BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi tahun 1998 menghasilkan banyak perubahan mendasar dalam sistem politik di Indonesia, salah satunya pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah (pilkada) langsung. Seperti yang tertuang dalam pasal 24 ayat (5) dan pasal 56 ayat 1 Undangundang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun pilkadasung artinya Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah bersangkutan. Teknisnya, pemilih memberikan tanda pada tanda gambar, nomor atau nama pasangan calon yang terdapat dalam surat suara. Selain itu, diakomodirnya calon perseorangan (independen) dalam Pilkada pasca putusan Mahkamah Konstitusi No. 5/PUU-V/2007 dan ditindaklanjuti dengan terbitnya UU No 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 1. Perubahan dalam sistem pemilihan umum kepala daerah (pilkada) sudah pasti berdampak terhadap proses pelaksanaan pemilu. Dominasi elit partai politik yang sebelumnya sangat besar dalam menentukan siapa yang berhak menjadi bakal calon kepala daerah untuk diajukan ke KPU semakin terkikis. Setidaknya, setiap orang berhak mencalonkan diri tanpa harus melalui partai
1
Dalam Pasal 59 ayat 1 disebutkan peserta Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah; a) Pasangan calon yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik, b) Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Lebih lengkapnya lihat UU no 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
politik sesuai dengan peraturan. Selain itu, masyarakat dapat memilih secara langsung siapa pasangan yang dianggapnya layak menjadi pemimpin. Proses pilkadasung merupakan momen penting dan menarik untuk dicermati. Tahun 2010 merupakan pilkadasung kali kedua yang digelar di kota Medan yang berpenduduk 2.121.053 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan 2. Hingar bingar pelaksanaan pilkadasung yang digelar menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat dan merupakan peristiwa yang melibatkan semua elemen masyarakat. Pemerintah sebagai fasilitator, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara, pasangan calon dan tim suksesnya lengkap dengan masing-masing organisasi pendukungnya dan masyarakat sebagai pemilih ikut terlibat. Salah satu hal yang menarik dalam Pilkada langsung kota Medan tahun 2010 adalah jumlah pasangan yang ikut berkompetisi yakni mencapai 10 pasangan calon. Meskipun awalnya diperkirakan bakal menambah semangat untuk mensukseskan pesta demokrasi di kota Medan untuk meningkatkan partisipasi pemilih, tetapi kenyataannya menunjukkan hal yang berbeda. Faktanya partisipasi pemilih dalam Pilkada langsung kota Medan putaran pertama yang digelar 12 Mei 2010 lalu paling rendah, yakni
35,69 persen dari jumlah pemilih yang terdaftar dalam Daftar
Pemilihan Tetap (DPT) dibanding dengan 8 (delapan) Kabupaten/kota di Sumatera Utara yang melakukan pemungutan suara pada hari yang sama. Tingkat partisipasi pemilih di delapan Kabupaten/kota lainnya di atas 60 persen. Di Tebing Tinggi mencapai 67,79 persen, Pakpak Bharat 88,11 persen, Sibolga 68,30 persen, Tobasa
2
Informasi data kependudukan kota Medan lebih lengkap lihat http://medankota.bps.go.id diakses 04 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
81,20 persen, Binjai 66 persen, Serdang Bedagai 67 persen, Asahan 66,81 persen dan Tapsel 78 persen 3. Selain itu, munculnya calon Walikota dari etnis Tionghoa, yakni Sofyan Tan yang berpasangan Nelly Armayanti yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Damai Sejahtera (PDS) tentu menjadi catatan sendiri terhadap pelaksanaan pilkadasung di kota Medan. Sebab, Sofyan Tan dianggap orang pertama dari etnis Tionghoa yang melibatkan diri dalam suksesi kepemimpinan di kota Medan. Fakta itu setidaknya dapat menepis anggapan bahwa masyarakat etnis Tionghoa selama ini enggan untuk terjun dalam dunia politik