BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG WHO (2002), terpapar asap rokok sekecil apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya, apalagi terpapar asap rokok selama 6 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Selain itu yang perlu dikhawatirkan adalah dampak dari perilaku merokok yang sudah dianggap hal biasa yang kemungkinan besar akan meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga akan meningkatkan rasa untuk mencoba berbagai obat terlarang, misalnya narkoba, atau penggunaan zat seperti tembakau, alkohol. Karena menurut penelitian dan pengamatan para ahli, menyebutkan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat sebagai acuan ke Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif ( Hawari, 2000). Mengingat bahayanya tembakau dan rokok, maka
Perhimpunan
Dokter
Paru-paru
Indonesia
dan
Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia memberikan peringatan tajam “ Matikan rokok atau rokok mematikan anda ’’. Dari teori WHO dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi dan sumber-sumber atau fasilitasfasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat (Soekidjo, 2007). Hasil laporan WHO 2008 dengan statistik jumlah perokok 1.35 miliar dari interpretation WHO di atas, Indonesia dinobat sebagai negara
1
2
dengan Prevalensi perokok di Indonesia kian hari semakin meningkat dan memprihatinkan WHO mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja (Republika, 1988). Situasi lain yang lebih memprihatinkan adalah, bahwa ada 85,4 % perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga, sehingga dapat berakibat buruk terhadap kesehatan anggota keluarga lain khususnya anak-anak. Dewasa ini tidak sedikit remaja dapat melakukan perbuatan anti sosial dan asusila karena tugas-tugas prkembangan tersebut kurang berkembang dengan baik (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori 2006:12). Pada remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive) (Joemana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata
3
lain terikat dengan kelompoknya Pengaruh Orang Tua dalam memberikan batasan-batasan perilaku yang baik dan tidak baik pada anak sangat diperlukan untuk membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak/remaja untuk kehidupan dewasa (Setiawati & Dermawan, 2005). Dalam hal ini komunikasi yang terbuka antara remaja dengan orang tua menjadi sangat penting untuk membina pendewasaan kepribadian remaja apabila batasan-batasan itu tidak di lakukan maka akan berpengaruh buruk dan lebih mudah untuk menjadi perokok. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan
adanya
krisis
aspek
psikososial yang
dialami
pada
masa
perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Dalam masa remaja ini sering terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan perkembangan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) yang dikutip oleh Helmi, bahwasanya perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Symbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dijumpai dalam masyarakat dan merupakan masalah kesehatan yang serius. Sejarah panjang kebiasaan merokok ternyata terus berlanjut, dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1,26 miliar perokok. Di negara berkembang jumlah
4
perokoknya 800 juta orang, hampir tiga kali lipat Negara maju. Setiap tahun ada 4 juta orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok dan tidak kurang dari 700 juta anak-anak terpapar asap rokok dan menjadi perokok pasif. Kalau tidak ada penanganan memadai, maka di tahun 2030 akan ada 10 juta kematian akibat merokok dan sekitar 770 juta anak yang menjadi perokok pasif dalam setahunnya (Aditama, 2003). Ada yang aneh dengan bangsa Indonesia ketika berbicara rokok. Jika bangsa-bangsa lain menunjukkan tren menurun konsumsinya pada rokok, Indonesia justru memperlihatkan kenaikan. Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari secara nasional mencapai 28,2%. Sedangkan berdasarkan usia pertama kali merokok secara nasional, kelompok usia 15-19 tahun menempati peringkat tertinggi dengan prevalensi mencapai 43,3%, disusul kelompok usia 10-14 tahun yang mencapai 17,5 %. Sehat adalah karunia tuhan yang perlu di syukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang perlu di hargai. Sehat juga merupakan investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga termasuk remaja. Karena itu kesehatan perlu di jaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga termasuk para remaja. Kondisi sehat dapat di capai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat seperti perilaku merokok, yang saat ini banyak dilakukan oleh kalangan remaja (Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa
5
Tengah, 2006). Kondisi ini, dikarenakan anak-anak dan kaum muda telah di pengaruhi dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat gencar. Sebagai perbandingannya pembatasan iklan rokok di negara lain sudah dibatasi. Bahkan sudah ada yang total banned, artinya tidak boleh sama sekali ada iklan atau sponsor rokok. Karena sudah tidak ada tempat di negara-negara lain, maka iklan-iklan rokok itu pun masuk ke Indonesia. Sedangkan dari hasil survey cepat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 diketahui bahwa sebesar 73 % keluarga belum menjadi peserta jaminan Pemeliharaan Kesehatan dana sehat, sebesar 68 % keluarga belum bebas dari asap rokok. ( Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2006 ) dan data rekapitulasi hasil pemetaaan PHBS Kabupaten Kebumen tahun 2007 Masyarakat di seluruh Kabupaten Kebumen sebanyak 135.745 rumah Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2011 Desa Depokrejo Kabupaten Kebumen Kecamatan Kebumen yang berjumlah 3.796 rumah.Dukuh Pesawahan sendiri didapatkan 358 indikator dari 225 rumah serta hasil survey dan wawancara dengan kepala desa setempat, remaja di Dukuh Pesawahan sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok terutama remaja putra. Mereka sering terlihat menghisap rokok ketika sedang berkumpul dengan teman sebayanya, tetapi ada juga yang menghisap rokok di rumah ketika ada orang tua mereka.
6
Selain itu, berdasarkan informasi yang di peroleh dari beberapa orang tua,mengatakan bahwa anak mereka merokok. Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran fungsi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok remaja di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah
gambaran fungsi keluarga dalam menghadapi
perilaku merokok remaja di Dukuh Pesawahan,Desa depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini batasannya adalah bagaimanakah gambaran fungsi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok remaja pada usia 13 -20 tahun yang tinggal dengan keluarganya di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimanakah gambaran fungsi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok remaja di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
7
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi fungsi affektif keluarga dalam menghadapi perilaku merokok di Dukuh Pesawahan b. Mengidntifikasi fungsi sosialisasi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok di Dukuh Pesawahan. c. Mengidentifikasi fungsi reproduksi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok di Dukuh Pesawahan. d. Mengidentifikasi fungsi ekonomi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok di Dukuh Pesawahan. e. Mengidentifikasi
fungsi
perawatan
kesehatan
keluarga
dalam
menghadapi perilaku merokok di Dukuh Pesawahan.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan penelitian yang telah ada serta mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan penelitian di lapangan dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
8
2.
