perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pers dan jurnalistik memiliki hubungan saling membutuhkan. Pers sebagai media massa membutuhkan jurnalistik untuk menyajikan informasiinformasi
yang
mereka
miliki.
Sedangkan
karya-karya
jurnalistik
membutuhkan pers untuk menyampaikannya kepada khalayak. Media massa atau pers datang menyampaikan pesan yang beraneka ragam dan aktual tentang lingkungan sosial dan politik. Surat kabar dapat menjadi medium untuk mengetahui berbagai peristiwa politik aktual yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Media cetak yang secara luas menentukan apa yang menjadi berita, baik di Indonesia maupun di tempat lain di dunia. Salah satu fungsi media massa adalah sebagai alat kontrol sosial. Dalam menjalankan fungsinya ini, media massa menyampaikan kritikan serta pandangan yang berbeda mengenai realitas pembangunan,apakah cenderung menurun atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal inilah yang mengakibatkan menurunnya kredibilitas media massa nasional di mata masyarakat. Dedy N. Hidayat mengatakan bahwa, “melemahnya kredibilitas media massa nasional Indonesia disebabkan oleh sistem komunikasi politik dan kebijakan politik media massa yang berlaku.”1
commit to user 1
Ardial, Komunikasi Politik, Jakarta: PT Indeks, 2009, hal.171.
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Komunikasi politik sebagai proses komunikasi massa dan elemen di dalamnya yang mungkin mempunyai dampak terhadap perilaku politik. Dalam hal ini Davis membagi komunikasi politik menjadi komunikasi massa dan sosialisasi politik, komunikasi dan informasi politik, penggunaan media dan proses politik, dan konstruksi realitas politik. Dalam semua segi itu tercakup di dalamnya masalah hubungan media massa dengan pemerintah.2 Bila melihat kembali pada masa orde baru, media massa sekarang ini memang mengalami perubahan. Seperti yang ditunjukkan oleh Dhakidae, pers di indonesia berubah di masa orde baru, dari sebuah medium wacana politik menjadi industri komersial yang signifikan. 3 Hal ini menunjukkan bahwa pada 1990-an, pers kembali dipolitisasi, terutama untuk merespon munculnya penolakan kelas menengah terhadap pemerintah orde baru. Namun, tak seperti pers politik di masa Soekarno, politik baru dari pers ini tak tergantung pada dukungan kelompok-kelompok berkepentingan politik tertentu. Itu dimungkinkan oleh adanya konglomerat media bermodal besar, memiliki teknologi canggih, dan memiliki hubungan internasional. Pers atau media massa merupakan institusi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sosial politik, profesionalisme jurnalis, keinginan khalayak, dan pemodal atau profit. Menurut McQuail, operasionalisasi fungsi dan tujuan media massa di suatu negara ditentukan oleh beberapa pihak atau unsur sebagai berikut: 2
Ibid. hal. 29 commit to user Khrisna Sen dan David T. Hill, Media, Budaya, dan Politik Di Indonesia, Jakarta: PT Media Lintas Inti Nusantara, 2001, hal.61-63. 3
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagai bagian dari sistem kenegaraan, maka kepentingan nasional/negara/bangsa yang dirumuskan oleh kalangan pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Misalnya pihak pemerintah menginginkan agar media massa berfungsi sebagai sarana pemeliharaan integritas bangsa dan negara, sarana pemeliharaan kestabilan politik, dan lain-lain. Sementara itu, pihak khalayak mengharapkan media massa berfungsi sebagai sumber informasi yang dipercaya, sarana pengetahuan, dan budaya, dan lainlain. Bagi para pengusaha/pemiliknya, media massa merupakan sarana bisnis. Sedangkan bagi para komunikator massa khususnya kalangan wartawan dan karyawan media massa lainnya, yang diutamakan adalah khususnya keputusan profesi. Bagi kalangan masyarakat tertentu, khususnya tokoh pemuka pendapat, media massa merupakan infrastruktur kekuasaan (power). Adapun kebijakankebijakan perundang-undangan, peraturan-peraturan, dan lain-lain, merupakan refleksi dari keterlibatan kalangan dominant class. Di lain pihak, kalangan masyarakat umum (subordinate class) mengharapkan media massa sebagai alat kontrol sosial dan perubahan.4 Media massa dihadapkan pada dilema, yakni menghadapi berbagai benturan kepentingan. Kelangsungan hidup media massa tergantung pada bagaimana media massa memelihara keseimbangan di antara berbagai kepentingan tersebut. Meskipun media massa memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran terhadap masyarakat tentang suatu kejadian, tetapi faktor pemodal juga mempengaruhi pemberitaan dalam media massa itu sendiri. Beberapa media massa yang kritis terhadap sosial politik Indonesia dalah Jawa Pos dan Media Indonesia. Jawa Pos merupakan perusahaan pers terbesar kedua, terpusat di harian terbitan Surabaya. Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo) mengambil alih commit to user 4
Ibid, hal.170
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Jawa Pos. Saat itu Jawa Pos tengah mengalami penurunan sirkulasi di bawah 7000. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dalam waktu 1 dekade Dahlan Iskan mampu merubah surat kabar propinsi yang sekarat menjadi salah satu dari 200 bisnis terkemuka di Indonesia. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1987 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama. Beberapa bulan ini, masyarakat dikejutkan dengan pernyataan Dahlan Iskan, sebagai Menteri BUMN yang mengatakan bahwa ada beberapa anggota DPR yang melakukan pemerasan kepada BUMN. Berawal dari kehendak Komisi VII memanggil Menteri BUMN untuk mengklarifikasi dugaan terjadinya inefisiensi ditubuh PLN. Namun kehendak Komisi ini rupanya tidak terlaksana. Dahlan Iskan seperti diberitakan tidak menghadiri undangan itu dalam beberapa kali kesempatan commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan alasan yang barangkali tidak dapat diterima. Ketidakhadiran Dahlan Iskan tersebut kemudian ramai diberitakan media massa. Berkembanglah berbagai spekulasi dan tafsiran dari berbagai pihak atas ketidakhadiran Dahlan Iskan dalam rapat Komisi VII. Kemungkinan besar Dahlan Iskan saat itu merasa terpojok oleh pemberitaan yang memuat statemen-statemen dari oknum Komisi VII. Sehingga pada akhirnya Dahlan Iskan memutuskan untuk melawan dengan membuat pernyataan soal upeti dan pemerasan oleh oknum DPR pada BUMN. Berkembanglah kasus ini menjadi desas-desus di media. Polemik terjadi di masyarakat. Sampai puncaknya Dahlan Iskan kemudian datang atas undangan Badan Kehormatan DPR menyerahkan nama-nama yang diduga sebagai oknum penerima upeti. Pada surat kabar, pada umumnya terdapat tiga komponen yaitu, berita, pandangan atau pendapat, dan periklanan. Opini itu sendiri adalah sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksana pemerintahan. Opini pers (press opinion) dalam surat kabar biasanya terdiri atas tiga jenis, yakni tajuk rencana, pojok dan karikatur. Tajuk rencana atau editorial adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. Menurut Saur Hutabarat, “editorial merupakan sikap, cerminan dari visi dan misi institusi yang bersangkutan.”5 Pada harian Jawa Pos, rubrik tajuk rencana mereka bernama Jati Diri. Sedangkan pada harian Media Indonesia, rubrik tajuk rencana bernama Editorial. Melihat sikap politik Dahlan Iskan tersebut, penulis ingin melihat pandangan kedua media terhadap sikap politik Dahlan Iskan melalui rubrik tajuk rencananya. Selama kurun waktu 2 bulan, yaitu selama bulan Oktober hingga November 2012, Jawa Pos 2 kali membahas isu tentang Dahlan Iskan dalam tajuk rencananya. Salah satunya yakni tajuk rencana yang menyoroti tentang pernyataan Dahlan Iskan menganai nama-nama anggota DPR yang melakukan pemerasan kepada BUMN. Dahlan Iskan yang sebelumnya menyebutkan sekitar sepuluh nama yang tersangkut kasus tersebut, akan tetapi pada saat di Badan Kehormatan, ia hanya menyebutkan dua nama. Kekecewaan publik dengan pernyataan Dahlan Iskan ini ditulis oleh Jawa Pos dalam tajuk rencana edisi 6 November 2012, dengan memaklumi tindakan Dahlan Iskan tersebut.
