BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ekonomi syariah di dunia, ekonomi
syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia ditandai dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli 2000 dengan mengeluarkan produk saham syariah. Jakarta Islamic Index (JII) dikeluarkan oleh PT BEJ bekerjasama dengan PT. Danareksa Invesment Management (DIM). JII dibentuk untuk mengembangkan pasar modal syariah sebagai benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah. Indonesia menjadi pasar potensial bagi ekonomi syariah mengingat Indonesia merupakan negara dengan masyarakat muslim terbesar di dunia. Berkembangnya pasar modal syariah merupakan fenomena yang menarik dengan menyuguhkan pilihan lain yang menarik bagi masyarakat yang hendak berinvestasi di pasar modal. Secara umum, perbedaan saham syariah dengan saham konvensional terlihat dari diperhatikannya nilai halal dan haram saham yang dikeluarkan. Saham syariah sangat memperhatikan nilai tersebut, sedangkan saham konvensional hanya memperhatikan nilai hukum (legal) dan terdaftar di bursa efek (listing). Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam (Nazwar, 2008). Menurut Osmani dan Abdullah (2009), sebuah perusahaan dikatakan
1
mengeluarkan saham syariah dengan syarat perusahaan harus bebas dari riba, perjudian dan manufaktur atau menjual produk haram untuk dicatatkan di pasar saham Islam. Saham menjadi instrumen pasar modal yang menjadi pilihan utama para perusahaan dan investor karena saham memberikan modal yang lebih banyak dari instrumen pasar modal lainnya. Bagi investor, saham memberikan keuntungan melalui capital gain dan kemudahan investor untuk membeli dan menjual saham yang dimilikinya kapan saja meskipun jadwal pembagian dividen belum terlaksana (Sibly, 2007). Menurut Manan (2008), para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal dengan membeli saham dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh dalam memiliki saham yaitu dividen dan capital gain. Selain itu saham dikategorikan sebagai investasi yang high risk high return. Kondisi tersebut membuat investor perlu melakukan analisis dalam memilih saham. Investor perlu memahami hubungan antara risiko dan return dalam mengambil keputusan (Suaryana, 2011). Harga saham menjadi hal yang dicermati para calon investor sebelum berinvestasi. Harga saham menggambarkan besar modal yang akan diterima perusahaan penerbit saham dan besar investasi yang ditanamkan oleh investor. Pasaribu (2006) mengatakan, harga suatu produk berdasarkan definisi klasik adalah gambaran titik temu antara sisi penawaran dan permintaan. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik yang rasional dan irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional mencangkup kinerja perusahaan , tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing
2
atau indeks harga lain. Pengaruh yang sifatnya irrasional mencangkupi rumor di pasar, bisikan teman, mimpi. Menurut Husnan (2003 : 303), untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor–faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel–variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis teknikal berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Analisis fundamental memiliki beberapa tahapan, yakni menganalisis kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar yang selanjutnya diikuti dengan analisis kondisi mikro ekonomi atau kondisi spesifik perusahaan. Menganalisis faktor makro ekonomi sama halnya dengan menganalisis kondisi perekonomian dan implikasinya pada pasar modal. Faktor inflasi, kurs US Dollar dan tingkat bunga deposito merupakan faktor yang dapat merefleksikan kondisi pasar. Inflasi merupakan peristiwa kenaikan beberapa harga barang yang berdampak luas bagi perekonomian suatu negara. Hal ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, sehingga investor kesulitan untuk berinvestasi. Menurut Farabi (2006: 3), inflasi akan mempengaruhi semua kegiatan ekonomi termasuk didalamnya masalah investasi. Inflasi menyebabkan biaya-biaya akan terus meningkat dan menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
3
Investor akan lebih senang menjalankan spekulasi dengan cara membeli tanah, rumah atau bangunan. Sedangkan investasi dalam bentuk kegiatan produktif akan berkurang jumlahnya (Sukirno, 2006: 336). Berikut adalah Tabel 1.1 yang menggambarkan besar inflasi tahun 2007-2011. Tabel 1.1 Besar Inflasi Tahun 2007-2011 Tahun
Inflasi (%)
2007
7,40
2008
13,91
2009
4,90
2010
4,13
2011
5,38
Sumber: www.bi.go.id Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Indonesia mengalami Inflasi yang berbeda-beda tiap tahunnya. Tahun 2007 Indonesia mengalami inflasi sebesar 7,40 persen. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan menjadi 13,91 persen. Pada tahun 2009 inflasi di Indonesia kembali menurun menjadi 4,90 persen. Pada tahun 2010 inflasi di Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi 4,13 persen sampai akhirnya di tahun 2011 meningkat menjadi 5,38 persen. Kurs valuta asing atau nilai tukar mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2006:397). Kurs US Dollar menjadi acuan umum nilai tukar mata uang di dunia mengingat Amerika merupakan negara adi daya. Nilai
4
tukar US Dollar selalu mengalami fluktuasi tergantung besar penawaran dan permintaan US Dollar di masyarakat. Apabila nilai tukar US Dollar meningkat maka harga saham akan turun karena permintaan masyarakat untuk berinvestasi dalam Dollar akan meningkat. Besar kurs US Dollar periode 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Besar Kurs US Dollar Tahun 2007-2011 Tahun
Kurs US Dollar (Rp)
2007
8.998,13
2008
8.226,47
2009
8.217,40
2010
8.011,04
2011
11.190,10
Sumber: www.bi.go.id Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa kurs US Dollar tahun 2007 sebesar 8.998,13 rupiah. Pada tahun 2008 kurs US Dollar naik menjadi 8.266,47 rupiah. Tahun 2009 sebesar 8.217,40 rupiah. Tahun 2010 sebesar 8.011,04 rupiah. Tahun 2011 besar kurs US Dollar meningkat menjadi 11.190,10 rupiah. Deposito adalah bentuk tabungan berjangka dengan nilai dan jangka waktu yang telah disepakati oleh seseorang dengan pihak bank. Bank sebagai pihak intermediate akan mengelola dana deposito tersebut dan akan memberikan imbalan berupa bunga terhadap orang yang membuka deposito. Deposito dapat berarti sebuah investasi karena menghasilkan sebuah margin di akhir kontrak. Suku bunga deposito di masing-masing bank berbeda namun mereka menggunakan satu acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang disebut
5
dengan BI rate dalam menentukan bunga deposito. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). Adapun besar BI rate periode tahun 2007-2011 tergambar pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Besar BI rate Tahun 2007-2011 Tahun
BI rate (%)
2007
8,67
2008
8,20
2009
7,00
2010
6,50
2011
6,00
Sumber: www.bi.go.id Pada Tabel 1.3 terlihat bahwa besar BI rate berubah-ubah tiap tahunnya. Pada tahun 2007 Bank Indonesia menetapkan BI rate sebesar 8,67 persen. Pada tahun 2008 besar BI rate 8,20 persen dan menurun pada tahun 2009 yakni menjadi 7 persen. Penurunan tingkat BI rate terus menurun di tahun 2010 yakni sebesar 6,5 persen dan tahun 2011 sebesar 6 persen. Faktor mikro ekonomi menggambarkan kondisi spesifik dari perusahaan yang mengeluarkan saham. Kondisi spesifik perusahaan dapat terlihat dengan menggunakan alat analisis berupa rasio laporan keuangan perusahaan yang mengeluarkan saham. Hasil penelitian Kusnanto (2007) mengatakan Dividend Payout Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham dan laba ditahan secara parsial berpengaruh terhadap harga saham, serta secara simultan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Namun hasil penelitian Yudhi Perwira,
6
Aloysius Caesarico (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Current Ratio, Asset Size, dan Dividend Payout Ratio terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-2008, menyatakan bahwa DPR memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil Penelitian Budi Pratikno mengatakan Price Earning Ratio, Current Ratio, dan Return On Equity secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Namun hasil Penelitian Indah Nurmalasari (2009)
mengatakan Return On Equity (ROE) secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan. Hasil Penelitian Indah Nurmalasari (2009) mengatakan Earning Per Share Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun berbeda dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam Noer Sasongko dan Nila Wulandari) yang menguji pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta. Earning Per Share (EPS) dan Price Earnings Ratio (PER) merupakan komponan utama dalam analisis fundamental, karena Earnings Per Share dan Price Earnings Ratio mempengaruhi harga saham (Tendelili, 2001:232). Earning Per Share merupakan bagian laba setelah pajak suatu perusahaan yang dialokasikan ke setiap saham biasa yang beredar, dengan membandingkan laba setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Semakin tinggi EPS menunjukan adanya kemungkinan akan memperbesar tingkat
7
pengembalian investasi, sehingga meningkatkan harga saham di pasar modal (Ang, 1997:622). PER digunakan untuk melihat bagaimana suatu pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan dari EPSnya. Munduh (2003 : 85) menyatakan PER dapat memperlihatkan pertumbuhan dari suatu perusahaan. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh atau memiliki prospek yang baik berarti memiliki PER yang tinggi, sebaliknya bila perusahaan yang diharapkan memiliki pertumbuhan yang rendah atau prospek yang tidak baik maka memiliki nilai PER yang rendah. Return On Equity berguna mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dengan membandingkan laba setelah pajak dengan modal sendiri. Jika ROE tinggi maka perusahaan dikatakan mampu menggunakan equity yang dimilikinya dengan efisien dan efektif, sehingga para pemegang saham percaya bahwa perusahaan akan memberikan laba yang lebih besar dikemudian hari. Hal ini akan membuat harga saham menjadi naik. Sebaliknya, apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equity yang dimiliki dengan baik (Sartono, 2001:124). Dalam penelitian Tita Deitiana (2011), Downes dan Goodman berpendapat bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) adalah persentase laba yang dibayarkan secara tunai. Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan besar laba yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada investor. Dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, tentunya hal ini akan sangat diperhatikan dan akan menjadi bahan pertimbangan para investor untuk berinvestasi. Bila nilai DPR
8
cukup tinggi tentunya investor akan berani menanamkan modal di perusahaan tersebut meskipun dengan harga saham yang tinggi. Sebaliknya bila nilai DPR rendah maka harga saham tersebut juga akan rendah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah. 1) Apakah faktor-faktor berupa Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, inflasi, kurs US Dollar, dan tingkat bunga deposito secara simultan mempunyai pengaruh terhadap harga saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2007-2011? 2) Bagaimana pengaruh ketujuh faktor tersebut secara parsial terhadap harga saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 20072011? 1.2
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah. 1)
Untuk mengetahui pengaruh simultan dari Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Equity, Dividen Payout Ratio, inflasi, kurs US Dollar, dan tingkat bunga deposito terhadap harga saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
2)
Untuk mengetahui pengaruh parsial dari Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, inflasi, kurs US Dollar, dan tingkat bunga deposito terhadap harga saham syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
9
1.3
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham syariah di Jakarta Islamic Index dan sebagai dokumentasi di lingkungan akademis sehingga dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi para manager perusahaan dan masyarakat dalam pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan harga saham.
1.4
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian ini yang kemudian dirumuskan ke dalam pokok permasalahan. Dalam Bab ini juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan penelitian, serta pada akhir bab ini dikemukakan mengenai sistematika penulisan.
10
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab II menguraikan tentang teori–teori yang relevan dan mendukung pokok permasalahan terutama mengenai Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Equity, Dividend Payout Ratio, inflasi, kurs US Dollar, tingkat bunga deposito dan teori lain yang mendasari masalah dalam penelitian ini. Teori–teori tersebut didukung oleh hasil penelitian sebelumnya, kemudian dipaparkan mengenai dugaan sementara atau hipotesis dari pokok permasalahan.
Bab III
Metode Penelitian Bab III memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal–hal tersebut mencangkup lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional
variabel,
jenis
dan
sumber
data,
metode
pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam membahas permasalahan yang diteliti. Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab IV menyajikan data beserta pembahasan menggunakan teknik analisis data. Hasil dari pembahasan tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab V menyajikan simpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan masalah. Dari simpulan itu, kemudian diberikan
11
saran yang dapat, menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca penelitian ini maupun referensi bagi penelitian berikutnya.
12