Bagi Pelayanan keperawatan komunitas Mengembangkan fungsi keluarga dalam memberikan role model pada remaja dengan baik,misalnya dengan melakukan Peyuluhan Kesehatan (PENKES) kepada keluarga / remaja khususnya tentang rokok dan bahayanya bagi kesehatan.
3.
Bagi Pendidikan Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya,dan ilmu keperawatan pada khususnya.
4.
Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini sebagai masukan dalam upaya meningkatakan fungsi keluaraga yang lebih baik dalam menghadapi perilaku merokok remaja di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten kebumen.
F. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian belum pernah di lakukan, namun telah banyak penelitian tentang rokok yang di lakukan antara lain : 1. Dalam jurnal penelitian yang di lakukan oleh Komalasari & helmi (2001) dngan judul faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi prediktor sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, lingkungan, teman sebaya, dan kepuasan psikologis. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja perokok usia 15-18 tahun, Teknik analisa data yang di gunakan adalah
9
regresi ganda. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja dan lingkungan sebaya merupakan prediktor yang cukup baik terhadap perilaku merokok remaja (38,4 %). Sedangakan kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku merokok remaja yaitu 40,9% efek positif, sedangakn efek negatif hanya 7,54%. Kondisi yang paling banyak perilaku merokok ketika berkumpul dengan teman sebaya (27,96%). Hasil penelitian didapatkan hampir 28% subyek mengatakan bahwa konsumsi terbesar rokok ketika mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya. Persamaan dengan penelitian ini adalah menghubungkan perilaku merokok remaja. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu: judul penelitian, tujuan penelitian, tempat penelitian, desaign penelitian, sampel penelitian, variable-variabel penelitian.
10
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gandara dkk (2005) dengan judul hubungan antara tingkat stress, dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung. Metode Penelitian ini adalah deskriptif kolerasi.Tujuan penelitian ini adalah menemukan ada tidaknya hubungan antara stress, dukungan keluarga, dukungan teman dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadap rokok. Hasil dari penelitian ini mengenai tingkat stress terhadap kecendurungan remaja mengalami stress berat dengan hasil sebagian besar remaja (66,36%) berada dalam kategori stress berat. Pada responden didapatkan variabel dukungan keluarga sebagian besar (74,09%) tergolong memiliki keluarga yang mendukung untuk merokok. Untuk dukungan teman hampir setengahnya (38,18%) tergolong ke dalam responden yang memiliki teman dekat yang mendukng untuk merokok. Untuk dukungan iklan sebagian kecil (12,73%) tergolong dalam responden yang mendapat dukungan iklan untuk merokok. Persamaan dengan penelitian ini adalah menghubungkan perilaku merokok remaja. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu: judul penelitian, tujuan penelitian, tempat penelitian, metode penelitian, sampel penelitian, variable-variabel penelitian.
11
3. Sumayarsa (2008) dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Praktik Merokok dengan Kesehatan Gigi dan Mulut Mahasiswa Fakultas Keperawatan UPN Veteran Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik, dan desain yang digunakan adalah cross sectional, dimana populasi diamati pada waktu yang sama. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa aktif UPN “Veteran” Jakarta. Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik area sampling. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara praktik merokok dengan kesehatan gigi dan mulut mahasiswa Fakultas Keperawatan UPN ”Veteran” Jakarta. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu adanya hubungan antara sikap merokok dengan praktik merokok, perbedaannya adalah variabel yang digunkan oleh peneliti hanya Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu: judul penelitian, tujuan penelitian, tempat penelitian, metode penelitian, sampel penelitian, variable-variabel penelitian.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian ini, berikut dikemukakan beberapa konsep dan teori yang terkait dengan bidang penelitian ini. 1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial individu-individu yang da di dalamnya di lihat dari interaksi yang reguler dan di tandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (Duvall 1972 dalam Ali,2000). Menurut Spradley
dan Allender (1996), keluarga merupakan Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. Sedangkan Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dari beberapa pengertian tentang keluarga di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh
13
hubungan darah, perkawinan, adopsi, biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri
serta
keterikatan
emosional
dan
mempunyai
tujuan
(menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota). Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan,seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga di bentuk berdasar atas perkawinan yang sah (Suprajitno,2004). Health care activities, health
beliefs, and health values merupakan bagian yang dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan, perilaku individu menunjukkan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari. b. Struktur Keluarga Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk
14
merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga. Menurut Nasrul Efendi, (1998 : 45), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam: 1. Patrilineal Keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah. 2. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara beberapa generasi yang disusun melalui garis ibu. 3. Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga istri. 4. Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga suami. 5. Kawinan Hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. Menurut Effendy (1998 ) Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
15
Peranan ayah: pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu: mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anaknaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan
sosialnya
serta
sebagai
anggota
masyarakat
dari
lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak: melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur : a. Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi) b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity) d. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan e.Struktur yang bebas: tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes) f. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam dan kasar) g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman) h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
16
Faktor lingkungan keluarga meliputi struktur keluarga, riwayat, pola hubungan orang tua-anak, pola asuh, dan perilaku merokok orang tua. Struktur keluarga memainkan peran yang cukup signifikan dalam hal ini, misalnya dalam sebuah penelitian terungkap bahwa perceraian orang tua meningkatkan resiko perilaku ini (Gil dkk dalam Gullota & Adams, 2005). Di samping struktur keluarga, riwayat keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah pentingnya. Keluarga dengan riwayat perilaku kejam, penyia-nyiaan, dan pengabaian berkontribusi terhadap pemakaian dan penyalahgunaan zat pada remaja, termasuk perilaku merokok. Pola interaksi dan hubungan dalam sebuah keluarga merupakan faktor yang juga berkontribusi terhadap perilaku merokok, misalnya dalam keluarga dengan tingkat peraturan dan pengawasan yang lebih ketat akan menurunkan tingkat perilaku merokok secara signifikan (Guo dkk dalam Gullota & Adams, 2005). Pola asuh adalah faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa perilaku merokok berhubungan dengan pola asuh permisif dan rendahnya tingkat
kelekatan.
