1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut Nursalam dkk. (2005) anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dan sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tua merasa senang dan bangga. Anak yang sehat jasmani dan rohani merupakan aset bangsa karena di tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki anak-anak yang sehat jasmani dan rohani maka akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperhatikan aspek tumbuh kembang. Tumbuh kembang merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang baik secara fisik maupun psikososial. Menurut Soetjiningsih (1999) tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, bio-psikososial, dan perilaku. Proses unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
2
Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa presekolah akhir (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Menurut Wijaya (2008), perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Menurut Frankenburg dkk. (1981) dalam Soetjiningsih (1999), motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi cermat. Menurut Silawati (2008) perkembangan motorik halus anak usia 4 tahun sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian, anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 tahun anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan.
3
Menurut Nursalam dkk. (2005) hal yang dapat dilakukan orang tua agar perkembangan motorik halus anaknya optimal adalah dengan memberikan stimulasi pada anak (kebutuhan asah). Stimulasi dapat dilakukan oleh orang tua terutama adalah ibu, karena yang lebih banyak mengawasi perkembangan anak sehari-hari. Peranan ibu tentang perkembangan anak sangat diperlukan untuk membantu anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Menurut Suherman (2000) jika ibu tidak memperhatikan perkembangan anak dan tidak memberikan stimulasi terhadap perkembangannya, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan. Menurut Hurlock (1999) jika hal tersebut terjadi, maka dikemudian hari akan berdampak pada kepribadian anak yaitu anak merasa kurang percaya diri, ragu-ragu dalam bertindak, kurang bahagia dalam berinteraksi sehingga anak menjadi introvert atau tidak diterima oleh lingkungannya. Menurut Fathoni (2007) gizi (kebutuhan asuh) merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan fisik (motorik), sistem saraf dan otak serta tingkat kecerdasan anak, sehingga anak harus mendapatkan makanan yang mengandung zat gizi khususnya makanan yang mengandung energi, vitamin dan mineral. Siti Nuryati (2008) menyatakan kekurangan gizi berdampak terhadap perkembangna dan pertumbuhan, anak yang kurang gizi pada usia balita akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan.
4
Zaviera (2008) mengungkapkan berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan zat gizi mempunyai dampak negatif terhadap proses pertumbuhan kembang otak. Anak membutuhkan energi dan protein per kilogram berat badan lebih banyak dari pada orang dewasa, karena anak masih mengalami proses tumbuh dan kembang. Selain itu nutrisi yang dikonsumsi harus seimbang. Artinya, jumlah protein 10-20%, hidrat arang 50-60%, dan lemak 20-30% dari kalori yang dibutuhkan. Kelengkapan zat gizi dalam makanan merupakan hal yang mutlak dengan jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi. Dengan demikian, pemberian stimulasi dan status gizi yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena stimulasi dan gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemberian stimulasi dan pemantauan gizi untuk tumbuh kembang anak perlu dilakukan sedini mungkin.
5
Penelitian ini dilandasi oleh adanya fenomena pada saat observasi awal yaitu tanggal 14 April 2011, orang tua dari salah satu siswa di TK Al Kholidiyah menyampaikan bahwa di TK itu adalah tempat belajar sedangkan rumah adalah tempat anak untuk beristirahat, sedangkan perwakilan orang tua dari TK PKK menyampaikan bahwa anaknya lebih suka makan jajanan daripada makan makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya. Wali kelas dan kepala sekolah khususnya di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Widarapayung Wetan mengutarakan bahwa terdapat 5 anak di TK Al Kholidiyah dan 2 anak di TK PKK yang mengalami keterlambatan yang belum bisa melakukan suatu tindakan yang seharusnya bisa dilakukan sesuai umurnya seperti menulis, menggambar dan melipat kertas. Karena adanya anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang dan masalah asupan gizi maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang pertumbuhan anak khususnya perkembangan motorik halus pada anak di TK tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlunya sebuah penelitian hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Widarapayung Wetan.
6
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang diatas, maka perumusan masalah yang timbul
adalah “ Apakah ada hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun? “.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan peneliti secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Desa Widarapayung Wetan Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi
stimulasi yang diberikan oleh orang tua pada
anaknya. 2. Mengidentifikasi status gizi anak. 3. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Desa Widarapayung Wetan. 4. Mengetahui
hubungan
antara
stimulasi
dan
gizi
dengan
perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Desa Widarapayung Wetan.
7
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.2. Bagi Sekolah dan Orang Tua. Untuk sekolah dan orang tua, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang betapa pentingnya stimulasi dan gizi terhadap perkembangan anak-anaknya. 1.4.2 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun dan dapat digunakan dalam tahap perkembangna selanjutnya.
1.5. Keaslian Penelitian Dari penelusuran penulis, penelitian mengenai hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun beberapa yang mendukung tentang hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun adalah:
8
1. Astriana (2001) dengan judul Hubungan Antara Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Umur 3-24 Bulan di Jalan Gamelan Lor Jalan Madyosuro Penembahan Kraton Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil yang di peroleh dari penelitian tersebut yaitu, terdapat hubungan antara pola pengasuhan dengan perkembangan motorik kasar pada balita. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional dan perbedaan dengan penelitian ini adalah meneliti hubungan antara stimulasi dan gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun. 2. Yuniarti (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun Di Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode observasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu TK Minomartini 1 Yogyakarta dan TK Sultoni Yogyakarta. Persamaan pada penlitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaan pada penelitian ini adalah meneliti hubungan stimulasi dan gizi .