praktis. Etnis Tionghoa dianggap sebagai kelompok masyarakat yang lebih konsern dalam dunia usaha. Secara populasi jumlah etnis Tionghoa di Medan memang tidak begitu besar namun dari sisi sumber daya ekonomi sangat dominan. Pengamat Ekonomi, Jhon Tafbu Ritongan MEc dalam tulisannya berjudul Cimed: Produk Sejarah dan Lingkungan mengungkapkan berdasarkan catatan Biro Pusat Statistik, tahun 1973 jumlah etnis Tionghoa di Medan hampir 130 ribu jiwa dan meningkat menjadi 166 ribu pada 1983. Bahkan, data BPS tahun 2000 menunjukkan, jumlah etnis Tionghoa mencapai 203 ribu jiwa atau 10,65 persen total penduduk Medan 4. Pilkadasung kota Medan memang telah usai, hasil putaran pertama menyisakan dua pasangan yaitu pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Berdasarkan rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara yang digelar KPU Kota Medan 17 Mei 2010 lalu, pasangan Rahudman HarahapDzulmi Eldin memperoleh 150.671 suara atau 21.20 persen dan pasangan Sofyan Tan-
3
Lihat http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=115495:pemilihpilkada-medan-paling-rendah&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94 diakses 4 Oktober 2010 4 Lihat http://202.59.162.82/suratpembaca/details.php?cid=2&id=164 diakses 4 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
Nelly Armayanti memperoleh 140. 676 suara atau 20.22 persen. Adapun perolehan suara ke-8 pasangan lainnya yakni Syahrial Anas-Yahya Sumardi 18.661 suara atau 2,75 persen, Sigit Pramono Asri-Nurlisa Ginting 97.295 suara atau 14.33 persen, Indra Sakti-Delyuzar 8.738 suara atau 1,2 persen, Bahdin Nur Tanjung-Kasim Siyo 35.586 suara atau 5,24 persen, Joko Susilo-Amir Mirza Hutagalung 28.726 suara atau 4,2 persen, M Arif-Supratikno WS memperoleh 28.982 suara atau 4,27 persen, Maulana Pohan-Ahmad Arif 76.351 suara atau 11,25 persen, Ajib Shah-Binsar Situmorang 93.118 suara atau 13,72 persen 5. Pada putaran kedua Pilkadasung Medan tahun 2010 yang digelar 19 Juni 2010, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin berhasil unggul dan menjadi calon terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 dengan perolehan 485.446 suara. Sedangkan pasangan, Sofyan Tan-Nelly Armayanti memperoleh 251.435 suara 6. Sementara itu, pasangan calon independen meskipun telah mendapat ruang dalam pilkadasung Medan ternyata masih kalah bersaing dengan pasangan calon yang diusung partai politik. Bahkan di Sumatera Utara hanya pasangan O.K. Arya Zulkarnain-Gong Martua Siregar dari calon independen yang berhasil memenangkan Pilkadasung di Kabupaten Batubara pada 18 Oktober 2008 lalu. OK Arya yang dikenal sebagai tokoh pemekaran itu sukses menyisihkan tujuh lawannya yang diusung partai politik 7. Membicarakan proses pilkadasung kota Medan tahun 2010 akan melibatkan banyak faktor yang tak terpisahkan dari proses demokrasi dan politik. Salah satunya 5
Lihat http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/05/17/brk,20100517-248453,id.html diakses 04 Otkober 2010 6 Lihat http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124487:rahudmanpimpin-kota-medan&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94 diakses 04 Otkober 2010 7 lihat http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/12/25/brk,20081225-152574,id.htm diakses 5 Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