Selain
itu,
penelitian-penelitian
terdahulu
menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok orang tua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku merokok remaja. Conrad, Flay, dan Hill (dalam Richardson dkk, 2002) menemukan bahwa 7 dari 13 penelitian yang direview, perilaku merokok orang tua secara signifikan menjadi prediktor munculnya perilaku merokok pada usia remaja.
17
c. Fungsi Keluarga Marilyn Friedman (1998) dalam Ali (2000) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan
sumber
dari
internal
maupun
eksternal.dan
mengemukakan ada 5 fungsi keluarga:
1) Fungsi afektif Yaitu yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran dirinya yang positif,peranan yang di miliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang, Fungsi keluarga dalam memberikan kasiah sayang kepada anak-anak remaja di dalam keluarga. Bagaimana keluarga dalam mendidik anak bila terjadi kesalahan atau bagaimana keluarga melihat remaja merokok di dalam keluarga, apakah remaja diberi pengertian atau sebaliknya.
2) Fungsi Sosialisasi Yaitu fungsi yang akan membentuk dan mengembangkan kecerdasan berpikir anak dengan menumbuhkan kreativitasnya, ketekunannya, keinginannya untuk maju dan berkompetisi secara
18
sehat,percaya diri serta bertnggung jawab (Adiningsih,2008). Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. Keluarga juga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya, perilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3) Fugsi reproduksi Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dan cara apa yang di tempuh keluarga dalam meneruskan keturunan. Seperti orang tua ayah dan ibu dapat mewariskan anak remaja antara lain tindakan dalam merokok keluarga, akibatnya anak akan meniru dan mewarisi dari oarng tua. Fungsi ini akan menjaga dan menjamin terciptanya reproduksi yang sehat dan berkualitas. Bagi anak/remaja fungsi ini akan membantu menghindarkan mereka dari kemungkinan berperilaku merokok. Hendaknya orang tua memberikan informasi terkait dengan cara memilih pasangan nanti dan bagaimana jika berumah tangga yang bersangkutan melakukan perilaku tidak sehat seperti mrokok akan mengganggu kesuburan.
19
4) Fungsi Ekonomi Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain. Keluarga dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di keluarga dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Notoatmojo
(2005)
mengemukakan
keluarga
yang
produktif dapat menghasilakan uang untuk menyokong kegiatan finansial di dalam keluarga. Kegiaan tersebut dilakukan yang berguna seperti kegiatan yang sehat, mengajarkan dan melatih sikap hemat dan gemar menabung serta menumbuhkan jiwa berwirausaha sejak dini sehingga anak dapat menghargai nilai ekonomis ( Adiningsih, 2008) Hal ini tidak di harapkan keluarga memberikan uang kepada nak remaja untuk membeli rokok.
5) Fungsi perawatan kesehatan Yaitu perlindungan, keluarga
keluarga
menyediakan
makanan,
pakaian,
dan asuhan kesehatan / keperawatan. Kemampuan
melakukan
asuahan
keperawatan
atau
pemeliharaan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Sejauh mana keluarga melakukan perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit serta kesanggupan keluarga dalam melakukan 5 tugas fungsi keluarga. Pemeliharaan ini diantaranya keluarga melakukan tindakan promotif kepada anggota keluarganya khususnya remaja bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan.
20
d. Tahap Perkembangan Keluarga: Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit Keluarga Dengan Anak Remaja
1) Pengertian Tahap ini dimulai anak pertama umur 13 tahun hingga anak umur 19 atau 21 tahun
2) Tugs- tugas keluarga 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga 5) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan 3) Permasalahan Kesehatan 1) Penyalah gunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki. Pendidikan dan konseling seks perlu mendapat perhatian yang releven. 2) Hubungan keluarga (suami-isteri/dan hubungan orang tua dengan anak) perlu mendapat perhatian lebih serius karena hal-hal tersebut rawan pada periode ini.
21
4) Peran Perawat a) Mendeteksi perubahan yang terjadi pada orang tua dan anakanak b) Memberi pendidikan dan konseling yang intensif c) Melaksanakan
upaya
penanggulangan
(pencegahan
peningkatan kesehatan dan penyembuhan) dengan mandiri atsu rujuksn (Ali,2000)
Peran keperawatan keluarga menurut Stanhope & Knollmueler, (1998) peran keperawatan keluarga dengan anak remaja merupakan : 1) Pendidik tentang faktor-faktor resiko terhadap kesehatan. 2) Pendidik dalam isu pemecahan masalah mengenai alkohol, merokok, diit, dan latihan. 3) Fasilitator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll). 4) Pendukung Konselor, perujukan langsung pada sumber-sumber kesehatan mental. 5) Konselor pada keluarga berencana. 6) Perujukan untuk penyakit hubungan seksual 7) Peserta dalam organisasi komunitas pada pengendalian penyakit
22
Di
dalam
keadaan
yang
normal,
lingkungan
pertama
yang
berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudaranya, serta Mungkin kerabat dekatnya yang tinggal satu rumah. Melalui lingkungan seperti itulah remaja akan mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup serta pola berperilaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah remaja mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara, maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, supanya anak memperoleh dasardasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman serta penyaringan (Sarwono, 2008). Namun demikian dalam usahanya untuk mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat – pendapat sendiri, cita – cita serta nilai – nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Menurut pendapatnya orang tua tidak lagi dijadikan pegangan, sebaliknya, untuk berdiri sendiri ia belum cukup kuat, karena itu ia mudah terjerumus dalam pergaulan remaja dimana anggota – anggotanya adalah teman sebaya yang mempunyai persoalan yang sama dan dalam perkumpulan itu mereka bisa saling memberi dan mendapat dukungan mental, misal satu kelompok tertentu membuat onar dengan bersamaan. Anggota –
23
anggota kelompok macam itu jarang yang berani berbuat sesuatu secara perorangan (Purwanto, 1999). Dengan demikian dukungan keluarga menjadi sangat penting dilakukan. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangakan hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah. Meskipun semua hubungan baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang yang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain di anggap tidak matang dan kurang menyenagkan. Hal ini menghambat penyesuaian yang baik. 2. Perilaku Merokok a. Pengertian Perilaku Para ilmuwan psikologi umumnya sesuai dalam pendapat bahwa pokok persoalan psikologi adalah perilaku, namun tetap terdapat perbedaan yang besar sekali dalam pendapat mereka mengenai hal-hal apa saja tepatnya yang harus dimasukkan ke dalam kategori perilaku tersebut. Dalam pengertian paling luas, perilaku ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakkan sesuatu, semuanya itu adalah perilaku. Dengan kata lain, perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Sedangkan menurut pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi
24
yang dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2005). Hampir sama dengan definisi tersebut, Atkinson dkk (tanpa tahun) menyatakan bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat
dideteksi.
Munculnya
perilaku
dari
organisme
ini
dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.
b. Bentuk-bentuk perilaku 1) Menurut Bloom dalam Ali, (2000) bentuk perilaku ada 3 macam, yaitu : a) Perilaku kognitif (kesadaran, pengetahuan) b) Afektif (emosi) c) Psikomotor (gerakan, tindakan) 2) Menurut Ki Hajar Dewantara bentuk perilaku meliputi: a) Cipta (periakal) b) Rasa (perirasa) c) Karsa (peritindak) 3) Menurut ahli-ahli lain bentuk perilaku meliputi: a) Knowladge (pengetahuan) b) Attitual (sikap) c) Practice (tindakan) c. Bentuk Respon Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
25
1) Perilaku tertutup (covert behavior) yaitu respon yang tidak berupa tindakan yang dapat dilihat langsung. Contoh: pengertian, persepsi, sikap. 2) Perilaku terbuka (overt behavior) yaitu respon berupa tindakan yang dapat di lihat dari luar dan dapat diukur. Contoh: berjalan, memukul, menangis, merokok. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner (1938) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), adalah melalui tahap sebagai berikut: a. Melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah – hadiah atau rewords bagi perilaku yang akan dibentuk. b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen – komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menunjuk kepada terbentuknya periilaku yang dimaksud. c. Dengan menggunakan secara urut komponen – komponen itu sebagai tujuan – tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing – masing komponen tersebut. d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini
26
akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen utama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang – ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk. d. Perubahan perilaku Perubahan perilaku menurut Mantra (1994 dalam Ali (2000), dapat di bedakan menjadi 2, yaitu: a. Perubahan secara kuantitatif yang di maksud dengan perubahan secara kuantitatif ialah perubahan frekuensi perilaku yang sedang berjalan Contohnya: Seseorang yang biasanya merokok 1 pak sehari kemudian menjadi 2 pak perhari atau sebaliknya. b. Perubahan perilaku secara kualitatif. Ini menyangkut kejadian dimana terjadi pembentukan perilaku baru atau menghilangnya perilaku yang suda lama. Misalnya berhenti merokok. Faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) dibedakan atas: 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)
27
Faktor-faktor
ini
mencakup,
pengetahuan
dan
sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. 2. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, kamar mandi yang bersih dan sebagainya. 3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor-faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku orang lain misalnya orang tua, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai contoh, seseorang akan mau melakukan suatu hal tertentu apabila ada pihak lain yang mencontohkan, menganjurkan, memberikan motivasi sehingga orang tersebut mau untuk melaksanakannya. 3. Remaja a. Definisi remaja Menurut Andi Mappiere (Ali dan Asrori, 2006 : 9) bahwa “Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
28
bagi pria. Rentang usia remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir”. Sedangkan menurut Zakiyah Drajat (1996:101) masa remaja adalah “Masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat disegala bidang baik bentuk badan, sikap, cara berfikir, cara bertindak tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang pada masa ini kirakira remaja pada umur 13 tahun dan berakhir 23 tahun”. Sementara Singgih D. Gunarso dan Ny. Ningsih D. Gunarso (2007:6) mengemukakan “Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Seiring dengan pendapat di atas, Show dan Castanzo (Ali dan Asrori, 2006:9) “Mengemukakan
bahwa
remaja
juga
sedang
mengalami
perkembangan besar dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik paling menonjol dari semua periode perkembangan”. Remaja menurut WHO adalah remaja lebih konseptual. Dalam definisi
tentang
remaja
lebih
konseptual,
definisi
tersebut
29
dikemukakan 3 kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi (Sarwono, 2008). Remaja menurut Sarwono (2008), adalah suatu masa dimana: 1.
Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual
sekundernya
sampai
ia
mencapai
kematangan seksual. 2.
Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
a. Ciri – ciri remaja Menurut Sofyan (2007), masa – masa remaja memiliki ciri – ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya. Ciri – ciri tersebut antara lain: 1.
Masa remaja sebagai masa yang penting. Hal ini karena perkembangan fisik yang cepat dan juga perkembangan mental, terutama pada masa awal memasuki usia remaja. Oleh karena itu, perkembangan tersebut menimbulkan kebutuhan akan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2.
Masa remaja sebagai masa peralihan. Dalam periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa
30
ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pada perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3.
Masa remaja sebagai masa perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4.
Masa remaja sebagai masa bermasalah Setiap periode, remaja mempuanyai berbagai macam masalah, namun masalah pada saat usia remaja mereka sulit mengatasinya. Terdapat dua alasan bagi kesulitan tersebut, yang pertama pada masa kanak – kanak setiap masalah selalu dibantu oleh orang tua dan guru – gurunya sehingga kebanyakan remaja tidak mempunyai pengalaman dalam mengatasi masalah. Masalah yang kedua karena para remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang lain.
31
5.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar dari pada individualitas. Seperti yang telah di tunjukan dalam hal berpakaian, berbicara, dan perilaku anak yang lebih besar. Jadi identitas dirinya yang di cari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa diri dan apa perananya dalam masyarakat.
6.
Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekhawatiran Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai dan sayangnya banyak di antaranya yang bersifat negatif. Anggapan stereoatif budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat di percaya dan cenderung merusak. Menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersifat tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7.
Masa remaja sebagai ambang menuju masa dewasa Semakin mendekati usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip balasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu remaja memusatkan diri pada status dewasa misalnya merokok, minum-minuman keras dan obat-obatan.
32
b. Perkembangan remaja Menurut Sarwono (2008), proses penyesuaian diri remaja menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan yaitu : 1.
Remaja Awal (Early Adolescence) Umur 12-15 tahun. Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotis. Kepekaan
yang
berlebih-lebihan
ini
ditambah
dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. 2.
Remaja Madya (Middle Adolescence) Umur 15-18 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narsistik”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan cinta
33
pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lain jenis. 3.
Remaja Akhir (Late Adolescence) Umur 18-21 tahun. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini: a.
Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (The public). 4. Rokok a. Definisi Rokok Rokok adalah benda beracun yang memberikan efek santai dan sugesti merasa lebih jantan, di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok (Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesi, 2007). Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan
karena
didalamnya
mengandung
zat-zat
yang
34
membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa
zat
yang
berbahaya
tersebut
diantaranya
tar,
karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005). Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000). Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005). Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita penyakit akut akibat merokok. Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung, dan gangguan peredaran darah. Dalam asap rokok mengandung 820 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25% dalam waktu 15 detik ke otak. Saat ini
35
terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta di antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok saat ini adalah 4 juta jiwa setiap tahun, yang berarti terdapat sekitar satu kematian dalam setiap 8 menit (Burhan, 2004). Tembakau
dan
rokok
termasuk
zat
adiktif
karena
menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Oleh karena itu tembakau (rokok) dalam golongan NAZA. Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan tembakau atau rokok bila pemakaiannya dihentikan akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala-gejala sebagai berikut: 1) Ketagihan tembakau (Craving) 2) Mudah tersinggung dan marah 3) Cemas dan gelisah 4) Gangguan konsentrasi 5) Tidak dapat diam dan tenang 6) Nyeri kepala 7) Mengantuk 8) Gangguan pencernaan Dari penelitian menunjukan bahwa tembakau atau rokok adalah: 1) Pintu pertama ke narkotika (NAZA)
36
2) Rokok merupakan pembunuh nomor 3 jantung koroner dan kanker 3) Satu batang rokok umur memendek 12 menit 4) 10.000 orang per hari mati karena merokok (dunia) 5) 57.000 orang per tahun mati karena rokok (indonesia) 6) Kenaikan konsumsi rokok di indonesia tertinggi di dunia (44%) Selanjutnya dikemukakan bahwa bagi mereka yang tidak merokokpun tetapi terkena asap rokok dari mereka yang merokok (perokok pasif) juga akan mengalami gangguan pada kesehatan dengan resiko yang sama. Oleh karena itu, tembakau (Rokok) disebut pula sebagai racun yang menular. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok. Hansen dalam Kemala (2008) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu: Faktor biologis, faktor psiklogis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis, faktor sosial-kultural,faktor sosial politik. Namun pada remaja yang paling mempengaruhi perilaku merokok adalah: 1) Pengaruh Orang Tua Salah satu temuan remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk
37
menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999 : 292) Ditemukan juga oleh Helmi dan Komalasari (online) bahwa sikap permisif orang tua memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku merokok pada remaja. 2) Pengaruh Teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan temantemannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dia kemungkinan yang terjadi, Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok, (Al. Bachri, 1991). 3) Faktor Kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
38
ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999). 4) Pengaruh Iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. 5) Rasa Keingintahuan Pada remaja perkembangan kognisi menuntut rasa keingintahuan yang sangat besar. Seiring pula dengan hal itu kognisi sosial pada remaja berkembang pula, sehingga remaja sering melakukan kegiatan coba-coba yang didukung oleh pergaulan. 6) Kompensasi rasa kurang percaya diri Rasa kurang percaya diri pada remaja dimanifestasikan dengan berbagai cara baik dengan cara positif maupun negatif. Cara yang positif untuk membangun rasa percaya diri yaitu dengan menciptakan definisi diri positif, memperjuangkan keinginan yang positif, mengatasi masalah secara positif, memiliki dasar keputusan yang positif. Sedangkan cara yang
39
negatif untuk membangun rasa percaya diri yaitu sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri. Cenderung melakukan tindakan negatif yaitu dengan merokok, sehingga dengan menggunakan zat tersebut remaja cenderung lebih merasa percaya diri (Jacinta, 2002). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Haryono (2007) bahwasanya Terdapat korelasi antara Ketergantungan Merokok dengan Percaya Diri, (r = -0,90 p < 0,05). Artinya semakin tinggi tingkat ketergantungan merokok, maka semakin rendah tingkat percaya diri. Subanada
(2004)
menyatakan
faktor-faktor
yang
menyebabkan perilaku merokok: 1.
Faktor Psikologis
2.
Faktor Biologis
3.
Faktor Lingkungan
4.
