BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi penjelasan tentang beberapa teori dasar yang digunakan selama pelaksanaan tugas akhir. Pembahasan akan dilakukan terhadap teknologi teknologi SMS (Short Message Service), AT Command, PDU message, dan MMS (Multimedia Messaging Service).
2.1
SMS (Short Message Service)
SMS merupakan bagian dari layanan teknologi seluler selain layanan data dan suara. Layanan SMS pertama kali diimplementasikan pada jaringan GSM. Seiring perkembangan teknologi seluler, layanan ini juga diterapkan pada jaringan selain GSM seperti CDMA atau yang lain. SMS adalah layanan yang memungkinkan transimisi/pengiriman pesan dalam bentuk alphanumeric antara mobile phone dengan mobile phone, perangkat genggam, atau telepon nonselular yang mendukung. Jumlah maksimal karakter yang dapat dikirimkan dengan menggunakan SMS dalam sekali pengiriman adalah 160 karakter dengan menggunakan jaringan GSM untuk karakter latin, sedangkan untuk karakter nonlatin sebanyak 70 karakter. Pada tugas akhir ini, layanan SMS menggunakan teknologi GSM dengan karakter latin (7 bit default alphabet).
Layanan SMS yang umum digunakan oleh masyarakat luas merupakan layanan SMS point to point. Layanan ini menggunakan SMSC (Short Message Service Center), yang berperan sebagai sistem store and forward untuk SMS. SMSC akan meneruskan pesan dari pengirim ke penerima. Jika telepon seluler penerima tidak aktif atau tidak berada dalam jangkauan, SMSC akan menyimpan pesan tersebut untuk kemudian dicoba dikirim ulang sampai jangka waktu tertentu.
2.1.1 Arsitektur Jaringan SMS Arsitektur jaringan untuk penyediaan layanan SMS point-to-point ditunjukkan pada Gambar II-1.
II-1
II-2
Gambar II-1 Arsitektur Jaringan SMS [WSM06]
Elemen-elemen yang terdapat pada arsitektur jaringan SMS adalah sebagai berikut: 1. SME (Short Message Entities) SME adalah entitas yang mengirimkan atau menerima SMS. SME mungkin berada pada fixed network, mobile station (berupa ponsel), atau service center lain (pengembang layanan content SMS) [WSM06]. 2. SMSC (Short Message Service Center) SMSC bertanggung jawab untuk melakukan relay dan menjalankan mekanisme storeforward antara SME dengan mobile station. Pesan yang tidak terkirim akan disimpan dan akan dikirimkan ulang ke mobile station tujuan hingga batas waktu tertentu yang ditentukan oleh pengguna atau penyedia layanan/operator [WSM06]. Jika diperlukan, SMSC akan memberitahukan status report kepada pengirim tentang berhasil atau tidaknya pengiriman SMS ke penerima. 3. SMS-GMSC/ SMS-IWMSC (SMS-Gateway/Interworking Mobile Switching Center) SMS-GMSC (SMS-Gateway Mobile Switching Center) adalah sejenis MSC yang memiliki kemampuan untuk menerima pesan singkat/SMS dari SMSC, memeriksa home location register (HLR) yang berhubungan untuk mendapatkan informasi routing, dan mengirimkan pesan singkat tersebut ke MSC di mana mobile station yang dituju berada. SMS-Interworking MSC (SMS-IWMSC) adalah MSC yang memiliki kemampuan untuk menerima pesan singkat dari mobile network dan mengirimkannya ke SMSC yang sesuai. Umumnya, SMS-GMSC dan SMS-IWSMC langsung terintegrasi dengan SMSC [WSM06]. 4. HLR (Home Location Register) HLR merupakan basis data yang digunakan sebagai media penyimpanan permanen dan melakukan manajemen subscription dan profil layanan. Ketika SMSC mengecek ke HLR-nya, HLR yang bersangkutan akan memberikan informasi routing untuk subscriber yang dituju. HLR juga menginformasikan ke SMSC, yang sebelumnya telah mencoba mengirimkan SMS yang gagal diterima oleh suatu penerima, bahwa penerima telah dapat dikenali dan diketahui lokasinya oleh mobile network [WSM06].