keberadaan media massa, khususnya media massa cetak di kota Medan. Politik dan media dalam aktivitasnya sama-sama berhubungan dengan orang banyak. Politik dalam aktivitasnya pasti menyangkut dan membutuhkan masyarakat. Pada saat yang sama media menjadi jembatan yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan politik kepada masyarakat. Idealnya media dan politik dapat berjalan berdampingan dan saling melengkapi seperti mata uang. Media mampu memediasi pesan-pesan dan kegiatan politik dan pada saat yang sama media juga mampu menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, keluhan dan persoalan yang ada. Media dan politik merupakan satu kesatuan mata uang yang saling membutuhkan. Media menjadi alat yang efektif pagi pelaku-pelaku politik untuk menciptakan kesan dan membentuk opini di tengah-tengah masyarakat. Bagi media, peristiwa politik merupakan sumber berita yang layak dikonsumsi dan menarik perhatian khalayak karena menyangkut kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks itu, media memiliki kemampuan super dahsyat (powerfull) dalam melakukan rekonstruksi realitas untuk membentuk dan menciptakan citra. Dalam proses rekonstruksi itu bahkan memungkinkan bagi media untuk bertindak mengurangi dan melebihkan sesuatu dari realitas aslinya. Kemampuan itulah menjadi motivasi bagi para politisi untuk memanfaatkan media dalam proses politik, seperti halnya dalam ajang Pilkadasung Medan tahun 2010. Tahapan kampanye 8 dalam Pilkadasung Medan 2010 merupakan moment penting bagi media massa dan masing-masing pasangan calon. Kampanye merupakan 8
Kampanye yang dimaksud adalah tahapan kampanye yang merujuk peraturan Peraturan KPU. Ayat 1 menyatakan untuk dapat dikategorikan sebagai kegiatan kampanye, harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a) dilakukan oleh pasangan calon dan/atau tim kampanye; b) terdapat unsur meyakinkan para pemilih dalam rangka memperoleh dukungan sebesar besarnya dalam bentuk penawaran visi, misi, dan program secara tertulis atau lisan; c) terdapat alat peraga atau atribut pasangan calon; dan d) dilakukan pada jadwal dan waktu kampanye. (2) Terhadap kegiatan
Universitas Sumatera Utara
waktu yang diberikan KPU sebagai penyelenggara kepada masing-masing pasangan calon untuk melakukan aktifitas politiknya untuk menarik simpati dan meningkatkan dukungan suara. Pada saat yang sama, KPU juga melegalkan masing-masing pasangan calon untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media massa dalam bentuk advertorial dan iklan. Kepentingan ekonomi bagi media untuk meraup keuntungan pada momen kampanye memang sangat terasa. Masing-masing pasangan tentu berharap agar pesan-pesan politiknya sampai ke masyarakat. Dan media akan menyampaikan itu melalui berita, advertorial hingga iklan. Faktor politik dan ekonomi tersebut bakal memberikan implikasi bagaimana media menjalankan rutinitasnya dan menghasilkan produknya kepada khalayak. Dalam liputan peristiwa politik, khususnya kampanye, realitas politik yang disampaikan melalui berita diharapkan membentuk opini publik seperti yang diharapkan komunikator politik atau politisi untuk mempengaruhi khalayak. Disisi lain, tentunya unsur kapital atau modal akan menjadi pertimbangan bagi media massa yang kini telah menjadi industri. Pertimbangan keuntungan
dengan
mengutamakan
kepuasan
pelanggan
atau
mitra
usaha
(pemasangan iklan) akan mempengaruhi media dalam mengkonstruksikan peristiwa politik ke dalam bentuk berita 9. Pragmatisme ekonomi dan kepentingan membuat media menjadi sensasional dan manipulatif dalam merekonstruksi realitas yang ada ke dalam bentuk berita. Sebagai pilar keempat demokrasi, media massa selayaknya mengambil posisi dan peran untuk meningkatkan kualitas demokrasi dalam proses pemilu. Media memiliki kekuatan untuk menentukan mana yang layak dan menjadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila tidak memenuhi seluruh unsur tersebut secara kumulatif, kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan kampanye. Lebih lengkap lihat Peraturan KPU No. 69 Tahun 2009, tentang teknis kampanye pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah teruang dalam Bab I, Ketentuan Umum, pasal 5 ayat 1 dan 2 9 Lebih lengkap lihat uraian Ibnu Hamad dalam Konstruksi Realitas Politik dalam Media Mass; Sebuah studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-berita Politik, Granit, Jakarta, 2004 hal 2-4.
Universitas Sumatera Utara
penting bagi publik. Melalui teks-teks berita sebagai rekonstruksi realitas dan peristiwa, media massa setidaknya dapat bersikap objektive dalam pemberitaan. Mengutip pendapat Everet E Denis, dalam praktiknya objektivitas dapat dicapai dengan tiga cara: pemisahan antara fakta dan opini, penyajian berita tanpa disertai dimensi emosional, bersikap jujur dan seimbang terhadap semua pihak 10. Aktivitas peliputan berita-berita kampanye Pilkadasung Medan 2010 merupakan bagian dari proses rekonstruksi realitas politik ke dalam bentuk teks berita. Sebab itu, menurut penulis, melakukan penelitian mengenai berita-berita kampanye pada Pilkadasung Medan 2010 merupakan studi kajian yang sangat menarik untuk mengetahui bagaimana media massa merekonstruksi realitas kampanye Pilkadasung Medan 2010 dalam bentuk teks berita dan apa yang menjadi wacana pemberitaan yang disampaikan media kepada khalayaknya serta bagaimana media memposisikan diri dalam pemberitaan realitas kampanye. Persoalan yang diangkat menjadi masalah penelitian ini adalah berita-berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Penelitian ini merupakan kajian analisis isi berita (content analysis) kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada Medan 2010 di harian Analisa dan harian Sumut Pos. Harian Analisa dan Harian Sumut Pos yang menjadi unit analisis penelitian ini, menurut hemat penulis merupakan media cetak yang cukup representatif di Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Harian Analisa adalah media yang tergolong sudah eksis sejak tahun 1973 dan memiliki pangsa pasar tersendiri yakni kalangan pengusaha dan ekonomi. Begitu juga dengan Harian Sumut Pos terbit sejak 1 Oktober 2001 yang masih tergolong pemain baru dan sebelumnya adalah 10
Lebih lengkap lihat Agus Sudibyo dalam Politik Media dan Pertarungan Wacana Penerbit LkiS Yogyakarta, 2001 hal 47.
Universitas Sumatera Utara
Harian Radar Medan dan Radar Nauli. Sama halnya dengan Harian Analisa, Harian Sumut Pos yang merupakan jaringan perusahaan Jawa Pos Media Grup juga berhasil eksis dan merebut pangsa pasar dari kalangan pengusaha dan politisi. Kajian terhadap isi media dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA) multilevel metode untuk mengungkap sesuatu di balik berita (something behind text). Kajian melalui CDA merupakan salah satu metode yang kerap dilakukan dalam ilmu komunikasi, khususnya analisis isi teks media. Melalui penelitian ini, kajian yang dilakukan tidak hanya mencakup studi terhadap teks berita tetapi juga melakukan kajian mendalam bagaimana proses produksi teks yang dilakoni media dalam mengkonstruksi berita. Selain itu juga melakukan kajian tentang kondisi politik dan ekonomi di luar media yang juga turut memberikan andil bagaimana teks berita dihasilkan. Metode CDA diharapkan mampu mengungkap seperti apa teks disampaikan, bagaimana teks diproduksi dan apa pengaruh eksternal terhadap media dalam memberitakan suatu peristiwa adalah dengan melakukan kajian terhadap isi media. 1.2. Perumusan Masalah Setelah melihat latarbelakang seperti disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pilkadasung sebagai salah satu proses demokrasi untuk dalam rangka menarik simpati dan mendapatkan dukungan dari masyarakat sebagai pemilih. Untuk mencapai tujuan itu, masing-masing pasangan yang ikut dalam pilkadasung Medan 2010 berlomba-lomba untuk mendekatkan diri dengan masyarakat sebagai pemilih. Proses mendekatkan diri itu dilakukan dengan berbagai cara untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat. Salahsatunya melalui tahapan kampanye dengan menggunakan media massa sebagai alat mediasi untuk menyampaikan pesan-pesan
Universitas Sumatera Utara
politik dan berkomunikasi dengan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan penelitian guna mengetahui bagaimana pesan-pesan politik tersebut disampaikan kepada publik dalam bentuk teks-teks berita. Hal itu sejalan dengan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, yaitu; Bagaimana wacana pemberitaan kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada langsung Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos Medan. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah seperti yang disebutkan sebelumnya perlu diuraikan tujuan dari penelitian ini. Ada 3 (tiga) hal yang menjadi tujuan peneliti untuk melakukan penelitian ini, yaitu; 1. Untuk mengetahui bagaimana wacana kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin pada putaran kedua Pilkada langsung Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos. 2. Untuk mengetahui bagaimana wacana kampanye pasangan Sofyan Tan-Nelly pada putaran kedua Pilkada langsung Medan Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos. 3. Untuk mengetahui positioning Harian Analisa dan Harian Sumut Pos dalam mengkonstruksi realitas kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada langsung Medan 2010. 1.3.2. Manfaat
Universitas Sumatera Utara
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam tataran akademis sebagai konstribusi karya ilmiah bidang ilmu komunikasi, khususnya mengenai media massa. Selain itu, dalam tataran praktis, tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan media massa dan pemangku kepentingan politik.
Universitas Sumatera Utara