BAB II GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KARAKTER SISWA A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau, di rumah dan sebagainya.1 Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam konteks ini, guru dikatakan profesional jika ia mempunyai keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.2 Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 31. 2 UU RI No. 14 Tahun 2005, Undang-undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 18.
20
21
program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.3Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru agama biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabiy, mursyid, mudarris, dan mu’addib.4 Kata Ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang professor.Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengembangkan tugasnya. Seseorang dikatakan professional bilamana pada dirinya melekat semangat yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta selalu berusaha memperbaiki dan memperbarui model-model atau cara kerjanya sesuai tuntutan zaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah menyiapkan generasi penerus yang akan hidup di zamanya. Kata mu’allim berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap hakikat sesuatu.Dalam setiap ‘ilm terkandung dimensi teoretis dan dimensi amaliah.Ini mengandung makna bahwa seorang guru
dituntut
untuk
mampu menjelaskan hakikat ilmu
pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan dimensi teoretis dan praktisnya,
dan
berusaha
membangkitkan
peserta
didik
untuk
mengamalkannya.5
3
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.15. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 44. 5 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, hlm. 44-45. 4
22
Kata Murabbiy berasal dari kata dasar Rabb.Tuhan adalah sebagai Rabb al-‘alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah mendidik dan menyiapakan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Kata
mursyid
biasa
digunakan
untuk
guru
dalam
tasawuf.Seorang mursyid (guru) berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, maupun dedikasinya yang serba Lillahi Ta’ala (karena mengaharap ridha Allah semata).Dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa guru merupakan model atau sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan, bahkan konsultan bagi peserta didiknya.6 Kata mudarris berasal dari akar kata darasa- yarsudu- darsan wa durusan wa dirasatun, yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Pengetahuan dan keterampilan seseorang akan cepat usang selaras dengan percepatan kemajuan iptek dan perkembangan 6
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, hlm. 46-49.
23
zaman, sehingga guru dituntut untuk memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, agar tetap up to date dan tidak cepat usang. Sedangkan kata mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan lahir dan batin. Kata peradaban juga berasal dari kata dasar adab, sehingga guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.7 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberi pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk yang mandiri. 2. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakata. Tugas guru sebagai profesi menuntut guru untuk mengemban profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas tugas guru sebagai profesi. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya orang tua kedua. Ia harus mampu 7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, hlm. 49.
24
menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.8 Menurut Roessiyah N. K, bahwa guru dalam mendidik anakanaknya bertugas untuk: 1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman. 2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila. 3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik. 4. Sebagai perantara dalam belajar. 5. Guru adalah sebagai pembimbing. 6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. 7. Sebagai penegak disiplin. 8. Guru sebagai administator dan manajer. 9. Pekerjaan guru sebagai profesi. 10. Guru sebagai perencana kurikulum. 11. Guru sebagai pemimpin (guidance woker).
8
hlm. 7.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesionl, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
25
12. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak. 9 Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok poikiran, yaitu: a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan. b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan pencipta-Nya. c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan,
pengorganisasian,
pengontrol
dan
partisipasi atas program yang dilakukan.10 Dalam pandangan Islam tugas pendidik antara lain ialah: a. Mengetahui karakter murid b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam cara mengajarnya. c. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat perlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.11
9
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 38-39. 10 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktisi, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 44. 11 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profesi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 180.
26
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Banyak peranan guru yang diperlukan dari guru sebagai pendidik atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi pendidik, semua peranan yang diharapkan dari guru, antara lain: a. Korektor Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. b. Ispirator Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. c. Informator Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. d. Organisator Adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengrlolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
27
e. Motivator Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif
belajar.