II-3 5. MSC (Mobile Switching Center) MSC melakukan fungsi-fungsi switching (peralihan) [WSM06], merutekan panggilan yang menggunakan mobile network, baik panggilan dari fixed network ke mobile station, dari mobile station ke mobile station, atau dari mobile station ke fixed network. 6. VLR (Visitor Location Register) VLR adalah basis data yang menyimpan informasi temporal tentang subscriber. Informasi ini diperlukan oleh MSC untuk memberikan layanan ke subscriber yang mengunjunginya [WSM06]. 7. BSS (Base Station System) BSS melakukan fungsi yang berhubungan dengan gelombang radio [WSM06]. 8. MS (Mobile Station) MS adalah wireless terminal yang mampu menerima dan mengirimkan pesan SMS sebagaimana halnya voice call [WSM06].
2.1.2 Layanan Dasar Subscriber SMS SMS terdiri dari dua layanan utama point-to-point [WSM06]: 1. mobile-originated short message (MO-SM) 2. mobile-terminated short message (MT-SM).
MO-SM dikirimkan dari handset ke SMSC dan dapat ditujukan ke mobile station/mobile subscriber, atau ke penerima di fixed network. MT-SM dikirimkan dari SMSC ke handset penerima. Untuk MT-SM, report akan selalu dikirimkan ke SMSC untuk memberikan informasi tentang terkirim atau tidaknya suatu SMS ke handset termasuk identifikasi alasan kegagalannya. Serupa dengan MT-SM, untuk MO-SM, report juga selalu dikirimkan ke handset untuk konfirmasi status pengiriman ke SMSC. Karena SMS menggunakan control channel (daripada menggunakan voice channel), salah satu fitur unik dari SMS adalah pengguna dapat menerima SMS meskipun sedang menerima panggilan suara [MIN06].
Contoh skenario pengiriman SMS ditunjukkan pada Gambar II-2 dan Gambar II-3.
II-4
Gambar II-2 Skenario MT-SM [WSM06]
1. Pesan singkat dikirim dari ESME (External Short Messaging Entity) ke SMSC 2. Setelah menyelesaikan proses internal, SMSC bertanya kepada HLR dan kemudian menerima informasi routing dari handset penerima 3. SMSC
mengirim
pesan
singkat
ke
MSC
menggunakan
operasi
forwardShortMessage 4. MSC mengambil informasi penerima dari VLR. Dalam operasi ini bisa terdapat prosedur autentikasi 5. MSC mengirimkan pesan singkat ke MS 6. MSC mengirimkan hasil operasi forwardShortMessage ke SMSC 7. Jika diminta oleh ESME, SMSC mengirimkan status report yang mengindikasikan terkirim atau tidaknya suatu pesan singkat
II-5
Gambar II-3 Skenario MO-SM [WSM06]
1. MS dinyalakan dan melakukan registrasi ke network. 2. MS mengirimkan pesan singkat ke MSC. 3. MSC memeriksa VLR untuk memverifikasi bahwa pengiriman pesan tidak mengganggu supplementary service atau aturan-aturan lain yang dapat menggagalkan proses selanjutnya. 4. MSC
mengirim
pesan
singkat
ke
SMSC
menggunakan
operasi
forwardShortMessage. 5. SMSC mengirimkan pesan singkat ke ke SME. 6. SMSC memberitahukan hasil operasi forwardShortMessage ke MSC. 7. MSC mengirimkan status report dari hasil operasi MO-SM.
2.2
AT Command
AT Command adalah perintah berawalan AT (ATtention) yang dikirim dari TE (Terminal Equipment) ke TA (Terminal Adaptor) [ETS05]. Contoh TE adalah komputer, sedangkan contoh TA adalah GSM data card. AT Command digunakan untuk berkomunikasi antara komputer dengan modem.
II-6
Gambar II-4 AT Command [ETS05]
Pada Gambar II-4 di atas, AT command digunakan untuk berkomunikasi antara TE dengan TA yang terintegrasi dengan MT (Mobile Terminated) yang berupa ponsel atau semacamnya. Umumnya, perangkat ponsel saat ini telah memiliki modem internal yang terintegrasi di dalamnya. Modem inilah yang nantinya akan berkomunikasi dengan TE menggunakan AT command.
