BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam IPS yang dipelajari adalah materi yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari masyarakat di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan pembelajaran IPS di SD telah ditetapkan pada Permendiknas Nomor 22 Tahun (2006) (dalam Sapriya, 2011 : 194) adalah 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Dari beberapa tujuan pembelajaran IPS yang disampaikan diatas membuktikan bahwa pelajaran IPS penting untuk diajarkan dan dipahami oleh siswa serta hasil belajar siswa harus bisa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah khususnya di SDN Ampeldento 02 Malang, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas III pada tanggal 21 Mei 2012 di SDN Ampeldento 02 Malang ternyata masih terdapat siswa yang
1
2
belum memahami tentang materi yang disampaikan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahua Sosial (IPS). Seperti yang terjadi didua tahun terakhir perolehan nilai untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih belum bisa memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Berdasarkan data nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya pada materi memelihara lingkungan alam dan buatan jumlah persentase siswa yang belum bisa mencapai KKM adalah 58% pada tahun ajaran 2010/2011 dan 77 % ditahun ajaran 2011/2012, sedangkan menurut ketentuan sekolah kondisi idealnya persentase ketuntasan adalah 75% dari jumlah siswa yang memiliki ketuntasan belajar dengan KKM 70. Lebih lanjut wali kelas III juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah guru masih menggunakan metode ceramah, menjelaskan secara lisan di depan kelas materi yang tertulis di papan tulis. Hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai pusat sumber belajar dan siswa hanya sebagai penerima informasi, guru terlihat lebih aktif dan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa kurang tertarik mengikuti pelajaran, tidak memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan lebih memilih mengobrol dengan teman sebangkunya, sehingga ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, beberapa dari mereka terlihat bingung saat mendapat pertanyaan dari guru tersebut. Siswa sibuk mencari jawaban dari buku dan bertanya pada teman-temannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
3
Usaha yang pernah dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan latihan soal atau soal evaluasi setelah selesai mempelajari materi yang diajarkan khususnya tentang memelihara lingkungan alam dan buatan. Namun tetap saja hasil soal evaluasi yang dikerjakan masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM. Dari beberapa alasan tersebut dapat dikatakan bahwa faktor penyebab hasil belajar siswa yang kurang memenuhi KKM adalah guru masih menggunakan model atau metode pembelajaran lama, seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan yang menyebabkan siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu perlu dikembangkan penerapan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajarnya agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah
satu
model pembelajaran
yang bisa
diterapkan dalam
pembelajaran adalah model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectully). Menurut Asyirint (2010:73) model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) yaitu metode pembelajaran yang memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa, yakni somatic ialah belajar dengan memanfaatkan gerakan tubuh, Auditory ialah belajar dengan cara mendengarkan dan berbicara, Visualization ialah belajar dengan cara mengamati dan menggambarkan, dan Intellectually ialah belajar dengan memanfaatkan kemampuan abstraksi, seperti berpikir, mengidentifikasi, dan memecahkan masalah. Melalui pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,
Visualization,
Intellectually) siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan belajarnya dikelas. Menurut Meier (2003:91) pembelajaran itu tidak otomatis meningkat
4
hanya dengan menyuruh seseorang bergerak ke sana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada hasil pembelajaran. Dengan menyajikan materi yang bisa melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan juga aktif dalam hal mencari tahu ilmu yang dipelajari siswa akan lebih mudah memahaminya, sehingga hasil belajar siswa bisa meningkat. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Natasian (2011) yang menyatakan bahwa melalui penerapan model SAVI yang
melibatkan
siswa
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
dan
memperlihatkan secara langsung apa yang sedang dibicarakan ketika belajar ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IVA. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penulis berusaha untuk menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Ampeldento 02 Malang pada mata pelajaran IPS khususnya materi memelihara lingkungan alam dan buatan.
1.2 Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menjadi fokus masalah dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas III SDN Ampeldento 02 adalah penggunaan model atau metode pembelajaran yang kurang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang masih rendah dan masih belum bisa mencapai KKM. Permasalahan ini akan diatasi melalui penerapan model
5
pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa bisa meningkat, khususnya pada materi memelihara lingkungan alam dan buatan.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) pada pembelajaran IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan siswa kelas III SDN Ampeldento 02 Malang? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan siswa kelas III SDN Ampeldento 02 Malang melalui penerapan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually)?
1.4 Tujuan Penelitian Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan
penerapan
model
pembelajaran
SAVI
(Somatic,
Auditory, Visualization, Intellectually) pada pembelajaran IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan siswa kelas III SDN Ampeldento 02 Malang. 2. Menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan siswa kelas III SDN Ampeldento 02 Malang melalui
6
penerapan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually).
1.5 Manfaat Hasil Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi dalam mengembangkan pembelajaran IPS ditingkat Sekolah Dasar. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai alternatif untuk perbaikan proses
pembelajaran
guna
meningkatkan
hasil
belajar
siswa,
dan
meningkatkan keprofesionalan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik.
1.6 Batasan Istilah 1. Peningkatan dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada nilai hasil belajar peserta didik dari siklus 1 ke siklus 2 dengan kriteria, nilai hasil belajar awal kurang menjadi cukup, nilai hasil belajar yang cukup menjadi baik dan nilai hasil belajar yang baik menjadi lebih baik. 2. Model
pembelajaran
SAVI
(Somatic,
Auditory,
Visualization,
Intellectually) adalah model pembelajaran yang memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa (Asyirint, 2010:73).
7
3. Hasil belajar IPS adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar IPS dan mengerjakan soal tes yang berupa nilai atau angka.