Faktor Regulatori
b. Bahaya Merokok Bila seseorang membakar kemudian menghisap rokok, maka individu tersebut akan sekaligus mengisap bahan-bahan kimia yang terkandung didalam rokok. Bila rokok dibakar asapnya, maka asapnya juga akan beterbangan di sekitar si perokok. Asap yang beterbangan itu juga mengandung bahan yang berbahaya,
40
dan bila asap itu dihisap oleh orang yang ada di sekitar si perokok maka orang itu juga akan menghisap bahan kimia berbahaya ke dalam dirinya, walaupun individu tersebut tidak merokok. Bahanbahan kimia itulah yang kemudian menimbulkan berbagai penyakit. Menurut Johnson (2007) ada sekitar 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena merokok seperti emfisema, kanker paru, bronchitis kronis, dan penyakit paru lainnya. Dampak lainnya adalah
terjadinya
penyakit
jantung
koroner,
peningkatan
kolesterol darah, berat badan lahir rendah pada bayi ibu perokok, keguguran, dan bayi lahir mati. Beberepa risiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun (Johnson, 2005) antara lain : 1.
Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisima pada tahun 2001.
2.
Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5 % stroke di Indonesia.
3.
Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.
4.
Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun terkena asap rokok dirumah atau di lingkungannya beresiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah.
41
5.
Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit jantung.
6.
Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma. Semakin tinggi kadar bahan berbahaya dalam satu batang
rokok, maka semakin besar kemungkinan seseorang menjadi sakit kalau menghisap rokok itu. Secara umum, penyakit-penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan lain-lain akan diderita setelah mengisap rokok selama 10-20 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai rokok yaitu silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, yang didalamnya terdapat bahan kimia yang berbahaya yang dapat menggangu kesehatan serta memiliki sisi positif maupun negatif. c.
Terapi
Program “anti rokok” sebagai salah satu alternatif penanganan yang dilakukan untuk menangani persoalan merokok sampai
42
sekarang masih menjadi pertentangan. Hal-hal yang mendukung penanganan merokok yaitu antara lain : 1) Dilakukannya kampanye “anti rokok” dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan dalam merokok, karena ternyata
program
tersebut
membawa
hasil
yang
menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolahsekolah, televisi atau radio. 2) Motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua. 3) Dukungan sosial baik dari keluarga atau masyarakat untuk berhenti merokok 4) Program iklan layanan masyarakat di TV tentang anjuran tidak merokok 5) Menampilkan tokoh idola atau model yang tidak merokok Ada dua syarat pokok sebelum terapi,yaitu yang pertama adalah “niat”, perlu ditumbuhkan niat dalam diri seseorang untuk
43
mau berhenti merokok. Syarat yang kedua adalah adanya dukungan dari orang-orang terdekat yang berpengaruh terhadap perokok, karena disamping adanya keinginan dari dalam atau niat perlu juga dukungan dari luar atau lingkungan terdekat.
44
B. KERANGKA TEORI
Pengaruh lingkungan: Fungsi Keluarga 1. Afektif
- pola asuh
2. Sosialisasi
- rendahnya tingkat kelekatan
3. Reproduksi 4. Ekonomi
- penetapan tujuan, resolusi konflik
5. Perawatan Kesehatan Struktur Keluarga Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja.
- pola interaksi hubungan orang tua-anak
- penggunaan sumber dari internal maupun eksternal Pengaruh kepribadian - Self image
Gambar 2.1 Kerangka teori Notoatmojo (2007), Depkes RI 2002
Bahaya merokok bagi kesehatan
45
C. KERANGKA KONSEP Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Baik
Remaja merokok
Fungsi Keluarga Cukup
•
Pendidikan
•
Psikologis
•
Keamanan dan dukugan
•
Identitas dan kepuasan
•
Keanggotaan dan persahabatan
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Keterangan: 1. Diteliti
:
2. Tidak diteliti
: -----------
Kurang
46
D. PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimanakah gambaran fungsi keluarga dalam menghadapi perilaku merokok remaja di Dukuh Pesawahan, Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen?
47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Digunkan Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif,yaitu metode yang tujuannya member gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif, dengan menunjukan angka, table/grafik mulai dari pengumpulan data sampai hasil (Notoatmojo,2002: Arikunto, 2002). Ditinjau dari pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan suvey yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmojo, 2005). B.
Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi
adalah
keseluruhan
dari
suatu
variabel
yang
menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yang berusia 13-20 tahun dengan jumlah 237 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki dan di ukur. Sampel diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoaymojo, 2002).
48
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampel yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu, teknik ini biasanya dilakukan oleh penulis karena beberapa pertimbangan, Karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana, sehingga tidak mengambil sampel besar dan jauh (Arikunto, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang merokok di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi Kriteria Inklusi adalah karakteristik umumnya subjek penelitian dari suatu populasi target terjangaku yang akan di teliti. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Remaja yang merokok usia 13-20 tahun 2) Tinggal bersama keluarganya di Dukuh Pesawahan 3) Bersedia menjadi responden Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut :
N
n= 1 + [N x (d)²] Keterangan: n = Jumlah sampel N= Jumlah Populasi D= Standar Deviasi sebesar (d=0.1)
49
Dengan demikian maka dihitung jumlah sampel minimal yaitu : 237 1+[237+(0,1)²] = 237 1+2,37
= 237 3,37 n= 70,3 sampel dibulatkan menjadi 70 sampel C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu variabel yang digunakan sebagai ciri/ sifat/ukuran yang dimiliki/didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu/variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu Gambaran Fungsi Keluarga dalam Menghadapi Perilaku Merokok Remaja di Dukuh Pesawahan, Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen.
50
D.
Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Fungsi Keluarga dalam Menghadapi Perilaku Merokok Remaja Di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen 2012
Variabel Fungsi Keluarga
Sub Varibel Fungsi afektif
Fungsi sosial
Definisi Operasional Keluarga dalam Mengungkapkan kasih sayangnya dituangkan dalam bentuk sikap dan perilaku saling perhatian seperti menegur jika anak remajanya merokok /mengingatkn untuk tidak merokok
Alat Ukur
Kuesioner A dengan pertanyaan fungsi afektif keluarga terhadap anak remajanya terdiri dari 8 pertanyaan close-ended dengan alternatif jawaban : Ya nilai =1 Tidak, nilai =0 Setelah itu dijumlahka n berapa banyak jawaban ya dan tidak Kuesioner Keluarga juga merupakan tempat dengan pertanyaan remaja fungsi sosial melaksanakan sosialisasi dimana keluarga terhadap anggota keluarga anak belajar disiplin, remajanya norma budaya, terdiri dari 7 perilaku melalui interaksi dalam pertanyaan keluarga close-ended
Hasil
Skala
Baik apabila nilainya 5 Cukup Apabila nilainya 4 Kurang apabila nilainya <4
Ordinal
Baik apabila nilainya 5 Cukup apabila nilainya 4 Kurang apabila nilainya <4
Ordinal
51
selanjutnya individu mampu berperan di dalam masyarakat seperti menganjurkan untuk memilih teman yang tidak merokok.
dengan alternatif jawaban : Ya nilai =1 Tidak, nilai =0 Setelah itu dijumlahkan berapa banyak jawaban ya dan tidak
Fungsi reprodu ksi
Keluarga dalam memberikan pandangan bagi remaja dalam penurunan kesehatan, hendaknya orang tua memberikan informasi terkait dengan cara memilih pasangan nanti yang tidak merokok supaya menjaga kesuburan dengan tidak merokok, karena mrokok dapat menganggu kesehatan reproduksi.
Kuesioner dengan pertanyaan fungsi reproduksi keluarga terhadap anak remajanya terdiri dari 8 pertanyaan close-ended dengan alternatif jawaban : Ya nilai =1 Tidak, nilai =0 Setelah itu dijumlahkan berapa banyak jawaban ya dan tidak
Baik apabila nilainya 5 Cukup apabila nilainya 4 Kurang apabila nilainya <4
Ordinal
Fungsi ekono mi
Keluarga mengajarkan dan melatih sikap hemat dan gemar menabung serta menumbuhkan jiwa berwirausaha
Kuesioner dengan pertanyaan fungsi reproduksi keluarga terhadap
Baik apabila nilainya 5 Cukup apabila nilainya 4 Kurang
Ordinal
52
Fungsi perawat an kesehat an
sejak dini sehingga anak dpat menghargai nilai ekonomis, keluaraga dapat menegur jika uang saku anak remajanya atau pemberian orang tuanya dibelikan rokok.
apabila anak nilainya remajanya terdiri dari 8 <4 pertanyaan close-ended dengan alternatif jawaban : Ya nilai =1 Tidak, nilai =0 Setelah itu dijumlahkan berapa banyak jawaban ya dan tidak
keluarga melakukan perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit serta kesanggupan keluarga dalam melakukan 5 tugas fungsi keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan akibat merokok, memberikan pengethauan kepada remaja akibat merokok mengambil keputusan untuk mengatasi masalah merokok dan melakukan perawatan, serta menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan keluarga akibat merokok
Kuesioner dengan pertanyaan fungsi reproduksi keluarga terhadap anak remajanya terdiri dari 7 pertanyaan close-ended dengan alternatif jawaban : Ya nilai =1 Tidak, nilai =0 Setelah itu dijumlahkan berapa banyak jawaban ya dan tidak
Baik apabila nilainya 5 Cukup apabila nilainya 4 Kurang apabila nilainya <4
Ordinal
53
seperti menjelaskan cara berhenti merokok, berdiskusi tentng bahaya yang diakibatkan rokok.
E.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengisian kuesioner oleh responden itu sendiri (remaja dan orang tua di Dukuh Pesawahan) dan langsung diserahkan pada peneliti setelah kuesioner selesai diisi oleh responden. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut : 1.
Prosedur administratif a. Sebelum melakukan penelitian telah dibuat suran ijin studi pendahuluan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dan desa untuk melakukan studi awal terkait dengan data merokok remaja di Dukuh Pesawahan. b. Dengan membawa surat ijin menemui kepala Desa untuk menjelaskn maksud dan tujuan penelitian ini sampai dengan menjelaskan rencana pelaksanaan penelitian.
2.
Prosedur teknis Prosedur teknis dalam penelitian ini terdiri dari tahap demi tahap sebagai berikut :
54
a. Setelah mendapat ijin dari kepala Desa selanjutnya responden menandatngani informed consent, dan peneliti menjelaskan tujuan penelitian, cara mngisi kuesioner dan membagikan kepada remaja di Dukuh Pesawahan yang menjadi sampel. b. Memberikan penjelasan bagi responden yang mengalami kesulitan dan mengisi kuesioner c. Setelah selesai pengisian, kuesioner langsung di kumpulkan dan dicek kelengkapannya. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner closed-ended yang berjumlah 40 item. Kuesioner ini mempunyai karakteristik pertanyaan, pada konsep fungsi keluarga
yang dikembangkan
dari friedman, (1998) yang
menekankan pernyataan meliputi: Fungsi afektif, sosial, reproduksi, ekonomi, dan perawatan kesehatan. Terdiri dari 40 pertanyaan positif dan negatif nomor 1 sampai 40 dengan menggunakan skala ordinal. Masing-masing jawaban untuk pertanyaan tersebut dengan pilihan ya nilai, 1 dan tidak, nilai 0
55
Tabel 3.2 Kisi-kisi materi kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur Materi Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif Menanyakn tentang apakah orang tuanya menegur atau mengingatkan bila anak remajanya sedang menghisap rokok. 2. Fungsi sosial Menanyakan tentang apakah orang tuanya menyarankan anak remajanya untuk mengikuti kegiatan memerangi rokok di masyarakat, dan menganjurkan untuk memilih teman yang tidak merokok. 3. Fungsi Reproduksi Menanyakan tentang apakah orang tuanya menganjurkann untuk memilih pendamping hidup yang tidak merokok, krena merokok dapat mengganggu kesuburan. 4. Fungsi ekonomi Menanyakan tentang apakah orang tuanya menegur jika uang yang diberikan atau uangnya sendiri untuk membeli rokok dan apakah melarangnya untuk membeli rokok. 5. Fungsi perawatan kesehatan Menanyakan tentang apakah orang tuanya menjelaskan bahayanya merokok dan cara berhenti merokok.
Jumlah soal
8 pertanyaan
8 pertanyaan
8 pertanyaan
No soal
1-8
8-16
16-24
8 pertanyaan 24-32
8 pertanyaan 32-40
56
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian menggunakan uji validitas dan reliabilitas instrument dengan tujuan untuk meyakinkan instrument atau kuesioner yang di susun adalah benar-benar valid, dengan cara mengujinya lagi dengan diikuti 20 remaja desa lain Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner agar data yang diperoleh akurat dan obyektif.Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara skor nilai setiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner. Untuk melihat nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan signifikan 5%(0,05) dari item pertanyaan dibandingkan dengan nilai (r) table, jika lebih besar maka pertanyaan tersebut valid sahih (Notoatmojo, 1998). Dari hasil uji validitas diketahui dari 40 item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur fungsi keluarga dalam pencegahan perilaku merokok, item pertanyaan no 11 dan 37 dinyatakan tidak valid karena item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) karena kurang dari r tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 dengan jumlah responden 20 orang untuk uji validitas sebesar 0,444 yaitu -0,116, 0,059) dan dikeluarkan dari instrumen. Selain dilakukan uji validitas juga dilakukan uji reliabilitas. Uji relibabilitas pada alat ukur penelitian ini menggunakan alpha Cronbach dengan membandingkan antara (r) table dengan (r) hitung atau hitung (alpha). Jika nilai (r) hitung lebih besar dari (r) table, maka alat ukur ini reliabel, dan jika (r) hitung lebih kecil dari (r) table maka alat ukur ini tidak reliable atau tidak koefesien (Hastono, 2004).
57
Rumus: 2 k 1 − ∑σ b r11 = 1 σ 2 (k − 1) t
Keterangan:
r11
: reliabilitas yang dicari
k
: banyaknya butir pertanyaan
∑σ
2
: jumlah varians butir
b
σ 2t
: varians total (Arikunto, 2006) Dari 38 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur fungsi keluarga
dalam pencegahan perilaku merokok semua dinyatakan reliabel dengan nilai corrected item total correlation yang seluruhanya melebihi r tabel (0,444) dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,967 melebihi apa yang dinyatakan oleh riwidikdo yang mensyaratkan nilai minimal Cronbach’s Alpha 0,7. G. Teknik Analisa Data Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu tahap pengolahan data dan analisis data : 1. Pengolahan data meliputi proses editing, coding, entri data dan tabulasi data : a. Editing Yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang kelengkapan isian, sehingga bila ternyata ada yang belum lengkap bisa di ulang ke sumber yang bersangkutan.
58
b. Coding Yaitu Tahap kedua adalah coding, dimana proses ini penting dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengolah berbagai data yang masuk. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup. c. Entry data Yaitu memasukkan semua data ke dalam komputer sesuai dengan masing-masing varibel dengan teliti. d. Cleaning Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer, untuk memastikan bahwa data trsebut telah bersih dari kesalahan dan mengetahui data yang tidak lengkap atau menyimpang. e. Tabulating Tahap akhir dalam pengelolaan data adalah melakukan tabulasi data yaitu mengelompokan data-data ke dalam tebel menurut kategorinya sehingga data siap dilakukan analisis secara univariat. 2. Analisis data a. Analisis univariat
59
Tekhnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
uji
univariat
deskriptif
yaitu
disajikan
dengan
mendiskripsikan semua variable sebagai bahan informasi dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui Gambaran Fungsi Keluarga dalam Menghadapi Perilaku Merokok Remaja di Dukuh Pesawahan Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Analisa data yang digunakan yaitu dengan cara : 1. Menghitung jumlah angket kembali yang terkumpul dan kelengkapan. 2. Memberikan skor pada item soal/instrument yaitu untuk Fungsi Keluarga diberikan nilai 1 bila jawaban Ya dan nilai 0 bila jawaban Tidak. 3. Menentukan proses dari jawaban dengan kategori menurut Arikunto (2006), dengan kriteria Skor =
Nilai yang diperoleh x 100% Skor maksimal
4. Untuk menentukan skor Fungsi keluarga, ketentuan skor yang akan digunakan dari 40 butir soal sedangkan fungsi keluarga sendiri ada 5 fungsi yang setiap fungsi
terdiri dari 8 butir soal adalah sebagai
berikut: a. Skor 3 jika benar < 4 = Kurang b. Skor 1-4 jika benar 4 = Cukup c. Skor 4-8 jika benar 5 = Baik
60
H. Etika Penelitian Penelitian akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari institusi pendidikan kemudian mengajukan permohonan izin tempat penelitian dan setelah mendapat persetujuan kemudian melaksanakan penelitian dengan menekankan masalah prinsip dan etika (Nursalam, 2003) meliputi : 1. Prinsip Manfaat a.
Bebas dari penderita artinya dalam penelitian ini tidak menggunakan tindakan yang dapat mengikuti atau membuat responden menderita.
b.
Bebas dari bereksploitasi artinya dari data yang diperoleh tidak digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan responden.
2. Prinsip Menghargai Hak a. Informed Consent Sebelum dilakukan pengambiln data penelitian, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka calon responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya.
61
b. Anonymity Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam pengolahan data penelitian. Penelitian menggunakan nomor atau kode responden. c. Confidentiality Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul di jamin kerahasiaannya oleh peneliti. I. Personil Yang Melakukan Penelitian Personil yang melakukan penelitian ini adalah Mahasiswa STIKES Muhammmadiyah Gombong yaitu Dwi Setyorini, NIM A1.0800431
62