BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang dikaruniai akal dan pikiran, kesempurnaan untuk berjalan serta kemampuan berkomunikasi dan berbicara yang membedakan manusia dengan mahluk lain yang ada di muka bumi ini. Pembicaraan mengenai perkawinan selalu saja menarik perhatian, bukan saja hanya karena didalamnya ada pembahasan mengenai seksualitas yang selalu hangat disampaikan, lebih dari itu perkawinan merupakan institusi sakral dalam ajaran agama.1 Islam memandang perkawinan sebagai hal yang amat fundamental, sehingga penjelasannya telah disebutkan dengan rinci di dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi. Bertambahnya jumlah populasi manusia di muka bumi menyebabkan tersebarnya manusia ke berbagai tempat yang dipisahkan oleh jarak, sedangkan manusia itu sendiri merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain disekitarnya. Dalam persepsi sosiologis diartikan sebagai makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, oleh karena setiap manusia (secara individual) masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta membutuhkan individu lain, untuk dapat saling menutupi kekurangannya, sehingga timbul suatu motivasi agar sesama manusia itu dapat saling mencintai antara sesamanya tanpa mempermasalahkan perbedaan warna kulit, ras, etnis, atau perbedaan fisik, dengan proporsi yang 1
Burhanuddin, S, Nikah Siri, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012. hal. 7-2.
Universitas Sumatera Utara
seimbang, dalam arti adanya penyeimbangan antara cinta pada diri sendiri dengan cinta pada sesama manusia lain dengan membatasi penunjukan rasa cinta mereka.2 Rasa saling membutuhkan antar sesama manusia didalam ajaran agama Islam, dilukiskan dalam Surat Ar-Ruum ayat 21, yang memberi pengaturan bahwa setiap manusia itu diciptakan hidup berpasangan guna melengkapi kekurangan dan membagi kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing individu, firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.3 Firman Allah SWT tersebut telah menggariskan takdir setiap individu pasti mendapatkan pasangan hidup masing-masing, akan tetapi tidak dengan jalan yang melanggar norma-norma yang ada didalam masyarakat, baik itu norma agama, kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum, melainkan dengan melangsungkan perkawinan sebagai suatu ibadah, seperti yang tercantum dalam surat An-Nur ayat 32 yang artinya : “Dan kawinlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orangorang yang layak dari hamba-hambamu yang laki-laki dan hambahambamu yang perempuan, jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”.4 Berkaitan dengan petunjuk yang ada dalam Surat An-Nuur ayat 32 di atas, maka surat tersebut memberikan suatu himbauan bagi semua manusia pada 2
M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung : PT. Eesco. 1995. hal. 51. 3 Q. S. Ar-Ruum ayat 4. 4 Abdurahaman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islam, Jakarta : Media Dakwah, 1996. hal. 106.