Dalam
upaya
memberi
motivasi,
guru
dapat
menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. f. Inisiator Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan. g. Fasilitator Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan mempermudahan kegiatan belajar anak didik. h. Pembimbing Peran ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa bersusila yang cakap. i. Demonstator Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan
28
dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. j. Pengelola kelas Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. k. Mediator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun material l. Supervisor Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar. m. Evaluator Guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. 12
12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hlm. 43-48
29
4. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam Menurut M. Ngalim Purwanto syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan bersyarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran, diantaranya yaitu: a. Guru harus berijazah. b. Guru harus sehat jasmani dan rohani. c. Guru harus bertakwa kepada Tuha YME dan berkelakuan baik. d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab. e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional. 13 Adapun syarat lain yang sangat erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, diantaranya yaitu: a. Harus adil dan dapat dipercaya. b. Sabar, rela berkorban dan menyayangi peserta didiknya. c. Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis. d. Bersikap baik pada rekan guru, staf di sekolah dan masyarakat. e. Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai mata pelajaran yang diampunya. f. Harus selalu interopeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun. g. Harus berupaya meningkatkan pendidikn ke jenjang yang lebih tinggi.14
13
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 141. 14 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, hlm. 29-31
30
Menjadi guru menurut Zakiah Darajat tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi persyaratan seperti dibawa ini: a. Takwa kepada Allah SWT Guru, sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam tidaklah mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya, sebagaimana Rasulillah Saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. b. Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlikannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat, sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belim berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
31
c. Sehat jasamni Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menula, umpamanya sangat membahayakan kesekatan anak didik. Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakitsakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didiknya. d. Berkelakuan baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membetuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru juga berakhlak mulia. Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam sesuai yang dicontohkan oleh pendidik terutama Nabi Muhammad Saw, diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak
32
didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerja sama dengan guru-guru lain dan masyarakat. 15 Dari berbagai macam syarat di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru tidaklah mudah, harus memiliki persyaratan khusus yang wajib dipenuhi. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaan yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa guru yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. B. Karakter Siswa 1. Pengertian Karakter Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu,
seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.16 Karakter adalah kepemilikan akan “hal-hal yang baik”. Sebagai orang tua dan
15
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 41-42. Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak Memandu Anda berkepribadian Muslim Dengan Lebih
16
Asyik, Lebih Otentik, Cet. Ke-3, (Jakarta:Zaman, 2010), hlm. 209-217.
33
pendidik, tugas kita adalah mengajar anak-anak dan karakter adalah apa yang termuat di dalam pengajaran kita. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter juga diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilainilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan estetika.17 Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian karakter, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli: a.
Menurut Thomas Lickona, karakter merupakan sifat alami seseorang dalam
merespon
situasi
secara
bermoral.
Sifat
alami
itu
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan mulia lainnya. b.
Menurut Suyanto, karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas individu untuk hidup
17
dan bekerja sama, baik
Muchlas Samani dan Hariyanto, konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 41.
34
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang ia buat. c.
Menurut Tadzkirotun Musfiroh, karakter adalah serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill).
d.
Menurut Hermawan Kertajaya dalam Heri Gunawan, karakter adalah ciri khas yang dimiliki suatu benda atau invidu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesinpendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merspon sesuatu.18 Sejalan dengan pendapat tersebut E. Mulyasa merumuskan
karakter dengan sifat alami seseorang dalam merespon situasi yang diwujudkan dalam perilakunya. Karakter juga bisa diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya, dan karena ciriciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu.19
18
Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam), (Jakarta: PT Gramedia, 2014), hlm. 9-10. 19 Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga (Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam), hlm. 10.
35
Dari beberapa devinisi karakter di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat yang mantap stabil, dan khusus yang melekat dalam diri seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara otomatis, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan, dan tanpa memerlukan pemikiran/pertimbangan terlebih dahulu. Suatu perbuatan dikatakan karakter apabila perbuatan tersebut memilik ciri-ciri: a.
Perbuatan itu telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya.
b.
Perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa pemikiran terlebih dahulu.
c.
Perbuatan itu dilakukan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d.
Perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan pura-pura atau sandiwara.
2. Nilai-nilai Karakter Berbagai nilai karakter yang harus dimiliki oleh orang muslim baik menurut Al-Qur’an maupun Hadits antara lain: rajin bekerja mencari rezeki, menjaga harga diri, bersilaturrahmi, berkomunikasi dengan baik dan menebar salam, jujur, tidak curang, menepati janji dan amanah, berbuat adil, tolong menolong, sabar, optimis, bekerja keras, kasih sayang dan hormat kepada orang tua, pemaaf dan dermawan, berempati, berkata benar, tidak berdusta, selalu bersyukur, tidak sombong dan angkuh, berbudi pekerti, berbuat baik dalam segala hal, haus mencari
36
ilmu, punya rasa malu dan iman, berlaku hemat, konsisten dan istiqomah, teguh hati, tidak berputus asa, bertanggung jawab, cinta damai.20 Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak dan perilaku yang luar biasa yang tercermin pada diri Nabi Muhammad SAW, yaitu: a. Sidik, yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran. b. Amanah, yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapapun, baik kaum muslimin maupun non muslim. c. Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai, arif, luas wawasan, terampil dan profesional. Artinya perilaku Rasulullah dapat dipertanggungjawabkan
kehandalannya
dalam
memecahkan
masalah. d. Tabligh, yang berarti komunikatif yang mencerminkan bahwa siapapun yang menjadi lawan bicara Rasulullah, maka orang tersebut akan mudah memahami apa yang dipahami atau dimaksudkan oleh Rasulullah. 21 Istilah karakter Islami pada dasarnya sama dengan akhlak Islami. Akhlak itu sendiri adalah peragai, budi pekerti, tabi’at, sedangkan akhlak 20
Muchlas Samani dan Hariyanto, konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm. 79-85.
21
Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 11.
37
islami yaitu tabia’at, perilaku atau sifat yang terbentuk secara islami. Pada diri manusia mempunyai dua sisi bentuk sifat atau karakter yang berbeda, ada yang mempunyai karakter yang baik dan ada pula yang mempunyai karakter yang buruk. Dalam istilah akhlak disebut juga dengan akhlakul mahmudah (akhlak baik) dan akhlakul madzmumah (akhlak buruk). Akhlakul mahmudah (akhlak baik) adalah akhlak atau sifat yang diridhoi oleh allah, perilaku yang baik dan dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Contohnya: berperilaku jujur, disiplin, hidup bersih, ramah, sopan santun, bersyukur, tolong menolong, bertanggung jawab, optimis, dan lain-lain. Semua sifat-sifat di atas adalah contoh sifat-sifat yang dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya, selain sikap yang dianjurkan juga ada sikap yang dilarang dan harus dihindari oleh manusia, sikap tersebut mencakup pada akhlak madzmumah yaitu segygperti sikap sombong, khianat, syirik, murtad, durhaka, fitnah, dendam, mencuri, zina, berjudi, mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain.22 Pada Draf Grand Design pendidikan karakter diungkapkan nilainilai yang terutama akan dikembangkan dalam budaya pendidikan formal atau non formal dengan penjelasan sebagai berikut: a. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan (berintegrasi), berani karena
22
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 147.
38
benar, dapat dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating). b. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi yang terbaik, mampu mengontrol diri, berdisiplin tinggi, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil. c. Cerdas, berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik, bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebijakan, mencintai Tuhan dan lingkungan. d. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteraturan, kedisiplinan, terampil, menjaga diri dan lingkungan, menerapkan pola hidup yang seimbang. e. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, dan tidak mengambil keuntungan orang lain. f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.
39
g. Gotong royong, maua bekerja sama dengan baik, berprinsip, bahwa tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersamasama, tidak memperhitungkan tenaga untuk berbagi dengan sesama.23 Dalam perspektif Islam, nilai-nilai karakter yang dikembangkan di atas sesungguhnya merupakan bagian dari akhlak terpuji (akhlak mahmudah), yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Perilaku Rasulullah dalam hidup kesehariannya adalah model karakter seorang yang sebenarnya. Berikut
ini
beberapa
contoh
karakter
mulia
yang
harus
diinternalisasikan dalam setiap kehidupan muslim, terutama anak-anak dalam keluarga:
23
a.
