19
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri 1. Pengertian Hak dan Kewajiban Perkawinan sebagai perbuatan hukum antara suami dan istri, bukan saja bermakna untuk merealisasikan ibadah kepada Allah swt. tetapi sekaligus menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara keduanya. Namun demikian, karena tujuan perkawinan yang begitu luhur, yakni untuk membina keluarga yang bahagia, kekal, abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perlu diatur hak dan kewajiban antara suami istri. Yang dimaksud dengan hak disini adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, baik berupa materi ataupun non materi. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah segala sesuatu yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan suami istri di dalam sebuah rumah tangga, suami mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula dengan istri. Istri juga mempunyai beberapa kewajiban seperti yang disyaratkan di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 228.
19
20
Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”1 Ayat diatas menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai beberapa kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suaminya, sedangkan hak istri adalah kewajiban bagi suami. Ayat diatas juga mengandung pengertian bahwa baik suami maupun istri memiliki hak dan kewajiban yang seimbang. Tetapi disini suami memiliki kedudukan setingkat lebih tinggi daripada istri, yakni sebagai kepala rumah tangga.
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Apabila akad nikah telah sah dan perkawinan telah berjalan, maka akan menimbulkan akibat hukum serta menimbulkan pula hak dan kewajiban antara suami istri. Dan ini merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan tujuan dari suatu perkawinan, yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.2
55 pasal 1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1976),
2
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006),
21
a. Hak Bersama Suami Istri Yang dimaksud dengan hak bersama suami istri disini adalah hak bersama secara timbal balik dari pasangan suami istri.3 Hak ini timbul dikarenakan suami istri telah melangsungkan akad nikah. Dan diantara hak bersama antara suami istri antara lain : 1) Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual. Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama antara suami istri yang dihalalkan secara timbal balik. Jadi, bagi suami halal berbuat kepada istrinya, sebagaimana istri kepada suaminya. Mengadakan hubungan seksual ini adalah hak bagi suami istri, dan tidak boleh dilakukan kalau tidak secara bersamaan, sebagaimana tidak dapat dilakukan secara sepihak saja. 2) Sucinya hubungan perbesanan. Dalam hal ini haram melakukan perkawinan; yaitu istri haram dinikahi oleh ayah suaminya, serta semua laki-laki dari pihak suami. Begitu pula suaminya haram bagi semua perempuan dari pihak istri 3) Berlaku hak pusaka-mempusakai. Hak untuk saling mendapat harta waris dari ikatan perkawinan yang sah, bilamana salah seorang dari suami atau istri meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2009), 163
22
perkawinan. Meskipun belum pernah berhubungan seksual.4 b. Kewajiban Bersama Suami Istri Dengan telah terjadinya perkawinan yang sah, maka pasangan suami istri mempunyai kewajiban bersama yang antara lain : 1) Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. 2) Suami istri saling cinta-mencintai, serta saling menghormati, dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lain. 3) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan tersebut.5 Apabila suami dan istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntunan agama, yaitu sakinah, mawaddah, wa rahmah. Menurut Idris Ramulyo, di dalam bukunya “Hukum Perkawinan Islam”, hak dan kewajiban suami istri adalah sebagai berikut :6
1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah 4
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2006), 156 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, 163-164 6 Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), 88 5
23
tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. 2) Suami istri wajib saling mencintai, saling menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain 3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun kecerdasan dan pendidikan. 4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya. 5) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
3. Kewajiban Suami Terhadap Istri Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya dapat dibagi menjadi dua bagian; yang pertama, kewajiban suami yang bersifat materi. Sedangkan yang kedua adalah kewajiban suami yang tidak bersifat materi. Kewajiban suami yang bersifat materi adalah nafkah. Nafkah disini dimulai sejak akad pernikahan berlangsung, yakni suami wajib memberikan mahar kepada istrinya.
Adapun kewajiban suami yang tidak bersifat materi adalah :7 7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, 160-161 ; Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : Raja
24
a. Menggauli istrinya secara baik. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa' ayat 19. ☺
Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” 8 Yang dimaksud dengan pergaulan disini secara khusus adalah pergaulan suami istri yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan seksual. Bentuk pergaulan yang dikatakan dalam ayat tersebut diistilahkan dengan makruf yang mengandung arti secara baik. Sedangkan bagaimana bentuk yang makruf itu tidak dijelaskan oleh Allah secara khusus. Dalam hal ini diserahkan kepada pertimbangan alur dan patut menurut pandangan adat dan lingkungan setempat serta persetujuan dari suami istri yang melakukannya. b. Menjaga istrinya dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya. Hal ini dapat dipahami dari perintah Allah.