Universitas Sumatera Utara
umumnya dan umat Islam pada khususnya, jika telah berkemampuan secara jasmani maupun rohani serta lahir dan batin, untuk melangsungkan perkawinan sebagai jalan yang terbaik dalam membina suatu hubungan yang sah dari adanya pergaulan hidup antar manusia, yang semakin menunjukkan ada kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam pergaulan antara pria dan wanita, walaupun pada masyarakat Indonesia itu yang adat istiadat sangat menjunjung tinggi kesopanan dan kesulitan dalam pergaulan hidup. Pengaruh globalisasi dan keterbukaan informasi yang mengakibatkan masuknya nilai-nilai budaya barat (yang bersifat lebih objektif dengan penekanan kepada masalah rasio, berbeda dengan budaya timur yang sangat menjunjung perasaan atau intuisi yang lebih menekankan inti kepribadian pada hati),5 kedalam beberapa sendi kehidupan masyarakat Indonesia yang sedikit demi sedikit mengubah pola tatanan ketimuran mengenai pentingnya makna dari suatu perkawinan. Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tanaman tumbuhan dan hewan. Oleh karena manusia adalah hewan yang berakal, maka perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam perkawinan sederhana, sempit dan tertutup, dalam masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya maju, luas dan terbuka6. Perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki 5 6
M. Munandar Sulaeman, Op.cit. hal. 36-38. Hilman dikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 2007. hal. 1-
2
Universitas Sumatera Utara
laki dan seorang perempuan karena ikatan suami isteri, dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram. Alah SWT. 7 Berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 3 yang artinya : “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahnya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.”8 Pada hakikatnya, akad nikah adalah pertalian yang teguh dan kuat dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami isteri dan keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Dari baiknya pergaulan antara suami isteri dengan suaminya, kasih-mengasihi, kebaikan itu akan berpindah kepada semua keluarga kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi integral dalam segala urusan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan perkawinan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsu. Urusan perkawinan di Indonesia diatur oleh Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 serta diatur ketentuannya dalam Kompilasi Hukum Islam. Aturan – aturan Islam mengenai Perkawinan, Perceraian, Perwakafan, dan Pewarisan bersumber dari fikih Islam klasik dari berbagai madzhab yang dirangkum dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Hukum mengenai perkawinan dan urusan keluarga tersebut diharapkan dapat menjadi pijakan hukum bagi rakyat Indonesia yang akan melaksanakan perkawinan. Namun dalam praktek pelaksanaan perkawinan yang berlaku di 7 Boedi Abdullah/Mustofa Hasan, Hukum Keluarga, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. hal. 9-11. 8 Q. S. An-Nisa’ ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tidak ada aturan yang tertuang secara khusus untuk mengatur hal – hal tersebut, oleh karena itu muncul hal – hal baru yang bersifat ijtihad/pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Suatu peristiwa akad nikah tertolong dengan dunia teknologi yang selangkah lebih maju dengan menggunakan fasilitas video teleconference. Teknologi video teleconference lebih mutakhir dari telepon, karena selain menyampaikan suara, teknologi ini dapat menampilkan gambar/citra secara real time melalui jaringan internet. Hal ini seperti yang dipraktekkan oleh pasangan Syarif Aburahman Achmad ketika menikahi Dewi Tarumawati pada 4 Desember 2006 silam. Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak mempelai wanita beserta walinya berada di Bandung, Indonesia. Kedua belah pihak dapat melaksanakan akad nikah melalui jarak jauh berkat layanan video teleconference dari Indosat.9 Peristiwa yang serupa dengan itu terulang kembali. Kali ini praktek akad nikah melalui yang dilakukan oleh pasangan Dra. Murdiani dengan Drs. Aryo Sutarto yang akad nikahnya telah dilangsungkan pada tanggal 13 Mei 1989. Pada saat itu pernikahan dilangsungkan calon mempelai laki-laki berada di Amerika Serikat, sedangkan calon mempelai perempuan berada di Kebayoran Baru Jakarta Selatan.10 Adanya pemanfaatan teknologi telekomunikasi tersebut dalam proses akad nikah tidak hanya menimbulkan polemik pendapat di kalangan pakar hukum perkawinan, tetapi juga dikalangan para ulama. Hal ini disebabkan petrkawinan 9
Nikah Jarak Jauh Via “Teleconference”, http://www.pikiran-rakyat.com/,5 Des 2006 Oma Rasyid, Serial Dakwah, Nomor 181, Juli 1989. hal. 61 dan Tempo Nomor XVI, 17 Juli 1989. hal. 41. 10
Universitas Sumatera Utara
mengenai hukum perdata tetapi juga berkaitan juga dengan hukum agama. Secara khusus hal ini tidak diatur secara tegas dalam Al-Qur’an dan As – Sunnah, Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia. Saat ini tulisan-tulisan mengenai permasalahan perkawinan Islam memang banyak dijumpai. Namun, tulisan-tulisan tersebut secara umum bukanlah merupakan suatu penelitian mengenai permasalahan akad nikah melalui Telepon, hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk membahas tentang hukum akad nikah melalui Telepon dalam suatu tulisan dengan judul : “Studi Analisis Hukum Perkawinan Islam Mengenai Hukum Akad Nikah Melalui Telepon”.