Keimanan dan ketakwaan
b.
Kejujuran dan Disiplin
c.
Percaya diri
d.
Tanggung jawab
e.
Keadilan
f.
Sopan santun
g.
Pemaaf
h.
Sabar dan Peduli
Muchlas Samani dan Hariyanto, konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm. 51.
40
3. Metode Pembentukan Karakter Karakter dibentuk melalui tiga langkah, yaitu: a. Moral knowing Yang termasuk dalam moral knowing adalah kesadaran moral (moral awarenes), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspektive taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge), unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka. b. Moral feeling Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi anak untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri (corcience) percaya diri (self esteam), kepekaan terhadap derita orang (empaty), cinta kebenaran (lovin the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humality). c. Moral action Moral action merupakan perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil (out come) dari dua komponen lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yangbaik (act morally)
41
maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu: kompetensi, keinginan, kebiasaan. 24 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter a. Faktor Hereditas (keturunan) Hereditas adalah totalitas karakteristik individu yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewaris dari pihak orang tua melalui gen-gen.25 Setiap anak manusia yang dilahirkan, sudah membawa potensipotensi tertentu yang berupa bakat, minat, serta kecenderungankecenderungan tertentu yang bersifat hereditas (keturunan). Potensi dan kecenderungan-kecenderungan tersebut marupakan faktor yang menentukan baik dan buruknya perkembangan dan pertumbuhan manusia dalam kehidupannya.26 Jika karakter merupakan seratus persen turunan dari orang tua, tentu saja karakter tidak bisa dibentuk. Namun, jika gen hanylah salah satu faktor pembentuk karakter, kita akan menyakini bahwa karakter bisa dibentuk semenjak anak lahir. Orang tualah yang akan memiliki peluang paling besar dalam pembentukan karakter. Disini gen hanyalah salah satu faktor penentu saja. Namun, jangan meremehkan
24
Aris Mantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), hlm. 30-31. 25
Syamsu Yusuf dan Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 35. 26 Ismal Thoib, Wacana Baru Pendidikan, (Yogyakarta: Alam Tara, 2008), hlm. 21.
42
faktor genetis ini. Meskipun ia bukan satu-satunya penentu. Ia adalah penentu utama yang melekat dalam diri anak.27 b. Faktor Lingkungan Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik memerlukan kualitas lingkungan yang baik pula. Dari sekian faktor lingkungan yang berperan dalam pembentukan karakter, berikut ini peran empat faktor yang mempunyai pengaruh besar, yaitu: 1. Keluarga Keluarga adalah komunitas pertama yang menjadi tempat bagi seseorang sejak dini belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, dikeluargalah seseorang belajar tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karaktearnya, dikeluargalah proses pendidikan karakter berawal. 2. Media Masa Dalam era kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini, salah satu faktor yang berpengaruh sangat besar dalam pembangunan atau, sebaliknya, perusakan karakter masyarakat atau bangsa adalah media masa, khususnya media elektronik, dengan perilaku utama televisi. Besarnya pengaruh media masa dalam
pembentukan
karakter
ditunjukan
oleh
berbagai
eksperimen dan kajian. Anak remaja yang menyaksikan adegan
27
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hlm. 5.
43
kekerasan ditelevisi punya kecenderungan lebih besar untuk menunjukkan perilaku agresif. 3. Teman-teman sepergaulan Teman-teman sepergaulan adalah salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Melalui teman-teman sepergaulan, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial, belajar menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespon atau menerima pendapat dan perasaan orang lain. 4. Sekolah Bagi orang tua sekolah diharapkan menjadi salah satu tempat atau lingkungan yang dapat membentuk anak membangun karakter yang baik. 28 Dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter diatas, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena hereditas (keturunan) maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.29
28
Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, Pendidikan Karakter di Sekolah dari Gagasan ke Tindakan, (Jakarta: PT. Gramedia, 2011), hlm. 43-47 29 Muchlas Samani dan Hariyanto, konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm 43.