5
hal.65.
to userJakarta: Yayasan Obor Indonesia,2005, Septiawan Santana, Jurnalismecommit Kontemporer,
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bisa dimaklumi bila tidak ada yang plong atas pengungkapan dua nama anggota DPR yang dinilai memalak BUMN oleh Menteri Dahlan Iskan. Sebelumnya, dia memang menyebut sekitar sepuluh nama, bisa lebih sedikit atau kurang. Ketika yang disebut hanya dua, tentu sang menteri masih dianggap punya “utang”. Dahlan sendiri akan setor nama lagi pada Rabu besok ke Badan Kehormatan (BK) DPR. (paragraf 1) Bagaimanapun, langkah Dahlan tersebut merupakan perjuangan melawan iklim pembiaran dan “ketakutan” yang selama ini berkembang. Meski pemerasan di BUMN sudah menjadi pergunjingan, baru Dahlan yang berani mengambil resiko. Dahlan tentu bisa tak memilih melawan arus deras seperti ini kalau hanya sadar untuk mencari sensasi. (paragraf 2) Berbeda dengan Jawa Pos, dalam tajuk rencana Media Indonesia pada tanggal yang sama, 6 November 2012, tindakan Dahlan Iskan yang hanya mengumumkan dua nama tersebut dianggap sebagai tindakan sengaja yang digunakan sebagai strategi memelihara isu dan citra diri. Mestinya kehadiran Dahlan di Badan Kehormatan membuat semuanya menjadi terang benderang. Bukan sebaliknya malah menyisakan pertanyaan yang tidak berakhir. Ataukah Dahlan sengaja mencicil siapa anggota DPR pemeras BUMN itu sebagai strategi memelihara isu dan citra diri? (paragraf 7)
Menurut Mc.Luhan jenis media komunikasi yang digunakan, yaitu antar persona, media cetak, atau media elektronik lebih mempengaruhi khalayak dibandingkan dengan apa yang disampaikan oleh media. Dalam hal komunikasi politik, pandangan Mc.Luhan itu akan bermakna bahwa media politik akan berguna untuk pembentukan citra politik.6
commit to user 6
Khrisna Sen dan David T. Hill, Op.Cit, hal.161.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kehadiran media massa tersebut, terutama media massa, mendorong retorika, propaganda, agitasi, kampanye dan public relations politik, berkembang lebih pesat lagi. Penggunaan media massa dalam komunikasi politik tentu sangat penting karena media massa memiliki kontribusi yang besar dalam demokrasi. Selain itu media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak. Penggunaan media massa dalam komunikasi politik, sangat sesuai dalam upaya membentuk citra diri para politikus dan citra partai politik untuk memperoleh dukungan pendapat umum.
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis mengambil obyek penelitian yakni tajuk rencana Jawa Pos dan Media Indonesia yang dimuat pada periode 1 Oktober – 30 November 2012, terutama yang membahas mengenai sikap politik Dahlan Iskan dalam membeberkan pemerasan yang dilakukan anggota DPR kepada BUMN. Pemilihan kedua media cetak tersebut atas dasar, yaitu Jawa Pos dan Media Indonesia memiliki pemodal yang berkecimpung di dunia politik. Seperti kita ketahui, bahwa Dahlan Iskan adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sedang menjadi topik hangat pembicaraan di berbagai media, sedangkan Surya Paloh adalah Ketua Partai Nasdem.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan kata lain, didapat perumusan masalah, yaitu: “Bagaimana pandangan media cetak Jawa Pos dan Media Indonesia dalam tajuk rencananya terkait sikap politik Dahlan Iskan yang membeberkan pemerasan anggota DPR terhadap BUMN yang dimuat pada periode 1 Oktober - 30 November 2012?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan media cetak Jawa Pos dan Media Indonesia melalui rubrik tajuk rencananya, terhadap sikap politik Dahlan Iskan yang membeberkan pemerasan anggota DPR terhadap BUMN periode 1 Oktober - 30 November 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan dalam penulisan tajuk rencana dan dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam jurnalisme saat ini. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pendalaman studi komunikasi pada umumnya, dan studi analisis wacana pada khususnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
E. Kajian Teori Di Indonesia pemerintah menghendaki bahwa pers menjadi alat revolusi, alat pengawasan sosial, alat pendidikan, sarana untuk menyalurkan dan membina pendapat umum dan sarana untuk mengerahkan massa sesuai dengan demokrasi Indonesia. Penempatan media sebagai pilar keempat demokrasi diilhami oleh John Locke yang melihat bahwa pemerintahan tidak hanya digerakkan oleh ketiga pilar, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif, melainkan juga pemerintah harus mendengarkan keinginan yang berkembang dalam masyarakat.7 Penempatan pers sebagai pilar keempat karena pers memiliki peran untuk membentuk pendapat umum sekaligus sebagai ruang publik yang menyediakan tempat kepada anggota masyarakat untuk berimprovisasi dalam penyampaian pikiran dan pendapat. Pers juga memiliki kebebasan untuk mengkritisi legislatif, eksekutif, dan yudikatif, apakah ketiga pilar itu telah berjalan sesuai dengan mekanisme pemerintahan yang benar. Namun, satu hal yang tidak kalah pentingnya melakukan kritik pada dirinya sendiri, apakah pers juga telah melakukan fungsi-fungsinya sesuai dengan tuntutan profesionalisme.
commit to user Hafied, Cangara, Komunikasi Politik: konsep, teori dan praktek, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hal.88. 7
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
a. Pers Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata Pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harafiah kata pres atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan.8 Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers : Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 9 Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media cetak. Sedangkan pers berfungsi untuk : a.
b.
8
Fungsi informatif, yaitu memberikan informasi, atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata. Fungsi kedua adalah fungsi kontrol pers yang bertanggungjawab adalah masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah dan perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak berjalan baik. Fungsi watchdog atau fungsi kontrol ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat yang lainnnya.
Muhammad, Budyatna, Jurnalisitk Teori dan Praktek,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, commit to user 2009, hal.17. 9 Ibid, hal.329.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
d. e.
f.
g. h.
Fungsi ketiga adalah fungsi interpretatif dan direktif yaitu memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian. Fungsi keempat yaitu menghibur. Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik. Fungsi kelima adalah fungsi regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan di masa lampau, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu diselesaikan, dan apa yang dianggap oleh dunia itu benar atau salah. Fungsi keenam adalah fungsi pengawalan hak-hak warga negara, yaitu mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Pers yang bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penerangan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal rakyat hendaknya diberi kesempatan untuk menulis dalam media yang melancarkan kritikkritiknya terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ketujuh adalah fungsi ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Fungsi kedelapan adalah fungsi swadaya, yaitu bahwa pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan. 10
Pers sebagai salah satu pilar dalam penegakan demokrasi harus dibebaskan dari intervensi pemerintah dan memberi perlindungan kepada siapa saja yang ingin mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Dalam negara demokrasi,
menganut teori pers bertanggung jawab (Social
Responsibility Theory), teori ini memungkinkan dimilikinya tanggung jawab oleh pers.11 Teori ini menunjukkan bahwa pers berdasarkan tanggung jawab sosial bukan saja akan mewakili mayoritas rakyatnya tetapi juga memberikan
10 11
Ibid. hal.27-29. Ibid, hal.20.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jaminan atas hak-hak golongan minoritas atau golongan oposisi untuk turut bersuara dalam medianya. Sekarang ini media massa di Indonesia telah bergeser dari orientasi idealisme pembangunan nasional ke media massa yang berorientasi bisnis dan kemerdekaan informasi. Hal ini dapat dipahami karena media massa adalah industri yang padat modal dengan persaingan yang ketat antara satu dengan yang lainnya. Hidup dan matinya lembaga media massa, kini tidak lagi ditentukan oleh faktor politik, melainkan sangat ditentukan oleh pasar (faktor ekonomi). Pada sistem media massa yang demikian, para pejabat, birokrasi, militer, dan politikus di Indonesia, tentu tidak dapat lagi mengontrol media massa yang sedemikian independen. Justru itu, pemanfaatan media massa sebagai sarana komunikasi politik sangat ditentukan oleh banyak faktor yang berkaitan dengan kepentingan masing-masing media. Tiap-tiap lembaga media massa memiliki politik dan kepribadian redaksi masing-masing, yang menjadi kerangka acuan para pekerja media dalam meliput, menyaring, dan memproduksikan pesan. Media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi, dan kontrol atas wacana publik. Namun, disisi lain media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrument perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. 12 Menurut McQuail, operasionalisasi fungsi dan tujuan media massa di suatu negara ditentukan oleh beberapa pihak atau unsur sebagai berikut :
Gambar 1.1 Unsur-unsur Penentu Media Massa Society/nation
Integration goal attaiment control
Dominant class
Media owners Profit status
Power Media Massa
Mean of control or change
Work/ satisfaction Mass comunicators
Access
Voices in society
Source of information culture,uses
Subordinate class
Media audience
Sumber: Winanri, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Malang: UMM Press,2003, hal.74.
commit to user 12
Alex, Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, hal.30.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa sebagai bagian dari sistem kenegaraan, maka kepentingan nasional/negara/bangsa yang dirumuskan oleh kalangan pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme operasional media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Sementara itu, pihak khalayak mengharapkan media massa berfungsi sebagai sumber informasi yang dipercaya, sarana pengetahuan, budaya, dan lain-lain. Suatu implikasi dari revolusi media yang sangat penting adalah mendorong kompetisi media dengan visi ekonomi.13 Hal ini wajar saja mengingat inovasi media komunikasi memang disemangati oleh jiwa kapitalisme. Hal ini nampak dari posisi modal (kapital) yang menjadi tuan bagi benda-benda fisik tersebut. Pada gilirannya, yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah pemilik modal. Pengaruh pemilik modal ini mau tidak mau mempengaruhi visi-misi jurnalisme. Posisi redaksional dalam organisasi komunikasi menjadi sangat lemah. Produksi media merespon terhadap perkembangan sosial dan budaya yang kemudian mempengaruhi perkembangan fikiran masyarakat. Adanya berbagai jenis media massa, mulai dari media cetak hingga elektronik mempengaruhi cara masyarakat berfikir. Fungsi penyusunan agenda telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell McCombs, dan rekan-rekan mereka yang menulis : Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyunting dan penyiar memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas commit to user 13
Redi, Panuju, Sistem Komunikasi Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hal.29.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan menampilkan berita. Pengaruh media massa inikemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka-telah diberi nama fungsi penyusunan agenda dari komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa, kemampuannya untuk menata mental, dan mengatur dunia kita bagi kita sendiri. Singkatnya, media massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka secara mengejutkan berhasil dalam memberitahu kita tentang apa yang harus dipikirkan. 14 Pesan politik yang disampaikan oleh media massa bukanlah realitas yang sesungguhnya, melainkan realitas media. Yakni, realitas buatan atau realitas tangan kedua. Realitas ini dibuat oleh wartawan dan redaktur yang mengolah peristiwa politik menjadi berita politik, melalui proses penyaringan dan seleksi. Meskipun realitas media merupakan polesan yang tidak serasi dengan fakta dan realitas yang sebenarnya, namun tetap banyak kalangan masyarakat cenderung menerima begitu saja informasi dari media massa. Khalayak tidak mempunyai waktu untuk melakukan pengecekan, sehingga banyak juga orang yang terkecoh dan tertipu oleh dunia polesan yang disajikan oleh media massa. Analisis tersebut menunjukkan bahwa media massa dapat membentuk citra politik individu yang menjadi khalayak media massa ke arah yang dikehendakinya. Media massa juga dapat mengarahkan khalayak dalam mempertahankan citra yang sudah dimilikinya. Kedua hal itu dilakukan oleh media massa melalui proses gatekeeping dan agenda setting.
commit to user 14
Stephen W. Littlejohn, Teori Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, hal.415.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media massa juga memiliki fungsi dalam memberikan status (status conferral). Artinya, ekspose yang dilakukan media massa kepada seorang politikus bisa membentuk citra politikus tersebut di mata masyarakat.15
b. Komunikasi Politik Indonesia
menganut
sistem
pemerintahan
presidensial
yang
demokratis, yaitu sistem pemerintahan negara republik dimana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Lembaga tinggi negara di Indonesia sendiri yang memiliki kekuasaan dan kewenangan yang telah diatur dalam UUD 1945, antara lain lembaga legislatif (DPR), lembaga eksekutif (presiden dan wakil presiden), dan lembaga yudikatif (lembaga peradilan). Sistem politik ialah suatu tata cara untuk mengatur atau mengolah bagaimana memperoleh kekuasaan di dalam negara, mempertahankan kedudukan kekuasaan di dalam negara, mengatur hubungan pemerintah dengan rakyat atau sebaliknya dan mengatur hubungan antara negara dengan negara, atau dengan rakyatnya, singkatnya, sistem pemerintahan adalah tata cara untuk mengatur negara.16 Selama pelaksanaan sistem politik, diperlukan badan-badan atau struktur-struktur yang akan bekerja dalam sistem politik seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan, dan partai politik yang melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi tertentu.17 Tidak ada satupun sistem politik yang dapat melangsungkan kerjanya jika para anggotanya tidak mempunyai kesediaan untuk mendukung 15
Ardial, Op. Cit. hal.47. commit to Mandar user Maju, 1990, hal.7. Sukarna, Sistem Politik Indonesia, Bandung: 17 Budi,Winarno,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,Yogyakarta: MedPress, 2007, hal.13. 16
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberadaan suatu kelompok yang berusaha menyelesaikan perbedaanperbedaan atau mendorong pembuatan keputusan melalui cara-cara damai. Menurut Almond, konsep tentang kapabilitas sistem politik merupakan, “a way of characterizing the performance of the political system and of changes in performance, and of comparing political system according to the their performance.”.18 Penggunaan konsep kapabilitas akan berguna ketika kita hendak melihat bagaimana kinerja sistem politik, termasuk bagaimana perubahanperubahan dalam kinerja mereka. Konsep kapabilitas juga penting ketika kita hendak membandingkan sistem politik dengan kinerjanya. Kemampuan sistem politik menurut Gabriel A. Almond dan G.B Powell Jr. Dalam Comparative Politics: A Developmental Approach dinyatakan ada 6 macam, yaitu : a. The extractive capability Mengenai range performance sistem politik dalam mengelola sumber-sumber material dan manusiawi dari lingkungan domestik maupun lingkungan internasional. b. The regulative capability Menunjukkan kemampuan sistem politik dalam hal mengontrol atau mengendalikan perilaku individu-individu atau kelompok yang berada dalam sistem politik itu. c. The distributive capability Menunjukkan pada alokasi atau distribusi berbagai jenis barang, jasa, kehormatan, status, dan kesempatan yang berasal dari sistem politik kepada individu-individu atau kelompok yang ada dalam masyarakat merupakan prestasi riil dari sistem politik. d. The symbolic capability Kemampuan simbolik menunjukkan pada kesangkilan mengalirnya simbol dari sistem politik kedalam lingkungan masyarakat domestik maupun lingkungan internasional. commit to user 18
Ibid. hal.113.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. The responsive capability Kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik ditentukan oleh hubungan input dengan output. f. Domestic and international capability Kemampuan ini menunjukkan bahwa sistem politik itu berlangsung di dalam lingkungan domestik maupun internasional. 19
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik yang amat penting. Komunikasi politik menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik rakyat yang menjadi input sistem politik dan pada waktu yang sama ia juga menyalurkan kebijakan yang diambil atau output sistem politik itu. Melalui komunikasi politik rakyat memberikan dukungan, menyampaikan aspirasi, dan melakukan pengawasan terhadap sistem politik.20 Media massa memiliki kekuatan dalam mengkonstruksikan dan mendekonstruksikan realitas terutama pada pemberitaan, di samping bentuk lain seperti tajuk, opini, dan karikatur pada media cetak, dan talk show pada media elektronik. Media massa juga memberikan penekanan pada substansi persoalan tertentu berkenaan dengan peristiwa atau isu tertentu dan mengabaikan substansi persoalan lain. Teori
spiral
of
salience
oleh
Noella-Neuman
(1974,1977)
mengatakan bahwa,”press coverage that predicts trends in public opinion can actually create such trends or serve as a catalyst for them.” 21 Liputan pers yang biasanya memberikan prediksi-prediksi tentang kecenderungan-kecenderungan dalam pendapat umum dapat menciptakan 19
Arifin, Rahman,Sistem Politik Indonesia,Surabaya: SIC, 2002, hal.16. Maswadi, Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1993, hal.3. 21 commit userKampanye Politik, Yogyakarta: Jalasutra, Pawito, Komunikasi Politik, Media MassatoDan 2009, hal.140. 20
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
kecenderungan yang dimaksud, atau bertindak sebagai katalis untuk terwujudnya prediksi yang bersangkutan. Serta penumbuhan citra pada khalayak mengenai objek (figur atau tokoh, partai politik, organisasi, pemerintah, dan perusahaan). Ada beberapa kecenderungan umum dari peran media massa dalam periode krisis politik terutama dalam masyarakat demokratis. Pertama, di awal kritis media massa berperan sebagai agen penyelaras, yang menyampaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam bentuk berita yang objektif, akurat, dan berimbang. Kedua, ketika krisis mulai mengalami eskalasi/berkembang, maka peran media massa mulai bergeser, mengambil posisi tertentu sesuai dengan kepentingan media. Posisi tersebut biasanya dipengaruhi oleh kepentingan modal dan kepentingan-kepentingan lain. Ketiga, media secara berangsur mulai berpihak pada salah satu kekuatan yang terlibat dalam konflik sesuai dengan berkembangnya krisis.22 Berkaitan dengan pandangan mengenai media massa sebagai sumber pengaruh politik, semua media yang dimiliki swasta maupun pemerintah, sebenarnya merupakan aparatur ideologi. Media massa terutama pers karena kemampuannya untuk menyebarluaskan pendapat, dinilai sebagai sumber kekuasaan. Dengan sendirinya, semua alat komunikasi, baik yang dimiliki negara maupun tidak, akan berusaha mengemukakan yang terbaik menurutnya.23
22
Ibid. hal.270. commit to dan userPraktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Mahi M. Hikmat,Komunikasi Politik Teori Media, 2010, hal 55. 23
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Tidak heran bila media massa memiliki peranan penting dalam pembangunan sistem politik demokrasi. Bentuk keterlibatan media massa yaitu dalam bentuk pilihan berita yang mengandung unsur politik. Muhtadi (1999:6-7), menjelaskan: “Lebih-lebih bagi seorang politikus. Media sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengaturan kesan (impression management) sesuai dengan alur politik yang dikuasainya. Penyampaian pesanpesan politik untuk mendapatkan respon publik serta sekarang dikenal istilah ‘komunikasi politik’, sesungguhnya tidak lebih dari upaya menargetkan terjadinya perubahan perilaku politik tertentu pada pihak khalayak yang menerimanya. Dengan memanfaatkan kekuatan media jurnalistik sebagai salurannya, secara serempak dan efisien, membangun suatu opini publik sesuai dengan harapan atau cita-cita politiknya, serta meraih simpati massa yang sebesarbesarnya untuk kepentingan golongannya sekaligus mematahkan kekuatan politik lawannya.”24
c. Sikap Politik Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood, mengatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut.25 Tuntutan peranan dalam psikologi komunikasi adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sebagai sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari peranannya. Dalam hubungan
24
Ibid, hal 64-65. commit to user Saifuddin Anwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998, hal.5. 25
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya. Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.26 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik ada empat, yaitu : 1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa. 2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk pribadi aktor politik seperti, keluarga, agama, dan kelompok pergaulan. 3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. Faktor sosial politik langsung yang berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung, misalnya suasana kelompok dan ancaman dalam segala bentuknya.27 Orientasi politik adalah sikap warga negara terhadap sistem politik termasuk aneka ragam segmennya, serta sikapnya terhadap peran diri pribadi di dalam sistem tersebut. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa setiap warga negara termasuk politikus memiliki pengaruh tertentu kepada pengambilan keputusan di dalam sistem yang bersangkutan.28 Mengenai perilaku anggota dewan, terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pembentukan perilaku anggota dewan di Indonesia, yakni pemilih, organisasi politik, eksekutif, dan diri pribadi anggota dewan. Perilaku anggota dewan ditandai dengan pola-pola tertentu sesuai dengan
26
Ibid. hal.11. commit user Ikip Semarang Press, 1995, hal.14. Sudjiono, Sastroatmodjo, Perilaku Politik,to Semarang: 28 Mahi M. Hikmat, Op.Cit, hal.147. 27
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan antara mereka dengan pihak-pihak yang membawa pengaruh tersebut. Menurut Abcarian dan Masannat, pola-pola tersebut secara rinci sebagai berikut: 1. Wakil sebagai anggota legislatif Pada pola ini, si wakil sebagai anggota legislatif yang dipilih bebas bertindak atau mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri melihat kepentingan-kepentingan tertentu dalam proses pengambilan keputusan. Meskipun ia menghargai pihak pemilih, tidak berarti si wakil boleh mengorbankan pertimbangan sendiri. 2. Wakil sebagai utusan Pada pola ini, si wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya sedemikian rupa sehingga ia selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan tugastugasnya. 3. Wakil sebagai politikus Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola di atas. Tindakannya bergantung dari permasalahan yang dihadapi. Apabila isu atau permasalahan bersifat mendesak atau berhubungan dengan kepentingan pemilihnya, si wakil akan bertindak secara delegate. Namun,bila keadaannya tidak seperti di atas, ia akan bertingkah laku dengan pertimbangan pribadi atas dasar kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu trustee. 4. Wakil sebagai partisan Sementara itu, pada pola ini, si wakil bertindak sesuai dengan keinginan partai yang mendukung. Setelah dipilih, si wakil mulai hubungannya dengan organisasi politik yang mencalonkannya dalam pemilihan itu.29
d. Birokrasi Pengertian birokrasi yang diberikan Martin Albrowke dalam tujuh pengertian, intinya mencakup keberadaan, alat-alat perlengkapan negara, hubungan tugas dan kewajibannya, serta hubungan antara alat-alat
commit to user 29
Ibid. Hal.148-149.
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
perlengkapan tersebut yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dengan ciri-cirinya yang sangat spesifik30. Pada dasarnya birokrasi dimaknai sebagai alat pemerintahan yang bekerja untuk kepentingan rakyat, tugasnya untuk merealisasikan semua kebijakan pemerintah dalam mencapai kepentingan masyarakat. Menurut Max Weber, ada 3 bentuk irrasionalitas birokrasi di Indonesia. Pertama, birokrasi bekerja bukan untuk melayani kepentingan mayarakat, tapi ditujukan untuk melayani kepentingan para pengusaha dan pemilik modal. Kedua, birokrasi yang orientasi utamanya adalah pelayanan, namun dibelokkan menjadi pengontrol berlakunya kebijakan-kebijakan negara. Ketiga, birokrasi yang seharusnya netral di hadapan masyarakat, tapi justru berpihak kepada partai politik milik pemerintah. Politisasi birokrasi yang sangat pekat, menjadikan birokrasi sebagai organisasi politik pemerintah.31 Weber juga mengidentifikasikan sebuah ekonomi uang sebagai bagian penting bagi perkembangan birokrasi. Weber mengatakan, “birokrasi sebagai sebuah struktur permanen merupakan syarat mutlak bagi keajegan dalam mempertahankan income. Sebuah sistem pajak yang stabil merupakan prakondisi bagi keberadaan administrasi birokrasi yang permanen.”32 Birokrasi memiliki posisi strategis dalam praktik korupsi. Gabriel Almond: “Bureaucracies are of enormous importance in the performance of the communication function in political system. Even if democratic political systems, the bureaucracies is one of the most important sources, if not the
30
Moeljarto, Tjokrowinoto, Birokrasi Dalam Polemik,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001,
hal.94. 31
Ibid. hal.117. commit to user Sudarmo, Isu-isu Administrasi Publik Dalam Perspektif Governance, Solo: SmartMedia, 2011, hal.42. 32
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
most important source of information about public issues and politically significant event.”33 Birokrasi memiliki peranan yang penting, bahkan dalam sistem politik demokrasi. Birokrasi merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting tentang permasalahan publik dan hal-hal lain yang penting secara politik. Birokrasi juga memiliki kekuasaan atas informasi yang menyangkut kepentingan orang banyak. Dengan demikian, informasi yang berupa rencana kebijakan maupun program yang berhubungan dengan kepentingan publik dapat dijadikan objek komersialisasi jabatan kepada pengusaha, konglomerat, atau investor asing. Dalam penjualan informasi penting ini, seseorang atau beberapa orang birokrat mendapat imbalan ekonomis. Birokrasi dalam pelaksanaannya rentan terjadi korupsi. Korupsi (an extraordinary crime) adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.34 Korupsi yang tergolong tingkat menengah ini melibatkan para pejabat tingkat menengah baik di tingkat pusat ataupun lokal. Korupsi tingkat menengah memiliki beragam bentuk, mencakup suap, pemberian hadiah (gratifikasi), penjualan pengaruh, nepotisme, dan penggelapan. Tipe korupsi ini sering muncul di institusi atau komunitas tempat peraturan perundangan dan regulasi SDA tidak begitu jelas, sehingga membuka peluang bagi interpretasi dan manipulasi. 33
Wijayanto, Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia, Sebab, Akibat, dan Prospek commit Pemberantasan, Jakarta: Gramedia, 2009, hal.479.to user 34 Ibid. hal.6
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suap menyuap bukan lagi sebagai kejahatan konvensional, melainkan kejahatan luar biasa, karena karakter korupsinya yang sangat kriminogin (dapat menjadi sumber kejahatan lain) dan viktimogin (secara potensial dapat merugikan berbagai dimensi kepentingan).35
e. Tajuk Rencana Penerbitan pers, khususnya di dalam surat kabar, terdapat tiga komponen. Komponen pertama adalah penyajian berita. Komponen kedua adalah pandangan atau pendapat, pandangan atau pendapat ini disebut opini. Dan komponen ketiga adalah periklanan. Opini itu sendiri adalah sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksana pemerintahan. Opini pers (press opinion) dalam surat kabar biasanya terdiri atas tiga jenis, yakni tajuk rencana, pojok dan karikatur. Media massa merupakan saluran pendapat umum. Pendapat umum yang disalurkan melalui saluran lain selain media massa memiliki peluang untuk dikembangkan oleh media massa. Di dalam media massa khususnya media cetak, terdapat rubrik surat pembaca dan tajuk rencana atau editorial. Siapa pun dapat menuliskan keluhan aspirasi, dan saran mengenai berbagai persoalan penting yang menyangkut kepentingan publik melalui surat pembaca. Sedangkan tajuk rencana atau editorial adalah artikel pokok dalam commit to user 35
Wijayanto,Op. Cit, hal.280.
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut. Ciri-ciri tajuk rencana : a. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan b. Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat c. Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional d. Tertuang pikiran subyektif redaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Tajuk rencana pada hakekatnya bersifat subjektif-optianed news. Ia umumnya ditempatkan di halaman yang sama dengan rubrik-rubrik lain yang juga bersifat subjektif, seperti pojok, karikatur, esai, dan surat pembaca. Penulisan opini penerbit bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan, mengkritik kebijakan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Menurut Teel dan Taylor,“Reflects the reputation and integrity of the publication, as well as the will of the corporation.”36 Perusahaan penerbitan pers pada umunya berbentuk badan hukum, dimana badan hukum itu ada yang membiayainya, maka tidak jarang penulisan opini penerbit itu ada kaitannya dengan misi dan visi badan hukum yang menaungi penerbitannya.37 Karena pentingnya dan karena citra institusi yang diembannya, tajuk umumnya ditulis oleh wartawan yang telah menduduki posisi sangat tinggi dan telah lama bekerja di suatu surat kabar. Penulis tajuk biasanya adalah suatu tim yang terdiri atas 3 atau 6 orang, dipilih oleh para pemuka koran tersebut. Cara lain adalah pemimpin redaksi menunjuk wartawan-wartawan tertentu untuk menulis tajuk menurut keahlian masing-masing. Penulis tajuk rencana berfikir mendalam untuk memilih kata-kata; dia menulis dengan otoritas, dan dengan cara ini dia cenderung meniadakan pengaruh reportase yang terlalu tergesa dan serampangan, dia menghiasi tulisannya dengan kutipan-kutipan yang cerdas, dan dia meluangkan waktu 36
Rizal, Mallarangeng, Pers Orde Baru,Jakarta: Gramedia, 2010, hal.12. commitPers, to user Totok, Djuroto, Manajemen Penerbitan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal.77. 37
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa saat untuk memeriksa dan membenahinya dengan hati-hati. Hasilnya, tulisan seringkali mencapai bentuk prosa yang sekaligus anggun, kuat, cerdas, dan berpengaruh. Tujuan tajuk rencana: a. Menjelaskan Berita (Explaining the News) Editorial menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Editorial menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintahan, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat. b. Menjelaskan Latar Belakang (Filling in Background) Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, editorial dapat menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. Dengan menganalisa sejarah sekarang, editorial dapat memperlihatkan keterkaitannya dengan masalahmasalah umum sekarang. Editorial dapat menunjukkan hubungan antara berbagai peristiwa yang terpisah : politik, ekonomi, atau sosial. Kadang-kadang editorial menunjukkan kesamaan dengan sejarah, yaitu kesamaan yang bertujuan untuk mendidik masyarakat. c. Meramalkan (Forecasting the Future) Suatu editorial kadang-kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang. d. Menyampaikan Pertimbangan Moral (Passing Moral Judgement) Menurut tradisi lama, para penulis editorial bertugas mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Jadi, para penulis editorial akan berurusan dengan pertimbangan moral yang biasa disebut dengan “pertimbangan nilai”. Mereka berkata kepada para pembacanya tentang sesuatu yang benar dan salah. 38 Materi tajuk bisa bersifat informasi: materi yang memaparkan peristiwa aktual. Materi tajuk bisa pula menjelaskan: penjelasannya merincikan permasalahan,
serta
interpretasi
tertentu.
