BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Centella asiatica (L.) Urban atau yang biasa disebut dengan tanaman pegagan merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak tumbuh di negara – negara Asia dengan iklim tropis maupun subtropis termasuk
W
Indonesia. Tanaman obat tradisional ini sering digunakan dengan berbagai cara pengolahan sesuai dengan kultur negara yang menggunakan tanaman
KD
obat tersebut. Di India, tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini disebut dengan nama Mandukaparni dan digunakan dalam pengobatan Ayurveda, di China tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini
U
dikenal dengan nama Gotu Kola (Zheng et al, 2007) dan termasuk dalam kelompok obat China tradisional (Traditional Chinese Medicine) (Zainol et
©
al, 2008), dan di Inggris dikenal dengan nama Indian Pennywort. Banyak bahan aktif yang terkandung dalam tanaman pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban) seperti titerpen glikosida yang meliputi asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, asam madekasat dan beberapa alkaloid yang belum teridentifikasi (Zainol et al, 2008). Dilaporkan juga oleh Pramono dan Ajiastuti (2004) bahwa dalam ekstrak tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terkandung bahan aktif polifenol, yang berupa flavonoida dan fenol yang dapat memberikan
efek diuretik. Disamping
memiliki efek diuretik, tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) juga
1
2
memiliki efek farmakologi lain seperti digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, memiliki efek antibakteri, antifungi, antioksidan serta antikanker.
Tanaman ini juga dilaporkan dapat membantu penyembuhan
berbagai penyakit seperti kecacatan mental, atherosklerosis, diare, asthma, tuberkulosis dan berbagai macam lesi pada kulit seperti lepra, lupus, psoriasis dan keloid (Zheng et al, 2007). Sekarang ini popularitas pegagan semakin meluas
seiring dengan
W
makin banyaknya peneliti yang meneliti kandungan – kandungan yang terdapat dalam tanaman ini. Popularitas tanaman pegagan (Centella asiatica
KD
(L.) Urban) akibat salah satu dari manfaat yang terkandung didalamnya yaitu efek dalam proses penyembuhan luka (Zheng et al, 2007). Prevalensi luka pada kulit hampir mencapai 10% diantara pasien yang
U
dirawat di rumah sakit dan hampir mencapai 20% diantara pasien yang dirawat di rumah.
Hal ini merupakan penyebab kedua terbanyak dari
©
morbiditas yang tinggi, kemangkiran dari pekerjaan dan pengeluaran biaya yang cukup tinggi untuk mengatasinya (Tarameshloo, 2012). Hilangnya integritas sebagian besar kulit akibat penyakit atau luka dapat menimbulkan berbagai masalah seperti perdarahan, infeksi dan kecacatan atau kematian (Indrayana, 2010). Cidera pada kulit dapat terjadi pada lapisan epidermis yang terdiri dari lima stratum / lapisan yaitu mulai dari yang paling atas adalah stratum korneum, dilanjutkan dengan stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan yang paling bawah yaitu stratum basale / germinativum. Selain pada lapisan epidermis, cidera pada
3
kulit juga dapat terjadi sampai lapisan dermis yang merupakan jaringan ikat bervasa yang terletak di bawah lapisan epidermis (Junqueira et al, 2005). Segera
setelah
terjadi
luka,
jaringan
akan
memulai
proses
penyembuhan luka. Diperlukan proses penyembuhan luka yang cepat untuk memperbaiki struktur jaringan yang rusak sehingga fungsi dari jaringan tersebut dapat normal kembali.
Penyembuhan luka adalah proses
penggantian jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan baru yang meliputi
W
proses koagulasi, inflamasi, angiogenesis, fibroplasia, epitelialisasi dan remodeling. Proses tersebut dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase
KD
proliferasi dan fase maturasi (Triyono, 2005).
Reepitelisasi merupakan salah satu parameter yang penting untuk menilai proses penyembuhan luka karena pada proses ini terjadi pergerakan
U
atau migrasi, pembelahan atau mitosis dan deferensiasi sel – sel epitel yang semuanya bertujuan untuk menutup luka (Sivamani, 2007).
©
Proses penyembuhan luka dapat terhambat apabila terdapat beberapa
kendala seperti adanya komplikasi berupa infeksi dan insufisiensi vaskular pada luka tersebut (Ismardianita et al, 2003). Beberapa kondisi yang dapat menghambat proses penyembuhan luka yaitu infeksi, usia, diet, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, stres emosional, defisiensi vitamin C, suplai darah dan oksigen yang tidak adekuat dan konsumsi steroid jangka panjang (Sudiono et al, 2003). Penyembuhan luka pada kulit diharapkan dapat cepat terjadi karena kulit memiliki fungsi yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Seperti
4
yang disampaikan oleh Kumar et al (2004) dalam bukunya yang berjudul Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease bahwa lebih dari 100 tahun yang lalu seorang pathologist bernama Rudolph Virchow telah menyatakan bahwa kulit merupakan lapisan yang memiliki fungsi protektif bagi organ – organ viscera yang letaknya lebih di dalam dengan konsistensi yang lebih lunak. Selain itu kulit juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan air serta sebagai sawar yang melindungi terhadap trauma dan pengikisan.
W
Selama tiga dekade terakhir, para ilmuwan telah menyelidiki dan mendemonstrasikan bahwa kulit merupakan organ yang kompleks dengan
KD
interaksi selular dan molekular yang terjadi di dalamnya, yang kemudian membentuk berbagai macam respon yang penting bagi lingkungan di sekitarnya (Kumar et al, 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, apabila
U
terdapat suatu keadaan diskontinuitas jaringan kulit yang membuat jaringan yang letaknya lebih dalam langsung terpapar oleh kondisi lingkungan luar
©
maka diperlukan suatu usaha untuk mempercepat proses perbaikan jaringan kulit ini. Sebuah usaha yang dilakukan untuk mempercepat proses perbaikan jaringan kulit ini adalah memberikan obat secara topikal baik obat sediaan yang dibuat oleh perusahaan farmasi maupun obat tradisional yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat indonesia (Kumala Sari, 2006). Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai obat – obat tradisional yang digunakan untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan. Selain dinilai lebih aman karena efek samping
5
yang relatif lebih sedikit, obat tradisional juga dapat digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi hingga masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah. Sampai sekarang obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara – negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.
Salah satu negara di kawasan Asia yang
W
menggunakan obat tradisional adalah Indonesia (Kumala Sari, 2006). Telah ada penelitian sebelumnya tentang manfaat ekstrak herba
KD
pegagan dalam proses penyembuhan luka, namun masih sedikit penelitian yang membahas mengenai perbedaan efek dari berbagai jenis dosis ekstrak herba
pegagan
terhadap
proses
penyembuhan
luka.
Penelitian
ini
U
dimaksudkan untuk melihat efek dari tiga dosis ekstrak herba pegagan yang
©
berbeda terhadap reepitelisasi dalam proses penyembuhan luka pada kulit.
B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas timbul suatu permasalahan : Bagaimana perbedaan pengaruh pemberian ekstrak etanol herba pegagan antara konsentrasi 40%, 50% dan 60% dalam proses penyembuhan luka punggung tikus Sprague Dawley?
6
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis ekstrak herba pegagan yang paling optimal diantara dosis 40%, 50% dan 60% terhadap reepitelialisasi dalam proses penyembuhan luka punggung tikus Sprague Dawley.
D. Manfaat Penelitian
W
1. Manfaat teoritis : a. Sebagai bahan pertimbangan penggunaan tanaman pegagan (Centella
KD
asiatica (L.) Urban) sebagai salah satu alternatif obat untuk proses penyembuhan luka.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan dosis optimal ekstrak
U
etanol herba pegagan yang akan diberikan secara topikal dalam proses penyembuhan luka .
©
2. Manfaat praktis :
a. Untuk meningkatkan potensi sumber daya alam tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sehingga manfaatnya dapat diketahui dan dirasakan oleh masyarakat. b. Untuk mendukung upaya budidaya tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai tanaman obat keluarga sehingga tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini dapat menjadi alternatif obat yang lebih murah dan mudah ditemukan oleh masyarakat.