B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang penulisan dari judul skripsi ini maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan akad nikah perkawinan melalui Telepon? 2. Bagaimana hukum akad nikah perkawinan melalui Telepon? 3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam akad nikah perkawinan melalui Telepon?
C. Tujuan Penulisan Sehubungan dengan permasalahan yang akan dikaji, maka yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan akad nikah perkawinan melalui Telepon. 2. Untuk mengetahui bagaimana hukum akad nikah melalui Telepon. 3. Untuk mengetahuhi kendala-kendala yang dihadapi dalam akad nikah perkawinan melalui Telepon.
D. Manfaat Penulisan Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, adapun beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Diharapkan dengan adanya pembahasan mengenai studi analisis hukum perkawinan Islam mengenai hukum akad nikah melalui Telepon ini dapat menambah wawasan berfikir masyarakat tentang hukum perkawinan. b. Manfaat Praktis Dalam penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,
sumbangan
pemikiran
bagi
masyarakat
luas
tentang
perkawinan, khususnya bagi kaum laki-laki dan perempuan yang akan melaksanakan perkawinan serta penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi peneliti lainnya.
Universitas Sumatera Utara
E. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan (legal reseacrh Instruction).11 Penelitian normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan. Adapun data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi dokumen. Penelitian ini disebut juga dengan penelitian doktrinal12, karena menggunakan data sekunder, data yang bersumber dari buku-buku dan peraturan perundangundangan. Dalam penelitian ini jenis data adalah data sekunder, yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka:13 a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang merupakan landasan utama yang dipakai dalam penelitian yang dapat berupa undangundang dan putusan pengadilan. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku dan karangan para ahli di bidang hukum. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus, majalah dan surat kabar. 11 Soerjono Soekanto & Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. hal. 81. 12 Op.,cit, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UT Press, 1983. hal. 53. 13 Op.,cit, hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
F. Keaslian Penulisan Berdasarkan keperpustakaan
informasi
khususnya
dan
di
penelusuran
Lingkungan
yang
dilakukan
Universitas
Sumatera
penulis Utara,
menunjukkan bahwa penelitian dengan judul “Studi Analisis Hukum Perkawinan Islam Mengenai Hukum Akad Nikah Melalui Telepon” ternyata belum pernah dilakukan oleh peneliti lain dengan judul dan permasalahan yang sama. Dengan demikian penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya. Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi buku-buku, peraturan perundang-undangan serta informasi lain yang diperoleh dari media cetak dan elektronik yang berkaitan dengan hukum akad nikah yang dibahas penulis.
G. Sistematian Penulisan Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika dari penelitian ini terdiri dari :
BAB I
: PENDAHULUAN Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan
Universitas Sumatera Utara
penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan diakhir dengan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN UMUM TERHADAP PERKAWINAN Bab II ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang perkawinan. Pada bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian perkawinan, tujuan perkawinan, asas perkawinan, syarat sahnya perkawinan dan akibat hukum perkawinan, perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan perkawinan menurut BW.
BAB III
: AKAD NIKAH PERKAWINAN MELALUI TELEPON Bab
III
ini
menguraikan
tentang
telekomunikasi
dan
perkembangannya, pengaruh komunikasi terhadap perkawinan, perkembangan telekomunikasi di dalam hukum serta Keabsahan perkawinan melalui Telepon didalam Hukum Islam. BAB IV
: STUDI ANALISIS HUKUM PERKAWINAN ISLAM MENGENAI HUKUM AKAD NIKAH MELALUI TELEPON Bab IV ini menguraikan tentang pelaksanaan akad nikah melalui Telepon, hukum akad nikah melalui Telepon menurut hukum Islam (kasus pernikahan melalui Telepon), kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan perkawinan melalui Telepon.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana penulis akan membuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan uraian dari skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara