1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Menurut World Health Organization (WHO), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF, menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12 bulan pertama hidupnya Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Jumlahnya mencapai 228 dari 100.000 kelahiran hidup, Ditinjau dari HDI, Indonesia menduduki ranking 109 dari 174 negara jauh tertinggal dari Negara-negara ASEAN lainnya.
1
2
Ranking ini relatif tak beranjak, bahkan cenderung lebih buruk. Sementara itu, AKI dan AKA Indonesia juga menduduki urutan yang tak dapat dibanggakan.Data menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup, dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%..(Hubungan Keluarga Berencana Dengan Pencegahan Kematian Maternal dan Neonatal. Berdasarkan Profil Kesehatan klinik nurhalma tahun 2014, jumlah ibu hamil tahun 2014 sebanyak 55.dimana yang mengalami kehamilan postterm 24 orang Untuk tahun 2014,dan yang mengalami kegawatan janin 12 orang.sedangkan ibu yang tidak postterm 19 orang. Kehamilan postterm adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42minggu. kehamilan ini adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau tinggi fundus uteri serial. Kehamilan postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm,terutama terhadap kematian perinatal berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Berdasarkan angka kejadian Postterm yang banyak memberi dampak terhadap Bayi dan Ibu bersalin maka penulis termotivasi untuk membahas dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Postterm dengan kejadian gawat janin diklnik nurhalma batang kuis.
3
1.2. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin diklinik nurhalma batang kuis januari-april 2014 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma Batang kuis. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kehamilan postterm tahun 2014 Periode Januari-April klnik Nurhalma Batang kuis b. Mengidentifikasi kejadian gawat janin tahun 2014 Periode Januari-April di klinik Nurhalma Batang kuis. c. Menganalisis hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma Batang kuis.
4
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau konstribusi pada tempat penelitian khususnya bidan agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan khususnya bagi Akademi DIII Kebidanan sebagai masukan dan menambah referensi tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 1.4.3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui dan memahami tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan, wawasan dan ide untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin.
5
1.4.5. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat terutama pada ibu-ibu bersalin tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. Sehingga masyarakat mengetahui secara dini faktor – faktor terjadinya kehamilan postterm pada ibu bersalin.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan Postterm
2.1.1 Defenisi kehamilan possterm
Kehamilan Postterm adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap sejak hari pertama haid terakhir.Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%1. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden postterm berkisar antara 2-31,37%7. Sebanyak 10% dari ibu yang hamil lupa dari tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh faktor lupanya tanggal haid terakhir, masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek.Seiring perkembangan teknologi, dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6 - 11 minggu sehingga penyimpangan hanya berkisar 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya resiko angka kematian dan kesakitan perinatal.
6
7
Resiko kematian perinatal pada kehamilan lewat waktu dapat menjadi tiga kali lipat dibandingkan kehamilan aterm.
Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Defenisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa persalinan postterm dengan disertai gawat janin mempunyai kontribusi terhadap out come kesehatan yang buruk atau 10% dari persalinan adalah persalinan postterm (Hidayat, 2009)
2.1.2 ETIOLOGI Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta atau kekurangan enzim sulfatase plasenta). Pada kehamilan normal kadar estrogen umumnya tinggi,dan dengan usia kehamilan yang makin bertambah menyebabkan membran janin khususnya menjadi kaya akan dua jenis glikofosdfolipid yaitu fosfatililinosipol dan fosfatililetinolamin, yang keduanya mengandung arakidonat pada posisi-sn-2. Janin manusia tampaknya memicu persalinan melalui mekanisme tertentu yang belum dipahami dengan jelas,
8
sehingga terjadi pemecahan arakidonat dari kedua senyawa glikofosfolipid ini , dengan demikian arakidonat tersedia untuk konversi menjadi PGE-2 dan PGE-2 yang selanjutnya akan menstimulasi penipisan serviks dan kontraksi ritmik uterus yang menjadi ciri khas persalinan normal. Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis wanita hamil pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya kehamilan postterm.Nwosu menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol dalam darah bayi, dimana kadar kortisol yang rendah akan mempengaruhi kerentanan terhadap stress yang merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta pada kehamilan postterm. Koertisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen. Proses ini selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada kasus-kasus kehamilan dengan cacat bawaan janin seperti anensefalus atau hipoplasia adrenal, tidak adanya kelenjar hipofisis janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi
dengan
baik
sehingga
kehamilan
berlangsung
lewat
bulan.