Antarmuka yang digunakan untuk berkomunikasi antara TE dan TA berupa kabel serial, infrared link, atau bluetooth. Namun, semua antarmuka tersebut akan dikenali komputer sebagai serial port.
2.2.2 Sintaks AT Command
Gambar II-5 Sintaks Dasar AT Command [ETS05]
Sintaks dasar penulisan AT Command ditunjukkan pada Gambar II-5. Penulisan AT Command selalu didahului oleh AT. AT Command digolongkan ke dalam beberapa tipe, yaitu: 1. Basic command, perintah standar yang ada pada setiap modem. Misalnya ATH yang digunakan untuk memutuskan panggilan telepon. 2. Extended command, perintah yang merupakan perintah tambahan. Extended command selalu didahului tanda “+”. Misalnya perintah AT+CMGR yang digunakan untuk membaca pesan masuk pada indeks tertentu.
II-7 3. Test command (diakhiri tanda =?), digunakan untuk mengecek ada tidaknya suatu perintah. Misalnya, AT+CMGR=? yang digunakan untuk mengecek ada tidaknya perintah AT+CMGR. 4. Read command (diakhiri tanda ?), digunakan untuk mengecek nilai dari suatu subparameter. Misalnya, AT+CNMI? digunakan untuk mengecek nilai pengaturan modem terhadap indikasi pesan/SMS baru. 5. Action command, perintah ini tidak digunakan untuk menyimpan nilai, sehingga tidak memiliki read command. Misalnya, AT+CGMI. 6. Set command, digunakan untuk menyimpan suatu nilai dari rentang nilai yang mungkin. Misalnya, AT+CNMI=2,1,0,1,0 untuk mengeset nilai +CNMI menjadi 2,1,0,1,0. Set command disebut juga dengan parameter command. Respon yang diterima TE atas perintah dengan sintaks pada Gambar II-5 ditunjukkan pada Gambar II-6.
Gambar II-6 Sintaks Respon AT Command [ETS05]
2.2.3 AT Command untuk SMS Dalam tugas akhir ini, diperlukan modem yang mendukung AT Command terutama untuk fungsi pengiriman SMS. Beberapa jenis AT Command yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. AT+CMGS Perintah ini digunakan untuk mengirimkan pesan dari TE menuju ke jaringan SMS (SMS Submit). Perintah ini mempunyai format berikut: AT+CMGS=
. merupakan panjang oktet yang SMS PDU, tidak termasuk SCA (Service
Center Address). adalah carriage return. merupakan data SMS PDU yang merupakan pesan yang akan dikirimkan. Perintah diakhiri dengan jika pesan hendak dikirimkan, atau <ESC> jika hendak dibatalkan [SON05].
II-8 2. AT+CMGR Perintah ini digunakan untuk membaca pesan pada indeks tertentu. Format perintahnya adalah sebagai berikut: AT+CMGR= merupakan lokasi pada memori tempat pesan berada[SON05].
3. AT+CMGD Perintah ini digunakan untuk menghapus pesan pada indeks tertentu. Perintah ini memiliki format sebagai berikut: AT+CMGD= merupakan lokasi pada memori tempat pesan berada[SON05].
4. AT+CMGF Perintah ini digunakan untuk mengeset modem agar menggunakan mode PDU atau mode teks. Format perintahnya adalah sebagai berikut: AT+CMGF=<mode> <mode> bernilai 0 untuk mode PDU dan bernilai 1 untuk mode teks[SON05].
2.3
SMS PDU (Protocol Data Unit)
Pengiriman SMS dapat dilakukan dengan dua mode yaitu teks mode dan PDU mode. Pengiriman SMS dengan teks mode tidak selalu didukung oleh modem GSM. Pada umumnya, modem GSM mendukung pengiriman SMS dengan PDU mode. Untuk mengecek mode pengiriman SMS, dapat dilakukan dengan memberikan perintah AT+CMGF?. Jika respon yang diberikan adalah “0”, pengiriman SMS menggunakan PDU mode. Sedangkan jika menghasilkan respon “1”, pengiriman SMS menggunakan teks mode.
2.3.1 Mode Teks Mode ini merupakan cara termudah untuk mengirimkan pesan SMS. Pada mode ini, pesan tidak perlu dikonversi. Teks yang dikirim masih dalam bentuk asli yang panjangnya 140 karakter (8 bit) per pesan. Meskipun mudah, pengiriman pesan dengan mode ini memiliki kekurangan karena panjang karakter yang lebih pendek daripada PDU mode.
2.3.2 PDU Mode PDU mode adalah format pesan dalam bentuk heksadesimal octet dan semi-octet dengan panjang karakter yang dapat dikirimkan sebanyak 160 karakter (7 bit default alphabet). Pada tugas akhir ini, pengiriman pesan SMS menggunakan PDU mode. PDU Mode terdiri dari dua jenis yaitu SMS deliver dan SMS submit. SMS deliver adalah pesan yang masuk ke terminal dari SMSC, sedangkan SMS submit adalah pesan yang dikirimkan dari terminal ke SMSC.
II-9 PDU string tidak hanya mengandung pesan, tetapi juga meta-informasi tentang pengirim, SMSC address, timestamp, dan sebagainya.
2.3.2.1 SMS Deliver PDU (Mobile Terminated) Skema SMS Deliver PDU ditunjukkan pada Gambar II-7.
Gambar II-7 Skema SMS Deliver PDU [GUN03]
1. SCA (Service Center Address) SCA terdiri dari dari 3 komponen utama, yaitu len, type of number, dan BCD digit dari nomor SCA. Len merupakan panjang informasi SMSC dalam format hexadecimal octet. Type of number merupakan tipe nomor SMSC yang terdiri dari jenis, yaitu 81 untuk format lokal (diawali dengan 0) dan 91 untuk format internasional (diawali dengan 62). Sedangkan BCD digit berisi nomor SCA dalam format semi-octet yang dibalik antara bit ganjil dengan bit genap. Jika jumlah bit ganjil, sebelum dibalik ditambahkan karakter F heksa di bagian akhir. Contoh: 62816124 menjadi 059126181642. 2. PDU Type Nilai default untuk SMS deliver adalah 04h yang memiliki arti pesan merupakan SMS deliver dan tidak memerlukan status report. 3. OA (Originator Address) OA merupakan nomor pengirim. Format OA seperti halnya SCA kecuali pada bagian len yang merupakan panjang nomor OA dalam bentuk heksadesimal. Contoh: 6285220497950 menjadi 0D91265822407959F0. 4. PID (Protocol Identifier) Nilai default dari PID adalah “00” yang berarti “standard text SMS”. 5. DCS (Data Coding Scheme) DCS menunjukkan klasifikasi SMS. Nilai default DCS adalah “00” yang berarti “no class”. Nilai DCS menentukan tipe encoding yang digunakan. 6. SCTS (Service Center Timestamp) SCTS menunjukkan waktu yang diberikan oleh SMSC terhadap SMS deliver. Contoh SCTS adalah 30503161403482, yang berarti:
II-10 b. Tahun, 30 menjadi 2003 c. Bulan, 50 menjadi 05, Mei d. Tanggal, 31 menjadi 13 e. Jam, 61 menjadi 16 f.
Menit, 40 menjadi 04
g. Detik, 34 menjadi 43 h. Zona waktu, 82 menjadi 28, 1 unit = 15 menit, sehingga (15 x 28) / 60 = 7, menjadi GMT+07:00 7. UDL (User Data Length) UDL berisi panjang karakter dalam pesan yang terkirim. 8. UD (User Data) Berisi data pesan yang telah dikonversi dari 7 bit menjadi 8 bit. Encoding 7 bit default alphabet dapat dilihat pada Lampiran A.
2.3.2.2 SMS Submit PDU (Mobile Originated) Skema SMS Submit PDU ditunjukkan pada Gambar II-8.
Gambar II-8 Skema SMS Submit PDU [GUN03]
Bagian-bagian SMS submit hampir sama dengan SMS deliver kecuali pada hal-hal berikut: 1. SCA Untuk SMS submit biasanya bernilai 00 yang berarti nilai SCA yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada SIM card. 2. MR (Message Reference) MR biasanya bernilai 00 yang berarti nilainya akan langsung diberikan oleh SMSC. 3. DA (Destination Address) DA memiliki format yang sama dengan OA pada SMS deliver. 4. VP (Validity Period) VP merupakan jangka waktu maksimum untuk menyimpan pesan di SMSC yang gagal terkirim ke mobile station. Perhitungan VP dapat dilihat pada Tabel II-1.
II-11
Nilai VP 0-143 144-167 168-196 197-255
2.4
Tabel II-1 Penghitungan Validity Period Nilai Sebenarnya (VP + 1) x 5 menit (interval 5 menit hingga 12 jam) 12 jam + (VP – 143) x 30 menit (VP – 166) x 1 hari (VP – 192) x 1 minggu
Concatenated Short Message
Concatenated short message merupakan fasilitas untuk menggabungkan beberapa SMS menjadi pesan yang lebih panjang. Untuk kasus SMS PDU dengan 7 bit default alphabet, panjang maksimum UD dari tiap SMS sebanyak 153 karakter (160 - 7). Sedangkan panjang maksimum keseluruhan pesan untuk 7 bit default alphabet adalah 39015 (255*153) default alphabet. Gambar II-9 menunjukkan skema UD dan UDL pada 7 bit default alphabet.
Octets
Octets
UDL UDHL IEIa IEIDLa
IEDa
IEIb ......... IEIn
IEDLn
IEDn
Fill bits
Total number of Octets
SM (7bit data)
Septet Boundary
Length Indicator
Total number of Septets Length Indicator
Gambar II-9 Skema UD dan UDL pada 7 Bit Default Alphabet [ETS06]
Jenis pesan tersebut menggunakan UDHI (User Data Header Indicator) yang terletak pada field PDU type pada bit keenam. UDHI diset “1” menandakan bahwa terdapat field header pada awal UD. Masing-masing field pada header dijelaskan sebagai berikut: 1. UDHL (User Data Header Length) Field ini merupakan panjang header, bernilai 05 yang berarti panjang header adalah 5 oktet, tidak termasuk UDHL [ETS06]. 2. IEI (Information Element Identifier) IEI adalah informasi dari jenis header, bernilai 00 yang menunjukkan jenis pesan adalah concatenated short message. Dalam satu header dimungkinkan terdapat beberapa segmen IEI [ETS06].
II-12 3. IEIDL (Information Element Identifier Data Length) IEIDL menunjukkan panjang pesan untuk IEI tertentu. Untuk kasus concatenated short message hanya terdapat satu segmen IEI. Nilai field ini adalah 03 yang berarti terdapat 3 IEID [ETS06]. 4. IEID (Information Element Identifier Data) IEID merupakan data pada suatu IEI. Terdapat 3 oktet data pada concatenated short message yaitu: a. Reference number Oktet ini memiliki nilai dalam modulo 256, mengindikasikan nomor referensi untuk concatenated short message tertentu. Nilai reference number harus sama untuk masing-masing short message penyusun concatenated short message [ETS06]. b. Jumlah maksimum short message pada concatenated short message (jumlah total pesan) Oktet ini memiliki nilai antara 0 s.d. 255, mengindikasikan jumlah total short message dalam concatenated short message. Nilainya seharusnya dimulai dengan “1” dan tetap sama untuk tiap-tiap short message penyusun concatenated short message. Jika bernilai nol, penerima harus mengabaikan semua elemen informasi [ETS06]. c. Sequence number Oktet ini memiliki nilai antara 0 s.d 255, mengindikasikan nomor sekuen short message pada concatenated short message. Nilainya dimulai dari 1 dan bertambah satu untuk masing-masing short message berikutnya dalam concatenated short message yang sama. Jika nilainya nol atau lebih besar dari nilai pada oktet kedua, penerima harus mengabaikan semua elemen informasi [ETS06]. 5. Fill Bits Bits pengisi untuk menggenapkan menjadi satu oktet utuh.
2.5
MMS (Multimedia Messaging Service)
MMS (Multimedia Messaging Service) merupakan standar dalam mobile messaging. Seperti halnya SMS, MMS merupakan satu cara untuk mengirimkan pesan dari satu ponsel ke ponsel yang lain. Perbedaan dengan SMS adalah MMS mampu mengirimkan pesan tidak hanya dalam format teks, tetapi juga gambar, suara, maupun video. Di samping itu, MMS juga memungkinkan pengiriman dari ponsel ke alamat email. Hal ini tentunya akan memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi pengguna.
II-13 Format yang dapat dicantumkan dalam sebuah pesan MMS meliputi teks (dengan format warna, huruf, dan sebagainya), gambar (JPEG, GIF), audio (MP3, MIDI), dan video (MPEG). Format pesan yang dapat dicantumkan harus memenuhi standar yang telah ditentukan karena tidak semua ponsel dapat mengirimkan atau menerima pesan dalam format tertentu. Misalnya, satu ponsel dapat mengirim format X, sedangkan ponsel yang lain tidak dapat menerima format tersebut. MMS merupakan perluasan dari layanan SMS. Satu perbedaan yang tampak antara MMS dan SMS adalah ukuran MMS yang lebih besar dari SMS. Satu pesan SMS hanya berukuran 140 byte, sedangkan satu pesan MMS dapat mencapai 100 KB, tergantung dari operator dan ponsel yang digunakan. Layanan MMS membutuhkan teknologi GPRS agar dapat berjalan.
2.5.1 Struktur MMS PDU (Protocol Data Unit) Untuk dapat mengirimkan MMS, pesan tersebut harus diubah terlebih dahulu. Karena jaringan mobile memiliki bandwith yang rendah, MMS harus dienkapsulasi ke dalam bentuk binary yaitu MMS PDU (Protocol Data Unit) sehingga dapat menghemat bandwidth. Protokol yang mendasari pengiriman MMS dalam tugas akhir ini adalah WAP WSP (Wireless Session Protocol) yang memiliki fungsionalitas yang mirip dengan HTTP. Beberapa tipe MMS PDU yang berperan dalam tugas akhir ini adalah M-Send.req (Send Request) dan MSend.conf (Send Confirmation). M-Send.req digunakan untuk mengirim MMS dari client ke MMS Proxy-Relay, sedangkan M-Send.conf digunakan oleh MMS Proxy-Relay untuk memberikan konfirmasi kepada client yang mengirim MMS.
Gambar II-10 Bagian Utama MMS PDU [NOK06]
MMS PDU terdiri dari dua bagian utama, yaitu MMS header dan body yang ditunjukkan oleh Gambar II-10. MMS PDU ini nantinya akan dilewatkan pada bagian content WSP, dan content-type pesan MMS diset menjadi application/vnd.wap.mms-message, seperti terlihat pada Gambar II-11.
II-14
Gambar II-11 MMS PDU content-type: application/vnd.wap.mms-message [NOK06]
MMS memiliki kemiripan format dengan email. Pada header MMS PDU, terdapat bagian content-type seperti halnya pada bagian header email. Umumnya, pada saat ini MMS mendukung
dua
content-type,
yaitu
application/vnd.wap.multipart.mixed
dan
application/vnd.wap.multipart.related.
2.5.1.1 MMS PDU Content-Type: Application/vnd.wap.multipart.related Application/vnd.multipart.related merupakan content-type untuk MMS yang menggunakan presentation layout. MMS jenis ini dapat menampilkan pesan dalam bentuk slide presentasi. Content-type jenis ini memiliki beberapa parameter ekstra, yaitu bagian presentasi dan bagian lain yang disajikan. Hal ini ditunjukkan pada Gambar II-12. Pada gambar tersebut, di bagian body terdapat beberapa elemen yang masing-masing memiliki content-type yang berbeda. Urutan masing-masing elemen tidaklah penting. Elemen pertama memiliki content-type: application/smil yang merupakan presentation part. Presentation part berfungsi sebagai instruksi tentang bagaimana cara elemen-elemen multimedia disajikan di terminal penerima. Presentation part harus dirujuk dalam bagian header dengan parameter Start. Jika parameter tersebut tidak ada, presentation part harus ada di bagian awal pada bagian body. Content-type application/smil menunjukkan bahwa file presentation part yang digunakan adalah file berjenis SMIL yang akan dijelaskan pada subbab 2.5.2.
Tiap elemen harus dimulai dengan parameter content-type, baik berupa Content-Location atau Content-ID. ID atau Location merupakan tag yang digunakan dalam presentation part untuk merujuk elemen-elemen lain.
2.5.1.2 MMS PDU Content-Type: Application/vnd.wap.multipart.mixed Jika MMS tidak perlu disajikan dalam bentuk slide presentasi (hanya satu halaman), presentation part tidak diperlukan dalam bagian body. Dengan demikian, content-type pada MMS header diset menjadi application/vnd.wap.multipart.mixed. Selain itu, elemen-elemen
II-15 pada bagian body tidak perlu memiliki parameter Content-ID atau Content-Location. Gambar II-13 menunjukkan MMS dengan content-type: application/vnd.wap.multipart.mixed.
2.5.2 SMIL (Synchronized Multimedia Integration Language) SMIL adalah bahasa markup untuk menentukan bagaimana dan kapan klip dijalankan. MMS dengan content-type: application/vnd.wap.multipart.related membutuhkan SMIL sebagai presentation layout-nya untuk mengatur bagaimana tiap elemen disajikan di terminal penerima. MMS dengan tipe ini terdiri dari maksimal dua region, satu untuk teks dan satu lagi untuk gambar. Elemen teks dan gambar sebenarnya merupakan dua elemen terpisah, tetapi masih dalam satu message body. SMIL mendefinisikan di mana dan bagaimana elemenelemen tersebut ditampilkan.
II-16
Gambar II-12 MMS PDU Content-type:application/vnd.wap.multipart.related [NOK06]
II-17
Gambar II-13 MMS PDU Content-type: application/vnd.wap.multipart.mixed [NOK06]
Umumya, terminal yang dapat menerima MMS mendukung penerimaan MMS yang terdiri dari beberapa slide, masing-masing slide maksimal terdiri dari satu bagian gambar dan satu bagian teks. Tidak semua terminal mendukung MMS dengan audio atau video. Gambar II-14 menunjukkan contoh dokumen SMIL.
Gambar II-14 Contoh Dokumen SMIL [NOK06]
Pada gambar tersebut tampak bahwa SMIL merupakan salah satu jenis bahasa XML. Root tag harus berupa <smil>. SMIL memiliki dua bagian utama yaitu head dan body. Bagian head merupakan bagian opsional yang biasanya digunakan untuk menentukan paramater-
II-18 parameter yang akan digunakan di bagian body seperti region dan root-layout. Tabel II-2 dan Tabel II-3 berikut akan menjelaskan beberapa tag dan atribut yang terdapat dalam SMIL.
Tabel II-2 Contoh Elemen SMIL Keterangan Mendefinisikan elemen root.
No 1
Tag smil
2
head
Berisi informasi yang tidak berkaitan dengan perilaku temporal (timing elemen) presentasi.
3
body
Berisi informasi yang berkaitan dengan perilaku temporal dan linking pada dokumen SMIL. Elemen ini mirip dengan elemen seq bertindak sebagai elemen root dari elemen timing.
4
layout
Elemen ini mendefinisikan bagaimana elemen-elemen pada body dokumen diposisikan. Elemen ini harus berada bagian head dokumen.
5
root-layout
Elemen ini mendefinisikan nilai dari properti layout pada elemen root, yang selanjutnya menentukan ukuran window pada terminal atau aplikasi yang merender SMIL.
6
region
Elemen ini mengontrol posisi, ukuran dan skala dari tiap-tiap elemen yang akan ditampilkan.
7
par
Merupakan sebuah kontainer, singkatan dari “parallel”, mendefinisikan timegrouping, beberapa elemen dapat ditampilkan secara simultan.
8
seq
Menentukan kontainer sekuen elemen, elemen satu disajikan secara sekuensial, yang satu setelah yang lain.
9
img
Gambar tak bergerak
10
text
Elemen teks
11
audio
Elemen audio
No 1
Atribut width
Tabel II-3 Contoh Atribut pada SMIL Keterangan Pada root-layout, atribut ini menentukan lebar elemen root. Pada elemen region, atribut ini menentukan lebar region yang digunakan oleh suatu elemen.
2
height
Identik dengan atribut width, untuk menentukan tinggi.
3
id
Menentukan id elemen dalam dokumen.
4
left
Menentukan posisi sebelah kiri elemen.
5
top
Menentukan posisi sebelah atas elemen.
6
dur
Menentukan durasi penyajian elemen (pada elemen par).
7
src
Menentukan URI file sumber (pada elemen img, text, audio, dan video).
8
region
Menentukan id region yang telah ditentukan pada elemen root-layout yang merupakan posisi dari elemen tersebut (pada elemen img, text, dan video).
II-19
2.6
NoteBOX
NoteBOX merupakan sebuah sistem mobile unified messaging, yaitu sebuah sistem yang memungkinkan penggunaan berbagai macam layanan messaging dalam sebuah sistem tunggal pada jaringan mobile berbasis Internet Protocol (IP) [MAN06]. Sistem ini terdiri dari 3 layer yang ditunjukkan pada Gambar II-15, dengan penjelasan sebagai berikut [MAN06]: 1. Application Layer, adalah lapisan tempat application server eksternal bekerja. Application server adalah program yang menyediakan layanan value-added content kepada end-user. Contoh application server adalah Search Engine. 2. Core Layer, adalah lapisan yang merupakan jantung dari sistem ini. Di lapisan ini terdapat core server yang menjalankan fungsi-fungsi sistem. Untuk menjalankan tugasnya, core server perlu dibantu oleh sebuah manajemen basis data yang menyimpan profil dari pengguna. Core server dapat tersambung ke core server lainnya sehingga memungkinkan pengguna melakukan komunikasi dengan pengguna di domain lain. 3. User Layer, adalah lapisan tempat user/client berada. Client dapat berupa native client, yaitu aplikasi client yang dikembangkan khusus untuk NoteBOX, atau dapat juga berupa client gateway yang menghubungkan sistem dengan berbagai sistem jaringan eksternal seperti email, SMS, MMS, IM, atau sistem jaringan lainnya.
Gambar II-15 Arsitektur Global Sistem NoteBOX [MAN06]
II-20 Pada sistem NoteBOX, terdapat 5 interface yang memungkinkan suatu entitas dapat berkomunikasi dengan entitas yang lain. Interface tersebut adalah sebagai berikut [MAN06]: 1. Interface IC adalah interface antara core server dengan core server lain. 2. Interface IU adalah interface antara core server dengan user equipment yang menjalankan native client. 3. Interface IG adalah interface antara core server dengan gateway. 4. Interface IA adalah interface antara core server dengan application server.
Interface IX adalah interface antara gateway dengan berbagai sistem eksternal. Interface ini bukan sebuah interface yang dispesifikasikan dalam rancangan sistem ini, melainkan interface yang sudah biasa digunakan pada sistem lain, misalnya pada sistem email sudah menggunakan SMTP, POP, dan IMAP.
Dengan menggunakan interface IG, komunikasi antara core server dan gateway dapat terjadi. Setiap pesan yang masuk pada gateway akan diteruskan ke core server, kemudian pesan tersebut akan diteruskan ke subsistem lain (gateway, core server lain, application server, dan sebagainya). Dengan demikian, tidak mungkin terjadi komunikasi peer-to-peer antara native client, gateway dan application server.
Setiap interface pada NoteBOX menggunakan socket pada protokol TCP/IP. Setiap subsistem pada NoteBOX memiliki event listener. Event ini akan dibangkitkan jika ada pesan yang masuk. Misalnya ketika ada pesan dari gateway ke core server, event pada core server akan dibangkitkan untuk memproses pesan tersebut dan meneruskannya ke subsistem lain. Begitu juga sebaliknya dengan gateway atau subsistem lainnya. Jika gateway belum siap (belum dijalankan), pesan untuk gateway tersebut akan disimpan oleh core server sampai dengan gateway tersebut dijalankan (prinsip store and forward).
Ketika tugas akhir ini dibuat, pada sistem NoteBOX telah terdapat email gateway dan search engine. Email gateway merupakan subsistem yang terletak di user layer, berfungsi menjembatani antara core server dengan protokol email, yaitu SMTP dan POP3. Search engine yang tersedia pada NoteBOX merupakan layanan yang terletak pada Application Layer.