1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008 - 2011)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan khususnya yang telah go publik diwajibkan menyampaikan
laporan
keuangan
untuk
memprediksikan
keuangan
perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan mengacu pada standar akuntansi yang digunakan oleh setiap negara ditempat perusahaan tersebut berada. Pelaporan keuangan saat ini tidak luput dari perkembangan teknologi informasi yang pesat, bahkan teknologi informasi mampu mengubah keseluruhan lingkungan pelaporan keuangan, mengurangi batasan jarak fisik dan mampu membuat informasi menjadi tersedia serta dapat di akses oleh para pengguna diseluruh dunia. Kemajuan teknologi tersebut telah membawa banyak investor ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia dan keinginan para investor untuk menanamkan modal tidak terhalangi oleh batasan negara, sehingga keefektifan pasar dunia tergantung pada ketepatan waktu pelaporan dari informasi keuangan yang transparan, dapat dibandingkan dan relevan. Pelaporan tersebut tidak hanya dibutuhkan oleh investor dan analyst,
2
melainkan juga dibutuhkan oleh stakeholder lainnya (pekerja, nasabah, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). Saat ini kegiatan usaha perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin kompleks dan pesat. Dinamisnya perkembangan tersebut berjalan seiring dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya, seperti perubahan regulasi, perkembangan teknologi, inovasi produk dan tuntutan nasabah. Pesatnya kegiatan usaha perbankan tersebut agar dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan berbagai infrastruktur pendukung yang memadai. Salah satu bentuk infrastruktur yang diperlukan adalah ketentuanketentuan yang terkait dengan penyampaian laporan keuangan. Laporan keuangan dipandang sebagai salah satu infrastruktur yang penting karena melalui proses pembuatan laporan keuangan hingga penyampaian inilah seluruh kegiatan khususnya yang bersifat kuantitatif akan didokumentasikan. Selanjutnya, melalui proses akuntansi ini juga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang sangat berguna sebagai dasar untuk pengambilan keputusan para stakeholder perbankan. Pelaporan yang tepat waktu memberikan andil bagi kinerja yang efisien dan cepat bagi bursa saham di dalam pemberian harga (pricing) dan menjalankan fungsi evaluasi. Pelaporan yang tepat waktu membantu untuk mengurangi tingkat insider trading, kebocoran dan rumor di dalam pasar. Akibatnya, kebanyakan bursa saham di dunia menuntut perusahaanperusahaan yang terdaftar dalam bursa saham mengeluarkan laporan
3
keuangan yang diaudit secara tepat waktu kepada lembaga yang menangani pasar modal. Dyer dan McHugh dalam Owusu-Ansah (2000) berpendapat bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan (timelines) merupakan karakteristik penting bagi laporan keuangan. Keterlambatan pelaporan bisa berakibat buruk bagi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung para investor mungkin menanggapinya sebagai pertanda (signal) yang buruk bagi perusahaan. Secara langsung, sebagai contoh di pasar Modal Australia pada tahun 1974 pernah terjadi 38 perusahaan sahamnya telah dilarang diperdagangkan hanya karena gagal memberikan laporan keuangan tahunan sesuai dengan persyaratan ketepatan waktu bagi bursa. Ketepatan waktu pelaporan sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan, pemakai tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan keputusannya, tetapi informasi harus lebih bersifat baru, dan tidak hanya berhubungan dengan periode yang lalu. Ketepatan waktu ini mengandung arti bahwa informasi yang digunakan oleh investor dan kreditor harus lebih cepat dan tepat saat pembuatan prediksi serta keputusan. Informasi yang tidak tepat waktu memang tidak menjamin bahwa informasi tersebut merupakan informasi yang relevan. Namun demikian informasi yang relevan ditunjukkan apabila informasi tersebut memiliki : a) nilai prediksi, b) mempunyai umpan balik dan c) tepat waktu. Dengan demikian informasi akan menjadi tidak relevan manakala informasi
4
tersebut tidak tepat waktu. Oleh karena itu tepat waktu merupakan sebuah keharusan dalam publikasi laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public termasuk didalamnya perbankan memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan telah diaudit tepat waktu. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan independen, selambat-lambatnya pada akhir bulan ke empat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan. Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, maka dikeluarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor 40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di Negara Lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.7, disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut.
5
Perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu akan dikenakan sanksi administrasi dan denda, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Berdasarkan ketentuan Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa “Emiten yang pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).” Selain sanksi administrasi dan denda oleh Bapepam dan LK, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dapat memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan publik yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan oleh bursa. Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan Bapepam No. X.K.2. Bursa Efek Indonesia juga menerbitkan keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor 307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi Oleh Bursa di Ketentuan II. Bagi perusahaan yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut, disebutkan dalam Ketentuan II. 6 Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan III.1.6. Peraturan Nomor I-E tentang
6
Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi sebagai berikut: II.6.1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan; II.6.2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan; II.6.3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga hari kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan atau menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan II.6.2. di atas; II.6.4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat telah menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan II.6.2. dan II.6.3. di atas; II.6.5. Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan II.6.2. dan II.6.3. di atas.
7
Pentingnya laporan keuangan harus disampaikan pada tepat waktu oleh perusahaan yang go publik yaitu mengacu pada penjelasan Pasal 86 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dimana dijabarkan sebagai berikut : Ayat (1): Oleh karena informasi mengenai Emiten atau Perusahaan Publik mempunyai peranan yang penting bagi pemodal, di samping untuk efektivitas pengawasan
oleh
Bapepam,
kewajiban
untuk
menyampaikan
dan
mengumumkan laporan bagi Emiten atau Perusahaan Publik dimaksudkan juga agar informasi mengenai jalannya usaha perusahaan tersebut selalu tersedia bagi masyarakat. 1 Huruf a : Informasi berkala tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik diperlukan oleh pemodal sebagai dasar pengambilan keputusan investasi atas Efek. Oleh karena itu, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan berkala untuk setiap akhir periode tertentu kepada Bapepam dan laporan tersebut terbuka untuk umum. 2 Huruf b : Selain tambahan dari laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, apabila terjadi peristiwa yang sifatnya material, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa yang sifatnya material tersebut. Ayat (2) : Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk menetapkan persyaratan tertentu di
8
mana Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif tidak diwajibkan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Persyaratan dimaksud, antara lain, berupa penentuan maksimal jumlah pemegang saham dan modal disetor Perusahaan Publik. Penelitian mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan pblik, telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Penelitianpenelitian sebelumnya telah menemukan bukti empiris bahwa keterlambatan penyampaian laporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berita buruk perusahaan, keterlambatan pelaporan dihubungkan dengan kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan, kerugian perusahaan, pendapat selain unqualified opinion oleh auditor, dan keterlambatan audit. Dyer dan McHugh (dalam Oktorina dan Suharli, 2005) meneliti profil ketepatan
waktu
pelaporan
dan
normalitas
keterlambatan
dengan
menggunakan 120 perusahaan di Australia periode 1965-1971. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan. Owusu-Ansah (2000) meneliti ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe, yang menguji variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing (kecepatan), item luar biasa, bulan dari akhir tahun
9
keuangan, kompleksitas operasi perusahaan dan umur perusahaan. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan bulan dari akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead time. Kemudian ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan audit reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir tahun yang telah diaudit. Di Indonesia, Oktorina dan Suharli (2005) meneliti faktor-faktor penentu kepatuhan ketepatan waktu pelaporan keuangan, hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa debt to equity ratio dan profitabilitas tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan ukuran perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan, dan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Meskipun menunjukkan hasil yang signifikan, namun hubungan antara ukuran perusahaan dengan ketepatan waktu ialah tidak searah. Hilmi dan Ali (2008) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak
10
signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Bukti-bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan,
namun
demikian
dapat
diketahui
bahwa
terdapat
ketidakkonsistenan dalam hasil penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dengan menambahkan variabel penelitian dan menggunakan periode waktu yang belum pernah diteliti sehingga penelitian ini akan memberikan temuan empiris yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Merujuk pada fakta yang terjadi terkait keterlambatan penyampaian laporan keuangan seperti dilansir oleh media Kontan pada 16 Juni 2011, dimana Bapepam memberikan sanksi kepada 50 perusahaan publik dalam kurun waktu Januari hingga 2 Maret 2011. Perusahaan-perusahaan tersebut terkena sanksi karena telat menyerahkan laporan realisasi penggunaan dana (LRPD), laporan keuangan tengah tahun (LKTT), laporan tahunan (LT) dan laporan hasil pemeringkat efek (LHPE). Besaran denda yang dikenakan mulai dari Rp 3.000.000,- hingga Rp 96.000.000,- sehingga Kepala Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum Bapepam, Robinson Simbolon memperkirakan total denda yang dikenakan mencapai Rp 1,029.000.000,Ketentuan mengenai sanksi tersebut tertuang dalam aturan Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2010 tentang Bentuk, Susunan, dan Penyampaian Laporan Keuangan Triwulanan dan Laporan Kegiatan Usaha. Penetapan
11
sanksi ini diharapkan memberi efek jera pada perusahaan publik dalam memberikan laporan yang diminta regulator pasar modal. Bapepam-LK menetapkan sanksi tersebut untuk melindungi investor. Jika perusahaan lebih cepat menyampaikan laporan keuangan, investor juga lebih cepat dalam membuat keputusan. Untuk mengurangi tingkat keterlambatan Bapepam-LK akan membuat grafik perkembangan ketepatan penyerahan laporan keuangan dari tahun ke tahun. Tujuan dibuatnya grafik tersebut diharapkan dapat menunjukan keseriusan perusahan publik menaati peraturan. Press Release Bursa Efek Indonesia PR No: 021/BEI.SPR/07-2010 pada tanggal 22 Juli 2010 juga memberikan fakta mengenai penjatuhan sanksi kepada 4 emiten dikarenakan kesalahan penyajian laporan keuangan triwulan ke I 2010, 4 Emiten tersebut dijatuhkan sanksi terberat berupa Peringatan Ketiga dan Denda sebesar Rp. 500.000.000,-. Menurut Ito Warsito selaku Direktur Utama Bursa Efek Indonesia telah memberikan waktu yang cukup, namun para emiten tersebut tidak memberikan data yang memadai terkait dengan kesalahan penyajian penempatan dana dalam bentuk deposito. Kasus kesalahan penyajian tersebut dapat melunturkan kepercayaan para investor terhadap laporan keuangan para emiten, karena para emiten tersebut tidak segera merevisi laporan keuangan triwulan I 2010, walaupun mereka sudah menyadari kesalahan tersebut. Kesalahan penyajian dapat menyesatkan para investor dan pembaca laporan keuangan lainnya. Neraca.co.id melansir pada hari Minggu, 27 Mei 2012 pukul 14:40 WIB, dimana PT. Bank Mutiara, Tbk (BCIC) mendapatkan surat peringatan
12
(SP) II dan denda sebesar Rp. 50.000.000,- dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi tersebut disampaikan dalam keterbukaan informasi di BEI Jakarta akhir pekan kemarin. Direktur Utama Bank Mutiara Maryono mengakui, adanya keterlambatan penyampaian laporan keuangan auditan perseroan tahun 2011 dan laporan interim per 30 Maret 2012. Neraca.co.id kembali melansir pada hari Selasa, 10 Juli 2012 pukul 13:58 WIB dimana BEI mensuspensi lima emiten yaitu PT. Buana Listya Tama, Tbk, PT. Davomas Abadi, Tbk, PT. Mitra International Resources, Tbk, PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk, dan PT. Truba Alam Manunggal Engineering. Tbk.
Sehubungan dengan kewajiban penyampaian Laporan
Keuangan Auditan yang berakhir per 31 Desember 2011, dan merujuk pada ketentuan II.6.3, Bursa pun telah memberikan peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp. 150.000.000 atas keterlambatan penyampaian laporan leuangan dimaksud. Berdasarkan hal tersebut, Bursa menyuspensi efek di pasar reguler dan pasar tunai sejak 2 Juli 2012, sesi I perdagangan efek untuk PT. Buana Listya Tama dan PT. Truba Alam Manunggal Engineering, Tbk. Serta memperpanjang suspensi perdagangan Efek PT. Davomas Abadi, Tbk, PT. Mitra International Resources, Tbk, dan PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk. Adapun saat ini status saham PT. Buana Listya Tama belum menyampaikan laporan keuangan auditan 2011 dan belum melakukan pembayaran denda. Status PT. Davomas Abadi, Tbk belum menyampaikan laporan keuangan auditan 2011 dan belum melakukan pembayaran denda dan sudah disuspen di seluruh pasar sejak 9 Maret 2012. Kemudian status PT.
13
Mitra International Resources, Tbk belum menyampaikan laporan keuangan auditan 2011, dan disuspen di pasar reguler dan pasar tunai sejak 30 Juni 2011. Selanjutnya status
PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk belum
menyampaikan laporan keuangan auditan 2011 dan belum melakukan pembayaran denda dan disuspen di seluruh pasar sejak 4 April 2011. Sementara status PT. Truba Alam Manunggal Engineering belum menyampaikan laporan keuangan auditan 2011. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia dan Bapepam sangat konsisten dan tegas dalam memberlakukan peraturan penyampaian laporan keuangan perusahaan terhadap publik yang emitennya terdaftar di Bapepam. Selain tuntutan untuk mematuhi peraturan-peraturan tersebut, ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan karena: 1) Mematuhi prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia dan menghindari adanya spekulasi dalam perdagangan saham perusahaan; 2) Memenuhi hak investor publik yang menanamkan modal di perusahaan untuk memperoleh informasi laporan keuangan perusahaan dengan segera; 3) Meningkatkan good governance emiten di Indonesia; dan 4) Menjaga image atau citra perusahaan di mata publik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan pentingnya ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan serta latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka faktor-faktor yang akan diuji dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, persentase
14
kepemilikan publik, opini auditor, reputasi kantor akuntan publik (KAP), umur perusahaan dan leverage keuangan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu 2008 – 2011. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008 - 2011) ”.
B. Perumusan Masalah Bapepam kini semakin memperketat peraturan mengenai kewajiban penyampaian
laporan
keuangan
oleh
perusahaan
publik
dengan
dikeluarkannya Keputusan Ketua Bapepam Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Fakta yang ada dari tahun ke tahun tetap saja masih banyak perusahaan publik yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan tahunannya Peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yang dialami oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Dari uraian tersebut, maka skripsi ini akan meneliti
15
apakah faktor-faktor yang meliputi profitabilitas, likuditas, kepemilikan publik, opini auditor, reputasi KAP, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan leverage
dapat
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
waktu
penyampaian laporan keuangan pada perusahan perbankan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris bahwa faktor profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, opini auditor, reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), umur perusahaan, dan leverage keuangan mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian terkait hasil penelitian analisis faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah : 1. Untuk akademisi, hasil penelitian ini akan memberikan wacana (input) bagi perkembangan studi akuntansi mengenai konsep dasar yang berkaitan dengan ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan sebagai salah satu karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan untuk perusahaan perbankan. 2. Untuk praktisi khususnya perbankan, hasil penelitian analisis faktorfaktor tersebut dapat memberikan gambaran tentang pentingnya
16
ketepatan waktu dalam menyampaikan posisi keuangan perusahaan kepada publik supaya tidak menunda penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam-LK. 3. Bagi Investor, hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang pentingnya tepat waktu dalam melaporkan keadaan keuangan perusahaan. 4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang, dapat membantu memberikan referensi yang memungkinkan mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel lain yang mendukung.