Materi
tajuk
commit to user 38
William, Rivers. Editorial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994, hal.23.
juga
bersifat
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
argumentatif: penulisnya melakukan penganalisaan dengan berlandaskan alasan-alasan yang ditopang oleh data dan fakta yag akurat, serta memaparkan jawaban atas pertanyaan “mengapa” dan “apa akibatnya”. Materi tajuk bisa membujuk: tajuk jenis ini mengajak berbagai pihak untuk merespons peristiwa yang tengah terjadi, dengan cara persuasif atau agitatif. Materi tajuk bisa memuji: tajuk jenis ini berisi penghargaan kepada kelompok atau pihak tertentu yang dinilai berhasil melakukan suatu kegiatan,atau berjasa kepada masyarakat. Materi tajuk bisa menghibur: tajuk ini mencoba menghibur masyarakat, baik ketika ditimpa kemalangan, bencana sosial, atau pun penderitaan tertentu; Humor atau lelucon bisa dipakai guna mengajak masyarakat memperhatikan sebuah fenomena sosial yang luput dari wacana publik. Menyusun tajuk rencana yang baik dan menarik dapat dilakukan dengan cara merujuk pada teori ANSVA dari Alan H. Monroe. Menurut Monroe dalam Raymond S. Ross, dalam Persuasion: Communication and Interpersonal Relations, terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan cara berfikir manusia dalam formula ANSVA: attention (perhatian), need (kebutuhan), satisfaction (pemuasan), visualization (visualisasi), dan action (tindakan).39 Jadi,
perhatian
pembaca
harus
ditimbulkan
terlebih
dahulu.
Selanjutnya ia harus merasakan adanya kebutuhan tertentu. Ia harus diberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut. Ia harus dapat commit userRencana: Panduan Praktis Penulis dan AS. Haris Sumadiria, Menulis Artikel dantoTajuk Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama, 2004, hal.101. 39
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang dianjurkan kepadanya. Akhirnya, saran tindakan yang tegas harus dinyatakan. Selain teori ANSVA, dikenal juga teori SEES. Teori SEES digunakan untuk tajuk rencana yang singkat, sederhana, sehingga tidak memerlukan analisis yang kompleks explanation
(penjelasan),
dan berat. SEES yaitu, statement (pernyataan), example
(contoh-contoh),
dan
summary
(kesimpulan).40 Rizal Malaranggeng membagi tajuk rencana ke dalam tiga model, yakni : a. Model Jalan Tengah (MJT) Walaupun mengandung unsur-unsur kritis, sering ditulis sedemikian rupa sehingga terkesan terlalu santun, berputar-putar dan cenderung mengaburkan pesan yang hendak disampaikan. b. Model Angin Surga (MAS) Hampir sama dengan MJT, hanya ia ditujukan bukan untuk menggugat atau mempertanyakan hal-hal tertentu. Tajuk model ini ditulis lebih sebagai imbauan atau harapan. Di dalamnya terdapat ungkapan-ungkapan kata kunci antara lain, “kebersamaan”, “duduk bersama mencari solusi”, “tanggungjawab bersama”, “kewajiban moral”, “kewajiban kita semua”, dan semacamnya. c. Model Anjing Penjaga (MAP) Di dalam tajuk model ini dapat terbaca dengan jelas apa yang hendak diperjuangkan dan dikatakan oleh penulisnya. Dengan lugas, berani, tajam, kritik-kritik di dalamnya, bahkan ditujukan kepada pemegang kekuasaan tertinggi. 41
Tajuk rencana dulu dikenal dengan nama Induk Karangan, dari bahasa Belanda “Hoofd artikel”. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “Leader”. 40
Ibid,hal.104. commit to userDasar Jurnalistik, Malang Bayumedia, Redi, Panuju, Nalar-nalar Jurnalistik Dasarnya 2005, hal.81. 41
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Suherman menunjukkan beberapa unsur penting dalam tajuk rencana : a.
b.
c.
Fakta. Fakta menjadi faktor penting. Berdasar fakta, berbagai opini tajuk rencana dibuat. Gambaran permasalahan dideskripsikan, dan dicarikan atau diusulkan jalan keluarnya. Tanpa landasan fakta, pendapat (opini) sebuah media akan dinilai dengan fitnah. Yang rugi bukan hanya pihak yang difitnah oleh sebuah tajuk, tapi media si pembuat tajuk itu akan rugi, kehilangan kredibilitas profesionalismenya. Interpretasi. Menurut Kamus Komunikasi, susunan Onong U. Effendy (19989: 189), Interpretasi adalah proses memadukan kegiatan memahami suatu fenomena dengan kegiatan mengungkapkan, menerangkan, dan menerjemahkannya menjadi suatu pesan yang siap untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Opini. Opini disini merupakan pernyataan media terhadap persoalan yang tengah dibahasnya. Melalui pernyataan-pernyataannya, sikap sebuah media terlihat masyarakat paham. 42 Tajuk rencana terdiri atas tiga jenis, yaitu: 1. Tajuk rencana yang bersifat argumentatif, adalah yang membela suatu pandangan tertentu. Tajuk rencana yang disusun untuk mengajak pembaca digolongan sebagai yang bersifat argumentatif. Tajuk rencana yang dibuat untuk membahas dan menganalisa baikburuknya sesuai dampak atau pengalaman sesuatu kebijaksanaan atau kegiatan dimasukkan dalam kategori ini. Argumen-argumen yang diajukan melalui tajuk rencana bisa berupa imbauan jelas untuk bertindak atau isyarat untuk menggiring pembaca ke arah jalan fikiran yang dikehendaki oleh sang redaktur. 2. Tajuk rencana bersifat informatif merupakan usaha sang redaktur untuk memberikan kepada para pembacanya keteranganketerangan latar belakang tentang sesuatu hal atau masalah tertentu. Jenis tajuk ini juga dinamakan tajuk bersifat interpretasi, penjelasan atau penggelaran. Teknik penulisan ini digunakan untuk melancarkan proses pembentukan pendapat para pembaca. Tujuan dari tajuk jenis ini bukanlah untuk memberikan argumen yang kuat bagi sesuatu pandangan tertentu sebagaimana halnya dengan tajuk rencana bersifat argumentatif. 3. Tajuk-tajuk aneka rupa adalah tajuk-tajuk yang berusaha untuk menghibur atau mengasyikkan pembaca dan bukan memberikan kepada pembaca semacam interpretasi tentang kejadian yang bernilai berita atau upaya mempengaruhi. Tajuk jenis ini biasanya berfungsi untuk meringankan halaman tajuk. 43
42
Septiawan, Santana, Op. Cit. hal.67. commit to user Don Michael Flournoy (Ed.), Analisis Isi Surat kabar Surat kabar Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989, Hal.128. 43
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tugas utama para penulis editorial adalah memberikan informasi dan bimbingan
ke
arah
pertimbangan-pertimbangan
yang
esensial
dalam
melaksanakan fungsi demokrasi yang sesungguhnya. Dengan demikian, dalam Konferensi Nasional Para Penulis Editorial (1974), mengungkapkan petunjuk agar penulis editorial menjaga integritasnya dalam menulis, yaitu : a. Penulis editorial harus menyajikan fakta-fakta yang jujur dan tuntas. Dia tidak boleh salah membimbing pembacanya, mengacaukan situasi, atau menempatkan seseorang dari sudut pandang yang salah. b. Penulis editorial harus mengambil kesimpulan objektif dari fakta-fakta yang disajikan, berdasarkan bobot bukti dan berdasarkan konsep yang menurutnya bagus. c. Penulis editorial tidak dibenarkan terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau memanfaatkan pengaruhnya untuk kepentingan pribadi atau orang lain, dia harus mempertahankan hal-hal di atas sendiri dari kemungkinan penyelewengan, apa pun sumbernya. d. Penulis editorial harus menyadari bahwa dirinya tidak sempurna. Oleh karena itu, sejauh masih di dalam kekuasaannya, dia harus menyuarakan kepada mereka yang tidak setuju dengannya di dalam kolom surat pembaca atau dengan alat-alat lainnya. e. Penulis editorial secara teratur harus mengulas kesimpulannya sendiri dalam kaitannya dengan informasi yang dapat diperolehnya. Dia harus mengoreksi kesimpulan tersebut dan menemukannya atas dasar kesalahpahaman sebelumnya. f. Penulis editorial harus punya keberanian yang teguh dan filosofi hidup demokrasi. Dia tidak boleh menulis atau menerbitkan apa pun yang bertentangan dengan hati nurani. Banyak halaman editorial merupakan produk pikiran banyak orang, tetapi pertimbangan kolektif yang bagus dapat dicapai lewat pertimbangan individual. Oleh sebab itu, opini individual yang mendalam harus dihormati. g. Penulis editorial harus membantu temannya dalam konteks kesetiaan terhadap integritas takaran profesionalisme yang tinggi. Reputasinya adalah reputasi mereka dan reputasi mereka adalah miliknya. 44
commit to user 44
William, Op. Cit, hal.32
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Analisis Wacana Analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik secara
tekstual
maupun
kontekstual.
Analisis
wacana
juga
dapat
memungkinkan kita untuk melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang disampaikan. Pengertian wacana yang lebih sederhana berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Wacana sebagai ucapan dalam mana seorang pembicara menyampaikan sesuatu tentang sesuatu kepada pendengar. Bahasa merupakan mediasi dalam proses ini. Tarigan mengatakan bahwa, wacana mencangkup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra, dan persuasi.45 Analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.46 Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris, oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
45 46
Alex, Sobur, Op. Cit. Hal.11. commit to user Eriyanto,Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: LkiS, hal.4.
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
Pandangan kedua disebut sebagai konstruktivisme, aliran ini menolak pandangan empirisme/positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori yang ketiga itu disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA). ‘Discourse’ proved a productive alternative to ‘language’, the earlier defining term (as in ‘Critical Linguistics’, Fowler et al 1979, ‘Critical Language Awareness’, Fairclough 1992). ‘Discourse’ had some decisive advantages over ‘language’ when it was first proposed (e.g. Van Dijk 1985, Fairclough 1989) because of different meanings it covered, contradictions it allowed. Compared with ‘language’ it included studies of processes and structures, language and thought, social processes and meanings in circulation.47
'Wacana' membuktikan sebuah produksi alternatif untuk 'bahasa', yang sebelumnya mendefinisikan istilah (seperti dalam ‘Critical Linguistics’, to user Bob, Hodge, Ideology, Identity,commit Interaction: Contradictions and Challenges for Critical Discourse Analysis, University of Western Sydney, Australia, 2012, Vol. 5 (2): 1 – 18. 47
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fowler et al 1979, 'Kesadaran Kritis Bahasa', Fairclough 1992). 'Wacana' memiliki beberapa keunggulan lebih dari 'bahasa' ketika pertama kali wacana diusulkan (misalnya Van Dijk 1985, Fairclough 1989) karena mencakup arti wacana berbeda, memungkinkannya kontradiksi. Dibandingkan dengan 'bahasa', wacana termasuk mempelajari proses dan struktur, bahasa dan pemikiran, proses sosial dan makna yang beredar. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Karakteristik analisis wacana kritis: a) Tindakan Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan, karena wacana dipandang sebagai
sesuatu
yang bertujuan,
apakah untuk
mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Wacana juga dipahami sebagai
sesuatu yang
diekspresikan secara datar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran. b) Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Guy Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa dan semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Sedangkan wacana dimaknai sebagai teks dan konteks secara bersama-sama.48 c) Historis Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Pemahaman mengenai wacana ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi politik, suasana pada saat itu. d) Kekuasaan Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Analisis wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detail teks atau struktur wacana saja, tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut kontrol. Satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga secara mental dan psikis.
commit to user 48
Eriyanto, Op. Cit. hal.9.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Ideologi Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dan kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana.
Paradigma kritis bukan hanya mengubah pandangan mengenai realitas yang dipandang alamiah, tetapi juga berargumentasi bahwa media adalah kunci utama dari pertarungan kekuasaan, melalui mana nilai-nilai kelompok dominan dimapankan, dibuat berpengaruh, dan menentukan apa yang digunakan oleh khalayak.49
commit to user 49
Eriyanto, Op. Cit. hal.31.
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
CDA is a field of study which has paved the ways for the linguists to find out the hidden ideologies behind seemingly simple and plain words. Language is no longer seen as merely reflecting out reality, but as central to creating reality (Taiwo 2007). News papers play a vital role in depicting social issues according to their own ideology. News papers are particularly known to lead in the initiation of discourse on the national issues by picking on statements or reactions of prominent national figures. 50 Dari pendapat Taiwo diatas dapat diartikan bahwa analisis wacana kritis merupakan bidang studi yang telah membuka jalan bagi ahli bahasa untuk mengetahui ideology yang tersembunyi di balik kata-kata yang tampaknya sederhana dan polos. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai hanya mencerminkan realitas keluar, tetapi sebagai pusat untuk menciptakan realitas. Surat kabar memerankan peran penting dalam menggambarkan masalah-masalah sosial sesuai dengan ideologi mereka sendiri. Surat kabar terutama dikenal untuk memimpin dalam inisiasi wacana pada isu-isu nasional dengan memilih pada pernyataan atau reaksi dari tokoh nasional. Media bukanlah saluran yang bebas tempat semua kekuatan sosial saling berinteraksi dan berhubungan. Sebaliknya, media hanya dimiliki oleh kelompok dominan, sehingga mereka lebih mempunyai kesempatan dan akses untuk mempengaruhi dan memaknai peristiwa berdasarkan pandangan mereka. Media bahkan menjadi sarana dimana kelompok dominan bukan hanya memantapkan posisi mereka, tetapi juga memarjinalkan dan meminggirkan posisi kelompok yang tidak dominan.
50
Mahmood, Muhammad Asim (Corresponding author ), Saira Javed, and Rashid Mahmood, commit to user A critical Discourse Analysis of The News Headlines of Budget of Pakistan FY 2011-2012, Govt. College University Faisalabad, Pakistan, September 2011,VOL 3, NO 5.
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Ada juga fokus yang berkembang pada efek ideologis pada teks, atau, dengan kata lain, ideologi dan representasi diskursifnya. Berkaitan dengan kerangka - bahasa, konsep, kategori, citra pemikiran, dan sistem perwakilan – yang berbeda kelas dan kelompok sosial menyebar untuk memahami, mendefinisikan, mencari tahu dan membuat karya yang dapat dipahami masyarakat. Thompson mengacu pada ideologi sebagai "yang berarti dalam peralatan kekuasaan", untuk konsep Hall meliputi: “…the mental frameworks – the languages, the concepts, categories, imagery of thought, and the systems of representation – which different classes and social groups deploy in order to make sense of, define, figure out and render intelligible the way society works.“ 51
Prinsip dasar analisis wacana : a. Komunikasi terdiri dari tindakan-tindakan kompleks yang kemudian membentuk pesan di mana dikandung wacana atau wacana-wacana tertentu. b. Menusia terikat oleh ketentuan-ketentuan ketika menggunakan bahasa, membawakan wacana, atau melakukan tindakan-tindakan. c. Komunikator menggunakan wacana untuk mencapai tujuan, dan cara yang ditempuh dalam penggunaan wacana pada dasarnya terikat oleh ketentuan-ketentuan. d. Kendati bahasa dan sistem simbol lainnya merupakan wujud nyata dari aktivitas komunikasi, namun sebenarnya discourse-lah yang menjadi materi dari komunikasi. commit to user Monika, Kopytowska, Editorial: Critical Perspectives on Ideology, Identity, and Interaction, University of Łódź, 2012, Vol. 5 (2): i-xiv. 51
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Van Dijk tidak semata-mata menganalisis teks semata, tetapi ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.52 Wacana
oleh
Van
Dijk
digambarkan
mempunyai
tiga
dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Thus, discourse analysis is a method with a high amount of flexibility. It is highly political by nature, because the analysis of texts always includes an analysis of their broader (societal) context and power relationships. It always goes beyond one’s own disciplinary borders and shows the interconnectedness of different disciplines and fields and their (sometimes) differing interests. Hence, it has the potential to contribute to theoretical debates in other “streams of literature.” Additionally, it has the potential to show how activities are influenced through the production of meaning in texts. 53 Analisis wacana adalah metode dengan jumlah fleksibilitas yang tinggi. Hal ini karena analisis teks selalu mencakup analisis konteks yang lebih luas mencakup masyarakat dan hubungan kekuasaan. Selalu menunjukkan keterkaitan berbagai disiplin ilmu dan bidang dan kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu, wacana memiliki potensi untuk memberikan kontribusi untuk perdebatan teoritis di lain "aliran sastra". Selain itu, wacana 52
Eriyanto, Op. Cit, hal.224. to user Jansen I, Discourse analysis andcommit Foucault’s “Archaeology of knowledge”, International Journal of Caring Sciences, 1(3):107–111. 53
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki potensi untuk menunjukkan bagaimana aktivitas dipengaruhi melalui produksi makna dalam teks.
F. Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran diperlukan untuk mempermudah tercapainya tujuan penelitian. Kerangka pemikiran ini akan menggambarkan pokokpokok pikiran yang mecakup sudut-sudut permasalahan yang akan diteliti. Peneliti dalam melakukan penelitian ini membuat sebuah kerangka pemikiran yang akan menjelaskan proses berpikir penulis dalam menjalankan penelitian. Penulis menggambarkannya secara sederhana dalam skema di bawah ini :
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1.2 Kerangka Berfikir Penulis Sikap politik Dahlan Iskan
Media Cetak: Jawa Pos
Media Cetak: Media Indonesia Pandangan Media
Tajuk Rencana
Model Tajuk Rencana
Analisis wacana van Dijk.
Struktur Makro (Tematik)
Superstruktur (Skematik)
Mikro Struktur (SemantikSintaksis, Stilistik,Retoris)
Skema di atas menjelaskan bahwa media cetak yang akan diteliti, yaitu Jawa Pos dan Media Indonesia menyampaikan pandangan mereka tentang sikap politik Dahlan Iskan yang membeberkan pemerasan anggota DPR terhadap BUMN melalui tajuk rencananya. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian untuk menganalisa tajuk rencana kedua media cetak tersebut, penulis menggunakan struktur wacana dari Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi suatu teks ke dalam tiga struktur atau tingkatan yang saling mendukung satu sama lain.54 1. Struktur Makro Struktur makro merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita, dalam penelitian ini yaitu tajuk rencana Jawa Pos dan Media Indonesia. 2. Superstruktur Superstruktur mengamati bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh. 3. Struktur Mikro Sedangkan struktur mikro, untuk mengetahui makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misalnya dalam latar, detail, maksud, praanggapan, pemilihan kata ganti, koherensi, bentuk kalimat, grafis, dan metafora.
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari commit to user 54
Eriyanto, Op.Cit, hal.227.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Penelitian
mengemukakan
kualitatif
gambaran
juga
dan/atau
lebih
dimaksudkan
pemahaman
untuk
(understanding)
mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.
Penulis
kualitatif
menerangkan
kejadian/peristiwa
yang
ditelitinya. Riset kualitatif mengandung pengertian adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu atau kelompok, yang berasal dari persoalan sosial atau kemanusiaan.55 Gorman dan Clayton, tujuan akhir dari tulisan kualitatif ialah memahami apa yang dipelajari dari perspektif kejadian itu sendiri, dari sudut pandang kejadiannya itu sendiri.56
2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tajuk rencana terkait sikap politik Dahlan Iskan yang dimuat dalam surat kabar Jawa Pos dan Media Indonesia pada rentang waktu 1 Oktober – 30 November 2012. Penulis mendapatkan 2 judul dari tajuk rencana harian Jawa Pos dan 3 judul dari tajuk rencana harian Media Indonesia yang akan diteliti, yakni :
55 56
commit to Septiawan, Santana, Op. Cit, hal.1. Ibid, hal.46.
user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Tajuk Rencana Harian Jawa Pos Mengenai Dahlan Iskan Edisi
Judul
27 Oktober 2012
Dahlan Iskan dan DPR
6 November 2012
Setelah Dahlan ke BK
Tabel 1.2 Tajuk Rencana Harian Media Indonesia Mengenai Dahlan Iskan Edisi
Judul
27 Oktober 2012
Dahlan Versus DPR
6 November 2012
Dahlan Iskan Tidak Sepenuh Hati
9 November 2012
Misi dari Langit Dahlan Iskan
3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif mengenal dua cara pokok untuk mengelompokkan data, yaitu dengan metode interaktif yang meliputi wawancara dan observasi serta metode non-interaktif yang meliputi observasi tak berperan dan studi pustaka. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode yang kedua yaitu metode non-interaktif. Adapun data-data yang diperoleh akan dikategorikan sebagai data primer, yaitu data tajuk rencana terkait sikap politik Dahlan Iskan yang dimuat dalam harian Jawa Pos dan Media Indonesia pada rentang waktu Oktober – November 2012. Teks tajuk rencana yang sesuai dengan persoalan yang diangkat penulis, yaitu teks yang berkaitan dengan pernyataan Dahlan Iskan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang pemerasan anggota DPR terhadap BUMN. Sumber-sumber lain yang digunakan untuk melengkapi data penelitian dapat berwujud bukubuku referensi, jurnal, catatan-catatan, makalah yang relevan dengan objek kajian.
4. Teknik Analisis Data Model tajuk rencana menurut Rizal Malarangeng digunakan untuk menganalisis model tajuk rencana kedua media cetak. Sedangkan untuk menganalisa data primer, penulis menggunakan model analisa wacana Teun A. van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing saling mendukung. Tingkatan tersebut terdiri atas struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Tabel 1.3 Struktur Teks Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Supersturktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Sumber: Eriyanto,Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: LkiS, hal.227. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Berikut diuraikan satu per satu elemen wacana van Dijk. Tabel 1.4 Struktur ElemenWacana Van Dijk Struktur Wacana
Hal yang Diamati
Elemen
Struktur Makro
Tematik
Topik
(Apa yang dikatakan?) Superstruktur
Skematik
Skema
(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?) Struktur Mikro
Semantik (Makna yang ingin
Latar, detail, maksud, praanggapan,
ditekankan dalam teks berita) Struktur Mikro
Sintaksis (Bagaimana pendapat
nominalisasi Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
disampaikan?) Struktur Mikro
Stilistik
Leksikon
(Pilihan kata apa yang dipakai?) Struktur Mikro
Retoris (Bagaimana dan dengan
Grafis, Metafora, Ekspresi
cara apa penekanan dilakukan?) commitPengantar to user Analisis Teks Media,Yogyakarta: LkiS, Sumber: Eriyanto,Analisis Wacana: hal.228-229.
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elemen tematik menunjukkan pada gambaran umum dari suatu teks. Tematik juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Tema/topik menjadi gambaran dari apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Elemen skematik menggambarkan skema atau alur yang terdapat dalam teks. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk kesatuan arti. 57 Menurut van Dijk, skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Elemen semantik, makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Elemen semantik juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Eleman sintaksis menunjukkan bagaimana suatu pendapat disampaikan melalui koherensi (pertalian antar kata atau kalimat), bentuk kalimat, dan kata ganti yang digunakan komunikator. Bagian dari elemen stilistik adalah leksikon, yaitu elemen yang menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
commit to user 57
Ibid, hal.234.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Elemen
retoris
terdiri
atas
grafis
dan
metafora,
untuk
menunjukkan penekanan-penekanan yang dilakukan oleh komunikator pada suatu teks. Selain menganalisis data primer, penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan penggalian teori-teori guna mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
commit to user