BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki
siswa dari proses belajar
mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu sendiri tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007:6) bahwa “Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik”. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku anak, karena sebagian besar perkembangan anak berlangsung melalui kegiatan belajar. Perkembangan dimaksud meliputi perkembangan psikologi, perkembangan kognisi, dan perkembangan psikososial (Nuryanti, 2008 : 31). Beberapa ahli yang mendefinisikan tentang pengertian belajar atau “learning”. Fontana (dalam Panen, 2001: 2) mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman. Seperti Fontana, Gagne (dalam Panen, 2001: 2) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Pengertian ini senada dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Hilgard dan Bower (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 5) yaitu bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Pengertian lain tentang belajar, juga dikemukakan oleh Skinner (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 5) bahwa belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Thursan Hakim (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 6) juga mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dan ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang sendirinya terjadi karena proses kematangan.
2.2
Hakikat Motivasi Belajar
2.2.1
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi sebagai dorongan atau kemauan untuk melakukan sesuatu. Jika
dikaitkan dengan kegiatan bimbingan maka siswa berkedudukan sebagai objek motivasi dan pemberi bimbingan adalah guru sebagai subjek motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan atau sokongan moril, alasan, tujuan, dan tindakan. Hal ini identik dengan motivator yang diartikan sebagai pendorong, penggerak, pemberi semangat, serta penganjur dan pemberi motivasi seperti yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman (2001, http://skripritha.blogspot.com, diakses tanggal 3 April 2013) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi sebagai upaya untuk merespon setiap intuisi sehingga melahirkan perbuatan atau tingkah laku. Dalam hal ini perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar mengajar dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Eysenck, dkk, (dalam Slameto, 2010: 170), merumuskan motivsi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, tetapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh para pengajar. Mungkin siswa cukup termotivasi untuk
berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat sama ada kekuatan-kekuatan yang lain seperti teman-teman yang mendorong untuk tidak berprestasi di sekolah. Sardiman (2004 : 75) mengemukakan bahwa motivasi sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Sejalan dengan itu MC Donald dalam Sardiman ( 2004 : 73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan memerlukan Feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pendapat lain tentang motivasi dikemukakan oleh Sartain (dalam Purwanto, 2007 : 61) bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu. Selanjutnya Uno (2008: 9) mengemukakan bahwa “motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya”. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa “motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekstenal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Dalam hal ini indikator motivasi belajar yang dimaksud yakni, (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya perhargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yag kondusif. Selain itu, Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan (http://www.sarjanaku.com, diakses pada tanggal 29 maret 2013). Pendapat lain juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 19) bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu usaha dalam mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang terarah dan berlangsung secara efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. dan juga motivasi merupakan suatu unsur yang dapat memberikan dorongan atau keinginan seseorang untuk dapat melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan belajar. 2.2.2
Jenis-jenis Motivasi Terdapat dua jenis motivasi menurut Djamarah (2002: 96), yaitu:
a.
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. b.
Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Sejalan
dengan
pendapat
tersebut,
dalam
(http://menarailmuku.blogspot.com, diakses pada tanggal 2 april 2013) Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. a. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. b. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik tumbuh karena kesadaran akan tugas dan tanggungannya sebagai siswa yang harus memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar agar siswa bergairah dalam belajar. 2.2.3
Fungsi Motivasi Menurut Purwanto (2007: 70) fungsi motivasi yaitu:
1. Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2. Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. 3. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai berikut: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat
atau
lambatnya
suatu
perbuatan
(dalam
http://skripritha.blogspot.com, diakses tanggal 3 April 2013). Oemar Hamalik (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 20) juga menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi,yaitu: 1.
Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi
sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, dalam diri setiap siswa pentingnya adanya motivasi tersebut karena dengan motivasi siswa dapat terdorong, terarah, dan tergerak keinginanannya untuk melakukan sesuatu dalam hal ini motivasi untuk belajar, sehinga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan cita-citanya. 2.3
Peranan Motivasi Dalam Belajar Menurut Uno (2008: 27) bahwa peranan motivasi dalam belajar yaitu:
1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. 2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. 3. Motivasi menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia midah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. 2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan
atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: 1.
Faktor dari dalam diri siswa Faktor dari dalam diri siswa, berupa karakteristik siswa, baik fisiologi
maupun psikologis. Mengenai fisiologi ialah bagaimana kondisi fisik, panca
indera, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minat, tingkat kecerdasan siswa, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya. 2.
Faktor dari luar diri siswa Adapun faktor dari luar diri siswa berupa lingkungan dan instrumental. Yang
termasuk lingkungan yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Kemudian yang termasuk instrumental atau faktor-faktor yang disengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, saran dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku disekolah yang bersangkutan ( Purwanto, 2007: 107). Dalam pendapat lain, faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar yakni: a)
Faktor-faktor intern
1.
Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
2.
Faktor fhsikologis yaitu intelegensi, minat dan motivasi, perhatian dan bakat, kematangan dan kesiapan.
3.
Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani, kelelahan rohani.
b)
Faktor ekstern
1.
Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah.
2.
Faktor sekolah yaitu metode mengajar dan kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung dan metode belajar, standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
3.
Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto, 2010 :54-71)
Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, peneliti dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor
tersebut, baik dari psikologis,
lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren. Hal sama dikemukakan oleh Sardiman (2004 : 89) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa yaitu : 1.
Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap siswa sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2.
Motivasi Ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Siswa itu belajar dari harapan dengan mendapat nilai baik. Sehingga akan dipuji oleh orang tuanya. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono (2009:
97) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1.
Cita-cita / aspirasi Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-
cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana citacita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan
pertumbuhan keperibadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan. 2.
Kemampuan siswa Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya
motivasi. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi. 3.
Kondisi siswa dan lingkungan Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan
sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat. Begitu juga
dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat)
mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang. 4.
Unsur dinamis dan pengajaran Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh pengalaman. 5.
Upaya guru dalam pengajaran siswa Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai
peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan. Pendapat
lain
juga
diungkapkan
oleh
Brophy
(dalam
http://www.psycholovegy.com, diakses tanggal 3 April 2013) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu: a.
Harapan guru
b.
Instruksi langsung
c.
Umpanbalik (feedback) yang tepat
d.
Penguatan dan hadiah
e.
Hukuman Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang
termotivasi maupun tidak termotivasi belajar itu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini ada faktor dari dalam diri anak tersebut dan faktor dari luar diri anak, yakni seperti lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 2.5
Upaya Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan
belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan Dimyanti dan Mudjiono (2009: 101) anatara lain: 1.
Optimalisasi penerapan prinsip belajar Upaya pembelajaran terkait dengan dengan beberapa prinsip belajar.
Beberapa prinsip belajar antara lain sebagai berikut :
(1)
belajar
menjadi
bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hirarkis. (2) Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantagnya. (3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu. (4) Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah. (5) Belajar menjadi menentang bila siswa memahami prinsp penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari.
2.
Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. oleh karena itu,
guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut sebagai berikut: (1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. (2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya. (3) Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. (4) Memanfaatkan
unsur-unsur
lingkungan
yang
mendorong
belajar.
(5)
Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. (6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. 3.
Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa
dalam mengola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkannya. (4) Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru member kesempatan pada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru memberi
penguatan pada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. 4.
Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan
mendidikkan cita-cita bangsa. Upaya mendidikan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: (1) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan. (2) Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar. (3) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar. (4) Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar. (5) Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai. (6) Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau pendeta, pramuka, dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat. Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut. Pendapat lain dikemukakan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu: a.
Menjelaskan tujuan kepada peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. b.
Hadiah Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. c.
Saingan/kompetisi. Guru
berusaha
mengadakan
persaingan
di
antara
siswanya
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.
Pujian Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau
pujian.Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi. e.
Hukuman Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya. f.
Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa. g.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal
belajar. h.
Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok. Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan
hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode
yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan. i.
Menggunakan metode yang bervariasi Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa. j.
Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal senada juga diungkapkan oleh
(Djamarah dan zain, 2006 : 149)
motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu: a)
Memberi angka Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil
aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi. b)
Hadiah Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak
didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c)
Pujian Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang
diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi. d)
Gerakan tubuh Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan
kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang. e)
Memberi tugas Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera
diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan. f)
Memberikan ulangan Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil
pengajaran
dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk
mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru. g)
Mengetahui hasil Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu
sifat yang ada pada setiap manusia.Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h)
Hukuman Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang
melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Sedangkan dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan.