BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Economic of scale dan fungsi produksi Economic of scale atau return to scale menunjukkan hubungan perubahan
input secara bersama-sama terhadap perubahan output. Fungsi jangka panjang yang paling umum dipakai adaiah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan persamaan : Q = A Kα. Lb………………………………………………………… (2.1) Jumlah pangkat a + b pada fungsi ini mempunyai signifikansi ekonomi, yaitu menunjukkan skala pengembalian (return to scale), Menurut Sudarsono (1995 :143), bahwa jumlah tersebut menunjukkan jenis hukum produksi berlaku apakah kenaikan produksi lebih dan sebanding terhadap skala (law of increasing returns to scale) ataukah kenaikan produksi sebanding terhadap skala (law of constant returns to scale) ataukah kenaikan produksi kurang sebanding terhadap skala (law of decreasing returns to scale). Jika nilai a + b sama dengan 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah konstan (constant returns to scale). Jika nilai a + b lebih besar dari 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah meningkat (increasing returns to scale). Jika nilai a + b lebih kecil dari 1, skala pengembalian fungsi produksi tersebut adalah menurun (decreasing returns to scale) yang menunjukkan persentase kenaikan output lebih kecil dari persentase penambahan inputnya. Parameter a dan b juga menggambarkan hubungan antar
10
faktor produksi K dan L. Bila nilai a > b fungsi produksinya bersifat padat modal, dan apabila sebaliknya, maka fungsi produksinya bersifat padat karya. Soekartawi (2003:168-170) mengemukakan tiga tahapan produksi yang dikaitkan dengan hukum produksi sebagai berikut. 1) Tahapan I : keadaan dimana berlaku anggapan increasing returns to scale 2) Tahapan II : keadaan dimana berlaku anggapan decreasing returns to scale 3) Tahapan III : keadaan dimana berlaku anggapan negative returns to scale Tahapan
tersebut
tahapan simetris
dari
suatu
fungsi
produksi
dengan menggunakan asumsi sebagai berikut : 1) Fungsi produksi tersebut mempunyai homogenitas sama dengan satu. 2) Fungsi produksi tersebut mempunyai pengembalian yang negatif terhadap faktor produksi 3) Fungsi produksi tersebut mempunyai produksi fisik marjinal dan produksi fisik rata - rata yang positif. Gambar 2.1 menunjukan bahwa pada Tahapan I PFT berbentuk cekung ke atas yang menandakan bahwa beberapa input yang digunakan masih sedikit, dibandingkan faktor produksi lain dianggap konstan. Pada kondisi ini PFML bertambah tinggi sampai pada posisi maksimum dan PFR L bertambah tinggi sampai pada posisi maksimum di awal Tahapan II. PFR K juga bertambah tinggi dan PFMK negatif sampai mencapai posisi nol pada awal Tahapan III, L positif dan K negatif.
11
.
12
Keterangan : PFT
: Produksi fisik total
PFRK
: Produksi fisik rata - rata K
PFRL
: Produksi fisik rata - rata L
PFMK
: Produksi fisik marjinal K
PFML
: Produksi fisik marjinal L
Sumber: (Sukirno, 2001) Awal Tahapan II ditandai dengan PFT yang mengalami kenaikan lebih lambat sebagai akibat pertambahan faktor produksi sampai menempati posisi maksimum di akhir Tahapan II, Kurve PFML dan PFRL yang berpotongan dimana PFRL berada pada posisi maksimum dan pada akhir Tahapan II PFML berada pada posisi nol dengan PFRL yang semakin menurun. Kurve PFMK berjalan mulai dari titik nol, dan PFRL mengalami posisi maksimum sampai pada akhir Tahapan II PFMK berpotongan dengan PFRK, dimana K dan L bernilai positif. Tahapan III dimulai saat kurve PFML memotong sumbu horizontal dan menurun sampai negatif. PFT sendiri mulai menurun begitu juga dengan PFR L. PFMK mulai bertambah tinggi sampai posisi maksimum dan mulai menurun. PFRK mulai menurun pada Tahapan I. Tambahan faktor produksi tenaga kerja hingga batas efisien mengakibatkan penurunan PFT, PFML dan PFRL. Tambahan faktor produksi modal juga mengalami hal yang sama namun bedanya terletak pada tahapan - tahapan yang berlaku pada gambar dan kelandaian kurve.
2.1.2
Pengertian pendapatan Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk
memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk
13
memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran. Selanjutnya, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai berikut : “Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti : (sewa, bunga dan deviden) serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran” (Effendi, 1992). Pendapatan terbagi dua macam, yaitu : 1) Pendapatan perorangan. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu : pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. 2) Pendapatan disposible Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu : pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam kategori, yaitu :
14
1) Upah / gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam hubungan kerja dengan orang / instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar ). 2) Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai penjual kepada pembeli. 3) ”Pengusaha” yaitu mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah sebagai petani, tukang, pedagang dan sebagainya. 4) Laba perusahaan (perseroan) adalah laba yang diterima atau diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum. 5) Sewa adalah jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama. 6) Penghasilan campuran (Mixed Income) adalah penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti : petani, tukang, warungan, pengusaha kecil, dan sebagainya disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur pendapatan : (1) Sebagian merupakan upah untuk tenaga kerja sendiri. (2) Sebagian berupa sewa untuk tanah / alat produksi yang dimiliki sendiri. (3) Sebagian merupakan bunga atas modalnya sendiri. (4) Sisanya berupa laba untuk usaha sendiri. 7) Bunga adalah balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang. Besarnya balas jasa ini biasanya dihitung sebagai persen (%) dari modal dan disebut tingkat atau dasar bunga (rate of interest, disingkat, atau i). Pass dan Lowers, berpendapat bahwa pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang dan
15
perusahaan dalam bentuk gaji (Wages), upah (Salaries), sewa (Rent), bunga (Interest), laba (Profit) dan lain sebagainya bersama-sama dengan tunjangan pengangguran , uang pensiun, dan lain sebagainya. Profit/keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan produk barang maupun produk jasa yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun produk jasa tersebut. Margin pemasaran adalah selisih antar hasil yang diterima distributor dengan harga yang di bayar konsumen.
2.1.3
Pengertian jam kerja Setiap anggota rumah tangga yang berada dalam usia kerja dianggap mau
mencurahkan waktunya dalam rangka memaksimumkan kepuasannya apabila seseorang menawarkan tenaga kerja maka hal yang ditawarkan adalah bukan dirinya sebagai media seutuhnya akan tetapi waktu yang dimilikinya. Waktu yang disepakati akan diisi dengan aktivitas kerja. Penawaran tenaga kerja dalam hal ini adalah jumlah jam kerjanya dipengaruhi oleh tingkat upah. Pada tingkat upah yang cukup tinggi penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang (backward bending) dalam arti jumlah jam kerja menjadi berkurang karena umumnya untuk individu yang hidup dalam masyarakat sederhana mempunyai kebutuhan yang kurang bervariasi sehingga dapat dipenuhi dengan pendapatan tersebut. Keputusan untuk bekerja merupakan suatu keputusan puncak mengenai bagaimana seharusnya memanfaatkan waktu. Salah satu cara untuk menggunakan waktu yang tersedia adalah dengan melakukan aktivitas-aktivitas di waktu senggang yang menyenangkan. Cara umum lainnya bagi orang-orang untuk
16
memanfaatkan waktunya adalah dengan cara bekerja. Oleh karena itu dapat digolongkan pekerjaan itu menjadi pekerjaan yang tidak mendapatkan nafkah dengan pekerjaan mendapatkan nafkah (gaji). Pengalokasian waktu untuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) Biaya kesempatan (opportunity cost), disini akan dilihat apabila seseorang mengalokasikan waktunya untuk bekerja maka dia juga memerlukan waktu untuk tidak bekerja (memanfaatkan waktu luang). Dimana harga dari waktu luang mereka punya tergantung dari besarnya tingkat upah yang diterima. Apabila penghasilan meningkat dengan biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan untuk menghabiskan lebih banyak waktu luang (artinya bahwa mereka mengurangi waktu kerja). 2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari jumlah simpanan di bank, investasi finansial dan harta benda fisik lainnya. Keahlian dari pekerja itu sendiri juga dapat diperhitungkan sebagai asset yang dapat dihargakan. Apabila seseorang memiliki banyak simpanan yang dapat dihargakan maka mereka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang dibandingkan menambah waktunya untuk bekerja mencari nafkah. 3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan dalam mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak untuk waktu luang tergantung pada pilihan-pilihan yang tersedia. Apabila
17
seseorang merasa telah terpenuhi kehidupan ekonominya maka cenderung akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk waktu luang. Ada variasi dalam jam kerja tersebut, dimana ada jam kerja yang dihabiskan di tempat bekerja dan jam sebenarnya dihabiskan untuk bekerja. Jadi para pekerja harus menetapkan jam yang mana akan dimanfaatkan atau diprioritaskan untuk bekerja dan mencari nafkah dan bahwa pekerja harus menerimanya jika mereka menginginkan pekerjaan. Dalam
teori
ekonomi
mikro
seseorang
akan
memaksimumkan
kepuasannya melalui konsumsi barang, menikmati waktu luang untuk leisure. Seseorang akan mengalokasikan waktu untuk dua pilihan yaitu bekerja di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan dengan harapan bila pendapatan mereka meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan (walfare) mereka sendiri dan keluarga atau tidak bekerja (menikmati waktu luang) seseorang yang bekerja akan dihadapkan pada cara mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja dan menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh utilitas (kepuasan maksimum) Hubungan antara tingkat upah dn waktu kerja secara mikro yakni lamanya kerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang menghasilkan uang) akan dipengaruhi oleh tingkat upah yang sedang berlaku bagi suatu pekerjaan. Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya kenaikan tingkat upah yaitu : 1) Substitution effect, apabila upah berati harga dari waktu luang menjadi mahal sehingga menyebabkan mereka mengkonsumsi waktu luang semakin sedikit dan akan memprepanjang jam kerjanya si sektor publik.
18
2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan pekerja akan semakin lebih banyak termasuk membeli waktu luang, akibatnya mereka akan bekerja lebih singkat dan menikmati waktu luang lebih banyak. Pengaruh meningkatnya tingkat upah terhadap jumlah jam kerja di sektor publik akan sangat tergantung dari kekuatan relatif antar substitution dan income effect. Bila substitution effect yang lebih dominan pengaruhnya maka pekerja akan bekerja labih lama untuk menunjang jasa kerjanya. Sedangkan bila income effect yang lebih dominan pengaruhnya maka pekerja akan mengurangkan jam kerjanya. Pengamatan menunjukkan bahwa hasil akhir dari dua akibat tersebut tergantung dari kekuatan batas tinggi rendahnya tingkat upah yang sedang berlaku. Upah yang didapatkan oleh ibu rumah tangga juga akan mempunyai dampak, bisa berupa income effect atau substitution effect yang sangat dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dimana ibu-ibu tersebut bertempat tinggal. Penghasilan suami atau penghasilan keluarga yang mempunyai peranan dalam menentukan lama atau singkatnya jam kerja ibu rumah tangga di sektor publik. Pada tingkat upah yang rendah maka kenaikan upah mengakibatkan jam kerja lebih panjang (substitution effect) yang berlaku. Sebaliknya pada tingkat upah yang tinggi maka kenaikan tingkat upah menyebabkan turunnya jam kerja. Ini berarti income effect lebih dominan daripada substitution effect.
2.1.4
Pengertian modal kerja Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari
selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,
19
membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini peneliti mengemukakan beberapa pendapat : 1) J. Fred Weston Eugene F. Brigham, menyatakan bahwa "Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan". 2) Bambang Riyanto, mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja yaitu: (1) Konsep kuantitatif Konsep ini menitik beratkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktivaakan dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital. (2) Konsep kualitatif Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.
20
(3) Konsep fungsional Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal. Dalam Ilmu Ekonomi modal adalah tiap-tiap hasil (produk) yang digunakan untuk menghasilkan produk selanjutnya. Dari pengertian tersebut bahwa modal tidak selalu identik dengan uang, akan tetapi segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang, sumber daya modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Menurut sifatnya (1) Modal lancar, yaitu modal yang hanya dapat digunakan satu kali dalam proses produksi seperti bahan baku dan bahan mentah. (2) Modal tetap, yaitu modal yang dapat digunakan tebih dari satu kali dalam proses produksi, seperti mesin-mesin atau peralatan. 2) Menurut fungsinya (1) Modal individu, yaitu modal yang digunakan oleh individu sebagai sumber pendapatan sekalipun pemiliknya tidak ikut dalam proses produksi, seperti pemilik taxi.
21
(2) Modal masyarakat, yaitu modal yang digunakan oleh masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa, seperti kendaraan umum. 3) Menurut Bentuknya (1) Modal abstrak, yaitu modal yang tidak berbentuk fisik (tidak berwujud) tapi sangat menentukan hasil produksi seperti keahlian seseorang. (2) Modal kongkrit, yaitu modal yang wujud fisiknya dapat dilihat (berwujud) seperti mesin-mesin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat suku bunga, di antaranya: 1) Perbedaan resiko Semakin tinggi resiko, semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin rendah resiko semakin rendah pula tingkat suku bunganya. 2) Biaya administrasi peminjam Pinjaman yang jumlahnya kecil, tingkat bunganya tinggi karena biaya administrasi kurang efisien, 3) Jangka waktu pinjaman Semakin lama jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tingkat suku bunganya. Di Indonesia tingkat suku bunga biasanya mengikuti tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Teori bunga modal : 1) Teori produktivitas
22
Teori ini dikemukakan oleh Jean Baptiste Say, yang menyatakan bahwa modal yang dipinjamkan dapat dipergunakan secara produktif misalkan untuk membuat toko, mendirikan pabrik, dan barang modal lainnya. Dengan modal yang dimiliki produksi akan bertembah banyak sehingga memberikan kelebihan hasil yang istimewa. Sebagian dari kelebihan hasil itu dikembalikan kepada pemilik modal sebagai bunga modal. 2) Teori abstinence/teori pengorbanan Teori ini dikemukakan oleh Nassau Willien Senior dan Marshall. Menurut teori ini bunga modal diberikan sebagai balas jasa dari pengekangan (tidak mewujudkan keinginan akan kebutuhan) diri pemilik modal, untuk tidak memakai modalnya selama dipinjam oleh pengusaha atau orang lain. Maka wajar bagi pemilik modal mendapatkan bunga sebagai balasan atas pengorbanan untuk menunggu modalnya kembali. 4) Teori agio Teori ini dikemukakan oleh Von Bohm Bawerk, Agio memiliki arti perbedaan nilai. Perbedaan nilai ini disebabkan karena adanya perbedaan waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Menurut Von Sohm Bawerk, pemilik modal harus diberi bunga sebagai ganti rugi karena perbedaan nilai itu, Alasan kerugian disebabkan: (1) Alasan ekonomi, misalnya uang Rp. 200,00 sekarang = Rp. 400,00 satu tahun yang akan datang. Berarti nilai uang sekarang lebih tinggi dari pada satu tahun yang akan datang.
23
(2) Alasan psychologich, adalah bahwa manusia menghargai kebutuhan dan alat pemuas yang akan datang itu lebih rendah. (3) Alasan teknik, modal sekarang dapat dipakai untuk membuat alat-alat produksi dan digunakan untuk menghasilkan produksi selanjutnya. 5) Teori liquidity preference Teori ini dikemukakan oleh John Maynerd Keynes. Menurut teori ini bunga modal diberikan sebagai ganti rugi karena pengorbanan untuk tidak memakai uang yang liquid karena dipinjam orang lain. Pada dasarnya orang lebih menyukai uang tunai. Menurut Keynes ada tiga alasan mengapa orang menyukai uang tunai: (1) Alasan untuk belanja konsumsi sehari-hari dalam istilah lain disebut transaction motive. (2) Alasan untuk berjaga-jaga mengantisipasi sesuatu yang tidak terduga dalam istilah lain disebut precontionary motive. (3) Alasan untuk berspekulasi, dalam istilah lain disebut speculative motive. 6) Teori bunga dinamis Teori ini dikemukakan oleh Schumpeter. Menurut teori ini modal yang dipakai dalam produksi akan menghasilkan laba. Maka sebagian dari laba tersebut diberikan kepada pemilik modal sebagai bunga modal.
2.2
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Dharendra (2004) mengenai economic of
scale pengembangan industri kecil di kota Denpasar dengan alat analisis regresi linier berganda dan estimasi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
24
variabel investasi, tenaga kerja dan bahan baku secara parsial dan simultan berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi. Elastisitas ketiga faktor produksi tersebut adalah inelastis terhadap produksi dan economic of scale industri kecil adalah decreasing return to scale. Penelitian dilakukan oleh Swastika (2004) di Kabupaten Jembrana mengenai peluang investasi industri budidaya siput tiram/tiram mutiara dengan mengambil produksi sebagai salah satu identifikasi variabel penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan penghitungan tiga kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penghitungan tiga kriteria investasi di atas memberikan rekomendasi, bahwa peluang budidaya siput tiram/tiram mutiara layak dikembangkan di Kabupaten Jembrana. Penelitian - penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yakni mengangkat industri kecil sebagai topik penelitian, menggunakan economic of scale sebagai objek penelitian serta menggunakan teknik analisis data dengan model Cobb Douglas.
2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan pembahasan basil penelitian sebelumnya, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: 1) Jam kerja dan modal kerja, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar. 2) Jam kerja dan modal kerja, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar.
25
3) Kondisi Economic of scale pada usaha dagang di Pasar Badung Denpasar mengalami Decreasing returns to scale.
26
Kota