1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan sangat menarik perhatian untuk dibicarakan dalam suatu bangsa. Peran pendidikan sangatlah besar, karena dengan pendidikan suatu bangsa
dapat
mengembangkan
dan
melangsungkan
kehidupannya,
berkembangnya suatu pendidikan maka akan meningkatkan kualitas manusia dan dapat mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan, pendidikan pada pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks, sehingga sulit dipelajari secara tuntas, oleh karena itu masalah pendidikan tidak akan pernah selesai sebab hakekat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya1. Dalam ajaran Islam, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, yang paling dimulyakan olehNya melebihi mahkluk-mahkluk lain sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Al-Isra’:70
1
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1985),1.
1
2 “Dan sesungguhnya telah kami mulyakan anak-anak Adam kami beri rizki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahkluk lain yang telah kami ciptakan”2. Kelebihan itu ialah pada manusia diberikan daya akal dan daya kehidupan dalam arti membentuk peradaban, sedangkan pada binatang, kedua daya itu tidak diberikan, sehingga manusia mampu menciptakan dunia kehidupannya sendiri, dan menetapkan nilai-nilai luhur yang ingin dicapai lengkap dengan pilihan strategi untuk mencapai cita-cita kehidupannya, kemampuan yang demikian itu tidak dimiliki oleh binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan dan benda mati, bagi binatang dan mahkluk-mahkluk hidup lain di dunia ini. Kehidupan dan hidup adalah sama, keduanya berada dalam tangan Tuhan secara langsung menurut Sunnatullah, sedang bagi manusia, hidup di tangan Tuhan tetapi kehidupan berada di tangan manusia. Untuk memajukan kehidupan manusia diperintahkan untuk belajar secara terus-menerus3. Berbicara tentang pendidikan, maka kita tergerak untuk meningkatkan dan mengembangkan pendidikan yang kita miliki, tetapi pendidikan tidak akan berkembang tanpa adanya suatu usaha untuk mengembangkannya. Kita sering mendengar istilah belajar, belajar disini sangatlah berperan di dalam pengembangan suatu pendidikan, dengan belajar kita akan mampu mengejar ketertinggalan kita dalam wahana pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
2
Depag RI, Al Quran dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit J. ART, 2005), 290. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren suatu kajian tentang nilai sistem pendidikan pesantren (Jakarta: INIS 1994), 19. 3
3 hasil
dari
pengalaman
individu
itu
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya4. Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad dalam buku Media Pembelajaran, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuannya, keterampilan atau sikapnya5. Menurut Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain belajar adalah : proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah
perubahan
tingkah
laku,
baik
yang
menyangkut
pengetahuan,
keterampilan maupun sikap6. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang itu disebut dengan perubahan dalam arti belajar, sedang ciri-ciri dalam perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku7.
4
SAbu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 128. SAzhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 1. 6 SSyaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 11. 7 SSlameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta 2000), 2-4. 5
4 Ciri-ciri yang disebutkan di atas masih merupakan gambaran secara umum, sedangkan belajar yang penulis maksud adalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkan didalam suatu lembaga Pendidikan. Pesantren sebagai salah satu jenis Pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian, dengan mementingkan moral dari kata “santri” yang memiliki awalan “pe” dan ahiran “an” yang menunjukkan tempat, adapun “santri” merupakan ikatan kata “sant” yang berarti manusia yang baik, dan “tri” berarti suka menolong. Dengan demikian pesantren merupakan tempat Pendidikan manusia yang baik-baik8. Lembaga pendidikan pesantren ini muncul seiring dengan masuknya Islam ke Indonesia yaitu sekitar abad ke -11 atau ke-13. Bukti bahwa Islam telah masuk pada abad tersebut adalah dengan ditemukannya batu nisan atas nama Fatimah binti Maimun di Leran Gresik9. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut Tafaqquh Fi- al-din dengan menekan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat10. Dalam buku Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren karangan Mastuhu dijelaskan
bahwasannya
unsur-unsur
sistem
pendidikan
pesantren
dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu (a) Aktor atau pelaku, kyai, ustadz,
8
Manfred Ziemek, Pesanten Dalam Perubahan Sosial (Jakarta: P3m, 1996), 99. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, 75. 10 Haidar Putra Daulu, Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta: 9
PT. Fiara Wacana, 2001), 8-9.
5 santri dan pengurus. (b) Sarana perangkat keras yaitu masjid, rumah kyai, rumah dan sarana ustadz, pondok atau asrama santri, gedung sekolah atau madrasah dan sebagainya. (c) Sarana perangkat lunak yaitu tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib, perpustakaan, cara belajar (sorogan, bandongan, halaqah dan takrar)11. Dalam penjajagan awal, pada tanggal 08-16 Februari 2008 pondok pesantren “Darul Huda” Mayak berpegang teguh pada prinsip:
(Melestarikan metode lama yang baik dan mengambil metode baru yang lebih baik) Maksud
dari
melestarikan
metode
lama
adalah
dengan
masih
digunakannya metode pembelajaran lama yang masih baik, seperti sorogan, bandongan, halaqah dan kegiatan takrar, selain itu juga mengambil metode baru yang baik seperti diadakannya sekolah yang bersifat formal yaitu Madrasah Aliyah “Darul Huda” dan madrasah Tsanawiyah “Darul Huda”. Adapun mengenai tujuan Pondok Pesantren “Darul Huda” ialah mencetak santri yang berilmu, beramal dan berahlakul karimah12. Adapun arah dan tujuan pondok pesantren Darul Huda diharapkan menghasilkan out put santriyang berilmu, yaitu mampu mendalami dan menguasai berbagai macam keilmuan baik yang bersifat ukhrowi maupun duniawi. Kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian dapat mendekatkan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa guna memperoleh derajat ketaqwaan dan dipayungi dengan akhlakulkarimah. 11 12
Mastuhu, Dinamika, 25.
SHasil Dokumentasi dari Agenda Alumni Madrasah Miftahul Huda yang berjudul Tadzakirotunnufus, 2006.13
6 Dalam rangka mencapai tujuan yang dirumuskan, maka pondok pesantren “Darul Huda” menerapkan metode sorogan, halaqah, bandongan dan takrar adapun metode secara etimologi berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui, sedang secara istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan13. Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan dibawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Metode bandongan adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh semua santri, biasanya santri menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menterjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajarinya. Halaqah adalah diskusi untuk memahami kitab, bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab14. Sedangkan takrar berasal dari Fi’il madi
yang memiliki arti
mengulangi atau berbuat berulang-ulang15. Cara belajar dengan metode takrar di pondok pesantren Darul Huda merupakan cara atau metode belajar dengan mengulang pelajaran yang telah diajarkan oleh ustadz-ustadz di lembaga pendidikan dengan memberikan waktu khusus berdasarkan sistem klasikal mulai pukul 20.30 sampai dengan pukul 22.00 WIB, dibawah bimbingan santri senior dan pengurus kelas. Dengan materi pelajaran sekolah pagi, diantaranya adalah
13
Mahmud, Model-model Pembelajaran Di Pesantren (Tangerang, Media Nusantara, 2006), 49-
14
Ibid., 51-66. Maftula.et.al. Kamus Al-Munir (Surabaya: Anugrah, 1991), 228.
50. 15
7 Fiqh, Usul Fiqh, Tafsir, Al-Qur’an Hadis, Aqidah Ahlak, Buluqul Maram, Ilmu Hadis, Bahasa Indonesia, Matematika, Ekonomi dan lain-lain16. Metode takrar merupakan metode lama di Pondok Pesantren Darul Huda yang tetap dilestarikan, dimana metode takrar adalah metode tradisional yang dipandang baik untuk meningkatkan pendidikan di lembaga Pondok Pesantren Darul Huda17. Takrar merupakan metode yang dipandang kondusif dalam usaha mencerdaskan santrinya, dimana manfaat yang akan diperoleh dalam kegiatan ini adalah santri dapat menguasai materi pelajaran yang telah diberikan atau disampaikan oleh ustadz-ustadz, selain itu santri dapat bekerjas sama dengan santri lain untuk mengerjakan PR dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dalam belajar18. Peneliti mengangkat fenomena takrar di Pondok Pesantren Darul Huda, karena fenomena takrar adalah fenomena yang unik, yaitu kegiatan takrar dipandang sebagai nilai plus bagi santri yang mukim. Karena santri yang mukim selalu bisa mengikuti kegiatan takrar berbeda dengan santri laju yang tidak bisa mengikuti kegiatan takrar yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda. Berangkat dari fenomena di atas peneliti mengambil judul penelitian “MAKNA KEGIATAN TAKRAR BAGI SANTRI” (Studi kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo).
16
Hasil Wawancara dengan ustadzah Nursikhin pada tanggal 04 Maret 2008. Hasil Wawancara dengan ustadzah Nurafifah Ulya pada tanggal 04 Maret 2008. 18 Hasil Wawancara dengan ustadzah Herin Fitri Marlinda pada tanggal 05 Maret 2008. 17
8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang diadakannya kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo? 4. Apa makna kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan latar belakang diadakannya kegiatan Takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan kegiatan Takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat kegiatan Takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. 4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan makna kegiatan Takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan kegiatan Takrar yang dilaksanakan oleh beberapa pondok pesantren, dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan. b. Akan ditemukan dan diketahui makna kegiatan Takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. 2. Manfaat Praktis a. Akan
memberikan
manfaat
bagi
lembaga
pendidikan
supaya
mengembangkan kegiatan Takrar lebih maju sehingga santri tetap dapat melaksanakan kegiatan Takrar dengan baik. b. Akan memberikan manfaat bagi santri yang mana dengan adanya penelitian ini akan menambah kreatifitas santri dalam kegiatan Takrar. c. Akan memberikan manfaat bagi stake holder lembaga di sekitar pondok pesantren “Darul Huda” yang mana penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan tentang kemajuan dan keaktifan kegiatan ini.
10 E. Telaah Pustaka Sepanjang telaah pustaka yang peneliti lakukan, ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang peneliti peroleh yaitu : 1. Skripsi dengan judul Penerapan perpaduan metode salaf dan modern dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah keagamaan “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo oleh Muktamar Arifin
pada
tahun
2005
dengan
Hasil
penelitian
pelaksanaan
pembelajaran pendidikan Agama Islam di MAK “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur sekolah dan luar sekolah (asrama). Pada jalur sekolah, pen-didikan agama Islam di ajarkan beberapa materi PAI yang meliputi ushul fiqh, Figh, Ilmu Hadis, Ilmu Tafsir, Anidah Ahlak, Ski, dan Bahasa Arab, mata pelajaran tersebut dilaksanakan dengan menggunakan buku-buku bahasa arab, dan guru menyampaikan dengan perpaduan metode salaf “makna gandul” yang dikolaborasikan dengan me-tode modern seperti diskusi, resitasi, tanya jawab, kerja kelompok, drill dan lain-lain. 2. Skripsi dengan judul Aktualisasi nilai-nilai kecakapan Hidup melalui metode sorogan dalam pembelajaran Kitab Kuning (Studi kasusdi PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo oleh Yuni Astuti pada tahun 2007 dengan hasil penelitian 1. Pembelajaran kitab Kuning melalui metode sorogan yang dilaksanakan di PP. Darul Huda mengandung nilai personal skill atau kecakapan kepribadian didalamnya yaitu dengan adanya anak mampu menghayati dirinya sebagai hamba Allah, pada materi-materi
11 tertentu seperti dalam kitab Sulamu at-Taufiq bab kewajiban mukallaf. Selain itu santri dapat menyadari kele-mahan dan kele-bihan masingmasing, hubungan guru dan murid menjadi lebih akrab, dan dapat melatih mental. Hal yang dialami santri tersebut merupakan esensi dari nilai-nilai yang terkait dengan personal skill atau kecakapan pribadi. 2. Sorogan yang diselenggarakan di PP. Darul Huda mengandung (thingking skill) kecakapan berfikir. Seperti dalam pelaksanaannya anak mampu menggali informasi, mengolahnya, dan dapat memecahkannya secara kreatif. Dan nilai-nilai yang terkandung tersebut merupakan esensi dari nilai-nilai (thingking skill) kecakapan berfikir. 3. Pembelajaran kitab Kuning yang diselenggarakan di PP. Darul Huda mengandung nilai (sosial skill) kemampuan sosial. Seperti dalam pembelajaran Kitab Fathu al-Qorib bab mua-malah. Hal ini dapat digambar-kan dengan adanya anak yang mau bekerjasama dengan teman-temannya dan mampu menyampaikan kepada temannya dan serta memahamkannya. Dari keterangan diatas ditemukan esensi dari kecakapan sosial dalam kegiatan sorogan yaitu anak dapat bekerja sama dengan temannya dan dapat berkomukasi dengan empati. 4. Pembelajaran kitab Kuning dise-lenggarakan di PP. Darul Huda mengandung nilai academic skill. Seperti dalam kitab Fath al-Qorib bab munakahat hal tersebut dapat digambarkan dengan adanya kemam-puan santri dalam mengidentifikasi suatu masalah dan mampu menghubungkannya dengan fenomena tertentu, dan dapat meneliti suatu masalah
karena
ingin
mengetahuinya.
Dari
keterangan
tersebut
12 merupakan esensi dari nilai academic skill. 4. Pembelajaran kitab kuning dengan metode sorogan yang diselenggarakan di PP. Darul Huda, terdapat indikasi nilai kecakapan kejuruan (vocati-onal skill) karena di dalamnya terdapat proses untuk menjadi ahli agama, guru, dai dan sebagainya. 3. Skripsi dengan judul Pengaruh motivasi belajar terhadap minat membaca kitab kuning mahasiswa (STAIN) Ponorogo di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo oleh Masruri pada tahun 2006 dengan hasil penelitian 1. Motivasi belajar mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Ponorogo di PP. Darul Huda adalah : dalam ketegori tinggi terbukti perolehan skor motivasi belajar yaitu 43% termasuk kategori baik, 29% termasuk kategori sedang, 29% termasuk kategori kurang. Motivasi belajar ditandai dengan adanya reward dan punishement, Reward ini berupa banyaknya sarana belajar seperti syawir, takrar, weton dan sorogan kitab kuning. Namun demikian bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan seperti sekolah diniyah maka mereka akan mendapat puni-shement atau hu-kuman. 2. Minat membaca kitab Kuning ma-hasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Ponorogo di PP. Darul Huda terma-suk pada kategori tinggi terbukti perolehan skor sebesar 43%, 29% kategori sedang, 29% kategori kurang. Minat membaca dalam hal ini ditandai dengan keaktifan mahasiswa mengi-kuti semua kegiatan diantaranya sekolah diniyah dengan tanpa
13 adanya pak-saan karena memang sudah menjadi kebutuhan sebagai mahasiswa. 4. Skripsi dengan judul Peranan takrar Al-Durus dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II MA Puti Pondok Tremas Arjosari Pacitan oleh Zainul Mahmudah pada tahun 2004 dengan hasil 1. Pelaksanaan Takrar Al-Durus di MA Putri Pondok Tremas Arjosari Pacitan dilaksanakan setiap malam kecuali malam Jumat mulai pukul 20.00 – 21.30 WIB, mayoritas siswa di MA Putri Pondok Tremas pernah mengalami kesulitan belajar, dengan program Takrar Al-Durus ini siswa tidak akan lagi menemui kesulitan dalam belajar siswa juga dapat mengejar ketertinggalan dalam belajar. 2. Prestasi belajar siswa kelas II MA Putri Pondok Tremas Arjosari Pacitan Pacitan pada catur wulan 114% baik sekali, 29% baik, 45% cukup. 3. Dengan diterapkannya Takrar Al-Durus siswa lebih giat dan kreatif dalam belajar, serta prestasi siswa meningkat, prestasi siswapun tergolong dengan kategori baik dan cukup. Hal ini dibuktikan bahwa Takrar Al-Durus berpesan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II MA Putri Pondok Tremas Arjosari Pacitan.
14 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Yang dimaksud dengan “pendekatan” adalah metode atau cara mengadakan penelitian19. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristi alami, (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif. Proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis cenderung dilakukan secara induktif, yang mana merupakan hal yang esensial di dalam penelitian kualitatif20. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu uraian dan penjelasan komperhensif mengenai berbagai aspek secara individu atau suatu kelompok, suatu komunitas organisasi, dan suatu program atau situasi sosial21. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya22. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen lain sebagai penunjang.
19
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),23. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan tindakan tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),3. 21 SDeddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),201. 22 SPengamatan berperan serta adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam bukunya Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. 20
15 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di pondok pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo, karena kegiatan takrar adalah kegiatan yang dipandang unik di sebuah pondok pesantren sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas belajar santri dan kegiatan takrar peneliti temui di PP. Darul Huda, oleh sebab itu peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darul Huda. a. Letak Geografis Secara geografis pondok pesantren Darul Huda terletak di kota Ponorogo tepatnya di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 38 Gang VI desa Mayak kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur. Lokasi Pondok Pesantren Darul Huda merupakan letak yang strategis yang terletak di jantung kota Ponorogo batas-batas lokasi tersebut adalah : -
Sebelah Utara
:
Jl. Menur Ronowijayan
-
Sebelah Selatan
:
Kantor Dep. Agama Kab. Ponorogo
-
Sebelah Timur
:
Jl. Ir Soeprapto
-
Sebelah Barat
:
Jl. Ir. H. Juanda Gang VI
b. Bangunan Fisik Secara fisik sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Darul Huda sudah cukup kondusif terbukti dengan adanya asrama, kamar mandi, gedung madrasah putra, gedung madrasah putri, masjid, aula, koprasi, kantin, wartel, dapur umum dan sebagainya.
16 c. Struktur Organisasi Dalam sebuah lembaga hukum untuk mencapai suatu tujuan perlu adanya organisasi. Adapun struktur organisasi di Pondok Pesantren Darul Huda dapat dilihat dalam lampiran. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Maka sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, selain kata-kata dan tindakan adalah sebagai sumber data tambahan23. 5. Prosedur Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab pada penelitian kualitatif peneliti dapat mengetahui makna fenomena secara baik. Dengan wawancara peneliti dapat berinteraksi dengan responden dengan observasi dapat diketahui secara langsung fenomena yang ada, dan dokumentasi untuk melengkapi data dalam penelitian. a. Tehnik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu24.
23 24
SLexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112. SDedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 180.
17 Maksud digunakan wawancara adalah : a. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian. b. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang dialami pada masa yang akan datang. c. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain. d. Memverifikasi,
mengubah,
dan
memperluas
kontruksi
yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada : 1. Pengasuh Pondok Pesantren “Darul Huda” yaitu untuk memperoleh informasi mengenai sejarah berdirinya PP. “Darul Huda”. 2. Kepala Madrasah Aliyah Darul Huda yaitu untuk mengetahui latar belakang diadakannya kegiatan takrar di PP. Darul Huda, serta tujuan kegiatan takrar di PP. Darul Huda. 3. Ketua Pondok Pesantren Darul Huda yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keadaan pengurus, santri, sarana prasarana di PP. Darul Huda. 4. Koordinator bidang pendidikan, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keadaan santri yang mengikuti kegiatan takrar dan waktu pelaksanaan kegiatan takrar di PP. Darul Huda.
18 5. Pengurus Osis, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan kegiatan takrar di PP. Darul Huda, serta faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar di PP. Darul Huda. 6. Santri/siswa, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai persiapan, pelaksanaan, manfaat, faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar di PP. Darul Huda. 7. Alumni santri yang pernah mengikuti kegiatan takrar, yaitu untuk memperoleh informasi tentang manfaat kegiatan takrar terhadap santri yang pernah mengikuti kegiatan takrar dalam kehidupan seharihari. b. Teknik Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan terhadap objek penelitian25. Teknik observasi diklasifikasikan atas tiga cara (a) pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan/non partisipan26. (b) Observasi dapat dilakukan
secara
terus-terang/penyamaran,
(c)
Observasi
yang
menyangkut latar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipan. Pada obseravasi partisipan, peneliti mengamati aktifitasaktifitas sehari-hari obyek penelitian, karakteritis fisik, situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.
25 26
SYatim Rianto, Metodologi Penelitian, Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: 51C 1996) 77. SS Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, 153-154.
19 Hasil observasi dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Peneliti di lapangan membuat catatan, dan catatan lapangan baru disusun setelah peneliti pulang ke rumah27. c. Metode Dokumentasi Metode dokumen adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, yang berupa arsip-arsip, buku tentang teori, konsep, hukum dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian28. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang sejarah berdirinya lembaga, struktur organisasi, sarana prasarana dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 6. Analisis Data Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berulang secara terus-menerus pada setiap tahap penelitian. Sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi data reduction, dan display dan conclusion29.
27
SLexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154. SLexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 181. SBogdan dan Biklen, Qualitative Research For Education. An Introducation to Theory and Methods (Baston: Allyn and Bacon, 1982)18. 28 29
20 Langkah pertama adalah mereduksi data, dalam kontek penelitian yang dimaksud
adalah
merangkum,
memilih
hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data atau menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, grafik, matrik. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas)30. Derajat kepercayaan keabsahan data dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, bisa juga diartikan sebagai pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan31. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
30 31
SMoleong, Metodologi Penelitian, 171. SSugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung: ALFABETA, 2006), 605.
21 metode, penyidik, dan teori32. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat peneliti capai dengan : (a). membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (b). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. (c). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. (d). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah/tinggi, orang berada. (e). Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahap-tahap dan rancangan penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian adalah (1) Tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian , memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, mejajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan
32
SIbid., 178
22 data. (3) Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data. (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G.
Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan. Adapun sistematika dalam pembahasan ini adalah : Bab I berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran bagi keseluruhan laporan penelitian ini yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sitematika pembahasan, isi. Bab II berisi kajian tentang konsep kegiatan takrar teori sebagai pedoman umum yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian yaitu dasar pelaksanaan belajar yang meliputi pengertian belajar, teori belajar,unsur belajar, cara belajar, tujuan belajar, kemudian tentang dasar pelaksanaan, dasar pelaksanaan kegiatan takrar yang meliputi pengertian takrar, metode takrar, metode takrar, jenis takrar dan tujuan kegiatan takrar. Bab III berisi tentang paparan data lokasi penelitian yang teridiri dari sejarah singkat PP “Darul Huda”, visi, misi, dan tujuan PP. “Darul Huda”, keadaan geografis, struktur organisasi, dan sarana prasarana, dan elemen-elemen dalam pesantren serta paparan data khusus, yang meliputi latar belakang diadakannya kegiatan takrar bagi santri di PP “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo.
23 Pelaksanaan kegiatan takrar di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar bagi santri di PP. “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo dan makna kegiatan takrar bagi santri di PP. “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. Bab IV berisi makna kegiatan takrar bagi santri yang meliputi analisis latar belakang kegiatan takrar di PP. “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. Analisis terhadap pelaksanaan takrar bagi santri di PP. “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. Analisis terhadap faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren “Darul Huda” Mayak Tonatan Ponorogo. Analisis terhadap makna kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Bab V berisi penutup merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
24 BAB II KONSEP KEGIATAN TAKRAR
A. Dasar Pelaksanaan Belajar 1. Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dengan belajar. Pengertian belajar itu sendiri sangatlah beragam, tergantung siapa yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafal fakta. Akan lain halnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip. Belajar adalah key term “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya
24
25 pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu33. Dalam perspektif keagamaanpun belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat mereka hal ini dinyatakan dalam Q. S Al-Mujadalah : 11 yang berbunyi :
“ …… niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orangorang beriman dan berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak di samping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri34. Untuk memperoleh pengertian belajar secara obyektif, perlu dirumuskan secara jelas tentang pengertian belajar. Adapun pengertian belajar antara lain sebagai berikut : a. Menurut Syaiful Bahri Jamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik35.
33 34 35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 59. Ibid, 62-63 Syaiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)12.
26 b. Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikan belajar adalah 1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarahkan kepada tingkah laku yang lebih baik. 2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman 3. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan ahir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. 4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis36. c. Menurut A. Tabrani Rusyan, dalam buku Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, belajar adalah : 1. Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 2. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu, melalui interaksi dengan lingkungan. 3. Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau
36
Ngalim Purwanto, Psikologi Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 85.
27 lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. 4. Belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu37. d. Menurut Sardiman belajar adalah : 1. Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. 2. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasan materi
ilmu
pengetahuan
yang
merupakan
kegiatan
menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya38. e. Menurut Azhar Arsyad, M.A dalam buku Media Pembelajaran disebutkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja39. Dari berbagai definisi di atas, dapat di pahami bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku ataupun pribadi seseorang dari interaksinya dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi pada diri individu seseorang itu bisa berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, atau dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu pengalaman atau latihan yang menimbulkan perilaku baru. 37
A. Tabrani Rusyan, et. al. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 7-9. 38 Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001), 20-21. 39 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Press, 2003),1.
28 2. Teori Belajar Para ahli pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan tentang belajar, penelitian demi penelitian sudah dilakukan untuk menciptakan keberhasilan di dalam suatu kegiatan belajar, sehingga munculah beberapa teori dalam belajar. Adapun teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut : a. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacammacam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya untuk melatih daya dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan, sebagai contoh untuk melatih daya-daya ingat dalam belajar, misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka dan istilahistilah asing40. Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu. Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapatnya hanyalah bersifat hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian, oleh karena itu menurut para ahli ilmu jiwa daya bila ingin berhasil dalam belajar latihlah semua daya didalam diri41. b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Teori ini dikemukakan oleh Koffa dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. 40 41
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 31-32. Saiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, 17-18.
29 Jadi dalam belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh Insight (pengertian). Sifat-sifat belajar dengan Insight adalah 1. Insight tergantung dari kemampuan dasar. 2. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari). 3. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati. 4. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit. 5. Belajar dengan Insight dapat diulangi. 6. Insight sekali didapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru42. Menurut aliran teori belajar ini, seseorang belajar jika mendapatkan Insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya Insight itu tergantung : a. Kesanggupan
:
maksudnya
kesanggupan
atau
kemampuan
intelegensia individu.
42
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. RAJAWALI, 1984), 302-303.
30 b. Pengalaman : karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya Insight. c. Taraf situasi : semakin komplek semakin sulit. d. Latihan : dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan
memperoleh
Insight
dalam
situasi-situasi
yang
bersamaan yang telah dilatih. e. Trial and eror : sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, seseorang dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan Insight43. Dari aliran ilmu jiwa gestalt ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain44: a. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya. b. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan c. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa lengkap dengan segala aspek-aspeknya. d. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas. e. Belajar
hanya
berhasil,
apabila
tercapai
memperoleh insight.
43 44
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 32-33. Ibid.,33-34.
kematangan
untuk
31 f. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh orgamisme. g. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. h. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat bejana yang diisi. Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt, juga sangat menguntungkan untuk kegiatan belajar memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali denga suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan juga suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah. Menurut J. Dewey ada lima langkah dalam upaya pemecahan yakni 45: 1. Realisasi adanya masalah, jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan. 2. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah. 3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumbersumber lain. 4. Menilai dan mencobakan usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diperoleh. 5. Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.
45
Ibid., 34.
32 c. Teori Tanggapan Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang dikemukakan oleh Ilmu Jiwa Daya. Dan Herbart adalah orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan. Menurut teori tanggapan Belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai, maka yang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan ke dalam otak dan menjadikan orang pandai. Kesan yang dimaksud disini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar46. d. Teori Belajar dari R - Gagne Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domainds of learning yaitu sebagai berikut : 1. Keterampilan motoric (motor skill) Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya melempar bola, main tennis, mengemudi mobil dan sebagainya.
46
Sayful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, 19.
33 2. Informasi Verbal Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu Intelegensi. 3. Kemampuan Intelektual Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya membedakan huruf “m” dan “n”, menyebutkan tanaman yang sejenis. 4. Strategi Kognitif Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan di dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satukali serta memerlukan perbaikan-perbaikan terusmenerus. 5. Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik47. e. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal yaitu :
47
Ibid., 22-23.
34 a. Teori Konektionisme dari Thorndike Dari penelitian Thorndike menyimpulkan bahwa respons dari kekurangan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba trial and error, inilah kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam kurungan. Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkan dari hasil penelitiannya, yaitu hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesimpulan. Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indera dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan Connecting sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi, antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa atau otomatis. Mengenai hubungan stimulus dan respons tersebut, maka Thorndike
mengemukakan
beberapa
prinsip
atau
hukum
diantaranya48. 1. Hukum Pengaruh (The law of effect) Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan
atau
ketidaksenangan
yang
berkenaan
penggunaannya.
48
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta : Bumi Aksara, 2006) 39-40.
dengan
35 2. Hukum Latihan (The law exercise) Atau prinsip use and disuse. Apabila hubungan itu sering dilatih maka ia akan menjadi kuat. 3. Hukum Kesediaan (The law of readiness) Apabila suatu ikatan siap untuk
berbuat, perbuatan itu
memberikan kepuasaan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidakpuasan atau ketidaksenangan. 4. Law of assimilation atau law of analogi Seseorang itu dapat menyesuaikan diri atau memberi respons yang sesuai dengan situasi sebelumnya49. b. Teori Conditioning dari Ivan P. Pavlov Menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons) Untuk menyediakan seseorang itu belajar haruslah memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinyu. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
49
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 36.
36 3. Unsur Belajar Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga unsur belajar yaitu motif untuk belajar, tujuan yang akan dicapai dan situasi yang mempengaruhi a. Motif untuk belajar Motif belajar adalah suatu yang mendorong individu untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku. Tanpa motif seseorang tak dapat belajar karena dengan hal tersebut dapat memberi semangat dan arah dalam belajar. Karena motif ini merupakan keinginan yang akan dipengaruhi atau dipuaskan, maka ia timbul bila ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan (needs) maupun adanya minat (interest) terhadap sesuatu50. b. Tujuan yang akan dicapai Tujuan merupakan suasana akhir suatu perbuatan keinginan yang besar untuk mencapai suatu tujuan menyebabkan adanya usaha keras belajar dan menunjang efektivitas dan efesiensi belajar pada dasarnya antara motif dan tujuan mempunyai kaitan yang erat sekali untuk mensukseskan belajar itu51.
50
Burhanuddin Salam, Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Rineka, 2004), 4. 51 Ibid, 4-5.
37 c. Situasi yang mempengaruhi Adapun pemilihan bidang studi yang sesuai dengan keadaan diri sendiri, banyak menunjang efisiensi belajar, disamping itu faktor penunjang lainnya adalah : (a). Keadaan diri sendiri (individu yang unik), (b). Keadaan/situasi belajar, (c). Keadaan proses belajar, (d). Keadaan guru yang memberi pelajaran, (e). Keadaan teman bergaul dan belajar, (f). Keadaan program pendidikan yang ditempuh Semua itu merupakan komponensitas belajar yang merupakan salah satu unsur belajar52. a. Pelajar sebagai individu yang unik Karena pelajar merupakan salah satu komponen situasi belajar, berarti antara siswa yang satu dengan yang lain situasi belajarnya juga berbeda. Ini mempunyai implikasi terhadap suatu proses atau peristiwa belajar itu sendiri. Hal ini disesuaikan dengan keadaan diri sendiri (individu). b. Situasi belajar Keadaan belajar, baik yang bertahan dengan kondisi fisik maupun mental, berpengaruh terhadap hasil belajar. Misalnya, belajar dalam keadaan sakit kepala, gugup, bingung dan sebagainya. Juga kondisi lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar. Misal, keadaan tempat belajar yang berantakan, suasana bising, keadaan
52
Ibid., 5.
38 cahaya dan sebagainya. Karena itu belajar seharusnyalah berlangsung dalam keadaan yang memungkinkan dengan kondisi lingkungan yang baik juga. c. Proses belajar Hal ini memerlukan metode, waktu, dan teknik, bersifat individual, demikian juga terhadap pelajaran yang satu dengan yang lain. d. Pengajar Faktor pengajar, merupakan salah satu komponen situasi belajar. Misalnya, kepribadian, kemampuan dan kondisi fisik serta mental yang lain dari pengajar itu sendiri karena pengajar merupakan pendorong dalam belajar. e. Teman bergaul Sukses tidaknya seseorang dari belajar antara lain disebabkan oleh faktor teman bergaul atau belajar. Karenanya haruslah selektif dalam memilih kawan, jangan sampai menyebabkan kegagalan dalam studi. f. Program yang ditempuh Karena yang dipelajari oleh mahasiswa tersebut terfokus pada program pendidikan yang ditempuh, maka pemilihan bidang studi haruslah sesuai dengan keadaan, kemampuan dan minat itu sendiri.
39 4. Cara belajar Apabila seseorang mencita-citakan hal atau barang maka ia harus berusaha dengan langkah awal suatu gerakan kearah cita-cita atau tujuan itu. Demikian pula apabila seseorang ingin memiliki kepandaian tentang sesuatu maka ia harus belajar mengenal hal itu sebagai satu-satu jalan kearah itu. Jalan ini tidak mudah, banyak kesulitannya dan melelahkan, apabila kita tidak pandai-pandai memiliki bekalnya. Adapun bekal utamanya ialah beberapa faktor sebagai berikut53 : a. Faktor kesungguhan jiwa Belajar adalah pertaruhan jiwa manusia untuk mengerti dan menerima kebenaran-kebenaran yang bersifat obyektif. Dengan kesungguhan jiwa manusia, menantang kita untuk tidak lekas puas dengan hal-hal yang dangkal saja tetapi menerobos kepada hal-hal yang mendalam, menyaring, menguji, menyelidiki, hingga menemukan mutiara kebenaran. Pada umumnya jalan ke arah
itu
sangat
panjang.
Sebagai
konsekuensinya
dari
kesanggupan jiwa ini, bahkan suatu kesimpulan yang dibuat, haruslah dipertanggung jawabkan lebih dulu tentang premispremis pikiran yang sah juga kita tidak dapat membuat kesimpulan yang berada diluar yayasan ilmu yang dipelajari. Jadi
53
Ibid., 6.
40 kesanggupan jiwa ini disebut juga ilmiah yang sebenarnya atau interes ilmiah.
b. Faktor keseimbangan Dalam hidup dan kehidupan manusia, terdapat banyak tugas yang harus dikerjakan nilai-nilai hidup yang wajib dikejar, yang kesemuanya meminta perhatian. Hal ini menuntut kita untuk pandai-pandai membagi waktu
sehingga
terjadi
harmonisasi
atau
keseimbangan
dalam
pelaksanaanya. Karena itu hendaklah kita berprinsip seperti semboyan “virtus in medio” yang artinya keutamaan seluruh, terdapat ditengah. c. Faktor konsentrasi Kodrat atau fitrah manusia adalah rohani dan jasmani. Kondisi rohani dan kondisi jasmani yang baik memungkinkan konsentrasi yang baik. Dengan kondisi rohani yang baik berarti seserang itu selalu mengatur atau menyingkirkan emosi yang tidak teratur. Emosi yang baik (rasa kurang senang) berakibat kurang baik bagi seseorang pelajar. Misalnya, seseorang yang tidak senang akan sesuatu mata pelajaran, seringkali menyebabkan ia tidak mau mempelajari mata pelajaran itu. Sejalan dengan peningkatan kedewasaannya, seorang pelajar wajib meningkatkan dan organisasi atas segala gerak kejiwaan, kecenderungan-kecenderungannya, nafsu-nafsunya dan lain-lain.
41 Dengan
kondisi
jasmani,
berarti
seseorang
harus
mempertahankan kesehatannya, dibina dan tingkatkan. Haruslah seimbang antara belajar/bekerja dengan istirahat, sedangkan gerak badan dan rekreasi yang menyegarkan, mempunyai andil yang besar untuk kondisi jasmani yang baik, mengharapkan suatu konsentrasi dengan kondisi jiwa dan badan tidak baik adalah laksana menanti jatuhnya bulan di pangkuan manusia. d. Faktor jiwa objektif (tunduk kepada kebenaran) karena cinta kebenaran. Dalam belajar, sikap tunduk, patuh kepada kebenaran, merupakan “condition sine quanon”, isyarat mutlak. Akibatnya kita harus menyingkirkan segala subjektivitas yang sesat, prasangkaprasangka pribadi dan pemikiran-pemikiran golongan yang langsung diterima begitu saja. Kebenaran bukanlah soal suka dan tidak suka, kalau memang suatu kebenaran wajiblah kita menerimanya. e. Faktor Anthusiasme atau semangat kegembiraan dalam belajar Belajar adalah suatu hal yang sangat penting dan menentukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Hindarkanlah rasa paksaan untuk belajar dan peliharalah antusiasme, sesuati kegembiraan, kesengsaraan dan semangat belajar.
42 f. Faktor wawasan ilmiah yang luas Terdapat banyak tuntutan dalam belajar. Menuntut manusia dalam belajar, menuntut manusia dalam arti keseluruhan, membutuhkan pengarahan diri yang semaksimalnya, manusia sebagai totalitas yang cenderung mau menguasai kebenaran. Karena itu dalam belajar seyogianyalah menghubungkan segala sesuatu dengan arti yang luas dengan dunia luas. Yang demikian, kepribadian akan berkembang dan belajar menjadi aktifitas yang menghasilkan dengan wawasan ilmiah yang luas. Cara belajar yang baik secara umum menggambarkan bahwa : 1. Belajar secara efisien yang ditampakkan pada komitmen yang tinggi untuk memenuhi waktu yang telah diatur, rajin melaksanakan tugas-tugas belajar, cahaya ruang belajar yang cukup dan lingkungan yang tenang, menyusun catatan pelajaran yang lengkap dan rapi dan tersedia buku pelajaran yang baik dan cukup. 2. Mampu membuat berbagai catatan yaitu selalu mencatat pelajaran dan tertib dalam membuat catatan. 3. Mampu membaca yaitu mampu memahami isi bacaan dari mata pelajaran, mampu membaca cepat (bagi siswa tertentu satu halaman satu menit), mata pelajaran yang dibaca lama tersimpan dalam ingatan tahu mana yang perlu dihafal dan
43 mana yang tidak, lama dan banyaknya membaca, dan membaca utuh bukan bagian-bagian. 4. Siap belajar yaitu, belajar sebelum/sesudah mengikuti mata pelajaran, menguasai/memahami isi bacaan dari materi pelajaran, belajar berangsur atau bertahap agar tidak jenuh, dan mengulang bacaan untuk mengokohkan ingatan. 5. Keterampilan belajar yaitu membaca cepat dan faham apa yang dibaca. 6. Memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah SD, SLTP dan SMU yaitu apa yang dipelajari jauh lebih banyak, berusaha belajar secara mandiri54. 5. Tujuan Belajar Tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisif diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, yang lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedang tujuantujuan yang lebih, merupakan hasil sampingan yaitu : tercapai karena siswa menghidupi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, serta menerima
pendapat orang lain. Tujuan belajar untuk
pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan
54
Syaifuloh Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: ALFABETA, 2007), 58.
