BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren
(Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. Tuak telah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu dan mengandung alkohol (etil alkohol), sehingga jika diminum terlalu banyak dapat menyebabkan mabuk (Ikegami,1992). Menurut Lailanita( 2002 ). minuman beralkohol dapat menyebabkan fragilitas eritrosit tikus mengingat bahwa alkohol mempunyai sifat melarutkan lemak sedangkan membran eritrosit sebagian besar tersusun atas lemak. Telah diketahui bahwa eritrosit memiliki membran yang terdiri dari lemak lapis ganda (lipid bilayer’) Gangguan hematologis yang terlihat pada peminum kronis berupa anemia ringan yang diakibatkan oleh defisiensi asam folat terkait alkohol. Penggunaan alkohol juga menyebabkan trombositopenia yang reversibel. Jumlah platelet di bawah 20.000 jarang terjadi (Fleming et al., 2007). Alkohol juga terlibat sebagai penyebab dari beberapa sindroma hemolitik, beberapa di antaranya berkaitan dengan hiperlipidemia dan penyakit hati yang parah (Masters, 2002).Anemia
kekurangan
zat
besi
mungkin
disebabkan
oleh
perdarahan
1
Universitas Sumatera Utara
gastrointestinal (Masters, 2002). Anemia mikrositik dapat terjadi karena kehilangan darah secara kronis dan defisiensi besi. Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut. Darah mengandung berjuta-juta eritrosit yang umurnya tidak sama. ( Senturk et al,2005) Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit ( Senturk et al,2005) Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lainlain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
Universitas Sumatera Utara
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung (Masters, 2002). Radikal bebas adalah hasil oksidasi molekul di dalam tubuh. Sebenarnya, jika diproduksi dalam jumlah yang sesuai, radikal bebas dibutuhkan bagi kesehatan dan fungsi tubuh, yaitu untuk memerangi peradangan, membunuh bakteri merugikan serta mengendalikan tonus otot polos pembuluh arah dan organ lain dalam tubuh. Tapi bila diproduksi melebihi batas, radikal bebas dapat menyerang sel-sel tubuh. Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel, baik komponen struktural (molekul-molekul penyusun membran) maupun komponen fungsional (protein, enzim-enzim, DNA) dengan merusak sel pada komponen protein, DNA dan membran sel (polyunsaturated fatty acids), sehingga membran selnya rusak dan menyebabkan gangguan pada integritas sel (Suhartono et al. 2007). Serangan radikal bebas juga mengakibatkan kerusakan sel secara langsung, gangguan membran, metabolisme dan fungsi gen (Oski 1980 dan Harman 1984, diacu dalam Hariyatmi 2004). Aktivitas zat radikal bebas dalam tubuh bisa dicegah oleh zat antioksidan, yang berfungsi menghentikan aktivitas radikal bebas dan melindungi sel yang sehat dari kerusakan. Vitamin E merupakan suatu zat penyapu radikal bebas lipofilik dan antioksidan paling banyak di alam. Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel dan berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksidase
Universitas Sumatera Utara
lipid dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksidasi lipid di dalam membran (Suhartono et al. 2007). Selain peningkatan radikal bebas, gejala kekurangan vitamin E dalam darah yang sangat rendah, juga dapat menyebabkan rusaknya sel darah merah seperti sel darah yang membelah. Proses pembelahan sel darah merah ini disebut hemolisis eritrosit. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang dirasakan seperti kesulitan berjalan dan nyeri yang menetap pada otot betis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur eritrosit sangat berpengaruh terhadap daya fragilitasnya. Dalam uji fragilitas darah di laboratorium mulai terjadinya hemolisis awal (initial hemolysis) ditentukan sebagai titik awal fragilitas eritrosit, sedangkan apabila semua sel eritrosit mengalami lisis (total hemolysis) ditentukan sebagai fragilitas total, ketahanan eritrosit untuk lisis dapat diukur dengan meningkatkan konsentrasi larutan NaCl atau yang dinamakan dengan uji fragilitas. Ketahanan sel darah merah untuk lisis ini dipengaruhi oleh volume dari sel darah merah (Evans ,2000) Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap fragilitas osmotik eritrosit mencit(Mus musculus L.) jantan yang di papari tuak (alkohol).
Universitas Sumatera Utara
1,2.
Rumusan Masalah Apakah pemberian vitamin E dapat menurunkan fragilitas osmotik eritrosit
mencit Mus musculus L.) jantan yang di papari tuak (alkohol)
1.3
Kerangka Teori Pemberian tuak dengan dosis alkohol 5% secara terus menerus dapat
menaikkan fragilitas osmotik eritrosit. Eritrosit mudah terpengaruh oleh efek oksidasi dari obat-obatan dan proses metabolismenya yang akan mengurangi fungsi dan masa hidup sel. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan oksigen yang dapat menurunkan radikal bebas terhadap fragilitas osmotik eritrosit.
Paparan Tuak ( Alkohol ) Radikal Bebas Ê
Stres oksidatif Ê
Peroksidasi lipid Fragilitas osmotik eritrosit Ê
Hemolisis eritrosit
Aktifitas Anti oksidan Vit.E
Radikal Bebas Ë
Stres oksidatif Ë
Perosidasi lipid (-)
Fragilitas osmotik eritrosit Ë
Hemolisis eritrosit Ë
Universitas Sumatera Utara
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4. 1.
Tujuan Umum Untuk membuktikan bahwa vitamin E dapat menurunkan Fragiilitas osmotik eritrosit mencit yang dipapari Tuak.
1.4.2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kemampuan vitamin E dalam menurunkan fragiilitas osmotik eritrosit , hemolisis dan krenasi (keriput ) mencit yang dipapari tuak. b.
Untuk mengetahui
besarnya dosis vitamin E dapat menurunkan fragiilitas
osmotik eritrosit, hemolisis dan krenasi (keriput ) eritrosit mencit yang dipapari tuak.
1.5.
Hipotesis
a. Terdapat pengaruh pemberian vitamin E terhadap penurunan fragilitas osmotik eritrosit mencit yang dipapari tuak. b. Terdapat pengaruh pemberian vitamin E terhadap penurunan hemolisis eritrosit mencit yang dipapari tuak.
1.6.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah bagi ilmu
kedokteran untuk mencegah tejadinya hemolisis yang disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran
Universitas Sumatera Utara
7
eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah terutama karena radikal bebas. Kemudian diharapkan penelitian dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan fragilitas osmotik eritrosit.
Universitas Sumatera Utara