BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem yang digunakan untuk
mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan
memanfaatkan refrigeran
sebagai medianya. Sistem refrigerasi kompresi uap
bekerja dengan komponen-komponen yang saling berhubungan dan mempunyai
fungsi di tiap-tiap komponennya (Dossat, 1981). Siklus refrrigerasi kompresi uap terlihat seperti gambar di bawah ini : Discharge Line
Qk Liquid Line
Kondensor
Sisi Tekanan Tinggi Sisi Tekanan Rendah
Alat Ekspansi
Kompresor Evaporator
Expansion Line
Qe
Suction Line
Gambar 2.1 Siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap (Sumber : Modern Refrigeration and Air Conditioning, Althose,2004)
Sepanjang jalur tersebut refrigeran mengalir melalui pipa tembaga yang menguhubungkan antar komponen sehingga akan menghasilkan dampak pendinginan.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
4
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
Dalam diagram p-h dapat digambarkan seperti ini :
Pressure (bar absolute)
Pc
Pe
3
1
4 h3 = h4
2
h1 h2 Enthalpy (kJ/kg)
Gambar 2.2 Diagram P-h Siklus Refrigerasi Kompresi Uap (Sumber: Principle Of Refrigeration, Dossat, 1981)
2.1.1 Proses Kompresi Proses ini terjadi di kompresor yang merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Pada siklus digram P-h gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses 1-2. Fasa refrigeran yang masuk ke kompresor adalah uap jenuh, dengan tekanan dan temperatur yang rendah.. Pada fasa ini uap refrigeran berubah menjadi fasa uap superheat yang keluar dari kompresor dengan bertekanan tinggi. Proses kompresi berlangsung di kompresor adalah: W= ̇ .w w = ( h2 – h1 ) W = ̇ . ( h2 – h1 )…………………….……………………………...(2.1) dengan: W = Kerja kompresi (kW) ̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
5
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
h1 = Enthalpy refrigeran masuk kompresor (kJ/kg) h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
2.1.2 Proses Kondensasi
superheat dari saluran discharge mengalami pelepasan kalor sensible ke lingkungannya sehingga menjadi uap jenuh yang siap diembunkan. Pada
Proses kondensasi terjadi di kondensor,dimana uap refrigeran
siklus digram P-h gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses 2-3. Kondisi
refrigeran yang mempunyai tekanan dan temperatur uap jenuh yang tinggi
tersebut akan berubah fasanya menjadi cair dengan melepas kalor latent ke lingkungan sekitarnya. Kalor yang dilepas di kondenser : Qc = ̇ . qc qc = h2 - h3 Qc = ̇ . (h2-h3)……………………………………………………(2.2) dengan: Qc = Kalor yang dilepas di kondenser (kW) ̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg) h3 = Enthalpy refrigeran keluar kondenser (kJ/kg) 2.1.3 Proses Ekspansi Proses ini terjadi
di dalam alat ekspansi. Proses ekspansi itu
sendiri terjadi pada entalpi yang konstan (adiabatis), artinya tidak ada sejumlah kalor yang dibuang atau diterima. Pada siklus digram P-h gambar 2.2, ditunjukkan dengan proses 3-4. Pada proses ini, refrigeran cair tersebut setelah melewati alat ekspansi, tekanan dan temperatur menjadi turun dan fasa refrigeran menjadi campuran dan masuk ke evaporator.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
6
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.1.4 Proses Evaporasi
campuran antara cair dan uap. Pada siklus digram P-h gambar 2.2,
ditunjukkan dengan proses 4-1. Dengan menarik kalor dari tempat yang
didinginkan, maka fasanya akan berubah menjadi uap seluruhnya sampai menjadi uap jenuh.. Proses ini berlangsung pada tekanan dan temperatur
yang konstan. Kalor yang diserap di evaporator :
Pada proses ini terjadi di evaporator dimana fasa refrigeran adalah
Qe = ̇ . qe
qe = h1 – h4
Qe = ̇ . (h1 – h4)……………………..………….………(2.3) dengan: Qe = Kalor yang diserap di evaporator (kW) ̇ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h1 = Enthalpy refrigeran keluar evaporator (kJ/kg) h4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kJ/kg) 2.1.5 Kemampuan Kerja Untuk sistem refrigerasi kompresi uap ini, kemampuan kerja dinyatakan oleh besaran yang dinamakan Coefficient of Performance (COP). Harga COP ini berkisar antara 2 – 3.5. Harga COP yang ideal (carnot) tergantung dari temperatur dan tekanan kerja dari sistem. Efek refrigerasi per unit massa (qe) = h1-h4 (kJ/kg)……………………….…..(2.4) Kerja spesifik per unit massa (w) = h2-h1 (kJ/kg)……………………….……..(2.5) Efek pemanasan (kondensasi) per unit massa
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
7
BAB II Dasar Teori
(qc) = h2-h3 (kJ/kg)……………..(2.6) Prestasi
aktual
mesin
refrigerasi
dapat
diketahui
dengan
menghitung nilai COP yang dapat dicapai dengan persamaan sebagai berikut
q e h1 - h4 w h2 - h1 ……..…………………………...…..(2.7)
COPa
Tugas Akhir
dengan:
COPa
= Coeficient of Performance aktual
qe
= Efek
refrigerasi per unit massa
(kJ/kg)
w
= Kerja
spesifik per unit massa
(kJ/kg)
Sementara prestasi ideal mesin refrigerasi dihitung berdasarkan nilai COPCarnot sebagai berikut COPC
Te ………………..…………….……………(2.8) Tk - Te
dengan: Te
= Temperatur evaporasi
(K)
Tk
= Temperatur kondensasi
(K)
Efisiensi sistem refrigerasi dapat dihitung dengan membandingkan nilai COPaktual dengan nilai COPideal, yaitu:
R
COPa 100% COPC …..………...……………..….…..(2.9)
dengan ηR
= Efisiensi refrigerasi
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
8
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
COPa = Coeficient of Performance aktual COPC = Coeficient of Performance Carnot
2.2 Psikrometrik Psikrometrik merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan air,
yang memiliki arti penting dalam bidang pengkondisian udara karena udara atmosfer tidak kering seluruhnya, tetapi terdiri dari campuran udara kering dan
uap air. Pada diagram psikrometrik dapat di tunjukkan sifat-sifat termal dari udara dimana pada diagram psikrometrik tercantum beberapa istilah seperti Tdb basah,
(Temperatur dry bulb), Twb (Temperatur wet bulb), titik embun (dew point), RH (Relative Humidity), Rasio kelembaban (humidity ratio), Entalphy, volume spesifik dan faktor panas sensibel. Semua besaran tersebut saling berkaitan untuk pembacaaan diagram ini.
Gambar 2.3 Diagram Psikrometrik
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
9
BAB II Dasar Teori
1. Dry-bulb Temperature (DB, ⁰C atau ⁰F) DB temperatur (temperatur bola kering) adalah temperatur yang ditunjukkan oleh termometer biasa. Data DB temperatur saja tidak
lengkap, karena DB temperatur hanya menyatakan derajat kandungan
panas sensibel dari suatu substansi, tidak memberi informasi kandungan panas laten di dalam udara.
2. Wet-Bulb Temperature (WB, ⁰C atau ⁰F)
Tugas Akhir
WB temperatur (temperatur bola basah) adalah temperatur udara
yang didapatkan dengan membaca temperatur yang bulbnya di bungkus
dengan kain basah untuk menghilangkan radiasi panas. 3. Dew Point Temperature (temperatur titik embun, ⁰C atau ⁰F) Temperatur titik embun adalah temperatur dimana uap air mulai mengembun ketika campuran uap dan udara didinginkan 4. Relative Humidity (RH %) Relative humidity (kelembaban relatif) adalah perbandingan antara tekanan aktual uap air dalam udara terhadap tekanan uap jenuh pada temperatur bola kering yang sama. 5. Humidity Ratio (Rasio kelembaban, kg uap air/kg udara kering) Rasio kelembaban adalah massa air yang terkandung dalam setiap kilogram udara kering. 6. Heat Content (Enthalpy) udara Kandungan kalor (heat content) udara terdiri dari kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel dinyatakan oleh DB temperatur sedangkan kalor laten dinyatakan oleh WB temperatur. 7. Spesific Volume (Volume spesifik, m³/kg) Volume campuran udara dan uap air, biasanya dengan satuan meter kubik udara kering atau udara campuran per kilogram udara kering. 8. Sensible Heat Factor (Faktor panas sensibel, tanpa satuan) Faktor panas sensibel adalah perbandingan antara panas sensibel dengan jumlah dari panas laten dengan panas sensibel.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
10
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.3 Proses-Proses Pada Psikrometrik
Setyawan (2011), proses yang dialami oleh udara secara umum ada 8 macam. Proses-proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Diagram Psikometrik dengan Arah Plot Pengkondisian Udara
2.3.1
Humidification Proses humidifikasi terjadi pada udara yang tidak mengalami
pemanasan dengan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang mendapat semprotan air dengan temperatur lebih sama dengan temperatur tabung kering (Tdb).
2.3.2
Sensible Heating and Humidification Proses pemanasan dan humidifikasi terjadi pada udara yang
mengalami pemanasan dan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang mendapat semprotan air dengan temperatur lebih tinggi dibanding temperatur tabung kering udara.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
11
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.3.3
Proses pendinginan sensibel terjadi pada udara yang mengalami pendinginan tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Proses ini
terjadi pada udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih
rendah dibanding temperatur tabung keringnya tetapi sama atau lebih tinggi daripada temperatur titik embunnya.
Sensible Cooling
2.3.4
Sensible Heating and Dehumidification
Proses pemanasan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang
mengalami pemanasan dan pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang melewati koil pemanas dan dehumidifier.
2.3.5
Dehumidification Proses dehumidifikasi terjadi pada udara yang mengalami
pengurangan uap air tanpa pemanasan atau pendinginan. Proses ini terjadi pada udara yang melewati dehumidifier seperti silica gel.
2.3.6
Sensible Cooling and Dehumidification Proses pendinginan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang
mengalami pendinginan dan pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih rendah dibanding temperatur titik embunnya.
2.3.7
Sensible Cooling Pendinginan sensibel terjadi pada udara yang mengalami
pendinginan tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih rendah dibanding temperatur tabung keringnya tetapi sama atau lebih tinggi daripada temperatur titik embunnya.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
12
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.3.8
Sensible Cooling and Humidification
Pendinginan sensibel dan humidifikasi terjadi pada udara yang mengalami pendinginan dan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada
udara yang mendapat semprotan alami.
2.4. Kapasitas Pendinginan Pada proses pendinginan, udara akan mengalami penurunan temperatur
tabung kering. Juga perubahan rasio kelembaban yang akan naik, turun, atau tetap,
tergantung dari media pendingin yang digunakan. Secara umum, jika udara
didinginkan atau dipanaskan dari kondisi 1 ke kondisi 2, maka berlaku : ………………………………….(2.10) atau ………………………….(2.11) dimana : q = daya yang dibutuhkan untuk pemanasan atau pendinginan, [W] atau [Btu/hr]. = laju aliran massa udara, [kg/s] atau [lb/hr]. = selisih entalpi udara kondisi 1 dan kondisi 2, [kJ/kg]. = entalpi udara pada kondisi 1, [kJ/kg] atau [Btu/lb]. = entalpi udara pada kondisi 2, [kJ/kg] atau [Btu/lb]. Dengan rumus laju aliran massa : ……………………………………….(2.12) imana, = laju aliran massa udara, [kg/s] atau [lb/hr]. ρ = massa jenis, [kg/m3].
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
13
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
Q = debit, [m3/s].
Dengan rumus debit :
Q = V x A …………………………………………(2.13)
dimana,
Q = debit, [m3/s].
V = kecepatan aliran udara, [m/s]. A = luas permukaan, [m2].
2.5 Karakteristik Jamur Tiram Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung (Wijoyo,2011) Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu- abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Sumiati, 2006).
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
14
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.5.1 Klasifikasi Ilmiah Gambar 2.5 Jamur Tiram
Berdasarkan
pengunduhan
dari
http://www.wikipedia/jamurtiram/htm. (2012), klasifikasi ilmiah jamur tiram adalah : Kingdom
: Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Class
: Agaricomycetes
Ordo
: Agaricales
Family
: Pleuritaceae, Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Species
: Pleurotus ostreotus
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
15
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
2.5.2 Siklus Hidup dan Syarat Pertumbuhan Jamur
4
3
1
2
Gambar 2.6 Siklus Hidup Jamur Tiram
Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram dalam Ir.Padmiarso M. Wijoyo (2011) adalah sebagai berikut : 1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk seratserat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau miselia. Pertumbuhan miselia ini meliputi 2 tahap, yaitu miselia primer sebagai miselia awal dan miselia sekunder sebagai miselia lanjutan. 2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam arti temperature, kelembaban, kandungan C/N/P rasiosubstrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordial atau bakal tubuh buah jamur. 3. Bakal tubuh buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian di panen.
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
16
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh di bagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau dewasa spora akan jatuh dari tubuh buah jamur.
Wijoyo (2011) menjelaskan bahwa untuk pertumbuhan badan buah jamur tiram, temperatur udara memegang peranan penting. Pada umumnya
temperatur yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram dibedakan dalam
2 fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22
- 28ºC dengan kelembaban 60 - 70% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22ºC. Selain
temperatur
udara,
tingkat
keasaman
media
sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat ) Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60-70% (Sumiati, 2006). 2.5.3 Kandungan Gizi Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Berdasarkan pengunduhan dari http://www.wikipedia/jamurtiram/htm. (2012), jamur tiram memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5 - 30,4%. Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
17
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga
menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting,
terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1, vitamin B2, dan provitamin D2
2.5.4 Budidaya Jamur Tiram
1. Persiapan Media Tanam
Media tanam sebagai tempat pertumbuhan jamur tiram banyak menggunakan baglog. Baglog merupakan tempat untuk membiakkan tubuh buah jamur yang didalamnya sudah terdapat media dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram. Baglog dapat diperoleh dengan cara membeli yang sudah siap pakai atau bila ingin menekan modal usaha dapat membuat baglog sendiri (Wijoyo,2011). Berdasarkan
hasil
pengunduhan
dari
http://www.agricultureonline/budidayajamurtiram/htm (2012), bahan pembuatan baglog terdiri atas serbuk gergajian kayu, bekatul (dedak halus), tepung jagung, air, gips atau kapur (CaSO3), kantong plastik transparan tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm, cincin paralon atau bambu berdiameter 3 cm dan kapas. Cara pembuatan baglog yaitu : a. Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata ( homogen ) kemudian diayak. b. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 6065 % lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus. c. Memasukkan
media
tanam
kedalam
kantung
plastik
polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
18
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet pentil. d. Melakukan sterilisasi pada suhu 95 ºC selama 7 - 8 jam
e. Mendinginkan media tanam selama 8 - 12 jam dalam ruangan inokulasi
Keberhasilan budidaya jamur tiram ditentukan oleh kualitas
baglog, proses budidaya, dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit
dapat diperoleh melalui pembuatan kultur murni, pembuatan bibit induk, bibit semai, atau membeli bibit yang telah ditanam di dalam baglog. Para pemula biasanya menggunakan bibit baglog yang sudah siap pakai yang telah disertifikasi (Suprapti,2010).
Gambar 2.7 Baglog Jamur Tiram
2. Inokulasi (Pemberian Bibit) Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas (Wijoyo,2011).
Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
19
BAB II Dasar Teori
Tugas Akhir
3. Inkubasi (Masa Pertumbuhan Miselium) Jamur Tiram
Inkubasi Jamur Tiram dilakukan dengan cara menyimpan di
ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari. Kondisi ruangan diatur pada suhu 22– 28ºC dengan kelembaban 60% – 80% (Wijoyo,2011).
4. Penanaman (Growing)
Wijoyo (2011) menjelaskan, penanaman (growing) yaitu untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan penanaman dilengkapi juga dengan
rak-rak
penanaman
dan
alat
penyemprot/pengabutan.
Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal 16 – 22 ºC dengan kelembaban 80 – 90%. 5. Panen Jamur Tiram Menurut Aditya Rial (2012), panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.
Gambar 2.8 Jamur Tiram Siap Panen Teknik Refrigerasi dan Tata Udara – Politeknik Negeri Bandung
20