9
Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan postterm telah dibuktikan pada beberapa penelitian sebelumnya. Kitska (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa seorang ibu yang pernah mengalami kehamilannya postterm akan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya. Di samping itu faktor obstetrik pun ikut berpengaruh. Umpamanya, pemeriksaan kehamilan yang terlambat atau tidak adekuat (cukup), kehamilan sebelumnya yang lewat waktu, perdarahan pada trisemester pertama kehamilan, jenis kelamin janin (janin laki-laki lebih sering menyebabkan kehamilan lewat waktu ketimbang janin perempuan.
2.1.3 Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS
10
(meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Sindrom Postterm menggambarkan suatu sindrom klinis tentang bayi postmatur. Ia membagi postmatur menjadi tiga tahapan: pada stadium 1 cairan amnion jernih, pada stadium 2 kulit berwarna hijau, dan stadium 3 kulit menjadi berwarna kuning-hijau. Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran ini berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut bermata terbuka, tampak luar biasa siaga, tua dan cemas. Kulit keriput amat mencolok di telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Kebanyakan bayi postmatur seperti itu tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun di bawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Namun, dapat terjadi hambatan pertumbuhan berat, yang sudah dahulu terjadi sebelum 42 minggu lengkap. Banyak bayi postmatur
11
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asifiksia lahir dan aspirasi mekonium. Beberapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak. Oligohidramnion meningkatkan kemungkinan postmaturitas. Trimmer dkk. (1990) mendiagnosis oligohidramnion bila kantung cairan amnion vertikal maksimum pada USG berukuran 1 cm atau kurang pada gestasi 42 minggu dan 88 persen bayi adalah postmatur. Disfungsi Placenta melaporkan bahwa apoptosis-kematian sel terprogramplacenta meningkat secara signifikan pada gestasi 41 sampai 42 minggu lengkap dibanding dengan 36 sampai 39 minggu. meneliti kadar eritropoietin plasma tali pusat pada 124 neonatus tumbuh normal yang dilahirkan dari usia gestasi 37 sampai 43 minggu. Oksigenasi janin terganggu yang mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta pada kehamilan yang berlanjut melapaui waktu seharusnya. Penurunan tekanan parsial oksigen adalah satu-satunya stimulator eritropoietin yang diketahui. Setiap wanita yang diteliti mempunyai perjalanan persalinan dan perlahiran nonkomplikata tanpa tanda-tanda gawat janin atau pengeluaran mekonium. Kadar erotropoietin plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih. Janin postterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa besar pada saat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukkan bahwa fungsi plasenta tidak terganggu.
12
Janin tetap mengalami pertumbuhan pada gestasi antara 38 minggu dan 42 minggu meskipun kecepatan pertumbuhannya melambat. Nahum (1995) baru-baru ini memastikan bahwa pertumbuhan janin terus berlanjut sekurang-kurangnya sampai 42 minggu. Gawat Janin dan Oligohidramnion Alasan-alasan utama meningkatnya resiko pada janin postterm dijelaskan oleh Leveno dan rekan (1984). Mereka melporkan bahwa bahaya pada janin antepartum dan gawat janin intrapartum merupakan konsekuensi kompresi tali pusat yang menyertai oligohidramnion. Dalam analisis mereka terhadap 727 kehamilan postterm, gawat janin intrapartum yang terdeteksi dengan pemantauan elektrolit tidak disertai deselerasi lambat yang khas untuk insufisiensi uteroplasenta. Sebaliknya, satu atau lebih tiga perempat seksio sesarea darurat yang dilakukan atas dasar bahaya pada janin. Temuan-temuan ini sejalan dengan oklusi tali pusat sebagai penyebab utama gawat janin. Korelasi lain yang ditemukan adalah oligohidramnion dan mekonium kental. Observasi-observasi mengenai patofisiologi kehamilan postterm melaporkan bahwa diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan ultrasonografi, bersifat prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu. Mungkin juga pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
13
Trimmer (1990) mengukur produksi urin janin tiap jam dengan menggunakan pengukuran volume kandung kemih ultrasonik serial pada 38 kehamilan dengan usia gestasi 42 minggu atau lebih. Produksi urin yang berkurang ditemukan menyertai oligohidramnion. Namun, ada hipotesis yang menyatakan bahwa aliran urin janin yang berkurang mungkin merupakan akibat oligohidramnoin yang sudah ada dan membatasi penelanan cairan amnion oleh janin. Veille (1993), dengan menggunakan bentuk-bentuk gelombang Doppler berdenyut, melaporkan bahwa aliran darah ginjal janin berkurang pada kehamilan postterm dengan oligohidramnion. Pertumbuhan Janin Terhambat,Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Penelitian Divon (1998) dan Clausson (1999) menunjukkan pertumbuhan janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi-bayi aterm. Bahkan, sepertiga dari kasus lahir mati postterm ini mengalami hambatan pertumbuhan. Morbiditas dan mortalitas meningkat secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan. 1. Kehamilan postterm Kehamilan postterm adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42minggu. kehamilan ini adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau tinggi fundus uteri serial.
14
2. Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. 3. Obesitas Definisi obesitas merupakan keadaan di mana terjadi penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena berkaitan dengan berbagai faktor risiko penyakit. 4. Hipoksia keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh sebab alamiah (misalnya penyakit yang disertai dengan penyumbatan saluran pernafasan seperti laringitis difteri, status asmatikus, karsinoma bronchonenik, dan sebagainya) atau oleh trauma/kekerasan yang bersifat mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya. 5. Meconium Mekonium adalah feses (tinja) pertama bayi yang baru lahir, yang kental, lengket, dan berwarna hitam kehijauan. Mekonium terbuat dari cairan
15
ketuban, lendir, lanugo (rambut halus yang menutupi tubuh bayi), empedu, dan sel-sel yang berasal dari kulit dan saluran usus. Feses bayi biasanya berubah dari mekonium ke tinja kuning kehijauan dalam 4 – 5 hari. 6. kejadian gawat janin Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin,yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa gawat janin pada persalinan adalah suatu keaadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta kematian.
16
2.2 Kerangka konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin diklinik Nurhalma Batang Kuis periode Januari-April 2014 sebagai berikut: Variabel independent Kehamilan postterm kehamilan postterm Asfiksia Obesitas Hipoksia Mekonium Kejadian gawat janin
variabel devendent Gawat janin
2.2.1 Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma batang kuis.
2.
Ada hubungan asfiksia denan gawat janin di klinik nurhalma Batang Kuis.
3.
Ada hubungan obesitas dengan kejadian gawat janin di Klinik Nurhalma Batang kuis.
4.
Ada hubungan hipoksia dengan gawat janin di klinik Nurhalma Batang Kuis.
5.
Ada hubungan mekonium dengan kejadian gawat janin dklinik Nurhalma Batang kuis.
6.
Ada hubungan gawat janin dengan pengetahuan gawat janin diklinik Nurhalma batang kuis.
17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini bersifat survey analitik untuk mengetahui hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik nurhalma batang kuis 3.2. Lokasi dan waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di klinik Nurhalma Batang Kuis periode Januari-april 2014 dengan pertimbangan adalah: 1. Peneliti ingin melihat hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 2. Di lokasi peneliti tersebut belum dilaksanakan penelitian yang sama dengan judul peneliti. 3. Peneliti telah mengetahui lokasi mengenai keadaan klinik Nurhalma Batang Kuis 4. Peneliti ingin mengetahui tentang kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin yang diteliti di klinik Nurhalma Batang Kuis.
17
18
3.2.2 Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada awal bulan januari-april 2014 3.3. Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini ada seluruh ibu hamil di Klinik Nurhalma Batang Kuis.
3.3.2 Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling,yaitu semua ibu yang hamil di Klinik Nurhalma Batang Kuis Januari-April 2014 sebanyak 55 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data Dalam ini data yang diperoleh adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Klinik yaitu: 1. Data primer
:data yang diperolehdari responden
2. Data skunder
: data yang diperoleh dari Klinik Nurhalma
3.5. Defenisi operasional 1. Kehamilan Postterm adalah Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir Kehamilan yang melewati 29hari atau lebih dari 42 minggu lengkap sejak hari pertama haid terakhir itulah disebut kehamilan postterm atau kehamilan lewat waktu.
19
Kehamilan postterm
: Jika kehamilan > 40 minggu
Tidak Kehamilan postterm
: jika kehamilan < 40 minggu
Skala ukur
: skala ordinal
Variabel Dependent Gawat janin adalah keadaan dimana denyut jantung janin tidak normal 0. Gawat Janin
: <100/menit
1. Tidak gawat janin
: 120-160/menit
3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.6.1. variabel, alat ukur dan skala ukur
Variabel
Alat Ukur
Skala Ukur
Tolak Ukur
Kehamilan Postterm
Kuesioner
Ordinal
0.
> 40 minggu
1.
< 40 minggu
0.
< 100/menit
1.
> 120-160/menit
Gawat janin
Kuesioner
Ordinal
20
3.7.Pengolahan Data dan Analisis data 3.7.1 Pengolahan Data Setelah data berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara pengolahan data sebagai berikut : 1. Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuisioner sudah diisi dengan lengkap oleh responden,jelas jawaban yang diberikan oleh responden,relevan jawaban dengan pertanyaan konsisten. 2. Coding Merupakan kegiatan untuk merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. 3. Processing Setelah data dikoding maka langkah selanjutnya melakukan entry dari data kuesioner kedalam program computer,salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS for window. 4. Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7.2 . Analisis Data Analisis data diolah dengan menggunakan komputer dengan perangkat lunak paket SPSS dengan langkah-langkah:
21
1. Univariat Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi meliputi: a. Meliputi frekuensi kehamilan postterm b. Distribusi kejadian gawat janin 2. Bivariat Setelah mengadakan penelitian,data yang diperoleh kemudian dianalisa karena data yang diperoleh bersifat kuantitatif berupa angka,maka digunakan teknik statistik.untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan statistik chi-square.
22
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian Hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin Di Klinik Nurhalma Batang Kuis Januari-April 2013 dimana terdiri dari 3 ruangan yaitu: Ruang Bersalin,Ruang Inap,untuk pasien post partum maupun berobat umum,dan ruang pemeriksaan.adapun para tenaga kesehatanna bidan Hj.Nurhalma.
4.2. Gambaran umum responden Untuk melihat ibu yang mengalami kehamilan postterm di klinik Nurhalma Tembung dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.2.1. Distribusi Kategori Kehamilan Postterm Responden di Klinik Nurhalma Tembung
No
Postterm
f
%
1
Kehamilan postterm
31
56,4
2
Tidak kehamilan postterm
24
43,6
Jumlah
55
100
22
23
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori postterm responden lebih banyak mengalami kehamilan postterm sebesar 31 (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak mengalami kehamilan postterm sebanyak 24 (43,6%). Jadi kategori postterm di klinik nurhalma tembung mayoritas mengalami posttrem (56,4%). 4.2.2. Asfiksia Untuk melihat asfiksia di klinik nurhalma dapat di lihat pada tabel 4.2.2 : Tabel 4.2.2 Distribusi Kategori asfiksia di klinik nurhalma tembung No
Asfiksia
f
%
1
Asfiksia
24
43,6
2
Tidak asfiksia
31
56,4
Jumlah
55
100
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa kategori Asfiksia lebih sedikit mengalami asfiksia sebanyak 24 (43,6%) dan lebih banyak mengalami asfiksia sebanyak 31 (56,4%). Jadi kategori asfiksia di klinik nurhalma miyoritas tidak mengalami asfiksia (43,6%). 4.2.3. Obesitas Untuk melihat Obesitas di klinik nurhalma dapat di lihat pada tabel 4.2.3 :
24
Tabel 4.2.3. Distribusi Kategori Obesitas di klinik Nurhalma Tembung No
Obesitas
f
%
1
obesitas
28
50,9
2
Tidak obesitas
27
49,1
Jumlah
55
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori obesits lebih banyak sebanyak 28 (50,9%) dan lebih sedikit tidak mengalami obesitas sebanyak 27 (49,1%). Jadi kategori obesitas diklinik nurhalma tembung mayoritas mengalami obesitas (50,9%). 4.2.4. hipoksia Untuk melihat hipoksia di klinik nurhalma tembung dapat di lihat pada tabel 4.2.4 Tabel 4.2.4. Distribusi hipoksia di klinik Nurhalma tembung
No
hipoksia
f
%
1
Hipoksia
26
47,3
2
Tidak hipoksia
29
52,7
Jumlah
55
100
25
Dari tabel diatas dapat dilihat bawha kategori hipoksia lebih sedikit sebanyak 26 (47,3%) dan lebih banyakt hipoksia sebanyak 29 (52,7%). Jadi kategori hipoksia di klinik nurhalma tembung miyoritas hipoksia (47,3%). 4.2.5. Mekonium Untuk melihat mekonium yang terjadi diklinik nurhalma tembung dapat dilihat pada Tabel 4.2.5 : Tabel 4.2.5. Distribusi Kategori mekonium di klinik nurhalma tembung No Mekonium
f
%
1
Mekonium
26
47,3
2
Tidak mekonium
29
52,7
55
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori mekonium lebih sedikit 26(47,3%) dan lebih bnyak mengalami terjadinya sebanyak 29 orang (52,7%). Jadi kategori mengalami mekonium di klinik nurhalma miyoritas sebanyak (47,3%).
26
4.2.6. Gawat janinUntuk melihat Gawat janin di klinik nurhalma tembung dapat dilihat pada Tabel 4.2.6 : Tabel 4.2.6. Distribusi gawat janin di klinik nurhalma tembung
No
Gawat janin
f
%
1
Gawat janin
26
47,3
2
Tidak gawat janin
29
52,7
Jumlah
55
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat yang mengalami kejadian gawat janin lebih banyak 26 responden (47,3%) dan lebih sedikit melakukan senam hamil sebanyak 29 responden (52,7%). 4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik nurhalma tembung,ditemukan bahwa : 4.3.1. Hubungan kehamilan Postterm dengan gawat janin Untuk melihat hubungan kehamilan postterm dengan gawat janin di klinik Nurhalma Tembung pada Tabel 4.3.1 :
27
Tabel
4.3.1 Hubungan kehamilan postterm dengan gawat janin di klinik
Nurhalma tembung Gawat janin No postterm
Gawat janin
Tidak
gawat
Total
Prob
janin n
%
n
%
N
%
1
postterm
20
64,5
11
25,0
31
100,0
2
Tidak
6
35,5
18
75,0
24
100,0
0,004
postterm Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 31 orang ibu yang mengalami kehamilan postterm mengalami gawat janin sebanyak 20 (64,5%) yang mengalami kehamilan postterm dan tidak mengalami gawat janin terdapat 11 (25,0%). Kemudian dari 24 yang tidak mengalami kehamilan postterm namun mengalami gawat janin terdapat 6 (35,5%) tidak mengalami kehamilan postterm dan tidak mengalami gawat janin 18 (75,0%). Kemudian Berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,004 < 0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan kehamilan postterm dengan gawat janin diklinik nurhalma tembung
28
4.3.2. Hubungan asfiksia dengan gawat janin Untuk melihat pengaruh asfiksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung dapat di lihat pada Tabel 4.3.2 : Tabel 4.3.2. Hubungan asfiksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung
Gawat janin No asfiksia
Gawat
Tidak
janin
janin
gawat Total
Prob
n
%
n
%
N
%
1
asfiksia
6
25,0
18
75,0
24
100,0
2
Tidak
20
64,5
11
35,5
31
100,0
0,004
asfiksia
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 24 janin yang asfiksia yang mengalami gawat janin 6 (25,0%) yang asfiksia namun tidak gawat janin sebanyak 18(75,0%). Kemudian dari 31 orang yang tidak asfiksia namun gawat janin terdapat 20(64,5%) yang tidak mengalami asfiksia dan tidak mengalami gawat janin sebanyak 11(35,5%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji-statistik chi-square di peroleh Probabilitas 0,004 < 0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan asfiksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung
29
4.3.3. Hubungan obesitas dengan gawat janin Untuk melihat hubungan obesitas dengan gawat jann di klinik nurhalma tembung dapat di lihat pada Tabel 4.3.3 : Tabel 4.3.3. Hubungan obesitas dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung Gawat janin No obesitas
Gawat
Tidak
janin
janin
gawat
Total
n
%
n
%
N
%
1
obesitas
19
67,9
9
32,1
28
100,0
2
Tidak
7
25,9
20
74,1
27
100,0
Prob
0,002
obesitas
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 28 orang yg mengalami obesitas dan gawat janin 19(67,9%) yang mengalami obesitas namun tidak gawat janin sebanyak 9 (32,1%). Kemudian dari 27 yang tidak mengalami obesitas namun mengalami gawat janin ada terdapat 7 (25,9%) yang tidak obesitas dan tidak mengalami gawat janin sebanyak 20 (74,1%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji-statistik chi-square di peroleh Probabilitas 0,002 < 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan obesitas dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung.
30
4.3.4. Hubungan hipoksia dengan gawat janin Untuk melihat hubungan hipoksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung dapat di lihat pada Tabel 4.3.4 : Tabel 4.3.4. Hubungan hipoksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung Gawat janin No hipoksia
Gawat
Tidak
janin
janin
n
%
n
gawat Total
Prob
%
N
%
1
hipoksia
18
69,2 8
30,8
26
100,0
2
Tidak
8
27,6 21
72,4
29
100,0
0,002
hipoksia
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 26 yang mengalami hipoksia dan mengalami gawat janin terdapat 18 (69,2) yang mengalami hipoksia namun tidak mengalami gawat janin sebanyak 8 (30,8%). Kemudian dari 29 orang ibu yang tidak hipoksia namun mengalami gawat janin terdapat 8 (27,6%) yang tidak hipoksia dan tidak mengalami gawat janin sebanyak 21 (72,4%). Dan terlihat bahwa berdasarkan
31
uji-statistik chi-square di peroleh Probabilitas 0,002 <0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan hipoksia dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung 4.3.5. Hubungan mekonium dengan gawat janin Untuk melihat hubungan mekonium dengan gawat janin di klinik nurhalma tembung dapat di lihat pada Tabel 4.11 : Tabel
4.3.5. Hubungan mekonium dengan gawat janin di klinik nurhalma
tembung Gawat janin No mekonium
Gawat janin
Tidak
gawat Total
Prob
janin
1
mekonium
2
Tidak mekonium
n
%
n
%
N
%
7
26,9
19
73,1
26
100,0 0,004
65,5
10
34,5
29
100,0
19
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 26,yang mengalami mekonium dan mengalami gawat janin terdapat 7 (26,9%) yang mengalami mekonium dan tidak mengalami gawat
janin 19 (73,1%). Kemudian dari 29 yang tidak mengalami
32
mekonium namun mengalami gawat janin terdapat 19 (65,5%) yang tidak mengalami mekonium dan tidak mengalami gawat janin sebanyak 10 (34,5%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji-statistik chi-square di peroleh Probabilitas 0,004 < 0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan mekonium dengan kejadian gawat janin di klinik nurhalma tembung.
