ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB II DASAR - DASAR FENGERT1AN TEORITIS
f l j Umum Undang - Undang nomor 7 tahun 1983 yang sering ju ga disebut sebagai Undang - Undang Pajak Penghasilan hun 19B3 merupakan salah satu peraturan - peraturan riibidang perpajakan yang telah dikeluarkan oleh
ta baru
pemerin-
tah dan diberlak;ukan sejak tanggal 31 Desember 1963. Undang - Undang Pajak Penghasilan tersebut merupa kan penyempurnaap dari berbagai Undang - Undang yang lama yaitu : - Grdonansi Pajak Perseroan 1925. - Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. - Undang - Undang Pajak atas Bunga, Deviden dan
Ro
yalty 1970. - Undang - Undang nomor B tahun 1967 Jo
Peraturan
Pemerintah nomor 11 tahun 1967. Pari penyempurnaan tersebut diharapkan wajib pajak secara H n g s u n g melaksanakan kewajiban perpajakannya untuk
pem-
biayaan negara dan pembangunan nasional, karena wajib pa jak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan
dan membayar sendiri pajak yang terhutang ( sistim
eelf
assesment ) dengan suatu alat yang dinamakan Surat Pembe ritahuan ( SPT ). Sebagai kelengkapan dari SPT ini diser15
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
takan juga Laporan Keuangan perusahaan, hal ini
diatur
dalam pasal 4 ayat 4 dari Undang - Undang nomor 6
tahun
19^3 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, yaitu : Pengisian $urat Pemberitahuan Tahunan Pajak Pengha silan Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan h a rus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi - laba serta keterangan - keterangan loin yang dipfrlukan untuk menghitung besarnya laba kena pajak.l Dari ketentuan ini jelaslah bahwa pihak fiskus
menghen-
daki adanya laporan keuangan perusahaan yang berupa nera ca dan perhitungan rugi - laba serta keterangan -
kete-
r rngan lainnya, Hal ini dipeftegas kembali dalam pasal 30 ayat 1 Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan : " Wajib Pajak dalam negeri diwajibkan untuk paikan Surat Pemberitahuan Tahunan yang
menyamdilampiri
dengan Lapofan Keuangan berupa neraca dan
perhi
tungan rugi - laba .... "2 Lanoran Keuangan yang merupakan produk akhir dari proses akuntansi dan yang menjadi tanggung jawab
suatu manaje-
men kepada pihak pemakai laporan ( pihak intern dan
karta,
, .,
eks-
Undang Perpajakan, (ihalia Indonesia, JaT “3T1 ^
4 A,
2 Ibid, hnl. 112
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
tern ), maka agar laporan keuangan yang disusun
dapat
rnemenuhi kebutufran para pemakainya, sebagai bahan
per-
timbangan di dalam pengambilan keputusan, laporan keuang an yang disusun harus berdasarkan pada prinsip
akuntansi
yang lazim dipakai ( generally accepted accounting
prin
ciples ). Untuk itu laporan keuangan yang disusun harus rnemenuhi : a. tujuan umum : 1. memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. ?. memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto ( akti va dakurangi kewajiban ) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potens£ perusahaan dalam menghasilkan laba. 4- memberikan informasi penting lainnya menge nai perubahan dalam aktiva dan kewajiban su atu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. mengnngkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai lapor an, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. b. kualitas informasi keuangan : 6. relevan. 7. dapat dimengerti. 8. daya uji ( verifiability ). 9- netral. 10. tepat waktu. 11, daya banding ( comparability ).
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
1?. lengkap.^ Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara
pe-
riodik dengan penggunaan tahun kalender ( 1 Januari
sam
pai dengan 31 Desember ) atau menggunakan tahun ( selain 1 Januari ). Walaupun demikian masih
buku dimungkin-
kan penyusunan laporan keuangan untuk periode yang
lebih
pendek dari 1 tahun, misalnya bulanan, triwulanan
atau
kwartalan yang semuanya ini lazim disebut laporan
in
terim. Pada dasarnya neraca sebagai satu bagian dari
la
poran keuangan, harus memberikan gambaran yang jelas
ba~
gi pcmbacanya. Klasifikasi perkiraan - perkiraan
pada
neraca harus menunjukkan secara tepat sesuai dengan tingkat likwiditasnya, agar supaya informasi yang
disajikan
dapat dipergunakan sebagai bahan analisa. Demikian juga untuk perhitungan rugi - laba, dimana hitungan rugi - laba ini menunjukkan hasil usaha
per
perusa
haan dalam suatu periode tertentu dan yang juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan, maka penyusun an perhitungan rugi - laba tersebut harus dapat
memuat
aecara terperinci unsur - unsur pendapatan dan beban, dan harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha lain
^Ikatan AKuntan donesia 1984, hal 3*
SKRIPSI
dan
Indonesia, Prinsip Akuntansi In
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
pos luar biasa. Seperti yang telah
dikatakan di
muka,
Undang - Undang Pajak Penghasilan tahun 1983
bahwa merupakan
peraturan baru di bidang perpajakan dan mempunyai
karak-
teristik tersendiri di dalam penentuan pendapatan dan be ban, maka dibutuhkan penyesuaian - penyesuaian ke Prinsip Akuntansi Indonesia, apabila
unsur perpajakan
diikutknn
di dalam proses akuntansi. Misalnya dalam hal pajak penghasilan yang menjadi
beban
perusahaan untuk suatu periode akuntansi tertentu
dengan
pnjak penghasilan yang terhutang kepada negara. Prinsip Akuntansi Indonesia mengatur masalah beban
pajak
penghasilan ini di dalam Prinsip Pendapatan dan
Beban
pasal 9.1, yaitu : "Dalam perhitungan rugi - laba, jumlah pajak peng hasilan dapat dihitung berdasarkan laba
menurut
akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif
se-
bagaimana ditetapkan oleh fiskus."4 Yang menjadi persoalan dalam rangka penentuan laba bersih untuk suatu periode adalah besarnya beban
pajak
penghasilan yang harus diperhitungkan oleh perusahaan un-
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
tuk periode yang bersangkutan. Antara prinsip akuntansi yang lazim dipakai dengan
per
aturan perpajakan mempunyai aturan - aturan yang
berbeda
di dalam penentuan pendapatan dan beban, sehingga
menim-
bulkan perhitungan pajak penghasilan yang berbeda juga. Laba akuntansi yang dipakai sebagai dasar
perhi
tungan beban pajak penghasilan suatu periode, akan
ineng-
hasilkan perbedaan perhitungan antara pajak
penghasilan
yang dibebankan ke Rugi - Laba dengan pajak
penghasilan
yang terhutang, hal ini akan memerlukan alokasi - alokasi pajak atas perbedaan perhitungan tersebut, dimana alokasi pajak tersebut tergantung pada transaksi - transaksi ming differences antara tujuan akuntansi dengan
ti
tujuan
perpajakan. V.'J Graham memberikan pendapatnya tentang alokasi
pajak
sebagai berikut : Hal yang paling meyakinkan pada " income tax allo cation " t*-rletak pada pembebanan yang baik menge nai biaya ( expense ) terhadap hasil ( revenue ), dan pembebinan income tax - expense antar waktu ( among periods ) yang lebih mempunyai hubungan dengnn pendapatan bersih yang dilaporkan daripada dengan pendapatan jang dikenakan pajak ( taxable income ).?
Hadibroto, Studi Perbandingan antara Akuntansi Arm rika & Belanda dan I-engaruhn\a Terhadap Profesl di IndonesiaV PT Icl'itTaf Baru - Van Hoeve, Jakarta” hal 75:
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Pengertian Laba Laba merupakan selisih antara pendapatan dan beban untuk suatu periode tertentu, yang ditunjukkan dalam per hitungan rugi - laba. Untuk menentukan laba atau rugi setepat mungkin maka pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus ditetapkan setepat mungkin, demikian pula de ngan beban, dimana sebagian dari beban - beban
tersebut
dapat diidentifikasikan berdasarkan pendapatan yang jadi dan sebagian lagi diperhitungkan berdasarkan
ter jangka
waktu ( unexpired cost ). Memang benar kalau dikatakan bahwa untuk
menen
tukan rugi - laba yang tepat, hanya dapat dilakukan
da
lam masa sejak berdirinya perusahaan sampai saat
li-
kwidasinya. Tetapi untuk rnemenuhi pihak - pihak yang
berkepentingan,
dalam prakteknya penentuan pendapatan sudah harus
dilak-
sanakan secara 'berkala, misalnya setahun sekali. Dengan adanya penentuan pendapatan secara berkala,
maka
ada unsur - unsur yang kurang tepat yang tidak dapat
di-
hindari. Hal ini tidak boleh diartikan bahwa dalam penen tuan pendapatan secara berkala tersebut tidak perlu usihakan setepat mungkin, karena akan merugikan
pihak -
pihak tertentu dengan menguntungkan pihak - pihak
yang
hrof Dr S Hadibrota memberikan pendapatnya tentang
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
di-
pe-
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
nentuan pendapatan secara berkala, sebagai berikut : Diantara berbagai - bagai ide yang mempengaruhi prinsip - prinsip penentuan pendapatan berkala, yang berikut ini adalah yang paling penting. a. Konservatisme b. Biaya c. Konsistensi d. Fengungkapan ( disclosure ).^ a . Konservatisme. Dalam praktek akuntansi, konservatisme
dimak-
sudkan sebagai suatu kebijaksanaan akuntansi ;yang bertujuan memperkecil nilai neraca atau
perhi
tungan rugi - laba. Konsep ini menghendaki agar praktek mencatat sebagai kerugian terhadap
akuntansi kemungkinan
kerugian yang diperkirakan akan terjadi, sebaliknya tidak akan memperhitungkan
namun
keuntungan
ynng belum betul - betul terealisir. Pengertian konservatisme dalam Prinsip
Akuntansi
Indonesia tertuang dalam Konsep Dasar dan
Keter-
bjitasan Akuntansi Keuangan pasal 3.5, dimana
di-
sebutkan bahwa : Laporan kouangan bersifat konservatif dalam meng hendaki ketidakpastian, bila terdapat beberapa ke-
6Ibid, hal 17
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
mungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai ak tiva yang paling kecil.7 Jadi bilamana ada beberapa alternatif, maka
ha-
ruslah dipilih alternatif yang paling jelek
pe-
ngaruhnya terhadap kekayaan milik perusahaan. Pikiran yang mendasarinya adalah bahwa
memper-
kecil nilai merupakan cara pendekatan yang
lebih
berhati - hati. b. Biaya. Konsep ini menghendaki agar aktiva agar jasa jasa yang diperoleh, digunakan atau dipertukarkan dinilai / dicntat berdasarkan harga
pokoknya
( cost ). Yaitu pengeluaran - pengeluaran
dan
beban - beban yang diperkenankan, langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang dan jasa dalairi kondisi dan tempat dimana barang dan
jasa
tersebut dipergunakan atau dijual. Secara urnum biaya dapat digolongkan menjadi
2,
yaitu : - expired cost ( biaya yang terpakai ),
biaya
ini dibebankan pada periode yang sedang ber-
^Ikatari Akuntan
SKRIPSI
Indonesia, op cit, hal 7
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
jalan dari pendapatan yang ada. - unexpired cost ( biaya yang belum terp^kai ) pembebanan ini untuk periode - periode
men-
datang. Maksud dari pembebanan kedua golongan
biaya
tersebut di atas adalah agar hasil bersih
dapat
dinyatakan secara wajar. c t Konsistensi. Kcnsep ini menghendaki agar prinsip -
prinsip
akuntansi yang digunakan oleh suatu kesatuan usa ha harus diterapkan secara konsisten dari
suatu
periode berikutnya. Hal ini diperlukan agar
in
formasi keuangan dapat dibandingkan antara perio de yang lain, sehingga informasi keuangan
lebih
berguna sebagai bahan pengambilan keputusan. Konsep konsistensi ini tidak melarang adanya per ubahan metode / prinsip akuntansi yang telah pakai sebelumnya, apabila metode / prinsip
di yang
baru dinilai lebih baik dan lebih berguna
di
dalam pengambilan keputusan. Perubahan atas metode / prinsip akuntansi
yang
telah dilakukan , sifat dan pengaruhnya.
serta
alasan dilakukannya perubahan tersebut harus
di-
ungknpk&n dalam laporan keuangan.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
d. Pengungkapan ( disclosure ). Konsep ini menghendaki agar segala
sesuatu
yang cukup material dan relevan dengan
kepen-
tingan para pemakai laporan keuangan harus diungkapkan dengan cukup di dalam laporan '
keuang
an. Dengan demikian informasi keuangan yang
di
sajikan dalam bentuk laporan keuangan akan guna bagi para pemakainya dan tidak
ber-
menimbulkan
salah penafsiran dalam pengambilan keputusan, Adapun konsep pendapatan menurut Ahmed Belkaoui adalah : Income is a basic important item of financial sta tement — it has various uses in various contexts. Income is generally perccived as a basis for taxa tion, a determinant of dividend payment policy, a guide for investment and decision making, and an element in prediction.8 Jelaslah bahwa pendapatan merupakan unsur
utama
dan penting dari laporan keuangan, dan yang mempunyai banyak kegunaan, diantaranya sebagai dasar perpajakan, mana di dalam Undang - Undang perpajakan dikenal oebutan " Pendapatan Kena Pajak n , yang
di-
dengan
perhitungannya
didasarkan atas ketentuan - ketentuan perpajakan sendiri.
3. p e r b edaan Laba Akuntansi Dengan Laba Kena Pajak ✓ Prinsip Akuntansi Indonesia dan
Undang - lindong
8Ahmed Belkaoui, Accounting Theory, iiarcourt Bract, Jovanovich, Inc, New York, 1981, hal 138.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
perpajakan masing - masing mempunyai peraturan yang beda di dalam menentukan pendapatan dan beban,
ber dengan
sendirinya dari operasional perusahaan dalam satu periode akuntansi dapat diperoleh dua perhitungan laba,
dimana
pfrhitungan - perhitungan tersebut untuk tujuan akuntansi dan untuk tujuan perpajakan. ^ldon S Ilendriksen mengklasifikasi perbedaan -
perbedaan
laba antara laba kena pajak dengan laba akuntansi,
seba
gai berikut : - permanent differences between taxable arising from special legislative allowances or restric tion permitted or required for economic, po litical, or administrative reasons not related to the computation of accounting net income. - differences arising from the direct charging or crediting to retained earnings or extraordinary gains or losses of items included in the compu tation of taxable net income. - differences in timing of charges and credits income.9
to
Kelompok / klasifikasi pertama merupakan perbedaan y'ttig sifatnya tetap, perbedaan ini timbul karena
adanya
dua peraturan yang berlaku, yaitu Undang - Undang lenghasilan dan Prinsip Akuntansi Indonesia yang
Pajak berbeda
di dalam momperhitungkan pendapatan dan beban - beban biaya - biaya. Hal ini nampak di dalam pasal 9 dari
Un
doing - Undang Pajak Penghasilan tahun 19^3.
^Kldon S Ffendriksen, Accounting Theory, Third Edi tion, Richard D Irwin Inc, Illinois, 197?"", hal 463.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Sebagai contoh biaya entertaimcnt, dari segi
akuntansi
biaya entertaiment ini merupakan beban perusahaan,
se~
dangkan dari segi perpajakan biaya entertainment ini
bu-
k'm merupakan biaya sehingga tidak boleh dipotongkan
kc
prndapatan / penghasilan. Kelompok / klasifikasi ketiga merupakan perbedaanperbedaan waktu ( timing differences ) dalam
pengakuan
pendapatan dan beban / biaya - biaya untuk tujuan
akun
tansi dengan tujuan perpajakan. A c c o u n t i n g Principles Board Opinion ncmor 11 mendifinisi-
kan timing differences sebagai berikut : Differences between the periods in which transac tions affect taxable income and the periods in which they enter into the determination of pretax accounting income. Timing differences originate in one period and reverse or " turn around " in cne or more subsequent periods. Some timing differen ces reduce income taxes that would otherwise be payable currently, others increase income taxes that whould otherwise be pnyable currently.I*"* Dari difinisi tersebut di atas dapat
dijelaskan .
Wihwa transaksi - transaksi yang menimbulkan
perbedaan
w
periode pa ( laba
lnAmerican Institute of Certified Public Accoun tants, Accounting Principles Board, commerce blearing House, Inc, Illinois, '1913, volume II, hal 6582.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
bersih sebelum pajak penghasilan ) atau terjadi
sebalik-
nya. Adapun jenis transaksi - transaksi yang dapat menimbulkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban adalah :
- Biaya atau rugi dibebankan dalam perhitungan la ba menurut pajak dalam periode sesudah biaya atau rugi tersebut dibebankan dalam perhitungan laba akuntansi. - Biaya atau rugi diperhitungkan dalam laba menu rut pajak dalam periode sebelum biaya atau rugi tersebut dibebankan pada laba a k u n t a n s i . H Jenis transaksi yang pertama maksudnya adalah
bi
aya diakui atau dapat dibebankan ke rugi - laba dalam su atu periode berjalan untuk tujuan akuntansi, tetapi biaya tersebut belum dapat dipotongkan ke pendapatan untuk
tu
juan perpajakan. Contohnya adalah kerugian selisih kurs akibat
devaluasi
12 September 1986. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 mengatur masalah
Tran
saksi dan Penjabaran Mata Uang A3ing dalam Prinsip Lapor an Keuangan pasal 7, yaitu sebagai berikut : 7.1. Transaksi dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs pada saat transaksi.
dijabarkan terjadinya
llZaki Baridwan, Akuntansi Keuangan Intermediate Masalah - tnaaalah Khusus, Edisi £ertama Cetakan PertamaV Bagian Penertitan Fakultaa ^konomlTUniversitas" flajafi R a da, Yogyakarta, 1984, hal 52.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
7.2* Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang ru piah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. 7."5. Selisih penjabaran tersebut pada butir 2 dan laba ( rugi ) kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan ( dibeban kan ) pada perhitungan rugi - laba periode berjalan.1? Dari prinsip di atas, jelas bahwa kerugian selisih kurs akibat devaluasi 12 September 1986 harus
dibebankan
ke rugi - laba periode berjalan / periode dimana
devalu
asi yang bersangkutan terjadi. Walaupun demikian
tidak
menutup kemungkinan adanya penangguhan terhadap
selisih
kurs akibat devaluasi tersebut, hal ini dapat
dibenarkan
sesuai dengan penjelasan oleh Komite Prinsip
Akuntansi
Indonesia periode 1986 - 1990, yang berbunyi :
Selisih kurs devaluasi yang timbul dari pos - pos moneter dalam valuta asing selain dari perkiraan termasuk dalam butir 1 dapat dilaporkan langsung pada perhitungan rugi laba tahun berjalan atau da pat juga ditangguhkan dan ditampung dalam perkira an selisih kurs yang ditangguhkan, Dalam hal dilakukan penangguhan, maka : a. Amortisasi selisih kurs yang ditangguhkan dila kukan secara sistimatis. Jangka waktu amortisa si adalah sisa masa yang sesuai dengan perjanjian yang berlaku pada tanggal 12 September 1986 atau saat pelunasan, mana yang lebih dahulu. .............................. 13
!2ikfjtan Akuntan
Indonesia, op c i t , hal 14
l^ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akunt?insi Indonesia, Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia ( IPAI ) No 1, 25 Pefcruari 19^6, hal 11",
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Undang - Undang Perpajakan t-Uiun 1983 secara khusus mengatur juga masalah devaluasi yang terjadi
tanggal
1? September 1986 dalam surat edaran Direktorat
Jendral
Pajak No SE-43/PJ ?l/1986t tanggal 6 Oktober 1986 yang diantaranya berbunyi :
Selisih nilai tukar lama dengan nilai tukar baru hendaknya dibukukan dalam suatu perkiraan khusus yang diberi nama "Selisih nilai tukar karena Kebijaksanaan 1? September 1986" yang berfungsi sebagai "perkiraan antara" Perubahan nilai tukar tersebut dibukukan sebagai...kerugian pada saat dilakukannya pembayaran kembali hutang,..tersebut. Dengan perkataan lain : beban pelunasan hutang yang lebih besar sebagai akibat karena perubahan nilai tukar berda sarkan devaluasi 12 September 1986 dikurangkan dari laba sefcelum dikenakan pajak atau dari penghasilan kena pajak pada tahun pajak dilunasinya hutang ter sebut.... Jadi jelaslah bahwa perusahaan yang membebankan seluruh kerugian selisih kurs akibat devaluasi ke laba t-.hun berjalan akan terdapat perbedaan
rugi perhitungan
antara laba sebelum pajak ( pretax accounting income ) de ngan laba kena pajak ( taxable income ) karena
perpajakan
menggunakan prinsip realisasi atas selisih kurs
devaluasi
yang ditangguhkan. J#»nia transaksi yang kedua maksudnya biaya
diakui
14surat Edaran Direktorat Jendral Pajak uE - 43/PJ ?1/19B6 tan^Kal 6 Cktober 1986, Business 4414/ * Cktober 1986, hal 6B.
nomor News
v i l i k \KAAN 'UMVi SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AlRLAMOGA
b U K AGUS A BJULIMANTOJO AY A _
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
atau dapat dipotongkan ke pendapatan untuk tujuan
perpa-
j^kan dalam suatu periode tetapi menurut akuntansi,
biaya
tersebut belum dapat dibebankan ke rugi - laba untuk peri ode yang bersangkutan. Jadi atas transaksi ini menyebabkan laba menurut perpajak an lebih kecil dari laba akuntansi ( laba kena pajak lebih kecil dari laba bersih sebelum pajak penghasilan ). Contoh transaksi tersebut adalah : - penyusutan aktiva tetap. - amortisasi biaya pra operasi. Di dalam penyusutan aktiva tetap dan amortisasi bi aya pra operasi dapat terjadi perbedaan perhitungan
yang
disebabkan karena penggunaan metode penyusutan dan amorti sasi yang berbeda. Perusahaan yang menggunakan metode ris lurus dalam menyusutkan aktiva tetapnya dan
ga-
mengamor-
tisasi biaya pra operasinya, akan terjadi perbedaan perhi tungan karena Undang - Undang Pajak Penghasilan tahun 1983 menganut metode saldo menurun berganda / double
declining
balance method dengan menggolongkan aktiva - al
men
urut jenis dan umur ekonomisnya / masa manfaatnya. Adapun golongan - golongan aktiva tetap yang diatur di da lam Undang - Undang Pajak Penghasilan tahun 1983,
adalah
sebagai berikut : - Golongan I dengan tarip penyusutan 50 %» Yang termasuk di dalam golongan ini adalah akti-
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
va - aktiva selain golongan Bangunan yang mempunyai umur ekonomis / masa manfaat tidak lebih dari
4
( empat ) tahun, dengan dasar perhitungan dari
ni
lai bukunya. - Golongan II dengan tarip penyusutan 25 %. Termasuk di dalam golongan ini adalah
aktiva -
aktiva selain golongan Bangunan yang mempunyai umur ekonomis / masa manfaat lebih dari 4 ( empat ) hun dan tidak melebihi dari 8 ( delapan )
ta
tahun,
dengan dasar penyusutan dari nilai bukunya. - Golongan III dengan tarip penyusutan 10 %. Termasuk dalam golongan ini adalah aktiva tiva selain golongan Bangunan yang mempunyai manfaat / umur ekonomis lebih dari 8
ak masa
( delapan )
tahun, dengan dasar perhitungan dari nilai bukunya, - Golongan Bangunan dengan tarip penyusutan 5 %• Merupakan bangunan dan harta tak gerak termasuk juga tambahan perbaikan atau
lainnya
perubahan -
perubahan yang terjadi. Untuk golongan Bangunan ini perhitungan penyusutan didasarkan atas nilai
per-
o]ehannya. Untuk golongan I,II dan III, penyusutan
dihitung
dari nilai buku aktiva - aktiva yang bersangkutan. Apabila terjadi penambahan atau pengurangan, maka saldo nilai buku
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
aktiva - aktiva tersebut pada akhir tahun sebelumnya tambah dengan penambahan y~ng terjadi dan/atau
di-
dikurangi
dengrn pengurang / penarikan aktiva tetap dari pemakaian. Undang - Undang Pajak Penghasilan tahun 1983 pasal 11 ayat 7 mengatur masalah pengurangan / penarikan aktiva
tetap
dari pemakaian sebagai berikut : Apabila terjadi penarikan harta dari pemakaian : a. karena sebab luar biasa sebagai akibat bencana atau karena penghentian sebagia.n besar usaha, maka suatu jumlah sebesar harga sisa buku diku rangi dari jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan, dan jumlah sebesar harga sisa buku itu merupakan kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan, sedangkan hasil penjualan atau penggantian asuransinya merupakan penghasilan. b. karena sebab biasa, yaitu lain dari yang terse but pada huruf a, maka penerimaan netto dari harta yang bersangkutan dikurangi dari jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan . 15 I)i bawah ini illustrasi mengenai penyusutan aktiva
tetap
menurut peraturan perpajakan seperti yang disebutkan
di
atas : M s a l k a n per 31 Desember 1983 posisi aktiva tetap
kenda
raan yang riimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
ope-
rasionalnya sebesar nilai perolehannya ^20.805.000,00 yang terdiri dari :
l^Undang - Undang Perpajakan, op c i t , hal 1 0 ? #
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Nilai perolehan : Kendaraan A sebesar Rp 12.700.000,00 Kendaraan B sebesar Rp
7.50°.OOOfOO
Kendaraan C sebesar Rp
605.000,00 flp 20.805.000,00
Akumulasi penyusutan : Kendaraan A, B dan C sampai dengan 31 Desember 1983 Nilai buku per 31 Eesember 1983
(i'.p
7.766.935,00)
Rp 13.038.065,00
Maka besarnya penyusutan kendaraan untuk tahun 1984
dapat
dihitung sebagai berikut : Saldo awal per 1 Januari 1984
Rp 13-038.065,00
Penambahan selama tahun 1984
-
1'engurangan selama tahun 1984
-
dasar penyusutan
Rp 13.038.065,00
Penyusutan untuk tahun 1984 : 50 % x Rp 13,038.065,00 Saldo awal per 1 Januari 1985
(R p
6.519.032, bO)
Rp 6.519.032,50
toisalnya selama tahun 1985 terjadi pembelian kendaraan
D
dengan harga beli Rp 18*575.000,00 dan terjadi juga
pen-
jualan kendaraan A dengan harga jual Kp 8.550.000,00,
maka
besarnya penyusutan dapat dihitung setigai berikut ;
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Saldo awal per 1 Januari 1985
Bp
6.519.032,50
Penambahan selama tahun 1985 ( pembelian kendaraan D )
Rp 18.575.000,00
Pengurangan selama tahun 1985 ( penjualan kendaraan A, ditentukan dari harga jualnya ) dasar penyusutan
(Rp
8.550.000,00)
fip 16.,544. 032, 50
Penyusutan untuk tahun 1985 : 50 % x Rp 16.544.032,50 Saldo awal per 1 Januari 1986
(itp 8..272, 016, 25) Rp
8,.272. 016, 25
Pengurangan di tahun 1985 yang merupakan penjualan kendaraan A, di dalam Undang - Undang Pajak
atas
Penghasilan
tahun 1983 disebut sebagai pengurangan akibat biasa, karena itu dihitung dari harga jual yang diterima memperhitungkan besarnya penyusutan yang telah
oleh tanpa
dilakukan
tehadap kendaraan A tersebut. hisalnya di tahun 1986, kendaraan D yang dibeli pada tahun 1985 soharga lip 18,575-000,00 tersebut mengalami dan mendapat penggantian dari perusahaan asuransi
kebakaran 3ebesar
10.000*000,00, maka besarnya penyusutan untuk tahun 19^6 dapat dihitung sebagai berikut :
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
36
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Saldo awal per 1 Januari 1986
Rp
8.272.016,25
( kendaraan D terbakar )
(Up
9.287.500,00)
dasar penyusutan
(Rp
1.015,.483,75)
Penambahan selama tahun 1986 Pengurangan selama tahun 1986
Karena dasar penyusutan diperoleh angka yang negatip, ka angka yang menyebabkannya ( sebesar
ma
Hp 1.015.483,75 )
dim-asukkaa sebagai penghasilan untuk tahun 1986. Hal ini diatur di dalam Undang - Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, pasal 11 ayat 8, yaitu : Jika pengurangan yang dimaksud dalam ayat (7) dalam suatu tahun pajak menghasilkan dasar penyusutan dibawah nol, maka dasar penyusutan itu harus ditambahkan pada penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan.16 Pengurangan kendaraan D yang terbakar di dalam
Undang -
Undang Fajak Penghasilan disebut sebagai penarikan luar biasa. Adapun penggantian dari perusahaan
sebab asuransi
sebesar Rp 10.000.000,00 terhadap kendaraan D yang terbakar tersebut dimasukkan sebagai penghasilan untuk tahun
1986
( tahun berjalan ). Untuk golongan Bangunan, yang penyusutannya
dihi-
l^Undang - Undang Perpajakan, loc cit
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
tung atas dasar nilai perolehannya, bila tidak ada penambahan maka jumlab awalnya adalah sama dengan dasar penyu sutan pada tahun - tahun sebelumnya. Penarikan sebab asa dan sebab luar biasa ditentukan juga dari nilai
biper
olehannya* Penilaian Pajak Penghasilan dan Penyajiannya di Laporan Keuangan Pajak penghasilan merupakan pajak yang harus dibebankan atas laba yang telah diperoleh perusahaan
untuk
suatu periode tertentu. Besarnya pajak penghasilan
yang
terhutang untuk suatu periode dihitung berdasarkan besar nya Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) dengan tarip
sesuai
dengan Undang - Undang Perpajakan, jumlah inilah
yang
akan disetorkan ke Kas Negara. Sedangkan pajak penghasil an yang dibebankan ke rugi - laba dapat bcrbeda
dengan
jumlah yang terhutang, hal ini disebabkan karena
pajak
penghasilan yang dibebankan ke rugi - laba dihitung dasar laba akuntansi ( laba sebelum pajak
atas
penghasilan /
pretax accounting income ). Prinsip Akuntansi Indonesia menyebutkan di dalam
Prinsip
Pendapatan dan Beban pasal 9.1 sebagai berikut ; Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba Akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak ( yang dihitung menurut laba kena pa jak ) ( yang disebabkan "perbedaaii waktu" pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam pos "pajak pengha-
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
silan yang ditangguhkan" dan dialokasikan pada beban pajak penghasilan tnnun - tahun mendatang.^7 Dari prinsip di atas jelas bahwa laba
akuntansi
yang dipakai. $ebagai dasar perhitungan beban pajak pengha silan, dapat menimbulkan perbedaan perhitungan pajak peng hasilan yang benar - benar terhutang dengan pajak
pengha
silan yang dibebankan ke rugi - laba. Perbedaan
tersebut
yang disebabk&n karena perbedaan waktu ( timing
differen
ces ) harus dialokasikan ke boban pajak penghasilan periode - periode berikutn^a. Dengan adanya alokasi pajak pengsilan tersebut, mengakibatk'in timbulnya perkiraan
" Pajak
penghasilan yang ditangguhkan 11, karena perkiraan ini
un
tuk menampung selisih pajak penghasilan yang ada yang tin.bul dari perbedaan waktu ( timing differences ) pendapatan dan beban. Saldo perkiraan " Pajak
pengakuan
penghasilan
y'i.ng ditangguhkan " untuk periode - periode tertentu dapat menunjukkan saldo yang besar atau sebaliknya, hal ini sebabkan karena perbedaan pajak penghasilan yang
di-
terjadi
da]am suatu periode akan diimbangi dengan perbedaan
yang
beroifit seb-iliknya pada periode - periode berikutnya. Dengan adanya alokasi selisih perhitungan pajak penghasil-
H l k a t a n Akuntan
SKRIPSI
Indonesia, op c i t , hal ?6
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
an ke periode berikutnya, maka informasi keuangan
untuk
suatu periode akan lebih berguna sebagai bahan
analisa,
karena laba bersih ( laba setelah pajak ) telah
menunjuk-
kan basil operasional perusahaan untuk periode yang
ber-
sangkutan. Menurut TheodoruB M Tuanakotta :
Manejemen lazimnya mengambil keputusan atas dasar net income yang diharapkan ( after tax expected net income ); juga para investor mempertimbangkan pa jak - pajak dalam invesment decisions mereka.18 4-1. Alokasi pajak penghasilan. Glah karena pajak penghasilan
mempengaruhi
hampir setiap kesatuan usaha, maka akuntansi un tuk pajak penghasilan telah mendapat
perhatian
luas. Akuntansi untuk pajak penghasilan dapat
dibagi
dalam 3 katagori, yaitu : - Accounting for intraperiod income tax cation. - Accounting for interperiod income tax cation. - Accounting for operation loss carrybacks carryforwards.19
allo allo and
l^Tbeodorus m Tuanakotta, Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakult&s Ekonomi UniversrfcaeT ncionesTa, 1986, buku dua, hal 64. 19jay M Smith, JR & K Fred Skousen, Intermediate Accounting Comprehensive Volume, Sixth Kdition"] South Western Publishing Co, Ohio, 1577, hal 44T.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
40
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Accounting for intraperiod income tax
alloca
tion. Di dalam katagori ini, pelaporan
pajak
■penghasilan harus berkaitan langsung dengan pospos penghasilan. Jadi pajak penghasilan diperlakukan sebagai pengurang terhadap
penghasilan
yang bersangkutan. Prinsip Akuntansi Indonesia tidak mengenal akun tansi untuk alokasi pajak intraperiod ini. Accounting for interperiod income tax
allocati
on. Perbedaan - perbedaan antara laba kena pajak dengan laba akuntansi dapat disebabkan
karena
perbedaan yang sifatnya tetap ( permanent
dif
ferences ) dan perbedaan yang sifatnya sementara ( timing differences ). Dari timing
differences
inilah timbul interperiod allocation,
karena
pendapatan dan / atau beban ufltuk tujuan tansi dapat diperhitungkan dalam suatu
akun periode,
tetapi untuk tujuan perpajakan belum dapat
di
perhitungkan atau terjadi sebaliknya. Accounting Principles Board Opinion 11 tilahkan masalah perbedaan pengakuan
mengispendapatan
dan beban yang sifatnya sementara ( timing
dif
ferences ) sebagai " tax effects ", dan mengatakan sebagai berikut : Differential in income taxes of a period
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
attribut-
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
able to (1) revenue or expense transactions which enter into the determination of pretax accounting income in one period and into the determination of taxable income in another period.... A permanent difference does not result in a "tax effect" as that term is used in this opinion.20 Tax effect inilah yang mengakibatkan
timbulnya
pajak penghasilan yang ditangguhkan yang
dapat
menunjukkan saldo sebelah debet ( deffered es ) atau menunjukkan saldo kredit
tax
( deffered
credits ), dimana kedua - duanya tergantung dari transaksi timing differences yang terjadi. Selanjutnya Accounting Principles Board juga da lam Opinion Nomor 11 menyarankan : The deffered method emphasizes the tax effect of timing differences originate. The deffered taxes are determined on the basis of the tax rates in effect at the time the timing differences origin ate and are not adjusted for subsequent changes in tax rate or to reflect the imposition of new taxes.21 Jadi jelaslah bahwa pajak penghasilan ditangguh kan dihitung pada saat transaksi - transaksi ti ming differences terjadi dengan tarip pajak saat itu. Undang - Undang Pajak Penghasilan tahun
1983
yang menganut sistim tarip pajak bertingkat suai dengan laba yang diperoleh, maka
2r'American Institute of Certfied Public tants, loc ci~tj
se-
besarnya
Accoun
21Ibid, hal 6583 SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
pa,-)ak penghasilan yang ditangguhkan
dipengaruhi
oleh besarnya transaksi - transaksi timing ferences maupun permanent differences,
dif
sehingga
untuk perhitungan pajak penghasilan yang ditang guhkan harus dibedakan lebih dahulu atas
tran
saksi - transaksi yang digolongkan dalam
perma
nent differences dan timing differences,
walau-
pun transaksi - transaksi permanent
differences
tidak menimbulkan deffered taxes maupun deffered credits. Untuk mengalokasikan pajak penghasilan
ke
periode - periode terdapat 2 metode, yaitu : alokasi yang menyeluruh ( Comprehensive
Alloca
tion. - alokasi sebagian ( Partial Allocation )".22 Di dalam metode alokasi yang menyeluruh
ini,
semua transaksi yang menyebabkan adanya perbeda an waktu diperhitungkan dalam penentuan yang ditangguhkan. Metode ini tidak pembedaan antara transaksi - transaksi
pajak
mengadakan timing
differences yang dikarenakan oleh periode pemba-
?2Zaki Baridwan, op c i t , hal 62.
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
yaran pajaknya. Dengan sendirinya besarnya pajak penghasilan yang terhutang tidak selalu sama be sarnya dengan pajak penghasilan yang ke rugi - laba, sehingga harus
dibebankan
diperhitungkan
besarnya pajak penghasilan >ang ditangguhkan pa da saat transaksi timing differences
terjadi,
dan dialokasikan ke periode - periode
dimana
transaksi - transaksi timing differences
awal
berbalik. Apabila ditinjau dari Matching Principles, dima na prinsip ini mengatakan bahwa : Expenses should be recognized in the same period as the assosiated revenues. That is revenues are re cognizes in given period according to the revenue principle, and then the releted expenses are re cognized. ^3 Maka alokasi pajak secara menyeluruh
( compre
hensive allocation ) akan menjadikan
perhitung
an rugi - laba monunjukkan jumlah yang terlalu besar atau terlalu kecil
tidak
( over / under
stated ). Di d^lam metode alokasi sebagian, transaksi transaksi timing differences yang
menimbulkan
?3Ahmed Belkaoui, op cit , hal 109
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
suatu penundaan yang tidak terbatas
waktunya
atas suatu jumlah pembeyaran pajak, tidak adakan alokasi atas jumlah pajak
di-
' penghasilan
yang ditangguhkan. Accounting for operation loss carrybacks carryforwards. Cleh karena pajak
and
penghasilan
yang terhutang didasarkan atas laba kena pajak, maka tidak ada pajak penghasilan yang terhutang untuk perusahaan yang menderita kerugian. Seba gai per&ngsang bagi
perusahaan - perunahaan
yang menderita kerugian, Undang - Undang
Pajak
Penghasilan tahun 1983 memberikan suatu
cara
untuk meringankan beban kerugian tersebut
de
ngan kompensasi, hal ini diatur dalam pasal
6
ayat 3 yang bunyinya sebagai berikut : Jika penghasilan bruto sesudah dikurangi biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan dalam : a. 5 ( lima ) tahun, atau b, lebih dari 5 ( lima ) tahun tetapi tidak lebih dari 8 ( delapan ) tahun khusus untuk jenis jenis usaha tertentu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, terhitung mulai tahun pertama se sudah kerugian tersebut d i d e r i t a . 2 4
? 4 u n d a n g - Undang Perpajakan, op c i t , ha] 98,
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Dari ketentuan tersebut di atas, jelas di Indonesia, untuk suatu kerugian dapat pensasikan ke periode laba pada
bahwa dikom-
tahun - tahun
berikutnya, dengan perkataan lain
Undang - Un
dang perpajakan di Indonesia tidak mengenal pembekanan kerugian ke periode belakang
( account
ing for operation loss carrybacks )* 4.2. Penyajian pajak penghasilan di laporan keuangan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari proses akuntansi yang terdiri dari
akhir neraca
dan perhitungan rugi - laba. Untuk itu pos - pos di neraca dan perhitungan rugi - laba harus
di-
klasifikasikan secara tepat dan disajikan dengan benar, supaya laporan keuangan yang
disajikan
tidak menyesatkan para pemakainya. Dalam hal penyajian pajak penghasilan di
dalam
neraca, Prinsip Akuntansi Indonesia mengatur
di
dalam Prinsip Aktiva pasal 6.3 sebagai berikut : Selisih hutang pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan laba kena pajak dengan perhitungan pajak penghasilan berdasarkan laba akuntansi yang disebabkan oleh pos tidak lancar ( saldo debit ) disajikan dalam kelompok aktiva lain - lain.25
?5lkatan Akuntan Indonesia, op cit, hal 42
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Selanjutnya di dalam Prinsip Kewajiban
pasal
4*3 menyebutkan : Selisih hutang pajak penghasilan yang 1 dihitung berdasarkan laba kena pajak dengan perhitungan pa jak penghasilan berdasarkan laba akuntansi yang disebabkan oleh pos tidak lancar ( saldo kredit ) disajikan dalam kelompok kewajiban lain - l a i n . 26 Jac}i di neraca dapat timbul saldo debet
pajak
penghasilan y?*ng ditangguhkan ( deffered taxes) dim&na pengklasifikasiaimya tergantung
dari
transaksi timing differences berasal, atau pat juga timbul saldo kredit pajak
da
penghasilan
yang ditangguhkan ( deffered credits )
dimana
pengklasifikasiannya juga tergantung dari tran saksi
timing differences berasal*
26 Ibid, hal 46
SKRIPSI
KEBIJAKSANAAN UNDANG - UNDANG PAJAK ...
AGUS JULIMANTOJO