BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.
Pembelajaran Matematika SMP Menurut Suwardi (2007:30) pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang
dimaksudkan
mencakup
aspek
kognitif,
afektif
maupun
psikomotorik. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah sesorang, baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotoriknya.
Sementara
itu,
menurut
Jamil
Suprihatiningrum (2012:75) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana yang memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan dalam menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan da membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian tentang beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan
11
dengan berbagai metode agar siswa dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Serta dapat mengembangkan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Menurut James dan James
(Erman Suherman, 2001: 18)
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sementara itu, Menurut Gregson (2007: 2), matematika adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menyatakan hubungan suatu hal yang bergantung pada hal yang lain. Misal luas suatu kebun yang berbentuk persegi panjang bergantung pada ukuran panjang dan lebar yang dimiliki oleh kebun tersebut. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan (Erman Suherman, 2001:55). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya. Pembelajaran matematika bagi para siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
12
memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Fungsi matematika yang selanjutnya adalah sebagai ilmu atau pengetahuan, dan tentunya pengajaran matematika di sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Guru disadarkan akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa. Prinsip belajar matematika (NCTM: 2000) yaitu siswa belajar matematika seyogyanya dengan pengertian atau pemahaman secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Sehingga belajar matematika itu merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang dengan berbekal pengalaman dan ilmu yang telah dimiliki. Proses belajar matematika tersebut difasilitasi dengan adanya guru yang mendampingi kegiatan pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika di SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
13
memelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika SMP merupakan matematika sekolah. Ebbut dan Straker (Marsigit, 2009) menyatakan bahwa hakikat matematika sekolah antara lain : “Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan, matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan; Matematika adalah kegiatan problem solving; Matematika adalah alat komunikasi”. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pembelajaran matematika bukan hanya menyampaikan konsep-konsep matematika. Melainkan sebuah kegiatan untuk menulusuri pola, imajinasi, intuisi dan kreativitas. Pembelajaran matematika di sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian matematika. Hal ini mendorong guru untuk memilih dan menggunakan strategi, metode, pendekatan, dan teknik yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan matematika
harus
strategi
dan
pendekatan
mengoptimalisasikan
dalam
interaksi
pembelajaran semua
unsur
pembelajaran dan keterlibatan seluruh indra siswa. Siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Dengan pengamatan, siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
14
Selanjutnya dengan abstraksi, siswa dilatih untuk membuat perkiraan dan terkaan berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan melalui generalisasi. Pola pikir induktif dan deduktif semakin berkembang sehingga siswa mampu memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan matematika. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode agar siswa dapat
menerima
memudahkan
pengetahuan
pencapaian
yang
pola
diberikan
pikir/konsep
dan
membantu
matematika
dalam
menyelesaikan persoalan matematis, serta dapat mengaplikasaikan dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Karakteristik siswa SMP Menurut Kay C. Wood (2001 :2) dalam teori Piaget ada empat tahap perkembangan kogintif, yaitu : sesorimotor, praoprasional, concrete operational, dan formal oprational. Tahapan perkembangan kognitif menguraikan ciri khas perkembangan kognitif tiap tahap dan merupakan
suatu
perkembangan
yang
saling
berkaitan
dan
berkesinambungan. Uraian tahapan perkembangan kognitif paiaget adalah sebagai berikut. a. sensorimotor, begins at birth and lasts until 18 months-2 years of age. This stage involves the use of motor activity without the use of symbols. Knowledge is limited in this stage, because it is based on
15
physical interactions and experiences. Infants cannot predict reaction, and therefore must constantly experiment and learn through trial and error. Such exploration might include shaking a rattle or putting objects in the mouth. As they become more mobile, infants' ability to develop cognitively increases. Early language development begins during this stage. Object permanence occurs at 7-9 months, demonstrating that memory is developing. Infants realize that an object exists after it can no longer be seen. b. The preoperational stage usually occurs during the period between toddlerhood (18-24months) and early childhood (7 years). During this stage children begin to use language; memory and imagination also develop. In the preoperational stage, children engage in make believe and can understand and express relationships between the past and the future. More complex concepts, such as cause and effectrelationships, have not been learned. Intelligence is egocentric and intuitive, not logical. c. The concrete operational stage typically develops between the ages of 7-11 years. Intellectual development in this stage is demonstrated through the use of logical and systematic manipulation of symbols, which are related to concrete objects. Thinking becomes less egocentric with increased awareness of external events, and involves concrete references. d. formal operational stage. Adolescents and adults use symbols related to abstract concepts. Adolescents can think about multiple variables in systematic ways, can formulate hypotheses, and think about abstract relationships and concepts.Piaget believed that intellectual development was a lifelong process, but that when formal operational thought was attained, no new structures were needed. Intellectual development in adults involves developing more complex schema through the addition of knowledge.
Sesuai dengan uraian tersebut, siswa SMP berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini siswa menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak . siswa dapat berpikir tentang beberapa variabel dalam cara yang sistematis , dapat merumuskan hipotesis , dan berpikir tentang hubungan abstrak dan sebuah konsep .
16
selain itu, siswa sudah mampu melakukan penalaran menggunakan hubungan antara objek-objek dalam kehidupan sehari-hari untuk dikaitkan dengan suatu persoalan matematika. 3.
Perangkat Pembelajaran Menurut Nazarudin (2007:113), perangkat pembelajaran adalah suatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan, meliputi: Analisis Pekan Evektif, Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi, dan Kinerja Ketuntasan Minimum (KKM). Sedangakan menurut Trianto (2010: 201) perangkat pembelajaran yaitu perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dibuat atau dipersiapkan oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilaksanakan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Perangkat pembelajaran yang dimasksud pada penelitian ini
17
dibatasi pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar kerja Siswa (LKS). RPP berfungsi sebagai panduan dalam kegiatan belajar mengajar dan LKS sebagai sumber belajar yang digunakan oleh siswa. Secara rinci masing-masing perangkat akan diuraikan sebagai berikut : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menurut permendiknas No 41 tahun 2007, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Sedangkan menurut Kokom Komalasari (2013:193) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun, didalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kusnandar
(2007:
262),
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yaitu rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian
pembelajaran
untuk
mencapai
satu
kompetensi dasar yang diterapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
18
dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan diartikan sebagai persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun,
lingkungan
belajar
yang
produktif,
termasuk
meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara utuh. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
merupakan
perangkat
pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru sebelum mengajar untuk dilaksanakan pada proses pembelajaran dalam satu pertemuan yang terdiri dari beberapa indikator dan paling banyak satu kompetensi dasar. 2) Komponen-komponen RPP Menurut permendiknas No 41 tahun 2007, komponenkomponen RPP adalah sebagai berikut : a) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran meliputi : satuan pendidikan, kelas, semester, program, mata pelajaran, atau tema pelajaran dan jumlah pertemuan. b) Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan akan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran. c) Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik. d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunujukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
19
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
menggunakan kata kerja oprasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar. Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran i. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membengkitakan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. ii. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk betrpartisi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarasa, kraeativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. iii. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada kompetensi inti, kompetensi inti, materi ajar, kegitan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
20
3) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Mulyasa (2009:222) cara pengembangan RPP dalam garis besarnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengisi kolom identitas pada RPP. b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan pembelajaran yang telah ditetapkan c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang digunakan d) Merumuskan
tujuan
pembelajaran
berdasarkan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan e) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok f) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan g) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup h) Menentukan sumber belajar yang digunakan i) Menyusun kriterian penilaian, bentuk soal, dan teknik penskoran. RPP yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun melalui beberapa langkah yaitu: menuliskan identitas mata pelajaran, menuliskan Standar Kompetensi (SK), menuliskan Kompetensi Dasar (KD), menuliskan indikator pencapaian kompetensi, menuliskan tujuan pembelajaran, menuliskan materi pembelajaran, menuliskan metode
21
pembelajaran, menuliskan langkah-langkah pembelajaran, menuliskan media/sumber belajar, dan menuliskan penilaian hasil belajar. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kaitannya dengan kompetensi yang akan dicapai (Depdiknas, 2008). Menurut Trianto (2009: 222), lembar kegiatan siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) adalah seperangkat sarana atau sumber belajar yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran yang sistematis.
22
2. Syarat Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lembar kegiatan siswa (LKS) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Hendro Darmodjo & Jenry Kaligis, 1992: 41-46). a)
Syarat didaktik Lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, yaitu: 1) Lembar kegiatan siswa (LKS) yang baik memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga dapat digunakan oleh siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. 2) Lembar kegiatan siswa (LKS) menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep, sehingga LKS berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu. 3) Lembar kegiatan siswa (LKS) memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis, menggambar, berdialog dengan temannnya, menggunakan alat, menyentuh benda nyata, dan sebagainya. 4) Lembar kegiatan siswa (LKS) dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa. Jadi tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep – konsep materi. Oleh karena itu diperlukan bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orang lain, mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain, dan sebagainya. 5) Lembar kegiatan siswa (LKS) memuat pengalaman belajar yang ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran. b) Syarat konstruksi Syarat konstruksi yang dimaksud di sini adalah syaratsyarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Adapun syarat-syarat konstruksi dari LKS yang disusun adalah sebagai berikut. 1) Lembar kegiatan siswa (LKS) menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. 2) Lembar kegiatan siswa (LKS) menggunakan struktur kalimat yang jelas.
23
3) Lembar kegiatan siswa (LKS) memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. 4) Lembar kegiatan siswa (LKS) hendaknya menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Dianjurkan menggunakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. 5) Lembar kegiatan siswa (LKS) tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. 6) Lembar kegiatan siswa (LKS) menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Selain itu, LKS hendaknya memberikan tempat atau bingkai untuk menuliskan jawaban atau keperluan lain. 7) Lembar kegiatan siswa (LKS) menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. 8) Lembar kegiatan siswa (LKS) menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. 9) Lembar kegiatan siswa (LKS) dapat digunakan siswa yang lamban maupun cepat. 10) Lembar kegiatan siswa (LKS) memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat sebagai sumber motivasi. 11) Lembar kegiatan siswa (LKS) mempunyai identitas meliputi nama, kelas, tanggal, dan sebagainya untuk memudahkan siswa. c) Syarat teknis 1) Tulisan Tulisan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan jenis huruf yang jelas dan mudah dibaca dengan ukuran yang sesuai. Selain itu, dianjurkan menggunakan huruf gak besar dan tebal untuk judul topik. 2) Gambar Gambar yang terdapat dalam LKS haruslah berhubungan dengan topik yang sedang dibahas untuk mendukung kejelasan konsep. Gunakan gambar yang baik dan jelas serasikan ukuran gambar dan ukuran huruf dengan ruang yang tersedia. 3) Penampilan Penampilan LKS hendaknya dibuat menarik yaitu meliputi ukuran LKS, desain tampilan baik isi maupun kulit buku yang meliputi tata letak dan ilustrasi. LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun memenuhi beberapa syarat penyusunan yaitu: syarat didaktik, syarat
24
didaktis, dan syarat teknis. Syarat penyusunan LKS juga diterapkan dalam kisi-kisi lembar penilaian LKS oleh validator. 4.
Pendekatan Saintifik a. Pengertian pendekatan saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang "ditemukan". Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan diberi tahu. (Hosnan, 2014:34) Menurut Barringer (2010) pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya pemecahan masalah yang penyelesaian masalahnya tidak mudah dilihat. Pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan
25
memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian. Menurut Yunus Abidin (2014:122) pembelajaran saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perancangan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna mampu melaksanakan kegiatan ini siswa harus dibina kepekaannya, kemampuan dalam menagajukan pertanyaan, mengolah
ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya data
untuk
menjawab
pertanyaan
dan
akhirnya
kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya. Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya pemecahan masalah yang penyelesaian masalahnya tidak mudah dilihat. b. Langkah pembelajaran pendekatan saintifik Menurut Triling dan Fadel (2009 : 93) sintak model pembelajaran saintifik sebagai berikut : 1) Mengajukan pertanyaan Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap objek yang akan dijadikan sebuah penelitian. Berdasarkan pengamatannya
26
tersebut, siswa membuat pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan penelitian. 2) Meneliti pertanyaan Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengujian atas pertanyaan-pertanyaan
yang
telah
dibuatnya.
Pengujian
dimaksudkan untuk mengetes apakah masalah yang diajukan dapat diteliti (logis), terukur, bermanfaat, etis dan faktual. Hasil kegiatan ini adalah rumusan masalah yang layak diteliti. 3) Membuat hipotesis Pada tahap ini siswa membuat sebuah hipotesis atau dugaan sementara atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Proses membuat hipotesis dilakukan dengan mengoptimalkan pengetahuan awal siswa sehingga menjadi proses penalaran induktif. 4) Melaksanakan penelitian Pada tahap ini siswa melakukan serangkaian kegiatan penelitian sederhana. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut,
siswa
mengumpulkan data dan informasi serta mencatatnya dengan baik dan lengkap. 5) Menganalisis data dan membuat simpulan Pada tahap ini siswa menganalisis dan memaknai data hasil penelitian. Proses pemaknaan data dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis dengan teori yang sudah ada atau
27
materi ajar yang ada dibuku yang telah ada. Selanjutnya siswa membuat simpulan atas hasil penelitian yang dilakukannya. 6) Mencipta dan mengkomunikasikan laporan Pada tahap ini siswa menuliskan laporan hasil penelitian, setelah laporan selesai, perwakilan siswa mengomunikasikan laporan tersebut
didalam
kelas
dan
selanjutnya
laporan
tersebut
dipublikasikan. Menurut Yunus Abidin (2014:141), ada empat tahapan dalam model saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Identifikasi masalah Pembelajaran hendaknya diawali dengan sejumlah masalah yang dapat diidentifikasi, baik masalah yang disajikan oleh guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang dirumuskan oleh siswa sendiri. Pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran. 2) Membuat hipotesis Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model pembelajaran siswa harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban
28
sementara atas pertanyaan yang diajukan. Hasil yang didapat dari tahap ini adalah sebuah hipotesis atau dugaan sementara. 3) Mengumpulkan dan menganalisis data Kegiatan pengumpulan
data dapat
dilakukan baik
secara
eksperimen maupun cara yang lain. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah guna dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis. 4) Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk
memaknai
hasil
penelitian
sederhana
yang
telah
dilakukannya. Hasil interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh siswa dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi
oleh
siswa
sendiri
sehingga
diyakini
akan
meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh siswa melalui kegiatan menyimak penjelasan guru. Menurut Daryanto (2014) langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembeajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta.
29
Menurut
Hosnan
(2014
:
39)
langkah
Pembelajaran
menggunakan metode saintifik dapat dilihat seperti tabel berikut : Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Saintifik Kegiatan Aktivitas Belajar Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar, (Observing) menyimak (tanpa dan dengan alat). Menanya (Questioning)
Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)
Mengumpulkan data Menentukan data yang diperlukan dari (Experimenting) pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen). Mengasosiasi (Associating)
Mengomunikasikan
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data / kategori. menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured - uni structure – multistructure – complicated structure. Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. 1) Mengamati 2) Menanya 3) Mengumpulkan informasi 4) Menalar 5) Mengomunikasikan
30
5.
Problem based learning a. Pengertian problem based learning Menurut Eveline Siregar (2011:119) pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa. Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Sedangkan Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:307) pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk ketrampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri. Menurut M.Hosnan (2014:295) model problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga
siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting,
31
dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan dan pengarahan diri. Menurut Arends (2008: 43) dalam pembelajaran problem based learning dirancang agar guru tidak menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar kepada siswa sehingga siswa akan belajar membangun konsepnya secara mandiri melalui permasalahan yang diberikan oleh guru. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dismpulkan bahwa pembelajaran problem based learning yaitu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada proses belajar siswa, dan
pembelajaran dengan
pemberian masalah menggunakan konteks permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungan siswa agar siswa mampu membangun konsepnya secara mandiri dengan arahan dari guru sehingga siswa akan memahami suatu konsep matematika dengan baik. b. Langkah pembelajaran problem based learning Menurut Fogarty (Made Wena, 2009: 92), langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan problem based learning yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Menemukan masalah. Mendefinisikan masalah. Mengumpulkan fakta. Menyusun hipotesis (dugaan sementara). Melakukan penyelidikan. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.
Menurut Arends (2008: 56-60) langkah-langkah dalam menerapkan model problem based learning dalam pembelajaran dikelas yaitu:
32
1) 2) 3) 4) 5)
Memberikan orientasi permasalahan pada siswa Mengorganisasi siswa untuk meneliti Membantu investigasi mandiri maupun kelompok Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:136) langkah
pembelajaran yang dilakikan pada pendekatan problem based learning yaitu: 1) 2) 3) 4)
Mereview dan menyajikan masalah Menyusun strategi Menerapkan strategi Membahas dan mengevaluasi hasil
Sedangkan menurut Yunus Abidin (2014:163) sintak atau langkah pembelajaran pada pendekatan problem based learning yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Menemukan masalah Membangun struktur kerja Menetapkan masalah Mengumpulkan dan berbagi informasi Merumuskan solusi Menentukan solusi terbaik Menyajikan solusi Dari beberapa pendapat di atas, dapat dismpulkan bahwa sintak
atau langkah-langkah pembelajaran pada problem based learning yaitu: a. Orientasi siswa pada masalah b. Mengumpulkan fakta dan mengidentifikasi masalah c. Menyusun strategi d. Menerapkan strategi e. Menyajikan solusi
33
f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah g. Menarik kesimpulan 6.
Kemandirian belajar Menurut Constance Kamii (200 : 56) mandiri atau kemandirian berarti diperintah oleh diri sendiri , dimana setiap pribadi berhak membuat keputusan bagi diri sendiri tanpa bergantung oleh orang lain. Menurut Mohammad Ali dan Asrori (2006 :110), individu yang mandiri adalah individu yang berani mengambil keputusan yang dilandasi pemahaman pemahaman akan segala konsekuensi atau tindakannya. Menurut Hamzah B. Uno (2008 :77) kemandirian adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang dianggap mandiri dianggap mampu bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan menurut Rusman (2011: 353) mandiri mempunyai arti tidak bergantung orang lain, bebas dan dapat melakukan sendiri. Berdasarkan beberapa uraian tentang kemandirian. Tampak bahwa seorang siswa perlu mempunyai kemandirian dalam belajar. Dengan kemandirian siswa dapat dengan sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Umar Tirtarahardja & La Solo (2000:50) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemampuan sendiri, pilihan sendiri dan bertanggung jawab sendiri dari
34
pelajar. Menurut Arends (2007: 384), dalam kemandirian belajar guru berperan sebagai pembimbing yang selalu mendorong dan memberikan penghargaan kepada siswanya untuk bertanya dan mencari solusi dalam masalah nyata dengan jalan mereka masing-masing. Siswa diharapkan dapat belajar untuk menerapkan apa yang telah dipelajari secara mandiri dalam kehidupan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa aktif mengembangkan
kemandirian
belajar
dan
guru
aktif
sebagai
pembimbing dan motivator bagi siswa. Menurut Haris Mudjiman (2007)
belajar mandiri adalah
kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Sedangkan menurut Brokfield (dalam Martinis Yamin, 2008 :115) Kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar dan evaluasi hasil belajar. Menurut Sharon Zumrun (2011 :4) Self-regulated learning is a process that assists students in managing their thoughts, behaviors, and emotions in order to successfully navigate their learning experiences. This process occurs when a student’s purposeful actions and processes are directed towards the acquisition of information or skills.
35
Atau apabila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia kurang lebih Kemandirian belajar adalah proses yang membantu siswa dalam mengelola
pikiran
mereka,
perilaku
dan
emosi
agar
berhasil
mengarahkan pengalaman belajar. Proses ini terjadi ketika tidakan tujuan siswa yang diarahkan oleh informasi yang diperoleh atau ketrampilan yang dimiliki. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah rasa ketidakbergantungan pada orang lain dalam belajar, bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta kesiapan individu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar dan evaluasi hasil belajar. Sehingga aspek yang diukur dalam kemandirian belajar adalah ketidakbergantungan pada orang lain, bertanggung jawab dan mempunyai inisiatif. 7.
Prestasi Belajar Menurut Arends dan Kilcher (2010:59) "Achievement is satisfied when students strive to learn particular subjects or acquire difficult skills and are succesful in their quest." Prestasi merupakan suatu kepuasan ketika siswa berusaha untuk mempelajari suatu pelajaran atau mampu menguasai ketrampilan yang sulit dan memperoleh kesuksesan dalam upaya mereka. Menurut Suratinah Tirtonegoro (2001:3) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang
36
mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut
Ngalim Purwanto (2006:43) mengatakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha sebagaimana dinyatakan dalam raport dan prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Menurut Oemar Hamalik (2010: 18) prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Menurut
Suharsimi
Arikunto
(2001:4)
prestasi
belajar
mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan menurut bidang studi. Tujuan yang ditetapkan biasanya berupa kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasi oleh siswa. Senada dengan hal tersebut Winkel (2002 : 162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi belajar dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat ukur di bidang pendidikan yang
sangat
penting,
artinya
sebagai
sumber
pengambilan keputusan (Saifudin Azwar, 1996: 9).
informasi
guna
Prestasi belajar
diperoleh dengan perangkat tes dan hasil tes dapat memberi informasi tentang apa yang telah dikuasai oleh siswa, serta dapat memberi
37
informasi kedudukan siswa dibandingkan dengan siswa yang lain atau kelompoknya. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan berprestasi atau berhasil dalam suatu pelajaran tertentu jika mampu menyelesaikan tes prestasi belajar tersebut dengan baik. Sedangkan menurut Zainal Arifin (1991: 3-4) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: a. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b. Sebagai lambing penguasaan hasrat ingin tahu. c. Sebagai bahan informasi dalam pendidikan. Dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan suatu pendidikan. d. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan tingkat produktifitas secara institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. e. Sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa merupakan masalah yang utama karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai berupa penguasaan kompetensikompetensi dasar yang dikuasi oleh siswa. Hasil tersebut didapat dari sebuah tes prestasi belajar yang dibuat oleh guru di akhir pembelajaran.
38
8.
Tinjauan Materi Aritmetika Sosial Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maka materi
Aritmetika sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang
dipelajari di SMP kelas VII semester I. Namun, karena ada kebijakan pemerintah untuk memberlakukan kurikulum 2013 pada semester 1 maka materi aritmetika sosial belum dipelajari pada semester 1. Sehingga pada aritmetika sosial dipelajari pada semester II. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi Aritmetika sosial disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Aritmetika sosial SMP Kelas VII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Aljabar 3. Menggunakan bentuk aljabar, 3.3 Mengunakan konsep aljabar persamaan dan pertidaksamaan dalam pemecahan masalah linier satu variabel, dan aritmetika sosial yang perbandingan dalam sederhana pemecahan masalah Dalam materi pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat: a. Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagian. b. Menentukan besar harga jual dan harga beli c. Menentukan besar untung dan rugi d. Menetukan besar persentase untung dan rugi e. Menetukan besar rabat atau diskon f. Menentukan besar Bruto, netto dan tara g. Menetukan besar bunga tabungan h. Menentukan besar Pajak
39
Deskripsi singkat materi yang dipelajari dalam aritmetika sosial adalah sebagai berikut: a. Aritmetika sosial dalam kehidupan sehari hari Harga per unit
=
Harga keseluruhan = harga per unit x banyaknya unit Harga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Sedangkan harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli. Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian dan rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika penjualan kurang dari harga pembelian Dapat dirumuskan hubungan antara untung, rugi, harga pembelian dan harga penjualan adalah sebagai berikut : 1) Untung = harga penjualan – harga pembelian 2) Rugi = harga pembelian – harga penjualan b. Persentase keuntungan dan kerugian
1) Persentase keuntungan = 2) Persentase kerugian =
x 100% x 100%
40
c. Diskon atau rabat, bruto, tara dan netto Diskon adalah potongan harga yang diberikan oleh toko atau tempat perbelanjaan kepada konsumen, sedangkan Rabat adalah potongan harga yang diberikan oleh agen kepada toko. Sehingga dapat dirumuskan : 1) Diskon = harga awal – harga akhir (harga bersih) 2) Harga bersih = harga awal – Diskon Bruto adalah berat kotor suatu barang, netto adalah berat bersih suatu barang, dan Tara adalah potongan berat. Dapat dirumuskam ubungan antara bruto, tara dan netto adalah Bruto = netto + Tara dan Harga bersih = netto x harga satuan. d. Bunga tabungan dan pajak Bunga tabungan adalah uang tambahan yang diberikan oleh pihak Bank kepada nasabahnya yang menabung di Bank tersebut. Ada 2 jenis bunga tabungan, yaitu : 1) Bunga tunggal : yaitu bunga yang diberikan hanya untuk sejumlah uang yang ditabungkan. 2) Bunga majemuk: bunga yang diberikan tidak hanya uang yang ditabungkan. Bunganya berbunga lagi. Rumus umum dalam menghitung bunga adalah 1) Bunga 1 tahun = persen bunga x Modal 2) Bunga b bulan =
x persen bunga x Modal
41
Bunga pinjaman adalah uang tambahan yang diberikan oleh nasabah kepada pihak bank karena meminjam uang pada Bank. Sedangkan angsuran atau cicilan adalah uang yang diserahkan kepada pihak Bank secara bertahap untuk melunasi pinjaman. Rumus umum untuk menghitung cicilan adalah Cicilan = Pajak
adalah
suatu
kewajiban
dari
masyarakat
untuk
menyerahkan sebagian kekayaannya kepada negara menurut peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, tetapi tanpa mendapat jasa balik dari negara secara langsung, dan hasil pajak digunakan untuk kesejahteraan umum. Jenis – jenis pajak 1) Pajak penghasilan (PPh) Pajak penghasilan adalah Pajak yang harus dibayarkan oleh Pegawai tetap swasta maupun negeri dari penghasilan kena pajak. 2) Pajak pertambahan nilai (PPN) Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. 9.
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik berbasis problem based learning Berdasarkan kajian teori yang sudah diuraikan diatas, Memperhatikan kedua langkah pembelajaran tersebut, maka pembelajaran pendekatan saintifik dan pembelajaran problem based learning
42
dapat
digabungkan menjadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik bebasis problem based learning . Langkah pembelajaran
dengan pendekatan
saintifik berbasis problem based learning adalah sebagai berikut. Tabel 4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Problem Based Learning Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik Problem Based berbasis Problem Based Learning Learning Mengamati Orientasi siswa pada Mengamati masalah masalah Menanya Menanya Mengumpulkan Mengumpulkan fakta Mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi informasi dengan masalah mengidentifikasi masalah Mengasosiasi atau Menyusun strategi Menalar dengan menalar menyusun langkah penyelesaian Menerapkan strategi Menyelesaikan masalah Mengomunikasikan Menyajikan solusi Menyajikan solusi atau mengomunikasikan Menganalisis dan Menganalisis dan mengevaluasi proses mengevaluasi proses pemecahan masalah pemecahan masalah Menarik kesimpulan Menarik kesimpulan Berikut
adalah
penjelasan
dari
masing-masing
pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis
langkah
problem based
learning. a. Mengamati masalah Siswa melakukan pengamatan langsung terhadap masalah yang barkaitan dengan materi pembelajaran dengan cara melihat, membaca, memahami, dan mengamati masalah yang ada. Diharapkan dengan mengamati masalah siswa merasa tertantang untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya.
43
b. Menanya Kegiatan menanya (questioning) dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan untuk mengetahui informasi yang tidak dipahami atau untuk mendapatkan informasi tambahan. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga tingkat kesulitan siswa dalam memahami permasalahan. c. Mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi masalah Tidak lanjut dari kegiatan menanya adalah kegiatan mengumpulkan informasi. Melalui kegiatan ini siswa menggali dan mengumpulkan informasi melalui berbagai sumber. Sehingga peserta didik dapat membaca buku atau melakukan eksperimen agar terkumpul sejumlah informasi. Selain itu, mengumpulkan informasi juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang diberikan. d. Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian masalah Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran dalam hal ini dapat dilakukan dengan menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar
bagaimana
siswa
menyelesaikan masalah. e. Menyelesaikan masalah
44
mengerjakan
atau
mencari
cara
Setelah menyusun langkah penyelesaian masalah atau menalar bagaimana siswa mengerjakan atau mencari cara menyelesaikan masalah. Hal yang dilakukan siswa selanjutnya adalah menyelasaikan masalah yang ada. f. Menyajikan solusi atau mengomunikasikan Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dan proses pemecahan masalah. Siswa dapat menuliskan atau menceritakan apa yang mereka dapatkan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Kegiatan ini disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa baik dalam bentuk kelompok maupun individu. g. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Setelah perwakilan siswa mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dan proses pemecahan masalah, siswa lain diberikan kesempatan untuk menganalisis proses pemecahan masalah dan diberikan kesempatan untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan memberikan pertanyaan, kritik, dan saran h. Menarik kesimpulan Siswa melakukan kesimpulan akhir terhadap materi yang diajarkan pada satu pertemuan. Simpulan ini hendaknya mrangkum semua materi yang diajarkan dan apa yang dipelajari pada pertemuan tersebut.
45
10. Perangkat pembelajaran Aritmetika sosial dengan pendekatan saintifik berbasis problem based learning berorientasi kemandirian dan prestasi belajar Berdasarkan kajian teori yang sudah diuraikan sebelumnya, maka yang dimaksud perangkat pembelajaran Aritmetika sosial dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis problem based learning berorientasi kemandirian dan prestasi belajar adalah suatu perangkat pembelajaran untuk membelajarkan materi aritmetika sosial yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang dikembangkan menggunakan langkah pembelajaran
pendekatan
saintifik
berbasis
problem
based
learning
untuk
menumbuhkembangkan kemandirian dan prestasi belajar. RPP yang disusun disesuaikan dengan komponen-komponen RPP yang termuat dalam permendiknas No 41 tahun 2007, dan langkah pembelajaran pendekatan saintifik berbasis problem based learning. Pendekatan saintifik berbasis problem based learning merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP yaitu adanya pembelajaran dengan Student Center. Oleh karena itu, pendekatan ini digunakan untuk penyusunan RPP. Sehingga dalam pembuatan RPP terdapat langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis problem based learning, yaitu: a. Mengamati masalah b. Menanya c. Mengumpulkan informasi dengan mengidentifikasi masalah d. Menalar dengan menyusun langkah penyelesaian masalah
46
e. Menyelesaikan masalah f. Menyajikan solusi atau mengomunikasikan g. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah h. Menarik kesimpulan Sementara itu, LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis yang digunakan sebagai pelengkap RPP untuk mengembangkan kemandirian dan prestasi belajar siswa. Beberapa spesifikasi yang terdapat dalam LKS adalah sebagai berikut: a. LKS diawali dengan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berguna sebagai motivasi. b. LKS memuat aktivitas yang menuntun siswa menemukan konsep sesuai prinsip pendekatan saintifik. c. LKS memuat proyek mandiri untuk melatih siswa meningkat kemandirian dalam belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis problem based learning diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa. 11. Kualitas pengembangan perangkat pembelajaran Van den Akker dan Nieveen (Rochmad. 2011: 14) menyatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan perlu memperhatikan kriteria kualitas. Untuk menguji kualitas kelayakan produk dengan
47
memenuhi syararat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Kualitas produk dikatakan layak apabila memenuhi kriteria –kriteria berikut : a. Kevalidan Menurut Suharsimi Arikunto (2002) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atas kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Nieveen (1999) aspek validitas dapat dilihat dari: (1) apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah sesuai dengan teoritiknya; dan (2) apakah terdapat konsistensi internal pada setiap komponennya. Sementara itu, Van den Akker (1999: 10) menyatakan: “validity refers to the extent that design of the intervention is based on state-of-the art knowledge various
(content validity)
and that the
components of the intervention are consistently linked
toeach other(construct validity).” Validitas mengacu pada apakah produk yang dikembangkan sesuai desain yang didasarkan pada pengetahuan (validitas ini) dan berbagai macam komponen yang berkaitan satu dengan lainya (validitas konstruk). Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dinyatakan valid jika dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh dosen. Kelayakan RPP dinilai dari aspek
48
kelengkapan yang mengacu permendikna No 41 tahun 2007 dan kesesuaian dengan pendekatakan saintifik berbasis problem based learning. Sedangkan kelayakan LKS dinilai dari tiga aspek kelayakan yang dinyatakan oleh Hendro Darmojo dan RE Kaligis yang terdiri dari aspek didaktik, aspek kontruksi, dan aspek teknis. b. Aspek kepraktisan Van den Akker (1999: 10) menyatakan: “practically refers to the extent that user (or otherexperts) consider the intervention as appealing and usable in normal conditions.” kurang lebih artinya kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau ahli) menganggap perangkat pembelajaran dapat digunakan dan disukai pada kondisi normal. Sedangkan menurut Nieveen (1999) berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, Nieven mengukur tingkat kepraktisan dilihat dari apakah guru (atau ahli) menganggap materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Dalam penelitian ini, Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika peserta didik dan guru memberikan respon baik terhadap penggunaan perangkat pembelajaran. Respon yang dimaksud adalah terkait dengan keterbantuan dan kemudahan dalam penggunaan perangkat pembelajaran.
c. Aspek Keefektifan
49
van den Akker (1999: 10) menyatakan:“effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention are consistent with the intended aims.” Keefektifan mengacu pada tingkatan
berdasarkan
pengalaman
menggunakan
dan
hasil
konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Sedangkan Chomsin dan Jasmadi (2008 : 48) Efektif berarti membawa pengaruh atau hasil sesuai dengan tujuan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika RPP dan LKS yang digunakan dapa membantu siswa mencapai kompetensi yang harus dimilikinya. Menurut Nieveen (1999) keefektifan dilihat dari tingkat penghargaan siswa dalam mempelajari program dan keinginan siswa untuk terus menggunakan program tersebut. Dalam penelitian pengembangan di bidang pembelajaran, indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan model dikatakan efektif misalnya dapat dilihat dari komponen-komponen: (1) hasil belajar siswa; (2) aktivitas siswa; dan (3) kemampuan siswa dalam matematika. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa dan kemampuan siswa dalam matematika menunjukan dengan tes prestasi belajar. Sehingga perangkar pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari presrasi belajar jika rata-rata nilai tes presrasi belajar siswa lebih dari KKM, yaitu 72. Sedangkan aktivitas siswa ditunjukan dengan kemandirian belajar, Sehingga perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemandirian belajar, jika rata-rata skor
50
kemandirian belajar yang dicapai minimal pada skor kemandirian belajar yang dicapai minimal pada kategori baik yaitu lebih dari 84. B. Penelitian yang Relevan Beberapa Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain 1. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana Mutia Dewi (2013) tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah untuk siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian menunjukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai dari segi kevalidan, kepraktisan dan keefektifan memiiliki kriteria baik, dapat diterapkan pada proses pembelajaran. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Senja Arsita (2014) tentang pengembangan LKS berbasis masalah pada materi persamaan dan fungsi kuadrat untuk SMA kelas X dengan kurikulum 2013. Hasil penelitian menunjukan kualitas LKS yang dikembangkan dinilai dari segi kevalidan, kepraktisan dan keefektifan memiiliki kriteria baik, dapat diterapkan pada proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan saintifik. Sehingga penelitian ini sangat relevan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Dwi Astuti (2014) tentang penerapan problem based learning
dalam meningkatan kemandirian belajar dan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan
menggunakan Problem Based Learning, peresentase kemandirian belajar siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Yogyakarta meningkat.
51
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sopiyan (2010) tentang efektifitas model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian ini menunujukan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa. Walaupun penelitian ini meneliti tentang hasil belajar, namun pnelitian ini masih relevan. Hal ini dikarenakan hasil belajar digunakan untuk mengukur prestasi belajar. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati (2014) tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis scientifik terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII di SMP N 1 Margahayu, Jawa Barat. 6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsir Kamal (2014) tentang implementasi pendekatan scientifik untuk meningkat kemandirian belajar siswa kelas X SMA Negeri 10 Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
scientifik
dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa yang terdiri dari lima langkah pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengasosiasi, mengumpulkan informasi dan mengomunikasikan mampu meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa. Hal ini tampak adanya peningkatan percaya
52
diri, peningkatan inisiatif, peningkatan tanggung jawab dan peningkatan motivasi dalam belajar matematika. Walaupun penelitian ini untuk siswa SMA kelas X, namun penelitian ini masih relevan. Hal ini dikarenakan siswa SMA kelas X masih dalam tahap perkembangan kognitif operasional formal sama halnya dengan siswa SMP kelas VII. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Etherington. M.B (2011) dengan judul “Investigative Primery Science: A Problem Based Learning Approach”. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar sains dengan menggunakan problem based learning sangat baik. Selain itu, diqrekomendasikan agar dapat menggunakan pembelajaran dengan problem based learning. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Frank Quinn (2012) dengan judul “A Science of learning Approach to Mathematic Education”. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa mudah memahami matematika dengan menggunakan
pendekatan
saintifik.
Hal
ini
dikarenakan
menemukan sendiri konsep matematika pada pembelajaran.
53
siswa
C. Kerangka Berpikir
54