44 yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak dan begitupun seterusnya55. Ada tiga jenis tujuan belajar 1. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir.
Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannnya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.
Penanaman Konsep dan Keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/keterampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana
55
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 28.
45 ujung pangkalnya tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,
dan
keterampilan
berfikir
serta
kreatifitas
untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi sematamata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat56. Keterampilan itu memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan sematamata hanya menghafal atau meniru.
3. Pembentukan Sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru sebagai contoh atau model. Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapain tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi :
56
Ibid., 29.
46 a. Hal Ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) b. Hal ikhwan personal, kepribadian atau sikap (afektif) c. Hal
ikhwal
kelakuan,
keterampilan
atau
penampilan
(psikomotorik)57. Di dalam buku Cara Belajar Sukses Di Perguruan Tinggi karangan
Burhanuddin
disebutkan
seorang
pedagog
mengutamakan metode dan kondisi yang dapat meningkatkan efisiensi belajar. Terdapat tiga buah tujuan belajar yaitu : pengumpulan atau akumulasi pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan, pembentukan sikap-sikap dan tingkah laku. Bagi seorang psikolog lebih mengutamakan penemuan faktor atau unsur-unsur pokok dari proses belajar, mengenai hubungan dengan dasar-dasar psikolog serta pola-pola yang berlaku di dalam proses itu. Bagi seorang behaviourist , pada dasarnya belajar itu adalah mengadakan hubungan antara sebuah respons tertentu dengan sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan. Dengan respons yang tertentu lain dipererat ikatannya melalui bermacam-macam cara yang berkondisi. Sedangkan bagi seorang penganut teori Gestalt mendasarkan hakekat belajar pada penemuan hubungan unsur-unsur di dalam ikatan Gestalt. Selanjutnya teori modern lebih memperluas
57
Ibid, 29-30.
47 pengertian belajar yang memiliki lima buah sifat atau karakteristik sebagai berikut58 : a) Belajar terjadi dalam situasi yang berarti secara individual Belajar itu terjadi dalam satu situasi yang merupakan proses perubahan tingkah laku, ditandai dengan adanya motif-motif yang ditetapkan dan atau diterima oleh pelajar. Terkadang suatu proses belajar tidak mencapai hasil yang maksimal, karena ketiadaan motifasi atau kekuatan pendorong. b) Motivasi sebagai daya penggerak Motivasi yang mempunyai daya penggerak yang besar biasanya ialah motivasi yang bersifat interinsik. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral didalam dunia belajar, yang diambil dari suatu sistem nilai lingkungan hidup pelajar dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas dari pelajar. c) Hasil penataran adalah kebulatan pada tingkah laku Bila usaha siswa telah menghasilkan pola tingkah laku, maka proses belajar dapat dikatakan telah berakhir sementara yang jelas terlihat pada reaksi dan sikapnya fisik dan mental. Sejalan dengan keberhasilan itu terjadilah berbagai proses pengiring yang sekaligus menghasilkan tambahan perubahan tingkah laku yang berakhir dengan satu kesatuan yang integral. Hal ini berarti bahwa hasil belajar tidak pernah terpisah-pisah,
58
Burhanuddin, Cara Belajar, 6-8.
48 dimana setiap penambahan itu akan mempengaruhi struktur perben-daharaan itu secara integral lagi. d) Pelajar menghadapi situasi secara pribadi. Setiap situasi belajar akan dihadapi secara utuh oleh individu yang utuh pula. Ia tak dapat melepaskan diri dari situasi lingkungan
dan
tak
dapat
mengisolasi
sebagian
dari
pribadinya. Disinilah pentingnya arti situasi bagi setiap pelajar secara metodelogik diberikannnya tempat yang wajar kepada perbedaan-perbedaan individual dari setiap pelajar. e) Belajar adalah mengalami Dengan mengalami pelajaran, menghayati sesuatu yang aktual akan menimbulkan respons tertentu, antara lain perubahan tingkah laku, sistem nilai perubahan, konsep-konsep dan kekayaan informasi.
B. Dasar Pelaksanaan Takrar 1. Pengertian Takrar Takrar meruapakan istilah belajar wajib dalam konteks pendidikan dan pengajaran. Takrar adalah mengulang hasil-hasil pelajaran yang telah diperoleh oleh santri dalam kelas. Sehingga apa yang diterima dapat diingat, difahami, dan dihafalkan sehingga melalui takrar santri dapat belajar dan berdiskusi bersama-sama untuk memahami semua materi pelajaran yang telah diajarkan secara optimal.
49 Takrar artinya mengulang sesuatu atau berbuat berulang-ulang59. Takrar berasal dari fiil madhi
mengikuti wazan
Dengan urutan tasrifan sebagai berikut
Jadi takrar merupakan suatu kegiatan mengulang-ulang hasil pelajaran yang telah diperoleh oleh santri sekaligus mempersiapkan pelajaran hari berikutnya. 2. Metode Takrar Di suatu lembaga pendidikan baik itu lembaga madrasah, sekolah dan pondok pesantren pasti memiliki suatu metode belajar ataupun metode pengajaran pada umumnya pondok pesantren memiliki dua jenis metode pengajaran hingga saat ini, kedua metode itu adalah metode tradisional (salafi) dan metode modern (khalaf)60. 1. Metode Pengajaran Tradisional (Salafi) Metode diselenggarakan
tradisional menurut
adalah
metode
kebiasaan-kebiasaan
pembelajaran yang
telah
yang lama
dipergunakan pada institusi pesantren atau metode pembelajaran asli (original) pesantren. Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki berbagai model atau metode 59
Maftuh Ahnan.et.al. Kamus Al-Munir, (Surabaya : Anugrah, (990), 228. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan Kasus Pondok Pesantren AnNuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Madura (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2001), 29. 60
50 pengajaran yang itu semua masih banyak dipergunakan hingga sekarang yaitu metode sarogan, bandongan, dan halagah61. Metode Sorogan adalah kegiatan pembelajaran santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Metode bandongan adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh semua santri, biasanya santri menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menterjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajarinya. Halaqah adalah diskusi untuk memahami kitab, bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab62. 2. Metode Pengajaran Modern (Khalaf) Disamping metode tradisional juga terdapat ciri khas metode di Pondok Pesantren Darul Huda yaitu adanya metode modern (khalaf) a. Sistem klasikal Pola ini adalah dengan pendidikan sekolah-sekolah yang mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan umum. b. Sistem kursus-kursus Sistem ini diberikan pada pengembangan keterampilan berbahasa, seni Qiroah dan kaligrafi.
61
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), 26. 62 Mahmud, Model-Model Pembelajaran Di Pesantren, 49-50.
51 c. Sistem pelatihan Sistem ini ditekankan pada kemampuan psikomotorik, pada pelatihannya
mengembangkan
dan
menumbuhkan
kemampuan
praktis. Berbicara tentang metode, di dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan63. Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos” kata ini terdiri dari dua suku yaitu metha yang berarti melewati atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara, metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan64. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Metode takrar di Pondok Pesantren Darul Huda adalah suatu cara belajar yang dilaksanakan secara teratur untuk memudahkan belajar santri dalam mencapai tujuan yang ditentukan, di bawah bimbingan santri senior dan di bawah pengawasan ustadz ustadzah serta pengurus OSIS, dimana bentuk pelaksanaannya takrar berfariasi yakni dengan sistem diskusi, menghafal, mengerjakan tugas kelompok dan lain-lain.
63 64
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), 580-581. M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 61.
52 3. Jenis-jenis Takrar Adapun jenis takrar pada intinya sama dengan jenis belajar secara umum, yaitu: a) Belajar Menghafal Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli. Dalam menghafal ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat tersebut, menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia65. b) Belajar Teoritis Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang studi ilmiah66. c) Belajar Keseluruhan Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan, berulangulang sampai siswa menguasainya. Metode ini sering juga disebut metode Gestalt. 65 66
Syaful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, 28. Ibid., 30.
53 4. Tujuan Kegiatan Takrar Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan dibawa. Sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar, dalam kegiatan belajar tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Kegiatan belajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada siswa. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara siswa bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun tujuan adanya kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda adalah a. Untuk Membantu Kegiatan Belajar Di Sekolah Takrar menjadi forum belajar bersama untuk berdiskusi tentang materi-materi pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah. Sehingga hal ini dapat lebih mempercepat proses pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi-materi tersebut.
54 b. Untuk Menumbuhkan Suasana Belajar yang Teratur Pokok pangkal yang utama dari pada belajar yang baik ialah keteraturan atau serba teratur, pengetahuan mengenai cara belajar yang baik pada umumnya berupa prinsip-prinsip untuk belajar secara teratur. Jika seorang siswa ingin memperoleh hasil yang baik, maka ia harus secara teratur mengikuti pelajaran, membaca buku-buku pelajaran, menyimpan dan memelihara alat-alat perlengkapan untuk belajar secara teratur. Kalau sifat serba teratur ini telah menjadi kebiasaan siswa dalam perbuatan sehari-hari, maka sifat ini akan mempengaruhi jalan pikiran santri. c. Untuk Mendorong Terciptanya Kelompok-Kelompok Belajar yang Efisien Dengan terciptanya kelompok belajar diharapkan akan dapat berfungsi untuk mempercepat proses pemahaman dan penguasaan terhadap semua materi yang telah disajikan oleh guru sekolah. Disamping itu juga untuk memudahkan dalam pengawasan dan pengontrolan. d. Untuk
Meningkatkan
Kedisiplinan
Santri
dalam
Belajar
serta
Menciptakan Suasana Kekeluargaan Kegiatan takrar bertujuan meningkatkan kedisiplinan santri sekaligus menanamkan nuansa kekeluargaan yakni santri saling bertukar pikiran, saling bertanya dan memecahkan permasalahan belajar bersamasama.
55 BAB III KEGIATAN TAKRAR DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA MAYAK TONATAN PONOROGO
A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Jawa Timur pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sangat sederhana sekali yaitu sebagai tempat pendidikan yang mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam di bawah naungan atau bimbingan seorang guru atau kyai. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat dewasa ini, lembaga pesantren masih tetap bertahan dalam pendidikan salafiah dan modern, bahkan semakin eksis berkembang sedemikian rupa baik dari jumlah santrinya, tujuannya, maupun sistem pendidikan yang diselenggarakan. Pondok Pesantren Darul Huda merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan metode salafiah dan haditsah berdiri tahun 1968 di bawah asuhan KH. Hasyim Sholeh67. Metode salaf yang digunakan di Pondok
Pesantren
Darul
Huda
adalah
metode
sorogan,
wetonan
(bandongan), dan sekolah Diniyah Madrasah Miftahul Huda. Sedangkan metode modern yang dimaksudkan adalah adanya penyelenggaraan sekolah formal kurikulum Departemen Agama. Dengan metode tersebut santri pondok pesantren diharapkan dapat mempelajari ilmu agama secara utuh, 67
Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 01/D/10.II/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
55
56 dalam arti tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama seperti syariat, tauhid, dan tasawuf, tetapi juga mempelajari ilmu agama Islam yang bersifat umum, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan lain-lain dalam rangka “Tafakkaru Fi Khalg Allah”, sehingga dengan metode tersebut akan membentuk santri yang mempunyai jiwa keagamaan yang teguh serta dapat hidup secara fleksibel dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di zaman yang modern ini. Tantangan yang dihadapi pada waktu itu adalah kurangnya sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Selama 13 tahun KH. Hasyim Sholeh bekerja keras untuk mengatasi hambatan ini. Baru sekitar tahun 1980 upaya ini baru membuahkan hasil baik dari segi fisik, kualitas maupun kuantitas, pembangunan sarana fisik, atau kegiatan Pondok Pesantren Darul Huda, belajar mengajar maupun asrama santri, secara bertahap dapat ditingkatkan meskipun tetap disadari bahwa hasil yang telah dicapai masih jauh dari kesempurnaan68. Belajar dari pengalaman, banyak pondok pesantren yang telah masyhur tetapi kemudian tenggelam setelah pengurusnya meninggal. Maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup Pondok Pesantren Darul Huda sejak tahun 1983, sistem pengelolaan ahli waris pada Pondok Pesantren Darul Huda dihapus dan diganti dengan pengelolaan yayasan. Selanjutnya, kaderisasi mendidik kader-kader sekaligus memperpanjang amal jariyah para dermawan di Pondok Pesantren Darul Huda.
68
Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 02/D/10.III/2008 dalam lampiran laporan penelitian ini.
57 Untuk menjawab tantangan dan tuntutan zaman serta terdorong untuk berperan aktif melaksanakan program pemerintah dalam membangun manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Pondok Pesantren Darul Huda mendirikan Madrasah Salafiah Diniyah Miftahul-Huda dengan jenjang sekolah persiapan selama satu tahun, Ibtidaiyah selama enam tahun, Tsanawiyah selama tiga tahun dan Madrasah Aliyah selama tiga tahun. Kemudian karena adanya beberapa faktor yang memungkinkan untuk menarik minat dari santri, maka sekitar tahun 2001 sistem pendidikan di Madrasah Miftahul Huda diubah dengan jenjang pendidikan selama enam tahun. Hal ini dimaksudkan untuk santri yang memulai pendidikan di Pondok Pesantren Darul Huda, sejak dari Madrasah Tsanawiyah, yang kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Darul Huda juga selesai sekolah Madrasah Miftahul Huda. 2. Visi, Misi dan Tujuan Bagi setiap lembaga pastilah mempunyai visi, misi dan tujuan untuk mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut. Adapun visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Darul Huda adalah sebagai berikut : Visi Pondok Pesantren Darul Huda adalah berilmu, beramal dan bertaqwa serta dilandasi dengan akhlaqul karimah. Sedangkan misinya adalah menumbuhkan budaya ilmu, amal dan taqwa serta akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya kepada masyarakat69.
69
ini.
Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 03/D/10.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
58 Adapun dasar Pondok Pesantren Darul Huda menganut sistem salafiyah haditsah, sebagaimana semboyan Pondok Pesantren Darul Huda
“melestarikan barang yang kuno yang baik dan mengambil barang baru yang lebih baik.” Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Darul Huda adalah mencetak santri muslim yang diap mengabdi pada agama, nusa dan bangsa sesuai dengan visi, PP Darul Huda. 3. Letak Geografis Dari hasil observasi70 pada tanggal 24 Februari 2008 lokasi Pondok Pesantren Darul Huda secara geografis terletak di Kota Ponorogo, tepatnya di jalan Ir. H. Juanda Gang VI nomor 38 Dusun Mayak, Kelurahan Tonatan, Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur. Lokasi Pondok Pesantren Darul Huda merupakan lokasi yang strategis yang terletak di jantung Kota Ponorogo batas-batas wilayah lokasi tersebut adalah :
70
Sebelah Utara
:
Kelurahan Ronowijayan
Sebelah Selatan
:
Kantor Dep. Agama Kab. Ponorogo
Sebelah Timur
:
Jl. Soeprapto
Sebelah Barat
:
Jl. Ir. H. Juanda Gang VI
Lihat Transkrip Observasi Nomor 01/D/24.II/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
59 4. Struktur Organisasi Dalam sebuah lembaga untuk mencapai suatu tujuan perlu adanya organisasi. Penyusunan struktur organisasi ini bertujuan untuk memudahkan sistem kerja dan kewenangan masing-masing. Karena suatu organisasi tanpa adanya Job Discription akan mengakibatkan kerancauan kerja. Mengenai struktur organisasi di Pondok Pesantren Darul Huda meliputi Madrasah Tsanawiyah Darul Huda, Madrasah Aliyah Darul Huda, Madrasah Diniyah Miftahul Huda, Pondok Pesantren Darul Huda Putra dan Pondok Pesantren Darul Huda Putri. Sebagai penanggung jawabnya adalah yayasan Pondok Pesantren Darul Huda. Adapun pengurus yayasan Pondok Pesantren Darul Huda secara garis besar sebagai berikut : Ketua
:
KH. Abdus Sami’ Hasyim
Sekretaris
:
H. Ansor Asfihani, BA
Bendahara
:
H. Gatot Sudarto
Bagian Pendidikan
:
Drs. H. Syamsul Arifin, AR.
Bagian Sarana dan Prasarana
:
Ir. Muhammad Hermanto
Bagian Dakwah
:
Drs. H. A. Chalig Ridwan
Bagian Kesejahteraan Masjid
:
Sayidi
Bagian Wakaf
:
H. Supandi
Untuk lebih jelas dan terperincinya susunan kepengurusan dapat dilihat dalam lampiran.
60 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Pada masing-masing lembaga pendidikan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran akan dapat mencapai tujuannya apabila sarana dan prasarananya mendukung. Adapun sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda ialah71 asrama putra, asrama putri, ruang belajar, ruang pimpinan/kyai, ruang guru/ustadz, ruang kantor administrasi, masjid atau mushola, perpustakaan, aula, klinik, koperasi, kantin, ruang tata usaha, wartel, dapur umum, kamar mandi atau WC santri. Lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
71
NO
BANGUNAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Asrama Putra Asrama Putri Ruang Belajar Ruang Pimpinan/Kyai Ruang Guru/Ustadz Ruang Kantor Administrasi Masjid/Mushola Perpustakaan Aula Klinik Koperasi Kantin Ruang Tata Usaha Kamar Mandi/WC Ustadz Kamar Mandi/WC Santri Dapur Umum Wartel
JUMLAH 2 2 24 1 3 5 1 2 1 1 3 2 1 7 189 1 2
Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 04/D/25.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
61 6. Elemen-Elemen dalam Pesantren Sebagaimana pondok-pondok yang lainnya di Pondok Pesantren Darul Huda juga memiliki beberapa elemen pokok di dalamnya yaitu : a. Kyai Kyai di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak adalah pemimpin atau pengasuh dari Pondok Pesantren Darul Huda. Beliau juga sebagai ketua yayasan Darul Huda karena beliau sebagai pimpinan tertinggi, maka setiap bagian yang ada di pondok harus melaporkan pertanggung jawaban setiap kegiatan yang dilakukan mulai dari lembaga Madrasah, hingga pengurus santri (putra-putri). Di Pondok Pesantren Darul Huda, sejak awal berdirinya sampai saat sekarang sudah mengalami pergantian kepemimpinan yakni mengalami satu kali pergantian, kyai pertama sebagai pendiri Pondok Pesantren Darul Huda, dan kyai kedua sebagai pemimpin pondok pesantren hingga saat sekarang. Kyai yang pertama sebagai pendiri Pondok Pesantren Darul Huda adalah Al Maghfurllah KH. Hasyim Sholeh. Beliau adalah putra Ponorogo asli, tepatnya di Dusun Mayak. KH. Hasyim Sholeh memimpin Pondok Pesantren Darul Huda sejak awal beliau mendirikan Madrasah pada tahun 1968 sampai tahun 2003 ketika beliau wafat. Setelah
KH.
Hasyim
Sholeh
meninggal
dunia,
maka
kepemimpinan pondok dialihkan kepada putra pertama beliau yaitu KH. Agus Abdus Sami’ pada tahun 2003 hingga sekarang.
62 b. Santri 1. Keadaan Santri Pondok Pesantren Darul Huda Di pondok pesantren ada dua jenis santri, yaitu santri mukim dan santri tidak mukim. Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dari lokasi pondok dan mukim di dalam pondok. Dan daerah asli santri Darul Huda bermacam-macam, ada yang berasal dari dalam daerah Ponorogo, maupun daerah luar Ponorogo, dan ada juga yang berasal dari luar Jawa, seperti Sumatra, Jambi, Riau, Kalimantan dan lain-lain. Awal mula berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda santri yang mukim hanya santri putra, sedangkan santri putri pulang kerumah setelah selesai mengikuti kegiatan. Namun mulai tahun 1983 setelah dibangunnya asrama putri, saat itulah ada beberapa santri putri yang mukim. Adapun jenis santri yang kedua adalah santri kalong disebut demikian karena para santri datang ke pondok hanya untuk mengikuti kegiatan belajar saja, dan setelah kegiatan belajar selesai santri pulang ke rumahnya masing-masing72. 2. Kegiatan Santri Kegiatan santri di Pondok Pesantren Darul Huda antara santri mukim dan santri kalong jauh berbeda, yakni untuk santri yang tidak mukim, santri tersebut tidak mengikuti seluruh rangkaian 72
ini.
Lihat Transkrip Observasi Nomor 02/D/25.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
63 kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda namun hanya mengikuti pelajaran ketika sekolah saja. Hal ini berbeda dengan santri yang mukim, dimana untuk santri yang mukim sangat banyak sekali kegiatan, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Adapun jadwal kegiatan santri terbagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya kegiatan harian, mingguan, bulanan73, tahunan74. Adapun jadwal sebagaimana terlampir. c. Masjid Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, keberadaan masjid menjadi sarana yang wajib dimiliki begitupun di sebuah lembaga pesantren, karena biasanya berdirinya sebuah lembaga pendidikan pesantren diambil dari pembelajaran di sebuah masjid, begitu juga di Pondok Pesantren Darul Huda sebelum adanya gedung Madrasah para santri mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid. Masjid di Pondok Pesantren Darul Huda tidak hanya sebagai tempat ibadah sholat jamaah saja akan tetapi juga digunakan tempat untuk kegiatan Dibaiyah, Muhadloroh75, dan terkadang dijadikan sebagai aula tempat pertemuan bagi seluruh santri serta sebagai tempat belajar santri. d. Asrama/Pondok Sebagaimana pondok pesantren pada umumnya di Pondok Pesantren Darul Huda juga terdapat asrama tempat tinggal santri, awal 73
Lihat Transkrip Observasi Nomor 03/D/14.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini. 74
Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor 05/D/18.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 75 Lihat Transkrip Observasi Nomor 04/D/27.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
64 mulanya Pondok Pesantren Darul Huda berdiri, Pondok Pesantren Darul Huda hanya sebuah bangunan sederhana berdindingkan kayu, namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman asrama tempat tinggal santri sudah banyak mengalami kemajuan. e. Ruang Kelas Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda, santri Darul Huda dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar berada di masjid dan di teras rumah penduduk. Pada saat sekarang sudah banyak tersedia ruangan yang dijadikan sebagai ruang belajar. Sehingga, proses belajar mengajar yang dulu digabung antara santri putra dan santri putri, saat ini sudah terpisah dan menempati ruang kelasnya masing-masing.
B. Data Khusus 1. Data tentang latar belakang kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Pondok Pesantren Darul Huda adalah salah satu pondok pesantren yang ada di kota Ponorogo yang menggunakan metode salafiyah hadisah dengan semboyan
“melestarikan metode lama yang baik dan mengambil metode yang baru yang lebih baik”. Yayasan Pondok Pesantren Darul Huda menyelenggarakan kegiatan penuh dimulai dengan sholat subuh sampai malam hari dan sampai subuh
65 lagi. Menurut ibu nyai Hj. Muawanah Muhdi76 bahwasanya untuk kegiatan siang hari diselenggarakan pendidikan formal yakni : Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA), dan untuk sore hari menyelenggarakan pendidikan Madrasah Diniyah Miftahul Huda dan untuk malam hari dibuat sorogan dan takrar (belajar wajib). Untuk mengetahui data tentang latar belakang kegiatan takrar peneliti mengadakan wawancara dengan ibu nyai Hj. Muawanah Muhdi beliau mengatakan bahwa awal mula berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda hanya ada pendidikan formal sekolah sore atau Madrasah Miftahul Huda yang mempelajari Al Qur’an dan kitab-kitab kuning. Baru pada tanggal 29 September 1989 berdirilah Madrasah Aliyah Darul Huda yang berdiri di bawah pembinaan Departemen Agama yang memiliki kurikulum sama dengan Madrasah Aliyah Negeri. Perbedaannya hanya dari statusnya kemudian mengenai latar belakang kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda adalah setiap lembaga pendidikan pasti menginginkan peserta didik berhasil dalam pendidikannya. Setelah berdiri Madrasah Aliyah mulailah adanya kegiatan belajar wajib awalnya kegiatan ini tidak wajib dilaksanakan di kelas masng-masing, namun untuk melatih disiplin santri maka kegiatan ini dilaksanakan di dalam kelas masing-masing. Diungkapkan juga oleh ibu nyai Hj. Muawanah bahwa77: lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darul Huda mengharapkan santri untuk
76 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 26/20-W/F-1/3-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 77 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 27/20-W/F-1/5-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
66 menjadi manusia muslim yang berilmu, beramal, dan bertaqwa, serta berahlaqul karimah. Juga diharapkan santrinya untuk mampu mengadakan hubungan sosial yang baik, baik di lingkungan pondok, pesantren ataupun di lingkungan masyarakat nantinya. Maka berangkat dari hal di atas, kegiatan takrar diadakan di Pondok Pesantren Darul Huda. Dan kegiatan takrar adalah ciri khas Pondok Pesantren Darul Huda. 2. Data pelaksanaan kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Yayasan Pondok Pesantren Darul Huda menyelenggarakan kegiatan penuh, mulai dari sesudah subuh, sampai malam hari hingga sampai subuh lagi. Untuk siang hari diselenggarakan pendidikan formal, seperti Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) dan untuk sore hari menyelenggarakan pendidikan Madrasah Diniyah Miftahul Huda. Sedangkan untuk malam hari dibuat kegiatan sorogan dan takrar (belajar wajib). Untuk mencapai suatu perkembangan dan hasil pendidikan yang berkualitas, metode yang digunakan antara satu lembaga pendidikan tidaklah sama, sebagai halnya di Pondok Pesantren Darul Huda menerapkan kegiatan belajar wajib yaitu program kegiatan takrar. Adapun mengenai pelaksanaan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda dilaksanakan di kelas sekolah pagi masing-masing, dan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda wajib diikuti oleh seluruh santri Madrasah Tsanawiyah dan santri Madrasah Aliyah. Hal ini sesuai dengan apa
67 yang diungkapkan oleh ustadzh Herin Fitrimarlinda selaku ketua dua Pondok Pesantren Darul Huda bahwa Pelaksanaan kegiatan takrar/belajar wajib di Pondok Pesantren Darul Huda dilaksanakan di kelas sekolah pagi masing-masing yang mana kegiatan takrar/belajar wajib, wajib diikuti oleh seluruh santri MTS dan MA78. Hal serupa juga diungkapkan oleh ustadzh Ulul Muslimati selaku koordinator pendidikan pondok pesantren bahwa : Pelaksanaan kegiatan takrar dimulai setelah seluruh santri mengikuti jamaah sholat ‘isak yaitu dimulai pukul 20.30 sampai 22.00 berada di Gedung madrasah putri dibawah kontrol pengurus osis serta pengurus kelas dan pengurus pondok mengaktifkan pemberangkatan santri menuju ke madrasah79. Mengenai bentuk pelaksanaan kegiatan takrar di pondok pesantren Darul Huda yaitu santri menggunakan waktu yang ada dengan
belajar
bersama, berdiskusi, mengerjakan PR, menghafal pelajaran, mengulangngulang pelajaran yang telah diberikan oleh Dewan ustadz atau ustadzah. Hal ini diungkapkan oleh sdri Rifai Rifqi Badri Sarifah siswi kelas XI IPS bahwa: Bentuk pelaksanaan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda sangat beragam diantaranya santri belajar bersama secara berkelompok, mengerjakan PR, menghafal dan mengulang-ulang pelajaran yang telah diberikan oleh Dewan Ustad dan ustadzh80.
78
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/3-W/F-2/26-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 79 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 04/4-W/F-2/27-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 80 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/5-W/F-2/27-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
68 Hal serupa diungkapkan oleh sdri Isrowiyah siswi kelas XI S1 bahwa : Pelaksanaan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda merupakan cara supaya santri mau mengulang pelajaran-pelajaran yang telah diberikan oleh ustd dan ustdzh dan santri menggunakan waktu takrar untuk mengerjakan PR dan juga tugas-tugas makalah kelompok81. Untuk mengaktifkan serta mendisiplinkan santri dalam menjalankan kegiatan takrar dari pihak pengurus OSIS mengadakan pengabsenan pada masing-masing kelas, dimana pengabsenan ini bertujuan supaya dari pengurus mengetahui siapa yang tidak mengikuti/yang absen mengikuti kegiatan takrar dan akan ditindak lanjuti. Hal ini diungkapkan oleh Ria Zainurrohmah selaku ketua OSIS putri Pondok Pesantren Darul Huda bahwa Dalam pelaksanaan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda tetap ada pengabsenan dari pihak OSIS, yang mana pengabsenan bertujuan untuk mendisiplinkan santri dalam mengikuti kegiatan takrar serta untuk mengetahui siapa yang absen dalam kegiatan takrar82. Pelaksanaan kegiatan takrar benar-benar dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Huda yaitu setelah semua santri selesai mengikuti sholat jamaah isyak, setelah selesai sholat jamaah isyak semua santri berbondongbondong menuju ke kamar masing-masing untuk mengambil buku pelajaran sekolah pagi dan setelah itu berbondong-bondong menuju ke Madrasah untuk mengikuti kegiatan takrar dimulai pukul 20.30-22.00. Dimulai dengan
81 Lihat Trannskrip Wawancara Nomer 15/14-W/F-2/01-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 82 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 12/11-W/F-2/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
69 membaca sholawat nariyah dan diakhiri dengan membaca doa kafaratul majlis83. Kemudian bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan takrar maka santri tersebut mendapat hukuman (takziran) dari pengurus OSIS, hukumannya yakni santri disuruh membuat karya ilmiah dan membayar denda sebesar 1000 rupiah. Hal ini bertujuan supaya santri jera dan mau disiplin dalam mengikuti kegiatan takrar. Hal ini diungkapkan oleh sdri Rifai Rifqi Badri Sarifah sebagai ketua II organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) bahwa : Untuk santri Pondok Pesantren Darul Huda yang tidak mengikuti kegiatan takrar dan tidak memberi surat izin (alfa) maka dari pengurus OSIS memberi hukuman (takziran) berupa membayar denda 1000 rupiah dan membuat karya ilmiah84. Adapun yang mengontrol perjalanan pelaksanaan kegiatan takrar adalah dari pengurus OSIS, sedang pengurus pendidikan hanya mengaktifkan serta mengontrol pemberangkatannya saja. Hal ini diungkapkan oleh sdri Erna Pulantri sebagai anggota pengurus bidang pendidikan pondok bahwa Pengontrol pelaksanan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda sepenuhnya dari pengurus OSIS, sedangkan pengurus bidang pendidikan pondok hanya mengaktifkan pemberangkatannya saja85.
83
Lihat Transkrip Observasi Nomor 05/O/F-2/25-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 84 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/5-W/F-2/27-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 85 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 08 /7-W/F-2/29-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
70 Hal serupa diungkapkan oleh sdri Rifai Rifqi Badri Sarifah bahwa : Pengurus osis mengadakan pengabsenan sekaligus mengontrol serta mengaktifkan pemberangkatan santri dan untuk Dewan ustad dan ustadzh tidak ikut mengontrol pelaksanaan kegiatan takrar secara rutin, Dewan ustad dan ustadzh ikut mengontrol ketika menjelang ujian saja86. Kegiatan takrar merupakan kegiatan pengulangan pelajaran oleh santri diluar jam sekolah yang dilaksanakan setiap malam kecuali malam jumat dilaksanakan setelah sholat isyak berjamaah. Berdasarkan wawancara dengan ustad Nursikhin bahwasannya87 pelaksanaan kegiatan takrar dilaksanakan secara bervariasi yaitu : a. Kegiatan tutorial Yang dimaksud dengan
tutorial adalah mata pelajaran yang
dianggap sulit atau belum dikuasai diulang pada waktu takrar, dengan cara salah satu siswa yang menguasai materi belajar menerangkan didepan kelas layaknya seorang guru. Kegiatan ini diharapkan dapat mengejar ketertinggalan santri dalam pelajaran, santri akan lebih mudah paham jika sering mengulang pelajaran atau lebih banyak belajar dalam arti belajar diluar jam jam sekolah. b. Kegiatan belajar kelompok Maksudnya
adalah
jika
suatu
waktu
dijumpai
adanya
permasalahan dalam pelajaran maka santri membentuk kelompok-
86 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/5-W/F-2/27-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 87 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 25/9-W/F-2/27-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
71 kelompok kecil kemudian berdiskusi tentang
hal yang terait dengan
masalah pelajaran, terkadang belajar dengan
berkelompok digunakan
untuk mengerjakan tugas pembuatan makalah kelompok. Hal ini dimaksudkan agar santri dalam jiwanya tertanam sebuah kebersamaan dan kekeluargaan serta saling membutuhkan. c. Kegiatan hafalan Maksudnya adalah kegiatan takrar terkadang dijadikan santri untuk menghafal pelajaran, hafalan dimaksudkan supaya pelajaran yang telah diajarkan dapat dengan mudah diserap dan tidak mudah hilang dari ingatan. Adapun materi yang dihafalkan adalah dalam matapelajaran AlQur’an hadits yang terkait dengan ayat dan hadits dan juga pelajaran umum yakni dalam hal rumus-rumus fisika dan matematika untuk hafalan Al-Qur’an hadits disetorkan kepada guru fannya dan untuk rumus-rumus tidak. 3. Data tentang faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Dalam sebuah lembaga pendidikan, sebuah kegiatan kadang-kadang dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan terkadang tidak sedikit kegiatan yang menghambat karena berbagai macam hal disini penulis akan paparkan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda berdasarkan hasil wawancara penulis dengan berbagai pihak.
72 Sebagai faktor pendukung kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda adalah semangat belajar santri maksudnya adalah didalam belajar para santri memiliki semangat yang besar, semangat yang besar yang dimiliki para santri tidaklah tumbuh dengan sendirinya namun perlu adanya dorongan dari pihak pengurus dan butuh penyemangat dari berbagai pihak. Hal ini diungkapkan oleh ustadzah Herin Fitri Marlinda bahwa : Faktor pendukung kegiatan takrar di PP. Darul Huda adalah adanya semangat belajar santri, yakni semangat belajar santri di PP. Darul Huda sangat besar, namun demikian semangat santri tersebut tidaklah tumbuh dengan sendirinya, akan tetapi butuh yang namanya penyemangat dan pendorong dari berbagai pihak, terutama pengurus pondok88. Hal serupa diungkapkan oleh Alfi Uswatun Hasanah kelas XII IPS bahwa : Semangat belajar merupakan faktor pendukung kegiatan takrar di PP. Darul Huda, semangat belajar harus dimiliki oleh seluruh santri, jika semangat belajar tidak ada, maka kegiatan takrar di PP. Darul Huda tidak akan maju seperti saat sekarang89. Hal serupa diungkapkan oleh Deni Nasihah siswi kelas XI S1 bahwa : Faktor pendukung kegiatan takrar adalah munculnya semangat belajar santri, akan tetapi semangat belajar santri tidak tumbuh semata-mata tumbuh dengan sendirinya santri butuh diberi penyemangat supaya rasa semangat belajar itu tetap terpatri didalam jiwa para santri90. Sebagai faktor pendukung yang lain adalah motivasi belajar, motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh para santri, tanpa adanya motivasi sangat mungkin kegiatan takrar tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Adanya 88
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 06/3-W/F-2/28-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 89 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/10-W/F-3/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 90 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 09/8-W/F-3/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
73 dorongan/motivasi dari pengurus pondok pesantren maka kegaiatn takrar dapat berjalan dengan lancar. Hal ini diungkapkan oleh ustadzah Nursikhin sebagai Ketua Satu PP. Darul Huda Putri bahwa : Motivasi juga sebagai pendukung terlaksananya kegaitan takrar dimana motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri santri sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, dan motivasi ekstrinsik yakni hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga menjadi pendorong untuk melakukan kegaitan takrar atau belajar, peraturan, tata tertib merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong santri untuk belajar. Dengan adanya motivasi darei berbagai pihak baik motivasi yang berasal dari sendiri atau dari orang lain hal ini sangat menjadi pendukung terlaksananya kegiatan takrar dengan lancar91. Ustadzh Nursikhin juga mengungkapkan bahwa : Dengan adanya kegiatan takrar di PP Darul Huda sangat membantu santri di dalam memahami pelajaran-pelajaran yang telah diperolah, santri bisa bertanya pada teman yang lain atau pada santri senior ketika santri mengalami kesulitan-kesulitan, santri juga dapat mengerjakan PR secara bersama-sama, mengerjakan tugas-tugas makalah dan memecahkan permasalahan bersama. Hal ini merupakan faktor pendukung terlaksananya kegiatan takrar92. Jadi berdasarkan hasil wawancara dengan
ustadzh Nursikhin,
kegiatan takrar adalah salah satu cara supaya santri bisa saling bertukar pikiran, memecahkan permasalahan yang terkait dengan pelajaran secara bersama, serta mengerjakan tugas-tugas yang ada secara bersama pula, dimana hal ini merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan takrar.
91 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 10/9-W/F-3/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 92 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 10/9-W/F-3/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
74 Adapun mengenai faktor penghambat kegiatan takrar di PP Darul Huda berdasarkan data yang peneliti peroleh yakni faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani santri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada diluar santri. Faktor internal sebagai penghambat kegiatan takrar santri yang berasal dari jasmani santri yakni santri merasa kecapekan karena di PP Darul Huda begitu padatnya kegiatan yang ada. Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi lingkungan belajar yakni santri belajar berada di kelas sekolah pagi masing-masing jadi santri merasa bosan karena lingkungan belajar yang sama. Hal ini diungkapkan oleh sdri Alfi Uswatun Hasanah siswi kelas XII IPS bahwa : Faktor penghambat kegiatan takrar adalah berasal dari santri itu sendiri misalnya santri merasa capek karena begitu padatnya kegiatan pondok, dan faktor eksternal yakni faktor dari luar santri yaitu kondisi lingkungan belajar takrar dilaksanakan di kelas. Sekolah pagi masingmasing jadi santri merasa bosan dengan kondisi yang ada pemandangannya itu-itu saja93. Hal serupa diungkapkan oleh ustadzh Binti Rosyidah selaku lurah PPP Darul Huda bahwa : Faktor penghambat kegiatan takrar adalah santri malas dan capek karena begitu padatnya kegiatan pondok dan takrar dilaksanakan setelah santri seharian penuh melaksanakan kegiatan, jadi ketika kegiatan takrar berlangsung santri ada yang tidur karena kondisi tubuh yang kecapekan94.
93 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 11/10-W/F-3/30-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 94 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 13/12-W/F-3/31-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
75 Hal lain diungkapkan oleh sdri Rifai Rifqi siswi kelas IX IPS MA bahwa Faktor penghambat kegiatan takrar adalah tidak adanya kontrol dari pihak ustadz dan ustadzah secara langsung yang akhirnya ketika ada permasalahan belajar yang tidak terpecahkan atau terselesaikan tidak ada ustadz dan ustadzah yang dimintai keterangan atau pendapat sehingga memunculkan rasa malas pada diri santri95. Hal serupa diungkapkan oleh sdri Ria Zainurrohmah selaku ketua OSIS Pondok Pesantren Darul Huda putri bahwa Tidak adanya kontrol dari Dewan ustadz dan ustadzah dalam pelaksanaan takrar menjadi penghambat terlaksananya kegiatan takrar sebab ketika santri ingin bertanya mengenai permasalahan yang muncul ketika belajar tidak ada pihak yang dimintai jawaban mengenai permasalahan yang ada96. Berdasarkan hasil wawancara di atas sebagai faktor penghambat kegiatan takrar adalah faktor internal dan faktor eksternal yakni kondisi santri dan kondisi lingkungan serta tidak adanya kontrol dari Dewan ustadz dan ustadzah. 4. Data mengenai makna kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo Kegiatan takrar di Pondok Pesantren darul Huda merupakan salah satu dari bentuk kegiatan rutin yang wajib diikuti oleh seluruh santri. Melihat banyaknya kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda yang wajib diikuti oleh seluruh santri selain kegiatan takrar (belajar wajib) tidak menutup kemungkinan santri merasa terbebani oleh adanya kegiatan-kegiatan 95
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 20/5-W/F-3/03-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 96
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 19/11-W/F-3/02-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
76 tersebut, oleh sebab itu untuk mengetahui data mengenai makna takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda peneliti mengadakan wawancara dengan berbagai sumber dalam hal ini santri Pondok Pesantren Darul Huda serta alumni santri Darul Huda. Makna kegiatan takrar merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diambil hikmah, manfaat ataupun juga madlorotnya. Menurut sdri Alfi Uswatun Hasanah siswi kelas XII IPS bahwa adanya kegiatan takrar atau wajib belajar di Pondok Pesantren Darul Huda sangat menunjang belajar santri, santri dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan disiplin. Kegiatan takrar atau belajar wajib banyak sekali manfaatnya diantaranya yaitu terciptanya
suatu
kebersamaan
dan
kekeluargaan
sebab
dalam
pelaksanaannya kegiatan takrar para santri menggunakan bermacam-macam variasi belajar, yakni santri membuat kelompok-kelompok kecil untuk membahas materi-materi pelajaran yang dianggap sulit. Dari cara-cara belajar semacam ini mengandung makna yang positif yaitu santri akan mengetahui bagaimana memecahkan suatu problem dan bagaimana menghadapi adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Hal di atas diungkapkan oleh sdri Alfi Uswatun Hasanah siswi kelas XIII Madrasah Aliyah Darul Huda bahwa :
77 Makna kegiatan takrar merupakan kegiatan yang mengandung manfaat yang banyak dimana kegiatan takrar sebagai sarana bagaimana santri dapat bersungguh-sungguh dalam belajar, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam membahas materi yang dianggap sulit maka ada manfaat yang dapat dipetik yakni santri akan mengetahui bagaimana cara memecahkan suatu problem dan bagaimana kita bisa menerima adanya perbedaan pendapat97. Hal serupa diungkapkan oleh ustadzh Siti Alfiah alumni santri Pondok Pesantren Darul Huda bahwa Dalam memaknai makna takrar lebih cenderung kearah manfaat adanya kegiatan tersebut yakni ketika santri mengalami kesulitankesulitan dalam pelajaran, dalam kegiatan inilah santri dapat bertukar pikiran, bertanya pada teman serta memecahkan masalah secara bersama, dan adanya kegiatan inipun menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara santri dengan santri98. Namun demikian, ada beberapa santri yang merasakan bahwa kegiatan takrar atau belajar wajib kurang dirasakan adanya manfaat, sebab ada beberapa santri yang lebih suka belajar di atas jam 24.00 malam sehingga ketika takrar atau belajar mereka gunakan untuk tidur. Hal ini diungkapkan oleh sdri Suryani siswi kelas XI SI bahwa Kegiatan takrar santri dapat mengambil makna atau manfaat yang baik itu tergantung dari santri itu sendiri apakah santri dapat menggunakan waktu yang ada untuk belajar atau tidak sebab saya melihat sebagian santri lebih suka belajar di atas jam 24.00 malam sehingga pada jam-jam belajar wajib, santri menggunakan waktunya untuk tidur99. Dari hasil wawancara dengan berbagai sumber bahwasanya adanya kegiatan takrar sangat membantu santri dalam belajar, sebagian besar santri
97
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 21/10-W/F-4/03-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 98 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 17/15-W/F-4/02-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 99 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 23/19-W/F-4/04-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
78 merasakan adanya manfaat yang positif, sebab dengan kegiatan takrar santri mau mengulang-ulang pelajaran. Mempersiapkan materi pelajaran hari berikutnya dan mengerjakan PR bersama teman satu kelas, kegiatan takrar menjadikan santri mau membuka pelajaran yang telah diajarkan meskipun hanya sekedar membaca pelajaran tersebut. Hal ini diungkapkan oleh sdri Binti Hamidiyah siswi kelas X Madrasah Aliyah Darul Huda bahwa Sebagian besar santri dapat merasakan manfaat adanya kegiatan takrar terbukti, sebagian besar santri mau membuka dan mengulangulang pelajaran, mau berdiskusi dengan teman yang lain dalam mengerjakan PR, dan mempersiapkan materi pelajaran hari berikutnya. Hanya sebagian kecil santri saja yang ketika takrar tidak mau belajar100. Hal serupa diungkapkan oleh sdri Asnaminatul Afifah siswi kelas X Madrasah Aliyah Darul Huda sekaligus sebagai alumni Madrasah Tsanawiyah Darul Huda tahun 2007 bahwa : Kegiatan takrar sudah pasti ada manfaatnya sebab jika tidak ada kegiatan takrar santri tidak memiliki waktu khusus untuk belajar sehingga santri semaunya sendiri dengan adanya kegiatan takrar inilah santri menemukan manfaat-manfaat yang baik, diantaranya antara santri yang satu dengan santri yang lainnya akan terbentuk rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang utuh saling menolong dan membantu dengan belajar berkelompok, berdiskusi bersama dan lain sebagainya101. Di lembaga Pondok Pesantren Darul Huda sering mendapatkan juara atau prestasi baik itu prestasi akademik ataupun non-akademik. Kegiatan
100 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 18/16-W/F-4/02-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 101 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 14/13-W/F-4/03-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
79 takrar inilah salah satu kegiatan santri yang mendorong semangat santri untuk berprestasi. Hal ini diungkapkan oleh sdri Nurul Umami siswi kelas X Madrasah Aliyah Darul Huda bahwa Kegiatan takrar sangat bermanfaat bagi santri terbukti adanya kegiatan takrar banyak prestasi akademik yang diperoleh oleh santri ataupun oleh lembaga Pondok Pesantren Darul Huda102. Dalam sebuah kehidupan manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain sudah pasti saling membutuhkan, begitu juga santri di Pondok Pesantren Darul Huda. Santri di Pondok Pesantren Darul Huda membutuhkan yang namanya kebersamaan membutuhkan orang lain untuk berteman, dimintai pendapat ataupun juga untuk bertukar pikiran, kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda dapat membantu santri dalam menciptakan sebuah lingkungan yang penuh dengan nuansa kebersamaan dan kekeluargaan membantu santri untuk menyadari bahwa manusia tidak dapat berjalan sendiri tanpa orang lain. Hal ini diungkapkan oleh ustadzh Nursikhin sebagai alumni Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Darul Huda yang sekarang mengajar di Pondok Pesantren Darul Huda bahwasanya : Kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda sangat membantu santri untuk menyadari bahwa seseorang tidak dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan orang lain dengan kegitan takrar dapat membantu santri dalam menciptakan sebuah lingkungan yang penuh dengan nuansa kebersamaan dan kekeluargaan, hal ini merupakan manfaat yang dapat dipetik oleh santri dari kegiatan takrar103. 102 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 22/18-W/F-4/04-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 103 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 24/9-W/F-4/04-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
80 Hal serupa diungkapkan oleh ustadzah Herin Fitrimarlinda bahwa Dengan kegiatan takrar santri akan terbiasa dengan sebuah lingkungan yang penuh dengan kebersamaan dan kekeluargaan dan juga menciptakan kedisiplinan santri dalam menjalani berbagai macam kegiatan di Pondok Pesantren Darul Huda104. Kegiatan takrar lebih banyak manfaatnya daripada madlorotnya dilihat dari berbagai sumber di atas. Adapun manfaat kegiatan takrar adalah santri bisa berdiskusi bersama, tau bagaimana cara memecahkan masalah, dapat menerima adanya perbedaan-perbedaan pendapat antara santri yang satu dengan satri yang lainnya, terbentuknya kekeluargaan atau ukhuwwah Islamiyah antara santri yang satu dengan santri yang lainnya.
104
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 26/3-W/F-4/05-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
81 BAB IV MAKNA KEGIATAN TAKRAR BAGI SANTRI
C. Analisis Latar Belakang Kegiatan Takrar bagi santri di PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Dari deskripsi data yang peneliti peroleh bahwasannya Pondok Pesantren Darul Huda menyelenggarakan pendidikan formal yaitu MA, MTS dan madrasah Miftahul Huda dan menyelenggarakan berbagai macam jenis kegiatan salah satunya adalah kegiatan takrar (belajar wajib). Yang mana kegiatan takrar dilaksanakan setiap malam selain malam Jumat. Lembaga PP. Darul Huda menginginkan dan mengharapkan santrinya dapat mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut yaitu mengharapkan santri untuk menjadi manusia muslim yang berilmu beramal dan bertaqwa serta berahlakul karimah serta mampu untuk menjalin hubungan sosial yang baik antara santri yang satu dengan
santri yang lainnya di lingkungan pondok ataupun di
lingkungan masyarakat nantinya. Maka kegiatan takrar merupakan salah satu bentuk atau cara untuk membiasakan santri dalam bergaul dan bersosial dengan teman, terbiasa bekerjasama di dalam memecahkan masalah, problem dalam belajar ataupun diluar kegiatan belajar. Dari latar belakang lembaga Pondok Pesantren Darul Huda yang mengharapkan santrinya menjadi muslim yang berilmu, beramal dan bertaqwa serta berahlaqul karimah serta terjalinnya ukhuwwah islamiyah sesama santri. 81
82 Maka kegiatan takrar dipandang cocok bagi santri untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang diharapkan oleh PP. Darul Huda. Kegiatan takrar di PP. Darul Huda diharapkan mampu untuk meningkatkan mutu pendidikan santri dan meningkatkan ukhuwwah yang baik di lingkungan pondok dan di lingkungan masyarakat. Kegiatan takrar belum dapat dikatakan 100% berjalan dengan baik, dan masih mengalami hambatan-hambatan yang itu semua tidak dapat dihindari akan tetapi dapat diminimalisir hambatan-hambatan tersebut.
D. Analisis tentang Pelaksanaan Kegiatan Takrar bagi Santri di PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Pelaksanaan kegiatan takrar di Pondok Pesantren Darul Huda dilaksanakan setiap malam kecuali malam Jumat setelah selesai sholat jamaah Isyak dimulai pukul 20.30 – 22.00 WIB di gedung madrasah Putri di bawah kontrol seluruh pengurus Osis. Pelaksanaan kegiatan takrar dilaksanakan secara bervariasi diantaranya adalah hafalan, hafalan dimaksudkan supaya pelajaran yang telah diajarkan dapat dengan mudah diserap, adapun materi pelajaran yang dihafalkan adalah AlQur’an Hadits yaitu ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-hadits dan menghafalkan rumusrumus Fisika Matematika dan Kimia. Menghafal merupakan suatu aktifitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah sesuai materi yang asli.
83 Didalam menghafal ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan pengertian, perhatian dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia105. Supaya syarat di atas dapat terwujud dalam pelaksanaan hafalan santri wajib menyetorkan hafalan kepada guruvan dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits dan dalam hal menghafal rumus-rumus dipraktekkan dengan ulangan-ulangan. Selanjutnya kegiatan takrar terkadang disisi dengan kegiatan tutorial yaitu santri yang dipandang mampu dan dapat menguasai materi yang dianggap sulit diminta untuk menerangkan di depan kelas, hal ini dapat membantu santri dalam mengejar ketinggalan dalam pelajaran sebab ada beberapa santri lebih mudah menyerap pelajaran jika yang menerangkan dari temannya sendiri. Dalam banyak hal terkadang dijumpai suatu masalah dalam belajar, maka dalam kegiatan takrar berdasarkan data yang kami peroleh ada kegiatan belajar kelompok yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul dan juga untuk mengerjakan tugas makalah kelompok. Kegiatan belajar kelompok sangat kondusif dilaksanakan karena hal ini akan sangat membantu santri dalam meningkatkan ukhuwah dan terbentuk dalam jiwa santri sebuah kekeluargaan yang utuh dan juga sikap mau menerima pendapat orang lain sehingga tercipta dalam jiwa santri sikap tidak mau menang sendiri.
105
Syaiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, 28.
84 Dalam pelaksanaan takrar sesuai dengan
data yang kami peroleh
bahwasannya diadakan penganbsenan oleh pengurus osis dan jika ada santri yang tidak mengikuti kegiatan maka ada sanksinya yaitu membayar denda 1000 rupiah dan membuat karya ilmiah. Hal ini sangat baik diterapkan karena akan menjadikan santri benar-benar melaksanakan kewajibannya dengan baik. Dalam pelaksanaan takrar belum dapat dikatakan 100% berjalan baik dan lancar karena masih ada sebagian kecil santri yang tidak mengikuti kegiatan takrar dengan serius, hal ini berdasarkan observasi dan data yang telah kami peroleh.
E. Analisis tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Takrar bagi Santri di PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Di setiap lembaga selalu terdapat masalah yang semua itu perlu pemecahan, setiap masalah perlu segera dicarikan jalan keluar agar tidak berlarut-larut. Untuk itu pelaksanaan kegiatan takrar sangat diperlukan untuk meningkatkan cara belajar santri dalam menggapai tujuan-tujuan yang ada. Yang namanya kegiatan tidak akan mungkin berjalan dengan
lancar
tanpa adanya pengawasan yang baik dari pihak yang bersangkutan, seperti halnya kegiatan takrar di PP. Darul Huda sangat perlu adanya pengawasan langsung dari dewan ustadz dan ustadzah serta dari jajaran pengurus pendidikan pondok. Keberhasilan suatu bentuk kegiatan tidak bisa lepas dari faktor penghambat dan juga faktor pendukung kegiatan itu sendiri. Selanjutnya akan
85 peneliti uraikan faktor-faktor penghambat dan pendukung kegiatan takrar di PP. Darul Huda Mayak. a. Faktor Penghambat Suatu lembaga pendidikan sudah barang tertentu dalam membuat suatu kegiatan memiliki harapan supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun dan kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi siswa atau siswi dikemudian hari. Seperti yang terjadi di PP. Darul Huda, terkait dengan kegiatan takrar, dari data-data yang kami peroleh kegiatan tersebut belum berjalan dengan baik dan lancar, akan tetapi masih mengalami berbagai macam hambatan-hambatan yang belum terselesaikan. Adapun beberapa hal yang menjadi hambatan berdasarkan wawancara dengan berbagai pihak adalah : 1. Santri merasa capek dan jenuh dengan kegiatan takrar dalam hal ini hanya sebagian kecil yang merasakan hal demikian. Sehingga ketika kegiatan belajar berlangsung mereka ramai sendiri yang menjadikan teman yang benar-benar belajar merasa terganggu. 2. Tidak adanya pengawasan atau kontrol langsung dari ustadz dan ustadzah. Yang namanya suatu kegiatan akan berjalan dengan baik jika ada pengawasan atau kontrol dari pihak yang bersangkutan. 3. Faktor internal santri (jasmaninya terganggu). Dalam pelaksanaan kegiatan takrar selama ini hanya diawasi dan dikontrol oleh pengurus OSIS saja untuk dewan ustadz dan ustdzah akan ikut
86 mengawasi jika akan ada ujian mid semester dan ujian semester, sehingga jika santri mengalami kesulitan atau masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan teman yang lain, santri masih harus menunggu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). b. Faktor Pendukung Untuk mendukung kegiatan takrar yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Huda ada beberapa faktor pendukung berdasarkan data yang peneliti peroleh. Kegiatan takrar akan dapat dikatakan berhasil apabila telah membuahkan hasil yang bermanfaat bagi santri juga bagi lembaga, maka agar kegiatan takrar dapat berjalan lancar dan sesuai dengan harapan maka perlu adanya beberapa faktor pendukung yaitu : 1. adanya pengabsenan oleh pengurus OSIS. 2. adanya sanksi bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan takrar. 3. semangat santri dalam menjalankan kegiatan takrar serta motivasi dari diri santri dan dari luar diri santri. Dari beberapa faktor penghambat dan pendukung dapat dipahami bahwa dari beberapa faktor penghambat tersebut harus sedikit demi sedikit diminimalisirkan dan dicari pemecahannya yaitu dari dewan ustadz dan ustadzh juga ikut mengontrol dalam kagiatan takrar dan dari faktor pendukung yang ada diharapkan dapat meminimalisir ketidak aktifan santri dalam menjalankan kegiatan takrar.
87 F. Analisis tentang Makna Kegiatan Takrar bagi Santri di PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Pendidikan merupakan bimbingan atau arahan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama, dalam proses pendidikan tidak akan berhasil tanpa ada faktor yang mendukung di dalamnya, kegiatan takrar yang dilaksanakan setiap malam merupakan salah satu bentuk kegiatan Pondok Pesantren Darul Huda yang bertujuan untuk membantu kegiatan belajar sekolah pagi, untuk menumbuhkan suasana belajar yang teratur, mendorong terciptanya kelompokkelompok belajar yang efisien dan untuk meningkatkan kedisiplinan santri dalam belajar serta menciptakan suasana kekeluargaan. Kegiatan takrar membawa dampak yang positif bagi sebagian besar santri, terbukti berdasarkan data-data yang peneliti peroleh santri mampu mencapai tujuan kegiatan takrar di atas. Namun demikian kegiatan takrar belum dapat dikatakan 100% berjalan dengan
baik dan lancar karena masih ada
sebagian kecil santri yang tidak mengikuti kegaitan takrar. Didalam tujuan belajar mengharapkan peserta didik supaya mendapatkan pengetahuan, dapat membantu menumbuhkan sikap mental dan perilaku yang baik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik106. Disini akan peneliti uraikan tentang makna takrar bagi santri berdasarkan data-data yang peneliti peroleh yaitu :
106
Sardiman, Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, 20.
88 1. Kegiatan takrar sangat menunjang belajar santri, jadi dengan
adanya
kegiatan takrar santri dapat mengambil manfaatnya, diantaranya yaitu santri akan mengetahui bagaimana memecahkan masalah secara bersama dan bagaimana menghadapi perbedaan pendapat. 2. Terciptanya kelompok-kelompok belajar Terciptanya kelompok-kelompok belajar menjadikan santri untuk dapat berinteraksi dengan sesama santri, mempermudah mengerjakan tugas kelompok. 3. Terciptanya kedisiplinan santri dalam belajar Kedisiplinan perlu ditanamkan dalam diri santri, kegiatan takrar merupakan salah satu kegiatan yang dapat melatih kedisiplinan santri. Tiga hal di atas merupakan manfaat yang dirasakan santri. Namun demikian ada beberapa santri yang tidak merasakan manfaatnya kegiatan takrar sebab ada beberapa kecil santri yang tidur dan membuat gaduh ketika kegiatan berlangsung, dan ada sebagian santri yang senang belajar diatas pukul 24.00 WIB keatas, sehingga kegiatan takrar terganggu oleh teman sendiri. Berdasarkan hal di atas peneliti dapat mengatakan bahwa kegiatan takrar kondusif dilaksanakan di PP. Darul Huda sebab adanya tujuan belajar dan tujuan kegiatan takrar sudah dapat dipenuhi oleh santri. Meskipun belum dapat dikatakan 100% berjalan dengan baik kontrol dan pengawasan dari Dewan ustadz dan ustdzah memang sangat diperlukan supaya tercipta rasa semangat belajar santri.
89 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Latar Belakang dilaksanakannya kegiatan takrar di pondok pesantren Darul Huda adalah: berangkat dari harapan dan tujuan yang ingin dicapai oleh pondok pesantren Darul huda yaitu agar santri menjadi manusia muslim yang berilmu,
beramal,
bertaqwa,
berakhlakul
karimah,
berhasil
dalam
pendidikannya serta terjalin ukhuwwah islamiah di lingkungan pondok atau di lingkungan masyarakat. 2. Kegiatan takrar di pondok pesantren Darul Huda dilaksanakan setiap malam kecuali malam Jum’at, dimulai pukul 20.30 sampai 22.00 WIB dengan model pelaksanaan yang bervariasi yaitu dengan model kegiatan tutorial, belajar kelompok, belajar secara individu dan kegiatan hafalan. 3. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan takrar di pondok pesantren Darul Huda adalah sebagai berikut : untuk faktor pendukung: adanya pengabsenan dari pengurus Osis, adanya sanksi atau hubungan bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan takrar, adanya semangat santri dalam mengikuti kegiatan takrar, adanya motivasi dari dalam diri santri dan dari luar diri santri. Untuk faktor penghambat: Berasal dari faktor internal santri yaitu jasmaninya terganggu, capek, malas dan jenuh sehingga mengganggu kegiatan takrar, dan tidak adanya pengawasan dari dewan ustadz dan ustadzah, sehingga kegiatan takrar kurang berjalan dengan lancar. 89
90 4. Makna kegiatan takrar bagi santri di Pondok Pesantren Darul Huda adalah sebagian besar santri dapat mengambil manfaatnya yaitu santri dapat bertukar pikiran, bertanya pada teman jika mengalami kesulitan dalam materi pelajaran, dapat memecahkan masalah secara bersama, menumbuhkan kebersamaan dan kekeluargaan antara santri yang satu dengan santri yang lain, mempersiapkan materi pelajaran hari berikutnya, dapat berdiskusi serta dapat menerima adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Sebagian kecil santri belum dapat mengambil manfaat dari kegiatan takrar yaitu sebagian santri lebih suka belajar di atas jam 24.00 WIB.
B. Saran 1. Untuk lembaga pendidikan hendaknya lebih memperhatikan kegiatan takrar karena dengan kegiatan takrar kegiatan pembelajaran akan terbantu. 2. Untuk
pengurus
Osis
dan
pengurus
pendidikan
hendaknya
lebih
meningkatkan diri dalam mengontrol kegiatan takrar. 3. Untuk dewan ustadz dan ustadzah hendaknya ikut mengontrol dalam pelaksanaan kegiatan takrar. 4. Untuk santri hendaknya lebih meningkatkan kedisplinan dalam melaksanakan kegiatan takrar.
91 DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu dan Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Ahnan, Maftuh.et.al. Kamus Al Munir. Surabaya: Anugrah. 1991. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. Bogdan dan Biklen. Qualitative Researh For Education An Introduction te the Theory and methods. Boston: Allyn and Bacon. 1982. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2001 Daulu, Haidar Putra. Historitas Dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. 2001. Depag RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit J. AR. 2005. Jamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinika Cipta. 1996. _______, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Mahmud. Model-Model Pembelajaran Di Pesantren. Tangerang : Media Nusantara. 2006. Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren suatu kajian tentang unsur dan nilai sistem pendidikan pesantren. Jakarta: INIS. 1994. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000. Nasution,S. Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif. Bandung: Tarsito. 2003. Purwanto, Ngalim. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC. 1996. Rustan, A. Tabrani. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
92
Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2007. Salam, Burhanudin. Cara Belajar Yang Sukses Di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo. 1985. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Al Fabeta. 2006. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali, 1984. Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta : P3m. 1996.