dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. 5. Windiatmojo (2012) Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajara Biologi ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh metodegroup investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2) Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Pengaruh interaksi metodegroup investigation dan gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) metode group investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2) gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) interaksi antara metodedengan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. 6. Muliasari (2014) Ragam Kesalahan dalam Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014. Teks
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
laporan hasil observasi adalah teks yang menyampaikan informasi tentang sesuatu secara apa adanya sebagai hasil pengamatan dan analisis secara sistematis. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII tahun pelajaran 2013/2014 menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 baru diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 sehingga belum ada penelitian yang meneliti tentang teks laporan hasil observasi. Identifikasi kesalahan dalam teks laporan hasil observasi siswa ini diharapkan mampu memberikan pembelajaran positif bagi siswa, khususnya dalam hal menulis. Permasalahan dalam penelitian ini ada empat, yaitu (1) ragam kesalahan dalam struktur isi teks laporan hasil observasi, (2) ragam kesalahan dalam penggunaan diksi teks laporan hasil observasi, (3) ragam kesalahan dalam pengembangan kalimat teks laporan hasil observasi, dan (4) ragam kesalahan dalam ejaan teks laporan hasil observasi. Keempat rumusan tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai ragam kesalahan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi. Setelah teks laporan siswa dianalisis, diperoleh paparan mengenai ragam kesalahan dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014 berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukukan adalah (1) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat tiga jenis kesalahan pengembangan struktur isi teks, yaitu kesalahan dalam mengembangkan judul, kesalahan dalam klasifikasi
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
umum, dan kesalahan dalam deskripsi; (2) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat empat jenis kesalahan penggunaan diksi, yaitu penggunaan diksi tidak memiliki kesejajaran bentuk, penggunaan diksi tidak sesuai dengan topik, penggunaan diksi tidak sesuai dengan makna, dan penggunaan diksi tidak sesuai dengan struktur kalimat; (3) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat lima jenis kesalahan pengembangan kalimat, yaitu penggunaan kalimat tidak lengkap, penggunaan kalimat tidak logis, penggunaan kalimat tidak hemat, penggunaan kalimat rancu, dan penggunaan kalimat ambigu; dan (4) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat delapan jenis kesalahan dalam menggunakan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda hubung, tanda seru, tanda kurung, huruf kapital, awalan, dan preposisi. Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan tersebut, penelitian yang telah dilakukan mempunyai perbedaan yaitu untuk waktu dan tempat penelitian, serta subjek penelitian yang dilibatkan. Selain itu, penggunaan metode group investigation ini juga hanya diterapkan dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Penggunaan metode group investigation pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ternyata efektif dan dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar maka perlu dipilih metode yang tepat dan efektif. Mengacu pada penelitian yang telah diuraikan di
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
atas maka metode group investigation sebagai salah satu alternatif pilihannya. Metode ini digunakan pada pembelajaran menulis teks hasil observasi karena selama ini kemampuan siswa dalam pembelajaran tersebut hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itulah diharapkan dengan penggunaan metode yang tepat maka motivasi dan hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
C. Kerangka Pikir Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti hingga saat ini pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Purbalingga masih didominasi pembelajaran konvensional, di mana aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh kegiatan klasikal dan peran guru sangat besar. Untuk menunjang kompetensi siswa maka diperlukan pengalaman
siswa untuk
dapat mengetahui secara langsung interaksi yang terjadi pada kegiatan menulis teks laporan hasil observasi. Siswa dapat secara langsung mengetahui dan mengamati kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan menulis teks laporan hasil observasi. Akibat yang dirasakan adalah suasana kelas yang monoton, pasif dan terasa membosankan. Hasil dari pengamatan peneliti bahwa motivasi belajar siswa yang rendah, pada akhirnya hasil belajarnyapun rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, metode group investigation menjadi pilihan alternatif untuk mengatasinya. Metode ini dipilih karena karakteristik pembelajarannya yang memberikan peran lebih besar ke siswa, sementara guru hanya menjadi motivator dan fasilitator. Selain itu, model
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
group investigation dipilih
karena model ini kegiatan belajarnya lebih
terfokus pada kelompok–kelompok kecil yang dinamis. Hal ini dipandang sesuai dengan karakteristik standar kompetensi menulis teks laporan hasil observasi yang lebih memerlukan ketrampilan siswa dalam melakukan pengamatan dan dapat menganalisa kenyataan yang terjadi dalam kelompok sosial yang berkembang secara umum. Berdasarkan uraian di atas, maka metode group investigation
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa apabila dilaksanakan dengan langkahlangkah yang efisien. Meningkatnya motivasi belajar ini pada akhirnya juga akan meningkatkan kemampuan hasil menulis teks laporan hasil observasi. Secara skematis kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Penerapan Model Group Investigation
Motivasi Belajar
Kemampuan menulis teks laporan hasil observasi.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada anggapan dasar maka rumusan hipotesis yang diajukan adalah : 1.
Metode group investigation efektif dalam meningkatkan motivasi belajar menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Purbalingga.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
2.
Metode group investigation efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Purbalingga.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015