⌧
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Grafindo Persada, 1997), 186 8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 119
25
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 9 Dalam ayat ini terkandung suruhan untuk menjaga kehidupan beragama istrinya, membuat istrinya taat menjalankan ajaran agama. Serta menjauhkan istrinya dari segala sesuatu yang dapat menyebabkan jauh dari agama. Untuk maksud tersebut suami wajib memberikan pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan lain, yang berguna bagi istri dalam kedudukannya sebagai seorang istri di dalam sebuah keluarga. c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan oleh Allah swt., yakni mewujudkan perkawinan yang bahagia dan sejahtera. Sehingga istri merasa tenang berada didalamnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 21. ☯ ☺ ⌧
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” 10 4. Kewajiban Istri Terhadap Suami 9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 951 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 644
10
26
Disamping
hak-hak
yang
telah
diperoleh
dari
terlaksananya
kewajiban-kewajiban suami, istri juga memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan agar kehidupan berumah tangga bisa tentram, bahagia, dan sejahtera. Dan diantara kewajiban-kewajiban istri antara lain : a. Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik. Karena perintah untuk menggauli ini berlaku untuk timbal balik. b. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya. Serta memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya. Hal ini sejalan dengan bunyi surat ar-Rum ayat 21 di atas, karena ayat ini ditujukan kepada masing-masing pihak, baik suami maupun istri. c. Taat dan patuh kepada suaminya, selama suaminya tidak menyuruhnya untuk
melakukan perbuatan maksiat. Kewajiban mematuhi suami ini
dapat dilihat dari Firman Allah dalam surat an-Nisa' ayat 34. ☺ ☺ ⌧ ⌧
Artinya :
☺
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
27
Karena Allah Telah memelihara (mereka).” 11 Mematuhi suami disini mengandung arti mengikuti apa yang disuruhnya dan menghentikan apa-apa yang dilarangnya. Selama perintah dan larangan itu tidak menyalahi ketentuan agama. Tetapi apabila perintah suami tersebut tidak sejalan dengan ajaran agama, tidak ada kewajiban istri untuk melaksanakannya.12 d. Dan termasuk kewajiban istri adalah memberikan air susu kepada anakanaknya, meskipun dalam hal ini masih ada perselisihan diantara ulama’.13 Di dalam buku “kiprah muslimah dalam keluarga islam” dijelaskan bahwa kewajiban istri adalah :14 a. Kewajiban menjaga dan memelihara rumah, harta, dan putra-putrinya Yang dimaksud memelihara disini adalah agar istri menjaga dan memperhatikan kerapian rumah. Pada hakikatnya, seorang istri itu tidak dituntut untuk dapat melakukan urusan rumah tangga dan pekerjaan yang ada di dalam rumah. Hanya saja Islam sangat menyukai bila pekerjaanpekerjaan seperti itu dilaksanakan oleh seorang istri. Islam menganggap semua itu sebagai perbuatan yang disukai dan merupakan upaya 11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 123 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, 162 13 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid 2, Terjemahan, (Jakarta : Pustaka Amani, 2007), 525 14 Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah Dalam Keluarga Islam, (Bandung : Mizan, 1990), 124-130 12
28
mendekatkan diri kepada Allah swt. b. Kewajiban untuk bersikap dan berpenampilan yang baik Disini seorang istri harus bisa menyenangkan hati suaminya. Sang istri dapat melakukannya dengan cara selalu menjaga kecantikan, berhias diri, bersikap menyayangi, serta penuh simpatik dan perhatian kepada suaminya. c. Kewajiban untuk taat kepada suami Keluarga merupakan organisasi kemasyarakatan yang agung. Keutuhan, ketentraman, dan kokohnya bangunan sebuah keluarga akan membuat masyarakat menjadi kuat dan teratur. Islam telah menetapkan agar istri taat dan patuh kepada suami. Semua itu dimaksudkan untuk menjaga keutuhan keluarga, serta kebahagiaan di dalam keluarga. d. Kewajiban menggauli dengan baik Kewajiban
menggauli
dengan
baik
ini
diperlukan
untuk
mewujudkan suasana keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan ketenangan bagi suami dan anak-anak. Di samping itu, kewajiban ini juga dapat menjauhkan segala penyebab kegelisahan, rasa benci, dan perbuatan lainnya yang dapat mengeruhkan suasana dalam keluarga. Semua itu dapat
dicapai
oleh
seorang
istri
dengan
mencintai
suaminya,
menyayanginya, dan mengisi suasana rumah tangga dengan perasaanperasaan cinta dan kasih sayang. Sehingga suami tidak melihat kejelekan pada istrinya dan tidak mendengar dari istrinya sesuatu yang tidak disukai
29
suaminya.
B. Etika Bergaul Antara Suami Istri Segala puji bagi Allah, yang telah mengangkat dan meninggikan derajat pernikahan, serta yang mendirikan agama untuk menghalalkan pernikahan dan menjadikannya sebagai sebab dari kelestarian hidup manusia di dunia serta meramaikan (memakmurkan) bumi karenanya. Dan seks bukanlah kata yang selalu terasosiasi dengan perilaku kotor. Seks merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Allah swt. tidak hanya mengajarkan
bagaimana
manusia
menyembah
Tuhan-Nya,
tetapi
juga
membicarakan tentang reproduksi, kreasi, kehidupan keluarga, menstruasi, bahkan ejakulasi dalam Kitab-Nya. Rasulullah Muhammad saw. yang diutus sebagai teladan, telah mendiskusikan banyak aspek kehidupan seksual dengan para sahabatnya.15 Islam mengakui kekuatan dorongan seksual. Masalah ini dibicarakan dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya dengan cara yang serius, yakni dalam konteks perkawinan dan kehidupan keluarga. Islam hanya memperkenankan penyaluran hasrat seksual melalui perkawinan yang sah. Dan telah menjadi ketetapan dalam kaidah islam bahwa setiap perbuatan yang dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt. dan sesuai dengan cara yang dianjurkan oleh-Nya, pasti akan bernilai ibadah dan mendapatkan balasan 15
Syakir Jamaluddin, Etika Bercinta Ala Nabi, (Yogyakarta : LPPI UMY, 2009), viii
30
kebaikan dari-Nya. Tidak terkecuali dalam penyaluran hasrat dan kebutuhan seksual. Selama seseorang menyalurkannya dengan niat dan cara yang dibenarkan oleh syari’at Islam, maka akan mendapatkan pahala dari Allah swt. Sebaliknya, jika hasrat dan nafsu seksual disalurkan dengan cara yang dilarang oleh syari'at, maka akan mendapatkan dosa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.
ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ.ن ٍ ﻦ َﻣ ْﻴ ُﻤ ْﻮ ُ ي ْﺑ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﻬْﺪ ﱡ.ﻲ ﻀ َﺒ ِﻌ ﱡ ﺳﻤَﺎ َء اﻟ ﱡ ْﻦأ ِ ﻦ ﻣُﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ ُ ﷲ ْﺑ ِ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋ ْﺒ ُﺪ ا ﻋﻦ أَﺑﻲ, ﻋﻦ ىﻴﺤﻴﻰ ﺑﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ َﺮ,ﻞ ٍ ﻋ َﻴ ْﻴ َﻨ َﺔ ﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻋﻘ ْﻴ ُ ﻰ أﺑﻲ َ ﻞ َﻣ ْﻮَﻟ ٌﺻ ِ وَا ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎﻟﻮْا ﻲﺻﱠ ب اﻟﻨﱠﺒ ﱢ ِ ن ﻧَﺎﺳًﺎ ﻣﻦ أﺻْﺤﺎ أ ﱠ: ﻋﻦ أﺑﻲ َذ ﱟر,ﻲ ﺳ َﻮ ِد اﻟﺪﱢﻳِﻠ ﱢ ْ اﻟْﺄ ن آﻤﺎ َ ﻳﺼﱡﻠ ْﻮ.ﻞ اﻟ ﱡﺪ ُﺛ ْﻮ ِر ﺑِﺎ ْﻟُﺄﺟُﻮ ِر ُ ﷲ! ذهﺐ ا ْه ِ لا َ ﻳَﺎ رﺳﻮ:ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻲﺻﱠ ﻟِﻠ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ﺲ ﻗ ْﺪ َ ))او ﻟ ْﻴ: ﻗﺎل.ل أ ْﻣﻮَاِﻟ ِﻬ ْﻢ ِ ﻀ ْﻮ ُ ن ِﺑ ُﻔ َ وﻳﺘﺼ ﱠﺪ ُﻗ ْﻮ.ﺼ ْﻮ ُم ُ ن آﻤﺎ ﻧ َ وﻳﺼﻮْﻣ ْﻮ.ﻧﺼﻠﱢﻲ ﻞ وآ ﱡ.ﻞ ﺗﻜْﺒ ْﻴ َﺮ ٍة ﺻﺪﻗ ًﺔ وآ ﱡ.ﺤ ٍﺔ ﺻﺪﻗ ًﺔ َ ﺴ ِﺒ ْﻴ ْ ن ِﺑ ُﻜﻞﱢ َﺗ ﷲ َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻣَﺎ َﺗﺼﱠﺪﱠ ُﻗ ْﻮنَ؟ ِأ ﱠ ُ ﺟﻌﻞ ا ﻦ ﻣ ْﻨ َﻜ ِﺮ ْﻲ ﻋ ً و َﻧ ْﻬ.ف ﺻﺪﻗ ًﺔ ِ َوَأ ْﻣ ٌﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌْﺮ ْو. وآﻞ ﺗﻬْﻠ ْﻴَﻠ ٍﺔ ﺻﺪﻗ ًﺔ.ﺤ ِﻤ ْﻴ َﺪ ٍة ﺻﺪﻗ ًﺔ ْﺗ ﺣ ُﺪﻧَﺎ ﺷ ْﻬ َﻮ َﺗ ُﻪ َ ﷲ! َأ َﻳ ْﺄﺗِﻲ َأ ِ ل ا َ ﻳﺎ رﺳﻮ: ﻗﺎﻟﻮا.((ﺣ ِﺪ ُآ ْﻢ ﺻﺪﻗ ًﺔ َ وﻓِﻲ ُﺑﻀْﻊ َأ.ﺻﺪﻗ ًﺔ ن ﻋﻠ ْﻴ ِﻪ ﻓﻴْﻬﺎ ِو ْزرٌ؟ َ ﺿ َﻌﻬَﺎ ﻓﻲ ﺣﺮَا ٍم َأآَﺎ َ ))َأ َرَأ ْﻳ ُﺘ ْﻢ َﻟ ْﻮ َو:ل َ ﺟﺮٌ؟ ﻗﺎ ْ ن َﻟ ُﻪ ﻓﻴْﻬﺎ َأ ُ وﻳ ُﻜ ْﻮ .((ﺟ ًﺮ ْ ن َﻟ ُﻪ َأ َ ل آَﺎ ِ ﺤﻠَﺎ َ ﺿ َﻌﻬَﺎ ﻓﻲ ا ْﻟ َ ﻚ أذَا َو َ ﻓﻜﺬِﻟ Artinya : “Dan pada aktifitas hubungan seks salah seorang kalian adalah shadaqah. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ketika salah seorang kami datang syahwat seksualnya (lalu menyalurkannya di tempat yang halal), adakah ganjaran pahala terhadapnya?” Beliau Nabi saw menjawab (dengan balik bertanya): “Bagaimana pendapat kalian sekiranya syahwat tersebut disalurkannya ke tempat yang haram, adakah dosa baginya? Demikian halnya apabila ia salurkan syahwatnya ditempat yang halal, maka baginya pun mendapat pahala.”16 Hadis| di atas menunjukkan betapa urgennya kedudukan hubungan seks dalam perkawinan. Apabila dilakukan dengan tujuan dan cara yang sesuai dengan 16
Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz VII., (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995), H{adis\ no. 1006, 79
31
syari'at Islam, maka akan bernilai ibadah dan mendapat pahala. Sebaliknya jika disalurkan di tempat yang haram akan mendapat dosa.
1. Anjuran Ketika Bergaul a. Berdo'a Ketika Hendak Bergaul (Bersetubuh)17 Perkawinan dalam Islam tidak dipandang sebagai sesuatu sarana pemuas syahwat belaka. Kenikmatan syahwat hanya dipandang sebagai suatu akibat yang ditimbulkan dari hubungan seksual, yang tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keturunan yang sholeh. Oleh karena itu, sebelum suami bersetubuh dengan istrinya, suami dianjurkan untuk membaca do'a, seperti do'a yang telah dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad saw.
ﻋﻦ، ﻋﻦ ﺳﺎﻟﻢ،ِ ﻋﻦ ﻣﻨْﺼ ْﻮر،ٌ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮ: ﺷ ْﻴ َﺒ َﺔ َ ﻦ أﺑﻲ ُ ن ْﺑ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﺜﻤﺎ ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ ﻲﺻﱠ ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ ﻗَﺎ:ﻋ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻗﺎ ل َ ﷲ ُ س رﺿﻲ ا ٍ ﻋﺒﱠﺎ َ ﻦ ِ ﻦ ا ْﺑ ِﻋ َ ،ِآﺮ ْﻳﺐ ﺟ ﱢﻨ ْﺒﻨَﺎ َ اﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ,ﷲ ِ ﺳ ِﻢ ا ْ ﺑِﺎ:ل َ ﻲ َأ ْهَﻠ ُﻪ ﻗﺎ َ ن َﻳ ْﺄ ِﺗ ْ ﺣ َﺪ ُه ْﻢ ِأذَا َأرَا َد َأ َ ن َأ ))ﻟﻮ َأ ﱠ:وﺳﻠﱠﻢ ﻀﺮﱠ ُﻩ ُ ﻟ ْﻢ َﻳ,ﻚ َ ن ُﻳ َﻘ ﱠﺪ ْر َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻓﻲ ذِﻟ ْ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ ِإ,ن ﻣﺎ َر َز ْﻗ َﺘﻨَﺎ َ ﺸ ْﻴﻄَﺎ ﺐ اﻟ ﱠ ِ ﺟ ﱢﻨ َنو َ ﺸ ْﻴﻄَﺎ اﻟ ﱠ .((ن َأ َﺑﺪَا ٌ ﺷ ْﻴﻄَﺎ َ Artinya : Dari ibn ‘Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda: sekiranya salah seorang mereka ingin mendatangi keluarganya (yakni istrinya), hendaknya berdo’a: “Dengan Nama Allah, Ya Allah, jauhkan kami dari setan dan jauhkan setan terhadap apa saja yang Engkau berikan pada kami.” Sesungguhnya jika ia ditakdirkan mendapatkan anak pada saat itu, maka setan tidak bisa mengganggunya.”18 17
M. Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), 70 Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz IV., (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyah, 2008), H{adis\ no. 6388, 80; Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al18
32
b. Hendaknya menutup tubuh ketika bersetubuh19 Bersetubuh, disamping sebagai ibadah, perbuatan ini juga termasuk kedalam aib. Karena dengan bersetubuh, seorang pasangan bisa melihat semua anggota tubuh pasangannya tanpa sehelai benang pun. Sehingga dianjurkan agar suami istri menutup tubuh mereka ketika bersetubuh. Tuntutan yang mengajarkan kedua pasangan untuk menutupi tubuhnya ketika sedang bersenggama juga dimaksudkan untuk mengingat manusia bahwasanya di antara mereka ada makhluk Allah yang tidak tampak oleh mata manusia, seperti malaikat, jin, dan setan. Oleh karena itu Islam menganjurkan bagi suami istri untuk menyelimuti tubuhnya karena pada dasarnya mereka juga dilihat oleh makhluk-makhluk tersebut. Dan Sayyidina Abu Bakar ra. juga menggunakan tutup kepala sewaktu bersenggama bersama istrinya, sebab beliau merasa malu kepada Allah swt.20 c. Bersikap lembut dan bersenda gurau ketika bersetubuh21 Suami, apabila hendak melakukan senggama (bersetubuh) hendaknya didahului dengan senda gurau bersama istri, dan bermesra-
Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz X, H{adis\ no. 1434, 5 19 Rahmat Sudirman, Konstruksi Seksualitas Islam Dalam Wacana Sosial : Peralihan Tafsir Seksualitas, (Yogyakarta : Media Pressindo, 1999), 133 20 Muhammad Fairuz Nadhir Amrullah, Terjemah Qurrotul ‘Uyuun, Surge Di Malam Pengantin, (Surabaya : Pustaka Media, tt), 68 21 Mahmud Mahdi al Istanbuli, Kado Perkawinan, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), 145-147
33
mesraan dengan berbuat sesuatu yang diperbolehkan, misalnya mengelus pipi istrinya, menciumnya, atau merangkulnya. Karena ini menunjukkan bahwa suami cinta terhadap istrinya, sebagaimana istri cinta terhadap suaminya. Dan cumbu rayu juga untuk menjauhkan diri dari perasaan malu. Tuntunan agar suami istri melakukan senda gurau dan cumbu rayu dalam suatu persetubuhan juga sejalan dengan ajaran Islam yang mengkonsepsikan agar persetubuhan tidak dilakukan dengan terburuburu. Di sini Islam menganjurkan agar setiap pasangan memperhatikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan persetubuhan sehingga keduanya dapat memperoleh kenikmatan seksual yang optimal. Dengan kata lain, Islam tidak membenarkan terjadinya hubungan seksual tanpa adanya senda gurau dan cumbu rayu terlebih dahulu, karena hal tersebut dipandang sebagai awal yang baik dalam upaya mencapai kenikmatan bersama. d. Menjaga kebersihan, penampilan, dan keharuman anggota tubuh22 Sebagai agama yang memelihara fitrah kesucian manusia, Islam tidak hanya menuntunkan untuk memelihara kesucian jiwa dan akal, tetapi juga dalam hal kesucian dan penampilan lahiriah. Didalam hal menjaga kesucian dan penampilan lahiriah, khususnya organ yang berkaitan dengan aktivitas seksual, Rasulullah saw. menyebutkan lima 22
Syakir Jamaluddin, Etika Bercinta Ala Nabi, (Yogyakarta : LPPI UMY, 2009), 88
34
fitrah manusia yang disunnahkan agar senantiasa dijaga kesucian dan penampilannya. Sesuai dengan hadis| Nabi.
ﻋﻦ,ب ٍ ﺷﻬَﺎ ِ ﻦ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ ْﺑ:ﺳ ْﻌ ٍﺪ َ ﻦ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ِأ ْﺑﺮَاهﻴ ُﻢ ْﺑ:ﻦ ﻳُﻮﻧﺲ ُ ﺣ َﻤ ُﺪ ْﺑ ْ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ ﻞ اﷲ ﻲﺻﱠ ﺖ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ُ ﺳﻤ ْﻌ,ﷲ ﻋ ْﻨ ُﻪ ُ ﻲا َ ﻦ َأﺑِﻲ هﺮﻳْﺮة رﺿ ْﻋ َ ,ﺐ ِ ﺴ ﱠﻴ َ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ ِ ﺳﻌ ْﻴ ِﺪ ْﺑ ,ب ِ ﺺ اﻟﺸﱠﺎ ِر َو َﻗ ﱡ,ﺤﺪَا ُد ْ ﺳ ِﺘ ْ وَاﻻ,ن ُ ﺨﺘَﺎ ِ اﻟ:ﺲ ٌ ﻄ َﺮ ُة ﺧ ْﻤ ْ ))ا ْﻟ ِﻔ:ل ُ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻳﻘﻮ .((ط ِ ﻒ اﻻﺑَﺎ ُ و َﻧ ْﺘ,ﻇﻔَﺎ ِر ْ و َﺗ ْﻘِﻠ ْﻴ ُﻢ ا ْﻟَﺄ Artinya : Dari abu hurayrah ra. (berkata), saya mendengar nabi saw bersabda: “fitrah manusia ada lima, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencukur bulu ketiak.”23 Ini dikarenakan, baik suami maupun istri berhak untuk melihat pasangannya berpenampilan menarik.
2. Larangan Dalam Bergaul Antara Suami Istri a. Menggauli istrinya melalui dubur Allah swt. telah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 223.
☺ ☺
Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu 23
Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz IV, H{adis\ no. 5891, 75; Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz III, H{adis\ no. 257, 125
35
bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”24 Yang dimaksud tempat bercocok tanam adalah kemaluan istri. Karena melalui kemaluan istrilah tempat untuk menjaga kelestarian jenis menusia melalui kelahiran. Sebagaimana tumbuh-tumbuhan dilestarikan melalui penyemaian dan penanaman kembali di ladang. Oleh karena itu, suami dilarang menggauli istrinya melalui dubur. Karena dubur adalah tempat kotoran dan najis, sehingga tidak pantas sebagai tempat persetubuhan antara suami istri yang bernilai ibadah.
ﺳ ِﺪ َ ي و َﺑ ْﻬ ُﺰ ﺑﻦ َأ ﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪ ﱟ ُ ﻦ ْﺑ ِ ﺤﻴَﻰ ﺑﻦ ﺳﻌ ْﻴ ٍﺪ وﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤ ْ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺑﻨْﺪار ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻳ ﻦ ْﻲﻋ ﺠ ْﻴ ِﻤ ﱢ َ ﻦ أَﺑﻲ َﺗ ِﻤ ْﻴ َﻤ َﺔ اﻟُﻬ ْ ﻦ ﺣ ِﻜ ْﻴ ٍﻢ اﻷ ْﺛ َﺮ ِم ﻋ ْ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﺣﻤﱠﺎ ُد ﺑﻦ ﺳﻠﻤﺔ ﻋ:ﻗﺎﻟﻮا ﻦ أﺗﻰ ﺣﺎ ِﺋﻀًﺎ أ ِو ْ ))ﻣ:ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎل ﻲﺻﱠ ﻦ اﻟﻨﱠﺒ ﱢ ِ أﺑﻲ هﺮﻳْﺮة ﻋ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﺻ ﱠ َ ﻋﻠَﻰ ُﻣ َ ل َ ﻓﻘ ْﺪ َآ َﻔ َﺮ ﺑﻤَﺎ ُأ ْﻧ ِﺰ:ﻲ ُد ُﺑ ِﺮهَﺎ أ ْو آَﺎهﻨًﺎ ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ ْ اﻣْﺮَأ ًة ِﻓ .((وﺳﻠﱠﻢ Artinya : Dari abu Hurayrah ra, dari Nabi saw bersabda: “Barang siapa yang mendatangi istri yang sedang haid atau di duburnya, atau mendatangi dukun (tukang ramal/sihir), maka dia benar-benar kufur pada apa yang diturunkan kepada Muhammad saw.”25
ث ِ ﻋﻦ اﻟْﺤﺎر,ﺢ ٍ ﻋﻦ ﺳﻬﻴْﻞ ﺑﻦ أﺑﻲ ﺻﺎﻟ,ن َ ﻋﻦ ﺳﻔْﻴﺎ, ﻋﻦ وآﻴ ٍﻊ,ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ هﻨﱠﺎ ٌد : ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻗﺎل, ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳْﺮة,ﺑﻦ ﻣﺨْﻠ ٍﺪ .((ﻦ أﺗَﻰ اﻣْﺮأ ًة ﻓﻲ ُد ُﺑ ِﺮهَﺎ ْ ن َﻣ ٌ ))ﻣﻠْﻌﻮ 24 25
185
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 54 Imam al-Tirmiz{i`, Sunan al-Tirmiz{i`, Juz I, (Beirut: Dar el-Fikr, 2005), H{adis\ no. 135,
36
Artinya : Dari abu Hurayrah berkata, bersabda Rasulullah saw: “Dilaknat orang yang mendatangi istrinya pada duburnya.”26 b. Tidak diperbolehkan menggauli istri ketika haid Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an ☺ ☺
☺
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” 27 Larangan menggauli istri ketika dalam kondisi haid, karena darah yang keluar adalah kotoran (penyakit). Disamping itu juga wanita yang sedang haid belum siap untuk menerima penyemaian bibit. c. Istri dilarang menolak ajakan suami untuk bersenggama28
26
Abi Da>wud Sulayma>n bin al-As‘as\, Sunan Abi Da>wud, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1996), H{adis\ no. 2163, 115 27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 54 28 M. Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, 73
37
ﻋﻦ,ن َ ﻋﻦ ﺳﻠﻴْﻤﺎ,ﺷ ْﻌ َﺒ َﺔ ُ ﻋﻦ,ي ﻋ ِﺪ ﱢ َ ﻦ َأﺑِﻲ ُ ﻦ َﺑﺸﱠﺎ ِر ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أ ْﺑ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﱠ ُﺪ ْﺑ ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻲﺻﱠ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ِﻋ َ ,ﷲ ﻋﻨﻪ ُ ﻋﻦ أﺑِﻲ هﺮﻳْﺮة رﺿﻲ ا,أﺑِﻲ ﺣﺎ ِز ٍم َﻟ َﻌ َﻨ ْﺘﻬَﺎ اﻟ َﻤﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ُﺔ,ﺊ َ ﺠ ْﻴ ِ ن َﺗ ْ ﺖ َأ ْ َﻓَﺄ َﺑ,ﺷ ِﻪ ِ ﻞ ا ْﻣ َﺮَا َﺗ ُﻪ أِﻟﻲ ِﻓﺮَا ُﺟ ُ ))ِأذَا دَﻋﺎ اﻟﺮﱠ:ﻗﺎل .((ﺢ َ ﺼ ِﺒ ْ ﺣﺘﱠﻲ ُﺗ َ Artinya : Dari abu hurayrah ra. Berkata, rasulullah saw bersabda: “apabila seorang suami mengajak istrinya ke ranjangnya, lalu istrinya mengabaikannya hingga membuat suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknatnya hingga subuh hari.”29 Bagi istri yang dengan sengaja menolak ajakan berhubungan seks yang merupakan kewajiban bersama antara suami istri, tanpa adanya alasan yang dibenarkan syar’i, kemudian suaminya marah atau tidak ridha dengan penolakan tersebut, maka istrinya akan dilaknat oleh malaikat hingga waktu subuh, atau hingga suaminya ridha kepadanya. Dilaknatnya istri yang menolak ajakan untuk bersenggama oleh suami, disamping karena menyalahi salah satu tujuan perkawinan dan kewajiban sang istri, juga karena dapat membuka peluang timbulnya fitnah atau masalah yang lebih besar seperti, pelampiasan hasrat seksual di luar perkawinan yang bisa mengganggu keharmonisan perkawinan. d. Larangan menceritakan pengalaman senggama30
ﺣ ْﻤ َﺰ َة َ ﻦ ِ ﻋ َﻤ َﺮ ْﺑ ُ ﻦ ْ ﻦ ﻣُﻌﺎ ِو َﻳ َﺔ ﻋ ُ ن ْﺑ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﺮْوا.ﺷ ْﻴ َﺒ َﺔ َ ﻦ أَﺑﻲ ُ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ أَﺑﻮ َﺑ ْﻜ ِﺮ ْﺑ ي ﺨ ْﺪ ِر ﱠ ُ ﺳ ِﻌ ْﻴ ٍﺪ ا ْﻟ َ ﺖ َأﺑَﺎ ُ ﺳﻤ ْﻌ: ﻗﺎل.ﺳ ْﻌ ِﺪ َ ﻦ ُ ﻦ ْﺑ ِ ﺣ ّﺪ ﺛﻨﺎ ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤ.ي ا ْﻟ ُﻌ َﻤ ِﺮ ﱢ 461
29
Muhammad bin Isma‘il al-Bukha>ri`, S{ah{i`h{ al-Bukha>ri`, Juz III, H{adis\ no. 5193,
30
Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 1998), 419
38