33
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik responden Dari hasil penelitian tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma Batang Kuis periode Januari-April 2014 maka pembahasan sebagai berikut. 5.1.1. Distribusi Kategori Kehamilan Postterm Responden di Klinik Nurhalma Tembung. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori postterm responden lebih banyak mengalami kehamilan postterm sebesar 31 (56,4%) dan lebih sedikit dengan tidak mengalami kehamilan postterm sebanyak 24 (43,6%). Jadi kategori postterm di klinik nurhalma tembung mayoritas mengalami posttrem (56,4%). Menurut Parwirohardjo (2005), kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu,dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata – rata 28 hari. 5.1.2 Distribusi Kategori asfiksia di klinik nurhalma tembung
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa kategori Asfiksia lebih sedikit mengalami asfiksia sebanyak 24 (43,6%) dan lebih banyak mengalami asfiksia
33
34
sebanyak 31 (56,4%). Jadi kategori asfiksia di klinik nurhalma miyoritas tidak mengalami asfiksia (43,6%). Menurut Dr.chrisdiono M.achadiat,asfiksia dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dalam rahim kekurangan oksigen dan kemudian diikuti dengan penimbunan asam asetat,sehinggan terjadi gawat janin yang bias terjadi secara kronik kehamilan postterm
5.1.3 Distribusi Kategori Obesitas di klinik Nurhalma Tembung Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori obesits lebih banyak sebanyak 28 (50,9%) dan lebih sedikit tidak mengalami obesitas sebanyak 27 (49,1%). Jadi kategori obesitas diklinik nurhalma tembung mayoritas mengalami obesitas (50,9%).
5.1.4 Distribusi hipoksia di klinik Nurhalma tembung Dari tabel diatas dapat dilihat bawha kategori hipoksia lebih sedikit sebanyak 26 (47,3%) dan lebih banyakt hipoksia sebanyak 29 (52,7%). Jadi kategori hipoksia di klinik nurhalma tembung miyoritas hipoksia (47,3%).
51.4. Distribusi Kategori mekonium di klinik nurhalma tembung Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori mekonium lebih sedikit 26(47,3%) dan lebih bnyak mengalami terjadinya sebanyak 29 orang (52,7%). Jadi kategori Menurut Dr.chrisdiono Mekonium adalah kotoran atau feses yang dihasilkan janin selama di dalam rahim. Mekonium dibentuk dalam saluran pencernaan janin
35
dari bahan baku berupa materi sampah metabolisma tubuh yang bersifat steril, dan umumnya berwarna hijau. sehingga masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan pembengkakan (pneumonitis). Ini mengakibatkan gawat pada janin,Bila tidak mendapat penanganan yang tepat dan cepat, kondisi ini dapat berakibat fatal ini sering terjadi pada bayi posterm.
5.1.5. Distribusi gawat janin di klinik nurhalma tembung Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat yang mengalami kejadian gawat janin lebih banyak 26 responden (47,3%) dan lebih sedikit melakukan senam hamil sebanyak 29 responden (52,7%). Resiko pada janin posterm adalah gangguan yang terjadi selama periode antepartum dan gawat janin pada saat intrapartum karena adanya kompresi talipusat akibat oligohidramnion yang terjadi. Oligohidramnion dengan cairan amnion yang kental akibat adanya mekonium menyebabkan terjadinya “meconium aspiration syndrome”. Trimmer dkk (1990) : produksi urine pada kehamilan > 42 minggu menurun dan diperkirakan hal ini merupakan penyebab terjadinya oligohidramnion (atau sebaliknya).
36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan 1.
Terdapat hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin diKlinik Nurhalma Batang Kuis.
2.
Terdapat hubungan asfiksia dengan gawat janin di klinik Nurhalma Batang Kuis.
3.
Terdapat hubungan Obesitas dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma batang kuis.
4.
Terdaapat hubungan hipoksia dengan kejadian gawat janin di Klinik Nurhalma Batang kuis.
5.
Terdapat hubungan mekoniun dengan kejadian gawat janin di klinik Nurhalma Batan Kuis.
6.2. Saran 1.
Kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya diklinik Nurhalma Batang Kuis perlu lebih meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan postterm.
2.
Kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya diklinik Nurhalma batang kuis perlu meningkatkan pengetahuan nya tentang tanda-tanda gawat janin dalam kehamilan postterm.
36
37
3.
Kepada Ibu klinik Nurhalma diBatang Kuis agar lebih ketersediaannya memberikan pengetahuan kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilan nya diklinik Nurhalma batang kuis tentang kehamilan postterm.
4.
Diharapkan kepada pendidikan kebidanan untuk menanbah referensi dan sumber informasi terutama tentang kehamilan postterm untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
5.
Diharapkan kepada peneliti dimasa yang akan datang untuk dapat melanjutkan penelitian ini yaitu tentang kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin