BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING, AKHLAK PESERTA DIDIK
A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
didalam
kehidupannya,
agar
individu
atau
sekumpulan individu-individu itu dapat mencapi kesejahteraan hidupnya.1 Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diajukan kepada individu/siswa atau sekelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuankemampuan yang ia miliki serta kelemahan-kelemahannya agar selanjutnya dapat mengangambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri 1
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. Ke 3 (Yogyakrta: Andi Offset, 1995), hlm.4
16
17
kesulitan yang dihadapi serta dapat memehami lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup.2 Sedangkan konseling berarti kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dank klien) uuntuk menangani masalah klien yang didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna membantu di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan
mampu
menghadapi
krisis-krisis
yang
dialami
dalam
kehidupannya.3 Berdasarkan makna bimbingan dan konseling di atas, secara terintegrasi dapat dirumuskan makna bimbingan dan konseling, bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang
2
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konselinga Islami di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 54. 3 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm 9
18
sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu untuk melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.4 2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Setiap kegiatan tentunya memiliki suatu tujuan, dengan adanya tujuan, maka kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan optimal, sebagaimana layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan agar siswa siswi yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Adapun tujuan layanan bimbingan dan konseling diantaranya: a. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi. b. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial. c. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani. d. Mengatasui kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi. 4
Tohirin, Bimingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 20-26.
19
e. Mengatasi
kesulitan-kesulitan
yang
berhubungan
dengan
perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat. f. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan yang lebih luas. Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.5
3. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling a. Layanan Orientasi Layanan
orientasi
adalah
layanan
bimbingan
yang
dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Seorang yang berada di lingkungan baru bagaikan orang yang tak tahu arah tentang arah yang akan dituju, dengan keadaan tersebut maka seseorang memerlukan adanya bimbingan dan konseling. Demikian juga bagi siswa baru atau seseorang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru 5
66.
Soetjipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 65-
20
dimasukinya. Dengan bimbingan dan konseling ini bertujuan agar seseorang atau siswa dapat mencapai arah tujuan yang hendak dicapai seseuai dengan tujuan hidupnya. b. Layanan Informasi Layanan informasi ini secara umum sama dengan layanan orientasi, yakni layanan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan adanya layanan orientasi dan informasi ini dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan individu. Layanan informasi sangatlah memegang peranan penting dan merupakan kebutuhan yang sangat tinggi tingkatannya dalam layanan bimbingan dan konseling. Sebab dengan informasi, maka seseorang dapat mengkuti perkembangan zaman yang ada. Tanpa informasi, maka seseorang akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan. c. Layanan Penempatan dan Penyaluran Sering kita jumpai seseorang sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan, minat dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu yang seperti itu, maka mengalami perkembangan
21
yang tidak optimal, mereka memerlukan adanya bimbingan atau bantuan dari orang lain, terutama konselor dalam mengarahkan atau menyalurkan potensi dan kemampuan dirinya, dengan arahan dan bimbingan yang diberikan diharapakn seseorang dapat mengetahui kemampuan yang ada dalam dirinya, sehingga dapat berkembang dengan optimal. Untuk mencapai suksesnya layanan penempatan dan penyuluhan , juga diperlukan adanya kerja sama antara konselor, guru dan orang tua, sebab gurulah yang menguasai lapangan, karena guru merupakan pengelola sebagian terbesar kehidupan siswa di kelas. Sedangkan orang tua merupakan wali siswa yang sangat penting terutama dalam memberikan data pendukung tentang siswa. d. Layanan Bimbingan Belajar Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting dilaksakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi seseorang. Tetapi kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memedai. Layanan bimbingan belajar ini dilaksanakan melalui tahap-tahap diantaranya: pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, pengungkapan sebab timbulnya masalah belajar, dan pemberian bantuan pengentasan masalah belajar. Dalam
22
layanan bimbingan belajar peranan guru dan konselor adalah saling membantu, mengisi dan menunjang. Konselor dan guru merancang layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun layanan kelompok, tujuan layanan tersebut yakni agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.6 e. Layanan Konseling Perorangan Layanan konseling perorangan sering disebut juga sebagai layanan bimbingan individual, yakni bimbingan yang dilaksanakan secara individual atau perseorangan, kegiatan bimbingan itu dilakukan dalam hubungan langsung tatap muka antara klien dan konselor. membantu
Layanana
bimbingan
seluruh
individual
bertujuan
untuk
didik
membuat
dan
peserta
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir dan sosial pribadinya, adapun tujuan utamanya yakni membantu peserta didik memantau atau memahami pertumbuhan dan perkembangannya
sendiri,
kemudian
merencanakan
dan
mengimplementasikan rencana-rencana itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu.7
6
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Cet. 2 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 255-288. 7 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Cet. 5 (Bandung: PT Refika Utama, 2012), hlm. 34.
23
f. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Teknik bimbingan konseling kelompok yaitu bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap sejumlah individu sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus dapat menerima bimbingan yang dimaksudkan. Bimbingan kelompok dilakukan jika masalah yang dihadapi beberapa murid relatif mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok dilakukan dengan memanfaatkan suasana kelompok tertentu. Adapun jenis kelompok yang biasanya dipakai dalam bimbingan kelompok adalah kelompok sekunder, kelompok sosial atau kelompok psikologikal, kelompok tidak terorganisasikan, dan kelompok informal. Keanggotaan dalam kelompok yang dipakai untuk bimbingan kelompok biasanya bersifat sukarela dan para peserta bimbingan kelompok biasanya tertarik memasuki kegiatan bimbingan kelompok karena kegiatan tersebut dianggap dapat menyajikan suasana yang menarik dan dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan.8 4. Materi Bimbingan dan Konseling Dalam pelaksanaannya, materi bimbingan dan konseling disesuaikan dengan jenis layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah yang terdiri dari: 8
Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, Cet. 2 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 4-8.
24
a. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Orientasi, meliputi berbagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. b. Materi Bimbingan dan Konseling Layanan Informasi, meliputi informasi tentang: (1) informasi tentang perkembangan diri, (2) informasi tentang hubungan antar pribadi, sosial, nilai-nilai, dan moral, (3) informasi tentang pendidikan, kegiatan belajar, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) informasi tentang dunia karir dan ekonomi, (5) informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan, (6) informasi tentang kehidupan berkeluarga, (7) informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta selukbeluknya. c. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Penempatan dan Penyaluran, meliputi dua sisi, yaitu sisi potensi diri siswa itu sendiri dan sisi lingkungan siswa. Pertama, sisi diri siswa sendiri mencakup:
(1)
Potensi
intelegensi,
bakat,
minat,
dan
kecenderungan-kecenderungan pribadi, (2) Kondisi psikofisik seperti banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, elergi terhadap kondisi lingkungan tertentu, (3) Kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (4) Kemampuan panca indra, (5) Kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, dan keadaan jasmaniah lainya. Kedua, Kondisi Lingkungan mencakup: (1) Kondisi Fisik, kelengkapan dan tata letak serta suasananya, (2) Kondisi udara dan
25
cahaya, (3) Kondisi hubungan sosial emosional, (4) Kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, (5) Kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan. d. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Konten, meliputi tentang: (1) Pengembangan kehidupan pribadi, (2) Pengembangan kemampuan hubungan sosial, (3) Pengembangan kegiatan belajar, (4)
Pengembangan
perencanaan
karir,
(5)
Pengembangan
kehidupan berkeluarga, (6) Pengembangan kehidupan beragama. e. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Perorangan, meliputi tentang: (1) Masalah-masalah yang berkenaan dengan bidang pengembangan pribadi, (2) Bidang pengembangan sosial, (3) Bidang pengembangan pendidikan atau kegiatan belajar, (4) Bidang
pengembangan
karier,
(5)
Bidang
pengembangan
kehidupan berkeluarga, (6) Bidang pengembangan kehidupan beragama. f. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Bimbingan Kelompok, meliputi tentang: (1) Bidang-bidang pengembangan kepribadian, (2) Bidang-bidang pengembangan hubungan sosial, (3) Bidang-bidang pengembangan pendidikan, (4) Bidang-bidang pengembangan
karier,
(5)
Bidang-bidang
pengembangan
kehidupan berkeluarga, (6) Bidang pengembangan kehidupan beragama.
26
g. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Konseling Kelompok, meliputi tentang: Masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas dan dientaskan lebih dahulu dan seterusnya. h. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Konsultasi, meliputi tentang: Beerbagai bidang kehidupan yang luas yang dialami oleh individu-individu. Terhadap sekolah, masalahmasalah yang dikonsultasikan hendaknya lebih diprioritaskan pada hal-hal yang berkaitan dengan status siswa sebagai pelajar. i. Materi Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Mediasi, meliputi tentang: (1) Pertikaian atas kepemilikan sesuatu, (2) kejadian dadakan (misalnya perkelahian) antar siswa/kelompo ksiswa, (3) Perasaan tersinggung, (4) Dendam dan sakit hati, (5) Tuntutan atas hak, dan lain sebagainya. Masalah-masalah yang dibahas dalam layanan mediasi masalah yang berisfat kriminal.9 5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, tentunya diperlukan adanya asas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut. Demikian pula dengan kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas
9
Tohirin, hlm. 141-195
27
yang dijadikan dasar pertimbangan dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun asas-asas bimbingan dan konseling itu diantaranya: a. Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan merupakan asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan siswa
yang
menjadi
sasaran
layanan.
Guru
pembimbing
berkewajiban menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. b. Asas Kesukarelaan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan siswa mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru pembimbing
berkewajiban
membina
dan
mengembangkan
kesukarelaan seperti itu. c. Asas Keterbukaan Yaitu asa bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan atau kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
d. Asas Kekinian
28
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. e. Asas Kemandirian Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. f. Asas Kedinamisan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan ( konseli) yang sama hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu. g. Asas Keterpaduan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kgiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain
29
saling menunjang , harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya. h. Asas Kenormatifan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut. i. Asas Keahlian Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan
dan
kegiatan
bimbingan
dan
konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan konseling maupun dalam penagakan kode etik bimbingan dan konseling.
30
j. Asas Alih Tangan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak lain yang lebih ahli. k. Asas Tut Wuri Handayani Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan,
memberikan
rangsangan
dan
dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada klien/konseli untuk maju. Demikian juga, layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya sekaligus dapat
membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu.10 B. Akhlak Peserta Didik 1. Pengertian Akhlak Akhlak adalah budi pekerti.11 Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ) (اخالقakhlak dalam bentuk jamak, sedang
10
Afifudin, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 110-
11
Y Zulkarnain, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Surabaya: CV Karya Utama, 2000),
112 hlm. 16.
31
mufrodnya adalah ) (خلقkhuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.12 Akhklak sering di identikkan dengan budi pekerti yang baik, budi pekerti sendiri merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa tingkah laku manusia. Istilah akhlak/khuluq menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdibul Akhlaq wa that-hirula’raq;
َا ُخْلُلُل ُل ا َا ٌلااِل لَّن ُخْل ِل ا َا ِلاَا ٌلا َاَا اِل َا اَاُخْلَّن َا ِلَا ا ِل ُخْل ا َا ُخْلِل ا ِل ُخْل ٍر ا َا ُل وَاٍرا “Perangai itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran”.
Menurut Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin halaman 52;
ِل ااب ةٌلاا ٍر ِل ص ُّد ِل اُخْلالَا ُخْلَّن َا ِلاابِل ُلس ُله ُخْلوَا ٍرا َا وَاس ٍر ا ِل ُخْل ا اهُخْلئَا ِلاِفا لَّن ُخْل ِل ا َا س َاخ ٌل َا َا ُخْلُلُل ُل َا َا َا ُخْل َا اا ُخْل اتَا َا َا ُخْلِل ا َا َاا ٍراِل َا ا ِل ُخْل ٍر ا َا وَاٍراا “Khuluq, perangai ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah yang tidak membutuhkan kepada pikiran”.
Ahmad Amin, dalam bukunya Al-Akhlak, mengatakan:
َا ُخْل ُل اا ةُلاُخْل ِلال اةِل ُل ُل َا َا َا َا “Khuluq ialah membiasakan kehendak”13 12
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPII UMY, 2007), hlm. 1.
32
Hakikat budi pekerti ialah suatu bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar telah meresap dari situlah timbul berbagai perbuatan dengan cara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa membutuhkan pemikiran atau angan-angan. Apabila yang timbul adalah perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal fikiran, maka dinamakan budi pekerti yang baik. Sebaliknya apabila yang timbul adalah perbuatan yang buruk, maka dinamakan budi pekerti yang buruk.14 Dari beberapa definisi di atas, disepakati bahwa akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Memang harus diakui bahwa manusia dilahirkan dengan membawa seperangkat watak, ada yang berwatak baik, berwatak buruk, dan ada pula yang berwatak diantara baik dan buruk. Watak-watak tersebut turut membentuk akhlak seseorang. Keadaan atau sifat ini bisa merupakan watak atau pembawaan sejak lahir, seperti pemarah, penakut, mudah risau, pemberani, dermawan, dan sebagainya, dan bisa merupakan hasil pembiasaan atau latihan yang terkadang sumber asalanya dengan mempertimbangkan dan berfikir
13
Rachmat Djatrika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia) ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996,) hlm. 26 – 27. 14 Tim Penyusun, Ringkasan Ihya Ulumudin Al-Ghazali (Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin) (Bandung: CV. Diponegoro, 1975), hlm. 505.
33
tentang perbuatan yang akan dilakukan. Kemudian berlangsung terus menerus sehingga sedikit demi sedikit sifat itu meresap dalam jiwa dan menjadi akhlak.15
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Dalam setiap usaha pastinya ada faktor-faktor yang sangat berpengaruh atau berperan penting dalam usaha tersebut, demikian juga dengan pembentukan akhlak. Dalam pembentukan akhlak terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan akhlak. Diantaranya: a. Insting Insting adalah sifat yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat dilengahkan dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh. Insting dapat tumbuh dengan pendidikan, dan insting tidak akan berkembang tanpa adanya pendidikan. Dengan adanya insting sangatlah berperan penting dalam perkembangan seseorang, sebab insting dapat memberikan petunjuk pada seseorang mengenai tentang hal yang baik dan hal yang buruk. Keahlian ini akan kelihatan apabila seseorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi semangat dan
15
Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: Ombak Dua, 2013), hlm. 7-8.
34
memberi petunjuk pada apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya ditinggalkan.16 b. Pola dasar bawaan (turunan) Faktor pembawaan atau faktor dari dalam seseorang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan akhlak. Faktor pembawaan ini bisa berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.17 c. Lingkungan Dalam perkembangan seseorang terdapat dua lingkungan yang
dapat
berpengaruh
dalam
perkembangannya,
yakni
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial seperti teman, sekolah maupun tempat
lainnya.
Lingkungan sekitar anak sangat
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak.18 Khususnya lingkungan keluarga, sebab lingkungan keluarga adalah sebuah awal kehidupan bagi setiap manusia. Kepribadian anak tergantung pada
pemikiran
dan
perlakuan
kedua
orang
tua
dan
lingkungannya.19 Jika lingkungan keluarga atau lingkungan sosial memberikan pendidikan dan pembinaan yang baik, maka anak 16 17
Musofa, Akhlak Tasawuf, Cet. 3 ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 84. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Cet. 10 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
hlm. 167 18
Yustina Eka Tjandra, Anakku Peniru Paling Luar Biasa, Cet. 1 (Tanpa Kota Terbit: Sinar Ilmu, 2012), hlm. 40. 19 Bunda Rezky, Be A Smart Parent Cara Kreatif Mengasuh Anak Ala Supernanny, Cet. 1 (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm. 21-22.
35
akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Namun sebaliknya jika lingkungan itu memberikan pendidikan dan pembinaan yang kurang baik bagi anak, maka anak tersebut cenderung akan tumbuh menjadi kurang baik.20 d. Kebiasaan Kebiasaan adalah perebuatan yang diulang-ulang terus, sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak dalam kehidupannya sehari-hari sangatlah berpengaruh dalam kehidupan di masa mendatang. Jika menginginkan anak tumbuh dengan melakukan kebiasaankebiasaan yang baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, maka sebaiknya anak tersebut dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan terpuji.21 3. Macam-macam Akhlak Secara garis besar, akhlak tergolong menjadi dua bagian yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah Akhlak mahmudah sering disebut juga dengan akhlak terpuji atau akhlaqul karimah. Akhlak yang baik adalah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
20
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri (Beirut: Darus Salam, 1994), hlm. 187. 21 Muhammad Fadlillah, Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD, Cet. 1 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 173.
36
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Berakhlak mulia adalah amal kebajikan yang sangat besar pahalanya sehingga Islam menganjurkan kepada pemeluknya agar selalu bertingkah laku dengan akhlak karimah.22 Sebagaimana dirumuskan dalam Al-Qur’an surat Al-Fajr ayat 27 – 30 sebagai berikut :
Artinya: (27) Hai jiwa yang tenang. (28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (29) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. (30) Masuklah ke dalam syurga-Ku.23 Adapun macam-macam dari akhlak mahmudah antara lain sebagai berikut :
1) Bersifat Sabar Sabar adalah konsekwen dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah SWT, berani menghadapi berbagai kesulitan dan tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tabah dalam menghadapi segala cobaan yang selama dalam perjuangannya untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian sabar berkenaan dengan pengendalian diri, sikap dan emosi. Sikap dan sifat sabar akan muncul manakala
22
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an ( Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 2007), hlm. 38-40. 23 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV As-Syifa, tth), hlm. 475.
37
seseorang mampu mengendalikan nafsu diri dan emosinya.24 Allah memberikan penekanan pentingnya sikap sabar bagi seseorang terutama dalam menghadapi segala kenyataan hidup. Sebagaimana dalam al- Qur’an surat Ar-Rum ayat 60 yang berbunyi:
ِ ِ َّ َ اَّلل ح ٌّق وََل يستَ ِخ َّفن )60 ( ين ََل يُوقِنُو َن ْ َف ْ َ َ َ َّ اصِ ِْب إِ َّن َو ْع َد َ َّك الذ
Artinya: “dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”. (Qs. Rum: 60). 2) Memelihara Amanah Amanah merupakan kebalikan dari kata khianah, artinya kepercayaan atau juga bisa diartikan sebagai terpercaya. Kepercayaan adalah modal utama bagi seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dalam setiap usaha yang dilkakukan, dan melaksanakan amanah merupakan bagian dari sifat mulia yang wajib untuk dilaksanakan oleh setiap orang yang ingin terjauh dari azab Allah SWT. Perbuatan khianat merupakan perbuatan yang sangat dibenci Allah, karena akibat darinya akan dapat merugikan dan menyakiti banyak orang, sehingga dapat dimungkinkan dapat merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan yang diperintahkan Allah untuk menjaga dan menjalinnya dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana firman Allah Qs. An-Nisa’ ayat: 107. Yang berbunyi:
24
M. Yatimin Abdullah. Op.Cit., hlm. 41.
38
ِ َّ ِ اَّللَ ََل ُِ ُّب َ ْن َ ا َن َّ س ُ ْ إِ َّن َ َوََل َُاا ْ َع ِن الذ َ ين َ ْتَااُو َن أَاْْن ُف ِ )107( يما ً َخ َّوااًا أَث
Artinya: “Janganlah engkau membela kepada orang-orang yang berkhianat kepada diri mereka sendiri, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berhianat lagi berdosa.” Qs. An-Nisa’: 107.25
3) Bersifat Adil Orang yang adil adalah orang yang meletakkan sesuatu pada tempatnya atau dengan kata lain memberikan kepada yang berhak atas hak-hak mereka berbuatlah semaksimal mungkin atas dasar nilai-nilai keadilan pada semua aspek kehidupan anda. 4) Bersifat Kasih Sayang Pada dasarnya sifat kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhluk. Islam menghendaki agar sifat kasih sayang dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. Jika sikap kasih sayang ini terhujam kuat dalam diri pribadi seseorang, dapat menimbulkan berbagai sikap akhlakul mahmudah lainnya, antara lain pemurah, tolong menolong, pemaaf, damai, persaudaraan, dan menghubungkan tali kekeluargaan.
25
Juwariyah, Hadis Tarbawi, Cet. 1(Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 37-42.
39
5) Bertsifat Hemat Hemat ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta, benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan. Macam-macam hemat diantaranya penghematan harta benda, penghematan tenaga, dan penghematan waktu. 6) Bersifat Malu Malu dalam konteks ini adalah malu terhadap Allah SWT dan malu kepada diri sendiri di kala melanggar peraturan-peraturan Allah. Sebab perasaan ini dapat menjadi bimbingan kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.
7) Memelihara Kesucian Diri Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk menjadi manusia yang baik. Hal ini dilakukan mulai dari memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan-angan yang buruk.26
b. Akhlak Madzmumah Akhlak madzmumah adalah akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia.27 Manusia merupakan makhluk social yang tidak mampu 26 27
M. Yatimin Abdullah. Op.Cit., hlm. 43-46. Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 121.
40
hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Untuk itu kita harus senantiasa berhubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita. Apabila kita mampu menunjukkan sikap-sikap yang terpuji, masyarakat pun akan bersedia menerima kita dan senantiasa merasa segan terhadap kita. Tetapi jika sebaliknya, yakni perilaku tercela yang kita tunjukkan, sudah pasti masyarakatpun akan mencemooh
kita.
Karena
itulah,
kita
harus
senantiasa
meninggalkan perilaku tercela. Adapun yang termasuk kategori sikap-sikap tercela, di antaranya: 1) Putus Asa Putus asa adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap bahwa telah gagal dalam menghasilkan suatu harapan atau cita-cita. Sehingga tidak mau kembali lagi untuk berusaha yang kedua kalinya, dan selalu muram tidak yakin akan usaha-usaha yang berikutnya, sehingga kemudian seseorang yang mengalami putus asa hanya akan berpangku tangan dan hanya pasrah saja kepada AllAH swt. Allah SWT melarang seseorang untuk berputus asa, sebab sikap putus akan akan membawa banyak dampak terhadap orang tersebut, diantaranya dapat membuat kebekuan, kelumpuhan dan kemunduran, dan sikap putus asa merupakan penyakit hati yang mematikan. Jika telah melampaui batasnya yang terakhir dan telah menguasai hati secara keseluruhan, hal ini dapat membawa seorang hamba ke lingkar
41
kufur, sebagaimana firman Allah SWT dalam suran Yusuf ayat 87 yang berbunyi:
ِ َ سسوا ِ ن يوس َِّ َخ ِيه وََل تَْنيئسوا ِ ن رو ِح اَّلل إِاَّهُ ََل َّ َِيَا ب ْ َ ْ ُ َْ َ ف َوأ ُ ُ ْ ُ َّ ِن ا ْذ َهبُوا فَْنتَ َح َِّ يْنيئ ِ ن رو ِح اَّلل إََِّل الْ َ ْو ُ الْ َ افِ ُو َن ْ َ ْ ُ َْ َ
Artinya: “hai anak-anakku pergilah kamu, maka carilah berita tentang yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”28 2) Namimah (Fitnah) Namimah sering dibesut juga dengan fitnah. Namimah adalah perkataan bohong yang tanpa dasar dengan tujuan untuk menjelekkan orang lain. Oleh karena itu, sebagai orangg yang beriman jangan mudah mempercayai berita-berita yang belum jelas kebenarannya. Kita harus mencari dulu bukti-buktinya demi kebaikan bersama, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi:
ِ َيا أَيْنُّب ا الَّ ِذين َآ نُوا إِ ْن جاء ُ ف ِ ُاس ٌق بِنَبٍإ فَْنتَبْنيَّْننُوا أَ ْن ت صيبُوا قَْن ْوًا ِِبَ َ الَ ٍة َ َ َ َ َ َ ْ ََ ِِ )6 ( ني ْ ُفَْنت َ صبِ ُحوا َعلَى َا فَْن َعلْتُ ْ اَاا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenaranyya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu.” (Qs. Al-Hujurat: 6).
Perbuatan fitnah harus kita jauhi, sebab dampak dari perbuatan tersebut sangat besar, Allah mengatakan bahwa perbuatan itu lebih kejam dari membunuh. Selain itu juga dapat
28
Tim Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah, Al- Hikmah (Sragen: CV Arifandi, 2006), hlm. 27-28.
42
merusak
jalinan
persaudaraan
sesama
muslim
dan
umat
beragama.29 3) Buruk Sangka Kata su’udlon berasal dari bahasa arab artinya berburuk sangka, maksudnya adalah menilai sesuatu dari hati terhadap makhluk Allah baik ciptaannya atau perbuatannya dengan penilaian yang negatif atau buruk. Buruk sangka adalah haram, sebagaimana perkataan yang buruk juga haram.sebagaimana anda diharamkan untuk menyebutkan keburukan-keburukan orang lain, maka demikian pula diharamkan untuk berburuk sangka kepada orang lain. Sebab dirahasiakannya prasangka adalah bahwa rahasia hati tidak ada yang dapat mengetahui kecuali dzat yang maha mengetahui segala yang ghaib.30 4) Riya’ Riya’ adalah sifat suka menampilkan diri dalam beramal, agar amal tersebut dilihat orang dengan maksud ingin mendapat simpati atau pujian. Pada sifat ini, seseorang cenderung ingin menceritakan
dan
memamerkan
kepada
siapa
saja
yang
dijumpainya, dengan maksud bahwa merasa dirinya besar, kaya, kuasa, dan sebagainya. Setelah menceritakan perbuatan baiknya kepada orang lain, hatinya merasa pusa, apalagi kalau disambut
29
Ika Setiyani, Dica Lanita Affinoxy, Ismunajab, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Swadaya Murni, 2010), hlm. 36-37. 30 Imam Khanafi al-Jauhari, Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf, Cet. 4 ( Pekalongan: STAIN Press, 2010), hlm. 168-170.
43
pujian dari orang yang dipameri, hatinya bangga, meledak, keran kegembiraannya yang memuncak. Dampak dari sifat ini yakni dapat menjadi penghalang dan perusak ibadah dan amal soleh.31
31
Ibid., hlm. 173-176.