ﷲ ِ س ﻋﻨﺪ ا ِ ﺷ َﺮ اﻟﻨﱠﺎ َ ﻦ َأ ْنﻣ ))ِأ ﱠ:ﻞ اﷲ ﻋﻠﻴْﻪ وﺳﻠﱠﻢ ل اﷲ ﺻ ﱠ ُ ﻗﺎل رﺳﻮ:ل ُ ﻳﻘﻮ ﺸ ُﺮ ُ ُﺛﻢﱠ َﻳ ْﻨ, َو ُﺗ ْﻔﻀِﻲ ِأَﻟ ْﻴ ِﻪ,ﻞ ُﻳ ْﻔﻀِﻲ ِأﻟَﻲ ا ْﻣ َﺮَأ ِﺗ ِﻪ َﺟ ُ اﻟ ﱠﺮ,َﻣ ْﻨ ِﺰَﻟ ًﺔ ﻳ ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ .((ﺳ ﱢﺮهَﺎ ِ Artinya : Dari abu Sa’id al-Khudri berkata: Bersabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya, sejahat-jahat kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri menyetubuhi suaminya, kemudian ia menyebarkan rahasianya.”31 Hadis| ini mengajarkan adab sopan santun pada umat Islam, bahwa ketika seseorang sudah hidup berumah tangga, maka ada beberapa rahasia rumah tangga yang tidak boleh disebarluaskan dan diungkapkan secara vulgar (kasar dan blak-blakan). Dan diantara rahasia tersebut adalah tentang detail pengalaman senggama bersama suami atau istrinya, baik berupa kelebihan maupun kekurangannya. Akan tetapi diperbolehkan membicarakannya bersama dokter jika berkenaan dengan penyakit yang ada pada istri maupun suami.
C. Kekerasan Dalam Rumah Tangga 1. Pengertian Kekerasan diartikan dengan prihal yang bersifat atau berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cidera, atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik, atau kerusakan barang orang lain, serta adanya 31
H{adis\
Abu al-H{usayn Muslim bin al-H{ajja>j al-Naysa>bu>ry`, S{ah{i`h{ Muslim, juz X, no. 1437, 8
39
pemaksaan.32 Sedangkan yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan (dilakukan seseorang secara sendiri dan atau bersamasama) terhadap seseorang terutama perempuan dan pihak-pihak yang tersubordinasi (memiliki posisi atau kedudukan lebih rendah) lainnya. Yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.33 Yang dimaksud lingkup rumah tangga meliputi: a. Suami, istri, dan anak b. Orang-orang yang mempunyaihubungan keluarga dengan suami, istri, dan anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga. c. Orang yang bekerja membantu pekerjaan rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Di dunia, istilah kekerasan dalam rumah tangga merujuk pada pengertian kekerasan terhadap perempuan oleh pasangan intimnya atau mantan pasangan intimnya.34 Bentuk-bentuk kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan fisik, emosional, ekonomi dan seksual, serta pelanggaran hak-hak 32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 550 33 Suryo Darmono, Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008), 2 34
Ibid, 3
40
reproduksi, pemaksaan aborsi oleh pasangan dan kejahatan perkawinan (perselingkuhan). Pelaku biasanya adalah sosok yang mempunyai peran otoritas atau berstatus lebih kuat. Sedangkan korban adalah anggota keluarga yang berstatus sub-ordinat atau lebih lemah. Kekerasan dalam rumah tangga seringkali bersembunyi di balik tatanan budaya paternalistik (patriarki), yang menempatkan suami sebagai kepala keluarga yang wajib dipatuhi, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga yang wajib melayani, dan anak yang harus tunduk serta patuh kepada orang tua.
2. Ciri-ciri kekerasan dalam rumah tangga a. Kekerasan fisik Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa penganiayaan fisik. Bentuk kekerasan fisik bisa bermacam-macam, yaitu tindakan yang bertujuan untuk melukai, menyiksa, atau menganiaya orang lain dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) mulai dari pemukulan, jambakan, cubitan, mendorong secara kasar, penginjakan, pelemparan, cekikan, tendangan, sampai penyiksaan dengan menggunakan alat seperti pentungan, pisau, ikat pinggang, sudutan rokok dan sebagainya. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa sakit, memar, kecacatan, bahkan sampai meninggal dunia. b. Kekerasan emosional
41
Tindak kekerasan yang dilakukan dengan menyerang wilayah psikologis korban, bertujuan untuk merendahkan citra seseorang, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Seperti mengumpat, membentak dengan kasar, menghina, hingga mengancam. Tindakan tersebut mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya, serta penderitaan psikis berat pada seseorang. c. Kekerasan seksual Penganiayaan atau penyerangan seksual bukan hanya monopoli penjahat dan pemerkosa di luar rumah. Tetapi dapat juga terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya saja suami memaksa istrinya berhubungan seksual dengan cara yang menyakitkan. Serta seorang suami yang mengharuskan istrinya melayani kebutuhan seksualnya setiap saat tanpa mempertimbangkan kemauan sang istri. d. Kekerasan sosial dan ekonomi Tindak kekerasan sosial dan ekonomi adalah tindakan yang membuat anggota keluarga tergantung secara ekonomi. Dengan cara melarang untuk bekerja, sedangkan di sisi lain ia tidak diberikan nafkah. Atau mengeksploitasi anggota keluarganya untuk mendapatkan uang bagi kepentingannya. Serta membatasi kegiatan anggota keluarganya hingga ia terisolasi dari kehidupan sosialnya. e. Penelantaran
42
Penelantaran adalah jenis kekerasan yang bersifat multi-dimensi (fisik, seksual, emosional, sosial, dan ekonomi). Menelantarkan anggota keluarga dengan cara tidak memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan pengobatan merupakan beberapa contoh penelantaran fisik. Dan tidak pernah menyentuh atau berhubungan seksual terutama di saat yang memungkinkan, merupakan contoh dari penelantaran seksual.
3. Faktor-faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga35 a. Faktor individual (korban) Posisi subordinasi sering menjadikan seseorang sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga. Posisi ini sering sekali diisi oleh seorang perempuan dalam rumah tangga. Perempuan dalam posisi subordinasi ini biasanya juga dihantui oleh perasaan sangat takut kehilangan. Selain itu mereka juga masih dibebani tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak. Bahkan banyak perempuan yang juga dibebani tanggung jawab untuk merawat orang tua mereka. b. Faktor individual (pelaku) Posisi sebagai pelaku lebih sering ditempati oleh seorang laki-laki. Karena laki-laki secara fisik lebih kuat daripada perempuan. Dan ada kemungkinan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi pula daripada
35
Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 199), 25-27
43
perempuan. Dalam masyarakat, laki-laki juga dibiasakan untuk melatih dan
menggunakan
fisiknya,
sekaligus
kebiasaan
berkelahi,
dan
menggunakan kekuatan sejak masa kanak-kanak. Kekerasan oleh suami juga sering dihubungkan dengan tingkah laku pengontrolan oleh pihak suami. Karena suami yang berposisi sebagai kepala keluarga, sehingga ia merasa berhak untuk mengontrol seluruh aspek kehidupan anggota keluarganya. Sebagai hasilnya, kekerasan fisik atau
seksual
dianggap
sebagai
hukuman
yang
pantas
karena
“ketidakpatuhan” terhadap suami. c. Faktor sosio-budaya Banyak kebudayaan yang memberi hak pria untuk mengontrol tingkah laku istrinya. Kekerasan seringkali dipandang sebagai hukuman fisik untuk kebaikan dan mengoreksi istri yang salah. Budaya yang menyebutkan peran laki-laki sebagai pengontrol kekayaan, warisan, dan pembuat keputusan dalam keluarga merupakan faktor yang kuat untuk terjadinya kekerasan. d. Faktor sosio-ekonomi Salah satu faktor utama terjadinya tindak kekerasan adalah kemiskinan. Karena kemiskinan sangat berhubungan dengan masalah ketidakadilan, frustasi, masalah sosial dan kesehatan. Sehingga banyak sekali tindak kekerasan dalam rumah tangga, mulai penelantaran, pelecehan seksual, hingga pelacuran. Keadaan ekonomi juga memaksa
44
anggota keluarga untuk menerima penganiayaan dari orang lain yang menjadi tempat ia bergantung. e. Faktor religi Pemahaman kaidah keagamaan secara keliru, serta pemanfaatan penggalan-penggalan ayat dalam kitab suci untuk mendapatkan posisi dominasi
laki-laki
terhadap
perempuan.
Sehingga
menempatkan
perempuan hanya dalam kewajibannya tanpa memiliki hak sedikitpun. Hal ini menyebabkan seorang suami semena-mena tehadap istrinya. Bahkan sampai tindakan kekerasan pun seolah-olah dibenarkan oleh agama.
4. Dampak kekerasan dalam rumah tangga36 a. Dampak fisik korban kekerasan dalam rumah tangga Dampak fisik yang sering menyertai perilaku kekerasan dalam rumah tangga di antaranya cidera fisik karena kekerasan fisik, penyakit menular, kekurangan gizi kronis, hingga sampai bentuk yang mengarah pada pembunuhan. Beberapa luka fisik yang bisa menjadi tanda adanya penganiayaan antara lain:
36
30-38
Suryo Darmono, Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa,
45
1) Memar akibat tamparan atau pukulan yang meninggalkan bekas telapak tangan. 2) Memar yang berbentuk garis akibat benda tumpul, seperti ikat pinggang, kayu, dan sebagainya. 3) Bekas gigitan yang berbentuk bulan sabit. 4) Luka bakar yang berbentuk khas akibat dari sulutan rokok. 5) Hingga luka sayat akibat irisan benda tajam. b. Dampak psikologis korban kekerasan dalam rumah tangga Dampak psikologis yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga bisa ringan hingga berat, terjadi singkat atau berkelanjutan (bertahun-tahun), serta terjadi langsung atau beberapa waktu kemudian. Kondisi sangat berbahaya, kartena bisa mempengaruhi kinerja atau sifat seseorang. Beberapa dampak psikologis yang sering dialami oleh korban kekerasan dalam rumah tangga, antara lain: 1) Gangguan stres. 2) Depresi. 3) Gangguan panik. 4) Rasa cemas dan khawatir yang berlebihan. 5) Hingga ketakutan akut.